• Tidak ada hasil yang ditemukan

Politik Hukum Anggaran Pendapatan dan Be

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Politik Hukum Anggaran Pendapatan dan Be"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

Diajukan Untuk Memenuhi Nilai Ujian Tengah Semester Mata Kuliah Politik Hukum

Oleh: Yovita Christian Assikin

NPM : 110620170028

Kelas A

Dosen: Prof. Dr. H. Rukmana Amanwinata, S.H., M.H.

Dr. Hernadi Affandi, S.H., LL.M.

PROGRAM MAGISTER KENOTARIATAN

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS PADJAJARAN

BANDUNG

(2)

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang 1

B. Identifikasi Masalah 3

BAB II TINJAUAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA

NEGARA 4

A. Keuangan Negara 4

B. Pengertian Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara 4

C. Fungsi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara 4

D. Struktur Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara 5

E. Siklus Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara 7

BAB III PEMBAHASAHAN 9

A. Peran Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dalam Mendukung

Pertumbuhan dan Pembangunan Perekonomian Negara Indonesia 9

B. Kaitan antara Politik Hukum dengan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

(APBN) dalam Mewujudkan Pertumbuhan dan Pembangunan Perekonomian di

Negara Indonesia 12

BAB IV PENUTUP 16

A.Kesimpulan 16

B. Saran 17

(3)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pemerintah Indonesia dalam rangka mewujudkan cita-cita dan tujuan

Negara, menyusun rencana keuangan negara setiap tahunnya. Rencana

tersebut meliputi semua hak dan kewajiban Negara yang dapat dinilai dengan

uang, serta segala sesuatu baik berupa uang maupun barang yang dapat

dijadikan milik Negara berhubung dengan pelaksanaan hak dan kewajiban

tersebut.

Rencana keuangan tersebut menjadi pedoman dalam melaksanakan

kegiatan penyelenggaraan pemerintahan pada tahun yang bersangkutan.

Rencana tersebut dituangkan dalam bentuk Anggaran Pendapatan dan Belanja

Negara atau yang disingkat dengan APBN. Selain APBN terdapat pula

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), yang merupakan rencana

keuangan tahunan pemerintahan daerah yang disetujui oleh DPRD. APBD

sebagai pelengkap dan sebagai bentuk kemandirian pemerintah daerah yang

telah diberikan kewenangan untuk mengurus daerahnya masing-masing,

berdasarkan otonomi daerah.

Penetapan APBN tersebut diatur dalam Pasal 23 ayat (1) Undang-Undang

Dasar Tahun 1945 yang mengamanatkan, “APBN ditetapkan setiap tahun

dengan undang-undang dan dilaksanakan secara terbuka dan bertanggung

jawab untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.” Selanjutnya dalam ayat

(2) dikatakan bahwa rancangan APBN diajukan oleh Presiden untuk dibahas

bersama DPR dengan memperhatikan pertimbangan DPRD. APBN

merupakan wujud pengelolaan keuangan Negara sebagai konsekuensi

penyelenggaraaan pemerintahan yang menimbulkan hak dan kewajiban

Negara yang dapat dinilai dengan uang.

APBN terdiri atas anggaran Pendapatan Negara, anggaran Belanja Negara,

(4)

yang diakui sebagai penambah kekayaan bersih yang terdiri atas Penerimaan

Perpajakan, Penerimaan Negara Bukan Pajak, dan Penerimaan Hibah. Belanja

Negara adalah kewajiban Pemerintah Pusat yang diakui sebagai pengurang

nilai kekayaan bersih yang terdiri atas belanja Pemerintah Pusat dan Transfer

ke Daerah dan Dana Desa. Sedangkan pembiayaan anggaran adalah setiap

penerimaan yang perlu dibayar kembali, penerimaan kembali atas

pengeluaran tahun-tahun anggaran sebelumnya, pengeluaran kembali atas

penerimaan tahun-tahun anggaran sebelumnya, penggunaan saldo anggaran

lebih, dan/atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun

anggaran yang bersangkutan maupun tahun-tahun anggaran berikutnya. Pada

dasarnya, harus terdapat keseimbangan di antara Pendapatan Negara dengan

Belanja Negara dan Pembiayaan Negara, agar tujuan Negara dalam wujudkan

kesejahteraan rakyat dapat tercapai.

APBN sebagai rencana keuangan Negara, memiliki peran penting dalam

pembangunan dan pertumbuhan ekonomi. APBN berperan sebagai salah satu

instrumen Negara untuk mengatur pengeluaran dan pendapatan Negara, guna

membiayai pelaksanaan kegiatan pemerintahan dan pembangunan, mencapai

pertumbuhan ekonomi, meningkatkan pendapatan nasional, mencapai

stabilitas perekonomian, dan menentukan arah serta prioritas pembangungan

secara umum.

