• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBENTUKAN SEL SEL MESIN UNTUK MENDAPAT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PEMBENTUKAN SEL SEL MESIN UNTUK MENDAPAT"

Copied!
83
0
0

Teks penuh

(1)

GAMBARAN PROGRAM PENANGGULANGAN KEBAKARAN DI AREAL PT. PERKEBUNAN NUSANTARA VIII (PERSERO)

PERKEBUNAN GOALPARA SUKABUMI TAHUN 2009

LAPORAN MAGANG

Oleh : OMMI AMALIA NIM : 105101003293

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

(2)

GAMBARAN PROGRAM PENANGGULANGAN KEBAKARAN DI AREAL PT. PERKEBUNAN NUSANTARA VIII (PERSERO)

PERKEBUNAN GOALPARA SUKABUMI TAHUN 2009

LAPORAN MAGANG

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Kuliah Semester 8 dan Menunjang Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM)

Oleh : OMMI AMALIA NIM : 105101003293

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

(3)

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA Magang, Juni 2009

Ommi Amalia, NIM : 105101003293

Gambaran Program Penanggulangan Kebakaran Di Areal PT. Perkebunan Nusantara VIII (Persero) Perkebunan Goalpara Sukabumi Tahun 2009

xv + 66, 3 tabel, 7 gambar, 3 bagan, lampiran

ABSTRAK

Sehubungan dengan perkembangan sektor industri yang semakin kompleks, terdapat banyak sumber yang berpotensi menimbulkan bahaya kebakaran. Bahaya kebakaran adalah salah satu musuh utama pada setiap kegiatan produksi. Dengan memperhatikan banyaknya dampak buruk yang diakibatkan oleh bahaya kebakaran baik yang diderita oleh pekerja maupun pengusaha maka perlu diadakan suatu program khusus untuk penanggulangan kebakaran yang didalamnya terdapat organisasi penyelamat dan kelengkapan sarana keselamatan terhadap bahaya kebakaran guna menghindari kerugian yang lebih buruk.

PT. Perkebunan Nusantara VIII (Persero) Perkebunan Goalpara merupakan perusahaan perkebunan teh milik negara yang berasal dari perusahaan perkebunan milik pemerintah Belanda. Komoditi utama dari PT. Perkebunan Nusantara VIII (Persero) Perkebunan Goalpara ini adalah teh. Teh yang dihasilkan akan dipasarkan baik lokal maupun ekspor.

Kegiatan magang ini dilakukan untuk mengetahui program penanggulangan kebakaran yang ada di areal PT. Perkebunan Nusantara VIII (Persero) Perkebunan Goalpara. PT. Perkebunan Nusantara VIII (Persero) Perkebunan Goalpara memiliki resiko bahaya kebakaran sedang. Potensi bahaya kebakaran di perusahaan berasal dari konsleting listrik, rokok, pemanasan lebih (overheated material), letikan bara pembakaran, pengelasan, dan gesekan mekanik. Dalam melakukan pengendalian terhadap kebakaran, PT. Perkebunan Nusantara VIII (Persero) Perkebunan Goalpara memiliki prosedur kerja tersendiri.

(4)

sebuah alarm yang bersifat manual yang terhubung ke semua unit kerja. Tidak ada alat pendeteksi khusus kebakaran berupa detektor untuk deteksi awal kebakaran dan alat pemercik air outomatik berupa sprinkler untuk pengendalian api awal. Dalam mengatasi bahaya kebakaran awal, perusahaan memiliki APAR (Alat Pemadam Api Ringan) yang terdapat di seluruh unit kerja dan sebuah hidran yang tidak berfungsi dengan baik karena salah satu komponennya yaitu selang digunakan untuk keperluan lain.

Dalam proses evakuasi, PT. Perkebunan Nusantara VIII (Persero) Perkebunan Goalpara memiliki sarana jalan keluar yang sudah baik dan pintu darurat berupa pintu dorong yang tidak dilengkapi panic handle. Tetapi tangga darurat yang tersedia di perusahaan masih terbuat dari kayu. Untuk tempat berkumpul pada saat evakuasi, PT. Perkebunan Nusantara VIII (Persero) Perkebunan Goalpara sudah memiliki area evakuasi yang luas di luar gedung dan dekat dengan gedung serta aman dari bahaya kebakaran. Perusahaan hanya memiliki cerobong yang terpasang di atas ruang produksi sebagai sistem pengendali asap pada saat terjadi kebakaran.

Pendidikan dan pelatihan diperlukan untuk melatih dan mengajarkan karyawan untuk waspada apabila terjadi suatu keadaan darurat. Perusahaan sudah pernah mendapatkan simulasi kebakaran yang diadakan oleh Dinas Ketenagakerjaan Kabupaten tentang cara menggunakan Alat Pemadam Api Ringan (APAR) yang benar, sekaligus paraktek langsung oleh karyawan. Selain simulasi tersebut, PT. Perkebunan Nusantara VIII (Persero) Perkebunan Goalpara juga telah melakukan simulasi internal pada pekerja mengenai kebakaran setiap setahun sekali. Simulasi internal ini lebih mengutamakan pada aspek penyelamatan diri.

(5)

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Laporan Magang dengan Judul

GAMBARAN PROGRAM PENANGGULANGAN KEBAKARAN DI AREAL PT. PERKEBUNAN NUSANTARA VIII (PERSERO)

PERKEBUNAN GOALPARA SUKABUMI TAHUN 2009

Telah disetujui, diperiksa dan dipertahankan dihadapan Tim Penguji Magang Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Jakarta, 11 Juni 2009

Mengetahui,

Catur Rosidati, SKM, MKM Pembimbing Fakultas

(6)

PANITIA SIDANG UJIAN MAGANG

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Jakarta, 11 Juni 2009

Penguji I

Catur Rosidati, SKM, MKM

Penguji II

(7)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP Nama Lengkap : OMMI AMALIA

Tempat / Tanggal Lahir : Bukittinggi / 14 Juli 1986 Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat : Jl. Raya Bukittinggi – Medan KM. 3,5 Lapau Konsi, Gadut, Bukittinggi, Sumatera Barat, 26152

Kewarganegaraan : Indonesia

Agama : Islam

Golongan Darah : A

Telephon : 085216128745

E-mail : dinda181205@yahoo.com

RIWAYAT PENDIDIKAN

Tahun Riwayat Pendidikan 1992 – 1998

1998 – 2001 2001 – 2004 2005 – sekarang

SD Negeri 09 Belakang Balok, Bukittinggi SLTP Negeri 1 Bukittinggi

SMU Negeri 2 Bukittinggi

S1 – Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) UIN Jakarta

PENGALAMAN ORGANISASI

Tahun Pengalaman Organisasi 1999 – 2000

OSIS SLTP Negeri 1 Bukittinggi

Ketua Dewan Penggalang (DP) Putri Gudep 173/174 SLTP Negeri 1 Bukittinggi

OSIS SMU Negeri 2 Bukittinggi

Ketua Dewan Ambalan (DA) Putri Gudep 327/328 SMU Negeri 2 Bukittinggi

Ketua Departemen Seni dan Budaya Keluarga Mahasiswa Minangkabau Jakarta Raya (KMM-JAYA) Koorkom Ciputat

(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan nikmat dan rahmat-Nya sehingga penyusunan laporan ini dapat terselesaikan. Salawat serta salam penulis haturkan kepada baginda besar Muhammad SAW, yang telah menyempurnakan peradaban manusia menjadi terang dan mencerahkan.

Laporan ini disusun untuk memenuhi syarat mata kuliah Magang semester VIII dengan judul “Gambaran Program Penanggulangan Kebakaran Di Areal PT. Perkebunan Nusantara VIII (Persero) Perkebunan Goalpara Sukabumi Tahun 2009”. Dalam laporan ini penulis mencoba menuliskan hal-hal yang berkaitan dengan

kegiatan magang penulis khususnya mengenai potensi bahaya kebakaran di perkebunan dan pengolahan teh serta program pencegahan dan penanggulangan terhadap bahaya kebakaran yang terjadi.

Dalam proses penyusunan laporan magang ini, penulis mendapatkan banyak bantuan, petunjuk, bimbingan dan motivasi dari berbagai pihak. Untuk itu dengan ikhlas dan penuh kerendahan hati penulis ingin menghaturkan rasa syukur sebagai implementasi dari rasa terima kasih kepada :

1. Keluarga tercinta, Ayahanda H. Zulfiadi, Ibunda Hj. Helmawati, Adinda Nindi Oktaveni serta seluruh keluarga besar di Bukittinggi. Terima kasih atas doa dan motivasi yang tak terbatas. Great Thanks.

(9)

3. Ibu Iting Shofwati ST, MKKK selaku penanggung jawab peminatan Kesehatan dan Keselamatan Kerja yang secara tulus dan penuh kesabaran menyalakan pelita di gelapnya dunia. Kesuksesan adalah perkalian dari kerja keras dan do’a. 4. Ibu Catur Rosidati SKM, MKM yang selalu siap memberikan bimbingan

akademik dan pengarahan membangun dalam proses magang.

5. Bapak Ir. Indra Budiarto selaku pembimbing lapangan yang selalu membimbing di lapangan dan memberikan masukan-masukan bermanfaat selama kegatan magang berlangsung.

6. Bapak Wawan, Bapak Nanang, Bapak Asep “Suli”, Bapak Ardi, Bapak Denan, Ibu Lili, Bapak Amir, Bapak Tatang, Bapak Yayat, dan semua personil di pabrik terima kasih atas bantuannya yang telah membuat penulis kerasan di lokasi magang.

7. Kawan-kawan seperjuangan di Kesehatan Masyarakat 2005 FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, K3 dan Gizi, semoga sukses selalu menyertai kita. Tetap semangat.

8. Dan Kanda, who always be a spirit and motivation for writer that make writer feel happy everyday and always try to do the best. Unforgetable of you.

