• Tidak ada hasil yang ditemukan

makalah kelompok 1 tentang uu desa.docx

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "makalah kelompok 1 tentang uu desa.docx"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH POSISI HUKUM ADAT, HUKUM ISLAM,

HUKUM BARAT DALAM PEMBENTUKAN UU NO.06

TAHUN 2014 TENTANG DESA

(TUGAS KELOMPOK MATA KULIAH HUKUM ADAT DAN SISTEM

HUKUM NASIONAL)

DOSEN PENGAMPU : ANTI MAYASTUTI, S.H., M.H.

DISUSUN OLEH :

1. ADNANDAKA N

(E0012009)

2. NOVANSA NAZHIRA V (E0013303)

3. NOVITASARI

(E0013305)

4. AMANDA ATHASYA

(E0014020)

5. ANGGAR WIJAYATI

(E0014029)

6. ANIK WULANDARI

(E0014033)

FAKULTAS HUKUM

(2)
(3)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Seperti yang kita ketahui setiap negara memiliki sistem hukumnya sendiri- sendiri. Sumber Hukum Indonesia telah diatur dalam ketetapan MPR No.III/MPR/2000 tentang sumber hukum dan tata urutan Perundang-undangan RI. Di dalam Sistem hukum yang berlaku di indonesia dikenal tiga sistem hukum yakni; Sistem Hukum Adat, Sistem Hukum Islam dan Sistem Hukum Barat yang mempunyai pengaruh sendiri-sendiri didalam

(4)

bangsa indonesia sendiri serta hukum agama yang diadopsi dari agama bangsa indonesia sendiri.

1.2 Rumusan Masalah

Dari uraian diatas kami bermaksud untuk mengulas pasal-pasal yang menyangkut posisi Hukum Adat, Hukum Islam, dan Hukum Barat dalam Undang-undang No. 6 Tahun 2004 tentang Undang-undang Desa dengan disusun dalam makalah ini.

1.2.1 Bagaimanakah bentuk posisi Hukum Adat didalam Undang-undang No. 6 Tahun 2014 tentang Desa?

1.2.2 Dalam pasal-pasal manakah letak posisi Hukum Adat, Hukum Islam dan Hukum Barat didalam Undang-undang No. 6 Tahun 2014 tentang Desa?

(5)

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Bentuk Posisi Hukum Adat didalam UU No.6 Tahun 2014 tentang Desa

2.1.1 Bentuk Posisi Hukum Adat

Dalam system hukum Indonesia, hukum adat disebut hukum tidak tertulis (unstatua law), yang berbeda dengan hukum kontinental sebagai hukum tertulis (statute law)1. Hukum

adat adalah hukum non statutair dimana sebagian besar adalah hukum kebiasaan dan sebagian kecil hukum islam. Hukum adat memang tidak diberlakukan secara tertulis sebagaimana halnya undang-undang, namun keberadaan hukum adat sendiri memang diakui sebagai suatu aturan yang berlaku didalam sebuah masyarakat tertentu dan dilindungi keberadaannya olehundang-undang. Hukum adat adalah suatu model hukum dibangun baikbersifat riil maupun idiil dari bangsa Indonesia dengan bahasa suku bangsa itu.

2.2 Letak posisi Hukum Adat, Hukum Islam dan Hukum Barat didalam Undang-undang No. 6 Tahun 2014 tentang Desa

2.2.1 Letak posisi Hukum Adat

Pasal-pasal yang termuat dalam UU Desa yang berhubungan dengan Masyarakat Adat:

1. Pasal 4 butir c

“melestarikan dan memajukan adat, tradisi, dan budaya masyarakat Desa”

2. Pasal 18

“Kewenangan Desa meliputi kewenangan di bidang penyelenggaraan Pemerintahan Desa, pelaksanaan Pembangunan Desa, pembinaan kemasyarakatan Desa, dan pemberdayaan masyarakat Desa berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan adat istiadat Desa”

(6)

Yang dimaksud dengan “hak asal usul dan adat istiadat Desa” adalah hak yang masih hidup dan sesuai dengan perkembangan kehidupan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia.

3. Pasal 19

Kewenangan Desa meliputi:

a. kewenangan berdasarkan hak asal usul;

b. kewenangan lokal berskala Desa;

c. kewenangan yang ditugaskan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, atau Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota; dan

d. kewenangan lain yang ditugaskan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, atau Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Huruf a

Yang dimaksud dengan “hak asal usul” adalah hak yang merupakan warisan yang masih hidup dan prakarsa Desa atau prakarsa masyarakat Desa sesuai dengan perkembangan kehidupan masyarakat, antara lain sistem organisasi masyarakat adat, kelembagaan, pranata dan hukum adat, tanah kas Desa, serta kesepakatan dalam kehidupan masyarakat Desa.

