• Tidak ada hasil yang ditemukan

DERMATITIS KONTAK OKUPASIONAL PADA PENATA RAMBUT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "DERMATITIS KONTAK OKUPASIONAL PADA PENATA RAMBUT"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

39

DERMATITIS KONTAK OKUPASIONAL

PADA PENATA RAMBUT

Affendi Purbananto, Sri Awalia Febriana, Dwi Retno Adi Winarni

Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin FK Universitas Gadjah Mada/RSUP dr. Sardjito Yogyakarta

ABSTRAK

Penata rambut adalah salah satu profesi yang rentan mengalami dermatitis kontak, terutama karena sering terpajan langsung dengan bahan kimia terkandung dalam berbagai produk maupun alat yang digunakan saat bekerja. Bahan bersifat iritan atau alergen pada produk pewarna rambut adalah p-phenylenediamine, p-methylaminophenol; dan hidrogen peroksida; pada pengeriting rambut adalah ammonium thioglycolate dan glyceryl monothioglycolate; pada pelurus rambut adalah formaldehid dan sodium hidroksida. Bermacam produk, misalnya sampo, pelembab (kondisioner), spray, gel, dan wax rambut juga dapat mengandung bahan bersifat iritan maupun alergen. Peralatan bekerja, misalnya gunting, biasanya mengandung nikel yang dapat menimbulkan dermatitis kontak, demikian pula sarung tangan lateks. Pencegahan dermatitis kontak pada penata rambut dapat dilakukan dengan menghindari atau mengganti produk perawatan rambut yang diduga sebagai penyebab. Selain itu, penggunaan alat pelindung, misalnya sarung tangan dan baju pelindung juga sangat penting untuk mencegah terjadinya kontak langsung antara kulit dengan berbagai bahan tersebut.

Kata kunci: dermatitis kontak okupasional, penata rambut, alergen, iritan

OCCUPATIONAL CONTACT DERMATITIS

ON HAIRDRESSER

ABSTRACT

Hairdresser is one profession which is susceptible to contact dermatitis mainly, due to directly exposed to chemicals contained in various products or tools used when working. Materials that are irritants or allergensin hair dye products are p-phenylenediamine,p-methylaminophenol, and hydrogen peroxide; in hair curlers are ammonium thioglycolate and glyceryl monothioglycolate; in hair straightener are formaldehyde and sodium hydroxide. Products such as shampoo, conditioner, spray, gel, and hair wax may also contain irritants or allergens. Nickel contained in equipment works like scissors can also cause contact dermatitis, similarly with gloves that contain latex. Prevention of contact dermatitis in hairdressers can be done by avoiding or replacing hair care products are suspected as the cause. In addition, the use of protective equipments, such as gloves and protective clothing, is also very important to prevent direct skin contact with these materials.

Keywords: occupational contact dermatitis, hairdresser, allergen, irritant

Korespondensi:

Gedung Radioputro Lantai 3,

Jl. Farmako 1, Sekip, Sleman, Yogyakarta Telpon/Fax 0274-560700

(2)

PENDAHULUAN

Dermatitis kontak okupasional (DKO) adalah penyakit kulit non infeksius yang disebabkan atau diperburuk oleh pekerjaan seseorang karena kontak dengan bahan yang digunakan. DKO tidak menular dari satu individu ke individu lainnya, dan biasanya banyak terjadi di negara industri. Salah satu profesi yang rentan terkena DKO adalah penata rambut. Berdasarkan bahan yang sering digunakan penata rambut, bentuk DKO yang dialami berupa dermatitis kontak, baik iritan maupun alergi.1 Hal ini terjadi karena seorang penata rambut sering terpajan langsung dengan berbagai bahan kimia terkandung dalam produk yang digunakan, misalnya sampo, cairan pengeriting rambut, cat rambut, dan bahan pelurus rambut, ataupun kontak langsung dengan peralatan yang digunakan, misalnya gunting atau sarung tangan.2,3