Harapan penulis, semoga laporan ini memberikan banyak manfaat terutama bagi perkembangan ilmu dan pengetahuan di bidang keselamatan dan kesehatan kerja.

Jakarta, Juni 2009

(10)

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN ………

1.1. Latar Belakang ……….. 1.3.2. Bagi Program Studi Kesehatan Masyarakat ………….. 1.3.3. Bagi Mahasiswa ……… 1.4. Waktu dan Tempat Kegiatan ……….

(11)

BAB II

BAB III

BAB IV

TINJAUAN PUSTAKA ………...

2.1. Prinsip-prinsip Teknis Penanggulangan Kebakaran …………. 2.1.1. Teori Dasar Terjadinya Api ……….. 2.1.2. Faktor-faktor Penyebab Terjadinya Kebakaran …….... 2.1.3. Klasifikasi Kebakaran ………... 2.1.4. Hasil Pembakaran ………. 2.1.5. Metode Pemadaman ……….. 2.1.6. Usaha-Usaha Penanggulangan Umum Bahaya

Kebakaran ……….

2.2. Program Penanggulangan Kebakaran ………... 2.2.1. Organisasi Keselamatan ……… 2.2.2. Sarana Pemadam Kebakaran ………. 2.2.3. Sarana Emergensi dan Evakuasi ………...

2.2.3.1. Standar Sarana Penyelamatan ………... 2.2.3.2. Perlengkapan penyelamatan ……….. 2.3. Prosedur Jika Terjadi Keadaan Darurat ……… 2.4. Pendidikan dan Pelatihan ……….. LANGKAH DAN JADWAL KEGIATAN MAGANG …………

3.1. Langkah-langkah Kegiatan Magang ………. 3.2. Jadwal Kegiatan Magang ……….. HASIL DAN PEMBAHASAN ………

(12)

4.2. Profil PT. Perkebunan Nusantara VIII (Persero) Perkebunan Goalpara ………

4.2.1. Sejarah Singkat ………. 4.2.2. Keadaan Geografis ……… 4.2.3. Kapasitas, Produksi dan Produktivitas Teh, Kina, dan

Tanaman Pendukung Lainnya ………...

4.2.4. Sumber Daya Manusia ……….. 4.2.5. Unit Kerja Perusahaan ……….. 4.2.6. Aktivitas Organisasi ……….. 4.2.7. Karakteristik Mutu Produk ……… 4.3. Struktur Organisasi PT. Perkebunan Nusantara VIII (Persero)

Perkebunan Goalpara ………

4.4. Organisasi Penyelamatan Kebakaran ……… 4.5. Prosedur Kerja Pengendalian Kebakaran ……….. 4.6. Sarana Proteksi Kebakaran Aktif dan Pasif ………..

4.6.1. Sarana Proteksi Aktif ……… 4.6.1.1. Alarm Kebakaran ……….. 4.6.1.2. Detektor ……… 4.6.1.3. Sprinkler ……… 4.6.1.4. Alat Pemadam Api Portable (APAP) ……… 4.6.1.5. Hidran ……… 4.6.2. Sarana Proteksi Pasif ……….

(13)

BAB V

4.6.2.1. Sarana Jalan Keluar (Jalur Evakuasi) ……… 4.6.2.2. Pintu Darurat Kebakaran ………... 4.6.2.3. Tangga Darurat Kebakaran ………... 4.6.2.4. Lokasi Berkumpul/Area Evakuasi ………… 4.6.2.5. Sistim Pengendali Asap ……… 4.7. Pendidikan dan Pelatihan ………. PENUTUP ………

5.1. Kesimpulan ………...

5.2. Saran ………..

54 56 57 57 58 59 61 61 63 DAFTAR PUSTAKA ……….

LAMPIRAN ………...

(14)

DAFTAR TABEL

Nomor Tabel Halaman

3.1.

4.1.

4.2.

Jadwal Kegiatan Magang di PT. Perkebunan Nusantara VIII (Persero) Perkebunan Goalpara tanggal 6 Maret s/d 7 April 2009

Hasil Pengamatan Sarana Proteksi Kebakaran Aktif dan Pasif di PT. Perkebunan Nusantara VIII (Persero) Perkebuanan Goalpara tahun 2009

Kesesuaian APAR PT. Perkebunan Nusantara VIII (Persero) Goalpara dengan Permennaker No. Per-04/Men 1980

30

45

(15)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Gambar Halaman

4.1.

4.2.

4.3.

4.4.

4.5.

4.6.

4.7.

Alarm dan Sirine Untuk Komunikasi Bahaya Kebakaran

Letak dan Jenis APAR

Posisi APAB yang Tidak Wajar

Jalur Evakuasi di Areal Pabrik

Pintu Darurat Untuk Evakuasi

Area Evakuasi di Luar Gedung

Cerobong Asap Sebagai Pengendali Asap

47

50

53

55

56

58

(16)

DAFTAR BAGAN

Nomor Bagan Halaman

3.1.

4.1.

4.2.

Langkah-langkah Kegiatan Magang

Struktur Organisasi Perusahaan PT. Perkebunan Nusantara VIII (Persero) Perkebunan Goalpara

Alur Prosedur Kerja Pengendalian Kebakaran PT. Perkebunan Nusantara VIII (Persero) Perkebunan Goalpara

29

41

(17)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Penerapan K3 secara umum merupakan syarat utama di dalam setiap proses bekerja, karena seiring dengan bertambah pesatnya sektor perindustrian sekarang ini serta penerapan teknologi yang sudah sangat modern maka bidang K3 juga harus diperhatikan. Dalam UUD 1945 pasal 27 ayat 2 disebutkan bahwa “setiap warga negara behak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan”. Dalam hal ini yang dimaksud dengan pekerjaan adalah pekerjaan

yang bersifat manusiawi, yang memungkinkan pekerja berada dalam kondisi sehat, selamat, bebas dari kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Sehingga dapat hidup layak sesuai dengan hak dan martabat manusia.

Sehubungan dengan perkembangan sektor industri yang semakin kompleks, terdapat banyak sumber yang berpotensi menimbulkan bahaya kebakaran. Bahaya kebakaran adalah salah satu musuh utama pada setiap kegiatan produksi. Karena dari semua elemen yang ada di suatu kegiatan produksi dapat mengakibatkan kebakaran, seperti mesin-mesin, instalasi listrik, peralatan, bahan-bahan, dan juga faktor human error. Tidak ada yang dapat mempengaruhi suatu industri sebanyak kerusakan dan kesengsaraan yang ditimbulkan oleh kebakaran. (Erkin,John H.J.,1997).

Terjadinya api/kebakaran disebabkan bergabungnya tiga unsur seperti bahan bakar, panas dan oksigen. PT. Perkebunan Nusantara VIII (Persero)

(18)

Perkebunan Goalpara memiliki ketiga unsur tersebut. Dalam proses pengolahan perusahaan menggunakan bensin sebagai bahan bakar. Sumber panas dihasilkan dari gesekan mekanik, bunga api listrik, letikan bara pembakaran, pemanasan lebih dan sinar matahari. Ruang produksi juga memiliki ventilasi yang berfungsi sebagai keluar masuk udara bersih termasuk oksigen. Jika ketiga unsur tersebut di atas bergabung dengan kondisi dan komposisi yang tepat, maka akan terjadi kebakaran/api.

Oleh karena itu, perusahaan perlu memikirkan dan mempersiapkan suatu cara guna menanggulangi adanya risiko kebakaran yang dapat terjadi kapan saja. Hal ini dilakukan untuk mengurangi kerugian yang timbul akibat kebakaran yang terjadi. Bahaya kebakaran dapat dicegah dengan pengamanan bangunan dan proses produksi di perusahaan. Misalnya dengan menerapkan peraturan perundangan K3 serta Lingkungan (LK3). Penyediaan alat pemadam dan juga membuat perencanaan untuk menghadapi keadaan darurat guna mengendalikan kerugian serta dampak yang ditimbulkan dari berbagai bentuk bencana yang bisa terjadi.

(19)

banyaknya dampak buruk yang diakibatkan oleh bahaya kebakaran baik yang diderita oleh pekerja maupun pengusaha maka perlu diadakan suatu program khusus untuk penanggulangan kebakaran yang didalamnya terdapat organisasi penyelamat dan kelengkapan sarana keselamatan terhadap bahaya kebakaran guna menghindari kerugian yang lebih buruk.

1.2. Tujuan Kegiatan 1.2.1. Tujuan Umum

Didapatkannya gambaran mengenai program penanggulangan kebakaran di areal PT. Perkebuanan Nusantara VIII (Persero) Perkebunan Goalpara, Sukabumi tahun 2009.

1.2.2. Tujuan Khusus

1. Diketahuinya gambaran umum PT. Perkebunan Nusantara VIII (Persero) Perkebunan Goalpara, Sukabumi.

2. Diketahuinya gambaran struktur organisasi keselamatan kebakaran baik struktural maupun fungsional di PT. Perkebunan Nusantara VIII (Persero) Perkebunan Goalpara, Sukabumi.

3. Diketahuinya prosedur kerja penanggulangan kebakaran PT. Perkebunan Nusantara VIII (Persero) Perkebunan Goalpara, Sukabumi.

4. Diketahuinya informasi mengenai sarana pemadam kebakaran yang tersedia di PTP. Nusantara VIII (Persero) Perkebunan Goalpara, Sukabumi.

(20)

6. Diketahuinya informasi mengenai pelaksanaan inspeksi, usaha-usaha pembinaan dan pelatihan terhadap karyawan mengenai program penanggulangan kebakaran.

1.3. Manfaat Kegiatan 1.3.1. Bagi Perusahaan

1. Perusahaan dapat menjalankan program perusahaan yang berada di sektor edukasi.

2. Perusahaan dapat melakukan pertimbangan/koreksi/update terhadap potensi bahaya kebakaran yang ada di lingkungan kerja.

