• Tidak ada hasil yang ditemukan

S KIM 1203108 Chapter1

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "S KIM 1203108 Chapter1"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

PISA atau Programme for International Student Assessment merupakan usaha

kolaboratif antar negara anggota OECD (Organisation for Economic

CoOperation and Development) untuk mengukur hasil sistem pendidikan pada

prestasi belajar siswa. Asesmen ini tidak sekedar terfokus pada sejauh mana siswa

telah menguasai kurikulum sekolah, tetapi melihat kemampuan siswa untuk

menggunakan pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa dalam

kehidupan sehari-hari. Kemampuan literate sains itu biasa disebut dengan literasi

sains adalah suatu kemampuan menggunakan pengetahuan untuk mengidenifikasi

isu-isu ilmiah, mengidentifikasi pertanyaan, dan menarik kesimpulan berdasarkan

bukti ilmiah dalam rangka proses untuk memahami alam (OECD, 2014). Berikut

hasil literasi sains siswa Indonesia pada PISA tahun 2000 sampai 2012 :

Tabel 1.1. Posisi Indonesia berdasarkan hasil PISA

Tahun Studi Skor Rata-rata

Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa kemampuan literasi sains siswa

Indonesia selama kurang lebih dari 5 kali penelitian berada di di posisi yang

sangat rendah. Hal ini dapat terlihat dalam beberapa kali PISA posisi kemampuan

literasi sains siswa Indonesia berada di 2-3 terbawah. (OECD, 2014: 226).

Hasil dari studi PISA 2012 memperlihatkan bahwa kemampuan anak

Indonesia di bidang literasi sains dibandingkan dengan anak-anak lain di dunia

masih rendah. Berdasarkan hasil PISA 2012, Indonesia berada di peringkat ke-64

dari 65 negara yang berpartisipasi dalam studi. Penilaian yang dipublikasikan The

(2)

2012 menunjukkan Indonesia hanya sedikit lebih baik dari Peru yang berada di

ranking terbawah. Rata-rata skor sains anak-anak Indonesia adalah 382. Padahal

rata-rata skor OECD untuk sains adalah 501 (OECD, 2014). Hasil studi PISA

Indonesia menurun apabila dibandingkan dengan studi pada tahun 2009.

Ketidakmampuan siswa dalam mengaitkan dan menggunakan konsep-konsep

sains yang dipelajari untuk menyikapi permasalahan dalam kehidupan mereka

menyebabkan penurunan kemampuan literasi sains (Hoolbrook, 2005).

Rendahnya tingkat literasi sains siswa Indonesia seperti terungkap studi PISA

perlu dipandang sebagai masalah serius dan dicarikan jalan pemecahannya dengan

baik dan komprehensif. Menurut Firman (2007) dan Hayat dan Yusuf (2010)

rendahnya tingkat literasi sains siswa Indonesia diduga karena kurikulum (dan

bahan ajar), proses pembelajaran, dan asesmen yang dilakukan tidak mendukung

pencapaian literasi sains. Ketiganya masih menitikberatkan pada dimensi konten

(knowledge of science) yang bersifat hafalan seraya melupakan dimensi konten

lainnya (knowledge about science), proses/kompetensi (ketrampilan berpikir) dan

konteks aplikasi sains.

Dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia, pemerintah terus

melakukan pengembangan terhadap kurikulum pendidikan yang menjadi

pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran dalam rangka mencapai tujuan

pendidikan nasional. Pada tahun ajaran 2013/2014 Indonesia menggunakan

kurikulum terbaru yaitu kurikulum 2013 sebagai panduan dalam kegiatan

pembelajaran. Menurut Depdikbud (2013) pengembangan kurikulum 2013

dilakukan untuk menghadapi tantangan internal berupa pendidikan yang lebih

memadai dalam membentuk SDM (Sumber Daya Manusia) yang memiliki daya

saing, kompeten dan terampil serta untuk menghadapi salah satu tantangan

eksternal berupa rendahnya capaian literasi sains siswa Indonesia dalam hasil

penilaian kemampuan literasi sains siswa bertaraf internasional seperti PISA. Oleh

karena itu, penerapan kurikulum 2013 ini diharapkan mampu memberikan hasil

lebih baik bagi penyelenggaraan pendidikan di Indonesia yang salah satu

diantaranya berupa peningkatan dalam capaian literasi sains siswa Indonesia.

