• Tidak ada hasil yang ditemukan

T1__BAB II Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pola Komunikasi dalam Transaksi Judi Togel Melalui Media Handphone di Kota Temanggung T1 BAB II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "T1__BAB II Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pola Komunikasi dalam Transaksi Judi Togel Melalui Media Handphone di Kota Temanggung T1 BAB II"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN TEORI

2.1 Komunikasi

Istilah “Komunikasi” sudah sangat akrab di telinga namun membuat definisi

mengenai komunikasi ternayata tidaklah semudah yang diperkirakan. Stepen Littlejohn

mengatakan: Communication is difficult to define. The world is abstrac and, like most terms,

prosses numerous meaning. (Komunikasi sulit untuk didefinisikan. Kata “komunikasi”

bersifat abstrak, seperti kebanyakan istilah, memiliki banyak arti).

Kesulitan dalam mendefinisikan kata “komunikasi”, baik bagi kepentingan akademi maupun penelitian, disebabkan kata kerja to communicate (berkomunikasi) sudah sangat

mapan sebagai kosakata yang sangat umum dan karenanya tidak mudah ditangkap maknanya

untuk keperluan ilmiah. Kata komunikasi menjadi salah satu kata yang paling sering

digunakan dalam percakapan baik dalam bahasa Inggris maupun bahasa Indonesia. Para ahli

telah melakukan berbagai upaya untuk mendefinisikan komunikasi, namun membangun suatu

definisi tunggal mengenai komunikasi terbukti tidaklah mungkin dilakukan dan mungkin juga

tidak terlalu bermanfaat.

Istilah komunikasi berpangkal pada perkataan latin Communis yang artinya membuat

kebersamaan atau membangun kebersamaan antara dua orang atau lebih. Komunikasi juga

berasal dari akar kata dalam bahasa Latin Communico yang artinya membagi (Cherry dalam

Stuart, 1983). Menurut Harold D. Lasswel cara yang tepat untuk menerangkan suatu tindakan

komunikasi ialah menjawab pertanyaan “ Siapa yang menyampaikan, apa yang disampaikan,

melalui saluran apa, kepada siapa, dan apa pengaruhnya” (Cangara, 2002:19).

2.2. Media Handphone

Proses komunikasi dipengaruhi pula oleh media yang digunakan, sehingga media

kadang kala juga ikut mempengaruhi isi informasi dan penafsiran, bahkan menurut Marshall

McLuhan (1999) dalam Bungin (2006: 57) bahwa media juga adalah pesan itu sendiri.

Berawal dari definisi tersebut dapat dikatakan media merupakan bagian penting dalam proses

komunikasi. Salah satu media yang sudah umum digunakan pada zaman sekarang ini salah

satunya adalah handphone, media ini merupakan alat telekomunikasi elektronik yang dapat

dibawa dan digunakan dimana-mana dan memiliki kemampuan untuk mengirimkan pesan

berupa suara. Pengertian tersebut merupakan pengertian handphone secara umum. Saat ini

(2)

diketahui dan digunakan oleh khalayak luas dalam dunia modern, atau kini lebih dikenal

sebagai “Smartphone”. Fungsinya pun saat ini semakin beragam, bukan hanya sebagai alat komunikaasi dua arah seperti pengertian handphone secara umum pada mulanya, namun telah

berkembang pesat karena dapat digunakan sebagai media hiburan, bisnis, dan masih banyak

lagi fungsi-fungsi lainnya. Bahkan dapat digunakan pula sebagai media dalam transaksi

perjudian.

2.3 Pola Komunikasi

Pola komunikasi dapat diartikan sebagai bentuk atau pola hubungan dua orang atau

lebih dalam proses pengiriman dan penerimaan pesan dengan cara yang tepat sehingga pesan

yang dimaksut dapat dipahami” (Djamarah, 2004:1). Berangkat dari definisi tersebut dapat juga disimpulkan bahwa pola komunikasi merupakan bentuk dasar dari proses komunikasi.