3. Perusahaan dapat melibatkan mahasiswa dalam melaksanakan program K3. 4. Menciptakan kerjasama yang saling menguntungkan dan bermanfaat antara

perusahaan dengan Program Studi Kesehatan Masyarakat FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, khususnya peminatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3).

1.3.2. Bagi Program Studi Kesehatan Masyarakat

1. Sebagai sarana pembelajaran secara langsung mengenai sistem penanggulangan kebakaran.

2. Masukan yang bermanfaat dalam pengembangan kurikulum di program studi Kesehatan Masyarakat FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

(21)

1.3.3. Bagi Mahasiswa

1. Dapat mengaplikasikan ilmu dan pengetahuan yang telah didapat di perkuliahan pada tempat kerja yang sesungguhnya.

2. Memperoleh pengalaman kerja dan sekaligus sebagai media pembelajaran nyata.

3. Meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam proses pengendalian kebakaran di lingkungan kerja.

1.4. Waktu dan Tempat Kegiatan

(22)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Prinsip-Prinsip Teknis Penanggulangan Kebakaran 2.1.1. Teori Dasar Terjadinya Api

Api adalah suatu reaksi kimia yang diikuti oleh evolusi/pengeluaran cahaya dan panas. Reaksi kimia mengandung pengertian adanya proses yang berlangsung secara kimia. Terjadinya api/kebakaran disebabkan bergabungnya tiga unsur seperti bahan bakar, panas dan oksigen. Bahan bakar adalah suatu bahan yang mudah terbakar, yang secara fisik terbagi atas :

1. Bahan bakar gas : asetilen, metana, hidrokarbon, dll. 2. Bahan bakar cair : kerosin, minyak tanah, bensin, dll.

3. Bahan bakar padat : kayu, kertas, batu bara, logam, karet, dll

Panas yang dibutuhkan untuk pembakaran tersebut haruslah cukup mencapai temperatur minimum dari bahan-bahan tersebut. Sumber-sumber panas dapat berasal dari : gesekan, bunga api listrik, petir, sinar matahari, tekanan dan lain-lain. Oksigen adalah salah satu unsur yang terdapat di udara atau dihasilkan melalui proses kimia yang memiliki kandungan sebesar 21%. Untuk terjadinya api diperlukan kandungan oksigen antara 16%-21%. Jika ketiga unsur tersebut di atas bergabung dengan kondisi dan komposisi yang tepat, maka akan terjadi kebakaran/api. Proses inilah yang dikenal sebagai proses Segitiga Api

(23)

2.1.2. Faktor-faktor Penyebab Terjadinya Kebakaran

Berdasarkan pengamatan, pengalaman, penyelidikan dan analisa dari setiap peristiwa kebakaran dapat diambil kesimpulan bahwa faktor-faktor penyebab terjadinya kebakaran dan peledakan bersumber pada 3 (tiga) faktor, yaitu :

1. Faktor manusia

a. Kurangnya pengertian terhadap penanggulagan bahaya kebakaran. Dalam hal ini, orang yang bersangkutan sama sekali belum mengerti atau hanya sedikit mengetahui tentang cara-cara penanggulangan bahaya kebakaran, misalnya :

1) Mendekat-dekatkan benda-benda yang mudah terbakar ke sumber api/panas, seperti : meletakkan kompor yang sedang menyala di dekat dinding yang mudah terbakar.

2) Memadamkan api (kebakaran) yang sedang terjadi dengan menggunakan peralatan pemadaman/media pemadaman yang bukan pada tempatnya/fungsinya, seperti : memadamkan api yang berasal dari kebakaran benda cair (bensin, solar, minyak tanah, dll) dengan menggunakan air.

b. Kelalaian

(24)

1) Tidak pernah mau memperhatikan/meneliti atau mengadakan pengontrolan/pemeriksaan secara rutin terhadap alat-alat yang akan dan sedang dipakai (kompor, generator, instalasi listrik, alat-alat listrik, dll).

2) Tidak pernah mengadakan pengamatan terhadap lingkungan situasi setempat sewaktu akan meninggalkan ruang kerja dan tempat tinggal.

3) Membiarkan anak-anak bermain api.

4) Tidak pernah mengadakan pengontrolan terhadap perlengkapan alat pemadam kebakaran.

5) Tidak mematuhi larangan-larangan di suatu tempat. c. Disengaja

Yakni suatu kebakaran yang benar-benar sengaja dilakukan oleh seseorang dengan tujuan untuk maksud-maksud tertentu, misalnya saja mencari keuntungan pribadi dan untuk balas dendam.

2. Faktor teknis

a. Melalui proses mekanis, dimana 2 (dua) faktor penting yang menjadi peranan dalam proses ini ialah timbulnya panas akibat kenaikan suhu atau timbulnya bunga api akibat dari pengetesan benda-benda maupun adanya api terbuka.

(25)

c. Melalui tenaga listrik, pada umumnya terjadi karena hubungan pendek sehingga menimbulkan panas atau bunga api dan dapat menyalakan atau membakar komponen yang lain.

3. Faktor alam

a. Petir adalah salah satu penyebab adanya kebakaran dan peledakan akibat dari faktor alam.

b. Gunung meletus, bisa menyebabkan kebakaran hutan yang luas, juga perumahan-perumahan yang dilalui oleh lahar panas.

.

2.1.3. Klasifikasi Kebakaran

Menurut NFPA, kebakaran dapat dikelompokkan menjadi 4 kelas :

1. Kelas A : kebakaran pada bahan padat bukan logam seperti kayu, batu bara, kain, karet dan lain-lain.

2. Kelas B : kebakaran pada bahan cair dan gas seperti : bensin, tinner, cat, dan lain-lain.

3. Kelas C : kebakaran pada instalasi listrik

4. Kelas D : kebakaran pada logam-logam yang mudah terbakar seperti magnesium, natrium dan lain-lain.

2.1.4. Hasil Pembakaran

Asap, sebagai hasil pembakaran yang kurang sempurna. Contoh pembakaran sempurna: CH4 + 2 O2 CO2 + 2 H2O, dan

(26)

Sedangkan warna asap tergantung dari sifat material pada kelas A. 1. Putih atau abu-abu ringan menandakan pembakaran bebas (free burning). 2. Hitam atau abu-abu gelap menandakan kebakaran yang panas sekali dan

kurang oksigen.

3. Kuning, merah, ungu, dan lain-lain menndakan adanya gas-gas beracun.

2.1.5. Metode Pemadaman

Prinsip pemadaman kebakaran pada dasarnya adalah merusak keseimbangan campuran antara unsur/faktor penunjang terjadinya api (Sumanto Iman Khasani : 1991). Adapun metode-metode yang dapat dilakukan dalam usaha pemadaman kebakaran adalah:

1. Smothering

Metode ini dikenal dengan sistem pemadaman isolasi/lokalisasi, yakni dengan melakukan pemutusan terhadap udara luar dengan benda/bahan yang terbakar agar perbandingan udara (oksigen) dengan benda yang terbakar berkurang.

2. Starvation

Metode ini dengan mengurangi/mengambil jumlah bahan-bahan yang mudah terbakar atau menutup aliran bahan (cairan/gas) yang terbakar.

3. Cooling

(27)

4. Inhibition of the chemical chain reaction

Metode ini dilaksanakan dengan menggunakan alat pemadam api, dimana pada saat pemadaman berlangsung, partikel-partikel media pemadaman api yang dipakai dapat menyerap/mengikat radikal hidroksil dari api secara kimiawi ataupun mekanis.

5. Emulsification

Metode ini dengan cara pengumpulan, misalnya memadamkan api dari kebakaran plastik dengan menggunakan air.

6. Pelarutan

Metode ini dengan cara penggumpalan, misalnya memadamkan api dari kebakaran alkohol dengan menggunakan air.

2.1.6. Usaha-Usaha Penanggulangan Umum Bahaya Kebakaran

Penanggulangan bahaya kebakaran dapat dibagi menjadi tiga kelompok besar, yaitu :

1. Tindakan Preventif

Usaha pencegahan yang dilakukan sebelum terjadinya kebakaran dengan maksud menekan atau mengurangi faktor-faktor yang dapat menyebabkan timbulnya kebakaran antara lain:

a. Mengadakan penyuluhan-penyuluhan

b. Pengawasan terhadap bahan-bahan bangunan

(28)

e. Pengadaan sarana pemadaman kebakaran dan sarana penyelamat jiwa f. Pengadaan sarana pengindera kebakaran

g. Penegakan peraturan dan ketentuan h. Mengadakan latihan secara berkala 2. Tindakan Represif

Usaha-usaha yang dilakukan pada saat terjadi kebakaran dengan maksud untuk memperkecil kerugian yang timbul sebagai akibat kebakaran. a. Usaha Pemadaman

1) Penggunaan peralatan pemadam kebakaran 2) Mencegah meluasnya kebakaran

3) Penggunaan alat-alat penunjang

b. Pertolongan atau penyelamatan jiwa manusia dan harta benda 1) Pengamanan daerah kebakaran dan bahaya kebakaran 2) Pelaksanaan evakuasi

3) Mempersiapkan tempat berkumpul dan daerah aman c. Usaha-usaha pencarian

1) Mencari sumber api untuk dipadamkan

2) Mencari orang-orang untuk diselamatkan bila dalam keadaan terjebak

(29)

3. Tindakan Rehabilitatif

Upaya-upaya yang dilakukan setelah terjadi kebakaran dengan maksud evaluasi dan menganalisa peristiwa kebakaran untuk mengambil langkah-langkah selanjutnya, antara lain :

a. Menganalisa tindakan-tindakan yang telah dilakukan

b. Membuat pendataan menyelidiki faktor-faktor penyebab kebakaran

2.2. Program Penanggulangan Kebakaran

Penanggulangan kebakaran adalah semua tindakan yang berhubungan dengan pengamatan dan pemadaman kebakaran serta meliputi perlindungan jiwa dan keselamatan manusia serta perlindungan harta kekayaan (Gatot Soedharto : 1984). Dengan meningkatnya penggunaan bahan-bahan yang mudah terbakar, pengintensifan, pencegahan, dan penanggulangan terhadap kebakaran harus ditingkatkan, agar kerugian dapat diperkecil dan agar korban jiwa menjadi sedikit mungkin.