Berdasarkan data epidemiologi, prevalensi DKO berkisar antara 0,5-1,9 kasus per 1000 pekerja per tahun.4 Penelitian terhadap 405 responden penata rambut dan ahli kosmetik nasional di Amerika Serikat ditemukan lebih dari 50% mengalami dermatitis kontak. Sebanyak 203 penata rambut yang mengalami dermatitis kontak, 62 di antaranya datang memeriksakan diri ke dokter spesialis kulit dan 20 orang di antaranya mengalami dermatitis kronis.5

Meskipun DKO tidak memerlukan rawat inap, bersifat ringan, dan sering dianggap tidak berisiko, pengaruh terhadap pekerjaan dan status sosial harus diperhitungkan.6 Diharapkan tinjauan pustaka ini dapat membantu dalam mengenali berbagai bahan potensial menyebabkan DKO pada penata rambut, sehingga berbagai upaya pencegahan dapat dilakukan untuk menjaga kesehatan kulit para penata rambut.

EPIDEMIOLOGI

Berbagai produk perawatan rambut telah banyak dilaporkan memiliki efek samping terhadap kulit. Keluhan yang sering dilaporkan adalah dermatitis kontak akibat reaksi alergi maupun iritasi.7,8 Dermatitis kontak iritan (DKI) terjadi sekitar 80% dari semua kasus DKO, sedangkan dermatitis kontak alergi (DKA) hanya berkisar 20%.1 Bagian tubuh yang terlibat biasanya adalah tangan dan lengan bawah.9 Sebuah penelitian di Italia pada tahun 2006 menunjukkan bahwa 60% dari 42.839 pasien dengan dermatitis kontak berprofesi sebagai penata rambut, merupakan satu dari lima pekerjaan yang memiliki angka kejadian tertinggi.7

Berdasarkan penelitian oleh Khumalo, dkk. (2005) pada 261 penata rambut yang mengalami dermatitis kontak di Eropa pada tahun 2005, 49 pasien di antaranya dilakukan uji tempel. Hasil uji tempel tersebut menunjukkan reaksi positif 1 pada 27 pasien dan 22

pasien bereaksi positif lebih dari positif terhadap berbagai bahan kimia yang digunakan oleh penata rambut. Sembilan belas (7,3%) di antaranya positif alergi terhadap

paraphenylenediamine (PPD) yang merupakan komponen pada pewarna rambut.7

Penelitian Lind, dkk. (2005) menyatakan bahwa selain PPD, kandungan dalam pewarna rambut lainnya yang dapat menyebabkan terjadinya sensitisasi adalah

toluene-2,5-diamine (TDA) atau sulfatnya, toluene-2,5-diaminesulphate (TDS). PPD dan TDA (atau TDS) merupakan bahan yang paling berperan dalam reaksi alergi. Uji tempel yang dilakukan pada penata rambut, 17-58% menunjukkan reaksi positif terhadap PPD dan 14-25% terhadap TDA atau TDS.10

Dermatitis kontak umumnya terjadi pada 6 minggu pertama setelah memulai pekerjaan sebagai penata rambut. Sebuah studi potong lintang menunjukkan prevalensi dermatosis pada penata rambut berkisar antara 16,9% hingga 38,2%. Studi lain di kota Tainan, Taiwan, menunjukkan prevalensi yang sangat tinggi terhadap DKI (83%) dan DKA (44%).7

ETIOLOGI

Dermatitis Kontak Iritan

Dermatitis kontak iritan terjadi bila kulit terkena iritan ringan berulang-ulang dalam kurun waktu lama atau iritan kuat yang akan menyebabkan kerusakan kulit seketika, misalnya bahan yang mengandung asam atau basa.1 Penggunaan sampo dapat menghilangkan lipid dan kelembaban alami kulit tangan penata rambut. Produk

hair finishing, hidrogen peroksida, dan amonia pada bahan pewarna rambut, serta iritan persulfate dan

thioglycolates pada bahan bleaches dan cairan pengeriting rambut permanen juga berefek sama.11 DKI akan menyebabkan kulit menjadi kemerahan dan meradang yang tingkat keparahannya bergantung pada beberapa hal. Hal tersebut antara lain faktor individu berupa riwayat alergi atau riwayat dermatitis kontak sebelumnya, bagian tubuh yang terkena, serta kondisi lingkungan pekerjaan seperti cuaca panas dan kelembaban yang rendah akan menyebabkan kulit menjadi kering sehingga mempermudah terjadi friksi dengan peralatan yang digunakan.1

