• Tidak ada hasil yang ditemukan

MEMBANGUN KESADARAN NILAI NILAI PANCASIL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "MEMBANGUN KESADARAN NILAI NILAI PANCASIL"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

MEMBANGUN KESADARAN NILAI-NILAI PANCASILA DAN KONSTITUSI PADA PESERTA DIDIK MELALUI STRATEGI

PEMBELAJARAN SELF REGULATED LEARNING

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Memasuki abad informasi dan globalisasi seperti sekarang ini berdampak pada perubahan sosial yang begitu cepat dirasakan oleh generasi muda sebagai kejutan dan diterima tanpa persiapan yang memadai, ada suasana transisional di mana nilai dan norma dalam masyarakat formulasinya menajadi berubah, demikian juga formasi struktur masyarakatnya yang juga ikut berubah. Ikatan primordialnya menjadi rapuh, lalu muncul struktur baru yang lebih diferensiatif berdasarkan kebutuhan fungsional dan profesional. Dalam menghadapi situasi perubahan ini ada sekelompok masyarakat yang mengalami kekosongan (vacuum), yang membuat mereka dihinggapi anomi. Mereka menjadi tidak jelas lagi rujukan nilai-nilainya.1

Satu dari kelompok masyarakat yang vacuum itu ditempati oleh generasi muda, yang mana dalam realitas kehidupan sekarang ini banyak mendapatkan tantangan nilai dan moral yang tidak lagi sesuai dengan norma-norma yang dianut bangsa Indonesia. Gejala kemerosotan moral yang diindikasikan dengan merebaknya kasus penyalahgunaan narkoba, pergaulan bebas, kriminalitas, kekerasan dan aneka perbuatan kurang terpuji lainnya.2

Masa – masa paling kritis bagi generasi muda adalah ketika kendali keluarga mulai melonggar, yaitu pada masa anak-anak mulai masuk sekolah dan bersosialisasi dengan lingkungan

1 Muslim Abdurrahman, Islam Transformatif, (Jakarta: Puataka Firdaus,1995), 223.

(2)

sekitarnya. Proses sosialisasi ini tidak selalu berjalan mulus, adakalanya mereka menjadi bermasalah dengan upaya dirinya menemukan peran diri, harga diri dan makna dirinya dalam kehidupan bermasyarakat.3 Jika proses sosialisasi ini tidak berhasil baik melalui pendidikan keluarga dan sekolah, maka akibatnya mereka akan lari dari kenyataan hidup dan terjebak dalam keadaan frustasi dan memunculkan banyak masalah sosial.

Salah satu penawar yang bisa digunakan untuk mengatasi masalah tersebut disamping pendidikan agama yang kuat adalah pendidikan nilai dan karakter yang terintegrasi dalam mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKN). Kalau dalam konsep agama pembentukkan akhlak ditujukan untuk membentuk manusia yang paripurna akhlak dan perilakunya menuju tujuan akhir yaitu kebahagian akhirat, maka kalau dalam pembelajaran PPKN pembentukan warga negara yang baik (good citizen).

Proses internalisasi nilai dan karakter dalam pembelajaran PPKN dapat dilakukan melalui pendekatan, strategi dan metode yang sesuai dengan karakteristik pokok bahasan. Di kurikulum 2013 mengamanatkan bahwa pendekatan, strategi dan metode, di titik beratkan pada aktivitas peserta didik untuk menemukan (inquiri). Dan langkah-langkah yang pembelajarannya menggunakan pendekatan ilmiah(saintifik). Proses pembelajaran harus menyentuh tiga ranah yaitu sikap (afektif), ketrampilan (psikomotor) dan pengetahuan (kognitif).