Huruf b

Yang dimaksud dengan “kewenangan lokal berskala Desa” adalah kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat Desa yang telah dijalankan oleh Desa atau mampu dan efektif dijalankan oleh Desa atau yang muncul karena perkembangan Desa dan prakasa masyarakat Desa, antara lain tambatan perahu, pasar Desa, tempat pemandian umum, saluran irigasi, sanitasi lingkungan, pos pelayanan terpadu, sanggar seni dan belajar, serta perpustakaan Desa, embung Desa, dan jalan Desa.

4. Pasal 24

Penyelenggaraan Pemerintahan Desa berdasarkan asas:

(7)

b. tertib penyelenggaraan pemerintahan;

c. tertib kepentingan umum;

d. keterbukaan;

e. proporsionalitas;

f. profesionalitas;

g. akuntabilitas;

h. efektivitas dan efisiensi;

i. kearifan lokal;

j. keberagaman; dan

k. partisipatif.

Huruf i

Yang dimaksud dengan “kearifan lokal” adalah asas yang menegaskan bahwa di dalam penetapan kebijakan harus memperhatikan kebutuhan dan kepentingan masyarakat Desa.

Huruf j

Yang dimaksud dengan “keberagaman” adalah penyelenggaraan Pemerintahan Desa yang tidak boleh mendiskriminasi kelompok masyarakat tertentu.

5. Pasal 25

“Penyebutan nama lain untuk Kepala Desa dan perangkat Desa dapat menggunakan penyebutan di daerah masing-masing”

6. Pasal 34 ayat (1)

“Kepala Desa dipilih langsung oleh penduduk Desa”

Disuatu desa bahwa pemilihan kepala desa dipilih oleh masyarakat desa sesuai dengan undang-undang berlaku

(8)

Ayat (3)

Kepala Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dipilih melalui Musyawarah Desa yang memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33.

Yang dimaksud dengan ”musyawarah Desa” adalah musyawarah yang diselenggarakan oleh Badan Permusyawaratan Desa khusus untuk pemilihan Kepala Desa antarwaktu (bukan musyawarah Badan Permusyawaratan Desa), yaitu mulai dari penetapan calon, pemilihan calon, dan penetapan calon terpilih.

8. Pasal 54

Ayat (1)

“Musyawarah Desa merupakan forum permusyawaratan yang diikuti oleh Badan Permusyawaratan Desa, Pemerintah Desa, dan unsur masyarakat Desa untuk

memusyawarahkan hal yang bersifat strategis dalam penyelenggaraan Pemerintahan Desa”

Musyawarah Desa merupakan forum pertemuan dari seluruh pemangku kepentingan yang ada di Desa, termasuk masyarakatnya, dalam rangka menggariskan hal yang dianggap penting dilakukan oleh Pemerintah Desa dan juga menyangkut kebutuhan masyarakat Desa.Hasil ini menjadi pegangan bagi perangkat Pemerintah Desa dan lembaga lain dalam pelaksanaan tugasnya.Yang dimaksud dengan “unsur masyarakat” adalah antara lain tokoh adat, tokoh agama, tokoh masyarakat, tokoh pendidikan, perwakilan kelompok tani,

kelompok nelayan, kelompok perajin, kelompok perempuan, dan kelompok masyarakat miskin.

9. Pasal 69

Ayat (9)

“Rancangan Peraturan Desa wajib dikonsultasikan kepada masyarakat Desa”

10. Pasal 76

Ayat (1)

“Aset Desa dapat berupa tanah kas Desa, tanah ulayat, pasar Desa, pasar hewan, tambatan perahu, bangunan Desa, pelelangan ikan, pelelangan hasil pertanian, hutan milik Desa, mata air milik Desa, pemandian umum, dan aset lainnya milik Desa”

11. Pasal 103

Kewenangan Desa Adat berdasarkan hak asal usul sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 huruf a meliputi:

a. pengaturan dan pelaksanaan pemerintahan berdasarkan susunan asli;

(9)

c. pelestarian nilai sosial budaya Desa Adat;

d. penyelesaian sengketa adat berdasarkan hukum adat yang berlaku di Desa Adat dalam wilayah yang selaras dengan prinsip hak asasi manusia dengan mengutamakan penyelesaian secara musyawarah;

e. penyelenggaraan sidang perdamaian peradilan Desa Adat sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;

f. pemeliharaan ketenteraman dan ketertiban masyarakat Desa Adat berdasarkan hukum adat yang berlaku di Desa Adat; dan

g. pengembangan kehidupan hukum adat sesuai dengan kondisi sosial budaya masyarakat Desa Adat.