Selain kurikulum yang diterapkan sebagai pedoman penyelenggaraan

(3)

faktor yang secara konsisten signifikan mempengaruhi kemampuan literasi sains

adalah fasilitas pendidikan, faktor ini secara tidak langsung akan mempengaruhi

kemampuan literasi kimia. Salah satu fasilitas pendidikan adalah buku ajar.

Guru-guru sains pada umumnya sangat bergantung pada buku ajar untuk membantu

tugas pokok mereka.

Buku ajar merupakan komponen penting dalam proses belajar mengajar

selain guru dan siswa itu sendiri. Buku ajar merupakan salah satu aspek yang

dapat meningkatkan literasi sains siswa SMA. Buku ajar merupakan buku yang

digunakan untuk mempelajari atau mendalami suatu objek pengetahuan dan ilmu

serta teknologi atau suatu bidang studi (Pusat Perbukuan Depdiknas dalam Rofiah

dkk. 2015, hlm. 1). Berdasarkan temuan United Nations Development Programme

(UNDP) (dalam Putri, 2010, hlm. 1), posisi minat membaca Indonesia pada

tingkat dunia berada pada peringkat ke-96, sejajar dengan Bahrain, Malta, dan

Suriname. Hal ini jelas merepresentasikan minat membaca siswa terhadap buku

ajar kimia, minat membaca buku ajar kimia ini dapat dipengaruhi pula oleh

anggapan bahwa materi kimia yang dipelajari di sekolah melalui buku ajar kimia

terpisah dengan berbagai fenomena yang ada di dalam kehidupan sehari-hari dan

teknologi yang sedang berkembang karena tidak adanya buku yang membahas

secara spesifik berbagai fenomena atau konteks yang ada di kehidupan sehari-hari

maupun fenomena atau konteks teknologi yang sedang berkembang, hal ini tidak

langsung dapat menyebabkan rendahnya kemampuan literasi kimia siswa

Indonesia.

Berdasarkan anggapan tersebut, diperlukan buku pendukung lain seperti buku

pengayaan yang terkait dengan ilmu kimia serta mengangkat konteks teknologi

yang sedang berkembang agar siswa menyadari bahwa ilmu kimia yang dipelajari

bermanfaat di kehidupan sehari-hari khususnya dapat diaplikasikan pada

fenomena teknologi yang sedang berkembang, sehingga secara tidak langsung

kemampuan literasi kimia siswa di Indonesia dapat berkembang. Akan tetapi,

buku pengayaan kimia masih jarang ditemukan. Berdasarkan data buku non teks

yang terdapat pada Pusat Perbukuan Balitbang Kemendikbud tahun 2012

detemukan bahwa, jumlah terbitan buku non teks yang lulus uji kelayakan dari

(4)

terdisi atas buku pengayaan, buku referensi dan buku panduan pendidik (Fitri,

2012). Sebanyak 272 dari 1841 buku non teks yang telah diterbitkan tersebut

merupakan buku pengayaan yang terbagi atas buku pengayaan pengetahuan

sebanyak 137 buah, buku pengayaan keterampilan sebanyak 55 buah, dan buku

pengayaan kepribadian sebanyak 80 buah.

Dari total 137 buku pengayaan pengetahuan, hanya terdapat 3 buku yang

mengaitkan dengan materi kimia atau hanya sebesar 1,10 % dari seluruh buku

pengayaan yang diterbitkan di Indonesia buku pengayaan tersebut diantaranya

laboratorium (Nugroho, 2011), Pengetahuan sainsku 1 (Tokoh sains dan

Molekul-atom) (Solicha dan Noriski, 2011), dan Bioteknologi (Nugroho, 2011). Selain itu

konteks yang diangkat dalam buku pengayaan yang diterbitkan masih sangat

minim yang berkaitan dengan teknologi. Penelitian (skripsi) sebelumnya terkait

pengembangan buku pengayaan kimia pernah dilakukan oleh Fitriyani (2016)

yang bejudul “Pengembangan Buku Pengayaan Kimia Berbasis Sains dan Teknologi Masyarakat Pada Materi Minyak Bumi”. Meskipun buku pengayaan

bidang kimia tersebut menggunakan pendekatan literasi sains dan teknologi, akan

tetapi buku pengayaan tersebut tidak mengangkat konteks yang terkait dengan

teknologi yang sedang berkembang. Maka dari itu, penulis memandang perlu

untuk mengembangkan suatu buku pengayaan yang mengangkat konteks

teknologi yang sedang berkembang.