Dermatitis Kontak Alergi

(3)

41 pyrogallol pada bahan oksidatif pewarna rambut, sampo,

dan bahan karet sarung tangan juga merupakan penyebab DKA pada penata rambut. Beberapa kasus di lingkungan kerja penata rambut juga ditemukan kejadian alergi terhadap nikel. Krim pengeriting rambut permanen yang mengandung ammonium thioglycolate juga dapat menyebabkan keluarnya nikel dari alat piñata rambut, misalnya gunting.2

DKA akan melibatkan sistem imun tubuh. Sel imun tubuh akan bereaksi dengan bahan yang masuk ke dalam tubuh. Bahan asing dari luar tubuh tersebut dapat berupa bahan kimia kuat yang terserap ke dalam kulit dan menimbulkan respons alergi seperti ruam. Ruam akan muncul sekitar 24 hingga 96 jam setelah kontak. Derajat keparahan reaksi tersebut bergantung pada berapa lama dan bagaimana kontak dengan alergen, jenis kelainan kulit, suhu dan kelembaban di tempat kerja apakah cenderung menyebabkan berkeringat atau kulit kering atau kulit pecah-pecah, dan faktor lainnya seperti usia dan riwayat DKA pada keluarga.1

PATOFISIOLOGI

Dermatitis kontak iritan merupakan kondisi kerusakan kulit langsung yang disebabkan oleh bahan

BAHAN IRITAN DAN ALERGEN PADA

PERAWATAN RAMBUT

Perawatan rambut dapat dilakukan dengan berbagai cara, dapat berupa pewarnaan rambut, pengeritingan rambut, pelurusan rambut, atau hanya menata rambut dengan menggunakan gel, spray, atau wax.2 Berikut adalah beberapa bahan dan alat yang sering menjadi bahan iritan dan alergen pada penata rambut:

Pewarna rambut permanen. Pewarna rambut permanen terdiri atas 2 komponen utama, yaitu krim pewarna dan bahan oksidasi atau developer.12

Pewarna (krim pewarna). Pewarna terbagi atas 3 komposisi berdasarkan reaksi kimiawinya, yakni prekursor, couplers, dan direct dyes. Prekusor meliputi senyawa

iritan. Bahan iritan tersebut akan merusak sel jika terkena dalam waktu dan konsentrasi tertentu. Dalam hal ini proses imunologis tidak terlibat dan tanpa didahului sensitasi terlebih dahulu. Iritan akan merusak dengan cara menghancurkan atau memindahkan lipid dan mengubah kapasitas pengikatan air, sehingga akan memicu kerusakan sel epidermis.1

Dermatitis kontak alergi adalah reaksi hipersensitivitas tipe IV yang hanya mengenai individu yang terpapar sensitizer sebelumnya. Dua fase dalam hipersensitivitas tipe IV adalah induksi dan elisitasi. Selama proses fase induksi, alergen atau hapten akan penetrasi ke epidermis dengan melibatkan antigen-presenting cell (APC). Proses antigen ini dipengaruhi oleh limfosit T. Fase elisitasi muncul ketika individu tersensitasi oleh antigen kembali. Antigen penetrasi ke epidermis dan diekspresikan oleh APC. Proses antigen dipengaruhi oleh limfosit T efektor yang bersirkulasi, sehingga menghasilkan limfokin yang akan memerantarai respons inflamasi yang merupakan karakteristik dari DKA.1

MANIFESTASI KLINIS

Manifestasi klinis antar individu akan berbeda bergantung pada pajanan bahan yang kontak dengannya.1 (Tabel 1)

dengan gugus para-, misalnya p-phenylenediamine. Bila prekursor bertemu dengan bahan oksidasi (developer) maka akan teroksidasi dan segera bereaksi dengan

couplers. Couplers meliputi senyawa dengan gugus meta-, misalnya m- phenylenediamine.13

Senyawa p-phenylenediamine; merupakan komponen pewarna rambut yang paling banyak dilaporkan menyebabkan dermatitis kontak. Hampir semua merek pewarna mengandung komponen PPD tersebut. PPD sendiri dapat berekasi silang dengan benzokain, ester PABA, dan azo dyes khususnya disperse yellow 3 (DY3) dan disperse orange 1 (DO1).14

