32
HASIL PENELITIAN
Penelitian tentang pengaruh komunikasi terapeutik terhadap tingkat kecemasan pasien pre sectio caesarea telah dilakukan oleh peneliti di RS Panti Wilasa Dr. Cipto Semarang selama 2,5 bulan (Juli s/d pertengahan September 2015). Waktu penelitian yang cukup lama disebabkan karena tidak mudah bagi peneliti untuk mendapatkan partisipan. Hal ini mengingat masih lebih banyak pasien yang mengalami persalinan secara normal bila dibandingkan persalinan dengan operasi sectio caesarea.
Data-data yang diperoleh dari partisipan melalui pengisian kuesioner, selanjutnya ditabulasi dan dianalisis. Hasil analisis data tersebut yang kemudian disajikan dalam bab ini. Secara garis besar, bab ini berisikan gambaran demografi partisipan, deskripsi variabel penelitian, pengujian hipotesis dan pembahasan guna menjawab rumusan masalah dan menguji hipotesis yang telah diajukan pada bab sebelumnya.
4.1 Gambaran Demografi Partisipan
demografi partisipan yang dikemukakan disini meliputi: usia, pendidikan terakhir, pekerjaan dan pendapatan rumah tangga. Berikut ini dipaparkan masing-masing gambaran demografi partisipan tersebut.
Usia partisipan dalam penelitian ini dibagi dalam dua kelompok usia yaitu 20 – 30 tahun dan 31 – 40 tahun. Adapun gambaran partisipan berdasarkan usia ditampilkan pada Grafik 4.1. berikut ini:
Berdasarkan Grafik 4.1. di atas terlihat bahwa partisipan dalam kelompok usia 20 – 30 tahun lebih banyak yang dijumpai penulis saat melakukan penelitian yaitu sebanyak 18 orang (60,0%). Hal ini menunjukkan bahwa operasi sectio caesarea ternyata banyak juga dialami oleh ibu hamil yang berusia
60% 40%
Grafik 4.1. Gambaran Partisipan berdasarkan
Usia
20 - 30 tahun
muda. Menurut Sari (2016) bahwa 46% ibu muda di Indonesia memilih persalinan dengan cara operasi caesar. Adapun pertimbangan memilih operasi caesar karena: (1) keputusan dokter (komplikasi medis) dimana ditemukan adanya indikasi-indikasi seperti minimnya cairan ketuban yang tersisa, bayi berada dalam posisi sungsang atau melintang, kondisi placenta previa (posisi plasenta berada di bawah rahim sehingga menghambat jalan lahir), pre-eklamsia menjelang kelahiran, salah satu janin pada kehamilan kembar meninggal, panggul sempit sementara bobot bayi terlalu besar, dan infeksi penyakit menular, (2) persalinan pada kehamilan sebelumnya juga dengan cara yang sama yaitu operasi caesar, (3) tidak ingin merasakan nyeri hebat persalinan dengan proses yang relatif cepat, faktor estetika (tidak ingin elastisitas vagina berubah), bisa menentukan tanggal kelahiran bayi, dan rekomendasi kerabat.
Berdasarkan Grafik 4.2. di atas terlihat bahwa partisipan dalam kelompok pendidikan terakhirnya adalah lulus SMA/sederajat adalah yang terbanyak yaitu sebanyak 14 orang (47%), namun ada juga yang telah menempuh pendidikan di tingkat S1 meski jumlahnya lebih sedikit. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan sebagian besar partisipan tergolong menengah ke atas.
Keterkaitan diantara usia dengan pendidikan terakhir ditampilkan pada tabel 4.1. berikut ini:
33%
47% 20%
Grafik 4.2. Gambaran Partisipan berdasarkan
Pendidikan Terakhir
Lulus SMP/sederajat
Lulus SMA/sederajat
Tabel 4.1. Crosstab Usia dan Pendidikan Terakhir tahun lebih banyak adalah lulusan SMA/sederajat yaitu 8 orang (26,7%). Hal yang sama juga tampak pada kelompok usia 31 – 40 tahun dimana tingkat pendidikan terakhir partisipan paling banyak adalah lulusan SMA/sederajat yaitu 6 orang (20,0%). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa keputusan untuk melakukan persalinan caesar paling banyak dilakukan oleh para ibu muda yang memiliki pendidikan terakhir pada jenjang SMA/sederajat.
Berdasarkan Grafik 4.3. di atas terlihat bahwa mayoritas partisipan tidak bekerja dalam artian menjalankan profesi yang menghasilkan uang, mereka adalah para ibu rumah tangga yaitu sebanyak 13 orang (43,3%). Sementara itu, sisanya adalah partisipan yang menjalankan profesi sebagai PNS atau pegawai swasta atau juga berwirausaha.
Keterkaitan diantara pekerjaan dengan pendapatan rumah tangga partisipan per bulan ditampilkan pada tabel 4.2.
20%
20%
17% 43%
Grafik 4.3. Gambaran Partisipan berdasarkan
Pekerjaan
PNS
Pegawai Swasta
Wiraswasta
Tabel 4.2. Crosstab Pekerjaan dan Pendapatan Rumah Tangga Partisipan per bulan
Pendapatan Rumah Tangga per bulan memiliki pendapatan sendiri diuar yang didapat dari suaminya. Bagi partisipan yang bekerja sebagai PNS dan wiraswasta ternyata mempunyai pendapatan rumah tangga per bulan paling banyak pada kisaran Rp 3 juta – Rp 5 juta, ada juga yang bahkan mempunyai pendapatan rumah tangga per bulan > Rp 5 juta. Sementara itu, sebanyak 13 orang (43,3%) partisipan lainnya tidak bekerja, sehingga pendapatan rumah tangga per bulan yang dimiliki itu seluruhnya berasal dari suaminya.
per bulan antara Rp 1 juta – Rp 3 juta adalah yang paling banyak memutuskan untuk melakukan persalinan dengan cara operasi caesar. Hal ini berarti bahwa meskipun pada umumnya biaya persalinan dengan cara operasi caesar adalah lebih mahal dibandingkan dengan persalinan normal, namun tidak berarti menyurutkan niat partisipan yang hanya menjalani status peran tunggal untuk memilih cara persalinan secara caesar.
