• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh mata uang tunggal Eurozone terh

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Pengaruh mata uang tunggal Eurozone terh"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Tugas Akhir Mata Kuliah Hubungan Internasional di Uni Eropa

Oleh

Fadhil Akbar Kurniawan

1110852004

Jurusan Ilmu Hubungan Internasional

Fakultas Ilmu Sosial dan ilmu Politik

Universitas Andalas

(2)

Pengaruh mata uang tunggal (

Eurozone

) terhadap integrasi politik

negara-negara Uni Eropa

1. Latar Belakang

Perang Dingin yang terjadi pada akhir 1980-an membawa banyak perubahan dalam tatanan dunia, dimana terjadinya perubahan dalam konteks Ilmu Hubungan Internasional yang menciptakan suatu tatanan dunia baru (new world order). Isu geo politik dan security yang selama ini mendominasi interaksi global secara perlahan mulai beralih ke isu geo-ekonomi yang pada pasca Perang Dingin lebih banyak diwarnai oleh peningkatan kerjasama internasional terutama dalam bidang ekonomi. Sehingga pasca era Perang Dingin perspektif dominan beralih menjadi “integration”.1

Dalam konteks ekonomi, integrasi merepresentasikan upaya untuk menyatukan potensi ekonomi yang ada dari berbagai negara-negara dengan tujuan untuk mencapai kesejahteraan bersama dan peningkatan kualitas hidup masyarakat dibawah payung integrasi tersebut. Kerjasama ekonomi ini diinstitusionalisasikan melalui beberapa lembaga, baik yang bersifat internasional maupun regional. Dimana berbagai perundingan dilakukan untuk meningkatkan kerjasama ekonomi internasional yang berkelanjutan untuk menyempurnakan sistem pterdagangan dunia, seperti Putaran Kenedy, Putaran Tokyo dan Putaran Uruguai yang merupakan upaya untuk melakukan moderasi sistem perdagangan dunia menjadi lebih terbuka. Menurut Hasan Habib (1997), semangat internasionalisme baru akan membuka jalan untuk menumbuhkan suatu sistem ekonomi global untuk kepentingan dunia. Hal tersebut didukung dengan munculnya lembaga-lemabaga multilateral seperti World Bank, IMF, dan WTO yang berupaya untuk mengurangi hambatan dalam perdagangan internasional dan arus modal.2

Perdagangan bebas diyakini mempunyai manfaat yang besar yang mampu meningkatkan ekonomi serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat dunia. Perdagangan bebas juga akan mendorong negara, perusahaan, dan juga individu untuk berkompetisi di apsar global. Stephen

1 Robert Gilpin, Global Poltical Economy: Understanding The International Economic Order

(New Jersey: Princeton University Press, 2001), hal. 28-31.

(3)

Gill dan David Law (1998) menyatakan bahwa dalam perspektif ekonomi pasar, kekuatan paling mendasar dalam ekonomi adalah adanya interaksi kompetitif antar individu dalam mencapai tingkat kepuasan maksimal melalui institusi yang telah terbentuk secara sosial, yaitu pasar. Lebih jauh lagi Gill menjelaskan bahwa berbeda dengan perpektif realis, dalam ekonomi liberal, agar pasar dapat mengalokasikan sumber-sumber secara efisien, maka diperlukan kompetisi. Dan kompetisi tersebut akan berjalan dengan baik kalau terdapat banyak perusahaan.3 Roger G.

Ibboston dan Gary P. Brinson (1993) juga menyatakan bahwa “kondisi yang diperlukan oleh pasar yang efisien adalah tidak adanya hambatan yang dapat menghalangi investor untuk menggunakan informasi, termasuk tentang kebijakan untuk melakukan aktifitas perdagangan.4

Gagasan-gagasan tersebutlah yang membentuk integrasi ekonomi Masyarakat Eropa dimana kerjasama ekonomi akan berhasil dengan optimal ketika tercipta suatu pasar yang menjamin terjadinya perdagangan bebas. Sejak awal pendiriannya, Masyarakat Eropa telah berkomitmen untuk menciptakan suatu pasar tunggal. Hal ini dimulai dengan membuat kebijakan kepabeanan bersama dan penyamaan tarif yang kemudian akan terus berkembang menjadi pasar bersama. Pasar bersama inilah yang merupakan upaya untuk menciptakan efisiensi ekonomi dan meningkatkan pertumbuhan kolektif. Integrasi Uni Eropa menjadi sebuah prototype bagi model integrasi kawasan yang sukses selama ini dalam memajukan aspek kepentingan suprastate nya. Dimana integrasi ini telah dimulai sejak berakhirnya Perang Dunia II dan telah menunjukkan keberhasilan empiris. Proses integrasi ini pada mulanya lebih didominasi oleh isu ekonomi, namun dalam perkembangannya mengalami berbagai proses percabangan terhadap bidang-bidang lainnya seperti politik, keamanan dan pertahanan.