Dari proses komunikasi, akan timbul pola, model, bentuk dan juga bagian - bagian kecil yang

berkaitan erat dengan proses komunikasi.

Proses komunikasi itu sendiri memiliki beberapa macam pola. Yakini pola

komuniksai primer, pola komunikasi sekunder, pola komunikasi linear, dan pola komunikasi

sirkular. Adapun pola kumunikasi dan penjelasanya adalah sebagai berikut:

1. Pola kumunikasi primer merupakan proses penyampaian suatu pemikiran oleh

komunikator kepada komunikan dengan menggunakan suatu tatanan simbol yang

memiliki persamaan arti yang belaku dan disepakati secara umum sebagai media

atau saluran dalam penyampaian pesan tersebut. Dalam pola ini terbagi menjadi

dua lambang yaitu lambang verbal dan lambang nonverbal. Lambang verbal yaitu

bahasa sebagai lambang verbal yang paling banyak dan paling sering digunakan,

karena bahasa mampu mengungkapkan pikiran komunikator. Lambang nonverbal

yaitu lambang yang digunakan dalam berkomunikasi yang bukan merupakan

bahasa, melainkan isyarat dengan anggota tubuh antara lain mata, kepala, bibir,

tangan hingga jari. Selain itu gambar juga sebagai lambang komunikasi

nonverbal, sehingga dengan memadukan keduanya maka proses komunikasi

dengan pola ini akan lebih efektif.

2. Pola komunikasi sekunder merupakan sambungan dari pola komuniksi linear dan

pola ini merupakan penyampain pesan dari komunikator kepada komunikan

dengan mengunakan media setelah pemilihan lambang-lambang yang akan

digunakan untuk penyampaikan pesan kepada komunikan. Dengan tujuan agar

(3)

sebagai hasil pilihan dari sekian banyak alternatif perlu didasari pertimbangan

mengenai siapa komunikan yang akan dituju. Komunikan media surat, poster,

atau papan pengumuman akan berbeda dengan komunikan surat kabar, radio,

televisi, atau film. Dengan demikian, proses komunikasi secara sekunder itu

menggunakan media yang dapat diklasifikasikan sebagai media massa (mass

media) dan media nonmassa (non-mass media). (Effendy, 2005 : 11).

3. Pola kominukasi linear biasanya terjadi secara langsung atau tatap muka (face to

face). Pola ini bermakna lurus dari satu titik ketitik lain, yang berarti komunikasi

disampaikan dari satu komuniktor kepada komunikan lain baik secara langsung

atau dengan menggunakan media. Dengan perencanaan yang baik maka

komuikasi ini akan tercapai hasil yang efektif.

4. Pola Komunikasi Sirkular secara harafiah berarti bundar atau keliling. Dalam

proses ini terjadi feedback atau umpan balik, yaitu terjadinya umpan balik dari

komunikan ke komunikator yang merupakan tujuan utama dilakukanya proses

komunikasi. Dalam pola komunikasi seperti ini proses komunikasi berjalan terus,

ditandai dengan adanya umpan balik antara komuikator dan komunikan.

Joseph A.Devito dalam bukunya “The Interpersonal Communication Book” mendefinisikan “komunikasi antar pribadi sebagai proses pengiriman dan penerimaan pesan-pesan antara dua orang atau diantara sekelompok kecil orang-orang, dengan beberapa efek

dan beberapa umpan balik seketika”. (Marhaeni Fajar, 2009:78)

Dalam beberapa penelitian mengenai pola interaksi manusia, baik penerimaan pesan

anatara dua orang atau sekelompok kecil orang-orang dapat dipelajari dengan menggunakan

jaringan komunikasi, ada lima jaringan komunikasi yang sering digunakan yaitu :

a. Struktur lingkaran

Struktur lingkaran tidak memiliki pemimpin. Semua anggota posisinya sama.