Merujuk pada tuntutan kurikulum 2013 dalam proses keterlaksanaan

kurikulum 2013 bahan ajar yang digunakan dalam proses pembelajaran di sekolah

tidak hanya buku teks pelajaran saja tetapi perlu didukung dengan buku

pendamping salah satunya adalah buku pengayaan. Menurut Pusat perbukuan

Depdiknas (2008) (dalam Widyatiningrum dkk. 2015, hlm. 1-2), buku pengayaan

memiliki fungsi diantaranya sebagai pengayaan pengetahuan, yaitu dapat

meningkatkan pengetahuan (knowledge) dan menambah wawasan pembaca

tentang ilmu pengetahuan, teknologi dan seni. Dengan jumlah buku pengayaan

pengetahuan khususnya yang terkait dengan materi kimia dan membahas konteks

teknologi yang begitu sedikit, maka diperlukan buku pengayaan kimia berbasis

(5)

keterlaksanaannya kurikulum 2013 serta secara tidak langsung dapat membangun

literasi kimia siswa SMA.

Teknologi di bidang kimia yang sedang menjadi isu hangat baru-baru ini

banyak menggunakan material cairan ionik, hal ini karena sifatnya yang tidak

mudah menguap, memiliki stabilitas termal yang tinggi, memiliki konduktivitas

tinggi dan memiliki kestabilan elektrokimia yang cukup tinggi sehingga dapat

digunakan dalam berbagai aplikasi seperti elektrokimia, pelumas, katalis, serta

aplikasi di bidang biokimia (Curnow, 2012, hlm. 120-121). Cairan ionik

merupakan suatu garam dengan rumus [R]X yang memiliki titik leleh di bawah

100oC. Definisi ini digunakan karena cairan ionik berwujud cair pada suhu

ruangan. Kebanyakan cairan ionik terdiri atas kation organik [R]+ dan anion

anorganik X- (Curnow, 2012, hlm. 118). Salah satu manfaat cairan ionik adalah

dapat digunakan sebagai senyawa elektrolit pada electrolyte fuel cell (Fernicola et

al., 2006; Galinski et al., 2006; Le Bideau et al., 2011; Lu et al., 2002; Mazille et

al., 2005; Stephan, 2006 dalam Laurenco dkk., 2011 hlm 155). Fuel Cell atau

Electrolyte Fuel Cell merupakan alat yang mengubah energi kimia menjadi energi

listrik secara langsung seperti generator dengan efisiensi yang tinggi dan dampak

terhadap lingkungan yang rendah(U.S Department of Energy, 2013, hlm. 1-1).

Ilmu tentang Fuel Cell berkembang cepat selama dua dekade terakhir karena

dianggap efisien dalam mengubah energi kimia dari senyawa yang kaya hidrogen

menjadi energi listrik. Para ilmuwan di seluruh dunia sedang mengembangkan

fuel cell sebagai solusi untuk krisis energi yang dialami sebagian besar pada

populasi global (Basu, 2007, hlm. 5).

Berdasarkan uraian di atas, peneliti memandang perlu untuk melakukan

penelitian pengembangan buku pengayaan konteks Electrolyte Fuel Cell untuk

membangun literasi kimia siswa SMA. Oleh karena itu peneliti mengambil judul

penelitan yaitu “Pengembangan Buku pengayaan konteks Electrolyte Fuel Cell

untuk Membangun Literasi Siswa SMA”.

Berdasarkan latar belakang di atas, dapat diidentifikasi beberapa

permasalahan sebagai berikut:

1. Tuntutan PISA 2012 dan Kurikulum 2013 agar siswa mampu

(6)

2. Literasi sains siswa Indonesia masih rendah yang ditunjukkan dari hasil studi

PISA 2000-2012.

3. Salah satu faktor rendahnya literasi sains siswa di Indonesia adalah karena

pembelajaran terlalu berorientasi pada konten, belum mengeksplorasi aplikasi

dari konten tersebut.

4. Dibutuhkannya bahan ajar yang membahas fenomena dan isu-isu terkini.

B. Rumusan Masalah Penelitian

Permasalahan utama yang akan dijawab pada penelitian ini adalah

"Bagaimana merepresentasikan konteks Electrolyte Fuel Cell dalam bentuk buku

pengayaan yang dapat membangun literasi kimia siswa SMA?"