Proses integrasi Eropa tidak selalu bergerak ke depan, namun pernah mengalami berbagai stgnasi bahkan kemunduran. Kiris ekonomi dunia yang terjadi pada tahun 1970-an misalnya menunjukkan adanya stagnasi integrasi Eropa. Pasar tunggal Eropa yang bertujuan untuk memperkuat ekonomi kawasan tidak sepenuhnya dapat dijalankan. Sehingga, pertumbuhan ekonomi Masyarakat Eropa mengalami berbagai ketertinggalan dibandingkan dengan Amerika Serikat dan Jepang.

3 Stephen Gill and David Law, The Global Political Economy, Perspective, Problems dan Policies (Baltimor, The Johns Hopkins University Press, 1998), hal. 42-43)

(4)

Ketidakmampuan Masyarakat Eropa dalam menghadapi krisis ekonomi tersebut akhirnya memunculkan kesadaran kolektif di kalangan pemipin Eropa. Sehingga pada tahun 1985 Komisi Eropa menerbitkan Buku Putih (White Paper) yang memunculkan motivasi untuk kembali ke sasaran integrasi seperti yang dirumuskan dalam Traktat Roma. Buku putih ini juga memberikan saran untuk menghapuskan semua bentuk hambatan perdagangan sampai akhir tahun 1992. Dengan demikian,, hal tersebut akan memberikan kebebasan pergerakan modal, barang, jasa dan termasuk sumber daya manusia dalam rangka proses integrasi yang betul-betul kompherensif. Buku Putih dan Akta Tunggal Eropa tersebut akhirnya menjadi dasar bagi penyatuan ekonomi dan moneter Eropa pada tahun 1986.5 Dan diantara rekomendasi penting dalam penyatuan

ekonomi dan moneter adalah penggunaan mata uang bersama.

Traktat Maastricht yang ditandatangani pada Februari 1992, merupakan perkembangan yang signifikan dalam integrasi Uni Eropa. Traktat Maastricht menetapkan tiga pilar yang menjadi tonggak penggerak integrasi, yaitu European Community, Common Foreign and Security Community serta Justice and Home Affairs. Walaupun terdapat tiga ppilar, namun kecenderungan integrasi lebih diprioritaskan pada upaya penyatuan ekonomi dan moneter. Penyatuan ekonomi dan moneter dianggap penting untuk mendorong terciptanya pasar tunggal Eropa dan memberikan respon terhadap perubahan perekonomian global.

Persiapan dan penetapan yang dilakukan untuk penyatuan ekonomi dan moneter ini memerlukan pertimbangan yang matang dikarenakan tingginya tingkat kompleksitas permasalahan negara-negara anggota. Hal tersebut misalnya terlihat pada perbedaan tingkat perekonomian, perbedaan sistem perbankan serta perbedaan nilai tukar mata uang antar negara. Untuk menjamin tercapainya stabilitas ekonomi dan moneter dalam penggunaan mata uang tunggal, dibentuklah kriteria yang harus dipenuhi oleh negara-negara anggota. Kriteria tersebut misalnya berhubungan dengan tingkat kematangan harga, tingkat suku bunga, jumlah hutang pemerintah dan stabilitas nilai tukar mata uang nasional. Semua kriteria tersebut haruslah dipenuhi oleh negara-negara Uni Eropa yang bergabung dalam penggunaan mata uang tunggal. Dalam konteks inilah perlunya penetapan dalam penyatuan ekonomi moneter tersebut.

5 Robert Gilpin, The Challenge of Global Capitalism, The World Economy in the 21st Century

(5)

Setelah proses penetapan yang cukup panjang, maka pada akhirnya pada 1 Januari 1999 mata uang tunggal Euro diberlakukan di 11 negara Uni Eropa. Pada tahap awal ini, Euro baru berlaku sebagai alat transaksi tidak tunai (non-cash transaction) di negara-negara zona Euro. Ini merupakan transisi untuk benar-benar memberlakukan Euro sebagai alat transaksi tunai masyarakat apda tanggal 1 Januari 2002.

