PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN BERBASIS KOMPUTER SEBAGAI SUMBER BELAJAR UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN
KONSEP SISWA KELAS X-4 SMAN-3 PALANGKA RAYA TAHUN AJARAN 2009/2010
PADA TOPIK IKATAN KIMIA
SKRIPSI
OLEH
AGUS TONI PUJIANTO ACC 105 034
UNIVERSITAS PALANGKARAYA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pemahaman konsep sebagai hasil belajar merupakan salah satu unsur interaksi pembelajaran yang harus dimiliki sekaligus untuk membangkitkan gairah belajar dengan mengoptimalkan seluruh potensi yang dimilikinya. Jadi hubungan antara prestasi dengan belajar adalah secara sederhana dapat dikatakan dengan berusaha atau belajar akan didapatkan hasil yang akan dicapai sesuai dari usaha belajarnya atau dengan kata lain prestasi merupakan hasil dari upaya belajar sedangkan belajar merupakan salah satu bentuk kegiatan untuk mendapatkan prestasi yang lebih baik.
Demi kelancaran kegiatan pembelajaran, seorang guru haruslah dapat mempertimbangkan bagaimana agar kegiatan pembelajaran tersebut dapat berhasil dengan baik, efektif dan efisien. Keberhasilan siswa tidak terlepas dari peranan guru sebagai mediator dalam proses pembelajaran. Menurut Nasution S (1988: 36), suatu pembelajaran dikatakan berhasil baik, apabila pembelajaran itu membangkitkan proses pembelajaran yang kreatif dan efisien. Untuk mengatasi permasalahan ini, guru dituntut agar dapat mengajarkan ilmu kimia tersebut dengan metode yang tepat agar tujuan yang ingin dicapai dapat terselesaikan dengan sebaik-baiknya, salah satunya yaitu dengan penggunaan media pembelajaran.
Media pembelajaran merupakan salah satu alat bantu bagi guru dalam menyajikan dan memperjelas materi pelajaran dan membantu siswa dalam memahami apa yang disajikan. Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Edmund Faison (dalam Sudjana, 1989) tentang media pembelajaran, menunjukan bahwa pembelajaran dengan menggunakan media dapat meningkatkan prestasi siswa dibandingkan tanpa mempergunakan media. Perkembangan ilmu dan teknologi dewasa ini telah memberikan tempat bagi komputer sebagai salah satu media pembantu manusia dalam mengerjakan berbagai hal, termasuk dalam bidang pendidikan. Hal yang terus mendorong digunakannya komputer sebagai media pembelajaran adalah kemampuan dari program komputer untuk memudahkan analogi, ilustrasi, dan visualisasi terhadap materi yang abstrak (Rizal, 2006:3).
materi pelajaran biasanya dinyatakan dengan ketuntasan belajar. Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Harvelin (2006) terhadap siswa kelas X SMA Kristen Palangka Raya dengan menggunakan tes bentuk “completion item test” pada topik ikatan kimia diperoleh hasil yang menunjukan bahwa pemahaman siswa cukup rendah pada topik ikatan kimia. Hasil yang diperoleh dari penelitian yang dilakukan Harvelin menunjukkan bahwa secara umum rata-rata kesulitan siswa pada konsep ikatan kimia adalah sebesar 54,23%. Adapun urutan kesulitan siswa antara lain, dalam mendefinisikan ikatan kimia sebesar 70,77%, dalam menjelaskan ikatan ion sebesar 67,69%, dalam menjelaskan ikatan kovalen koordinat sebesar 65,38%, dalam memahami konfigurasi elektron sebesar 45,00%, dalam menjelaskan ikatan kovalen sebesar 40,39%, dan dalam menjelaskan ikatan kovalen rangkap sebesar 36,25%.
Dari hasil penelitian tersebut dapat diketahui bahwa topik ikatan kimia cukup sulit dimengerti oleh siswa. Salah satu indikator kesulitannya yaitu keabstrakan dalam proses berikatannya. Salah satu cara yang dapat digunakan untuk mengatasi hal tersebut yaitu dengan menggunakan Media pembelajaran berbasis komputer.
1.2 Fokus Penelitian
Fokus penelitian ini adalah mengetahui peningkatan pemahaman konsep siswa pada topik ikatan kimia melalui penggunaan Media pembelajaran berbasis komputer sebagai sumber belajar pada siswa kelas X-4SMAN-3 Palangka Raya Tahun Ajaran 2009/2010.
