KADAR HEMOGLOBIN(Hb) PENDERITA TB PARU DALAM MASA TERAPI
OAT (OBAT ANTI TUBERKULOSIS) DI PUSKESMAS HAJI ABDUL HALIM
HASAN BINJAI
Ida Fauziah1), Grace Evalina Siahaan2)
1Staf Pengajar Fakultas Biologi Universitas Medan Area; 2Mahasiswa Fakultas Biologi Universitas Medan Area
ABSTRACT
The study was conducted to observe the hemoglobin level in pulmonary tuberculosis (TB) patient in therapeutic period who received anti tuberculose drugs.Hemoglobin level of Thirty Pulmonary TB patients was examined each month, before receiving any therapy and after the medications was given. Hemoglobin level measurement was continued until the third month of therapy. The observation held at Haji Abdul HalimHasan Public Health Center inBinjai showed that the hemoglobin level was significantly decrease with the time in pulmonary TB patient especially at the third month of therapy both in male and female patients.
Key Word : hemoglobin, patient, therapy, dan tuberculosis
ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan untuk mengamati kadar hemoglobin pada pasien tuberkulosis paru dalam masa pengobatan. Kadar Hemoglobin dari tiga puluh pasien TB Paru diperiksa setiap bulan. Pemeriksaan dilakukan sebelum menerima terapi apapun dan setelah pengobatan. Penelitian dilaksanakan di Rumah sakit Haji Abdul Halim Hasan Binjai menunjukkan bahwa kadar hemoglobin secara signifikan menurun dengan waktu pada pasien TB Paru terutama pada bulan ketiga terapi baik pada pasien laki-laki maupun perempuan.
Kata Kunci : hemoglobin, Pasien, terapi, dan Tuberkulosis
PENDAHULUAN
Indonesia adalah negara penyumbang tuberkulosis(TB) nomor tiga (10%) di dunia setelah India (30%) dan China (15%) (Sulani, 2004).Penyakit ini merupakan penyebab kematian nomor tiga setelah penyakit kardiovaskuler dan penyakit saluran pernafasan pada semua kelompok usia(Supriyatno, 2002).
Penyebaran TB paru dari satu pasien ke pasien lainnya terjadi melalui nuclei droplet infeksius yang dapatkeluarbersama batuk, bersin, dan bicara (Suyono, 2001). Faktor utama penularan infeksi adalah kedekatan atau durasi
kontak serta derajat infeksius pasien.
Bakteri penyebab TB
(Mycobacteriumtuberculosis) dapat tahan hidup pada udara kering maupun dalam keadaan dingin dan lembab. Dalam suasana lembab tersebut bakteri ini dapat tahan berhari-hari bahkan sampai berbulan-bulan (Herdin et al, 2005).
Bakteri ini berbentuk batang, mempunyai sifat khusus yaitu tahan terhadap asam pada pewarnaan. Oleh karena itu disebut sebagai bakteri tahan asam (BTA). Bakteri
Tuberculosis cepat mati dengan sinar matahari langsung, tetapi dapat bertahan hidup beberapa jam ditempat yang gelap dan lembab. Dalam jaringan tubuh bakteri ini dapat dormant, tertidur selama beberapa tahun(Dep. Kes. R. I, 2002).
Struktur dinding sel yang kompleks tersebut menyebabkan bakteri M. tuberculosis bersifat tahan asam, yaitu apabila sekali diwarnai akan tetap tahan terhadap upaya penghilangan zat warna tersebut dengan larutan asam – alkohol. Komponen antigen ditemukan di dinding sel dan sitoplasma yaitu komponen lipid, polisakarida dan protein (Medison, 2009).
Pengobatan bagi penderita penyakit TB memakan waktu sekitar 6 bulan atau bahkan bisalebih.Terapi penyembuhan TB dilakukan dengan pemberian OAT (Obat Anti Tuberkulosis) yang terdiriatas isoniazid, pirazinamid, rifampisain, eritromisisndanetambutol. Pasien yang beradadalammasaterapi OAT biasanyadiberikansupplemenmakana nuntukmencegahdefisiensibeberapaje niszatgizi.Terdapatbeberapapendapat keadaangizipenderita TB, Soedarto (2002)
mengatakanbahwapengobatanmengg unakanOATseringmenimbulkangangg uanhematologisdanpenderita TB kronikjugaseringmengalami anemia karenaseringmengalamibatukdarahat aumuntahdarah.Lebihlanjut, Prayogo (2005)menjelaskanbahwabatukdarah
padapenderita TB
parudisebabkanolehkerusakan jaringan yang luas.
