BAB II
PASAR BEBAS DAN PENTINGNYA PERLINDUNGAN DAN PEMBERDAYAAN PETANI
A. Konsep Pasar Bebas
1. Pengertian dan karakteristik Pasar Bebas
Pada abad berikut, mau tidak mau, suka tidak suka, kita akan memasuki
pasar bebas. Sehubungan dengan itu banyak kalangan resah berkaitan dengan
masalah-masalah etis, khususnya masalah keadilan, yang muncul sehubungan
dalam sistem perdagangan bebas tersebut. Akar filosofis dari perdagangan bebas
tersebut dengan menggali pemikiran-pemikiran etis filosofis dari Adam Smith.17
Adam Smith (1723-1790) adalah ahli ekonomi dan filsafat asal
Skotlandia,Inggris. Ia disebut sebagai bapak ilmu ekonomi dan tokoh utama
mahzab ekonomi klasik serta perancang ekonomi kapitalis. Dialah yang
menganjurkan agar pemerintah tidak banyak melakukan campur tangan dalam
perekonomian.18Adam Smith lebih dikenal sebagai seorang ekonom dari pada
sebagai seorang filsuf, apalagi seorang filsuf moral. Ketenarannya sebagai
ekonom, khususnya sebagai pencetus sistem ekonomi pasar bebas, sedemikian
besar sehingga orang lupa bahwa Adam Smith sesungguhnya adalah seorang
filsuf moral dan sistem ekonomi pasar bebasnya dicetuskan dalam kerangka
kuliahnya mengenai moralitas.19
Sistem Pasar Bebas (Free Market) yang dikemukakan oleh Adam Smith
dalam bukunya An Inquiry into the Nature and Causes of the Wealth of Nation
17
A. Sonny Keraf, Pasar Bebas Keadilan dan Peran Pemerintah Telaah Atas EtikaEkonomi Adam Smith (Yogyakarta: KANISIUS,1996), hlm. 17.
18
Abdul Syukur; et. al, Ensiklopedia untuk pelajar (buku 9), (Jakarta : Ictiar Baru Van Hoeve, 2005), hlm. 124.
19
(Penyelidikan tentang Sifat dan Sebab Kekayaan Negara) atau yang diasingkat
The Wealth of Nations (terbit 9 Maret 19776), dianggap sebagai sistem ekonomi
klasik. Analisis formal dari buku The Wealth of Nations dimulai dengan
pertimbangan kerja dan fenomena interdependensi ekonomi dan kemudian
diteruskannya dengan analisis harga, alokasi sumber daya dan proses distribusi.20
Ajaran Adam Smith mengenai pasar yang mengatur dirinya sendiri
(Self-regulating market) sebagai penerapan hakiki ajaran dia mengenai tatanan kosmis
dalam ekonomi, telah menjadi ajaran inti suatu ilmu baru pada waktu itu, yaitu
politik ekonomi. Walaupun beberapa pendahulunya, terutaman Hutcheson, telah
berusahamenerapkan konsep tatanan ilmiah pada bidang ekonomi. Adam Smith
lah yang berhasil mengembangkan dan menerapkansecara rinci teori tatanan
ilmiah yang terpadu dalam bidang ekonomi. Tatanan ekonomi yang harmonis ini
akan bekerja sesuai dengan kecendrungan dasarnya sedemikian rupa
sehinggamembawa hasil-hasil yang bergunabagi umat manusia. Inilah yang
membuat Adam Smith sangat terkenal.21
Pasar bebas bagi Adam Smith merupakan penerapan konsep tatanan
kosmis yang harmonis dalam bidang ekonomi. Pasar bebasr merupakan panggung
sosial-ekonomi satu-satunya yang memungkinkan keadilan dapat diwujudkan.
Pasar bebas adalah perwujudan dari apa yang disebut Adam Smith sebagai sistem
kebebasan kodrati dan keadilan.22 Sudah diketahui umum bahwa kebesaran Smith
sebagai bapak politik ekonomi terletak dalam teorinya mengenai sistem pasar
20
Abdul Syukur, et. al ; op. cit , hlm. 124. 21
A. Sonny Keraf, op. cit; hlm. 32. 22
bebas. Pasar bebas merupakan perwujudan kebebasan kodrati dan keadilan, atau
merupakan perwujudan hukum kodrat dalam bidang ekonomi.23
Salah seorang filsuf paling terkemuka yang mengikuti jejak langkah Adam
Smith dan merumuskan secara paling pas hakikat sistem ekonomi pasar bebas
adalah Friedrich A von Hayek. Menurut Hayek, untuk memahami secara tepat
hakikat pasar bebas kita harus membedakan antara sebuah ekonomi dalam
pengertiannya yang ketat dan ekonomi pasar bebas.Sebuah ekonomi dalam
pengertian yang sebenarnya, kata Hayek adalah sebuah organisasi, sebuah taxis,
yaitu sebuah usaha sadar untuk mengerahkan segala daya dan upaya yang telah
diketahui untuk mencapai tujuan tertentu. Sebuah pasar bebas justru sebaliknya
adalah sebuah tatanan spontan, sebuah catallaxy, yang tidak pernah dapat
dikendalikan oleh suatu tujuan tunggal. Dengan demikiansebuah ekonomi dalam
pengertian yang sebenarnya adalah hasil rancangan manusia, pasar bebas bukan
merupakan hasil rancangan manusia, walaupun mungkin disebabkan oleh
tindakan manusia.24
Pasar bebas berfungsi mempertahankan sebuh tatanan yang akan
memberikan peluang bagi setiap orang untuk mencapai tujuannya sendiri-senidri.
Pasar bebas adalah tatanan kosmis yang memungkinkan setiap individu mengejar
kepentingannya dan dengan demikian pada akhirnya mewujudkan apa yang
menjadi tujuan dari pasar bebas itu sendiri.25
2. Kebijakan Hambatan Perdagangan dalam Pasar Bebas
23
Ibid, hlm. 198. 24
Ibid, hlm.198. 25
Dalam kegiatan perdagangan pasar bebas(antar-negara) sering kali suatu
negara mengalami hambatan. Hambatan perdagangan dalam pasar bebas
adalah regulasi atau peraturan pemerintah yang membatasi perdagangan
bebas.Berikut ini beberapa hambatan yang sering muncul dalam perdagangan di
era pasar bebas :
a. Perbedaan Mata Uang Antarnegara
Mata uang yang berlaku di setiap negara berbeda – beda. Negara yang
melakukan kegiatan ekspor, biasanya meminta kepada negara pengimpor untuk
membayar dengan menggunakan mata uang negara pengekspor. Pembayarannya
tentunya akan berkaitan dengan nilai uang itu sendiri. Padahal nilai uang setiap
negara berbeda-beda. Apabila nilai mata uang negara pengekspor lebih tinggi
daripada nilai mata uang negara pengimpor, maka dapat menambah pengeluaran
bagi negara pengimpor. Dengan demikian, agar kedua negara diuntungkan dan
lebih mudah proses perdagangannya perlu adanya penetapan mata uang sebagai
standar internasional.
b . Kualitas Sumber Daya yang Rendah
Rendahnya kualitas tenaga kerja dapat menghambat perdagangan
internasional karena jika sumber daya manusianya rendah, maka kualitas dari
hasil produksi(produk) akan rendah pula. Suatu negara yang memiliki kualitas
produk rendah akan sulit bersaing dengan barang – barang yang dihasilkan oleh
negara lain yang kualitasnya lebih baik. Hal ini tentunya menjadi penghambat
bagi negara yang bersangkutan untuk melakukan perdagangan internasional.
Pada saat melakukan kegiatan perdagangan internasional, negara
pengimpor akan mengalami kesulitan dalam hal pembayaran. Apabila
pembayarnya dilakukan secara tunai maka negara pengimpor akan mengalami
kesulitan dan resiko yang tinggi, seperti perampokan. Oleh karena itu, negara
pengekspor tidak mau menerima pembayaran secara tunai tetapi melalui kliring
internasional atau telegraphic transfer atau menggunakan L/C.
d . Adanya Kebijaksanaan Impor dari Suatu Negara
Setiap negara tentunya akan selalu melindungi hasil produksinya sendiri.
Mereka tidak ingin hasil produksinya tersaingi oleh hasil peoduksi dari luar
negeri. Oleh karena itu, setiap negara akan memberlakukan kebijakan untuk
melindungi barang-barang dalam negeri. Salah satunya dengan menetapkan tarif
impor.Apabila tarif impor tinggi maka produk impor tersebut akan menjadi lebih
mahal daripada peoduk dalam negeri sehingga mengakibatkan masyarakat
menjadi kurang tertarik untuk membeli produk impor. Hal itu akan menjadi
penghambat bagi negara lain untuk melakukan perdagangan.
e . Terjadinya Perang
Terjadinya perang dapat menyebabkan hubungan antarnegara terputus.