Untuk mempermudah pengkajian secara sistematis terhadap permasalahan

yang diteliti, maka rumusan masalah tersebut dirinci dalam pertanyaan sebagai

berikut :

1. Bagaimana konstruksi tujuan pembelajaran yang mencakup Kompetensi PISA

2012 dan tuntutan Kurikulum 2013 yang harus dicapai siswa pada buku

pengayaan Electrolyte Fuel Cell?

2. Bagaimana konstruksi buku pengayaan Electrolyte Fuel Cell yang sesuai

dengan tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan ?

3. Bagaimana hasil validasi ahli terhadap buku pengayaan Electrolyte Fuel Cell ?

4. Bagaimana hasil uji keterbacaan buku pengayaan Electrolyte Fuel Cell ?

Agar penelitian yang dilakukan lebih terarah dan memberikan gambaran yang

lebih jelas, maka penelitian ini dibatasi pada :

1. Konteks Electrolyte Fuel Cell yang dikaji hanya dalam menjelaskan konsep

elektrokimia dan ikatan ionik.

2. Kompetensi ilmiah PISA 2012 yang digunakan dalam pengembangan buku

pengayaan meliputi :

2.1 Menggunakan pengetahuan sains di dalam situasi yang diberikan

2.2 Menggambarkan atau menafsirkan fenomena secara ilmiah dan

memprediksikan perubahannya

3.1 Menafsirkan bukti ilmiah dan membuat dan mengkomunikasikan

(7)

3.3 Mempertimbangkan pengaruh pengembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi terhadap masyarakat.

4.1 Menunjukkan ketertarikan terhadap sains

4.2 Mendukung penelitian ilmiah

4.3 Menunjukkan rasa tanggung jawab pada sumber daya dan lingkungan

3. Proses validasi yang dilakukan adalah validasi isi oleh ahli.

4. Buku ajar yang diperoleh akan diuji keterbacaannya melalui uji pemahaman.

C. Tujuan Penelitian

Tujuan umum dari penelitian ini adalah dihasilkannya buku pengayaan

tervalidasi yang dapat membangun literasi sains siswa SMA. Secara khusus,

penelitian ini dilakukan untuk :

1. Memperoleh tujuan pembelajaran yang mencakup Kompetensi PISA 2012

dan tuntutan Kurikulum 2013 yang harus dicapai siswa pada buku

pengayaan Electrolyte Fuel Cell?

2. Memperoleh buku pengayaan Electrolyte Fuel Cell yang sesuai dengan

tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan

3. Memperoleh informasi untuk perbaikan buku ajar yang dikembangkan

berdasarkan hasil validasi ahli terhadap buku pengayaan Electrolyte Fuel

Cell.

4. Memperoleh informasi untuk perbaikan buku ajar yang dikembangkan

berdasarkan hasil uji keterbacaan buku pengayaan Electrolyte Fuel Cell

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian yang dilakukan diharapkan mempunyai manfaat sebagai

berikut :

1. Bagi guru, hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai referensi

baru dalam pembelajaran pengayaan dalam rangka memperluas

pengetahuan siswa terkait penggunaan Electrolyte Fuel Cell di kehidupan

(8)

2. Bagi siswa, buku pengayaan yang dikembangkan dapat menambah minat

siswa dalam mempelajari sains khususnya kimia dengan berawal dari

fenomena yang ada di kehidupan sehari-hari.

3. Bagi lembaga pendidikan terkait, hasil penelitian ini diharapkan dapat

dijadikan masukan dan bahan pertimbangan dalam meningkatkan kualitas

bahan ajar, khususnya buku pengayaan.

4. Bagi penelitian lain, memberikan motivasi untuk mengembangkan buku

pengayaan berbasis kontekstual.

E. Struktur Organisasi Skripsi

Skripsi berjudul “Pengembangan Buku pengayaan Konteks Electrolyte Fuel Cell Untuk Membangun Literasi Sains Pada Siswa SMA” berisi lima bab yang saling berkaitan. Susunan dari kelima bab tersebut yaitu pendahuluan, kajian

pustaka, metode penelitian, temuan dan pembahasan, serta simpulan, implikasi

dan rekomendasi. Kelima bab tersebut disusun secara sistematis dan saling

berkesinambungan.