Mereka memiliki wewenang atau kekuatan yang sama untuk mempengaruhi

(4)

b. Struktur Roda

Struktur roda memiliki pemimpin yang jelas, yaitu yang posisinya di pusat. Orang

ini merupakan satu-satunya yang dapat mengirim dan menerima pesan dari semua

anggota. Oleh karena itu, jika seorang anggota ingin berkomunikasi dengan anggota

lain, maka pesannya harus disampaikan melalui pemimpinnya.

c. Struktur Y

Struktur Y relatif kurang tersentralisasi dibanding dengan struktur roda, tetapi

lebih tersentralisasi dibanding dengan pola lainnya. Pada struktur Y juga terdapat

pemimpin yang jelas (orang ketiga dari bawah). Tetapi satu anggota lain berperan

sebagi pemimpin kedua (orang kedua dari bawah). Anggota ini dapat mengirimkan

dan menerima pesan dari dua orang lainnya. Ketiga anggota lainnya komunikasinya

terbatas hanya dengan satu orang lainnya.

d. Struktur Rantai

Struktur rantai sama dengan struktur lingkaran kecuali bahwa para anggota yang

paling ujung hanya dapat berkomunikasi dengan satu orang saja. Keadaan terpusat

juga terdapat di sini. Orang yang berada di posisi tengah lebih berperan sebagai

pemimpin daripada mereka yang berada di posisi lain.

(5)

Struktur semua saluran atau pola bintang hampir sama dengan struktur lingkaran

dalam arti semua anggota adalah sama dan semuanya juga memiliki kekuatan yang

sama untuk mempengaruhi anggota lainnya. Akan tetapi, dalam 20 struktur semua

saluran, setiap anggota bisa berkomunikasi dengan setiap anggota lainnya. Pola ini

memungkinkan adanya partisipasi anggota secara optimum.

Berikut ini merupakan salah satu pemahaman mengenai definisi komunitas secara

umum yang peneliti pahami dan gunakan sebagai langkah awal untuk terlibat dalam objek

penelitian yang peneliti teliti:

Definisi komunikasi antarpribadi terdiri dari tiga perspektif. (Riswandi, 2009:81-84)

yaitu:

1. Perspektif Komponensial Dengan mengacu pada model komunikasi Josep

Dominick (2002), setiap peristiwa komunikasi akan melibatkan delapan elemen

komunikasi yang meliputi:

A. Sumber (Komunikator)

Komunikasi antarpribadi berawal dari sumber (Source) atau pengiriman

pesan baik berupa gagasan, ide, dan suatu pemikiran kepada penerima atau

komunikan. Menurut Hovland (1953) karakteristik sumber sangat

berpengaruh terhadap pihak penerima pesan. Misalnya menurut teori

kredibilitas dana daya tarik sumber menjadi poin penting dalam penerimaan

suatu pesan. Contoh sumber yang diangap memiliki kredibilitas akan sangat

mempengaruhi efektifitas dalam hal penerimaan awal dari suatu pesan

terhadap komunikan.

B. Enkoding

Enkoding dapat diartikan sebagai proses penerimaan ide-ide, pemikiran,

atau gagasan yang dilakukan pihak penerima atas pesan yang disampaikan

dari komunikator oleh indra komunikan. Enkoding dalam proses

komunikasi dapat terjadi satu kali atau bahkan berkali-kali sesuai dengan

(6)

C. Pesan

Ketika berbicara maka kata-kata yang diucapkan oleh komunikan adalah

pesan (massages). Dalam komunikasi antarpribadi, pesan-pesan ini bisa

berbentuk verbal atau non verbal, atau gabungan verbal dan non verbal.

D. Saluran

Saluran atau channel adalah jalan yang dilalui pesan untuk sampai kepada

penerima. Dalam komunikasi antarpribadi umumnya para pelaku bertemu

secara tatap muka, atau sebaliknya menggunakan suatu media seperti

telefon, email.