Selain itu, kondisi perekonomian negara yang sedang berperang tersebut juga
akan mengalami kelesuan. Hal ini dapat menyebabkan perdagangan antarnegara
akan terhambat.
f . Adanya Organisasi – Organisasi Ekonomi Regional
Biasanya dalam satu wilayah regional terdapat organisasi – organisasi
ekonomi. Tujuan organisasi – organisasi tersebut adalah untuk memajukan
dikeluarkannya pun hanya untuk kepentingan negara – negara anggota saja.
Sebuah organisasi ekonomi regional akan mengeluarkan peraturan ekspor dan
impor yang khusus untuk negara anggotanya. Akibatnya apabila ada negara di
luar anggota organisasi tersebut melakukan perdagangan dengan negara anggota
akan mengalami kesulitan.
Bentuk – bentuk hambatan perdagangan yang muncul akibat adanya
kebijakan ekspor-impor, antara lain:
a. Tarif atau bea cukai
Tarif adalah pembebanan pajak (custom duties) terhadap barang-barang yang
melewati batas kenegaraan. Tarif dapat digolongkan menjadi beberapa bagian,
antara lain :
1) Bea ekspor = pajak atau bea yang dikenakan terhadap produk yang diangkut menuju negara lain.
2) Bea transit = pajak yang dikenakan terhadap produk yang melalui wilayah negara lain dengan ketentuan bahwa negara tersebut bukan
merupakan tujuan akhir dari pengiriman.
3) Bea impor = pajak yang dikenakan terhadap produk yang masuk dalam suatu negara dengan ketentuan negara tersebut adalah merupakan tujuan
akhir dari pengiriman produk.
4) Uang jaminan impor = persyaratan bagi importir suatu produk untuk membayar kepada pemerintah sejumlah uang tertentu pada saat
b. Kuota Impor
Kuota membatasi banyaknya unit yang dapat diimpor. Tujuannya adalah
untuk membatasi jumlah barang tersebut di pasar dan menaikkan harga
produknya.
c. Subsidi
Subsidi (juga disebut subvensi) adalah bentuk bantuan keuangan yang
dibayarkan kepada suatu bisnis atau sektor ekonomi. Sebagian subsidi diberikan
oleh pemerintah kepada produsen atau distributor dalam suatu industri untuk
mencegah kejatuhan industri tersebut (misalnya karena operasi merugikan yang
terus dijalankan) atau peningkatan harga produknya atau hanya untuk
mendorongnya mempekerjakan lebih banyak buruh (seperti dalam subsidi upah).
Contohnya adalah subsidi untuk mendorong penjualan ekspor; subsidi di beberapa
bahan pangan untuk mempertahankan biaya hidup, khususnya di wilayah
perkotaan; dan subsidi untuk mendorong perluasan produksi pertanian dan
mencapai swasembada produksi pangan.26
Subsidi dapat dianggap sebagai suatu bentuk proteksionisme atau
penghalang perdagangan dengan memproduksi barang dan jasa domestik yang
kompetitif terhadap barang dan jasa impor. Subsidi dapat mengganggu pasar dan
memakan biaya ekonomi yang besar. Bantuan keuangan dalam bentuk subsidi
bisa datang dari suatu pemerintahan, namun istilah subsidi juga bisa mengarah
pada bantuan yang diberikan oleh pihak lain, seperti perorangan atau lembaga
non-pemerintah.
26
d. Exchage Control
Biasanya, negara – negara yang menggunakan kontrol devisa adalah
mereka yang ekonomi lemah. Kontrol ini memungkinkan negara – negara yang
ekonominya lebih stabil membatasi jumlah volatilitas nilai tukar mata uang yang
masuk / keluar.dimana pemerintah juga memonopoli seluruh devisa dan mengatur
penggunaan devisa tersebut. Sehingga menghambat perdagangan dari luar dan
menjaga ekonomi dalam negeri.
e. State Trading Operation
State Trading Operation adalah pemerintah dalam perdagangan
melakukan kegiatan ekspor.Pemerintah melakukan sendiri perdagangan
internasional , dan pemerintah melakukan tindakan yang sesuai dengan kebijakan
di bidang perdagangan internasional. Dalam hal ini state trading operasion
menjadi penghambat perdagangan karena pemerintah itu sendiri turun langsung
mengkontrol kegiatan perdagangan internasional sehingga tidak mudah masuk
kedalam negeri sehingga produk dalam negeri tetap dapat bersaing.
f. Dumping
Politik Dumping adalah menjual suatu barang yang nilainya lebih tinggi
dari harga beli, baik dijual di luar negeri maupun dalam negeri tetap mendapat
untung.tetapi dengan politik tersebut mengakibatkan barang yang dijual sulit
terjual sehingga produsen dari dalam maupun luar negeri enggan mengekspor
barang kembali akibat adanya hambatan tersebut.Adapun beberapa motif dari
Politik Dumping, yaitu antara lain:
2) Memperkenalkan suatu produk dalam negeri ke negara lain.
3) Berebut pasar luar negeri.
Hambatan perdagangan mengurangi efisiensi ekonomi. Pihak yang diuntungkan
dari adanya hambatan perdangan internasional adalah produsen dan pemerintah.
Produsen mendapatkan proteksi dari hambatan perdagangan, sementara
pemerintah mendapatkan penghasilan dari bea – bea.
3. Peran Negara dalam Era Pasar Bebas
a. Konsepsi tentang Negara
Literatur – literatur tentang hukum, politik, ekonomi, dan sosial
pendeknya seluruh ilmu kemudian kita kategorikan sebagai ilmu sosial. dibangun
diatas filosofi bahwa negara itu ada kalau negara itu tidak di asumsikan sebagai
“ada”, maka runtuhlah seluruh bangunan lainnya yang disandarkan pada negara
itu. Kemudian, yang ada hanya sekelompok manusia saja, tanpa negara, tidak
perlu politik, sedang hukum adalah kebiasaan perilaku mereka yang sama-sama
mereka pegang teguh.27
Jadi negara itu harus ada dengan segala persyaratan yuridisnya yang
tergambar dari falsafah hidup negara tersebut. Indonesia memiliki nilai tersebut
yang biasa kita sebut dengan Pancasila. Lebih mudah kita cermati sila kelima dari
pancasila, “keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”. Inilah yang disebut
ekonomi pancasila. Bahwa negara Indonesia diselenggarakan dalam rangka
mencapai keadilan sosial bagi seluruh rakyat tanpa kecuali.
Tantangan negara kesejahteraan diuji dengan penentuan pilihan kebijakan,
apakah kebijakan yang dipilih akan membawa kesejahteraan bagi rakyat, atau
27
sebaliknya malah menyengsarakan rakyat. Memasuki hutan belantara yang
terdapat macan didalamnya yang siap menerkam tanpa persenjataan yang cukup
sama saja dengan bunuh diri. Untuk itu, negara memainkan peranan penting.
Prasyarat yang menjadi prakondisi sebelum memasuki era pasar bebas harus
dipersiapkan.
Bila dikaitkan dengan negara, maka konsep perlindungan dapat didekati
dengan konsep yang dikemukakan oleh Abdul Hakim Garuda Nusantara28 bahwa
bagaimanapun juga hukum di Indonesia harus mengacu pada cita-cita masyarakat
bangsa yakni tegaknya negara hukum yang demokratis dan berkeadilan sosial.
Dalam konteks negara hukum, hal ini dilakukan demi mencapai kesejahteraan
bersama bagi seluruh rakyat dalam pengertian yang sebenarnya. Sebagai
perwujudan masyarakat adil dan makmur.29
Konsep negara seperti ini sejalan dengan pengertian negara hukum
kesejahteraan, yang dalam berbagai literatur disebut dengan istilah yang
berbeda-beda, antara lain welfare state atau social service state.30Satjipto Rahardjo
menyebut negera jenis ini dengan istilah “negara hukum yang membahagiakan
rakyatnya.”31 Jika dalam hukum negara klasik fungsi negara hanya sebagai
“penjaga malam”(nachtwakkerstaat), maka negara hukum modern bertujuan
untuk mewujudkan kesejahteraan rakyatnya. Negara hukum modern bersifat aktif,
tidak dapat dipisahkan dari rakyatnya (staatsbemoeienis), mengedepankan
penetapan tujuan (doelstelling), dari pada penetapan norma
29
Machfud.M.D, Membangun Politik Hukum, Menegakkan Konstitusi, (Jakarta : Pustaka LP3ES,2001),hlm, 6.
30
Sri Hartono Redjeki, Kapita Selekta Hukum Ekonomi, (Husni Syawali, edt.) (Bandung, Mandar Maju, 2000), hlm.3.
