• Tidak ada hasil yang ditemukan

STABILITAS SISTEM KEUANGAN FINANCIAL TEC

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "STABILITAS SISTEM KEUANGAN FINANCIAL TEC"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

STABILITAS KEUANGAN: FINANCIAL TECHNOLOGY DAN SEKTOR PERBANKAN SEBAGAI INDIKATOR SISTEM PEMBAYARAN DI INDONESIA

Di usulkan oleh :

Anastasia Devira Yolanda : 2017-0103-0008

Kimberly : 2017-0103-0003

Eleonora Ellen Driveny : 2017-0103-0031

UNIVERSITAS KATOLIK INDONESIA ATMA JAYA JAKARTA

(2)

Stabilitas Keuangan : Financial Technology dan Sektor Perbankan Sebagai Indikator Sistem Pembayaran di Indonesia

Anastasia Devira Yolanda (Universitas Atma Jaya Jakarta, Indonesia) Kimberly (Universitas Atma Jaya Jakarta, Indonesia)

Eleonora Ellen Driveny (Universitas Atma Jaya Jakarta, Indonesia) Abstrak

Stabilitas keuangan merupakan topik yang selalu berkembang dan menjadi perhatian banyak kalangan sejak krisis keuangan yang terjadi pada tingkat nasional maupun internasional beberapa tahun terakhir. Di penelitian ini, kami ingin melihat bagaimana peran sistem pembayaran dalam menjaga stabilitas sistem keuangan dengan penggunaan FinTech dan meminimalisir adanya kemungkinan risiko sistem pembayaran melalui BI-RTGS. Kami memutuskan menggunakan Ordinary Least Square (OLS) dengan data yang didapatkan dari The World Bank untuk menyelidiki pengaruh FinTech terhadap penggunaan Financial Account. Kami menyimpulkan bahwa FinTech mempunyai pengaruh positif terhadap penggunaan Financial Account dan dengan adanya FinTech dan BI-RTGS, tentunya akan menimbulkan sistem pembayaran yang efisien dan efektif sehingga stabilitas sistem keuangan terjaga dengan baik dan mengurangi resiko masalah moneter serta kesejahteraan (total welfare) dapat meningkat. Selain itu, dapat berdampak positif pada kebijakan moneter terhadap sektor perbankan di Indonesia.

(3)

Kata Pengantar

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat rahmat dan bimbingan-Nya karya tulis ilmiah ini dapat terselesaikan dengan baik serta tepat pada waktuny dengan judul “Stabilitas Keuangan : Financial Technology dan Sektor Perbankan Sebagai Indikator Sistem Pembayaran di Indonesia"

Karya tulis ilmiah ini dibuat untuk memenuhi lomba karya tulis ilmiah dalam acara Financial Day Macroprudential and Financial Stability dengan subtema yang kami angkat yaitu “Peran Perbankan dalam Stabilitas Sistem Keuangan”.

Kami juga ingin mengucapkan terima kasih kepada teman teman dan kakak tingkat kami Sesilia yang membantu dalam pembuatan karya tulis ini. Akhir kata kami mohon maaf apabila ada kesalahan yang tidak di sengaja seperti tulisan, kerapian, isi, kata ataupun materi yang mencakup. Untuk saran dan kritik, akan selalu kami nantikan dari para pembaca demi kebaikan penulis untuk berkembang lebih baik. Selamat Membaca. Sekian, dan Terima Kasih.

Jakarta, 08 Oktober 2017

(4)

Daftar Isi

Abstrak ii

Kata Pengantar iii

BAB 1 PENDAHULUAN 5-7

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1Stabilitas Sistem Keuangan (SSK) 8

2.1.1 Indikator Pendukung yang Mendasari Stabilitas Sistem Keuangan...9 2.1.2 Pihak-Pihak yang Bertanggung JawabStabilitas Ssistem

Keuangan 10

2.2Sistem dan Instrumen Pembayaran 11

2.2.1 Pentingnya Sistem Pembayaran 11-12

2.2.2 Instrumen Pembayaran 13-14

2.3Financial Technologydan BI-RTGS 15

BAB III PEMBAHASAN

3.1Pengaruh Sistem Pembayaran terhadap Sektor Perbankan 16-17 3.2PengaruhFinTechterhadap Sistem Pembayaran 18-19