Melihat pentingnya peranan APBN sebagai suatu tolak ukur akan

pertumbuhan dan pembangunan ekonomi di Negara Indonesia, maka

Pemerintah dirasa perlu untuk menuangkannya dalam kebijakan-kebijakan

yang dapat menopang fungsi dari APBN tersebut. Salah satunya adalah

melalui kebijakan fiskal yang merupakan kebijakan ekonomi makro dan

kebijakan utama pemerintah yang di implementasikan melalui APBN,

memliki perang penting dalam mempengaruhi perekonomian, terutama dalam

upaya mencapai target-target pembangunan nasional. 1 Kebijakan fiskal

adalah kebijakan ekonomi yang dilakukan oleh pihak pemerintah guna

1

Kementerian Keuangan Republik Indonesia, Direktorat Jenderal Anggaran, & Direktorat Penyusunan APBN, Pokok-Pokok Siklus APBN Di Indonesia : Penyusunan Konsep Kebijakan dan Kapasitas Fiskal

(5)

mengelola dan mengarahkan kondisi perekonomian ke arah yang lebih baik

atau yang diinginkan dengan cara mengubah atau memperbarui penerimaan

dan pengeluaran pemerintah.2 Kebijakan fiskal diarahkan untuk memperkuat stimulus fiskal guna mendukung akselerasi partumbuhan ekonomi yang

berkelanjutan, sekaligus perbaikan pemerataan hasil-hasil pembangunan

nasional. Langkah-langkah yang akan ditempuh, adalah melalui optimalisasi

pendapatan Negara, peningkatan kualitas belanja Negara, pengendalian

defisit, dan pengendalian utang.

Pemerintah Indonesia meskipun telah menentukan berbagai kebijakan

mengenai APBN, termasuk kebijakan fiskal, namun pada praktiknya

penyelenggaraan rencana keuangan tersebut (APBN) masih belum sempurna,

selalu saja di rasa terdapat kekurangan di dalamnya. Salah satu kekurangan

tersebut dapat terlihat dari ketidakseimbangan antara Pendapatan Negara

dengan Belanja Negara dan Pembiayaan Negara, dimana Belanja Negara dan

Pembiayaan Negara lebih besar daripada Pendapatan Negara.

Ketidakseimbangan tersebut mempengaruhi pertumbuhan dan pembangungan

perekonomian Negara Indonesia.

Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka penulis tertarik memilih dan

menetapkan judul tentang “Politi Hukum Anggaran Pendapatan dan

Belanja Negara (APBN) dalam mendukung pertumbuhan dan

pembangungan perekonomian Negara Indonesia”.

B. Identifikasi Masalah :

1. Bagaimana peran Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)

dalam mendukung pertumbuhan dan pembangunan perekonomian

Negara Indonesia?

2. Bagaimana hubungan politik hukum dengan Anggaran Pendapatan dan

Belanja Negara (APBN) dalam mewujudkan pertumbuhan dan

pembangunan perekonomian di Negara Indonesia?

2

(6)

BAB II

TINJAUAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN

DAN BELANJA NEGARA (APBN)

A. Keuangan Negara

Pengertian Keuangan Negara terdapat dalam Pasal 1 angka 1

Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara.

Menurut Pasal tersebut, keuangan negara adalah semua hak dan kewajiban

negara yang dapat dinilai dengan uang, serta segala sesuatu baik berupa

uang maupun barang yang dapat dijadikan milik negara berhubung dengan

pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut.

B. Pengertian Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Indonesia

Anggaran secara umum merupakan rencana kerja yang dinyatakan

secara kuantitatif, diukur dalam satuan moneter dan satuan ukur lainnya

yang mencakup jangka waktu 1 tahun.3 Dengan begitu, dapat dikatakan bahwa anggaran merupakan rencana yang disusun secara sistematis yang

mencakup seluruh kegiatan perusahaan yang diukur dalam satuan uang

dan berlaku dalam jangka waktu 1 tahun.

Baik perusahaan maupun pemerintah, pada umumnya menyusun

anggaran setiap tahun. Anggaran yang disusun oleh pemerintahan

Indonesia adalah Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara atau yang

disingkat dengan APBN.

Pasal 1 angka 7 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang

Keuangan Negara, menyatakan bahwa APBN adalah rencana keuangan

tahunan pemerintahan negara yang disetujui oleh Dewan Perwakilan

Rakyat.

C. Fungsi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) :

3

(7)

Menurut Penjelasan Pasal 3 ayat (4) Undang-Undang Nomor 17 Tahun

2003 tentang Keuangan Negara, menyatakan bahwa Anggaran Pendapatan

dan Belanja Negara memiliki enam fungsi dalam rangka membentuk

struktur perekonomian negara, antara lain :

1. Fungsi Otoritas ;

Fungsi ini mengandung arti bahwa anggaran negara menjadi dasar

untuk melaksanakan pendapatan dan belanja pada tahun yang

bersangkutan.