31
(normstelling),mengedepankan rencana (plan) dari ppada intruksi (voorschrift),
mengedepankan kebijakan (beleid) dari pada pelaksanaan (uitvoering) atau
penerapan (toepassing).32
b. Upaya perlindungan oleh negara
Makna leksikal dari kata “upaya” adalah usaha, ikhtiar (untuk mencapai
suatu maksud, memecahkan persoalan, mencari jalan keluar, dsb).33 Upaya
merupakan tindakan yang dilaksanakan dalam rangka menjalankan tugas dan
fungsi. Upaya pemerintah dimulai dengan memberikan pengertian tentang
pemerintah terlebih dahulu. Pemerintah (goverment) ditinjau dari pengertiannya
berarti pengarahan dan administrasi yang berwenang atas kegiatan orang-orang
dalam sebuah negara.34
Dalam pasar bebas, peran negara dalam perdagangan sebenarnya akan
direduksi secara signifikan. Sebab, mekanisme tarif yang merupakan wewenang
negara dipangkas. Karena itu, diperlukan perubahan paradigma yang sangat
signifikan, yakni dari kegiatan perdagangan yang mengandalkan proteksi negara
menjadi kemampuan untuk bersaing.Tidak saja secara nasional atau regional
dalam pasar bebas, namun juga secara global. Karena itu, kekuatan manajemen,
efisiensi, kemampuan permodalan, dan keunggulan produk menjadi salah satu
kunci keberhasilan.35 Adapun upaya pemerintah dalam menghadapi pasar bebas
antara lain sebagai berikut :
32
Rahardjo Satjipto, Negara Hukum yang membangun Rakyatnya, (Yogyakarta, Genta Press, 2008,) hlm 100-119
33
Tjandra .W. Riawan, Hukum administrasi Negara, (Yogyakarta Universitas atmajaya Press 2008), hlm 4-7.
34
Tjandra .W. Riawan., Peradilan tata Usaha Negara : mendorong terwujudnya pemerintah yang bersih dan berwibawa, yogyakarta,( Universitas atmajaya Press), hlm.197.
35
A. Kebijakan Perdagangan sebagai Langkah Awal Peran Pemerintah
Kebijakan perdagangan dalam periode memasuki era globalisasi ekonomi
diarahkan pada penciptaan dan pemantapan kerangka landasan perdagangan, yaitu
dengan meningkatkan efisiensi perdagangan dalam negeri dan perdagangan luar
negeri dengan tujuan lebih memperlancar arus barang dan jasa, mendorong
pembentukan harga yang layak dalam iklim persaingan yang sehat, menenunjang
efisiensi produksi, mengembangkan ekspor, memperluas kesempatan berusaha
dan lapangan kerja, meningkatkan dan meratakan pendapatan rakyat serta
menetapkan stabilitas ekonomi. dalam pelaksanaanya, kebijakan tersebut di
upayakan secara terpadu dan saling mendukung dengan kebijakan
dibidang-bidang lainnya agar tercapainya keseimbangan dalam mencapai berbagai tujuan
pembangunan.36
Kerangka landasan perdagangan yang ingin dicapai tersebut meliputi
unsur-unsur sebagai berikut :
1. Penciptaan struktur ekspor nonmigas yang kuat dan tangguh yang tidak
terganggu oleh gejolak dengan melakukan diversifikasi, baik produk pasar
maupun pelakunya.
2. Penciptaan sistem distribusi nasional yang efektif dan efisien dalam rangka
meningkatkan daya saing produk-produk ekspor, mempertahankan tingkat
harga yang stabil didalam negeri dan pengembangan produksi dalam
negeri menuju structur ekonomi yang lebih berimbang dengan industri
yang makin kuat dan didukung oleh pertanian yang tangguh.
36
3. Peningkatan daya saing usaha sebagai pelaku dalam kegiatan ekonomi
perdagangan, baik dalam negeri maupun ekspor dengan memupuk
kebersamaan yang kokh dalam menghadapi pasar dunia yang semakin
ketat persaingannya. Di samping itu di bina kerjasama yang saling
menguntungkan antara unsure-unsur dunia usaha dan antara yang besar,
menengah dan kecil.
4. Transportasi pasar dan pengelolaan kegiatan perdagangan. Untuk itu,
kegiatan informasi perdaganganakan lebih diintensifkan agar para
pengusaha dengan mudah memperolehnya. Telah dibangun sistem
jaringan informasi pasar yang untuk sementara kegiatannya masih terbatas
di ibukota provinsi utama, yaitu Jakarta, Bandung, Semarang, Medan,
Surabaya, dan Ujung Pandang. Jaringan informasi ini dihubungkan juga
dengan kantor-kantor Indonesian Trade Promotion Centre (ITCP) di luar
negeri. Informasi yang tersedia meliputi berbagai peraturan dibidang
ekspor, daftar iportir diluar negeri, produk-produk yang diminta, dan
data-data perdagangan berbagai Negara.
5. Kemantapan bekerjanya lembaga-lembaga perdagangan. Berfungsinya
secara baik lembaga-lembaga perdaganagan sangat penting dalam
memperlancar arus pengadaan dan penyaluran barang, baik untu keperluan
didalam negeri maupun untuk ekspor. Untuk itu,akan terus
dikembangkannya peranan dari badan pelaksana komoditi, pasar lelang
karet, pembinaan keagenan, pasar dan sebagainya.
6. Kemantapan bekerjanya sector penunjang perdagangan. Untuk itu, secara
persamaan persepsi dan langkah dalam rangka meningkatkan ekspor
khususnya serta terbinanya perdagnagn yang lancer pada umumnya.
Pembangunan perdagangan dalam negeri sangat berperan dalam
mewujudkan trilogi pembangunan, yang meliputi pemerataan pembangunan dan
hasil-hasilnya, meningkatkan laju pertumbuhan, dan memantapkan stabilitas
ekonomi. Perdagangan dalam negeri yang efisien dan efektif akan memperlancar
arus barang dan jasa serta semakin meluasnya pasar produk-produk dalam negeri
akan meningkatkan kegiatan produksi dari sektor ynag bersangkutan maupun
sector lain. Berkembangnya sector-sektor tersebut dengan sendirinya akan
meningktkan kesmpatan kerja. Tersedianya barang dna jasa dipasar dengan harga
yang layak bagi kesejahteraan hidup rakyat. Hal ini dimungkinkan apabila
diterapakan system tata niaga yang efisien dan efektif.37
B. Menciptakan Perusahaan yang Kreatif, Inovatif dan mampu bersaing dengan
pihak Asing
Pasar bebas, menuntut setiap Industri maupun perusahaan yang akan
bersaing didalamnya untuk memberikan output terbaik dan memiliki ciri khas
yang menampilkan keunggulan bangsa. Sehingga industri tersebut mampu
bersaing dengan negara lain. Indonesia memiliki ratusan industri yang tersebar di
berbagai sektor. Industri tersebut meliputi Industri Sandang, Pangan, Property,
Pariwisata, Pertambangan dan lain lain.Jika diperhatikan, ada perbedaan besar
antara industri di indonesia dengan negara lain, yaitu kemampuan industri dalam
menciptakan output yang memiliki daya tarik serta kualitas kelas atas. Indonesia
37
memang memiliki industri yang lebih bannyak, namun kualitas rata-rata dari
industri tersebut masih kurang bersaing. Pemerintah perlu melakukan sinergi
dengan masyarakat untuk membangun industri yang berkualitas, kreatif, inovatif
dan mampu bersaing dengan industri lain.
C. Membangun Kesadaran ‘Aku Cinta Indonesia’
Adanya pasar bebas akan menciptakan asosiasi dan akulturasi antar
budaya di indonesia. Budaya-budaya antar negara di ASEAN akan saling berbaur
dan menciptakan persaingan budaya. Indonesia harus menanamkan rasa cinta
tanah air dan rasa bangga menggunakan produk industri sendiri pada
masyarakatnya. Tujuannya agar indonesia tidak kalah saing dalam persaingan
antar budaya di ASEAN. Selain itu, penanaman rasa cinta produk indonesia, akan
meningkatkan jumlah pendapatan ekonomi dan menurangi dampak impor produk
dari luar negeri.
D. Proteksi
Proteksi adalah upaya pemerintah mengadakan perlindungan pada
industri-industri domestik terhadap masuknya barang impor dalam jangka waktu
tertentu.Proteksi bertujuan melindungi, membesarkan, atau mengecilkan
kelangsungan indusri dalam negeri yang berlaku dalam perdagangan
umum.Tindakan tersebut merupakan aktivitas yang dapat dibenarkan, bahwa tidak
masuk akal untuk mengimpor barang yang dibuat didalam negeri.Sesuai dengan
pemikiran Merkantilisme,kebijakan perdagangan luar negeri memiliki dua tujuan
utama, yakni meningkatkan ekspor dan mengurangi ketergantungan pada impor.38
38
4. Pro-Kontra sistem Pasar Bebas
A. Pro Sistem Pasar Bebas
Pada permulaan abad yang lalu, kebanyakan ahli-ahli ekonomi
berkeyakinan bahwa sistem pasar bebas merupakan sistem ekonomi yang
mewujudkan kegiatan ekonomi yang paling efisien dan kemakmuran masyarakat
yang paling optimum. Pandangan ini dipelopori oleh Adam Smith yang terkenal
dengan bukunya “An Inquiry into the Nature and Causes of the wealth of Nation”.