Anemia terjadi disebabkan oleh kekurangnya zat besi dalam darah, yang dibutuhkan untuk pembentukan hemoglobin. Kekurangan besi dalam tubuh akan
dapatdisebabkanoleh kurangnya konsumsi makanan kaya besi, kurangnyaasupandalamkeadaankebut uhan yang meningkat seperti pada kehamilan, masatumbuh kembang serta pada penyakit infeksi (malaria dan penyakit kronis lainnya misalnya TBC). Ataudapatjugaterjadikarena kehilangan besi yang berlebihan pada perdarahan termasuk haid yang berlebihan , sering melahirkan dan infeksi
cacing(Child,1989).Dalamkajian lain yang dilakukanolehSetiawan (2011) diketahuibahwapemberiansuplemend an multivitamin padapenderita TB jugamasihmemilikibuktiterbatasakan kegunaannya,
haliniberkaitandengankebutuhanbebe rapamikronutrien
Dalamupayapemberantasan TB Paru, Puskesmas Haji Abdul HalimHasanBinjaimenjalankanperana nsebagaisentrapengobatandengan program pengobatansesuaiprosedur, yaitumelakukanpengobatandan monitoring kesehatanpasien TB paruselamadalammasapengobatanseh
pengaruhkadar oat
terhadapkadarHbpenderitaTB paru di
Puskesmas Haji Abdul
HalimHasanBinjai BAHAN DAN METODE
tuberkulosis) kotak pertama yang berisi kaplet rifampicin 150 mg, isoniazid 75 mg, pirazinamid 400 mg dan ethambutol 275 mg sebanyak 6 blister untuk digunakan selama 3 bulan dan dilakukan pemeriksaan Hb pada pasien perlakuan.
Pemeriksaan Hemoglobin danLeukosit
Untuk melakukan pemeriksaan hemoglobin disiapkan 3 tabung reaksi ukuran 5 ml, masing-masing diberi label reagen blanko (RB), reagen standart (RTD) dan reagen sampel (RPL), kemudian 5 ml larutan
Drabkindimasukkan ke dalam tabung RB, dan 5ml reagen standar
Sianmethemoglobindimasukkan kedalam tabung RTD, serta 5 ml larutan Drabkindimasukkan ke dalam tabung RPL. Kemudian darah kapiler pada ujung jari yangditusuk dengan lancet diambil sedemikian rupa hingga darah keluar dengan baik tanpa memijat-mijat jari, darah kapiler sebanyak 20 μl diambil dengan pipet Sahli, kelebihan darah
yang melekat pada bagian luar pipet dibersihkan dengan tissue. Darah dalam pipet Sahli dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang berisi larutanDrabkin, dibilas beberapa kali dengan larutan tersebut, dicampur dengan cara menggoyang tabung perlahan-lahan hingga larutan homogen dan dibiarkan selama 3 menit.
Hasildibacadenganspektrofotometerp adapanjanggelombang 546 nm (Child, 1990).Hasil pemeriksaan darah penderita TB BTA positif dibandingkan dengan nilai normal hemoglobin, yaitu : Laki-laki14-18 g/dl dan Perempuan 12-16 g/dl. Adapun kadar normal leukosit yaitu 4000-11000mm3.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Darihasilpemeriksaankadar hemoglobin dan leukosit penderita
TB-parusebelumpengobatandansetelah3b ulanpengobatandapatdilihatpadaTabe l1sebagaiberikut.
Tabel1.Hubungan lama pemberian OAT dengankadar hemoglobin padapasien TB-paruJenisKelaminPriadanWanita di Puskesmas Haji Abdul HalimHasanBinjai.
Pemberian OAT (Bulan)
KadarHemoglobin (g/dl)pria
KadarHemoglobin (g/dl)wanita Rata-rata ± SD Rata-rata ± SD 0
1 2 3
15,40 ± 0,68 14,08 ± 0,64 12,73 ± 0,51 11,88 ± 0,52
12,94 ± 0,33 11,82 ± 0,59 10,94± 0,54 10,42 ± 0,44 HasilujiANOVA (Analysis of
variance)diperolehnilai P 0,05 artinya lama pemberian OAT berpengaruh signifikanterhadap penurunan kadar haemoglobin mulai dari bulan kedua sampaibulan ketiga pengobatan.
BerdasarkanujilanjutPosts hoc tests Duncanpenurunankadar hemoglobin terjadi paling signifikanpadapria di bulanketiga.
Kelainanhematologipadapend eritatuberkulosisdapatdisebabkankar ena proses infeksituberkulosis,
efeksamping OAT
ataukelainandasarhematologis yang sudahadasebelumnyasehinggatuberk ulosisdapatmemberikankelainan-kelainanhematologi yang sangatbervariasidandapatmengenaise
rieritrosit, lekosit,
tulang yang anpertimbangandalampemilihan OAT, pemantauanaktivitaspenyakitsertaseb agaipemeriksaanpenunjanguntukmen ilairesponpengobatan (Oehadian, 2003).