3.2.1 Metode OLS...19 3.2.2 Hasil Estimasi dan Fintech di Indonesia...20 3.3 BI-RTGS dalam Mengatasi Risiko-Risiko Sistem Pembayaran 20 3.4Keterkaitan Stabilitas Perbankan dan Kebijakan Moneter 21-22

BAB IV PENUTUP 23

(5)

BAB 1 PENDAHULUAN

Isu stabilitas sistem keuangan beberapa periode terakhir menjadi agenda khusus bagi otoritas moneter di seluruh dunia termasuk Indonesia. Krisis keuangan yang terjadi di Asia pada dasaranya bersumber dari kelemahan kualitas sistem keuangan di Asia. Pada tahun 1980-an adalah salah satu faktor pemicu lemahnya sistem keuangan khususnya perbankan. Dipasar uang, pasar valuta asing dan pasar modal terjadi gejolak yang meningkatkan ketidakpastian (uncertainty) yang mengakibatkan semakin memburuknya adverse selection dan moral hazard yang membuat runtuhnya kestabilan pada sektor keuangan. Stabilitas keuangan merupakan topik yang selalu berkembang dan menjadi perhatian banyak kalangan sejak krisis keuangan yang terjadi pada tingkat nasional maupun internasional beberapa tahun terakhir.

(6)
(7)
(8)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Stabilitas Sistem Keuangan (SSK)

Adapun beberapa pengertian stabilitas sistem keuangan yakni suatu keadaan atau situasi lingkungan ekonomi makro yang stabil, dimana terdapat ketahanan sistem keuangan terhadap suatu gejolak perekonomian yang tidak pasti sehingga aktivitas perekonomian dapat berjalan dengan lancar tanpa hambatan. Sedangkan menurut Deutsche Bundensbank (2003) menyatakan bahwa stabilitas keuangan sebagai keadaan seimbang sistem keuangan sehingga dapat berfungsi efisien dalam alokasi sumber dan mengelola risiko dan menjalankan fungsi pembayaran, mampu mengatasi kejutan ekonomi, kebangkrutan serta perubahan struktural yang mendasar.

Sistem keuangan sangat penting, karena apabila sistem keuangan tidak stabil maka akan mengganggu kelancaran suatu kegiatan perekonomian baik antar pelaku di dalam negeri maupun di luar negeri. Maka dari itu, kestabilan sistem keuangan harus terus dikontrol oleh pihak-pihak yang bersangkutan, salah satunya dengan menciptakan sistem pembayaran yang nyaman bagi publik. Seperti yang kita ketahui bahwa stabilnya suatu sistem keuangan dapat menciptakan ketahanan yang baik, sehingga suatu negara dapat terhindar dari segala risiko atau krisis yang berarti.

(9)

menyerap guncangan (shock) yang terjadi sehingga dapat mencegah gangguan terhadap kegiatan sektor riil dan sistem keuangan.

Stabilisasi Sistem Keuangan (SSK) sangat mendominasi dalam menjaga stabilisasi keuangan negara yang bertujuan akan menarik kepercayaan para nasabah penyimpan dan investor untuk menanamkan dananya pada lembaga keuangan. Semakin baik suatu sistem keuangan, semakin tinggi pula tingkat kepercayaan publik pada lembaga keuangan, tentunya diimbangi pula dengan adanya peningkatan kualitas pelayanan jasa perbankan, mensosialisasikan produk-produk keuangan kepada masyarakat ataupun dengan meningkatkan serta mengembangkan inovasi -inovasi baru tentang fasilitas jasa keuangan untuk kepentingan masyarakat secara keseluruhan. Apabila rasa nyaman, aman dan kepercayaan publik akan lembaga keuangan telah terbangun, maka investor baik dalam negeri maupun luar negeri akan menaruh dananya secara berkesinambungan. Hal ini tentunya akan berpengaruh pada pertumbuhan ekonomi secara positif suatu negara, karena secara tidak langsung dapat meningkatkan gairah budaya menabung dan pada akhirnya berdampak pada turunnya angka kemiskinan pada suatu negara. Disamping itu, adanya stabilitas sistem keuangan juga dapat mencegah terjadinya risiko yang dapat menjatuhkan sistem keuangan secara keseluruhan.