1.3 Rumusan Masalah
Masalah yang dikaji dalam penelitian ini adalah bagaimana peningkatan pemahaman konsep siswa kelas X SMAN-3 Palangka Raya tahun ajaran 2009/2010 setelah mengikuti pembelajaran tentang Ikatan Kimia dengan menggunakan Media pembelajaran berbasis komputer sebagai sumber belajar.
1.4 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan data mengenai peningkatan pemahaman konsep siswa pada topik Ikatan Kimia dengan menggunakan Media pembelajaran berbasis komputer sebagai sumber belajar pada siswa kelas X SMAN-3 Palangka Raya tahun ajaran 2009/2010.
1.5 Manfaat penelitian
1. Bagi peneliti, dapat mengembangkan kemampuan akademik yang telah diperoleh selama kuliah.
3. Bagi guru, dapat menjadi bahan pemikiran agar dapat melakukan variasi pembelajaran kimia di sekolah.
4. Bagi sekolah, sebagai masukan untuk dapat lebih mengembangkan penggunaan media pembelajaran berbasis komputer.
1.6 Penjelasan Istilah
1. Media adalah alat, metode ataupun teknik yang digunakan dalam rangka
mengefektifkan komunikasi dan interaksi guru dengan siswa dalam pembelajaran ( hamalik Oemar, 1982).
2. Pemahaman konsep adalah eneraan konsep-konsep ke dalam suatu rangkaian permasalahan dan tidak hanya untuk dihafal (Admin Wangmuba, 2009) 3. Sumber belajar adalah suatu sistem yang terdiri dari sekumpulan bahan atau
situasi yang diciptakan dengan sengaja dan dibuat agar memungkinkan siswa belajar secara individual (Percival & Ellington, 1988).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pandangan Umum Proses Pembelajaran
Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks. Sebagai tindakan, maka belajar hanya dialami oleh siswa sendiri. Siswa adalah penentu terjadinya atau tidak terjadinya proses belajar. Pembelajaran adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional, untuk membuat siswa belajar secara aktif yang menekankan pada penyediaan sumber belajar (Dimyati dan Mujiono, 2002:7). Seorang guru memiliki tanggung jawab untuk membawa para siswanya menuju pada satu taraf kematangan tertentu. Untuk mencapai hal ini, maka setiap rencana, tindakan, keputusan dan penilaian yang dilaksanakan oleh seorang guru harus bisa didudukkan dan dibenarkan dari sudut pelaksanaan tanggung jawab tersebut.
Tanggung jawab tersebut diwujudkan seorang guru dengan menyelenggarakan suatu proses pembelajaran yang mampu menciptakan suasana belajar yang baik. Syarat-syarat agar proses belajar berjalan dengan baik (Septihartadi, 2002) diantaranya:
1) Ada kemauan dari siswa untuk belajar
2) Siswa merasa tertarik dengan materi yang disajikan
3) Siswa merasa tertarik dengan metode belajar yang dibawakan oleh guru 4) Siswa harus mengalami kemajuan
Secara keseluruhan dari pengalaman belajar, kita belajar 10 % dari yang kita baca, 20 % dari apa yang kita dengar, 30 % dari apa yang kita lihat, 50 % dari apa yang kita lihat dan dengar, 70 % dari apa yang kita katakan, dan 90 % dari apa yang kita katakan dan lakukan. Hal ini menunjukkan bahwa, jika kita mengajar dengan banyak ceramah, maka siswa akan mengingat hanya 20 % karena siswa hanya mendengarkan. Sebaliknya jika guru meminta siswa untuk melakukan sesuatu dan melaporkannya, maka mereka akan mengingat sebanyak 90 %.
Kerucut Pengalaman Belajar Yang kita ingat
10 % Baca
20 % Dengar
30 % Lihat
50 % Lihat dan dengar
70 % Katakan
90 % Katakan dan lakukan
Sheal, Peter (1989). How to Develop and Present Staff Training Courses. London: Kogan Page
Ltd
Gambar 2.1 Kerucut Pengalaman Belajar
2.2 Konsep
suatu objek atau kejadian. (misalnya konsep tentang manusia, segitiga, merah, belajar, dsb). Dengan kemampuan manusia untuk membentuk konsep atau pengertian, memungkinkan manusia untuk mengadakan klasifikasi atau penggolongan benda-benda atau kejadian-kejadian. Zacks & Tversky (dalam Santrock, 2007) mengatakan bahwa konsep adalah kategori-kategori yang mengelompokkan objek, kejadian, dan karakteristik berdasarkan properti umum. Konsep adalah elemen dari kognisi yang membantu menyederhanakan dan meringkas informasi (Hahn & Ramscar, dalam Santrock, 2007).