Huruf a

Yang dimaksud dengan “susunan asli” adalah sistem organisasi kehidupan Desa Adat yang dikenal di wilayah masing-masing.

Huruf b

Yang dimaksud dengan “ulayat atau wilayah adat” adalah wilayah kehidupan suatu kesatuan masyarakat hukum adat.

12. Pasal 104

Pelaksanaan kewenangan berdasarkan hak asal usul dan kewenangan berskala lokal Desa Adat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 huruf a dan huruf b serta Pasal 103 diatur dan diurus oleh Desa Adat dengan memperhatikan prinsip keberagaman.

Yang dimaksud dengan “keberagaman” adalah penyelenggaraan Pemerintahan Desa Adat yang tidak boleh mendiskriminasi kelompok masyarakat tertentu.

2.2.2 Letak posisi Hukum Islam

1.Pasal 51 bagian huruf a, b, c, e, f, k : Perangkat Desa dilarang:

a. merugikan kepentingan umum;

(10)

c. menyalahgunakan wewenang, tugas, hak, dan/atau kewajibannya;

e. melakukan tindakan meresahkan sekelompok masyarakat Desa;

f. melakukan kolusi, korupsi, dan nepotisme, menerima uang, barang, dan/atau jasa dari pihak lain yang dapat memengaruhi keputusan atau tindakan yang akan dilakukannya;

k. melanggar sumpah/janji jabatan; dan

Analisis : pada pasal 51 bagian a, b, c, e, f, k diatur dengan jelas di dalam hukum islam. Menyalahgunakan wewenang, tugas, hak, dan atau kewajibannya merupakan salah satu larangan yang terdapat di dalam hukum islam, dikarenakan perangkat desa merupakan orang yang dipercaya di masyarakat adat. Jadi haram hukumnya jika perangkat desa mendzolimi masyarakat adat dengan cara menyalahgunakan wewenang untuk kepentingan diri sendiri atau kepentingan golongannya.

2.Pasal 57 bagian huruf a :

Persyaratan calon anggota Badan Permusyawaratan Desa adalah:

a. bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;

Analisis : dimana calon anggota badan permusyawaratan desa harus bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Dikarenakan sebelum mengemban tugas untuk masyarakat adat harus mempunyai sifat-sifat teladan, oleh karena itu sifat-sifat teladan tersebut diambil dari contoh sifat-sifat teladan nabi yang ada di dalam agama islam sendiri.

(11)

serta melaksanakan segala peraturan perundang-undangan dengan selurus-lurusnya yang berlaku bagi Desa, daerah, dan Negara Kesatuan Republik Indonesia””.

Analisis : nilai-nilai hukum islam yang tercantum di dalam pasal itu adalah, dimana pemerintah atau yang mengemban di daerahnya, serta pengambilan sumpah jabatan juga diadopsi dari ajaran hukum islam, yang mana pemegang jabatan wajib menyatakan sumpahnya atas nama Allah sebelum mengemban tugas pemerintahan.

4.Pasal 90 bagian huruf a : Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota, dan Pemerintah Desa mendorong perkembangan BUM Desa dengan: a. memberikan hibah dan/atau akses permodalan;

b. melakukan pendampingan teknis dan akses ke pasar; dan

c. memprioritaskan BUM Desa dalam pengelolaan sumber daya alam di Desa.

Analisis : pasal ini ada kaitannya dengan hukum islam karena adanya pemberian hibah. Hibah menurut hukum islam adalah pemberian yang diberikan oleh seseorang pada pihak lain yang dilakukan ketika masih hidup dan pelaksanaan pembagiaanya biasanya dilakukan pada waktu penghibah masih hidup.

2.2.3 Letak Posisi Hukum Barat

1. Pasal 1 UU Desa , Poin :

13. Pemerintah Pusat selanjutnya disebut Pemerintah adalah Presiden Republik Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan negara Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

(12)

Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

15. Pemerintah Daerah adalah Gubernur, Bupati, atau Walikota dan perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah.