(10)

memuaskan kepentingan masyarakat secara keseluruhan. Yang ketiga adalah adanya sistem pembayaran yang efektif. Seperti dipoin kedua, semakin berkembangnya zaman, lembaga keuangan saling berkompetisi dalam meningkatkan standarisasi pelayanan jasa keuangan supaya dapat lebih diandalkan oleh masyarakat. Menciptakan sistem pembayaran yang efektif dan canggih adalah salah satu agenda terpenting mereka dalam mencapai target kepuasan para nasabah. Adanya perkembangan teknologi ternyata membuat sistem pembayaran terutama di Indonesia menjadi berkembang pesat yakni dengan adanyaFinTech. Pada umumnya hanya berbasis uang tunai, namun sekarang masyarakat disuguhkan beragam variansi pembayaran yang sangat praktis, cepat dan aman. Hal ini tentunya akan menarik minat masyarkat dalam meningkatkan budaya menabung. Tentunya selain menciptakan inovasi baru dalam jasa keuangan, lembaga keuangan juga sebaiknya lebih menyebarluaskan informasi pada masyarakat terutama yang berada di daerah terpencil dan kurang terjangkau dalam hal mengakses data di internet ataupun media lainnya. Semua yang telah dijabarkan diatas, tentunya sangat memiliki pengaruh tersendiri dalam mendorong tercapainya stabilitas keuangan yang baik.

(11)

Keuangan seperti lembaga keuangan non bank, bank, pasar modal. Serta Masyarakat/Publik atau yang sering kita sebut pengguna jasa keuangan.

2.2 Sistem dan Instrumen Pembayaran

Pembayaran adalah salah satu aktivitas penting dalam dunia ekonomi karena setiap orang pasti melakukan transaksi. Dengan perkembangan teknologi yang semakin maju, semakin besar pula transaksi dan risiko yang terjadi, sehingga masyarakat sangat membutuhkan sistem pembayaran yang cepat, lancar, dan yang paling diutamakan adalah keamanan. Suatu kelancaran sebuah sistem pembayaran dapat menjaga dan mendukung perkembangan sistem keuangan dan perbankan.

Pengertian Sistem Pembayaran yang lebih konkret sebagaimana definisi sistem pembayaran menurut UU No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia pasal 1 angka 6 : “Sistem yang mencakup seperangkat aturan, lembaga, dan mekanisme yang digunakan untuk melaksanakan pemindahan dana guna memenuhi suatu kewajiban yang timbul dari suatu kegiatan ekonomi. ” Dalam menjalankan Sistem Pembayaran yang aman bagi masyarakat demi menjaga Stabilitas Sistem Keuangan, Bank Indonesia menekankan 4 prinsip kebijakan sistem pembayaran, yaitu Aman, Efisiensi, Kesetaraan Akses, dan kewajiban pengelolah sistem pembayaran yang harus memperhatikan aspek – aspek perlindungan konsumen. 4 prinsip kebijakan tersebut di jalankan guna meningkatkan pengelolaan dalam segala risiko likuiditas, risiko kredit, meningkatkan penggunaan system secara luas agar biaya yang di tanggung pun lebih murah bagi masyarakat dan menolak monopoli.

2.2.1 Pentingnya Sistem Pembayaran

(12)

stabil sehingga nilai tukar rupiah terhadap dollar dapat menujukan kemajuan atau kemunduran. Peranan penting lainnya dalam sistem pembayaran di Indonesia yaitu sebagai sarana trasmisi kebijakan moneter, tercermin dari tingkat inflasi yang rendah dan stabil, sistem pembayaran juga sekaligus menjadi alat untuk meningkatkan efisiensi ekonomi serta maju atau mundur nya perekonomian suatu negara.