2. Fungsi Perenanaan ;

Fungsi ini mengandung arti bahwa anggaran negara menjadi pedoman

bagi manajemen dalam merencanakan kegiatan pada tahun yang

bersangkutan.

3. Fungsi Pengawasan ;

Fungsi ini mengandung arti bahwa anggaran negara menjadi pedoman

untuk menilai apakah kegiatan penyelenggaraan pemerintahan negara

sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan.

4. Fungsi Alokasi ;

Fungsi ini mengandung arti bahwa anggaran negara harus diarahkan

untuk mengurangi pengangguran dan pemborosan sumber daya, serta

meningkatkan efisiensi dan efektivitas perekonomian.

5. Fungsi Distribusi ;

Fungsi ini mengadung arti bahwa kebijakan anggaran negara harus

memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan.

6. Fungsi Stabilitas :

Fungsi ini mengandung arti bahwa anggaran pemerintah menjadi alat

untuk memelihara dan mengupayakan keseimbangan fundamental

perekonomian.

(8)

Struktur APBN terdiri dari 3 bagian besar, yaitu: 4 I. Pendapatan Negara dan Hibah ;

1. Penerimaan Dalam Negeri ;

a. Pajak Dalam Negeri;

i. Pajak Penghasilan; terdiri dari migas dan non migas.

ii. Pajak Pertambahan Nilai;

iii.Pajak Bumi dan Bangunan;

iv. Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan;

v. Cukai dan Pajak Lainnya;

2. Penerimaan Negara Bukan Pajak ;

a. Penerimaan Sumber Daya Alam ;

i. Minyak Bumi;

ii. Gas Alam;

iii. Pertambangan Umum;

iv. Kehutanan;

v. Perikanan.

b. Bagian Pemerintah Atas Laba BUMN;

c. PNBP Lainnya.

II. Belanja Negara ;

1. Belanja Pemerintah Pusat ;

a. Belanja pegawai, Belanja Barang, Belanja Moda, dan

Belanja Hibah ;

b. Pembiayaan Bunga Utang;

Terdiri dari utang dalam negeri dan utang luar negeri.

c. Subsidi;

Terdiri dari subsidi energy dan subsidi non energi.

d. Bantuan Sosial.

2. Transfer Ke Daerah ;

a. Dana Perimbangan ;

4

(9)

Terdiri dari dana bagi hasil, dana alokasi umum, dan dana

alokasi khusus.

b. Dana Otonomi Khusus dan Penyesuaian.

III. Pembiayaan Negara :

1. Pembiayaan Dalam Negeri ;

Terdiri dari perbankan dalam negeri dan non-perbankan

dalam negeri.

2. Pembiayaan Luar Negeri :

a. Penarikan Pinjaman Luar Negeri (bruto) ;

Terdiri dari pinjaman program dan proyek bruto.

b. Penerusan Pinjaman (SLA) :

c. Pembayaran Cicilan Pokok Utang Luar Negeri.

Penyusunan format ini menunjukan bahwa pendapatan Negara pada urutan

teratas yang kemudian dikurangi dengan belanja Negara, sehingga dapat

diketahui surplus atau defisit.

E. Siklus Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara :

Siklus APBN merupakan serangkaian kegiatan yang berawal dari

perencanaan dan penganggaran sampai dengan pertanggungjawaban

APBN yang berulang dengan tetap dan teratur setiap tahun anggaran.5 Pengaturan mengenai penyusunan dan penetapan APBN diatur dalam

Pasal 16 – 20 UU Keuangan Negara, berdasarkan ketentuan tersebut

secara ringkas siklus APBN dinyatakan sebagai berikut :6

1. Tahap Perencanaan dan Penganggaran APBN, dilakukan pada bulan

Januari hingga Juli setiap tahunnya;

Pada tahap ini ditetapkan mengenai arah kebijakan fiskal dan prioritas

pembangunan nasional, yang ditindak lanjuti dengan penyusunan

5

Kementerian Keuangan Republik Indonesia, Direktorat Jenderal Anggaran, & Direktorat Penyusunan APBN, Op. Cit., hlm. 7

6

(10)

Rencana Kerja dan Anggaran Negara/Lembaga (K/L).7 Selanjutnya, Kementerian Keuangan menyusun konsep pokok-pokok kebijakan

fiskal dan perkiraan kapasitas fiskal untuk penyusunan Pagu Indikatif

Belanja K/L yang dituangkan dalam Rencana Kerja Pemerintah (RKP).

2. Tahap Pembahasan APBN, dilakukan pada bulan Agustus hingga

Oktober setiap tahunnya;

Kementerian Perencanaan dan Kementerian Keuangan membahas

mengenai RKP yang telah disusun, dan melakukan

perubahan-perubahan, serta menyusun Rencana Kerja dan Anggaran.