Adam Smith dianggap paling berhasil melakukan penelaahan ekonomi menjadi
suatu ilmu ekonomi. Dia berkeyakinan bahwa pemerintah tidaklah perlu campur
tangan di dalam mengendalikan kegiatan-kegiatan ekonomi dalam suatu
masyarakat. Pandangan yang berkeyakinan bahwa kegiatan-kegiatan dalam
ekonomi harus sepenuhnya diatur oleh kekuatan-kekuatan yang wujud dalam
pasar, dinamakan “Falsafah Pasar Bebas atau Laissez Faire”. Falsafah inilah
yang menjadi landasan dari teori Mikro Ekonomi dan dianut oleh kebanyakan
ahli-ahli ekonomi satu setengah abad lamanya.
Gagasan Adam Smith diteruskan oleh pengikutnya Thomas Maltus,
David Ricardo, dan Stuart Millis. Kelompok Adam Smith inilah yang kemudian
dikenal dengan Mashab Klasik. Kemudian dilanjutkan oleh para sarjana mashab
Austria pada tahun 1890 yang terdiri dari Leon Walras, Alfred Marshal, dll.
Disamping itu juga dikembangkan oleh sarjana sosialis komunis yang terkenal
adalah Karl Marx.
B. Kontra Sistem Pasar Bebas
Dalam perkembangannya, terjadi kemerosotan perekonomian dunia yang
pada saat itu menimbulkan kesadaran bahwa tanpa adanya campur tangan
pemerintah perekonomian tidak selalu berjalan lancar dengan efisien dan
pengangguran akan selalu ada, sehingga timbul pandangan yang mengkritik
keyakinan tersebut. Kritik dan kesadaran tentang kelemahan sistem pasar bebas
telah mendorong pemerintah untuk melakukan lebih banyak campur tangan dalam
kegiatan ekonomi.
Selanjutnya muncullah teori Makro Ekonomi yang berlandaskan pada
pemikiran JM. Keynes. Teori ini menganggap bahwa keseimbangan roda
perekonomian tidak akan selalu terjadi dan diperlukan adanya campur tangan
pemerintah dalam kegiatan perekonomian. Kemunculan kritik-kritik ini
memandang dua pihak. Di satu pihak pengkritik ini melihat bahwa sistem pasar
bebas memiliki kelemahan yang menimbulkan akibat buruk atas efisiensi kegiatan
ekonomi dan kesejahteraan khalayak ramai.
Perjanjian-perjanjian perdagangan yang didukung oleh penganut
perdagangan bebas ini justru sebenarnya menciptakan hambatan baru kepada
terciptanya pasar bebas. Oleh karena itu, perjanjian-perjanjian tersebut sering
dikritik karena hanya melindungi kepentingan perusahaan-perusahaan besar.Akan
tetapi di lain pihak, disadari pula bahwa sistem pasar bebas mempunyai ciri yang
akan menjamin efisiensi yang tinggi dalam kegiatan menghasilkan barang dan
jasa dan dalam mewujudkan perkembangan ekonomi.
B. Kedudukan Petani dalam Ekonomi di Era Pasar Bebas
1. Pengertian petani dan pertanian
Definisi formal dari istilah “petani” tampaknya tak bisa dibantah lagi
bahwa ada perbedaan tertentu tidak saja antara pengarang-pengarang terkemuka,
yang relatif singkat. Dengan perkataan lain, situasinya demikian membingungkan
hingga pertama-tama kita tak akan lebih buruk kalaupun kita salah dalam
mencoba memberikan sumbangan, dan kedua, kekisruhan itu sendiri merupakan
pertanda tak langsung bahwa suatu yang drastis maupun fundamental mungkin
saja salah. Adapun pengertian petani dan pertanian menurut Undang-Undang No
19 tahun 2013 tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Petani adalah sebagai
berikut :
Menurut Undang-Undang No 19 tahun 2013 tentang Perlindungan dan
Pemberdayaan Petani, definisi petani adalah warga negara Indonesia perseorangan
dan/atau beserta keluarganya yang melakukan usaha Tani di bidang tanaman
pangan, hortikultura, perkebunan, dan/atau peternakan.39Sedangkan pertanian
adalah Pertanian adalah kegiatan mengelola sumber daya alam hayati dengan
bantuan teknologi, modal, tenagakerja, dan manajemen untuk menghasilkan
Komoditas Pertanian yang mencakup tanaman pangan, hortikultura, perkebunan,
dan/atau peternakan dalam suatu agroekosistem.40
2. Peran penting Pertanian dalam Perekonomian Negara
Pembangunan ekonomi adalah salah satu tolak ukur untuk menunjukkan
adanya pembangunan ekonomi suatu daerah, dengan kata lain pertumbuhan
ekonomi dapat memperlihatkan adanya pembangunan ekonomi.41 Namun,
pembangunan tidak sekedar ditunjukkan oleh prestasi pertumbuhan ekonomi yang
dicapai oleh suatu 17 negara, akan tetapi lebih dari itu pembangunan mempunyai
perspektif yang lebih luas. Dimensi sosial yang sering diabaikan dalam
39
UU No 19 Tahun 2013 tentang perlindungan dan pemberdayaan petani.
40
Ibid. 41
pendekatan pertumbuhan ekonomi justru mendapat tempat yang strategis dalam
pembangunan. Dalam proses pembangunan, selain memperhitungkan dampak
aktifitas ekonomi terhadap kehidupan sosial masyarakat, lebih dari itu dalam
proses pembangunan dilakukan upaya yang bertujuan untuk mengubah struktur
perekonomian kearah yang lebih baik.
Pembangunan ekonomi sendiri pada dasarnya merupakan suatu perubahan
dalam struktur produksi dan alokasi sumber daya. Strategi pembangunan nasional
yang menjadi pedoman bagi arah pembangunan daerah. Kebijakan pembangunan
daerah diarahkan untuk mengembangkan daerah dengan mengoptimalkan
pemberdayaan potensi yang dimiliki daerah, menyesuaikan laju pertumbuhan
antar daerah, juga mengacu pemerataan pembangunan untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat.
Agar pertanian dapat berkontribusi dalam perekonomian nasional,
menghadapi dinamika globalisasi dan perdagangan bebas diperlukan suatu
perencanaan nasional dengan pemilihan atas dasar prioritas dan sasaran dari
progam pambangunan pertanian. Salah satu aspek yang cukup menentukan
keberhasilan pembangunan adalah penyebaran investasi yang sesuai dengan lokasi
dan kondisi masyarakat42
Dalam tiga dekade terakhir, pembangunan nasional menitikberatkan pada
sektor manufaktur, sementara sektor pertanian yang sampai saat ini masih
merupakan tumpuan hidup masyarakat pada umumnya hanya diposisikan sebagai
sektor pendukung. Di banyak negara, sektor pertanian merupakan prasyarat bagi
42
pembangunan sektor industri dan jasa. Era globalisasi yang akan datang
memberikan peluang bagi sektor pertanian untuk berkembang lebih cepat, tetapi
sekaligus memberikan tantangan baru karena komoditas pertanian harus
mempunyai keunggulan daya saing dan kemandirian produk pertanian sedemikian
rupa sehingga produk pertanian mampu bersaing baik di pasar domestik maupun
pasar internasional.43
Dampak pembangunan dapat dilihat dari variabel makro ekonomi dimana
pembangunan pertanian dan pedesaan menjadi salah satu bagian 20 tak
terpisahkan dari pembangunan di Republik Indonesia. Pembangunan pertanian
dan pedesaan memiliki potensi yang cukup besar terkait dengan masalah-masalah
kontribusi terhadap perekonomian nasional melalui hasil yang diperoleh dari
pendapatan domestik bruto, sehingga sektor pertanian ditempatkan pada posisi
prioritas dalam perencanaan pembangunan nasional. Pembangunan pertanian di
Indonesia dianggap penting dari keseluruhan pembangunan nasional.
Ada beberapa hal yang mendasari mengapa pembangunan pertanian di
Indonesia mempunyai peranan penting, antara lain: potensi Sumber Daya Alam
yang besar dan beragam, pangsa terhadap pendapatan nasional yang cukup besar,
besarnya pangsa terhadap ekspor nasional, besarnya penduduk Indonesia yang
menggantungkan hidupnya pada sektor ini, perannya dalam penyediaan pangan
masyarakat dan menjadi basis pertumbuhan di pedesaan. Potensi pertanian
Indonesia yang besar namun pada kenyataannya sampai saat ini sebagian besar
dari petani kita masih banyak yang termasuk golongan miskin. Hal ini
43
mengindikasikan bahwa pemerintah pada masa lalu bukan saja kurang
memberdayakan petani tetapi juga terhadap sektor pertanian keseluruhan.44
Sektor pertanian merupakan sektor yang mempunyai peranan strategis
dalam struktur pembangunan perekonomian nasional. Sektor ini merupakan
sektor yang tidak mendapatkan perhatian secara serius dari pemerintah dalam
pembangunan bangsa. Mulai dari proteksi, kredit hingga kebijakan lain tidak satu
pun yang menguntungkan bagi sektor ini. Sektor ini merupakan sektor yang
sangat banyak menampung luapan tenaga kerja dan sebagian besar penduduk kita
tergantung padanya.
