BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Masyarakat pada umumnya memandang bahwa pariwisata merupakan
suatu kegiatan ekonomi.Hal ini dikarenakan adanya akivitas ekonomi yang terjadi
seperti aktivitas jual-beli. Aktivitas lain yang terjadi di industri pariwisata adalah
membuat pembangunan daerah wisata semakin meningkat, dapat meningkatkan
devisa negara, dan lain-lain. Selain berkaitan dengan perkembangan ekonomi, di
dalam industri pariwisata juga terjadi berbagai fenomena kemasyarakatan yang
melibatkan baik perseorangan, kelompok, masyarakat, organisasi, kebudayaan,
dan sebagainya yang merupakan pokok bahasan sosiologi. Misalnya dalam
kegiatan ekonomi sederhana seperti aktivitas jual-beli pun terdapat komunikasi
yang terjadi antara penjual dan pembeli, dimana hal tersebut merupakan proses
interaksi sosial. Dalam pariwisata juga terdapat pertukaran bahasa, pertukaran
budaya dan pertukaran nilai.Sebagai misalnya seorang yang bepergian ke wilayah
wisata tertentu terkadang individu tersebut tertarik untuk mempelajari dan
menjalani budaya setempat.Contohnya anak yang sebelumnya tidak suka lagu
daerah menjadi suka dan menggali lagu bernuansa daerah.
Didalam aktivitas wisata terdapat interaksi antara wisatawan dengan
penduduk lokal.Aktivitas ini adalah sebagai hasil dari perjumpaan di daerah
destinasi wisata. Dalam interaksi yang dilakukan, akan terjadi proses pertukaran
informasi dan aktivitas baik itu aktifitas sosial, ekonomi, budaya dan ilmu
budaya) dan penyerapan budaya pada kedua belah pihak. Hal yang sering terjadi
adalah proses penyerapan bahasa maupun pertukaran budaya. Dalam hal bahasa,
masyarakat setempat dituntut untuk lebih mengetahui bahasa-bahasa diluar daerah
mereka, seperti misalnya masyarakat yang diharapkan dapat menguasai bahasa
inggris dikarenakan banyaknya wisatawan luar negeri yang berkunjung ke
wilayah tersebut.
Pada proses aktivitas wisata, para pelancong/wisatawan dapat mengetahui
budaya yang dimiliki oleh masyarakat destinasi wisata tersebut. Sebagai contoh
adalah para wisatawan dalam negeri dan luar negeri dapat melakukan aktivitas
tarian Tor-tor dikota wisata Tuktuk. Dalam aktivitas ini wisatawan dapat
mengetahui salah satu budaya Batak Toba, dan masyarakat setempat memperoleh
keuntungan ekonomi dalam kegiatan tersebut.
Pariwisata sebagai penghasil devisa negara juga termasuk dalam aspek
ekonomi, akan tetapi untuk memperoleh hal tersebut juga diperlukannya tenaga
kerja untuk mengelola dan mengembangkan wisata agar dapat menarik perhatian
wisatawan. Hal tersebut menjelaskan bahwa pariwisata tidak dapat kita pisahkan
dari aspek sosiologi.Menarik wisatawan ke daerah wisata merupakan tugas
masyarakat dan difasilitasi pemerintah, sehingga dibutuhkan sinergi swasta dan
pemerintah sehingga tercipta suatu kondisi dimana aspek-aspek wisata yang ada
di tempat wisata memiliki kualitas yang sangat baik sehingga menunjang aktivitas
wisata di daerah tersebut. Dengan kondisi demikian akan membuat minat
wisatawan semakin meningkat yang selanjutnya meningkatkan tingkat ekonomi
Seperti yang kita ketahui bahwa pertumbuhan pariwisata di Indonesia pada
saat ini mengalami peningkatan. Hal ini disampaikan oleh Wakil Mentri
Pariwisata dan Ekonomi Kreatif periode 2011-2014, Sapta Nirwandar, bahwa
pertumbuhan industri pariwisata di Indonesia pada tahun 2014 mencapai 9,39
persen lebih tinggi dari tahun sebelumnya. Angka tersebut merupakan di atas
pertumbuhan ekonomi nasional yang mencapai 5,7 persen. Hal itu disampaikan
Sapta saat mengikuti salah satu pameran pariwisata terbesar di dunia, yakni
Internationale Torismus Börse di Berlin, Jerma
Pertumbuhan pariwisata tidak hanya bergantung pada kekayaan alam
daerah wisata saja, akan tetapi juga adanya kebudayaan daerah dan pengelolaan
daerah wisata. Pemerintah daerah yang sedang membangun/mengelola pariwisata,
biasanya yang melakukan pemugaran candi, menghidupkan kesenian rakyat,
membangun hotel yang bertaraf internasional, dan lain-lain. Hal-hal tersebut
dilakukan dalam rangka untuk mendatangkan wisatawan, baik dari dalam negeri
maupun dari luar negeri.