Pemberlakuan mata uang tunggal euro memiliki makna yang sangat luas tidak hanya bagi Uni Eropa saja, namun juga bagi global. Bagi Uni Eropa sendiri, penggunaan mata uang tunggal Euro akan mendorong terjadinya pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Rendahnya biaya transaksi akan mendorong masyarakat untuk melakukan kegiatan ekonomi seperti investasi dan lain sebagainya. Murahnya biaya transaksi ini juga disebabkan oleh pengeluaran yang semakin efisien dan hilangnya biaya tambahan yang muncul dari perbedaan nilai tukar. Dalam konteks internasional dan global, penggunaan mata uang tunggal Euro akan meningkatkan prospek ekonomi Eropa di pasar global. Uni Eropa diperkirakan akan mampu meningkatkan daya saing mereka dan menghadapi kompetisi di pasar internasional terutama dalam menghadapi kekuatan luar seperti AS dan Jepang. Di samping itu, Euro juga diyakini akan menjadi alternative dalam melakukan investasi global menjadi standar mata uang internasioinal selain Dollar AS.

(6)

Walaupun Traktat Maastricht telah menyepakati kebijakan mata uang tunggal Eropa, namun terdapat beberapa negara seperti Swedia, Yunani, Inggris, dan Denmark yang merupakan 4 dari 15 negara yang menyatakan tidak bergabung dalam kebijakan tersebut dan berada di luar zona Euro. Ketidakikutsertaan negara-neagra tersebut memiliki perbedaan latar belakang yang variatif. Seperti Swedia contohnya, lebih disebabkan karena Statuta Bank Sentral Swedia belum disesuaikan dengan norma-norma European System Central Bank (ESCB). Dengan demikian Swedia belum memenuhi kriteria yang berkaitan dengan sistem perbankan seperti yang tercantum dalam Traktat Maastricht.

Hal yang sama juga terjadi pada Yunani yang belum dapat bergabung dengan Euro disebabkan karena perekonomian neagra tersebut yang belum memenuhi kriteria dan standar perekonomian Uni Eropa. Baru setelah memenuhi kriteria perekonomian tersebut, Yunani akhirnya dapat bergabung dalam penggunaan Euro pada pertengahan tahun 2000. Berbeda dengan kedua negara sebelumnya, Inggris dan Denmark justru memberikan penolakan untuk bergabung dalam mata uang tunggal. Tidak bergabungnya Inggris dalam penggunaan mata uang tunggal, tidak terlepas dari sikap dan pertimbangan yang bersifat politis. Dalam sebuah jejak pendapat yang diselenggarakan oleh Institut Gallup, disebutkan bahwa 94 persen dari 12.000 responden akan memberikan suara “tidak” bila diadakan referendum tentang keikutsertaan Inggris dalam Euro.6 Bahkan pada permualaan penggunaan mata uang Euro pada awal januari

2002 misalnya, sebagian masyarakat Inggris melakukan demonstrasi di depan Bank of England yang bertujuan untuk melakukan penolakan terhadap kehadiran Euro.7 Bagi Inggris, kehadiran

mata uang Euro sesungguhnya memiliki arti berbeda dibandingkan dengan negara-negara Eropa lainnya. Hal ini berkaitan dengan sejarah dan perasaan nasionalisme Inggris terhadap mata uang Poundsterling yang memiliki makna dan nilai historis, karena itu masyarakat Inggris menganggap dengan menghapus mata uang Euro maka sama saja dengan menghapus nilai-nilai prestise kebangsaan Inggris sendiri.

Persoalan Euro oleh beberapa anggota Uni Eropa tersebut merupakan persoalan yang memiliki dimensi politik. Sebab integrasi mensyaratkan adanya penyerahan kedaulatan kepada institusi

(7)

supranasional, baik dalam konteks integrasi ekonomi dan politik. Dalam masalah perbankan misalnya, penyatuan ekonomi dan moneter dakan menciptakan sentralisasi sistem perbankan. Seluruh kebijakan moneter akan terpusat di Bank Sentral Eropa. Kebijakan ini juga sekaligus akan menghapuskan kewenangan negara anggota dalam membuat kebijakan moneter. Dengan demikian, negara pada akhirnya harus melakukan “transfer of sovereignity” kepada Bank Sentral Eropa sebagai lembaga supranasional.

Terdapat empat perspektif pemikiran dalam teori integrasi, yaitu federalism, transaksionalisme, fungsionalisme dan neo fungsionalisme. Masing-masing perspektif memiliki pendekatan yang berbeda satu sama lain. Namun disini penulis lebih memilih untuk mengelaborasi menggunakan perspektif Neo-fungsionalisme untuk mengkaji dampak kebijakan mata uang tunggal Euro terhadap integrasi politik Uni Eropa. Neo-fungsionalisme merupakan varian teori integrasi untuk meneliti perkembangan kerjasama ekonomi kawasan yang terjadi di berbagai belahan dunia.