Gambar 1

Langkah Pembelajaran Saintifik

Observing Questioning Associating Eksperimenting Networking

Ranah afektif menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik tahu tentang “mengapa”, ranah psikomotor mengarahkan peserta didik untuk tahu tentang “bagaimana” dan ranah pengetahuan mengarahkan mereka untuk tahu tentang “apa”. Hasil akhirnya adalah peningkatan keseimbangan antara

(3)

kemampuan untuk menjadi manusia yang baik (soft skill ) dan manusia yang memiliki kecakapan dan pengetahuan untuk hidup secara layak (hard skill) dari peserta didik yang meliputi aspek sikap, ketrampilan dan pengetahuan.4

Berdasar paparan di atas penulis ingin membahas tentang salah satu strategi yang bisa digunakan untuk meningkatkan performa peserta didik dalam berperilaku dan memiliki kesadaran akan pentingnya nilai-nilai Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945 dalam kehidupan bernegara.

B. Batasan Masalah

Pada makalah ini penulis ingin membatasi ruang lingkup bahasan pada :

1. Bagaimana langkah-langkah penerapan strategi Self Regulated Learning ?

2. Bagaimana usaha guru dalam membangun kesadaran peserta didik terhadap pentingnya nilai-nilai Pancasila dan berkonstitusi melalui strategi Self Regulated Learning ?

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan 1. Untuk peserta didik

a. Meningkatkan ketrampilan berfikir dan bersikap. b. Meningkatkan motivasi untuk belajar mandiri.

c. Menjadi terbiasa untuk menyelesaikan masalah belajarnya sendiri.

2. Untuk sejawat guru

a. Sebagai bahan referensi dan kajian lebih lanjut. BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kesadaran Melaksanakan Nilai-Nilai Pancasila dan Konstitusi 1. Pengertian Kesadaran

Dalam KBBI pengertian secara harfiah diartikan sebagai keinsafan atau keadaan mengerti. Sedang pada beberapa referensi kesaradaran diartikan sebagai perhatian yang berlangsung ketika seseorang mencoba memahami keadaan internal dirinya. Prosesnya berupa semacam refleksi dimana seseorang secara

(4)

sadar memikirkan hal-hal yang ia alami berikut emosi-emosi mengenai pengalaman tersebut. Dengan kata lain, Self Awareness adalah keadaan ketika kita membuat diri sendiri sadar tentang emosi yang sedang kita alami dan juga pikiran-pikiran kita mengenai emosi tersebut.

Kesadaran diri adalah keadaan dimana kita bisa memahami diri Kita sendiri dengan setepat-tepatnya. Kita disebut memiliki kesadaran diri jika kita memahami emosi dan mood yang sedang dirasakan, kritis terhadap informasi mengenai diri sendiri, dan sadar tentang diri kita yang nyata. Pendek kata, kesadaran diri adalah jika kita sadar mengenai pikiran, perasaan, dan evaluasi diri yang ada dalam diri kita.

Jadi dapat disimpulkan bahwa orang sedang berada dalam kesadaran diri memiliki kemampuan memonitor diri, yakni mampu membaca situasi sosial dalam memahami orang lain dan mengerti harapan orang lain terhadap dirinya.

2. Nilai- Nilai Pancasila

Nilai adalah apa yang dianggap bernilai atau berharga yang menjadi landasan, pedoman, pegangan dan semangat seseorang dalam melaksanakan sesuatu.5 Kaelan menyatakan bahwa nilai pada hakekatnya adalah sifat atau kualitas yang melekat pada sesuatu, misalnya perbuatan itu susila atau asusila, perbuatan itu baik atau tidak baik.6

Dalam kehidupan sehari-hari sering kali mendengar istilah menilai, yang berarti menimbang, suatu kegiatan manusia untuk menghubungkan sesuatu dengan suatu yang lainnya, untuk kemudian diambil sebuah keputusan. Keputusan yang diambil merupakan keputusan nilai yang menyatakan bahwa hal itu berguna atau tidak, baik atau buruk, etis atau tidak etis.7

5 Jazim Hamidi dan Mustafa Lutfi, Civic Education, Antara Realitas Politik dan Implementasi Hukumnya, (Jakarta: Gramedia, 2010), 65.

6 Kaelan, Negara kebangsaan Pancasila: Kultural, Historis, Filosofis, Yuridis dan Aktualisasinya, ( Yogyakarta : Paradigma, 2013), 157.