2.2.1. Organisasi Keselamatan

(30)

1. Penyusunan rencana strategi sistem pengamanan kebakaran 2. Pemeriksaan dan pemeliharaan sarana pemadam/penyelamatan 3. Pemeriksaan secara berkala

4. Pelaksanaan latihan penaggulangan bahaya kebakaran 5. Evakuasi penghuni saat kebakaran

Menurut dewan K3 nasional (1981), anggota unit/regu penanggulangan kebakaran menurut fungsi tugasnya dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :

1. Unit/regu khusus penanggulangan kebakaran adalah suatu bagian dari organisasi di organisasi di tempat kerja yang diberikan beban tugas dan tanggung jawab khusus untuk menangani masalah penanggulangan bahaya di tempat kerja yang bersangkutan.

2. Unit/regu penanggulangan kebakaran yang berfungsi sebagai tugas sampingan adalah selain mereka telah ditunjuk sebagai unit/regu penaggulangan kebakaran di tempat kerja, mereka tetap mempunyai tanggung jawab atas pekerjaan sebagaimana karyawan lain.

Mereka ini harus mengikuti program latihan baik secara teoritis maupun praktek dan harus pula dilengkapi dengan perlengkapan yang menunjang pelaksanan tugasnya.

Mengenai organisasi keselamatan dapat dibagi menjadi dua, yaitu: 1. Organisasi Berlakar (bantuan keselamatan kebakaran) unit:

a. Anggota satuan pengamanan setempat dan teknisi b. Bertugas selama 1 x 24 jam

(31)

d. Susunan organisasi disesuaikan dengan situasi e. Bentuk susunan organisasi meliputi:

1) Pimpinan keselamatan kebakaran 2) Wakil pimpinan keselamatan kebakaran 3) Pengawasan evakuasi gedung

4) Petugas pemadam kebakaran 5) Petugas P3K

6) Petugas pos komando 7) Petugas panel control 8) Petugas generator 9) Petugas lift kebakaran

10)Petugas pengaman lingkungan

11)Petugas di tempat berhimpun (pos pertolongan) 2. Organisasi peran kebakaran

a. Anggota seluruh penghuni bangunan b. Bertugas pada jam-jam kerja

c. Dibentuk disetiap lantai ruangan

d. Susunan organisasi sesuai dengan kebutuhan e. Susunan organisasi meliputi:

1) Kepala peran kebakaran lantai 2) Wakil kepala peran kebakaran lantai 3) Petugas pemadam kebakaran

(32)

2.2.2. Sarana Pemadam Kebakaran 1. Alarm Kebakaran

a. Alarm kebakaran adalah suatu komponen dari sistem yang memberikan isyarat atau tanda adanya suatu kebakaran (Permenaker No. Per02/Men/1983)

b. Alarm kebakaran yang memberikan tanda/isyarat yang tertangkap oleh pandangan mata secara jelas (visible alarm) yakni lampu indikator. 2. Alat Pemadam Api Ringan (APAR)

APAR ialah alat yang ringan serta mudah digunakan oleh satu orang untuk memadamkan api pada awal terjadinya kebakaran. Berikut ini beberapa media yang pemadam api yang umum dipakai sebagai APAR :

a. Tepung kimia kering b. Air

c. Busa (foam)

d. Halon (cairan mudah menguap) e. CO2

Indikator keberhasilan APAR dalam memadamkan api (ILO : 1989) sangat tergantung dari 4 faktor, yaitu:

a. Pemilihan jenis APAR yang tepat sesuai dengan klasifikasi kebakaran b. Pengetahuan yang benar mengenai teknik penggunaan APAR

(33)

APAR merupakan pertahanan pertama terhadap kebakaran, dan sangat efektif bila digunakan saat kebakaran masih berada pada tahap awal. Oleh karena itu APAR harus disediakan di semua tempat yang mudah dijangkau. Penggunaan APAR yang memenuhi syarat Permennaker No. Per. 04/Men/1980, sebagai berikut :

a. Setiap jarak 15 meter

b. Di tempat yang mudah dilihat atau dijangkau c. Pada jalur keluar arah refleks pelarian

d. Memperhatikan suhu sekitarnya e. Tidak terkunci

f. Memperhatikan jenis dan sifat bahan yang dapat terbakar

g. Intensitas kebakaran yang mungkin terjadi seperti jumlah bahan bakar, ukurannya, dan kecepatan menjalarnya.

h. Orang yang akan menggunakannya i. Kemungkinan terjadinya reaksi kimia

j. Efek terhadap keselamatan dan kesehatan orang yang menggunakan APAR

3. Hidran

(34)

Pemasangan hidran kebakaran dalam mengamankan bangunan gedung akan menjadi suatu keharusan. Pengujian dan pengawasan instalasi hidran kebakaran untuk menjamin terpeliharanya instalasi tersebut agar dapat tetap berfungsi dengan baik harus mendapat perhatian sebagaimana mestinya.

2.2.3. Sarana Emergency dan Evakuasi

Salah satu upaya penanggulangan kebakaran terutama untuk mencegah dan mengurangi akibat buruk dari kebakaran terhadap jiwa raga, serta untuk mempermudah pemberantasan kebakaran adalah dengan tersedianya sarana dan pra-sarana emergensi dan evakuasi yang memenuhi standar. (Prapto Kartoatmojo : 1992). Menurut Ramli (1998), perlunya penciptaan sistem kebakaran yang bertujuan untuk menghindarkan terjadinya kebakaran dan bila terjadi dapat diatasi dengan cepat dan tepat tanpa menimbulkan korban jiwa atau kerusakan yang berarti.

Menurut Prapto Kartoatmojo (1992), ada beberpa hal yang dipandang perlu keberadaannnya dalam masalah penyelamatan dari ancaman bahaya kebakaran pada bangunan :

2.2.3.1. Standar Sarana Penyelamatan 1. Rute penyelamatan diri

(35)

komonen-komponen itu. Ada 3 tipe rute penyelamatan diri yang dapat digunakan :

a. Langsung menuju ke tempat terbuka b. Melalui koridor atau gang

c. Melalui terowongan atau tangga kedap asap atau api

Rute penyelamatan diri harus memenuhi syarat sehingga memungkinkan seluruh penghuni dapat menyelamatkan diri dengan cepat dan aman. Persoalannya adalah bagaimana agar seluruh penghuni dapat berevakuasi secara serentak, dalam waktu yang singkat dan aman. Sebagai pedoman dalam perencanaan rute keselamatan ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan :

a. Klasifikasi hunian 1) Resiko ringan 2) Resiko sedang 3) Resiko berat b. Lamanya waktu keluar

1) Resiko ringan : 3 menit 2) Resiko sedang : 2,5 menit 3) Resiko berat : 2 menit c. Panjang jarak tempuh

(36)

d. Pintu keluar (exits)

Dari hasil percobaan dalam keadaan normal jumlah rata-rata orang keluar dengan satu baris tunggal tiap menit sebanyak 60 orang. Dalam perencanaan diperhitungkan 40 orang/menit. Lebar unit exit yang diperlukan untuk dapat dilalui tiap satu baris tunggal ditetapkan minimal 21 inchi.

Jadi, dengan rumus sederhana : Jumlah orang

= Unit exit 40 x standar waktu

Selanjutnya ketentuan setiap satuan unit exit ditetapkan sebagai berikut : Satu unit exit : 21”

Dua unit exit : 21” + 21” Tiga unit exit : 21” + 21” + 18” Empat unit exit : 21” + 21” + 18” + 18” d. Penempatan pintu keluar

Penempatan pintu keluar darurat harus diatur sedemikian rupa sehingga dimana saja penghuni dapat menjangkau pintu keluar tidak melebihi jarak yang telah ditetapkan.

e. Koridor dan jalan keluar

(37)

hambatan dan mempunyai lebar. Untuk koridor minimum 1,2 meter dan untuk jalan keluar minimum 2 meter.

2. Pengamanan rute penyelamatan evakuasi

a. Rute penyelamatan harus bebas dari barang-barang yang dapat mengganggu kelancaran evakuasi dan mudah dicapai.

b. Koridor, terowongan, tangga darurat harus merupakan daerah aman sementara dari bahaya api, asap, dan gas.

c. Rute penyelamatan harus diberi penerangan yang cukup dan tidak tergantung dari sumber utama

d. Arah menuju exit harus dipasang petunjuk yang jelas

e. Pintu keluar darurat (emergency exit) harus diberi tanda tulisan

PINTU DARURAT EMERGENCY EXIT

Warna tulisan hijau diatas dasar putih tembus cahaya dan dibagian belakang tanda tersebut dipasang lampu pijar yang selalu menyala.