Neo-fungsionalisme melihat integrasi regional pada hakikatnya merupakan sebuah proses pembauran politik, sebagaimana juga diakui oleh penganut federalism, yang ditandai dengan adanya kebutuhan untuk melakukan rekonsiliasi terhadap perbedaan sosial yang ada serta untuk mengurangi konflik kepentingan yang ada dalam masyarakat, melalui kerangka kerja yang dibuat secara bersama.

Pandangan Ernest B. Haas mengenai integrasi regional yang ada dalam perspektif Neo-fungsionalisme melihat pada proses mengapa dan bagaimana negara-negara mengurangi kedaulatannya untuk kemudian bergabung dan berkumpul dengan negara-negara yang dekat secara geografis sehingga mereka kehilangan atribut-atribut kedaulatan sebagai sebuah neagra. Pada waktu yang bersamaan mereka mendapatkan teknik baru dalam menyelesaikan konflik di antara mereka sendiri. 8

Proses integrasi dalam perpektif neo-fungsionalisme ditandai dengan adanya interaksi banyak aktor dan negara bukanlah satu-satunya aktor penting dalam percaturan internasional. Sebagai konsekuensinya, neo-fungsionalisme lebih menekankan pada peran institusi

(8)

supranasional dan aktor-aktor non-negara seperti kelompok kepentingan dan partai-partai politik yang menjadi kekuatan penggerak ril dalam proses integrasi tersebut.

Aktor-aktor ini sangat berperan dalam memberikan tekanan pada proses integrasi melalui interaksi lintas batas negara yang mereka lakukan . proses ini pada awalnya muncul dari jaringan aktor-aktor pada wilayah yang lebih luas dan kompleks serta memperjuangkan kepentingan nasional mereka dalam lingkungan politik yang lebih pluralis. Menurut Rosamond, bagi neo-fungsionalisme, politik merupakan aktivitas yang didasarkan pada kelompok, sehingga perkembangan neo-fungsionalisme kemudian dipengaruhi oleh pluralisme dalam ilmu politik.

Merunut kepada konsep Spillover yang dikemukakan dalam perspektif neo-fungsionalisme, kerjasama dalam satu area kebijkaan akan menciptakan tekanan pada area kebijakan lain yang ada di dekatnya. Kerjasama ini dijadikan sebagai agenda politik sehingga mampu memberikan dorongan ke arah integrasi yang lebih lanjut dan mendalam. Karena itu menurut Jensen (2003) spillover merujuk kepada situasi dimana kerjasama di satu bidang menyebabkan adanya keharusan untuk bekerjasama di bidang lain. Hal ini terjadi secara otomatis dan diluar kontrol pemimpin politik.9

Jika kita mengkaitkan proses integrasi ekonomi merunut terhadap neo-fungsionalisme, tentu akan menyebabkan dampak ke berbagai aspek, salah satunya integrasi politik. Sebagai unit ekonomi mata uang tunggal Euro memiliki keterkaitan dengan proses integrasi politik. Kebijakan mata uang tunggal Euro akan mendorong negara untuk loyal kepada kepentingan kawasan yang dikelola oleh institusi supranasional. Selain itu, kebijakan mata uang tunggal Euro akan mendorong negara-negara anggota Uni Eropa untuk melakukan reformasi kelembagaan. Reformasi kelembagaan tersebut diwujudkan dengan perubahan pada struktur, peran, dan mekanisme institusi serta membentuk landasan hukum yang berlaku sama berupa konstitusi Uni Eropa.

Sebagai unit ekonomi, mata uang tunggal akan berperan penting dalam proses integrasi politik. Kebijakan mata uang tunggal Euro akan menjadi stimulus dan pada gilirannya akan berdampak terhadap integrasi politik Uni Eropa. Proses spillover kebijakan mata uang tunggal terhadap integrasi politik dapat dilihat dari adanya dorongan untuk mendekatkan kebijakan antar

9 Carsten Stroby Jensen, Neo-functionalism, dalam: Michael Cini, European Union Politics

(9)

negara. Traktat Maastricht misalnya merupakan salah satu contoh dimana kerjasama dan integrasi politik mulai diakomodasi dengan serius. Traktat Maastricht seperti yang terlihat dalam pembahasan mulai menekankan perubahan peran dan kewenangan. Hal tersebut misalnya terlihat pada Parlemen Eropa yang selama ini tidak memiliki pengaruh yang dominan dalam pengambilan keputusan. Traktat Maastricth dan juga Traktat Amsterdam memberikan kewenangan yang sangat luas sehingga Parlemen Eroopa dapat membuat co-decision dengan Dewan Eropa. Artinya Parlemen Eropa akan memiliki kewenangan yang lebih besar dan pengaruh yang lebih luas dalam institusi Eropa.