Sistem pembayaran bukan hanya bermanfaat bagi ekonomi negara melainkan juga memiliki peranan penting dalam masyarakat dan perbankan. Dengan sistem pembayaran yang efisien, lancer, dan aman masyarakat menjadi memiliki alternatif alat pembayaran non-tunai yang lebih luas dan praktis sehingga mengurangi biaya transaksi, dengan banyak nya masyarakat yang paham akan sistem pembayaran ini maka dapat memperluas akses kerja perbankan dan meningkatkan kepastian pembayaran. Dengan banyaknya akses kerja perbankan di lingkungan masyarakat maka manfaat bagi bank adalah dapat meningkatkan efisiensi pengelolaan dana, semakin meningkat efisiensi kerja bank maka dapat meningkatkan pelayanan jasa yang lebih luas dan lebih baik sehingga meningkatkan daya saing terhadap bank lain serta mengurangi dana investasi dalam mengembangkan Financial Network.

2.2.2 Instrumen Pembayaran

Instrumen sistem pembayaran atau disebut juga alat pembayaran adalah media atau metode yang di gunakan dalam pembayaran. Terdapat 2 jenis instrument sistem pembayaran yaitu tunai dan non-tunai. Sistem pembayaran tunai adalah media pembayaran yang menggunakan uang kartal yaitu uang kertas dan uang logam pada umumnya yang sudah kita kenal sedangkan sistem pembayaran non-tunai adalah pembayaran yang biasa di sebut dengan Paper-Based Instrument bentuk nya kertas seperti cek, bilyet, giro, wesel, d.s.b. Ada juga media pembayaran yang menggunakan kartu yang biasa disebut Card-Based Instrument.

(13)

bahkan semakin canggih nya teknologi instrument pembayaran sudah ada yang menggunakan microchips yang biasa di kenal electronic money.

 Tunai/cash

pembayaran tunai adalah sistem pembayaran yang pada saat itu juga pembeli mendapat kan barang dan pada saat itu juga penjual mendapat uang dari hasil transaksi atau jual beli. Tunai atau cash memiliki media pembayaran seperti yang sudah di jelaskan yaitu berupa uang kartal yang bentuk nya kertas dan uang logam.

 Non-tunai

pembayaran non-tunai adalah sistem pembayaran yang mencakup seperangkat aturan, lembaga dan mekanisme yang digunakan untuk melaksanakan pemindahan dana guna memenuhi suatu kewajiban yang timbul dari suatu kegiatan ekonomi, jens- jenis pembayaran non – tunai di bagi menjadi 2, yaitu :

Berbasis Warkat (paper-based)

Cek – suatu pembayaran yang tidak dapat di batalkan dan pencairan dana dapat dilakukan dalam renggang waktu 70 hari sebelum dan sesudah penarikan, serta dapat di pindah buku kan.

Bilyet Giro – pembayaran yang tidak dapat di Tarik secara tunai namun dapat di pindah buku kan ke rekening. Bilyet Giro dapat di batalkan dalam renggang waktu lewat 70 hari dari tanggal efektif

Nota Debet – Warkat yang di gunakan untuk menagih bank agar memberikan tagihan nya pada rekening pemberi warkat tersebut.

(14)

Berbasis kartu (card-based)

Credit Card – Kartu yang di keluarkan oleh Bank sehingga para nasabah pengguna kartu kredit dapat membeli barang yang di beli secara kredit pada bank.

Debit Card/ATM card – Kartu yang di berikan oleh bank agar para nasabah pemilik kartu ATM dapat membeli barang yang di inginkan sesuai dengan saldo tabungan yang terdapat pada rekening pengguna.

Prabayar Card – Kartu yang di keluarkan oleh bank agar memudahkan transaksi tetapi berbeda dengan Credit atau Debet Card yang dapat terhutang dan terikat dengan rekening bank. Kartu prabayar akan bersaldo nol sampai anda mengisi ulang kartu tersebut.

(15)

2.3 Financial Technology dan Sektor Perbankan

Membahas tentang uang elektronik, Alat pembayaran Fintech merupakan suatu pengembangan dari uang elektronik yang sangat bermanfaat bagi masyarakat. Fintech adalah alat transaksi yang memudahkan masyarakat untuk mengetahui produk – produk keuangan dan meningkatkan literasi keuangan serta memberikan pelayanan seperti Kredit UMKM yang membantu usaha masyarakat hingga ke daerah-daerah tertinggal.