(5)

Menurut penjabarannya nilai dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu:

a. Nilai Dasar

Nilai dasar merupakan hakikat, esensi, intisari, makna yang terdalam dari nilai-nilai tersebut. Hakikat Nilai dasar ini bersifat universal karena menyangkut hakikat kenyataan obyektif segala sesuatu, misalnya hakikat Tuhan, maka nilai tersebut bersifat mutlak karena hakikat Tuhan adalah causa prima. Begitu juga jika menyangkut manusia, maka nilai itu bersumber pada hakikat kodrat manusia.

b. Nilai Instrumental

Nilai instrumental ini berada antara nilai dasar dan nilai praksis. Untuk dapat direalisasikan dalam kehidupan praksis, maka dibutuhkan formulasi serta parameter yang jelas. Nilai instrumental inilah yang berperan untuk menjabarkannya.

c. Nilai Praksis

Nilai praksis adalah penjabaran dari nilai instrumental dalam kehidupan yang lebih nyata. Nilai instrumental ini merupakan nilai ini dikatakan sebagai perwujudan perilaku nyata yang menggambarkan nilai-nilai dasar dan nilai instrumental.8

Nilai- nilai Pancasila dalam hal ini memuat pesan moral dan etika yang tercermin dalam setiap sila-silanya. Setiap sila-sila yang ada dalam Pancasila memuat tiga nilai di atas dalam pelaksanaannya. Nilai religius tercermin dalam sila pertama Ketuhanan YME, nilai kemanusiaan tercermin dalam sila kedua, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, nilai persatuan, nilai kebangsaan, nilai cinta tanah air dan patriotik terkandung dalam sila ketiga, nilai musyawarah dan kebijaksanaan terkandung pada sila keempat dan yang terakhir nilai keadilan terkandung

(6)

dalam sila ke lima, Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia.9

Zakiah Daradjat, menjelaskan bahwa nilai moral yang terkandung dalam Pancasila adalah realisasi dari sila-sila itu sendiri dan dapat diuraikan sebagai berikut :

a. Ketuhanan Yang Maha Esa

Artinya bahwa setiap warga negara Indonesia harus hidup ber-Tuhan. Realisasinya adalah dengan kehidupan yang berlandaskan pada agama. Konsekuensi dari menganut agama adalah bahwa setiap orang yang mengaku beragama maka dia harus melaksanakan perintah dan menjauhi laranganNya.

b. Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab

Artinya bahwa setiap orang Indonesia dalam setiap tindak tanduknya harus berdasarkan pada peri kemanusiaan, keadilan, dan adab serta kesopanan. c. Persatuan Indonesia

Dalam sila ini terkandung nilai persatuan, artinya setiap warga negara Indonesia harus mau bersatu dan mempersatukan, mencintai tanah air dan rela berkorban untuk bangsa dan negara Indonesia.

d. Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan/Perwakilan

Bahwa sila ini mengandung istilah musyawarah dan perwakilan. Jadi dalam kehidupan bermasyarakat kita di dorong untuk mengembangkan sikap musyawarah untuk mufakat dalam menyelesaikan masalah yang terjadi. Serta perwakilan digunakan untuk mewujudkan negara demokratis.

e. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

Sila kelima ini benar-benar menjadi tujuan yang ingin diwujudkan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara

(7)

melalui sikap mendukung kebijakkan pemerintah dalam pelaksanaan pembangunan nasional.10

Sedang nilai-nilai dari sila – sila Pancasila yang bisa dikembangkan dalam kehidupan bermasyarakat, menurut Jazim Hamidi adalah sebagai berikut:

a. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa

1. Bangsa Indonesia menyatakan kepercayaan dan keyakinannya kepada Tuhan Yang Maha Esa

2. Membina kerukunan hidup antar umat beragama dan penganut kepercayaan

3. memberikan kebebasan penduduk untuk menganut agama dan kepercayaannya, sesuai dengan keyakinanya.

b. Sila kemanusiaan yang adil dan beradab 1. Pengakuan terhadap martabat manusia 2. Perlakuan adil terhadap sesame manusia,

3. Pergertian manusia beradap adalah manusia yang memiliki daya cipta, rasa dan karsa serta keyakinan yang dapat membedakan antara manusia dan hewan. c. Sila persatuan Indonesia

1. Persatuan Indonesia adalah persatuan bangsa yang mendiami wilayah Indonesia.

2. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang memiliki keragamam yang harus dijaga sebagai kekayaan negara.