4.2 Deskripsi Variabel Penelitian 4.2.1. Variabel Komunikasi Terapeutik
Tabel 4.3. Deskripsi Variabel Komunikasi Terapeutik Total Skor Komunikasi
Terapeutik
Kategori Frekuensi Prosentase
≤ 60
> 60
Kurang Baik Baik
14 16
46,7 53,3
Total 30 100,0
Sumber: Data Primer, 2016
Berdasarkan Tabel 4.3. di atas terlihat bahwa lebih banyak partisipan dalam hal ini 16 orang (53,3%) yang menilai bahwa komunikasi terapeutik yang dilakukan oleh para perawat di RS Panti Wilasa Dr. Cipto Semarang terhadap para pasien sectio caesarea tergolong baik dengan nilai total skor >60.
4.2.2. Variabel Kecemasan Pre Sectio Caesarea
Kecemasan (total skor 0 – 13), Kecemasan Ringan (total skor 14 – 20), Kecemasan Sedang (total skor 21 – 27), Kecemasan Berat (total skor 28 – 41), Kecemasan Sangat Berat (total skor 42 – 56). Adapun hasil deskripsi variabel kecemasan pre sectio caesarea ditampilkan pada Tabel 4.4. berikut ini:
Tabel 4.4. Deskripsi Variabel Kecemasan Pre Sectio Caesarea
Total Skor Kecemasan
Pre Sectio Caesarea Kategori Frekuensi Prosentase 0 – 13
Sumber: Data Primer, 2016
4.3 Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis pengaruh komunikasi terapeutik terhadap tingkat kecemasan pasien pre sectio caesarea di RS Panti Wilasa Dr. Cipto Semarang dilakukan dengan uji t seperti ditampilkan pada Tabel 4.5. Analisis regresi selengkapnya dapat dilihat pada lampiran.
Tabel 4.5. Hasil Uji Hipotesis
Variabel Koef B t hitung Sig
Komunikasi terapeutik -0,261 -2,545* 0,017 Sumber: Data Primer, 2016
Keterangan : * = signifikan pada  = 5 % t 0,05 (df = 28) = 1,701
Berdasarkan hasil analisis regresi seperti ditampilkan pada Tabel 4.5 di atas, maka selanjutnya dapat dituliskan hasil persamaan regresi sebagai berikut:
Y = 27,443 – 0,261 X + e
Nilai koefisien regresi dari komunikasi terapeutik (X) sebesar -0,261 menunjukkan bahwa setiap peningkatan 1 satuan variabel komunikasi terapeutik akan menurunkan nilai variabel kecemasan pasien pre sectio caesarea sebesar 0,261 satuan.
komunikasi terapeutik mempunyai pengaruh negatif yang signifikan terhadap tingkat kecemasan pasien pre sectio caesarea. Hal ini ditunjukkan oleh nilai thitung -2,545 < ttabel -1,701 pada selang kepercayaan () sebesar 5%, sehingga H1 diterima. Arah pengaruh yang negatif mengandung arti bahwa semakin baik komunikasi terapeutik yang dilakukan perawat di RS Panti Wilasa Dr. Cipto Semarang akan menurunkan tingkat kecemasan pasien pre sectio caesarea. Sebaliknya, semakin buruk komunikasi terapeutik yang dilakukan perawat di RS Panti Wilasa Dr. Cipto Semarang akan meningkatkan tingkat kecemasan pasien pre section caesarea.
.
4.5 Pembahasan
bahwa kecemasan dapat dikurangi dengan tindakan keperawatan yang berfokus pada komunikasi terapeutik terutama bagi pasien selain keluarganya.
Melalui komunikasi terapeutik yang dilakukan perawat, setidaknya perawat tersebut menginformasikan prosedur pembedahan (persiapan pasien, obat-obat pre medikasi, jenis pembedahan, anastesi, latihan post operasi) dan hal-hal terkait dengan proses pembedahan juga hal di luar proses pembedahan mampu memberikan efek positf terhadap penurunan tingkat kecemasan pasien pre sectio caesarea. Hal ini sesuai pendapat Burke & Lemone (dalam Arbani, 2015) yang mengatakan bahwa tindakan perawat berupa intervensi keperawatan dan perawatan suportif dapat mengurangi tingkat kecemasan pasien dan membantu pasien untuk berhasil menghadapi stres yang dihadapi selama periode pre operasi.
Tabel 4.4. tampak bahwa 66,6% partisipan mengatakan bahwa tidak ada kecemasan dalam diri mereka sebelum menjalani sectio caesarea. Jikalaupun ada beberapa pasien yang merasakan kecemasan, tingkatannya pun hanya tergolong rendah hingga sedang, yaitu masing-masing sebanyak 16,7%. Tidak satupun pasien yang dalam penelitian ini yang mengalami tingkat kecemasan pre sectio caesarea pada level berat ataupun sangat berat. Hal ini menunjukkan bahwa adanya komunikasi terapeutik yang baik sehingga mampu menekan tingkat kecemasan pasien pre sectio caesarea.