Menurunnya kadar
hemoglobin penderita tuberkulosis dapat disebabkan karena proses infeksi tuberkulosis dan obat anti tuberkulosis pada fase awal terdiri dari Isoniazid, Pirazinamid dan Rifampisin, pada fase lanjutan hanya terdiri dari Isoniazid dan Rifampisin.PemberianIsoniazid danPirazinamiddapatmenyebabkanga ngguanmetabolisme B6 sehingga meningkatkan ekskresi B6 melalui urine dan dapat mengakibatkan defisiensi B6. Vitamin B6 dalam bentuk pyridoxal phosphate
merupakan kofaktor dalam prosesbiosintesis heme. Defisiensi B6 akan mengganggu biosintesis heme dan mengakibatkan anemia sideroblastiksedangkanpemberianRif ampisindapatmenimbulkan anemia hemolitik (Purnasari, 2011).
MenurutJafar (2012) perempuanmerupakansalahsatukelo mpok yang rawanmenderita anemia. Anemia
adalahsuatukeadaandimanakadar hemoglobin
daneritrositlebihrendahdari normal padapasienperempuanpenurunankad
ar hemoglobin
sudahmenurunpadabulanpertamapen gobatandisebabkanPada umumnya
perempuanlebih banyak
mengkonsumsi makanan nabati yang kandungan zat besinya sedikit, dibandingkan dengan makanan hewani, sehingga kebutuhan tubuh
akan zat besi tidak
terpenuhikemudian setiap hari manusia kehilangan zat besi 0,6 mg
yang diekskresi, khususnya melalui fesessertaperempuan mengalami haid setiap bulan, di mana kehilangan zat besi ± 1,3 mg perhari, sehingga kebutuhan zat besi lebih banyak dari pada pria.
Pengobatan TBC
dilakukandenganbeberapakombinasio batkarenapenggunaanobattunggalaka ncepatdanmudahterjadiresistensi. INH merupakanobat yang sangatpentinguntukmengobatisemuat ipe
TBC.Efeksampingnyadapatmenimbulk
an anemia
sehinggadianjurkanuntuk mengkonsu
msi vitamin
piridoksinsebagaipenambahdarah (Astuti, 2009).
KESIMPULAN
Pemberianobat anti tuberkulosismempengaruhigambaran hemoglobin penderita TB paru, penurunankadar hemoglobin terlihatsignifikandalam 3 bulanpengobatanterutamapadabulan
ke 3 pengobatan,
diperlukansuplemenmakanandan
vitamin yang
memadaiuntukmencegah anemia padapenderita TB paru yang sedangmenjalanipengobatan.
Untukmelengkapigambaran
hemoglobin penderita TB parudibutuhkankajiandenganpenamb ahanmasapengamatansehinggapasien dinyatakansembuh.
DAFTAR PUSTAKA
Astuti, 2009. EfekEkstrakEtanol 70% DaunPepaya (Caricapapaya,Linn) TerhadapAktivitas AST & ALT PadaTikusGalurWistarSetelahPembe rianObatTuberkulosis (Isoniazid &Rifampisin)
oc/123730812/Skripsi-Santi-Dwi-Astuti-11051968-A. Diakses 19 Agustus 2013, jam 20:55.
Child J. A, 1990. Segi Praktis Hematologi Klinik, Penerbit Binarupa Aksara.
Dep. Kes R. I, 2002. Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis. Cetakan
kedelapan. Dep. Kes R. I Jakarta. Jafar,
2012.PerilakuGiziSeimbangPad aRemaja,Program
StudiIlmuGiziFakultasKesehata nMasyarakatUniversitasHasanu ddin. http//B35Perilaku GiziSeimbangPada Remaja.pdf. Diakses 15 Agustus 2013, jam 00:15
Medison I, 2009.TuberkulosisParu. BagianPulmonologidanIlmuKed okteranRespirasi FK Unand/ SMF Paru RS. DR.M. Djamil Padang http://.tb. pdf. Diakses 02 November 2012, jam 06.15 Purnasari, 2011. Anemia Pada
Penderita Tuberkulosis Anak Dengan Berbagai Status Gizi Dan Asupan Zat Gizi. Program Studi Ilmu Gizi Fakultas KedokteranUniversitasDiponeg
oroSemarang.//http.394_Galih_ Purnasari_G2C007032. Diakses 16 September 2013, jam 22:45. Soedarto, 2002. Sinopsis Klinis.
Cetakan 1, Penerbit Airlangga University Press, Surabaya, hal : 416-417.
Sulani. F, 2004. Gambaran Tuberkulosis pada Perbedaan Gender : Dalam Seminar TB Day FK USU.
Suprayitno, B, Rahayu N. N, Boediman I, 2002. Karakteristik Tuberkulosis dengan Biakan Positif, dalam Cermin Dunia Kesehatan.
Suyono, S , 2001. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid 2, Edisi 3, Penerbit FKUI, Jakarta, hal : 819-829.
Oehadian. 2003. Aspek Hematologi Tuberkolosis. Sub-Bagian Hematologi-Onkologi Medik SMF Penyakit Dalam RS Perjan HasanSadikin/FK