3. Tahap Penetapan APBN, pada akhir bulan Oktober setiap tahunnya;

Pada tahap ini ditetapkan Rancangan Undang-Undang APBN. RUU

APBN tersebut dibentuk berdasarkan Rencana Kerja Pemerintah dan

pokok-pokok kebijakan fiskal serta Kerangka Ekonomi Makro. RUU

tersebut disampaikan kepada DPR. Kemudian, setelah DPR

menyetujui RUU tersebut, RUU APBN ditetapkan menjadi UU APBN

yang diikuti dengan Keputusan Presiden mengenai rincian APBN

sebagai lampiran UU APBN.

4. Tahap Pelaksanaan APBN, dilakukan pada awal bulan Januari di tahun

yang bersangkutan;

Pada tahap ini, APBN yang telah dibentuk dilaksanakan oleh

pemerintah, khususnya Kementerian Negara/Lembaga.

5. Tahap Laporan dan Pencatatan APBN; dan

Laporan keuangan pemerintah dilakukan melalui proses penghitungan

ilmu akuntasi, dan disajikan sesuai dengan standard akuntasi keuangan

pemerintah yang terdiri dari Laporan Realisasi Anggaran (LRA),

Neraca, dan Laporan Arus Kasm serta catatan atas laporan keuangan.

6. Tahap Pemeriksaan dan Pertanggungjawaban APBN.

Tahap ini merupakan tahap terakhir, yang pelaksanaannya akan

dilakukan oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK).

7

(11)

BAB III

PEMBAHASAN

A. Peran Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dalam

Mendukung Pertumbuhan dan Pembangunan Perekonomian Negara

Indonesia :

Anggaran Pendapatan Negara dan Belanja Negara atau yang disingkat

dengan APBN, merupakan rencana keuangan tahunan pemerintahan negara

yang dituangkan dalam bentuk Undang-Undang. Pembentukan APBN

sebagai Undang sesuai dengan amanat Pasal 23 ayat (1)

Undang-Undang Dasar Tahun 1945 yang menyatakan bahwa “Anggaran pendapatan

dan belanja negara sebagai wujud dari pengelolaan keuangan negara yang

ditetapkan setiap tahun dengan undang-undang dan dilaksanakan secara

terbuka dan bertanggung jawab untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.”

APBN dibentuk sesuai dengan kebutuhan penyelenggaraan pemerintahan

negara Indonesia, serta kemampuan dalam menghimpun pendapatan negara.

APBN dibentuk dengan tujuan untuk mendukung terwujudnya perekonomian

nasional berdasarkan demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan,

efisiensi, berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian,

serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi

nasional.8

APBN pada dasarnya terdiri atas pendapatan negara dan hibah, belanja

negara, serta pembiayaan negara. Pertama, pendapatan negara yang meliputi

seluruh penerimaan yang diperoleh dari hasil penjualan barang-barang dan

jasa-jasa yang dimiliki dan dihasilkan oleh pemerintah.9 Penerimaan tersebut dapat berupa pajak, retribusi, keuntungan dari perusahaan negara

(BUMN/Perum/Persero), denda dan perampasan barang oleh pemerintah,

pencetakan uang kertas, penerimaan dari masyarakat untuk jasa yang

8

Tujuan pembentukan APBN yang dinyatakan dalam huruf b bagian menimbang Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2016 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun 2017.

9

(12)

diberikan (TOL), pinjaman yang berasal dari dalam ataupun luar negeri, serta

hibah.

Kedua, belanja negara yang merupakan pengeluaran rutin negara untuk

keperluan penyelenggaraan pemerintahan. Belanja negara terbagi atas belanja

pemerintah pusat dan belanja pemerintah daerah. Belanja pemerintah pusat

merupakan pengeluaran yang digunakan untuk kegiatan pembangungan

pemerintahan pusat, yang dirinci menurut oraganisasi, fungsi, dan jenis

belanja. Sedangkan belanja pemerintah daerah merupakan pengeluaran yang

digunakan untuk kegiatan pembangungan daerah, yang tertuang dalam

APBD. Ketiga, pembiayaan negara, dalam pasal 1 angka 17 UU Keuangan

Negara dinyatakan bahwa pembiayaan adalah setiap penerimaan yang perlu

dibayar kembali dan/atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada

tahun anggaran yang bersangkutan maupun tahun-tahun anggaran berikutnya.

Anggaran Pendapatan dan belanja negara pada dasarnya merupakan salah

satu perwujudan pengelolaan keuangan negara. Dengan dibentuknya APBN,

suatu negara dapat memprediksi arah keuangan negara tersebut selama satu

tahun. Selain itu, dengan melihat APBN, pemerintah dapat mengetahui

kebijakan-kebijakan apa saja yang harus dibentuk dalam rangka menopang

perekonomian nasional, dengan begitu dapat dikatakan bahwa APBN

memiliki peran penting dalam pertumbuhan dan pembangungan ekonomi

nasional.