E. Dekoding

Proses penerimaan pesan diawali dengan adanya dekoding, hal ini

berlawanan dengan proses Enkoding. Dalam tahap ini penerima

menerjemahkan atau menginterpretasikan pesan-pesan fisik ke dalam suatu

bentuk yang memiliki arti bagi penerima.

F. Penerima (Komunikan)

Dalam menyebutkan penerima banyak istilah yang dapat digunakan oleh

para peneliti seperti reciever, audiens atau sering pula disebut komunikan

sebenarnya adalah target utama dari penyampaian pesan. Penerima pesan

dapat berupa satu individu, satu kelompok, atau bahkan sekumpulan

manusia yang banyak dan tidak saling mengenal satu sama lain. Target atau

siapa yang akan menerima pesan ditentukan oleh sumber.

G. Umpan Balik

Umpan balik atau feedback adalah tanggapan atau respon dari penerima

pesan yang membentuk atau merubah pesan yang telah disampaikan

sumber. Umpan balik menjadi tempat perputara dari arus komunikasi dan

terdiri atas dua jenis, yaitu umpan balik positif dan umpan balik negatif.

H. Gangguan

Elemen terakhir dalam proses komunikasi adalah gangguan atau noise.

Yang dapat pula diartika sebagai segala sasuatu yang mengintervensi proses

penerimaan pesan.

2. Perspektif Proses Pengembangan

Menurut perspektif ini, komunikasi adalah suatu proses yang berkembang, yaitu

dari yang bersifat impersonal menjadi interpersonal atau intim. Artinya ada

(7)

3. Perspektif relasional

Menurut pandangan ini, komunikasi antarpribadi didefinisikan sebagai

komunikasi yang terjadi diantara dua orang yang mempunyai hubungan yang

terlihat jelas diantara mereka. Misalnya komunikasi antarpribadi yang disini

mencakup pengecer sebagai komunikator dan konsumen sebagai komunikan.

Menurut pandangan ini, komunikasi antarpribadi didefinisikan sebagai

komunikasi yang terjadi diantara dua orang yang mempunyai hubungan yang

terlihat jelas diantara mereka.

2.4. Penelitian Terdahulu

Melihat dari yang ingin diteliti terkait dengan pola komunikasi dalam transaksi

judi togel, penggunaan media, serta kasus yang menjadi objek penelitian. Peneliti

mencoba melihat dan membandingkan dari beberapa penelitian yang sudah dilakukan

terdahulu. Yang pertama yaitu penelitian yang dilakukan oleh Meirina (2006)

mengenai Penegakan Hukum Terhadap Tindak Pidana Judi Togel yang dilakukan di

Kabupaten Situbondo. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat

disimpulkan beberapa hal yakni ada empat faktor yang mempengaruhi penegakan

hukum terhadap tindak pidana judi togel di Kabupaten Situbondo, diantaranya adalah

faktor hukumnya sendiri, faktor penegak hukumnya, faktor sarana atau fasilitas dan

faktor masyarakat. Faktor penegak hukumnya belumlah optimal dalam memberantas

tindak pidana judi togel yang terjadi. Selama ini yang banyak dirazia dan ditangkap

adalah mereka yang menjadi pengecer dan pembeli togel. Polres Kabupaten

Situbondo mengalami kesulitan dalam melacak mereka yang menjadi bandar togel.