(16)

BAB 3 PEMBAHASAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran dari sistem pembayaran dalam menjaga stabilitas sistem keuangan terutama dalam penggunaan Financial Technology dan pengaruhnya terhadap sektor perbankan serta dengan adanya BI-RTGS dapat meminimalisir kemungkinan adanya risiko-risiko pembayaran. Informasi ini sangat penting bagi para ekonom, kalangan pebisnis, dan pembuat kebijakan karena memungkinkan mereka melakukan analisis tepat waktu serta dapat menggambarkan situasi ekonomi jangka pendek. Oleh karena itu kami menggunakan metode kualitatif dengan didukung oleh kuantitatif.

3.1 Pengaruh Sistem Pembayaran terhadap Sektor Perbankan

Sistem pembayaran adalah akses yang tepat untuk melakukan transaksi ekonomi antara pembeli dan penjual. Akan tetapi, seiring berjalannya waktu kemajuan teknologi sekarang semakin berkembang yang mengakibatkan sistem pembayaran pun menjadi lebih canggih dengan adanya pembayaran non tunai yang lebih efektif dan efisien yang telah menggantikan peranan uang tunai(currency).Pembayaran non tunai lebih mudah diterapkan dan diterima oleh masyarakat contohnya dalam beberapa negara sekarang sudah mulai menggunakan kartu ATM, kartu debit, kartu kredit, mobile banking, e-money atau uang elektronik.

(17)

56 buah bank yang menerbitkan kartu debit. Sedangkan penerbit uang elektronik ada 17 penerbit yaitu terdiri dari sembilan bank dan delapan lembaga non bank.

Sumber : Bank Indonesia (data diolah) Gambar 1. Jumlah APMK dan E-Money yang Beredar di Indonesia Tahun 2010-2016

Dari gambar tersebut dapat kita simpulkan bahwa kepercayaan masyarakat dan tuntutan pembayaran yang lebih efisien menggunakan sistem pembayaran elektronik sangat besar sehingga tercapai efektivitas dalam memenuhi kebutuhan masyarakat terutama di Indonesia. Penggunaan pembayaran elektronik selain meningkatkan pendapatan masyarakat melalui penurunan biaya transaksi dan penghematan waktu juga meningkatkan pendapatan masyarakat melalui pendapatan bunga yang diperoleh dari dana kas yang dibawa setiap kali bertransaksi tapi ditempatkan di bank dalam bentuk tabungan. Oleh karena itu, pengaruhnya sistem pembayaran yang efektif dan efisien di sisi perbankan yaitu dapat meningkatkan pendapatan berbasis biaya (fee base income) karena dengan pembayaran elektronik nasabah akan dikenakan biaya administrasi setiap bulannya dan jika nasabah melakukan transaksi seperti transfer atau pembayaran tagihan bank akan memotong saldo untuk biaya administrasi atas transaksi tersebut.

(18)

faktor penting terhadap bank sentral untuk menetapkan kebijakan moneter. Oleh sebab itu, pengaruh sistem pembayaran terhadap sektor perbankan dengan peningkatan pembayaran non tunai dapat mengurangi jumlah uang yang beredar dan mempermudah bank sentral untuk menjaga stabilitas keuangan terutama dalam menentukan kebijakan moneter sehingga pembayaran non tunai dapat menjadi alternatif bagi sistem pembayaran.

3.2 Pengaruh Fintech terhadap Sistem Pembayaran di Indonesia

3.2.1 MetodeOrdinary Least Squares

Salah satu cara untuk melihat pengaruh FinTech terhadap penggunaan Financial Accountadalah Ordinary Least Squares (OLS). Dipertimbangkan persamaan sebagai berikut.

Pada persamaan (3.2), diketahui bahwa adalah persentasi pengguna Financial Account pada negara t, Fintechiadalah dummy yang bernilai 1 jika di negara FinTech sudah ada pada tahun 2016. adalah faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi Financial Account namun tidak diobservasikan.

Namun dalam persamaan (3.2) ini mungkin terdapat faktor di error yang berkorelasi dengan FinTech dan Financial Account yang melanggar asumsi klasik OLS yaitu asumsi kedua. Ini disebabkan oleh pada persamaan (3.2) yang mungkin bersifat bias dan tidak konsisten. Seperti yang kita ketahui dengan perkembangan teknologi sekarang,FinTechlebih mudah diterapkan pada negara berkembang dan biasanya negara berkembang mempunyai tingkatFinancial Inclusionlebih tinggi.