Peran penting APBN dalam membangun ekonomi nasional; Pertama

meningkatkan penerimaan atau pendapatan negara yang secara khusus

ditentukan dan ditargetkan dalam APBN, yang merupakan faktor penting

dalam mendukung pertumbuhan ekonomi dan pengaruhnya terhadap alokasi

serta efisiensi sumberdaya perekonomian. Penerimaan atau pendapatan

negara tersebut dapat dipergunakan untuk membangun infrastruktur yang

terdiri dari fisik dan jasa layanan masyarakat seperti transportasi,

telekomunikasi, listrik, irigasi, maupun pembangunan di bidang properti,

serta pemerataan pendapatan daerah dalam rangka mewujudkan kesejahteraan

(13)

Kedua, peran APBN dalam mendukung pertumbuhan dan pembangunan

ekonomi dapat dilihat dari fungsi-fungsi pembentukan APBN itu sendiri,

yaitu fungsi alokasi, fungsi distribusi, dan fungsi stabilisasi. Fungsi alokasi

disini berkaitan dengan pengalokasian dana atau sumber daya ekonomi yang

dilakukan oleh pemerintah sebagai suatu intervensi terhadap perekonomian,

guna terciptanya efektifitas dan efisiensi perekonomian negara. Misalnya,

pengalokasian dana khusus (DAK) untuk infrastruktur pada APBN 2013

sebesar Rp. 31,6 milyar dengan harapan terciptanya hubungan antar wilayah

di Indonesia.10 Selain itu, fungsi alokasi diarahkan untuk mengurangi pengangguran dan pemborosan sumber daya yang dapat meningkatkan

efisiensi dan efektivitas perekonomian.

Fungsi distribusi berkaitan dengan pendistribusian barang-barang yang

diproduksi oleh masyarakat. Fungsi ini menitikberatkan pada keadilan yang

ada dalam masyarakat, dimana pemerintah harus memberdayakan kelompok

masyarakat yang berpenghasilan rendah. Pemberdayaan tersebut dapat

dilakukan dengan cara memberikan bantuan langsung, seperti program

nasional pemberdayaan masayarakat (PNPM) atau bantuan operasional

sekolah (BOS). Dengan pemberdayaan yang dilakukan, akan menciptakan

pemerataan ekonomi yang dapat mendukung pertumbuhan dan pembangunan

ekonomi.

Fungsi stabilisasi berkaitan dengan stabilitas yang tercipta melalui

pembentukan APBN, dimana anggaran tersebut menjadi alat untuk

memelihara dan mengupayakan keseimbangan fundamental perekonomian.

APBN ditujukan untuk meminimalisir volatilitas atau fluktuasi dalam

perekonomian.11 Selain itu, APBN juga sebagai alat stabilisasi ekonomi, dimana pemerintah menentukan beberapa kebijakan di bidang anggaran

belanja dengan tujuan untuk mempertahankan stabilitas proses pertumbuhan

dam pembangunan ekonomi. Salah satu kebijakan yang dimaksud adalah

10

Penjelasan Pasal 13 Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2013 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2012 Tentang Anggaran Pendapatan Dan Belanja Negara Tahun 2013.

11

(14)

kebijakan fiskal, kebijakan yang dibentuk oleh pemerintah guna mengelola

dan mengarahkan kondisi perekonomian ke arah yang lebih baik dengan cara

mengubah atau memperbarui penerimaan dan pengeluaran pemerintah.

Dengan perekonomian yang stabil, suatu negara dapat dengan mudah

merencanakan dan melaksanakan pembangungan ekonomi.

Peranan ketiga fungsi ekonomi dalam penyusunan APBN sangatlah besar

bagi perbaikan dan penguatan fundamental ekonomi, yaitu menciptakan

stabilitas ekonomi, memperluas lapangan kerja, serta memperbaiki distribusi

pendapatan yang dapat mengurangi tingkat kemiskinan, yang dapat

mendorong pertumbuhan dan kepastian pembangunan ekonomi negara

Indonesia.

B. Kaitan Antara Politik Hukum Dengan Anggaran Pendapatan dan

Belanja Negara (APBN) dalam Mewujudkan Pertumbuhan dan

Pembangunan Perekonomian di Negara Indonesia :

Pengertian hukum hingga saat ini masih beragam, hampir seluruh sarjana

hukum merumuskan “apa itu hukum?” dengan hasil yang berbeda. Mochtar

Kusumaatmadja merusumuskan pengertian hukum, sebagai keseluruhan

kaidah-kaidah dan asas-asas yang mengatur pergaulan hidup manusia dalam

masyarakat, yang bertujuan memelihara ketertiban dan keadilan yang

meliputi lembaga-lembaga (instituions), dan proses-proses guna mewujudkan

berlakunya kaidah itu dalam kenyataan.12

Hukum dikatakan sebagai produk politik yang memandang hukum sebagai

formalisasi atau kritalisasi dari kehendak-kehendak politik yang saling

berinteraksi dan saling bersaingan.13 Dengan pandangan bahwa hukum merupakan suatu produk politik, maka politik dilihat dari dua sisi, yaitu

politik sebagai bagian dari ilmu politik dan bagian dari ilmu hukum.