2.2.3.2. Perlengkapan penyelamatan 1. Kelengkapan penolong

a. Self contained breathing apparatus (SCBA) b. Helmet

(38)

c. Baju tahan panas dan baju tahan api

d. Sarung tangan e. Fire safety shoes f. Fire blanket

g. Carrabiner (cincin kait) h. Tali/tambang

i. Peralatan komunikasi

m. Tanda- tanda

n. Alat-alat potong, pukul dan angkat

o. Alat pemadam Api Ringan (APAR)

p. Alat pengindera gas (gas detector)

2. Kelengkapan pada bangunan a. Pintu kebakaran

i. Petunjuk arah jalan keluar j. Hellypad

k. Telepon darurat l. Fire alarm system m. Genset

n. Tempat berhimpun

3. Peralatan evakuasi a. Tambang

b. Sliding roll (terpal peluncur) c. Escape chute

(39)

f. Sprinzed (jumping sheet) g. Stop chut

2.3. Prosedur jika terjadi keadaan darurat

Menurut Sururi (1998), permasalahan yang paling mendasar pada saat tejadi keadaan darurat bagi gedung yang dihuni oleh banyak orang dengan segala macam kegiatan didalamnya adalah faktor kepanikan. Kepanikan yang tidak dapat dikendalikan akan berkembang menjadi faktor histeris.

Selanjutnya menurut Sururi (1998), prosedur ini harus dibuat dengan bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti sehingga dapat dicerna dengan cepat oleh semua lapisan penghuni gedung. Tindak lanjut dri penerapan emergency procedures adalah dilaksanakannya latihan kebakaran dan evakuasi.

Dalam prosedur bila terjadi kebakaran maka ada beberapa hal berikut ini yang harus diperhatikan yakni (Depnaker : 1996) :

1. Langkah-langkah yang perlu diambil

Bila terjadi kebakaran harus diambil langkah-langkah yang cepat dan tepat, tetapi tetap mengutamakan keselamatan. Kondisi setempat akan mempengaruhi urutan langkah-langkah yang harus dilakukan.

a. Tanda membunyikan alarm : jenis-jenis alarm harus sudah ditetapkan dan diketahui oleh semua karyawan yang ada di perusahaan tersebut. Misalnya :

(40)

3) Bunyi bel panjang untuk tanda kebakaran b. Setelah terdengar tanda kebakaran, maka :

Bagi karyawan yang mendapat tugas sampingan dapat segera melaksanakan tugasnya. Bagi anggota regu pemadam khusus supaya mempersiapkan diri sesuai dengan bidang tugasnya.

c. Pengungsian : pengungsian untuk karyawan dilakukan sesuai dengan prosedur dan ketentuan yang telah ditetapkan.

d. Memadamkan api : yang penting harus diperhatikan ialah penyelamatan jiwa manusia, dan kedua baru memadamkan api. Tetapi jika keadaan memungkinkan hal ini dapat dilakukan serentak. 2. Mengatur rencana evakuasi

Sebagai prioritas utama dalam mengatur rencana evakuasi adalah penilaian terhadap tata letak ruang tempat kerja. Sebuah peninjauan dari penghuni harus dibuat analisa agar tindakan perbaikan dari orang-orang dalam ketegangan dapat diambil serta menaggulangi keadaan darurat sedemikian rupa, sehingga dapat dikembangkan.

(41)

3. Prosedur evakuasi

Satuan organisasi gawat darurat pada waktu terjadi kebakaran menunjukkan adanya pengaturan prosedur keselamatan dan pencegahan kebakaran untuk suatu tempat kerja baik itu perkantoran, industri maupun komplek perumahan, harus ditentukan. Pedoman prosedur darurat yang dibuat oleh satuan penanggulangan kebakaran dalam kejadian kebakaran meliputi :

a. Gambaran umum suatu tempat kerja dan jalan-jalan keluar untuk penyelamatan

b. Tempat aman atau daerah aman

c. Seksi-seksi dan staf yang mempunyai tugas ganda keadaan darurat dalam suatu tempat kerja, antara lain :

1) Memberi intruksi yang jelas kepada semua penghuni untuk memahami setiap kejadian

2) Menunjuk petugas untuk press relation

3) Cara penyelamatan

4) Menyelamatkan barang/dokumen penting

5) Menunjukkan arah keluar gedung dan tempat aman 6) Mengecek semua karyawan/penghuni/tenaga kerja

7) Semua staf harus segera melaporkan ke tempat yang telah ditentukan

(42)

4. Memilih rute evakuasi

Para penghuni/karyawan harus sudah dapat memilih rute-rute untuk menyelamatkan diri dari nyala api. Rute-rute meloloskan diri harus dirancang untuk memuat jumlah orang yang akan memakainya. Rute ini harus menjamin keamanan pengungsi dari nyala api, asap dan gas-gas. Jarak perjalanan ke daerah yang dilindungi harus sudah diperhitungkan mudah tidaknya bangunan berikut isi dan jumlah penghuni. Jarak perjalanan ke luar tempat aman harus memenuhi ketentuan teknis yang telah ditentukan.

Sekiranya tempat ke luar menuju daerah aman ada 2 buah, jarak perjalanan ke luar ke tempat aman tidak sama dengan yang hanya memiliki 1 buah tempat keluar.

5. Pengamanan rute evakuasi

Cara yang sesuai untuk meloloskan diri dari api harus tersedia dan cukup memadai untuk seluruh penghuni yang berada di dalam suatu bangunan. Jalan-jalan, tangga, koridor-koridor dan lobi merupakan sebagian dari rute-rute evakuasi, harus dilindungi oleh dinding-dinding, lantai-lantai dan langit-langit yang mampu menahan api paling sedikit 1 jam, lebih baik selama 2 jam dengan pintu tahan api yang dapat menutup sendiri untuk tiap-tiap pintu masuk ke tempat yang mengelilinginya.

(43)

jalan keluar harus memenuhi ketentuan persyaratan teknis. Hal ini dimaksudkan agar jumlah rata-rata orang per satuan waktu dapat keluar meloloskan diri sesuai ketentuan. Disamping itu perencanaan rute evakuasi harus sudah diperhitungkan pula tentang lamanya seseorang atau penghuni untuk berevakuasi mencapai daerah yang aman.

2.4. Pendidikan dan Pelatihan

Latihan dimaksudkan untuk menetapkan suatu prosedur untuk bertindak bila terjadi kebakaran. Hasil dari latihan ini bila benar terjadi kebakaran maka :

a. Orang yang mungkin ada di dalam bahaya dapat bertindak dengan tenang dan teratur.

(44)

Frekuensi latihan dan pendidikan evaluasi untuk setiap perusahaan akan selalu tergantung kepada berat ringannya bahaya kebakaran dari masing-masing perusahaan. Pada umumnya latihan dilakukan sebagai berikut :

e. Bahaya kabakaran ringan : 1 – 2 kali/tahun f. Bahaya kebakaran sedang : 3 – 4 kali/tahun g. Bahaya kebakaran berat : 6 – 8 kali/tahun

Untuk melaksanakan latihan dengan baik dan efektif instruksi yang diberikan kepada para peserta latihan harus memenuhi syarat :

a. Benar, jelas dan singkat

b. Bahasa sederhana dan dapat dilaksanakan

(45)

BAB III

ALUR DAN JADWAL KEGIATAN

3.1. Langkah-langkah Kegiatan Magang Bagan 3.1.

Bagan Langkah-langkah Kegiatan Magang PERSIAPAN

1. Membuat proposal

2. Mencari institusi atau perusahaan tempat magang

3. Membuat surat keterangan magang dari program studi Kesehatan Masyarakat

4. Memberikan surat keterangan magang kepada institusi yaitu PT. Perkebunan Nusantara VIII (Persero) Perkebunan Goalpara

PELAKSANAAN (6 Maret s/d 8 April 2009) 1. Ikut serta dalam kegiatan di kantor induk, bagian pengolahan

(pabrik), bengkel, teknik, gudang dan diesel

2. Mempelajari program penanggulangan kebakaran yang diberlakukan di PT. Perkebunan Nusantara VIII (Persero) Perkebunan Goalpara 3. Mencari data perusahaan, data K3 dan data pendukung yang

berhubungan dengan judul magang 4. Bimbingan dengan pembimbing lapangan 5. Bimbingan dengan dosen pembimbing fakultas

LAPORAN

1. Menyusun laporan magang 2. Seminar laporan magang 3. Revisi laporan magang

(46)

3.2. Jadwal Kegiatan Magang

Tabel 3.1.

Jadwal Kegiatan Magang

di PT. Perkebunan Nusantara VIII (Persero) Perkebunan Goalpara Tanggal 6 Maret s/d 7 April 2009

No Hari Tanggal Kegiatan Tempat

Pengenalan lingkungan kerja PT. PN VIII Goalpara 4 Kamis 12 Maret

2009

- Diskusi dengan petugas K3 - Pengambilan data sekunder

- Bag. Pengolahan

- Mengikuti proses kerja di bagian pengolahan

- Pengambilan data sekunder

Unit Kerja

- Diskusi dengan petugas K3 - Mengikuti proses kerja di bagian

pengolahan

- Pengambilan data sekunder

- Bag. Pengolahan (pabrik)

- Kantor Induk) 7 Minggu 15 Maret

2009

- Mengikuti proses kerja di bagian pengolahan

- Pengambilan data sekunder - Konsultasi dengan pembimbing

lapangan

- Mengikuti proses kerja di bagian pengolahan

- Pengambilan data sekunder

- Bag. Pengolahan

- Pengambilan data sekunder

- Unit Sortasi,

- Diskusi dengan petugas K3 - Pengambilan data sekunder - Mengikuti proses kerja di bagian

pengolahan

(47)

No Hari Tanggal Kegiatan Tempat 11 Sabtu 21 Maret

2009

- Wawancara pekerja

- Inspeksi jalur evakuasi dan area evakuasi

- Mengikuti proses kerja di bagian pengolahan (pabrik)

- Diskusi dengan petugas K3 - Pengambilan data sekunder

- Bag. Pengolahan (pabrik)

- Kantor Induk 14 Rabu 25 Maret

2009

- Inspeksi APAR III

- Pengambilan data sekunder - Diskusi dengan petugas diesel

- Ruang Diesel - Kantor Induk 15 Kamis 26 Maret

2009

- Wawancara pekerja di pabrik - Diskusi dengan petugas K3

- Bag. Pengolahan (pabrik)