Deskripsi Data

(19)

persentase penggunaFinancial Accountdi suatu negara. Dengan kata lain, variabel ini merepresentasikan persentasi populasi di suatu negara yang memiliki akun di bank atau institusi keuangan lainnya.

FinTech dummy terdapat dari berbagai sumber yang ditemukan di antaranya adalah Hung dan Luo (2016), Hynes (2016), FinTechranking (2016), FinTechnews (2015), Ohr (2015), Luxembourgforfinance(2013), Finnovista (2016), Bueno (2016), Coleman (2016) dan Robinson (2017) Kong (2015). Variabel dummy pada FinTech yang bernilai 1 jika ada FinTech di Negara tersebut, akan tetapi 0 jika tidak ada FinTech di tahun 2016.

3.2.2Hasil Estimasi dengan OLS dan Hubungannya denganFinTech Variable Estimation (3.2)

Constant 66.588

(16.701)

FinTech 13.489

(2.306)

R-squared 0.071

Sample Total 71

Source by:Data diolah dari hasil penelitian sebelumnya (Sesilia dkk, 2017)

(20)

Sejalan dengan pembahasan diatas tentang perbankan, maka hadirlah FinTech sebagai sarana, selain perbankan yang dikenal untuk meningkatkan sistem pembayaran. Keunggulan FinTech pada informasi teknologi yang inovatif juga diseimbangkan dengan sejumlah kekurangan diantaranya kurangnya manajemen risiko, kesulitan dalam permodalan, dan belum dipercaya oleh masyarakat karena belum adanya regulasi yang jelas. FinTech didedikasikan untuk operasi jasa keuangan dan interaksi penyedia jasa keuangan dengan konsumen (Ion & Alexandra, 2016). Transaksi Financial Technology (FinTech) Indonesia pada 2017 diperikirakan mencapai US$18,6 Miliar atau setara Rp 247,65 trilliun dengan nilai tukar Rp.13.000,00 per dolar Amerika Serikat. Angka ini meningkat 24 persen dari tahun sebelumnya, yakni sebesar US$ 15 Miliar. Menurut data statistika, transaksi FinTech Indonesia akan mencapai US$ 37,15 miliar atau sekitar Rp.494 triliun. (Bank Indonesia, 2017). Menurut Bhima Yudistria (2017) bahwa total kebutuhan pembiayaan di Indonesia sebesar Rp. 1,65 kuadriliun. Kategori tersebut dapat dibagi menjadi sektor keuangan (perbankan, investasi, asuransi dll), proses bisnis (yang membahas pembayaran, investasi, perdagangan, infrastuktur dll) segmen pelanggan (retail atau perusahaan) atau dengan bentuk interaksi (B2B, B2C, atau C2C), (Alt, R.,& Puschman T., 2012)

(21)

terutama di daerah terpencil. Oleh sebab itu peningkatan sistem pembayaran dengan menggunakan teknologi keuangan (FinTech) dapat membantu masyarakat dalam meningkatkan kesejahteraan (welfare) karena salah satu tujuan dari makroekonomi adalah agar masyarakat memiliki kehidupan yang sejahtera dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Berikut adalah gambar statistika dari penggunaan Financial Technology dan perkiraan pembiayaan tahun 2015-2021.

Source : Bank of Indonesia (Statistik-2017) Gambar 2. perkiraan dan penggunaan potensi finansial teknologi Indonesia

3.3 BI-RTGS (Real Time Gross Settlement) dalam Mengatasi Risiko-Risiko Sistem Pembayaran

(22)

risiko dimana counterparty tidak dapat memenuhi kewajibannya untuk membayar secara penuh baik pada saat jatuh tempo maupun pada saat sesudahnya. Risiko ini adalah unrealized gains atas kontrak-kontrak yang gagal dilaksanakan (replacement cost risk) dan yang terparah adalah risiko tidak terbayar suatu transaksi secara keseluruhan (principal risk). Sedangkan risiko likuiditas adalah risiko dimana counterparty tidak mampu membayar secara keseluruhan pada saat jatuh tempo melainkan melainkan membayar sesudah jatuh tempo. Bank Indonesia sebagai pengawas sistem pembayaran di Indonesia juga sangat concern terhadap systemic risk yang mungkin dapat timbul pada sistem pembayaran di Indonesia.Systemic riskadalah risiko kegagalan salah satu peserta dalam memenuhi kewajibannya yang jatuh tempo sehingga menyebabkan peserta lain juga mengalami kesulitan likuiditas yang pada gilirannya menjadi tidak mampu memenuhi kewajiban-kewajibannya.