Integrasi politik juga ditandai dengan perubahan mekanisme pengambilan keputusan Uni Eropa dari keputusan suara bulat menjadi keputusan mayoritas bersyarat. Perubahan-perubahan seperti ini merupakan moderasi mekanisme dan sistem politik yang berlaku dalam Uni Eropa sebagai respon terhadap tekanan dalam negri masing-masing neagra anggota serta respon terhadap perubahan konstalasi global. Dengan demikian, mekanisme pembuatan keputusan akan menjadi lebih simple, demokratis, dan transparan.

3. Penutup

Penggunaan Euro sebagai mata uang tunggal di Eropa tidak saja membawa dampak terhadap ekonomi namun juga terhadap integrasi politik di Uni Eropa. Kapabilitas Uni Eropa sebagai institusi supranasional mempunyai pengaruh yang besar untuk menyatukan negara-negara di kawasan Uni Eropa yang mempunyai kepentigan yang berbeda-beda. Salah satu jalan yang ditawarkan yaitu dengan memberlakukan Euro sebagai mata uang Eropa dengan tujuan selain mendongkrak kapabilitas pasar juga untuk menjadikannya sebagai salah satu mata uang utama dunia selain Dollar. Merunut terhadap argument Ernest B. Hass dalam perspektif neo-fungsionalisme bahwasanya kerjasama integrasi ekonomi ini akan secara otomatis membawa kerjasama dalam aspek lainnya termasuk juga politik. Sehingga pemberlakuan mata uang tunggal Euro mempunyai dampak yang besar terhadap integrasi politik di Uni Eropa.

(10)

 Robert Gilpin, Global Poltical Economy: Understanding The International Economic Order (New Jersey: Princeton University Press, 2001), hal. 28-31.

 A. Hasnan Habib, Kopita Selekta: Strategi dan Hubungan Internasional (Jakarta: CSIS, 1997), hal. 56

 Stephen Gill and David Law, The Global Political Economy, Perspective, Problems dan

Policies (Baltimor, The Johns Hopkins University Press, 1998), hal. 42-43)

 Rogger G. Ibboston and Gary P. Brinson, Global Investing. The Professional Guide to the World Capital Market (McGrawHill, 1993), hal. 93.

 Robert Gilpin, The Challenge of Global Capitalism, The World Economy in the 21st

Century (New Jersey: Princeton University Press, 2000), hal.195.

 Harian KOMPAS, edisi Selasa 5 Januari 1999

 Harian KOMPAS, edisi Rabu 2 Januari 2002.

 Carsten Stroby Jensen, Neo-functionalism, dalam: Michael Cini, European Union Politics (Oxford University Press, 2003), hal. 81

Referensi

Dokumen terkait

Survei Pasar 1) Uraikan tentang ada tidaknya kompetitor di masyarakat, keunik - an/keunggulan produk dibandingkan produk sejenis yang sudah beredar

Nilai uji statistik Wilcoxon Signed Ranks Test yang digunakan untuk melihat perbedaan skor kualitas tidur sebelum dan sesudah pemberian Relaksasi Spirotif pada kelompok

Kesetiaan pelanggan yang meningkat terhadap produk atau layanan yang diberikan akan membuat konsumen melakukan transaksi di masa yang akan datang pada produk yang sama, bahwa

Dengan memahami fungsi siswa diharapkan mampu membuat contoh masalah sehari-hari yang berkaitan dengan fungsi.. Dengan memahami fungsi siswa diharapkan mampu menentukan domain,

SATKER TK-II TK-III PENERIMAAN NETTO TK-I PEMBLT TUNJANGAN JABATAN. PPH

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk (1) mengetahui kualitas Lembar kegiatan Siswa (LKS) pembelajaran matematika dengan pendekatan saintifik materi pecahan kelas V SD/MI, (2)

Metode penelitian dalam implementasi Smart Andro House ( Kendali Beban Listrik dengan Android ) dilaksanakan guna efisiensi penggunaan energi listrik di rumah,

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan terhadap instrumen penilaian kemampuan studentpreneur aspek kognitif, afektif, dan psikomotor di SMK Negeri 6 yogyakarta