- Kantor Induk 16 Jum’at 27 Maret

2009

- Diskusi dengan petugas K3 - Pengambilan data sekunder - Konsultasi dengan pembimbing

lapangan

- Diskusi dengan petugas K3 - Pengambilan data sekunder

- Bag. Pengolahan (pabrik)

- Kantor Induk 18 Minggu 29 Maret

2009

- Diskusi dengan petugas K3 - Mengikuti proses kerja di unit

kerja Sortasi

- Unit Kerja Sortasi 19 Senin 30 Maret

2009

- Diskusi dengan petugas K3 - Pengambilan data sekunder

- Bag. Pengolahan (pabrik)

- Kantor Induk 20 Selasa 31 April

2009

- Diskusi dengan petugas K3 - Pengambilan data sekunder - Wawancara pekerja

- Diskusi dengan petugas K3 - Pengambilan data sekunder - Mengikuti kegiatan di ruang uji

mutu

- Diskusi dengan petugas K3 - Pengambilan data sekunder

- Bag. Pengolahan (pabrik)

- Kantor Induk 23 Jum’at 3 April

2009

- Mengikuti kegiatan di ruang uji mutu

- Diskusi dengan administratur - Tinjauan ke bagian afdeling

- Bag. Pengolahan (pabrik)

(48)

No Hari Tanggal Kegiatan Tempat 24 Sabtu 4 April

2009

- Konsultasi laporan magang dengan pembimbing lapangan

- Kantor Pabrik 25 Minggu 5 April

2009

- Konsultasi laporan magang dengan pembimbing lapangan

- Kantor Pabrik 26 Selasa 7 April

2009

- Perpisahan dengan pihak perusahaan

(49)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum PT. Perkebunan Nusantara VIII (Persero)

Perusahaan perkebunan milik negara di Jawa Barat dan Banten berasal dari perusahaan perkebunan milik pemerintah Belanda, yang ketika penyerahan kedaulatan secara otomatis menjadi milik pemerintah Republik Indonesia, yang kemudian dikenal dengan nama Perusahaan Perkebunan Negara (PPN) Lama. Antara tahun 1957-1960 dalam rangka nasionalisasi atas perusahaan-perusahaan perkebunan eks milik swasta Belanda/Asing (antara lain : Inggris, Perancis dan Belgia) dibentuk PPN-Baru cabang Jawa Barat.

Dalam periode 1960-1963 terjadi penggabungan perusahaan dalam lingkup PPN-Lama dan PPN-Baru menjadi : PPN Kesatuan Jawa Barat I, PPN Kesatuan Jawa Barat II, PPN Kesatuan Jawa Barat III, PPN Kesatuan Jawa Barat IV dan PPN Kesatuan Jawa Barat V.

Selanjutnya selama periode 1963-1968 diadakan reorganisasi dengan tujuan agar pengelolaan perkebunan lebih tepat guna, dibentuk PPN Aneka Tanaman VII, PPN Aneka Tanaman VIII, PPN Aneka Tanaman IX dan PPN Aneka Tanaman X, yang mengelola tanaman teh dan kina, serta PPN Aneka Tanaman XI dan PPN Aneka Tanaman XII yang mengelola tanaman karet. Dalam rangka meningkatkan efisiensi dan efektivitas perusahaan, pada periode 1968-1971, PPN yang ada di Jawa Barat diciutkan menjadi tiga Perusahaan Negara Perkebunan (PNP) meliputi 68 kebun, yaitu :

(50)

a. PNP XI berkedudukan di Jakarta (24 perkebunan), meliputi perkebunan-perkebunan eks PPN Aneka Tanaman X, dan PPN Aneka Tanaman XI b. PNP XII berkedudukan di Bandung (24 perkebunan), meliputi beberapa

perkebunan eks PPN Aneka Tanaman XI, PPN Aneka Tanaman XII, sebagian eks PPN Aneka Tanaman VII, dan PPN Aneka Tanaman VIII c. PNP XIII berkedudukan di Bandung (20 perkebunan), meliputi beberapa

perkebunan eks PPN Aneka Tanaman XII, eks PPN Aneka Tanaman IX, dan PPN Aneka Tanaman X

Sejak tahun 1971, PNP XI, PNP XII dan PNP XIII berubah status menjadi Perseroan Terbatas Perkebunan (Persero). Dalam rangka restrukturisasi BUMN Perkebunan mulai 1 April 1994 sampai dengan tanggal 10 Maret 1996, pengelolaan PT. Perkebunan XI, PT. Perkebunan XII, dan PT. Perkebunan XIII digabungkan di bawah manajemen PTP Group Jabar. Selanjutnya sejak tanggal 11 Maret 1996, PT. Perkebunan XI, PT. Perkebunan XII, dan PT. Perkebunan XIII dilebur menjadi PT. Perkebunan Nusantara VIII (Persero).

Luas areal tanaman teh PT. Perkebunan Nusantara VIII (persero) merupakan areal tanaman terluas di Indonesia yang terletak pada dua propinsi yaitu propinsi Jawa Barat & Banten meliputi Kabupaten : Bogor, Cianjur, Sukabumi, Bandung, Subang, dan Garut.

(51)

di jual melalui Kantor Pemasaran Bersama KPBPTPN di Jakarta. Produksi dalam kemasan yang di jual dipasaran Indonesia dikenal dengan merk WALINI.

4.2. Profil PT. Perkebunan Nusantara VIII (Persero) Perkebunan Goalpara 4.2.1. Sejarah Singkat

Sejak tahun 1908 sampai 1941 perkebunan Goalpara dikelola oleh pemerintah Belanda dibawah pengelolaan Cultuur Maatshappij NIL. MIJ. Tiedeman Van Kerchem dan sejak tahun 1942-1945 dikuasai Jepang.

Setelah proklamasi kemerdekaan, pengelolaannya diserahkan kepada pemerintah Indonesia sampai adanya agresi militer Belanda pada tahun 1948. Sejak nasionalisasi tahun 1958 perkebunan Goalpara menjadi salah satu kebun dalam pengelolaan Pusat Perkebunan Negara (PPN) yang berkantor pusat di Jln. Cikapundung Barat No. 1 Bandung.

Pada tahun 1968, PPN berubah nama menjadi Aneka Tanaman (Antan). Gabungan dari Antan VII, VIII, sebagian Karet XI dan Karet XII menjadi Perusahaan Negara Perkebunan (PNP) XII, dan selanjutnya berubah lagi menjadi PT. Perkebunan XII. Pada tahun 1982, Perkebunan Bunga Melur bergabung dengan Perkebunan Goalpara.

(52)

4.2.2. Keadaan Geografis

Perkebunan Goalpara merupakan salah satu kebun dibawah naungan PT. Perkebunan Nusantara VIII, terletak 96 km dari kantor pusat di Bandung kearah barat. Kantor Kebun Goalpara berada di Desa Cisarua Kecamatan Sukaraja Kabupaten Sukabumi. Berada pada ketinggian 1050-1100 m dpl, pada garis lintang 06’517’7,8 LS serta garis bujur 105’57’47,8 BB. Iklim Kebun Goalpara

berdasarkan curah hujan selama tahun 2007 termasuk tipe curah hujan B menurut klasifikasi Schmidt dan Ferguson dengan curah hujan rata-rata 2895,7 mm/tahun dan HH 213 hari, dengan kelembaban rata-rata berkisar antara 72%-76% dengan temperatur maksimum berkisar antara 25-30°C dan umumnya landai sampai bergelombang dan berbukit.

4.2.3. Kapasitas, Produksi dan Produktivitas Teh, Kina, dan Tanaman Pendukung Lainnya

Produk yang dihasilkan adalah Teh Hitam Orthodoks, dengan daya tampung pabrik sebanyak 35 ton per hari atau 8 ton teh kering jadi per hari. Produktivitasnya diharapkan terus meningkat dan kolonalisasi tanaman teh, peningkatan mutu, perbaikan sarana dan prasarana, sehingga areal TM teh seluas 1002,16 Ha menghasilkan produksi yang optimal dan target produksi teh pada tahun 2008 sebanyak 2,17 juta ton teh kering jadi. Komoditi lainnya adalah tanaman kina dengan target tahun 2008 sebanyak 152.000 kg K3T.

(53)

Ha, Tanaman Reboisasi seluas 35,52 Ha dan Kebun Kayu Energi (KKE) seluas 40,87 Ha.

4.2.4. Sumber Daya Manusia

Manajemen Kebun Goalpara dipimpin seorang Administratur yang dibantu oleh karyawan pimpinan dengan golongan IIIA s/d IVD yaitu :

 1 orang Sinder Kepala

 6 orang Sinder Afdeling (kebun)

 3 orang Sinder bagian Pabrik, Teknik dan TUK

 123 orang karyawan golongan IB s/d IID

 467 orang karyawan golongan IA

 1110 orang karyawan lepas

4.2.5. Unit Kerja Perusahaan

PT. Perkebunan Nusantara VIII (Persero) Perkebunan Goalpara memiliki 7 (tujuh) area/unit kerja, yaitu :

2. Kantor induk

3. Bagian Afdeling (kebun), terdiri atas 6 buah kebun : a. Goalpara I

(54)

f. Bunga Melur II

4. Bagian Pengolahan (pabrik), terdiri atas 6 unit kerja : a. Unit Kerja Pelayuan/Meber dan Turun Layu b. Unit Kerja Penggilingan

c. Unit Kerja Fermentasi (Oksidasi Enzimatis)

d. Unit Kerja HE (Heat Exchange) dan Pengeringan/Belong e. Unit Kerja Sortasi

f. Unit Kerja Pengepakan (A, B dan C) 5. Bagian Teknik

6. Bagian Bengkel 7. Bagian Diesel 8. Gudang

4.2.6. Aktivitas Organisasi

(55)

ternak eks karyawan harian lepas, pensiunan dan masyarakat. Kegiatannya antara lain memanfaatkan lahan non produktif untuk ditanami rumput atau pakan ternak lainnya, sehingga membantu minimalisasi gangguan okupasi atas lahan tersebut oleh masyarakat luar.