12

Mochtar Kusumaatmadja, Hukum, Masyarakat, Dan Pembinaan Hukum Nasional : Suatu Uraian Tentang

Landasan Pikiran, Pola, Dan Mekanisme, Pembaharuan Hukum di Indonesia, Bandung : Lembaga Penelitian

Hukum dan Kriminologi Fakultas Hukum Universitas Padjajaran, 1995, hlm. 4.

13

(15)

Hubungan antara politik dan hukum menurut Moh. Mahmud MD setidaknya

dapat terlihat dari 3 hal,14 yaitu pertama, hukum determinan atas politik dalam arti bahwa kegiatan-kegiatan politik diatur oleh dan harus tunduk pada

aturan-aturan hukum. Kedua, politik determinan atas hukum, karena hukum

merupakan hasil atau kristalisasi dari kehendak-kehendak politik yang saling

berinteraksi dan bahkan saling bersaingan. Ketiga, politik dan hukum sebagai

subsistem kemasyarakatan berada pada posisi yang derajat determinasinya

seimbang antara yang satu dengan yang lain.

Eratnya keterkaitan antara politik dengan hukum menimbulkan

pertanyaan, dimana posisi dan peran politik hukum sebagai bagian dari

keduanya. Politik hukum meskipun merupakan bagian dari ilmu politik dan

ilmu hukum, pada kenyataan dan praktiknya memiliki perbedaan dengan

politk “murni” dan hukum “murni.” Politik adalah bermacam-macam

kegiatan dalam suatu sistem politik yang menyangkut proses menentukan

tujuan-tujuan dari sistem itu dan melaksanakan tujuan-tujuan itu,15 atau singkatnya adalah suatu cara untuk mencapai suatu tujuan tertentu.

Sedangkan hukum seperti yang telah dijelaskan diatas, merupakan

keseluruhan kaidah dan asas yang mengatur pergaulan hidup manusia dalam

masyarkat, termasuk lembaga dan proses di dalamnya. Politik hukum,

menurut Padmo Wahjono adalah kebijakan penyelenggara negara yang

bersifat mendasar dalam menentukan arah, bentuk maupun isi dari hukum

yang akan dibentuk dan tentang apa yang dijadikan kriteria untuk

menghukumkan sesuatu.16

Politik hukum selanjutnya didefinisikan oleh Soedarto, sebagai kebijakan

dari negara melalui badan-badan negara yang berwenang untuk menetapkan

peraturan-peraturan yang dikehendaki, yang diperkirakan akan digunakan

untuk mengekspresikan apa yang terkandung dalam masyarakat dan untuk

14

Ibid, hlm. 8

15

Imam Syaukani & A. Ahsin Thohari, Dasar-Dasar Politik Hukum, Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2004, hlm. 21.

16

(16)

mencapai apa yang dicita-citakan.17 Selanjutnya, menurut Hernadi Affandi adalah suatu strategi penentuan dan pemilihan cara, metode, tujuan, dan arah

yang akan diterapkan dalam pembentukan, perumusan, dan penyusunan

produk hukum. Berdasarkan pengertian politik, hukum, dan politik hukum

yang dikemukakan diatas, dapat dikatakan bahwa politik hukum berbeda

dengan politik “murni” dan hukum “murni”, politik hukum disini hadir

sebagai suatu cara atau metode untuk menentukan kebijakan hukum oleh

pemerintah dalam rangka mewujudkan cita-cita dan tujuan negara.

Politik Hukum Negara Indonesia dalam rangka mewujudkan pertumbuhan

dan pembangungan perekonomian negara, salah satunya dengan membentuk

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Dengan dibentuknya

APBN sebagai rencana keuangan negara, Negara Indonesia dapat

memprediksi ke arah mana pengelolaan keuangan negara Indonesia selama

satu tahun. Selain itu melalui APBN, pemerintah dapat mengetahui

kebijakan-kebijakan apa saja yang harus dibentuk dalam rangka menopang

perekonomian nasional.