(23)

kemungkinan ketidakmampuan suatu peserta dalam menutupi kerugian atau kekurangan likuiditas peserta yang tidak bisa memenuhi kewajibannya. Kedua, dapat mencegah kemungkinan terjadinya unwiding payment yang merupakan penyebab terjadinya systemic risk dalam net settlemet. Ketiga, melakukansettelmentsetiap saat selama window time, maka waktu settlement tidak lagi hanya berfokus pada waktu tertentu saja.(Bank Indonesia, 2016)

3.4 Keterkaitan Stabilitas Perbankan dan Kebijakan Moneter

Stabilitas perbankan pada umumnya didasari oleh stabilnya sistem keuangan yang mencerminkan sistem pembayaran yang efisien dan efektif. Seperti yang sudah dibahas sebelumnya sistem pembayaran non tunai merupakan indikator penting bagi stabilitas perbankan karena mempermudah bank sentral untuk menetapkan kebijakan moneter selain menambah pendapatan di sisi perbankan. Kebijakan moneter merupakan kebijakan yang ditetapkan oleh bank sentral mengenai pengawasan instrumen suku bunga dan jumlah uang yang beredar di masyarakat dengan tujuan untuk mempertahankan stabilitas perekonomian.

(24)

BAB 4 PENUTUP

Berdasarkan paper yang telah kami buat, dapat ditarik kesimpulan secara umum yaitu kelancaran sistem pembayaran sangat berperan penting terhadap stabilitas sistem keuangan sehingga berdampak positif pada kebijakan moneter serta sektor perbankan. FinTech (Financial Technology) yang baru saja tumbuh di industri keuangan memiliki beberapa dampak besar terhadap sektor perbankan dan masyarakat dikarenakan teknologi yang kian berkembang dan kemudian timbul adanya kemudahan dalam mengakses pembayaran hanya dengan telepon genggam saja atau media elektronik lainnya sehingga menggantikan pembayaran uang tunai menjadi pembayaran non tunai melalui pembayaran berbasis elektronik. Selain adanya pembayaran non tunai, bank sentral menetapkan BI-RTGS untuk lebih mempermudah masyarakat dalam sistem pembayaran dengan tujuan untuk meminimalisir adanya resiko kredit dan resiko likuiditas. Dengan adanya FinTech dan BI-RTGS akan menimbulkan sistem pembayaran yang efisien dan efektif sehingga stabilitas sistem keuangan terjaga dengan baik dan mengurangi resiko masalah moneter serta kesejahteraan (total welfare) meningkat karena masyarakat dan sektor perbankan semakin diuntungkan.

(25)

Daftar Pustaka

Accion. (2016).How Financial Technology is Changing Financial Inclusion. Alt, R, &Puschman, T. (2016).The Rise of Customer-Oriented Banking – Electronic Markets are Paving the Way.Electronic Markets224, pp. 203-215.2012.

Bank Indonesia. 2009. Kajian Stabilitas Keuangan.

Bank Indonesia. 2011. Sistem Pembayaran Di Indonesia.

Retrieved from : http://www.bi.go.id/id/sistem-pembayaran/di-indonesia/Contents/Default.aspx

Bank Indonesia. 2013. Stabilitas Sistem Keuangan. Retrieved from :http://www.bi.go.id/id/perbankan/ssk/ikhtisar/definisi/Contents/Default. aspx

Bank Indonesia. 2013. Instrumen Pembayaran Non Tunai.

Retrieved from : http://www.bi.go.id/id/sistem-pembayaran/instrumen-nontunai/unik/Contents/Default.aspx

Dienillah, Azka Azifah dan Lukytawati Anggraeni. 2016. Dampak Inklusi Keuangan Terhadap Stabilitas Sistem Keuangan di ASIA.