2.2.1 Proses Pembentukan Konsep
a) Pandangan Klasik
Dalam pembentukan konsep yang baru paling sedikit terdapat dua komponen, yaitu mengidentifikasi sifat-sifat khusus yang dimiliki objek-objek; dan mempelajari bagaimana sifat-sifat itu dihubungkan melalui aturan-aturan tertentu. Proses pembentukan konsep menurut pandangan ini sangat menekankan pada segi aturan pembentuan suatu konsep.
b) Pandangan Modern
dimensi-dimensi khusus, baik kesamaan maupun perbedaan di antara contoh-contoh baru.
2.2.2 Tarap Perkembangan Konsep
Individu mengalami taraf atau tingkatan dalam perkembangan konsep-konsepnya. Tingkatan ini tersusun berdasarkan pada tingkatan perkembangan kognitif (konsep Piaget) yang telah dicapai oleh individu tersebut. Adapun tingkatan-tingkatan tersebut antara lain :
a) Taraf Konkret
Individu telah mencapai tingkatan konkret apabila ia mengenal atau mempersepsi suatu objek yang telah ditemukan pada waktu sebelumnya. Langkah pertama dalam pencapaian taraf ini adalah menghampiri suatu objek dan mempresentasikannya secara internal. Selanjutnya ia mulai membedakannya dari objek-objek lain, kemudian menyimpan informasi yang dilihatnya dalam mental imajinasi dan mengenal atau mengingat masing-masing objek apabila ia mengalaminya kembali dikemudian hari. Tahap konkret ini pada umumnya dialami oleh bayi-bayi berusia beberapa bulan atau satu tahun, meskipun mereka belum berkembang dari segi bahasanya (Solso, 2001)
Suatu konsep dicapai apabila individu mengenal suatu objek yang serupa dengan apa yang pernah ia temukan sebelumnya, sehingga ia mampu membedakan dan menggeneralisasikan objek tersebut dengan objek yang lainnya.
c) Taraf Klasifikasi
Taraf klasifikasi adalah kelanjutan dari taraf identitas. Pada taraf ini individu mampu mengklasifikasikan sejumlah besar contoh yang berbeda dari kelas yang sama, walaupun masih belum mampu memberikan alasan yang akurat tentang klasifikasi tersebut.
d) Taraf Formal
Konsep pada taraf formal telah dicapai apabila individu dapat memberi nama suatu konsep beserta contoh-contohnya secara tepat, baik nama intrinsik maupun definisi atribut-atribut yang dapat diterima oleh masyarakat, serta mampu memberikan alasan-alasan yang menjadi dasar pendefinisiannya.
2.3 Sumber Belajar
( http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/04/15/sumber-belajar-untuk-mengefektifkan-pembelajaran-siswa/.
1) Meningkatkan produktivitas pembelajaran dengan jalan: (a) mempercepat laju belajar dan membantu guru untuk menggunakan waktu secara lebih baik dan (b) mengurangi beban guru dalam menyajikan informasi, sehingga dapat lebih banyak membina dan mengembangkan gairah.
2) Memberikan kemungkinan pembelajaran yang sifatnya lebih individual, dengan cara: (a) mengurangi kontrol guru yang kaku dan tradisional; dan (b) memberikan kesempatan bagi siswa untuk berkembang sesuai dengan kemampuannnya.
3) Memberikan dasar yang lebih ilmiah terhadap pembelajaran dengan cara: (a) perancangan program pembelajaran yang lebih sistematis; dan (b) pengembangan bahan pembelajaran yang dilandasi oleh penelitian.
4) Lebih memantapkan pembelajaran, dengan jalan: (a) meningkatkan kemampuan sumber belajar; (b) penyajian informasi dan bahan secara lebih kongkrit.
5) Memungkinkan belajar secara seketika, yaitu: (a) mengurangi kesenjangan antara pembelajaran yang bersifat verbal dan abstrak dengan realitas yang sifatnya kongkrit; (b) memberikan pengetahuan yang sifatnya langsung. 6) Memungkinkan penyajian pembelajaran yang lebih luas, dengan
Secara garis besarnya, menurut Degeng (1990:83) terdapat dua jenis sumber belajar yaitu:
1) Sumber belajar yang dirancang (learning resources by design), yakni sumber belajar yang secara khusus dirancang atau dikembangkan sebagai komponen sistem instruksional untuk memberikan fasilitas belajar yang terarah dan bersifat formal.