Politik hukum disini, dituangkan dalam kebijakan-kebijakan mengenai

APBN tersebut. Salah satunya adalah kebijakan fiskal, kebijakan fiskal

merupakan kebijakan ekonomi yang dilakukan oleh pihak pemerintah guna

mengelola dan mengarahkan kondisi perekonomian ke arah yang lebih baik

atau yang diinginkan dengan cara mengubah atau memperbarui penerimaan

dan pengeluaran pemerintah.18 Politik hukum kebijakan fiskal, dibentuk untuk memperkuat stimulus fiskal guna mendukung akselerasi partumbuhan

ekonomi yang berkelanjutan, sekaligus perbaikan pemerataan hasil-hasil

pembangunan nasional. Langkah-langkah yang akan ditempuh, adalah

melalui optimalisasi pendapatan Negara, peningkatan kualitas belanja Negara,

pengendalian defisit, dan pengendalian utang.

Politik hukum pembentukan APBN yang tepat dapat memberikan dampak

positif terhadap pertumbuhan dan pembangungan perekonomian Negara

17 Ibid, hlm. 28

18

(17)

Indonesia. Melalui APBN, pemerintah Indonesia dapat menentukan arah

tindakan yang akan dilakukan selama 1 tahun kedepan. Baik tindakan

pengalokasian dana atau sumber daya ekonomi, pendistribusian

barang-barang yang diproduksi oleh masyarakat dalam rangka memberdayakan

kelompok masyarakat yang berpenghasilan rendah, maupun pembentukan

kebijakan-kebijakan yang dapat memelihara keseimbangan fundamental

negara Indonesia.

Berdasarkan hal tersebut dapat dikatakan bahwa politik hukum memiliki

hubungan dengan APBN dalam rangka mewujudkan pertumbuhan dan

pembangunan di Negara Indonesia. Hubungan tersebut dapat dilihat dari

peran politik hukum dalam pembentukan kebijakan-kebijakan yang berkaitan

dengan APBN (salah satunya kebijakan fiskal) yang merupakan rencana

keuangan tahunan negara. Keberhasilan peran politik hukum dalam

pembentukan APBN tersebut, selanjutnya akan menentukan pertumbuhan dan

(18)

BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Peran penting APBN dalam membangun ekonomi nasional terbagi

menjadi dua, yaitu pertama, meningkatkan penerimaan atau pendapatan

negara yang secara khusus ditentukan dan ditargetkan dalam APBN. Kedua,

peran APBN dalam mendukung pertumbuhan dan pembangunan ekonomi

dapat dilihat dari fungsi-fungsi pembentukan APBN itu sendiri, yaitu fungsi

alokasi, fungsi distribusi, dan fungsi stabilisasi. Fungsi alokasi berkaitan

dengan pengalokasian dana atau sumber daya ekonomi, fungsi distribusi

berkaitan dengan pemerataan ekonomi dan pemberdayaan masyarakat, dan

fungsi stabilisasi berkaitan APBN sebagai alat untuk memelihara dan

mengupayakan keseimbangan fundamental perekonomian. Peranan ketiga

fungsi ekonomi dalam penyusunan APBN sangatlah besar, yaitu menciptakan

stabilitas ekonomi, memperluas lapangan kerja, serta memperbaiki distribusi

pendapatan yang dapat mengurangi tingkat kemiskinan, yang dapat

mendorong pertumbuhan dan kepastian pembangunan ekonomi negara

Indonesia.

Hubungan antara politik hukum dengan APBN dalam rangka mewujudkan

pertumbuhan dan pembangunan di Negara Indonesia, dapat dilihat dari peran

politik hukum dalam pembentukan kebijakan-kebijakan yang berkaitan

dengan APBN yang merupakan rencana keuangan tahunan negara. Salah satu

politik hukum APBN adalah pembentukan kebijakan fiskal, dalam kebijakan

tersebut diatur mengenai cara untuk mengelola dan mengarahkan kondisi

perekonomian ke arah yang lebih baik atau yang diinginkan dengan cara

mengubah atau memperbarui penerimaan dan pengeluaran pemerintah.

Keberhasilan peran politik hukum dalam pembentukan APBN dan

kebijakan-kebijakan tersebut, yang nantinya akan menentukan pertumbuhan dan

(19)

B. SARAN

Pembentukan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, baiknya

memperhatikan seluruh aspek yang ada, bukan hanya aspek ekonomi,

melainkan aspek sosial, budaya, polik, hukum, dan yang lainnya. Aspek

sosial penting untuk dikaji dalam pembentukan suatu APBN, sebab dengan

melihat aspek sosial pemerintah dapat menentukan seberapa besar dana yang

harus dialokasikan bagi pemerataan dan pemberdayaan masyarakat. Begitu

pula dengan aspek hukum, berkaitan dengan kebijakan-kebijakan yang

dibentuk oleh pemerintah terkait dengan APBN.

Penyelenggara pemerintahan baiknya terbebas dari Korupsi, Kolusi, dan

Nepotismen (KKN) agar pelaksanaan APBN dapat efektif dan efisien, demi

(20)

DAFTAR PUSTAKA

A. BUKU :

Imam Syaukani & A. Ahsin Thohari, Dasar-Dasar Politik Hukum, Jakarta

: Raja Grafindo Persada, 2004.