Berdasarkan data Statistik Indonesia tahun 2009, jumlah penduduk
Indonesia yang bekerja di sektor pertanian cukup tinggi (41.331.706 jiwa), disusul
oleh sektor perdagangan (21.221.744 jiwa) dan jasa (13.099.817 jiwa) Pertanian
di Indonesia abad 21 harus dipandang sebagai suatu sektor ekonomi yang sejajar
dengan sektor lainnya. Sektor ini tidak boleh lagi hanya berperan sebagai aktor
pembantu apalagi figuran bagi pembangunan nasional seperti selama ini
diperlakukan, tetapi harus menjadi pemeran utama yang sejajar dengan sektor
industri. Karena itu sektor pertanian harus menjadi sektor moderen, efisien dan
berdaya saing, dan tidak boleh dipandang hanya sebagai katup pengaman untuk
menampung tenaga kerja tidak terdidik yang melimpah ataupun penyedia pangan
yang murah agar sektor industri mampu bersaing dengan hanya mengandalkan
upah rendah.45
44
Siti Amanah dan Nani Farmayanti,Pemberdayaan Petani,Nelayan, Keunikan Agroekosistem, dan Daya Saing,(Jakarta : Yayasan Pustaka Obor Indonesia,Tahun 2007)hlm.65.
45
3. Keterkaitan Petani dan Pasar Bebas
Petani Indonesia mayoritas termasuk dalam kategori peasant. Peasant
diartikan oleh Eric R. Wolf sebagai petani pedesaan, sebagai orang desa yang
bercocok tanam di pedesaan tidak didalam ruangan-ruangan tertutup (greenhouse)
ditengah-tengah kota atau kotak-kotak aspidistra di atas ambang jendela, mereka
bukanlah farmer, atau pengusaha pertanian (agricultural entrepeneur) seperti kita
kenal di Amerika Serikat.46Kehidupan petani (peasant) pada masa lalu bercorak
subsisten dengan prinsip “dahulukan selamat”(safety first). James C Scott
mengemukakan bahwa perilaku ekonomis yang khas dari keluarga petani
berorientasi subsistensi merupakan akibat dari kenyataan bahwa, berbeda dari
satu perusahaan kapitalis, ia sekaligus merupakan satu unit konsumsi dan satu unit
produksi.47
Kalau dulu kita mau membeli buah buahan, tidak perlu harus ke swalayan
atau supermarket, pergi saja ke pasar tradisional atau pedagang kaki lima maka
kita akan mendapatkan pilihan anekaragam buah buahan yang bisa kita pilih. Dulu
kita hanya mendapatkan Apel Malang, Mangga Indramayu, atau Jeruk Medan tapi
sekarang kita bisa mendapatkan Apel Washington atau Apel Fuji, Buah Pear,
Buah Kiwi, berbagai macam jeruk dari China dan lain lain. Kini buah impor
berjejer bersama dengan buah lokal di lapak lapak pedagang kaki lima. Mau beli
buah impor sangat mungkin bagi semua kalangan, karena harganya tidak berbeda
jauh, bahkan ada yang lebih murah. Fenomena keberadaan buah impor di lapak
pedagang kaki lima tersebut menggambarkan fenomena globalisasi pertanian.
46
Eric R. Wolf,Petani. Suatu Tinjauan Antropologis, CV Rajawali, Jakarta, 1983, hlm 2 47
Dalam konteks globalisasi, arus keluar masuk barang lintas negara berlangsung
secara bebas. Menikmati buah impor, identik dengan makan di restaurant siap
santap Mac Donald, memakai baju bermerk internasional, atau bahkan menonton
siaran langsung sepakbola Liga Inggris !! Artinya adalah, sektor pertanian tidak
bisa lepas dari pengaruh globalisasi yang dalam manifestasinya didorong oleh
liberalisasi perdagangan.
Kalau anak anak kita tidak kenal dengan apel Malang, adalah sebuah hal
yang wajar. Hal ini disebabkan karena lidah mereka lebih akrab dengan apel apel
impor, sementara kita tidak mengenalkan mereka dengan apel lokal. Derasnya
arus impor produk pertanian yang membajiri pasar dalam negeri kita memberikan
kontribusi kepada preferensi konsumen akan produk impor tersebut. Pergeseran
preferensi konsumen akan produk pertanian impor akan meningkatkan permintaan
(demand) akan produk impor sehingga dari tahun ke tahun impor produk
pertanian cenderung mengalami peningkatan. Dan kita pun mulai bersungut
sungut, menyalahkan keadaan ini sekaligus sambil menikmatinya.
Apa yang menjadi faktor penyebab dibalik derasnya arus impor tersebut ?
Sesungguhnya perdagangan dunia digerakkan oleh hukum penawaran dan
permintaan dalam pasar. Tata niaga perdagangan lintas negara diatur oleh sebuah
aturan perdagangan yang mekanismenya disepakati oleh negara negara yang
terlibat di dalamnya. Secara multilateral, aturan perdagangan tersebut diatur oleh
organisasi perdagangan dunia atau World Trade Organization (WTO). WTO
adalah badan dunia yang mempromosikan sebuah peraturan perdagangan lintas
negara untuk menuju perdagangan yang bebas. Artinya WTO berupaya untuk
tarif dan menurunkan tarif impor secara sistematis sampai pada saatnya arus
barang betul betul tanpa hambatan. WTO mengatur perdagangan barang, jasa dan
kekayaan intelektual terkait perdagangan termasuk juga perdagangan produk
pertanian. 48
Indonesia meratifikasi WTO pada tahun 1994, sehingga Indonesia harus
tunduk pada aturan WTO. Aturan WTO bersifat mengikat secara hukum atau
legally binding, sehingga pelanggaran aturan bisa berimplikasi pada sangsi
perdagangan. Sejak menjadi anggota WTO, tarif impor rata rata, produk pertanian
Indonesia cenderung terus menurun. Pada tahun 1994 tarif impor rata rata produk
pertanian berkisar 26,1 % dan terus menurun hingga 5 % pada tahun 1998.
Sepanjang masa itu produk pertanian impor mendapatkan insentif untuk masuk ke
pasar dalam negeri, dan sepanjang masa itu preferensi konsumen dalam negeri
mulai bergeser ke produk pertanian impor.49
Kasus beras dan gula agaknya menarik untuk dicermati, karena merupakan
bahan pangan pokok. Beras termasuk produk strategis karena merupakan
makanan pokok mayoritas rakyat. Pada tahun 1997, ketika krisis ekonomi
Indonesia masuk dalam skema dukungan hutang luar negeri International
Monetary Fund (IMF), sehingga untuk mendapatkan hutang maka Indonesia harus
mengikuti syarat syarat yang ditetapkan IMF. Syaratnya adalah liberalisasi sektor
pertanian termasuk perberasan, dimana monopoli impor BULOG dihapuskan
sehingga perusahaan swasta boleh impor beras, subsidi untuk petani dihapuskan
(subsidi pupuk dan pestisida) serta tarif impor beras diturunkan sehingga pada
48
Bustanul Arifin, Analisis Ekonomi Pertanian Indonesia, (Kompas : Jakarta, 2004)Hlm,6,7.
49
bulan September 1998 tarif impor beras betul betul 0%!! Akibatnya bisa diduga,
impor beras mencapai 2,9 juta ton tahun 1998 dan 4,7 juta ton di tahun 1999.
Indonesia sebagai negara yang pernah mencapai swa-sembada beras tahun 1984,
menjadi negara importir beras terbesar di dunia pada tahun 1998. 50 Selain terikat
pada aturan WTO, Indonesia juga terikat pada kesepakatan perdagangan bebas
pada tingkat regional dalam hal ini ASEAN. Pada tahun 1992, ASEAN
menyepakati pembentukan kawasan pedagangan bebas ASEAN atau ASEAN
Free Trade Area (AFTA). AFTA memiliki prinsip sama dengan WTO, yaitu
mempromosikan pasar bebas.
Implementasi AFTA telah dimulai sejak tahun 2003, dimana diantara
negara negara ASEAN dihapuskan hambatan non tarif dan untuk produk yang
tidak sensitif tarif harus berkisar antara 0-5 % saja. Oleh karena perdagangan intra
ASEAN sesungguhnya rendah dan cenderung memiliki produk sejenis maka
ASEAN mulai membuka perdagangan secara bilateral dengan negara yang secara
ekonomi lebih kuat. Maka muncullah konsep ASEAN + 3 yaitu kesepekatan
perdagangan bebas antara ASEAN dengan tiga negara Asia Timur, yaitu Jepang,
China dan Korsel. Hal ini akan terus berkembang dengan mulai diintensifkan
format perdagangan bebas antara ASEAN dan Uni Eropa serta Amerika Serikat.
Selain itu Indonesia sebagai individu negara pada tahun 2007, juga telah
meratifikasi kesepakatan bilateral dengan Jepang dan sedang merancang dengan
Amerika Serikat dan Australia.