Yang kedua adalah studi fenomenologi tentang dinamika memasang judi togel

oleh Noer Yama (2012) dengan unit amatan dan wilayah penelitian adalah masyarakat

Dusun Karangsono, Desa Tridonorejo, Kabupaten Demak. Dalam penelitian ini

penulis berusaha melihat bagaimana dinamika perilaku memasang judi togel dapat

terjadi, serta faktor apa sajakah yang mendorong seseorang untuk melakukan

perjudian ini. Dari hasil penelitian tersebut diketahui bahwa lingkungan merupakan

faktor utama yang paling berpengaruh bagi seseorang untuk ikut serta dalam

perjudian togel. Adanya pemaknaan positif dari lingkungan sekitar turut berperan

penting menyebabkan seseorang berani bahkan sampai ketagihan untuk terus

(8)

Yang ketiga adalah penelitian dari Marlin (2014) mengenai dampak judi togel

terhadap masyarakat dengan wilayah amatan Desa Rampupolemba, Kecamatan

Tompobulu, Kabupaten Gowa. Hasil penelitian ini hampir sama dengan penelitian

yang dilakukan oleh Noer Yama, yaitu mayoritas masyarakat yang berada diwilayah

tersebut menggangap kegiatan perjudian togel adalah suatu hal yang positif. Dengan

alasan jika melakuka atau ikut serta dalam permainan judi togel dapat menghasilkan

uang, dan tidak ada dampak negatif dari perjudian ini.

Walaupun dengan obyek penelitian yang sama dari kajian – kajian yang sudah ada perbedaan dari penelitian yang penulis coba untuk diuraikan adalah mengenai

bagaimana bentuk hubungan yang terjadi antara pengecer, pengepul, dan konsumen

melalui media handphone dalam melakukan transaksi judi togel. Pengamatan dalam

penelitian ini penulis menggunakan pendekatan dengan teori J. Devito mengenai pola

komunikasi yang menggambarkan bagaimana transaksi judi togel membentuk suatu

(9)

2.5. Kerangka Pikir Penelitian

Gambar 1.1. Bagan Kerangka Pikir Penelitian

Keterangan :

1. Togel adalah jenis perjudian yang disediakan oleh bandar dan dikaji dalam transaksi

tersebut.

2. Pengepul dalam hal ini adalah orang yang menjadi pusat sumber peredaran atau

distribusi kepada pengecer dalam transaksi judi togel.

3. Pengecer orang yang menjual dan menerima uang pembelian nomer taruhan dari

konsumen atau para penjudi yang berada di wilayah di Temanggung.

4. Konsumen adalah orang yang berjudi atau bertaruh dengan membeli nomor togel.

5. Handphone adalah media perantara yang digunakan sebagai alat komunikasi dalam

melakukan transaksi judi togel.

Dalam konteks ini ada kemungkinan pengecer berhubungan langsung secara tatap muka

dengan konsumen dalam membeli togel. Akan tetapi media handphone masih menjadi sarana

utama ketika melakukan transaksi judi togel ketika penelitian ini dilaksanakan.

Togel

Pengepul

Pengecer Handphone

Konsumen Pola

Komunikasi

Gambar

Gambar 1.1. Bagan Kerangka Pikir Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil

Untuk mengetahui aktivitas siswa kelas VIII selama kegiatan belajar mengajar matematika materi bangun ruang dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe

Secara umum dapat dirumuskan kewajiban- kewajiban franchisor : memberikan segala macam informasi yang berhubungan dengan hak atas kekayaan intelektual, penemuan atau ciri khas

Only ⬃ 15% of the mothers did not feed their infant at least 1 serving per day of either fruits or vegetables in at least 1 month at ages 9 through 12 months; approximately half of

Hipotesis tindakan yang diajukan dalam penelitian ini adalah “Jika Pembelajaran Berbasis Masalah diterapkan dalam proses belajar mengajar Matematika pokok bahasan

permohonan pailit di Indonesia hanya didasarkan pada sistem pembuktian sederhana terhadap ketentuan Pasal 2 ayat (1) UU Kepailitan dan PKPU sebagaimana diatur dalam Pasal 8 ayat..

Or, on Windows 10 Threshold 2, after a fresh install of Acrobat Reader or Adobe Acrobat, the default PDF owner is still Microsoft

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh sebuah fenomena bahwa siswa telah menanamkan asumsi negatif tentang Matematika, sehingga membuat siswa tersebut susah untuk