Senyawa p-methylaminophenol; termasuk komponen pewarna rambut yang sering menyebabkan dermatitis kontak, biasanya akan memperburuk keadaan pada indi Tabel 1. Manifestasi klinis dermatitis kontak okupasional1

Dermatitis Kontak Alergi Dermatitis Kontak Iritan

Kemerahan kulit Kering, bercak berskuama

Bula membasah Sensasi terbakar atau gatal

Bengkak pada mata Gatal

Kulit menghitam/pecah-pecah Reaksi akan meluas hingga area sekitar kontak

Kulit bengkak ringan Kulit terasa kaku Kulit kering pecah-pecah

Bula/vesikel

(4)

du yang juga sensitif dengan PPD.14

Bahan oksidasi (developer cream)

Hidrogen peroksida. Merupakan bahan terpenting yang selalu ada pada sebagian besar pewarna rambut, namun diklasifikasikan sebagai bahan oksidasi. Terkadang ammonium hidroksida ditambahkan di dalam pewarna rambut untuk mengaktivasi hidrogen peroksida. Hidrogen peroksida juga terdapat pada produk pengeriting rambut sebagai bahan neutralizing. Biasanya hidrogen peroksida lebih sering menyebabkan DKI dibandingkan dengan DKA karena sifatnya yang iritatif.12,14

Pengeriting Rambut

Glyceryl monothioglycolate. Merupakan komponen

dalam pengeriting rambut yang paling sering menyebabkan dermatitis kontak.14

Ammonium thioglycolate. Merupakan bahan utama di

dalam pengeriting rambut permanen dan merupakan penyebab dermatitis kontak terbanyak kedua pada pengeri-

ting rambut setelah glyceryl monothioglycolate.14

Pelurus Rambut

Formaldehid. Sumber atau produk yang mengandung formaldehid sangat banyak. Selain terdapat pada komponen pelurus rambut, formaldehid biasanya terdapat pada produk kosmetik lainnya, yaitu sabun mandi, sampo, pewarna kuku, disinfektan, deodoran, cairan kumur, pemoles mobil, pembersih kloset, plastik, pengawet kosmetik, dan obat-obatan. Selain dapat menyebabkan dermatitis kontak, formaldehid juga dapat menyebabkan urtikaria kontak.14,15

Sodium hidroksida. Sodium hidroksida atau natrium hidroksida adalah sejenis logam kaustik yang terbentuk dari oksida basa. Sodium oksida larut dalam air. Sodium hidroksida membentuk larutan alkalis yang kuat ketika dilarutkan ke dalam air. Sodium hidroksida digunakan di berbagai macam bidang industri, sering digunakan sebagai basa dalam proses produksi bubur kayu dan kertas, tekstil, air minum, sabun dan deterjen, serta di laboratorium kimia. Karena sifatnya yang basa, sodium hidroksida digunakan pada pencampuran komponen pelurus rambut.14

Pencuci (sampo), pelembab (kondisioner), spray, gel,

dan wax rambut

Tensides (concamidopropyl betaine). Concamidopropyl

betaine digunakan sebagai pembentuk busa pada sampo, dapat berfungsi pula sebagai surfaktan pada produk sabun tangan. Concamidopropyl betaine juga digunakan dalam kosmetik sebagai bahan pengemulsi dan pengental, sehingga dapat mengurangi iritasi. Pada kondisioner rambut berfungsi sebagai bahan antistatik sehingga tidak mengiritasi kulit kepala. Beberapa penelitian

menunjukkan concamidopropyl betaine justru bersifat alergen. Concamidopropyl betaine juga memiliki sifat antiseptik.14

Bahan pengawet

Methyldibromo glutaronitrile. Methyldibromo

glutaronitrile umumnya digunakan sebagai pengawet. Kontak dengan bahan kimia tersebut dapat menyebabkan alergi dan beberapa dilaporkan positif pada uji tempel.14,15

Methylchloroisothiazolinone.