2) Sumber belajar yang dimanfaatkan (learning resources by utilization), yaitu sumber belajar yang tidak didesain khusus untuk keperluan pembelajaran dan keberadaannya dapat ditemukan, diterapkan dan dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran
( http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/04/15/sumber-belajar-untuk-mengefektifkan-pembelajaran-siswa/.
2.4 Media Pembelajaran
Media merupakan alat, metode dan tehnik yang digunakan dalam rangka lebih mengefektifkan komunikasi dan interaksi antar pendidik dan siswa dalam proses pendidikan dan pembelajaran disekolah. Menurut Heinich, dkk (1982) kata “MEDIA” merupakan bentuk jamak dari kata “MEDIUM” (bahasa latin) yang secara harfiah berarti “PERANTARA” (between) yaitu perantara sumber pesan (source) dengan penerima pesan (receiver). Dalam proses pembelajaran, media ini dapat diartikan sebagai berikut :
http://kazzuya.wordpress.com/2009/11/14/media-pembelajaran-dalam-pendidikan/
1) Teknologi pembawa pesan yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran (Schramm,1977).
2) Sarana fisik untuk menyampaikan isi/materi pembelajaran seperti buku, film, video, slide, animasi dan sebagainya (Bringgs, 1977).
3) Sarana komunikasi dalam bentuk cetak maupun pandang dengar, termasuk teknologi perangkat kerasnya (NEA, 1969).
pesan/materi pembelajaran. Tujuan yang ingin dicapai adalah terjadinya proses belajar pada diri siswa. Media pembelajaran yang dirancang dengan baik dapat merangsang timbulnya proses/dialog mental pada diri siswa. Dengan perkataan lain, terjadinya komunikasi antara siswa dengan media atau secara tidak langsung tentunya antara siswa dengan penyalur pesan (guru). Dengan demikian kita dapat mengatakan bahwa proses belajar-mengajar telah terjadi. Media pembelajaran tersebut berhasil menyalurkan pesan/bahan ajar apabila kemudian terjadi perubahan tingkah laku (behavioral change) pada diri siswa. Media dapat juga diartikan sebagai sesuatu yang dapat digunakan untuk merangsang pikiran, perhatian dan kemauan murid, sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar pada murid-murid yang bersangkutan.
2.5 Topik, Kompetensi Dasar, serta Indikator Pembelajaran Ikatan Kimia Materi ikatan kimia yang dipelajari di SMA berdasarkan KBK meliputi pengertian ikatan kimia, konfigurasi elektron, ikatan ion, ikatan kovalen, ikatan kovalen koordinat, dan ikatan kovalen polar.
2.5.1 Pengertian Ikatan Kimia
2.5.2 Konfigurasi Elektron
Di antara atom di alam hanya atom gas mulia yang stabil. Dalam proses penggabungan atom yang mengalami perubahan adalah elektron-elektronnya. Oleh karena pada dasarnya elektron mempunyai sifat yang sama, maka dapat disimpulkan bahwa kestabilan suatu atom ditentukan oleh konfigurasi elektron atom tersebut. Menurut teori Oktet dari Kossel dan Lewis bahwa konfigurasi elektron atom-atom akan stabil bila elektron terluarnya sebanyak 8 elektron atau 2 elektron (khusus He).
Usaha untuk mencapai konfigurasi elektron yang stabil dapat dicapai dengan cara: 1) Melepaskan sebagian elektron (pada kulit terluarnya) sehingga terbentuk ion
positif yang bermuatan sebesar jumlah elektron yang dilepaskan.
2) Menerima elektron (dari atom lain) sehingga terbentuk ion negatif yang bermuatan sebesar jumlah elektron yang ditariknya.
3) Penggunaan bersama pasangan elektron diantara atom yang berikatan sehingga terbentuk sepasang elektron yang saling dipinjamkan.
2.5.3 Ikatan Ion
Ikatan ion terbentuk akibat gaya tarik menarik elektrostatik antara ion positif dengan ion negatif yang saling berikatan atau bisa dikatakan sebagai ikatan yang terjadi antara atom yang mudah melepaskan elektron dengan atom yang mudah menerima elektron.
Atom-atom yang mudah menerima elektron adalah atom dengan kecenderungan menerima elektron besar yaitu atom dengan jumlah elektron valensi besar. Atom-atom tersebut merupakan atom-atom dari unsur golongan VIA dan VIIA.