Selain itu, pada bulan April 2008 seksi pengembangan usaha SP-BUN dan Kopkar Gunung Gede telah membentuk Goalpara Rabbit yang beranggotakan sebanyak 114 orang dengan jumlah peternak kelinci sebanyak 570 peternak, diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan karyawan SP-BUN dan Kopkar Gunung Gede. Manajemen kebun giat menghimbau karyawan untuk mengembangkan diri dengan usaha produktif seperti :

1. Poktan Goalpara Hijau membuat penyediaan bibit kayu-kayuan dan buah-buahan

2. Poktan Wanita Tani dengan tanaman bunga hiasnya

3. Poktan Gede Pangrango dengan jumlah anggota sebanyak 27 petani pakan ternak/hijauan makanan ternak (HMT) seluas ± 40 Ha

4. Gapoktan Goalpara Farm di Bungamelur dengan kegiatan tanaman jagung seluas ± 120 Ha

(56)

4.2.7. Karakteristik Mutu Produk

Pabrik teh Goalpara sejak bulan Juli 2001 telah memperoleh sertifikat Sistem Manajemen Mutu ISO 9002 versi 1994. Dengan berkembangnya sistem manajemen mutu, sejak bulan April 2003 telah merevisi Sistem Manajemen Mutu dari ISO 9002 versi 1994 menjadi ISO 9001:2000 dari SGS. Kepercayaan pembeli terhadap produk teh jadi Kebun Goalpara harus tetap dijaga. Untuk meningkatkan daya saing di pasar internasional, pabrik teh Goalpara memiliki karakteristik sendiri dengan rasa dan aroma yang khas, kenampakan yang hitam sehingga diminati pembeli.

4.3. Struktur Organisasi PTPN. VIII (Persero) Perkebunan Goalpara

(57)

Bagan 4.1. Struktur Organisasi Perusahaan

PT. Perkebunan Nusantara VIII (Persero) Perkebunan Goalpara ADMINISTRATUR

Sumber : Arsip Administrasi Bagian Umum tahun 2009

(58)
(59)

59

4.4. Organisasi Penyelamatan Kebakaran

Organisasi penyelamatan kebakaran diperlukan apabila sewaktu-waktu terjadi keadaan darurat kebakaran. Organisasi penyelamatan kebakaran ini berada dibawah naungan organisasi K3 di perusahaan yang terdiri dari orang-orang yang terlatih dan ahli dalam proses pemadaman kebakaran.

PT. Perkebunan Nusantara VIII (Persero) Perkebunan Goalpara belum memiliki regu/tim khusus untuk menangani masalah kebakaran. Dalam hal penanganan masalah kebakaran, ada beberapa orang dari karyawan yang sudah terlatih dalam bidang penanganan kebakaran. Beberapa orang karyawan ini telah mendapatkan pelatihan khusus program penanggulangan kebakaran.

(60)

60

4.5. Prosedur Kerja Pengendalian Kebakaran

Dalam melakukan pengendalian terhadap kebakaran, PT. Perkebunan Nusantara VIII (Persero) Perkebunan Goalpara memiliki prosedur kerja tersendiri. Prosedur kerja yang berbeda untuk setiap jenis kebakaran. Untuk kebakaran dengan skala kecil, pemadaman cukup dilakukan dengan menggunakan APAR terdekat. Jika api sudah padam, langsung dilaporkan ke koordinator area.

Apabila kebakaran yang terjadi dalam skala sedang atau besar, kebakaran dikomunikasikan dengan menggunakan alarm kepada seluruh karyawan agar karyawan dengan cepat menyelamatkan diri. Kemudian kebakaran dipadamkan oleh tim yang telah ditunjuk oleh perusahaan atau oleh orang yang ahli dalam menangani masalah kebakaran. Setelah kebakaran terkendali, dilakukan penyisiran area kebakaran, pemeriksaan karyawan setelah evakuasi, investigasi kejadian, inventarisasi asset dan pembuatan laporan kejadian. Tetapi apabila kebakaran tidak dapat dikendalikan, pemadaman langsung dikoordinasikan dengan petugas pemadam kebakaran terdekat dan aparat terdekat.

(61)

61

Bagan 4.2.

Alur Prosedur Kerja Pengendalian Kebakaran

PT. Perkebunan Nusantara VIII (Persero) Perkebunan Goalpara

Kebakaran

Kebakaran Kecil Kebakaran Sedang/Besar

Pemadaman dengan

(62)

62

4.6. Sarana Proteksi Kebakaran Aktif dan Pasif Tabel 4.1.

Hasil Pengamatan Sarana Proteksi Kebakaran Aktif dan Pasif di PT. Perkebunan Nusantara VIII (Persero) Perkebuanan Goalpara

Tahun 2009

No Sarana Pemadan Kebakaran Kuantitas Kualitas

1

Aktif

Alarm Kebakaran 2 unit : Terdapat di bagian pengolahan 2 Detektor Tidak terdapat detektor

di PTPN. VIII Goalpara - 3 Sprinkler Tidak terdapat sprinkler

di PTPN. VIII Goalpara -

Sarana Jalan Keluar Koridor yang terhubung dengan pintu dan atau tangga darurat (sesuai

7 buah pintu darurat Mudah dijangkau dan tidak terhalang

9 Lokasi Berkumpul Sebuah halaman di luar gedung PTPN. VIII Goalpara

Halaman mudah dijangkau dan aman

(63)

63

4.6.1. Sarana Proteksi Aktif

Sistem proteksi aktif yaitu proteksi yang dilakukan pada bangunan terhadap bahaya kebakaran dengan menggunakan sistem perlindungan secara langsung atau sarana aktif peralatan pemadaman api, seperti halnya hidran, APAP, springkler, alarm, alat deteksi dan peralatan pemadaman api lainnya.

Pada dasarnya penyediaan sarana proteksi aktif di PT. Perkebunan Nusantara VIII (Persero) Perkebunan Goalpara masih perlu ditingkatkan. Karena perusahaan hanya mempunyai alarm, hidran, dan APAP. Seharusnya perusahaan dengan resiko sedang ini disarankan memasang detektor dan springkler.

4.6.1.1. Alarm Kebakaran

Sistem alarm kebakaran gedung adalah suatu cara untuk memberikan peringatan secara dini kepada penghuni gedung tentang adanya kejadian kebakaran. Tipe alarm kebakaran di PT. Perkebunan Nusantara VIII (Persero) Perkebunan Goalpara adalah tombol tekan (push button). Titik panggil terhubung dengan panel kebakaran di bagian pengolahan (pabrik). Jika terjadi kebakaran maka orang pertama harus menekan tombol yang ada. Alarm dipasang di dinding dengan ketinggian 150 cm dari lantai.

(64)

64

Untuk mengkomunikasikan adanya kebakaran, petugas yang ditunjuk atau orang yang pertama melihat api akan menekan tombol alarm selama 1 menit konstan (terus menerus).

Gambar 4.1. Alarm dan Sirine Untuk Komunikasi Bahaya Kebakaran

(65)

65

4.6.1.2. Detektor

Strategi yang pertama dalam menghadapi bahaya kebakaran adalah berpacu dengan waktu, api yang masih awal lebih mudah dipadamkan dibandingkan dengan yang lama terbakar, karena itu perlu adanya sistem pendeteksian dini dan sistem tanda bahaya serta sistem komunikasi darurat. Alat ini terpasang menjadi satu rangkaian yang saling mempengaruhi. Namun, PT. Perkebunan Nusantara VIII (Persero) Perkebunan Goalpara belum mempunyai alat detektor khusus untuk mendeteksi kebakaran.

Sebaiknya perusahaan memasang alat yang dapat mendeteksi kebakaran lebih awal berupa detektor asap karena dikhawatirkan pada saat terjadi kebakaran tidak ada satupun orang/karyawan yang mengetahuinya. Akibatnya api telah lebih dahulu menjadi besar sementara tidak ada satupun yang mengetahuinya. Detektor ini terhubung menjadi satu rangkaian dengan alarm yang bersifat automatik untuk mengkomunikasikan adanya bahaya kebakaran.

Detektor ini sebaiknya dipasang di setiap unit kerja karena tidak menutup kemungkinan kebakaran terjadi di seluruh bagian unit kerja. Dengan adanya detektor ini kebakaran lebih cepat diketahui tanpa harus menunggu api menjalar dan menjadi besar untuk diketahui oleh pekerja. Kebakaran akan dideteksi melalui asap yang dihasilkan oleh kebakaran.

4.6.1.3. Sprinkler

(66)

66

air dapat memancar ke semua arah secara merata. Sistem sprinkler harus dirancang untuk memadamkan kebakaran atau sekurang-kurangnya mampu mempertahankan kebakaran agar tidak berkembang, minimal 30 menit sejak kepala sprinkler pecah.

Namun, PT. Perkebunan Nusantara VIII (Persero) Perkebunan Goalpara belum mempunyai sistem instalasi pemercik air di bangunan pabrik. Akibatnya, perusahaan harus selalu menyediakan alat pemadam lainnya yang harus selalu dalam keadaan terisi. Pengadaan sprinkler di perusahaan sangat berguna sekali karena penggunaannya tidak mengharuskan digunakan oleh orang. Instalasi ini bersifat automatik. Pada saat detektor mendeteksi sebuah kebakaran, alarm akan segera mengeluarkan bunyi dan dalam selang waktu beberapa detik sprinkler dengan sendirinya akan mamancarkan air di seluruh ruangan.