Bab I berisi pendahuluan yang terdiri atas latar belakang, rumusan masalah,

tujuan penelitian, manfaat penelitian, pembatasan masalah, dan struktur

organisasi. Latar belakang menjelaskan mengenai alasan penulis melakukan

penelitian pengembangan buku pengayaan berbasis teknologi dan berisikan

identifikasi masalah-masalah yang kemudian dirumuskan dalam suatu rumusan

masalah. Selah rumusan masalah ditentukan kemudian dilakukan pembatasan

masalah yang bertujuan agar penelitian ini lebih terarah. Tujuan penelitian dibuat

untuk menjawab rumusan masalah. Manfaat penelitian dibuat untuk menjadi

gambaran manfaat dari penelitian yang dilakukan dan struktur organisasi

berisikan sistematikan penulisan, gambaran penelitian yang keterkaitan dengan

setiap Bab.

Bab II berisi kajian pustaka mengenai teori-teori yang diperoleh dari berbagai

literatur. Kajian pustaka tersbut menjadi landasan teoritik dalam melakukan

penelitian dan dapat menjelaskan mengenai penemuan-penemuan pada Bab IV.

Teori tentang Literasi Sains dan Literasi Kimia teori serta Tujuan Pembelajaran

(9)

tentang Latar belakang pengembangan kurikulum 2013, Bahan Ajar, Analisis

Wacana Teks digunakan sebagai dasar dalam pengonstruksian buku pengayaan

yang dikembangkan. Teori Uji Keterbacaan digunakan sebagai dalam dalam

pengonstruksian instrument uji keterbacaan serta untuk mengolah data hasil uji

keterbacaan. Pada bagian terakhir terdapat deskripsi materi (Konteks dan Konten

kimia terkait) sebagai informasi materi yang terdapat pada buku pengayaan yang

dikembangkan.

Bab III menjelaskan secara rinci mengenai metode penelitian yang dilakukan

yaitu pemaparan mengenai desain penelitian yang diterapkan, partisipan dan

tempat penelitian, pengumpulan data (seperti instrument penelitian yang

digunakan sesuai dengan rumusan masalah penelitian dan alur penelitian) serta

analisis data membahas teknik pengolahan data yang digunakan untuk mengolah

hasil penelitian sehingga dapat menjawab rumusan masalah.

Bab IV berisikan mengenai temuan dan pembahasan. Pada bab ini dijelaskan

hasil penelitian yang dilakukan serta pembahasannya yang didasari teori-teori dari

yang telah dipaparkan pada bab II.

Bab V berisi simpulan, implikasi dan rekomendasi. Simpulan didasarkan dari

hasil temuan untuk menjawab rumusan masalah dan tujuan penelitian, implikasi

berisi saran untuk dalam jangka waktu dekat dan rekomendasi berisikan saran

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan utama penelitian ini adalah memperoleh multimedia pembelajaran sel volta menggunakan konteks baterai ion-litium ramah lingkungan berbasis literasi sains

maka permasalahan utama dalam penelitian ini adalah “B agaimana alat ukur literasi sains siswa SMA pada konten sel Volta menggunakan konteks baterai Li-. ion ramah

kimia menggunakan konteks pembelajaran batik yang dapat meningkatkan literasi. sains s iswa

Konstruksi multimedia pembelajaran kelarutan dan hasil kali kelarutan (ksp) menggunakan konteks nanofiltrasi untuk meningkatkan literasi sains siswa sma.. Universitas

Berdasarkan pada hasil penelitian tersebut buku pengayaan konteks pelumas media magnetik berpotensi untuk dapat digunakan dalam membangun literasi kimia siswa SMA.. Kata

PENGEMBANGAN BUKU PENGAYAAN KONTEKS PELUMAS MEDIA MAGNETIK UNTUK MEMBANGUN LITERASI KIMIA SISWA

Skripsi ini terdiri atas lima bab, bab pertama yaitu pendahuluan berisi subbab tentang latar belakang yang mengemukakan alasan mendasar diadakannya penelitian, kemudian rumusan

KONSTRUKSI DESAIN PEMBELAJARAN ELEKTROKIMIA MENGGUNAKAN KONTEKS BATERAI LI-ION RAMAH LINGKUNGAN UNTUK MENINGKATKAN LITERASI SAINS SISWA SMAA. Universitas Pendidikan Indonesia