Methylchloroisothiazolinone, selain sebagai pengawet pada produk kosmetik, juga dapat berfungsi sebagai antibakterial yang efektif terhadap bakteri Gram positif dan negatif, serta sebagai antifungal. Pada konsentrasi yang tinggi, methyl

chleroisothiazolinone dapat menjadi iritan pada kulit. Beberapa laporan juga menyatakan dapat menyebabkan kontak alergi pada beberapa individu.14,15

Parabens. Parabens banyak digunakan sebagai pengawet pada kosmetik, farmasi, dan beberapa makanan. Kosmetik yang mengandung parabens berupa sampo, cat rambut, produk perawatan rambut, krim perawatan kulit, maskara, lipstik, alas bedak, eye shadow, eye liner, dan pemerah pipi.14

Parfum

Hydroxylsohexyl 3-cyclohexene carboxaldehyde.

Hydroxylsohexyl 3-cyclohexene carboxaldehyde

merupakan pewangi sintetik yang terdapat dalam sabun dan deodoran. Seringkali menyebabkan kontak alergik dengan prevalensi 2-3%.14

Cinnamaldehyde. Cinnamaldehyde merupakan pewangi

yang ditambahkan pada beberapa produk kosmetik.

Cinnamaldehyde tersebut dapat ditemukan secara alami dalam minyak esensial chamomile, namun jarang sekali menyebabkan kontak alergik.14

Alat Kerja

Gunting, jepit rambut, rol rambut. Nikel. Penelitian yang dilakukan Wahhberg (2008) pada 35 penata rambut, mendapatkan hasil 29 orang positif pada uji tempel standar yang dilakukan, dan 14 di antaranya positif terhadap nikel. Prevalensi alergi yang tinggi kemungkinan disebabkan oleh kekerapan penggunaan alat yang mengandung nikel, misalnya gunting, jepit, rol, dan alat pengeri-

ting rambut.5

Sarung Tangan. Lateks; Lateks merupakan emulsi kompleks yang mengandung emulsi, protein, alkaloid, pati, gula, terpena, minyak, tannin, dan resin.14

Mercaptobenzothiazoles. Terdapat pada berbagai produk

(5)

43 mercaptobenzothiazoles dapat ditemukan pada ear plug,

sepatu karet, apron, masker, dan baju renang. Mercapto

enzothiazoles dilaporkan sering menyebabkan DKA.14 Bahan iritan dan alergen yang terkandung dalam berbagai produk perawatan rambut selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 2.

DIAGNOSIS

Diagnosis DKI pada dasarnya diketahui berdasarkan riwayat paparan terhadap bahan yang berpotensi sebagai iritan seperti tercantum pada Tabel 2. Manifestasi klinis dan lokasi distribusinya juga dapat mengarahkan kita untuk mendiagnosis DKI. Kelainan kulit yang timbul biasanya dapat menghilang setelah menjauhkan diri dari bahan iritan, dan jika perlu dapat diberikan pengobatan khusus. DKI pada beberapa kasus juga dapat merupakan efek kumulatif dari iritan yang multipel.1

Pada DKA lebih mudah untuk mengenalinya dan tidak diperlukan tes spesifik. Kelainan kulit akan hilang (walaupun tidak selalu) sepenuhnya bila kontak dengan alergen pada Tabel 2 dapat dihindari. Tes tempel dapat dilakukan untuk mengonfirmasi DKA dan

mengidentifikasi alergen penyebab. Terkadang koeksistensi dengan DKI dapat juga terjadi.1

PENATALAKSANAAN

Pencegahan

Gejala DKO berkurang bila pasien beristirahat dari pekerjaannya. Kekambuhan saat pasien bekerja kembali sangat bervariasi, berkisar antara 35-80%.16,17 Prevalensi DKO dapat diturunkan melalui pencegahan yang sempurna, antara lain: 1) pemahaman tentang lingkungan kerja dan berbagai bahan yang mungkin menyebabkan DKO, sehingga dapat menghindari kontak langsung dengan bahan tersebut; 2) penggunaan alat pelindung diri, misalnya baju pelindung dan sarung tangan, bertujuan menghindari kontak langsung antara kulit dengan bahan bersifat iritan atau allergen;1,18 3) melakukan uji tempel pada calon pekerja sebelum diterima, pekerja kemudian ditempatkan di bagian yang tidak mengandung bahan yang rentan terhadap dirinya sesuai hasil uji tempel; 4) pemeriksaan kesehatan berkala bertujuan untuk mengetahui dengan cepat dan tepat apakah pekerja terkena penyakit kulit akibat kerja; 5) kerjasama antara dokter, ahli kimia, dan ahli dalam bidang tenaga kerja untuk mengatur alat kerja, cara kerja, atau memperhatikan bahan yang dipergunakan dalam melakukan pekerjaan untuk mencegah kontaminasi pada kulit.1