2.5.4 Ikatan Kovalen
Ikatan kovalen adalah ikatan antara dua atau lebih atom unsur yang sejenis atau berbeda didasarkan pada pemakaian elektron valensi bersama. Ikatan kovalen terjadi akibat ketidakmampuan salah satu atom yang akan berikatan untuk melepaskan elektron (ketidakmampuan membentuk ion positif). Ketidakmampuan melepaskan elektron terjadi pada atom-atom nonlogam. Atom nonlogam hanya memiliki kecenderungan untuk menerima elektron, sehingga jika masing-masing atom nonlogam berikatan maka terbentuk pasangan elektron yang dipakai bersama. Ditinjau dari jumlah elektron yang dipakai bersama atau jumlah ikatan antara atom, maka ikatan kovalen rangkap dua adalah ikatan kovalen yang melibatkan dua pasang elektron yang dipakai bersama. Ikatan kovalen rangkap tiga adalah ikatan kovalen yang melibatkan tiga pasang elektron yang dipakai bersama.
2.5.5 Ikatan Kovalen Koordinat
Ikatan kovalen koordinat adalah ikatan kovalen antara atom-atom, namun pasangan elektron yang dipakai bersama berasal dari salah satu atom.
2.5.6 Ikatan Kovalen Polar
x H
H
x Cl
H
pemakaian pasangan elektron bersama. Meskipun demikian, dalam kenyataannya ada senyawa yang berikatan kovalen, tetapi dapat tertarik oleh medan listrik. Hal ini menunjukkan bahwa ikatan kovalen ada yang menimbulkan kutub-kutub muatan listrik.
Terjadinya kutub listrik dalam ikatan kovalen disebut dengan peristiwa polarisasi ikatan. Peristiwa terjadinya polarisasi ikatan ini disebabkan adanya perbedaan kekuatan gaya tarik terhadap pasangan elektron yang digunakan bersama. Besarnya kekuatan gaya tarik elektron yang digunakan bersama dari suatu atom dinyatakan sebagai harga keelektronegatifan.
Contoh:
(a) nonpolar (b) polar
Pada contoh (a), kedudukan pasangan elektron ikatan sudah pasti simetris terhadap kedua atom H. Dalam molekul H2 tersebut elektronnya tersebar
secara homogen. Ikatan seperti itu disebut ikatan nonpolar. Pada contoh (b), pasangan elektron ikatan tertarik lebih dekat ke atom Cl, karena Cl mempunyai daya tarik elektron lebih besar daripada H. Akibatnya, pada HCl terjadi polarisasi, yaitu atom Cl lebih negatif daripada atom H. ikatan seperti itu disebut dengan ikatan polar.
2.6 Kerangka Berpikir
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk penelitian Kulitatif. Penelitian kulitatif berusaha mengungkap gejala secara menyeluruh, dan sesuai dengan konteks melalui pengumpulan data dari latar alami dengan memanfaatkan peneliti sebagai instrumen utama.
3.2 Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas X-4SMAN-3 Palangka Raya tahun ajaran 2009/2010.
3.3 Tahap-tahap Penelitian
Prosedur penelitian dilakukan melalui tiga tahapan yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan serta tahap analisis data. Penjelasan setiap tahap penelitian tersebut adalah sebagai berikut.
1) Tahap Persiapan
Jurusan Pendidikan MIPA. Kemudian dilanjutkan ke Dinas Pendidikan Pemuda dan Olah Raga Kota Palangka Raya.
Tahapan berikutnya dilanjutkan dengan observasi ke sekolah tempat dilakukannya penelitian. Observasi bertujuan untuk mengetahui keadaan sekolah, kurikulum yang digunakan, dan bagaimana proses pembelajaran yang terjadi di sekolah sasaran, terutama kelas X-3.
Setelah melakukan observasi sekolah, tahap selanjutnya adalah penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang sesuai dengan tuntutan kurikulum yang berlaku untuk pokok bahasan ikatan kimia di kelas X yaitu menggunakan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Langkah-langkah pembelajaran disesuaikan dengan acuan atau karakteristik metode atau strategi pembelajaran yang akan digunakan dalam pembelajaran.
2) Tahap Pelaksanaan
masing-masing siswa. Selama berlangsungnya kegiatan pembelajaran, dilakukan juga pengamatan terhadap pengelolaan pembelajaran oleh guru dan aktivitas siswa, dan yang paling penting adalah pengamatan terhadap konsep abstrak yang diperoleh siswa dalam kegiatan pembelajaran.
