Pro Kontra Wajib Militer
Friday, 09 November 2007 17:01
Departemen Pertahanan sedang menggodok Rancangan Undang-Undang (RUU) Komponen Cadang. Mencakup wajib militer bagi warga yang berusia minimal 18 tahun.
Direktur Jenderal Potensi Pertahanan, Budi Soesilo Supandji menyampaikan hal tersebut dalam sebuah kuliah umum di Universitas Indonesia akhir bulan lalu. Budi menyatakan wajib militer yang hendak diberlakukan terhadap masyarakat sipil nantinya untuk menghadapi kondisi perang atau bisa pula menghadapi ancaman seperti separatisme. Rencana ini mendapat
respon pro dan kontra dari berbagai pihak.
TNI Angkatan Darat langsung merespon positif dan menyatakan siap melatih warga sipil yang akan terlibat dalam program cadangan atau wajib militer tersebut. Hal itu ditegaskan oleh Kepala Staf TNI Angkatan Darat (KSAD) Jenderal TNI Djoko Santoso saat membuka kompetisi senjata di Salaman, Magelang, Jawa Tengah (5/11).
Djoko menyatakan, secara otomatis bagi warga yang mengikuti wajib militer mempunyai andil cukup besar dan terlibat langsung dalam upaya menjaga kedaulatan Negara Kesatuan
Republik Indonesia. Kendati demikian, mengenai tata cara pelaksanaannya KSAD menyebutkan, menunggu payung hukum yang saat ini tengah digodok Departemen Pertahanan.
KSAD berharap RUU itu juga mengatur hak dan kewajiban warga masyarakat sipil dalam bela negara. RUU tersebut diperlukan untuk mengatur keterlibatan TNI dalam program wajib militer. Pakar Hukum Prof Dr.Syafruddin Kalo, SH, mendukung penuh Wamil. Guru Besar Fakultas Hukum USU itu menyatakan, setiap warga negara Indonesia wajib mematuhi ketentuan wajib militer, karena peraturan tersebut demi kepentingan bangsa dan negara.
Sebaliknya, Ketua Komisioner Komnas HAM Ifdhal Kasim menyatakan, kurang tepat ide Wamil bagi Indonesia. Yang paling mendesak untuk saat ini menurut Ifdhal adalah reformasi internal dan perbaikan senjata TNI. RON,SP (BI 50)