Wisatawan merupakan aspek penting dalam industri pariwisata.Tanpa
adanya wisatawan, maka pembangunan dan pemugaran objek-objek kebudayaan,
pembangunan hotel, penyediaan transportasi dan sebagainya itu tidak memiliki
makna pariwisata.Sebaliknya, jika wisatawan datang untuk mengunjungi
objek-objek tersebut dan memanfaatkan fasilitas yang telah disediakan, maka hal
tersebut merupakan kegiatan pariwisata. Tidak hanya sekedar kedatangannya saja,
akan tetapi pandangan wisatawan juga sangat diperlukan dalam pembangunan
Dalam penelitian Solahuddin Nasution (2005), dengan judul“Persepsi
Wisatawan Mancanegara Terhadap Kualitas Objek dan Daya Tarik Wisata
(ODTW) Sumatera Utara”, menyimpulkan bahwa bagi para wisatawan
mancanegara tersebut, kualitas semua unsur yang terdapat dalam ODTW, seperti
atraksi wisata, akomodasi wisata, dan aksesibilitas wisata dipersepsi sebagai hal
yang masih memiliki mutu baik dan masih dapat diandalkan untuk memberikan
kepuasan wisata seperti yang mereka harapkan. Diluar daripada itu, ada beberapa
unsur-unsur produk wisata yang mutunya dibawah standar keinginan mereka,
seperti misalnya faktor kebersihan yang masih buruk. Banyaknya daerah wisata
yang telah dikunjungi wisatawan cenderung mempengaruhi mereka untuk
memberikan persepsi baik positif maupun negatif terhadap mutu ODTW di daerah
yang mereka kunjungi. Artinya, semakin banyak daerah wisata yang dikunjungi
menjadikan mereka mempunyai rujukan yang baik untuk membandingkan mutu
ODTW di negara lain dengan Sumatera Utara. Hasilnya adalah bahwa mutu
ODTW Sumatera Utara dipersepsi kurang baik, akan tetapi dibalik semua itu,
harapan-harapan yang diberikan oleh wisatawan mancanegara pada ODTW di
Sumatera Utara cukup tinggi. Artinya mereka yakin bahwa atraksi wisata di
Sumatera Utara akan memberikan kepuasan wisata yang optimal.
Danau Toba merupakan salah satu objek wisata yang ada di Sumatera
Utara.Danau dengan luas sekitar 1100 kilometer persegi menjadikan Danau Toba
sebagai danau terbesar di Indonesia dan di Asia Tenggara. Bahkan Danau Toba
menjadi danau terbesar kedua di dunia setelah Danau Victoria di Afrika.
Ditengah-tengah Danau Toba ada pulau yakni Pulau Samosir, dan di pulau
Danau Aek Natonang. Hal ini sangat menakjubkan karena kedua danau tersebut
berada di tengah-tengah sebuah danau. Di pinggiran Danau Toba juga ada air
terjun yang bisa dikunjungi, serta tempat pemandian air belerang yang dipercaya
bermanfaat untuk kesehatan kulit. Selain itu, di pinggiran Danau Toba terdapat
berbagai daerah yang menjadi pusat kunjungan para wisatawan, baik wisatawan
yang berasal dari berbagai kota, provinsi, maupun Negara. Wisatawan biasanya
mengunjungi Danau Toba pada bulan April hingga Agustus karena pada saat itu
bertepatan dengan liburan sekolah. Diperkirakan kunjungan wisata di Danau Toba
meningkat hingga 25 persen, yakni pada tahun 2013 sekitar 105.000 jiwa menjadi
131.000 jiwa hingga akhir tahun 2014. Daerah yang paling sering dikunjungi oleh
wisatawan adalah Parapat dan Tuktuk Siadong Samosir.
Saat ini kunjungan wisatawan baik dari dalam negeri maupun luar negeri
yang berkunjung ke kota wisata Parapat mempunyai perbandingan yang sangat
jauh dibandingkan dengan jumlah wisatawan yang berkunjung ke destinasi wisata
terkenal lainnya di Indonesia. Sebagai contoh adalah destinasi wista Pulau Bali
yang telah kedatangan wisatawan domestik dan luar negeri mencapai 3.410.000
jiwa sampai akhir tahun 2014 (Kompas.com).Perbandingan ini sangat jauh
jumlahnya dibandingkan dengan jumlah wisatawan yang datang ke daerah wisata
Danau Toba yakni hanya 131.000 jiwa.Hal ini diakibatkan oleh faktor-faktor
tertentu yang dapat mempengaruhi keinginan dan minat wisatawan untuk
berkunjung ke destinasi wisata. Faktor-faktor tersebut dapat berupa ketersediaan
sarana dan prasarana transportasi dan akomodasi yang mendukung proses wisata,
contohnya bandar udara dan angkutan yang kurang memadai. Seperti yang telah
yang memiliki fasilitas yang mendukung, sementara destinasi wisata Danau Toba
memiliki bandara udara yang tidak layak menjadi bandara domestik dimana kita
telah mengetahui bahwa transportasi udara merupakan transportasi tercepat di
dunia.
Hal inilah yang mendorong peneliti untuk melihat apa saja yang menjadi
faktor-faktor penyebab wisatawan memilih daerah kunjungan wisata di Parapat
dan Tuktuk. Kedua daerah ini juga merupakan daerah yang dapat dijangkau oleh
peneliti dengan mudah karena tempat tinggal peneliti berada di salah satu lokasi
wisata tersebut, yaitu di Parapat.
1.2.Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka yang menjadi rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah apa saja yang menjadi faktor-faktor penyebab
wisatawan memilih daerah kunjungan wisata di daerah Parapat dan Tuktuk.
1.3.Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan penelitian berdasarkan rumusan masalah
diatas adalah untuk mengetahui dan mendeskripsikan apa saja yang menjadi
faktor-faktor penyebab wisatawan dalam memilih daerah kunjungan wisata di
daerah Parapat dan Tuktuk.
1.4.Manfaat Penelitian
1.4.1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian diharapkan dapat memperkaya penelitian-penelitian sejenis
selanjutnya dan menambah wawasan kajian sosiologi pariwisata tentang
faktor-faktor penyebab wisatawan memilih daerah kunjungan wisata.
1.4.2. Manfaat Praktis
a. Menambah wawasan peneliti dan meningkatkan kemampuan peneliti
dalam membuat karya ilmiah mengenai faktor-faktor penyebab
wisatawan memilih daerah kunjungan wisata.
b. Menambah wawasan kajian ilmiah bagi mahasiswa serta memberikan