16. Menteri adalah menteri yang menangani Desa.

Analisis : Poin-poin diatas merujuk pada tingkatan atau organisasi kepemerintahan yang menunjukkan bahwa desa merupakan organisasi pemerintahan yang paling rendah. Hal ini mengacu pada teori atau konsep dari Montesquieu yaitu Trias Politica, bahwa terdapat pemisahan kekuasaan didalam suatu pemerintahan yaitu legislatif, eksekutif dan yudikatif. Sedangkan dengan kaitannya Undang-Undang Desa, Desa merupakan satuan bidang eksekutif atau bagian yang menjalankan Undang-Undang diposisi paling kecil atau paling bawah. (Montesquieu , L’esprit des Lois” , 1748)

2.3 Prosentase Hukum Adat, Hukum Islam dan Hukum Barat didalam pembentukan Undang-undang No. 6 Tahun 2014 tentang Desa

Prosentase hukum adat dalam uu desa yaitu terdapat 12 pasal yang menerangkan atau terkait dengan hukum adat dari 122 pasal :

12

122x100 %=9,83 %

Prosentase hukum islam dalam uu desa yaitu terdapat 4 pasal yang menerangkat atau terkait dengan hukum islam dari 122 pasal :

4

122x100 %=3,28 %

Prosentase hukum barat dalam uu desa yaitu terdapat 4 pasal yang menerangkan atau terkait dengan hukum barat dari 122 pasal :

1

122x100 %=0,8 %

(13)

Posisi Hukum Adat, Hukum Islam, dan Hukum Barat dalam UU NO.06/2014

(14)

BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Berdasarkan identifikasi pasal-pasal di dalam undang undang no. 6 tahun 2014 tentang desa, kami mendapatkan hasil berupa data prosentase penggunaan unsur-unsur hukum adat, hukum islam serta hukum barat yang menentukan posisinya di dalam pembentukan undang-ungang no.6 tahun 2014 tentang desa. Kemudian dapat ditarik kesimpulannya bahwa peran hukum adat dalam pembentukan uu no 6 tahun 2014 tentang desa sangat dominan, hal ini banyak ditemukan unsur-unsur yang terkandung didalam pembentukan undang undang desa dengan 95,9% mengandung unsur-unsur hukum adat.

Posisi hukum adat adalah sebagai acuan atau sumber utama dalam pembentukan undang- undang desa, kemudian terdapat beberapa pasal yang mengandung unsur hukum islam, karena pada dasarnya Indonesia mayoritas berpenduduk muslim. Kemudian yang terakhir mengenai hukum barat, dalam undang undang desa ini hanya menggunakan “trias politika” dalam pengaturan kelembagaan dan pemerintahan daerah.

3.2 SARAN

Dari kesimpulan diatas, saran dari kelompok kami adalah Hukum adat merupakan hukum Indonesia asli yang tidaktertulis/tertulis dan mengandungunsur-unsur agama. Serta terdapat hukum yang ditinggalkan oleh bangsa barat di tanah air.

Disini undang-undang no.6 tahun 2014 adalah undang-undang pertama yang mengatur mengenai wadah dari masyarakat hukum adat, hal ini merupakan gerakan yang positif untuk pengakuan hukum adat dan masyarakat hukum adat, karena dalam pembentukanya hampir tidak memakai hukum barat.

(15)

DAFTAR PUSTAKA

Dr. Samosir Djamanat,S.H.,M.H.,Hukum Adat Indonesia.CV.Nusa Aulia.Bandung:2013

Referensi

Dokumen terkait

Setiap pemain harus dapat menguasai keterampilan bermain bola voli, agar mampu untuk berprestasi, akan tetapi setelah peneliti melakukan survei atau observasi pada UKM BolaVoli

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Surabaya.. sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada tanggal

Bagi perusahaan, model langsung ini sangat disesuaikan dengan nilai-nilai peru- sahaan Selanjutnya, pada Model Kedua (Gambar 2) jaringan pengelolaan zakat menunjukkan

Press and hold the cold water selection button for a few seconds and then check if the cold water mode indicator on the panel has been turned on. To unselect cold water mode,

20 Sedangkan dalam skripsi penulis bahwa sistem oper nota ialah sistem yang mana jual beli ayam potong tersebut tidak menimbang berat ayam kembali pada saat melakukan

Aktif dalam hal rmenjaga rutinitas operasional siaran, menggali potensi dan masalah yang dihadapi warga komu- nitas dan mencari solusi permasalahan yang diha- dapi warga komunitas;

Setiap materi pembelajaran diwujudkan dalam ontologi yang memiliki empat parameter: Jawaban Benar (JB), Jawaban Salah (JS), Status Modul Pembelajaran/SCO

Data pemeriksaan penyakit hati ini akan diolah menggunakan algoritma Neural Network dan dengan menggunakan metode optimasi adaboost sehingga diperoleh metode yang