Kegiatan akhir yang dilakukan adalah pelaksanaan postes. Kegiatan ini bertujuan untuk mendapatkan data pemahaman konsep siswa setelah diberikan pembelajaran menggunakan media pembelajaran berbasis komputer. Soal tes pemahaman konsep yang digunakan adalah soal tes pemahaman konsep yang sama dengan yang dipergunakan dalam pengumpulan data pretes.
3.4 Prosedur Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan melakukan pembelajaran menggunakan media berbasis komputer sebagai sumber belajar pada kelas X-4SMAN-3 Palangka Raya. Saat pembelajaran berlangsung dilakukan pengamatan proses pembelajaran yang dilakukan oleh dua orang pengamat (observer) yaitu satu guru bidang studi kimia di sekolah dan satu orang mahasiswa Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan Pendidikan MIPA FKIP UNPAR. Setelah embelajaran selesai dilakukan tes pemahaman konsep dan pengambilan data respon siswa terhadap pembelajaran menggunakan angket.
Untuk memperoleh data pemanfaatan media pembelajaran berbasis komputer pada penelitian ini diperlukan alat (instrumen) pengumpulan data, yaitu: 1) Soal Tes Pemahaman Konsep
Tes Pemahaman Konsep diberikan pada siswa sebelum dan sesudah pembelajaran berlangsung yang digunakan untuk mengetahui pemahaman siswa sebelum dan sesudah pembelajaran. Tes ini berupa test tertulis berbentuk essay yang telah divalidasi oleh satu validator yang ditunjuk oleh Ketua Program Studi Pendidikan Kimia..
2) Lembar pengamatan pengelolaan pembelajaran menggunakan media pembelajaran berbasis komputer. Instrumen ini digunakan untuk mengetahui bagaimana pengelolaan pembelajaran menggunakan media pembelajaran berbasis komputer di dalam kelas.
3) Lembar pengamatan aktivitas siswa digunakan untuk mengamati aktivitas siswa selama proses pembelajaran dengan menggunakan media pembelajaran berbasis komputer, instrumen ini diisi oleh dua pengamat yang duduk di tempat memungkinkan untuk mengikuti dan mengamati seluruh pembelajaran dari awal hingga berakhirnya proses pembelajaran.
pembelajaran dengan menggunakan media pembelajaran sebagai sumber belajar.
3.5 Teknik Analisis data
Setelah data terkumpul, maka peneliti melakukan langkah-langkah sebagai berikut:
a) Peneliti mengolah data pretes dan postes untuk mengetahui skor masing-masing siswa kemudian mendeskripsikan data pretes dan postes tersebut. b) Peneliti mendeskripsikan peningkatan pemahaman konsep siswa pada
setiap indikator hasil belajar dengan membandingkan presentase peningkatan penguasaan konsep pretes dengan postes.
c) Peneliti mendeskripsikan aktivitas siswa yang dapat mendorong siswa terlibat aktif dalam proses pembelajaran dan aktivitas siswa yang dapat meningkatkan pemahaman siswa.
d) Peneliti mendeskripsikan hasil respon siswa secara keseluruhan agar diketahui bahwa respon siswa tersebut sangat mempengaruhi peningkatan hasil belajar siswa.
e) Peneliti mendeskripsikan jawaban siswa pada saat pretes dan postes serta membandingkan jawaban siswa tersebut agar dapat diketahui adanya peningkatan pemahaman konsep siswa.
3.6 Rancangan Penelitian
Penelitian yang dilaksanakan yaitu penelitian yang memanfaatkan media pembelajaran berbasis komputer sebagai sumber belajar untuk meningkatkan pemahaman konsep siswa. Rancangan penelitian ini adalah rancangan eksperimen yaitu pretes - perlakuan(pembelajaran) - postes. Pretes dilakukan untuk melihat kemampuan awal siswa, dan ini sebagai nilai awal untuk membandingkan hasil postes. Setelah pretes selesai kemudian dilakukan pembelajaran dengan menggunakan Media pembelajaran berbasis komputer sebagai sumber belajar, selama mengikuti pembelajaran siswa diberikan LKS untuk menuntun siswa menemukan konsep sendiri mengenai materi yang disampaikan. Tahapan terakhir yaitu mengadakan postes melihat hasil peningkatan konsep siswa.
Desain penelitian yang akan dilakukan terlihat pada gambar 3.1
Gambar 3.1 Desain penelitian