Finansialku.com. (2016). Pertumbuhan FinTech di Asia Pasifik. Retrieved from :https://www.finansialku.com/ini-negara-yang-akan-menjadi-markas-fintech-asia-pasifik/

Giovanni, William. Mengenal Uang Elektronik. Retrieved from : https://www.qmfinancial.com/mengenal-uang-elektronik-e-money/

Ion, Alexandra. (2016). Financial Technology (FinTech) and its Implementation on the Romanian Non Banking Capital Market.

Korohama, Maria Yosefina Bengan. 2012. Metode Pengukuran Stabilitas Sektor Keuangan Indonesia: Pendekatan Financial StressIndex.

LuxembourgforFinance.com. (2013). Retrieved from : http://video.luxembourgforfinance.com/watch/how-luxembourg-fintech-payment-solution-mangopay-grew-internationally

(26)

Fragility Index: Aditional Indicators to Monitor Indonesia Banking System Stability.

Nistrio. 2016. Mengenal Apa itu Fintech. Retrieved from: https://www.kaskus.co.id/thread/57c7327eded77050258b4568/mengena l-apa-itu-financial-technology-fintech/

Novrianti, Sesilia dkk. 2017 .Pengaruh FinTech terhadap Perbankan dan Penggunaan Financial Account dalam Sektor Ekonomi

Perspektif. (2016). Financial Technology di Indonesia : Ancaman Atau Peluang Bagi Industri Keuangan?

Retrieved from :

https://thebusinessperspectiveblog.wordpress.com/2016/08/04/financial -technology-di-indonesia-ancaman-atau-peluang-bagi-industri-keuangan/ Schinasi, Garry.J. 2004. Defining Financial Stability.

Situmorang, Romada. 2014. Sistem Pembayaran.

Retrieved from: http://mamatumorang.blogspot.co.id/2014/02/sistem-pembayaran.html

(27)

LAMPIRAN Lampiran A

Dependent Variable: ACCOUNT_Financial Method: Least Squares

Date: 09/10/17 Time: 19:46 Sample: 1 71

Included observations: 71

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 66.58869 3.987103 16.70102 0.0000

FINTECH 13.48908 5.848300 2.306496 0.0241

R-squared 0.071581 Mean dependent var 72.85826

Adjusted R-squared 0.058126 S.D. dependent var 25.32520

S.E. of regression 24.57815 Akaike info criterion 9.269358

Sum squared resid 41681.90 Schwarz criterion 9.333095

Log likelihood -327.0622 Hannan-Quinn criter. 9.294704

F-statistic 5.319922 Durbin-Watson stat 1.775549

Referensi

Dokumen terkait

Pasar Dana Pinjaman, untuk selanjutnya disebut Danamas, adalah perusahaan teknologi keuangan (financial technology atau fintech) pertama yang telah memperoleh izin usaha

Maka dalam pengabdian masyarakat ini kami tim pengabdian masyarakat Universitas Mercu Buana melakukan sosialisasi Sistem Penggunaan Financial Technology (Fintech) pengguna

Sistem keuangan di Indonesia, terdiri dari Otoritas keuangan (financial authorities), sistem perbankan, dan sistem lembaga keuangan bukan bank, pada dasarnya merupakan

Penelitian ini memiliki tujuan untuk : (1) Mengevaluasi dan mendeskripsikan temuan masalah user experience yang ada terkait usability pada aplikasi TIX ID

Non-Performing Loan (NPL) adalah kredit dengan kualitas macet, kurang lancar, dan diragukan. NPL merupakan rasio untuk menilai risiko kredit perbankan, dengan kata lain

Industri Keuangan semakin berkembang dengan hadirnya Financial Technology (Fintech) yang muncul seiring dengan meningkatnya kebutuhan dan perubahan gaya hidup

Masa Depan Financial Technology Masa depan fintech secara umum dan juga fintech syariah di Indonesia selama beberapa tahun ke depan masih memiliki prospek yang

Maka dalam pengabdian masyarakat ini kami tim pengabdian masyarakat Universitas Mercu Buana melakukan sosialisasi Sistem Penggunaan Financial Technology (Fintech)