Pengobatan

Tabel 2. Bahan iritan dan alergen dalam berbagai produk perawatan rambut5, 12-15

Jenis Bahan/Alat Komponen Iritan Sensitizer

Pewarna rambut

Tensides (concamidopropyl betaine), Bahan pengawet (methyldibromo Glutaronitrile, parabens methylchloroisothiazolinone), Parfum (cinnamal, eugenol, hydroxylsohexyl 3-cyclohexene

Sarung tangan (latex,

mercaptobenzothiazoles, thiurames, dithiocarbamates, phthalates, formaldehyde)

(6)

Tatalaksana utama ialah menghindari pajanan bahan atau alat yang dicurigai, baik yang bersifat mekanik, fisis, maupun kimiawi, serta menyingkirkan faktor yang memperberat. Dengan menghindari penyebab, DKO akan sembuh sendiri tanpa pengobatan topikal dan mungkin cukup dengan pelembab untuk memperbaiki kulit yang kering. Apabila diperlukan, untuk mengatasi peradangan dapat diberikan kortikosteroid topikal, misalnya hidrokortison, atau untuk kelainan kronik dapat diberikan kortikosteroid lebih kuat.17,19

PROGNOSIS

Prognosis pada DKO akut cukup baik, terutama pada penata rambut yang menjalankan rencana terapi dengan kooperatif. Kekambuhan dapat muncul apabila terpajan iritan atau alergen kembali. Bila bahan iritan tidak dapat dihindari dengan sempurna, maka prognosis menjadi kurang baik. Keadaan tersebut sering terjadi pada DKI kronis yang penyebabnya multifaktor.17 Prognosis pada DKA umumnya baik, sejauh bahan kontak dapat dihindari. Prognosis menjadi kurang baik dan kronik bila terjadi bersamaan dengan faktor endogen (dermatitis atopik, dermatitis numularis, atau psoriasis), atau terpajan oleh alergen yang tidak mungkin dihindari.17,18

KESIMPULAN

Dermatitis kontak okupasional pada penata rambut muncul ketika terjadi kontak dengan bahan dan alat yang bersifat allergen atau iritan pada saat bekerja. Penggunaan masker, sarung tangan plastik, dan baju pelindung pada saat bekerja dapat mencegah kontak kulit langsung dengan bahan tersebut. Pemeriksaan kesehatan berkala dan edukasi yang baik oleh dokter dapat mengurangi angka kejadian DKO tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

1. Krishnan S, Darmada IGK, Rusyati LMM.

Occupational contact dermatitis. J Udayana. 2013; 1: 1-7

2. Schwensen JF, Johansen JD, Veien NK, Funding AT, Avnstorp C, Osterballe M, dkk. Occupational contact dermatitis in hairdressers: an analysis of patch test data from the Danish Contact Dermatitis Group, 2002–2011. Contact Dermatitis. 2013; 70: 233–237

3. Kezic S, Visser MJ, Verberk MM. Individual susceptibility to occupational contact dermatitis. Industrial Health. 2009; 47: 469-78

4. Tanja Korfitsen Carøe, Niels Ebbehøj, Tove Agner. A

survey of exposures related to recognized occupational contact dermatitis in Denmark in 2010. Contact Dermatitis. 2013; 70: 56–62

5. Putra IB. Penyakit kulit akibat kerja karena kosmetik. USU Repository. 2008; 1: 1-8

6. Adisesh A, Robinson E, Nicholson PJ, Sen D, Wilkinson M. U.K. standards of care for occupational contact dermatitis and occupational contact urticarial. Br J Dermatol. 2013; 168: 1167–75