50
Ratifikasi berbagai perjanjian perdagangan bebas tersebut yang membuat
pertanian kita menjadi semakin liberal, pasar kita menjadi semakin terbuka
dengan hambatan perdagangan yang semakin minim. Untuk itu adalah hal yang
sangat wajar jikalau petani bawang merah di Brebes mengeluh karena bawang
impor membanjiri pasar bawang merah di Brebes justru pada saat panen raya.
Bawang impor sebagian besar berasal dari Philipina, Thailand dan Vietnam,
negara negara yang bersama Indonesia terikat dalam perjanjian pedagangan bebas
ASEAN (AFTA).
Petani apel di Batu, Malang terus merugi karena kalah bersaing dengan
apel Fuji dan apel Washington. Berdasarkan investigasi yang dilakukan penulis di
supermarket dan pasar tradisional di Malang, Tulungagung dan Bogor, harga apel
Malang berada pada kisaran antara apel Fuji dari China yang lebih murah dan
Apel Washington yang lebih mahal. Tapi harga akan tidak berarti dibanding
dengan preferensi konsumen yang cenderung memilih apel impor.
Tantangan liberalisasi perdagangan yang semakin berat, ternyata juga
belum diimbangi dengan penguatan kelembagaan pada tingkat lokal. Jika
menganalis rantai pasokan produk, maka petani selalu menjadi pihak yang paling
sedikit mendapatkan keuntungan sementara memiliki resiko yang paling besar.
Informasi pasar pada tingkat lokal bersifat asimetris, dimana jika harga pasar
turun informasi akan cepat sampai ke petani, sementara jika harga naik akan
lambat diterima petani. Petani lebih banyak memperhitungkan harga pada musim
terakhir untuk mengambil keputusan untuk pemilihan komoditas yang ditanam
over produksi yang menjatuhkan harga pada masa panen. Hal ini berarti
kelembagaan informasi harga dan pasar pada tingkat petani masih sangat lemah.
Berbagai masalah pada tingkat produksi masih membelenggu pertanian
kita, seperti persoalan kualitas dan kuantitas produk, rendahnya sarana dan
prasarana pengairan, kerentanan terhadap ledakan hama dan penyakit, apalagi saat
ini dihadapkan pada situasi perubahan iklim yang menuntut perlunya strategi
adaptasi dalam menghadapinya. Dalam situasi seperti ini, adalah hal yang sangat
keliru jika cara pandangnya adalah menyalahkan konsumen yang memilih
memakan buah impor. Jangan salahkan lidah masyarakat memakan buah impor,
kalau Indonesia tidak mampu membangun pertanian yang tangguh dan produk
pertanian yang berkualitas sehingga mampu menghadapi gempuran pasar bebas.
4. Dampak Pasar Bebas terhadap Petani
a. Kondisi Pertanian di Indonesia
Pada RPJMN tahap-3 (2015-2019), sektor pertanian masih menjadi sektor
penting dalam pembangunan ekonomi nasional. Peran strategis sektor pertanian
tersebut digambarkan dalam kontribusi sektor pertanian dalam penyedia bahan
pangan dan bahan baku industri, penyumbang PDB, penghasil devisa negara,
penyerap tenaga kerja, sumber utama pendapatan rumah tangga perdesaan,
penyedia bahan pakan dan bioenergi, serta berperan dalam upaya penurunan emisi
gas rumah kaca. Upaya mencapai target sukses pembangunan pertanian pada
RPJMN tahap-2 (2010-2014) yang meliputi :
a) peningkatan swasembada berkelanjutan padi dan jagung dan
swasembada kedelai, gula dan daging sapi,
c) peningkatan nilai tambah, daya saing dan ekspor, dan
d) peningkatan kesejahteraan petani melalui strategi yang dikemas
dalam 7 Gema Revitalisasi yang meliputi:
(1) revitalisasi lahan,
(2) revitalisasi perbenihan dan perbibitan,
(3) revitalisasi infrastruktur pertanian,
(4) revitalisasi SDM petani,
(5) revitalisasi permodalan petani,
(6) revitalisasi kelembagaan petani, dan
(7) revitalisasi teknologi dan industri hilir. Sampai saat ini telah
banyak capaian yang diwujudkan meskipun masih perlu
ditingkatkan. 51
Dalam lima tahun terakhir, kontribusi sektor pertanian terhadap
perekonomian nasional semakin nyata. Selama periode 2010-2014, rata-rata
kontribusi sektor pertanian terhadap PDB mencapai 10,26 % dengan pertumbuhan
sekitar 3,90 %. Sub-sektor perkebunan merupakan kontributor terbesar terhadap
PDB sektor pertanian. Pada periode yang sama, sektor pertanian menyerap
angkatan kerja terbesar walaupun ada kecenderungan menurun. Pada tahun 2014
sektor pertanian menyerap sekitar 35,76 juta atau sekitar 30,2 % dari total tenaga
kerja. Investasi di sektor pertanian primer baik Penanaman Modal Dalam Negeri
(PMDN) maupun Penanaman Modal Asing (PMA) mengalami pertumbuhan
rata-rata sebesar 4,2 % dan 18,6 % per tahun. Rasio ekspor-impor pertanian Indonesia
sekitar 10 berbanding 4, dengan laju pertumbuhan ekspor mencapai 7,4 % dan
51
pertumbuhan impor 13,1 % per tahun. Neraca perdagangan tumbuh positif dengan
laju 4,2 % per tahun. Nilai Tukar Petani (NTP) meningkat sangat pesat. Walaupun
sempat menurun pada tahun 2013, namun NTP melonjak dari sebesar 101,78 pada
tahun 2010 menjadi 106,52 pada tahun 2014. Tingkat pendapatan petani untuk
pertanian dalam arti luas maupun pertanian sempit menunjukkan peningkatan
yang diindikasikan oleh pertumbuhan yang positif masing-masing sebesar 5,64
dan 6,20 %/tahun selama kurun waktu 2010 – 2014. Pada periode yang sama,
jumlah penduduk miskin di perdesaan yang sebagian besar bergerak di sektor
pertanian menurun dengan laju sebesar -3,69 %/tahun atau menurun dari sekitar
19,93 juta pada tahun 2010 menjadi 17,14 juta pada tahun 2014.52
Sejalan dengan Strategi Induk Pembangunan Pertanian (SIPP) 2015-2045,
pembangunan sektor pertanian dalam lima tahun ke depan (2015-2019) akan
mengacu pada Paradigma Pertanian untuk Pembangunan (Agriculture for
Development) yang memposisikan sektor pertanian sebagai penggerak
transformasi pembangunan yang berimbang dan menyeluruh mencakup
transformasi demografi, ekonomi, intersektoral, spasial, institusional, dan
tatakelola pembangunan. Paradigma tersebut memberikan arah bahwa sektor
pertanian mencakup berbagai kepentingan yang tidak saja untuk memenuhi
kepentingan penyediaan pangan bagi masyarakat tetapi juga kepentingan yang
luas dan multifungsi. Selain sebagai sektor utama yang menjadi tumpuan
ketahanan pangan, sektor pertanian memiliki fungsi strategis lainnya termasuk
untuk menyelesaikan persoalan-persoalan lingkungan dan sosial (kemiskinan,
keadilan dan lain-lain) serta fungsinya sebagai penyedia sarana wisata
52
(agrowisata). Memposisikan sektor pertanian dalam pembangunan nasional
merupakan kunci utama keberhasilan dalam mewujudkan Indonesia yang
Bermartabat, Mandiri, Maju, Adil dan Makmur.
NAWA CITA atau agenda prioritas Kabinet Kerja mengarahkan
pembangunan pertanian ke depan untuk mewujudkan kedaulatan pangan, agar
Indonesia sebagai bangsa dapat mengatur dan memenuhi kebutuhan pangan
rakyatnya secara berdaulat. Kedaulatan pangan diterjemahkan dalam bentuk
kemampuan bangsa dalam hal:
1) mencukupi kebutuhan pangan dari produksi dalam negeri,
2) mengatur kebijakan pangan secara mandiri, serta
3) melindungi dan menyejahterakan petani sebagai pelaku utama usaha
pertanian pangan.