Oleh karena itu, perusahaan disarankan untuk memasang instalasi pemercik air (sprinkler) di setiap ruangan untuk proteksi pamadaman api lebih awal. Dengan demikian, karyawan/pekerja bisa langsung menyelamatkan diri tanpa harus ikut serta dalam proses pemadaman

4.6.1.4. Alat Pemadam Api Portable (APAP)

(67)

67

Dalam mengatasi bahaya kebakaran secara dini, pihak perusahaan telah memasang Alat Pemadam Api Ringan (APAR) di setiap bagian unit kerja. Di setiap unit kerja dipasang 2 buah APAR jenis Multi Purpose Dry Chemical Powder, 6 kg. APAR ditempatkan pada posisi yang mudah terlihat dengan jelas, mudah dijangkau dan diambil serta dilengkapi dengan pemberian tanda pemasangan. Tidak ada yang menghalangi kemudahan dalam menjangkau APAR dan terletak di jalur keluar arah refleks pelarian.

Gambar 4.2. Letak dan jenis APAR

(68)

68

Tabel 4.2

Kesesuaian APAR PT. Perkebunan Nusantara VIII (Persero) Goalpara dengan Permennaker No. Per-04/Men 1980

Permennaker Setiap satu/kelompok APAR harus

ditempatkan pada posisi yang mudah dilihat dengan jelas, mudah dicapai dan diambil serta dilengkapi dengan pemberian tanda pemasangan

APAR ditempatkan di sisi dinding dilengkapi dengan tanda “pemadam” 125 cm dari dasar lantai diatas tabung APAR

Sesuai

Pemasangan dan penempatan APAR harus sesuai dengan jenis dan melebihi 15 meter, kecuali ditetapkan oleh pegawai atau ahli keselamatan kerja

Jarak antar APAR < 15 m

Sesuai

Setiap APAR harus ditempatkan menggantung pada dinding dengan penguatan atau ditempatkan dalam lemari atau peti (box) yang tidak dikunci

(69)

69

Secara garis besar APAR yang dimiliki oleh PT. Perkebunan Nusantara VIII (Persero) Perkebunan Goalpara sesuai dengan standar Permennaker. Ada satu elemen yang tidak sesuai, warna APAR yang seharusnya merah, pada kenyataannya di perusahaan seluruh APAR berwarna biru. Pihak perusahaan mengatakan APAR yang mereka punya dari awal pembelian memang berwarna biru. Pada dasarnya pemberian warna pada tabung APAR ditujukan untuk kemudahan karyawan untuk melihatnya. Warna tabung APAR harus mencolok agar karyawan mudah melihatnya. (Permennaker No. Per-04/Men 1980)

Pengisian dan pengujian APAR dilakukan oleh petugas pemadam kebakaran kabupaten setiap setahun sekali. Petugas pemadam kebakaran kabupaten akan datang ke perusahaan untuk melakukan pengecekan dan pengisian APAR. Selalu ada koordinasi antara petugas pemadam kebakaran kabupaten dengan perusahaan dalam pengadaan dan pemeliharaan APAR.

(70)

70

Gambar 4.3. Posisi APAB yang tidak wajar

Dari hasil pengamatan, APAB yang ada di perusahaan tidak berfungsi dengan baik, karena itulah APAB diletakkan di tempat yang tidak seharusnya. Penempatan APAB yang tidak benar juga disebabkan karena kejahilan pekerja dengan memindah-memindahkan APAB tanpa izin petugas. Sebaiknya APAB tetap diletakkan di tempat yang sewajarnya yaitu di tempat yang mudah dilihat dan dijangkau oleh pekerja karena kebakaran bisa terjadi kapan saja. APAB akan sangat membantu kerja APAR pada saat pemadaman api tahap awal. Jadi, alat pemadam kebakaran harus tetap siaga di perusahaan walaupun akan terjadi kebakaran atau tidak.

4.6.1.5. Hidran

Hidran merupakan sistem alat pemadam kebakaran tetap yang menggunakan media pemadan air bertekanan yang dialirkan melalui pipa-pipa dan selang. Prinsip utamanya adalah upaya pendinginan (cooling).

(71)

71

di ruang unit kerja fermentasi (oksidasi enzimatis). Hidran memiliki selang dengan panjang 20 meter. Sumber air hidran adalah aliran air mata air yang langsung dari pegunungan. Karena lokasi perusahaan yang dekat, dengan gunung tidak ada masalah dalam penyediaan air bersih yang digunakan untuk proses pengolahan maupun hidran.

Namun, pengadaan hidran di perusahaan belum sempurna yaitu semua komponen-komponen hidran belum tercukupi jadi hidran belum berfungsi dengan maksimal. Sebaiknya perusahaan secepatnya melengkapi komponen-komponen hidran tersebut agar bisa berfungsi maksimal dan bisa membantu proses pemadaman jika terjadi kebakaran.

4.6.2. Sarana Proteksi Pasif

Sistem kebakaran proteksi pasif yaitu proteksi yang dilakukan berdasarkan desain bangunan sehingga akses untuk pemadam kebakaran, baik dalam site maupun ke dalam bangunan dapat dilakukan dengan cepat, mudah dan aman.

4.6.2.1. Sarana Jalan Keluar (Jalur Evakuasi)

(72)

72

Jalur evakuasi sudah direncanakan sedemikian rupa dan untuk menandakan, jalur evakuasi (exit route) ditandai dengan tanda panah menggunakan cat berwarna kuning di lantai. Pekerja tinggal mengikuti jalur yang telah disediakan dengan melihat tanda panah kuning di lantai untuk menuju area evakuasi dan daerah yang lebih aman.

Gambar 4.4. Jalur Evakuasi di Areal Pabrik

(73)

73

4.6.2.2. Pintu Darurat Kebakaran

Pintu darurat merupakan pintu dorong namun bukan pintu otomatis dan tidak dilengkapi dengan panic handle (batangan panic). Pada lantai 1 terdapat 5 buah pintu darurat yang tersebar di seluruh areal pabrik. 2 buah pintu selalu dalam keadaan tertutup namun tidak terkunci karena merupakan pintu keluar masuk. Sedangkan pada lantai 2 terdapat 1 pintu yang juga merupakan pintu masuk dan keluar utama. Pada lantai 4 terdapat 1 buah pintu. Selain di bagian pengolahan, pada kantor induk juga terdapat 2 buah pintu darurat yang juga berfungsi sebagai pintu keluar masuk. Jadi, keseluruhan PT. Perkebunan Nusantara VIII (Persero) Perkebunan Goalpara memiliki 9 buah pintu darurat.

Keberadaan pintu exit di PT. Perkebunan Nusantara VIII (Persero) Perkebunan Goalpara cukup sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan, yaitu terdapat tulisan “emergency exit”, mudah diakses, dan tidak terhalang oleh apapun. Pintu terbuat dari bahan yang tidak mudah terbakar yaitu besi. Sebaiknya pintu exit ditambahkan panic bar, sehingga memudahkan pekerja untuk membuka pintu.

(74)

74

4.6.2.3. Tangga Darurat Kebakaran

Tangga darurat yang terdapat di PT. Perkebunan Nusantara VIII (Persero) Perkebunan Goalpara terbuat dari papan kayu yang dilengkapi dengan pegangan. Permukaan lantai tidak licin dan bebas dari barang-barang, baik di pijakan maupun pada bagian bawah tangga. Anak tangga dalam keadaan baik dan masih berfungsi dengan baik pula. Tangga darurat ini juga digunakan sebagai jalan untuk keperluan sehari-hari.

Namun keadaan tangga yang terdapat di PT. Perkebunan Nusantara VIII (Persero) Perkebunan Nusantara tidak sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan, dimana tangga darurat tersebut harus terbuat dari bahan yang tidak mudah terbakar. Karena tangga darurat adalah jalur pertama bagi pekerja untuk menyelamatkan diri. Sebaiknya tangga yang terbuat dari papan kayu diganti dengan besi atau bahan yang tidak mudah terbakar.

4.6.2.4. Lokasi Berkumpul/Area Evakuasi

PT. Perkebunan Nusantara VIII (Persero) Perkebunan Goalpara mempunyai tempat berkumpul/area evakuasi jika terjadi keadaan darurat yang terletak di luar gedung. Tidak ada halangan bagi karyawan untuk mencapai area evakuasi pada saat penyelamatan diri.

Gambar

Tabel 3.1.  Jadwal Kegiatan Magang
Tabel 4.1. Hasil Pengamatan Sarana Proteksi Kebakaran Aktif dan Pasif
Gambar 4.1. Alarm dan Sirine Untuk Komunikasi Bahaya Kebakaran
Tabel 4.2
+5

Referensi

Dokumen terkait

Selain penelitian tersebut, ada juga penelitian yang menggunakan pendekatan Teknologi Kerangka Organisasi dalam analisis mereka, bahkan jika E-Commerce

Proses pemberian bantuan dalam layanan bimbingan dan konseling dapat dilakukan secara mandiri maupun kelompok. Setelah diketahui latar belakang permasalahan yang

Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah Subhanahu Wata’ala, karena atas petunjuk dan kehendak-Nya, skripsi dengan judul Analisis Yurididis Sosiologis

Untuk pasien seperti ini, beberapa pertanyaan terpilih mengenai nyeri dada dan gejala yang berhubungan (seperti napas pendek atau palpitasi), alergi obat, dan

• Mencakup komitmen untuk mencegah kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja serta peningkatan berkelanjutan SMK3 Konstruksi Bidang PU;.. • Mencakup komitmen untuk mematuhi

Hal ini dapat diartikan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan terhadap penurunan skala mual antara sebelum dan setelah pemberian aromaterapi peppermint pada

Pisang adalah tanaman buah berupa herba yang berasal dari kawasan di Asia.. Tenggara (termasuk

Carpal tunnel syndrome merupakan neuropati tekanan terhadap nervus medianus terowongan karpal di pergelangan tangan dengan kejadian yang paling sering, bersifat