7. Khumalo NP, Jessop S, Ehrlich R. Prevalence of cutaneous adverse effects of hairdressing. Arch Dermatol. 2006; 142: 377-83

8. Heidi Søsted. Occupational Contact Dermatitis:

Hairdressers. Contact Dermatitis. 2010; 45: 865-71

9. Koch P. Occupational contact dermatitis: recognition and management. Am J Clin Dermatol. 2001; 2(6): 353-65

10. Lind ML. Dermatitis in hairdressers as a problem in chemical control. Ann Occup Hyg. 2005; 49(6): 457-59 11. Sularsito SA, Djuanda S. Dermatitis. Dalam: Djuanda A, Hamzah M, Aisah S. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi 5. Jakarta: Balai Penerbit FK UI; 2009.h.129-53

12. Nohynek GJ, Skare JA, Meuling WJ, Wehmeyer KR, de Bie AT, Vaes WH, dkk. Human systemic exposure to [14 1 c]-paraphenylenediamine-2 containing oxidative hair dyes: absorption, kinetics, 3 metabolism, excretion and safety assessment. Food Chemic. 2015; 1; 1-32

13. Bowling JC, Scarisbrick J, Warin AP. Allergic contact

dermatitis from trideceth-2-carboxamide

monoethanolamine (MEA) in hair dye. Contact dermatitis.2002; 47: 116-7

14. Coz CJ, Lepoittevin JP. Allergens: chemical structures, sources and references. Berlin: Springer Berlin Heidelberg; 2007: 1-254

15. Rietschel RL, Fowler JF. Preservative and vehicles in

cosmetics and toiletries. Fisher’s Contact Dermatitis.

Edisi ke-6. Philadelphia: Lippincott Williams Wilkins; 2008.h. 303-4

16. Brown T. Strategies for Prevention: occupational contact dermatitis. Occupat Med. 2004; 54(7): 450-7 17. Taylor JS, Sood A. Occupational skin disease. Dalam:

Freedberg IM, Eisen AZ, Wolff K, Austen KF,

Goldsmith LA, Katz SI, penyunting. Fitzpatrick’s

Dermatology in General Medicine. Edisi ke-8. New York: McGraw Hill; 2008.h.2067-80

18. Mari CT, Kathryn AZ. Allergic contact dermatitis.

Dalam: Wolf K, Goldsmith LA, Katz SI. Fitzpatrick’s

Dermatology in General Medicine. Edisi ke-8. New York: Mc Graw Hill;2012.h. 152-65

Gambar

Tabel 2. Bahan iritan dan alergen dalam berbagai produk perawatan rambut5, 12-15

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian yang menunjukkan beban kerja berat tetapi waktu tanggap pelayanan keperawatan baik menyimpulkan bahwaberdasarkan data karakteristik responden

Referensi lain menyebutkan bahwa pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan ureum dan kreatinin paling cepat diambil 2-3 menit setelah dialisis diakhiri (Jindal, K,

strategi yang kurang baik yaitu dengan cara kekerasan, diplomasi dan tipu daya serta tidak dengan pemilihan yang demokrasi Muawiyah tetap dianggap sebagai pendiri Dinasti

Dari hasil survei GPS yang telah dilaksanakan pada Juni 2002, April 2004, Juni 2004 dan Agustus 2005 teramati bahwa pada saat aktivitas gunung Ijen meningkat, pergeseran titik-titik

Ada beberapa alasan untuk ini, antara lain (1) lebih dari 60 p ersen dari bangsa-bangsa ternak di dunia berada di negara-negara sedang berkembang; (2) konservasi bangsa ternak

Dari  uraian  di  atas  pendekatan  pembelajaran  adalah  upaya  penyederhanaan  yang  digunakan  oleh  pendidik  secara  terprogram  dalam  desain  intruksional 

Pelaksanaan tindakan Dalam tahap ini peneliti akan melakukan tindakan sesuai dengan perencanaan yang telah disusun dan terfokus pada tujuan dilakukannya penelitian, yaitu

Serangkaian penelitian dilakukan guna mengembangkan formula pupuk bio-fosfat, yaitu formula pupuk pelet gabungan inokulum MPF yang dalam hal ini diwakili oleh