Dengan kata lain, kedaulatan pangan harus dimulai dari swasembada
pangan yang secara bertahap diikuti dengan peningkatan nilai tambah usaha
pertanian secara luas untuk meningkatkan kesejahteraan petani.Menghadapi
dinamika lingkungan strategis yang sangat dinamis, potensi perekonomian yang
semula digerakkan oleh sumberdaya energi dan bahan baku asal fosil dituntut
untuk dilakukan transformasi menjadi berbasis bahan baku baru dan terbarukan
utamanya bahan baku hayati. Era revolusi ekonomi yang digerakkan oleh revolusi
teknologi industri dan revolusi teknologi informasi berbasis bahan fosil telah
berakhir dan digantikan oleh era revolusi bioekonomi yang digerakkan oleh
revolusi bioteknologi dan bioenjinering yang mampu menghasilkan biomasa
sebesar-besarnya untuk kemudian diolah menjadi bahan pangan, pakan, energi,
menjadi penghasil utama bahan pangan, pertanian juga dituntut menjadi sektor
penghasil bahan non-pangan pengganti bahan baku hidro-karbon yang berasal dari
fosil bagi industri. Teknologi Revolusi Hijau yang menjadi basis pertanian selama
ini haruslah ditransformasikan menjadi Revolusi Hayati (Biorevolution). Untuk
itu, pendekatan pembangunan pertanian yang dipandang sesuai bagi Indonesia
ialah pembangunan Sistem Pertanian-Bioindustri Berkelanjutan.53
Sasaran pembangunan pertanian ke depan perlu disesuaikan terkait dengan
cakupan pembangunan pertanian yang lebih luas dan skala yang lebih besar guna
mengungkit peningkatan pendapatan dan kesejahteraan petani. Dengan
mencermati hasil evaluasi selama periode lima tahun terakhir dan perubahan
paradigma sebagaimana tertuang dalam SIPP 2015-2045, maka sasaran strategis
Kementerian Pertanian tahun 2015-2019 adalah :
(1) Pencapaian swasembada padi, jagung dan kedelai serta peningkatan
produksi gula dan daging ,
(2) peningkatan diversifikasi pangan,
(3) peningkatan komoditas bernilai tambah dan berdaya saing dalam
memenuhi pasar ekspor dan substitusi impor,
(4) penyediaan bahan baku bioindustri dan bioenergi,
(5) peningkatan pendapatan keluarga petani, serta
(6) akuntabilitas kinerja aparatur pemerintah yang baik.
53
Dengan sasaran strategis tersebut, maka Kementerian Pertanian menyusun
dan melaksanakan 7 Strategi Utama Penguatan Pembangunan Pertanian untuk
Kedaulatan Pangan (P3KP) meliputi :
(1) peningkatan ketersediaan dan pemanfaatan lahan,
(2) pening-katan infrastruktur dan sarana pertanian,
(3) pengembangan dan perluasan logistik benih/bibit,
(4) penguatan kelembagaan petani,
(5) pengembangan dan penguatan pembiayaan,
(6) pengembangan dan penguatan bioindustri dan bioenergi, serta
(7) penguatan jaringan pasar produk pertanian.
b. Dampak Pasar Bebas terhadap Petani di Indonesia
Pada saat ini dapat dilihat membanjirnya produk-produk pertanian impor
di pasar tradisional maupun pasar swalayan. Bawang merah impor, bawang putih
impor, gula putih impor, gandum impor dan dengan harga yang terkadang lebih
murah daripada produk lokal. Hal ini tentunya menjadi polemik bagi petani
Indonesia, banyak pihak yang mulai berteriak termasuk anggota Dewan
perwakilan rakyat. Anggota DPR komisi IV, Komisi VI, Komisi VII dan komisi
XI mempertanyakan kebijakan pemerintah dalam sektor industri, perdagangan dan
pertanian. Kebijakan pemerintah dinilai belum memihak kepada kepentingan
rakyat Indonesia, untuk itu DPR meminta pemerintah untuk meninjau kembali
kebijakan yang telah diambilnya. 54
Drajad Wibowo, anggota Komisi XI DPR RI mempertanyakan soal
perdagangan bebas antara Indonesia dan China mengenai pembebasan bea masuk
54
hingga nol persen terhadap produk buah-buahan, sayur-sayuran dan perikanan. Ia
berpendapat bahwa kebijakan ini justru akan mengancam masa depan petani di
Indoensia. Selama ini, tanpa penghapusan tarif hingga nol persen, produk China
sudah membanjiri pasar domestik Indonesia.55 Dampak yang paling utama
dirasakan oleh petani ialah membanjirnya produk impor sehingga menyaingi
bahkan mengalahkan penjualan produk lokal. Menumpuknya produk impor ini
menyebabkan tidak imbangnya harga jual produk lokal dengan biaya produksi
yang telah dikeluarkan.
Dapat di gambarkan kondisi petani kecil di Indonesia seperti pepatah
sudah jatuh tertimpa tangga pula´, yaitu (1) kondisi dasar petani yang sudah
miskin karena warisan struktural dan kolonial, rata-rata petani kecil di Indoesia
mempunyai lahan yang sempit, kurang dari 0,3 ha. Petani tersebut bekerja secara
konvensional dan jauh dari peralatan-peralatan yang canggih, sehingga produksi
yang dihasilkan secara kuantitas tidak banyak. (2) Kondisi pada poin pertama
ditambah parah dengan kebijakan dalam negeri pemerintah yang kurang berpihak
kepada petani, misalnya kebijakan industrialisasi yang menggusur petani,
pencabutan subsidi bahan-bahan pertanian berupa pupuk, pestisida serta bahan
bakar minyak (BBM) yang kadang digunakan petani. (3) Petani kecil dihadapkan
pada raksasa globalisasi berupa perdagangan bebas yang menuntut petani bersaing
dengan produk-produk luar negeri. Biaya produksi pertanian yang tinggi tidak
diimbangi oleh harga jual yang tinggi pula. 56
55
Kompas, 14 Juni 2005
56
Membanjirnya produk impor produk pertanian yang mematok harga
murah, menyebabkan petani tidak dapat mengharap harga produknya laku dipasar
jika harganya lebih mahal. Akhirnya petani seringkali merugi, dalam arti harga
jual produknya tidak dapat menutup biaya produksi yang telah dikeluarkan. Hal
ini semacam lingkaran setan yang memperburuk kondisi petani dan berakibat
pada pemiskinan petani. Dampak lain yang merupakan dampak limpahan (spill
over impact) dari dampak utama adalah kemiskinan membawa implikasi yang
luas pada bidang-bidang lain, yaitu kesehatan, meningkatnya pengangguran,
hilangnya kepercayaan rakyat kepada pemerintah., dan lain-lain.
Seorang yang miskin akan cenderung memenuhi kebutuhan dasarnya,
seperti makan dan pakaian, sehingga kesehatan menjadi prioritas yang kesekian
kalinya. Persoalan yang dialami petani dimana biaya produksi lebih tinggi
dibandingkan dengan harga jual, membuat mereka meninggalkan usaha pertanian.
Mereka beralih profesi ada yang menjadi pekerja serabutan atau buruh lepas,
bahkan ada yang menjadi pengangguran. Pada puncaknya, petani akan tidak lagi
respek kepada pemerintah, menimbulkan skeptisisme petani dan tidak lagi
percaya lagi kepada pemerintah.
C.Pentingnya Perlindungan dan Pemberdayaan Petani di Era Pasar Bebas
1. Pengertian Perlindungan dan Pembedayaan
a. Pengertian Perlindungan hukum
Perlindungan hukum adalah memberikan pengayoman kepada hak asasi
masyarakat agar mereka dapat menikmati semua hak - hak yang diberikan oleh
hukum atau dengan kata lain perlindungan hukum adalah berbagai upaya hukum
yang harus diberikan oleh aparat penegak hukum untuk memberikan rasa aman,
baik secara pikiran maupun fisik dari gangguan dan berbagai ancaman dari pihak
manapun.
Menurut Setiono, perlindungan hukum adalah tindakan atau upaya untuk
melindungi masyarakat dari perbu atan sewenang - wenang oleh penguasa yang
tidak sesuai dengan aturan hukum, untuk mewujudkan ketertiban dan
ketentraman sehingga memungkinkan manusia untuk menikmati martabatnya
sebagai manusia.57
Menurut Muchsin, perlindungan hukum merupakan kegiatan untuk
melindungi individu dengan menyerasikan hubungan nilai - nilai atau kaidah -
kaidah yang menjelma dalam sikap dan tindakan dalam menciptakan adanya
ketertiban dalam pergaulan hidup antar sesama manusia.
Pengertian perlindungan menurut ketentuan Pasal 1 butir 6
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2006 tentang Perlindungan Saksi dan Korban
menentukan bahwa perlindungan adalah segala upaya pemenuhan hak dan
pemberian bantuan untuk memberikan rasa aman kepada Saksi dan/atau Korban
yang wajib dilaksanakan oleh LPSK atau lembaga lainnya sesuai dengan
ketentuan Undang-Undang ini.
57
Keadilan dibentuk oleh pemikiran yang benar, dilakukan secara adil dan
jujur serta bertanggung jawab atas tindakan yang dilakukan. Rasa keadilan dan
hukum harus ditegakkan berdasarkan Hukum Positif untuk menegakkan keadilan
dalam hukum sesuai dengan realitas masyarakat yang menghendaki tercapainya
masyarakat yang aman dan damai.Keadilan harus dibangun sesuai dengan cita
hukum (Rechtidee) dalam negara hukum (Rechtsstaat), bukan negara kekuasaan
(Machtsstaat). Hukum berfungsi sebagai perlindungan kepentingan manusia,
penegakkan hukum harus memperhatikan 4 unsur :
a.Kepastian hukum (Rechtssicherkeit)
b.Kemanfaat hukum (Zeweckmassigkeit)
c.Keadilan hukum (Gerechtigkei)
d.Jaminan hukum (Doelmatigkeit)58
Penegakan hukum dan keadilan harus menggunakan jalur pemikiran yang
tepat dengan alat bukti dan barang bukti untuk merealisasikan keadilan hukum
dan isi hukum harus ditentukan oleh keyakinan etis, adil tidaknya suatu perkara.