Kementerian Keuangan Republik Indonesia & Direktorat Jenderal

Anggaran, Pokok-Pokok Proses Penyusunan Anggaran Belanja

Kementerian Negara/Lembaga, Buku Pedoman, Jakarta, 2015.

Kementerian Keuangan Republik Indonesia, Direktorat Jenderal

Anggaran, & Direktorat Penyusunan APBN, Pokok-Pokok Siklus

APBN Di Indonesia : Penyusunan Konsep Kebijakan dan

Kapasitas Fiskal Sebagai Langkah Awal, Buku Pedoman, Jakarta,

2014.

Kementerian Keuangan Republik Indonesia, Direktorat Jenderal

Anggaran, Direktorat Jenderal Perbendaharaan, Pedoman Proses

Perencanaan, Penganggaran, dan Pelaksanaan Anggaran (Edisi

Revisi I), Buku Pedoman, Jakarta, 2016.

Kementerian Keuangan Republik Indonesia, Direktorat Jenderal

Anggaran, & Direktorat Penyusunan APBN, Dasar-Dasar Praktek

Penyusunan APBN Di Indonesia, Buku Pedoman, Jakarta, 2014.

M.Suparmoko, Asas-Asas Ilmu Keuangan Negara, Yogyakarta : Bagian

Penerbitan Fakultas Ekonomi (BPFE) Universitas Gadjah Mada,

1984.

Mochtar Kusumaatmadja, Hukum, Masyarakat, Dan Pembinaan Hukum

Nasional : Suatu Uraian Tentang Landasan Pikiran, Pola, Dan

Mekanisme, Pembaharuan Hukum di Indonesia, Bandung :

Lembaga Penelitian Hukum dan Kriminologi Fakultas Hukum

Universitas Padjajaran, 1986.

Moh. Mahfud MD, Politik Hukum di Indonesia, Jakarta : Pustaka LP3ES

(21)

Mulyadi, Akuntansi Biaya : Penentuan Harga Pokok Dan Pengendalian

Biaya (Edisi Ketiga), Yogyakarta : BPFE, 1993.

Rowland B.F. Pasaribu, Anggaran dan Pendapatan Belanja Negara,

Lembaga Pusat Penelitian Indonesia : Pusat Penelitian Ekonomi ,

2009.

Yoyok Rahayu Bazuki, A-Z Perpajakan : Mengenal Perpajakan , Malang :

Magic Entertainment, 2017.

B. Peraturan Perundang-Undangan

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahung 1945.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2003 Tentang

Keuangan Negara.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2004 Tentang

Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2016 Tentang

Anggaran Pendapatan Dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2017.

Peraturan Presiden Nomor 40 Tahun 2006 Tentang Tata Cara Penyusunan

Rencana Pembangunan Nasional.

Peraturan Pemerintah Nomor 90 Tahun 2010 Tentang Penyusunan

Rencana Kerja Dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga.

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 163/PMK.02/2016 Tentang

Penunjukan Penyusunan Dan Penelaahan Rencana Kerja Dan

Anggaran Kementerian Negara/Lembaga Dan Pengesahan Daftar

Isian Pengesahan Anggaran.

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 62/PMK.02/2016 Tentang

Peruabahan Atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor

15/PMK.02/2016 Tentang Tata Cara Revisi Anggaran Tahun

Referensi

Dokumen terkait

lLrgarj. rl)ilrat hepolistan ltarus ncnj,,iliung tjnggi nilai nilai elil( atau \ang r!r;rg kita kenli clcngan koclc ctik r\kan tctitpi .lxlant kenvetiia llya.

Adanya penelitian ini dilatarbelakangi oleh banyaknya guru yang tidak memberikan pengalaman yang bermakna pada siswa ketika proses pembelajaran berlangsung. Salahsatu cara

Dengan ini kami mengundang Saudara untuk melakukan Klarifikasi dan/atau Pembuktian Data Kualifikasi perusahaan dengan menunjukkan dokumen ” A S L I ” atau salinan

Dalam skripsi ini penulis mengambil judul “PENGARUH KONSENTRASI RAGI DAN MEDIA PEMBUNGKUS YANG BERBEDA TERHADAP KUALITAS TAPE BEKATUL DILIHAT DARI KADAR ETANOL” ,

[r]

Witty and vividly written accounts with an author´s personal experiences, anecdotes and quotations can be especially interesting.. One can experience travel through

With the smallest crowds and the most snow, it´s no wonder why Winter Park Resort is known as ˆColorado´s

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan dengan belum adanya sistem yang terkomputerisasi sehingga perusahaan mengalami kesulitan untuk mengetahui informasi penjualan, persediaan