Persoalan hukum menjadi nyata jika para perangkat hukum melaksanakan dengan
baik serta memenuhi, menepati aturan yang telah dibakukan sehingga tidak terjadi
penyelewengan aturan dan hukum yang telah dilakukan secara sistematis, artinya
menggunakan kodifikasi dan unifikasi hukum demi terwujudnya kepastian hukum
dan keadilan hukum.59
b. Pengertian Pemberdayaan
Istilah pemberdayaandiambil dari Bahasa Inggris „empowerment’, yang
berasal dari kata dasar „power‟ berarti kekuatanatau „daya‟ dalam Bahasa
58
Ishaq. Dasar- dasar Ilmu Hukum, Jakarta: Sinar Grafika. 2009. hlm. 43. 59
Indonesia.Empowermentdalam Bahasa Inggeris diterjemahkan sebagai
Pemberdayaandalam Bahasa Indonesia.Maka definisi pemberdayaandirumuskan
sebagai upaya yang bertujuan untuk meningkatkan kekuatan/daya (power)
pihak-pihak yang tidak atau kurang berdayaPemberdayaan juga bermakna sebagai upaya
distribusi-ulang (redistribusi) kekuatan/daya(power) dari pihak yang memilikinya
kepada pihak yang tidak atau kurang memilikinyaKarena itu, pemberdayaan
selalu mengandung pengertian :
1. Pengurangan atau pemindahan daya (power) atau upaya melakukan
disempowerment/less empoweringpihak-pihak yang memiliki kekuatan/
daya (power),
2. Penyerahan/penambahan daya (power) kepada pihak-pihak yang
diberdayakan (empowerment).
Konsep pemberdayaan dapat dikatakan merupakan jawaban atas realitas
ketidakberdayaan (disempowerment)Mereka yang tidak berdaya jelas adalah pihak
yang tidak memiliki daya atau kehilangan daya. Mereka yang tidak berdaya
adalah mereka yang kehilangan kekuatannya. Secara lebih lengkap suatu
pemberdayaan memiliki maksud untuk :
a) Pemberdayaan bermakna kedalam, kepada masyarakat berarti suatu usaha
untuk mentranspormasikan kesadaran rakyat sekaligus mendekatkan
masyarakat dengan akses untuk perbaikan kehidupan mereka.
b) Pemberdayaan bermakna keluar sebagai upaya untuk menggerakkan
masyarakat. Pemberdayaan dalam segi ini bermakna sebagai pengendali
yang berbasis pada upaya memperlebar ruang partisipasi rakyat.60
Sulistiyani menjelaskan bahwa “Secara etimologis pemberdayaan berasal
dari kata dasar daya yang berarti kekuatan atau kemampuan”. Bertolak dari
pengertian tersebut, maka pemberdayaan dimaknai sebagai proses untuk
memperoleh daya, kekuatan atau kemampuan, dan atau pemberian daya, kekuatan
atau kemampuan dari pihak yang memiliki daya kepada pihak yang kurang atau
belum berdaya.61
Pemberdayaan memerlukan keterlibatan masyarakat secara aktif. dalam
konteks pemberdayaan, masyarakat harus diberdayakan untuk merumuskannya
sendiri melalui sebuah proses pembangunan konsensus diantara berbagai individu
dan kelompok sosial yang memiliki kepentingan dan menanggung resiko
langsung (stakeholders) akibat adanya proses atau intervensi pembangunan, baik
pembangunan ekonomi, sosial maupun lingkungan fisik.62
2. Alasan pentingnya Petani dilindungi dan diberdayakan di Era Pasar
Bebas
Negara Indonesia adalah negara agraris yang sebagian besar
penduduknyamata pencaharian dari pertanian dan tinggal di wilayah pedesaan.
Sebagai petani mereka memiliki sawah dan ada buruh tani yang hanya bekerja di
60
Pambudi, Himawan S dkk. 2003. Politik Pemberdayaan Dalam MewujudkanOtonomi Desa.Yogyakarta : Pondok Pustaka.hlm.54-58
61
Ambar T. Sulistiyani dan Rosidah,Manajemen Sumber Daya Manusia Cetakan Pertama, (Yogyakarta
,
Graha Ilmu : 2003), hlm.54.62
pertanian milikorang lain.63Untuk mewujudkan masyarakat adil makmur serta
untuk memenuhi hak dankebutuhan dasar warga negara, negara
menyelenggarakan perlindungan dan pemberdayaan masyarakat , khususnya
petani secara terencana , terarah dan berkelanjutan.64 Hal ini dibuktikan dengan
dibentuknya UU No.19 Tahun 2013 tentang Perlindungan dan Pemberdayaan
Petani.
UU ini hadir sebagai pelindung bagi petani pada masa yang sangat sulit
saat ini, ditambah dengan hadirnya era pasar bebas yang semakin membuat petani
lokal di Indonesia semakin tertekan. Karena banjirnya produk impor sehingga
membuat anjloknya harga komiditi pangan dalam negeri, sehingga kehidupan
petani pun semakin terancam. Oleh sebab itu peraturan ini diharapkan menjadi
pelindung petani dan dapat menjamin kesejahteraan petani dan buruh tani,
sehingga ada harapan baru untuk kesejahteraan keluarga petani kedepannya nanti.
Bahwa perlindungan dan pemberdayaan Petani bertujuan untuk
mewujudkankedaulatan dan kemandirian Petani dalam rangka meningkatkan taraf
kesejahteraan,kualitas dan kehidupan yang lebih baik. Pengaruh kegiatan ekonomi
modern sekarang ini telah melahirkan dan berkembangnya konglomerasi yang
dengan berbagai cara berusaha untuk memperoleh dan menguasai tanah-tanah
pertanian. Bukan saja untuk keperluan kegiatan usaha yang produktif melainkan
juga untukobyek investasi dan tidak jarang juga untuk obyek spekulasi. Hukum
agraria nasional harus mewujudkan penjelmaan dari Pancasila sebagai asas
kerohanian Negara dan cita-cita Bangsa sebagai tercantum dalam Pembukaan
UUD.
63
www.sesawi.net “,PerlindunganHukum bagi Petani dan Pertanian http://Jelita249. Blogspot.Com di akses pada tanggal 09 April 2017 Pukul 23.43 WIB
64
Sebagaiamana dijelaskan dalam UU No.19 Tahun 2013 tentang
Perlindungan dan pemberdayaan Petani, bahwa tujuan perlindungan dan
pemberdayaan petani antara lain :65
a) mewujudkan kedaulatan dan kemandirian Petani dalam rangka
meningkatkan taraf kesejahteraan, kualitas, dankehidupan yang lebih baik;
b) menyediakan prasarana dan sarana Pertanian yangdibutuhkan dalam
mengembangkan Usaha Tani;
c) memberikan kepastian Usaha Tani;
d) melindungi Petani dari fluktuasi harga, praktik ekonomibiaya tinggi, dan
gagal panen;
e) meningkatkan kemampuan dan kapasitas Petani sertaKelembagaan Petani
dalam menjalankan Usaha Taniyang produktif, maju, modern dan
berkelanjutan; dan
f) menumbuhkembangkan kelembagaan pembiayaan Pertanian yang
melayani kepentingan Usaha Tani.
UUPA telah melahirkan Demokrasi Pancasila, sedangkan hukum adat
dipakai sebagai dasar hukum tanah nasional adalah sesuai dengan kepribadian
bangsa kita, karena hukum adat adalah hukum asli kita.66Sejatinya kondisi sosial
ekonomi masyarakat yang tinggal di pedesaan umumnya masih jauh tertinggal
dibandingkan dengan yang tinggal di perkotaan. Hal ini merupakan konsekuensi
dari perubahan dari struktur ekonomi dan proses industrialisasi baik investasi
ekonomi oleh swasta maupun pemerintah, sehinggainfrastruktur dan kelembagaan
cenderung terkosentrasi di daerah perkotaan. Selain itu kegiatan ekonomi di
65
Pasal 3 UU No.19 Tahun 2013 Tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Petani 66
wilayah perkotaan masih banyak yang tidak sinergis dengankegiatan ekonomi
yang dikembangkan di wilayah pedesaan. Akibatnya peran kotayang diharapkan
dapat mendorong perkembangan pedesaan justru memberikan dampak yang
merugikan pertumbuhan pedesaan.
Berdasarkan RPJM ke 3 (2015-2019) bahwa daya saing perekonomian
yang semakin kuat dan kompetitif dengan semakin terpadunya industri
manufaktur dengan pertanian, kelautan dan sumber daya alam lainnya secara
berkelanjutan; terpenuhinya ketersediaan infrastruktur yang didukung oleh
mantapnya kerja sama pemerintah dan dunia usaha, makin selarasnya
pembangunan pendidikan, IPTEKS dan industri serta terlaksananya penataan
kelembagaan ekonomi untuk mendorong peningkatan efisiensi, produktivitas,
penguasaan dan penerapan teknologi oleh masyarakat dalam kegiatan