3. Memgembangkan rasa persatuan dan kesatuan. d. Sila Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat dalam

permusyawaratan/perwakilan.

1. Kedaulatan ada di tangan rakyat.

2. Dalam musyawarah mengutamakan kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi atau golongan 3. Musyawarah menggunakan akal sehat dan hati nurani

yang luhur

4. Memberikan kepercayaan kepada wakil-wakil rakyat yang amanah untuk melakukan permusyawaratan. e. Sila keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

1. Mengembangkan sikap adil dalam kehidupan.

(8)

2. Mengembangkan perbuatan yang luhur yang mencerminkan sikap kekeluargaan dan gotong royong 3. Cinta akan kemajuan dan pembangunan.11

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa nilai Pancasila tidak bisa dipisah antara sila yang satu dengan sila yang lain, dan nilai-nilai Pancasila yang terkandung dalam sila-silanya dijadikan pedoman dalam menjalankan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Dalam kehidupan bernegara Pancasila selalu menjadi rujukan banyak pihak terhadap kepemilikan watak mulia yang dimiliki oleh seorang warga negara. Hal ini wajar, sebab Pancasila diyakini sebagai sebuah formulasi dari nilai-nilai kebaikan manusia. Sehingga seseorang yang dikatakan sebagai manusia Pancasila pasti memiliki berbagai hal terpuji dan patut untuk diteladani.

Lalu bagaimana kriteria seseorang warga negara bisa dikatakan sebagai manusia yang berkarakter Pancasila? Indikator apa yang bisa dijadikan sebagai tolok ukur untuk menentukan bahwa manusia tersebut sudah memiliki karakter dan berkepribadian Pancasila atau belum? Apakah manusia Pancasila cukup diukur dengan melihat siapa yang hafal lima sila dari Pancasila ?

Indikator seseorang untuk memiliki label Pancasila di belakangnya sangat sulit dilakukan. Jika indikatornya hanya diukur dari bagaimana dia mampu menghafalkan lima sila yang ada, itu semua orang juga bisa disebut Pancasila. Bahkan orang-orang yang sering melakukan korupsi pun sangat banyak yang bisa dikatakan sebagai manusia Pancasila.

Pemaknaan karakter Pancasila lebih dari itu. Sayangnya, selama ini kita masih terjebak dalam kondisi dimana Pancasila masih sebatas bahan perdebatan dan seminar saja. Orang-orang sering mendiskusikan panjang lebar nilai-nilai dan keutamaan

(9)

Pancasila. Namun mereka lupa untuk mengamalkan nilai-nilai tersebut. Bukankah seharusnya Pancasila dijadikan bahan refleksi dan koreksi diri, kemudian menjadi salah satu lkitasan untuk bertingkah laku yang baik, dan pada akhirnya akan mendorong (memotivasi) orang lain berbuat dan berperilaku sebagai warga negara yang sesuai dengan norma-norma yang berlaku. Seseorang bisa dikatakan sebagai manusia Pancasila jika mampu membawakan dirinya pada posisi yang tepat, sesuai kewajiban dan haknya. Manusia Pancasila harus mampu menempatkan dirinya menjadi rekan sesama manusia sekaligus menjadi hamba Tuhan pada saat yang bersamaan. Dua sifat kemanusiaan dan ke Illahian ini harus di terapkan secara bersama-sama, tidak terpisah..

3. Kesadaran Berkonstitusi a. Konstitusi

Banyak orang yang menyamaartikan antara konstitusi dan UUD. Padahal apabila ditinjau dari segi istilah pengertian keduanya adalah berbeda. Konstitusi berasal dari bahasa Latin yaitu Constitutio yang berarti menetapkan sesuatu secara bersama-sama. Sedang dalam bahasa Inggris di kenal dengan istilah Constitution dan dalam bahasa Perancis Contituere yang berarti membentuk.12

. Sedang dalam bahasa Belkita konstitusi dikenal dengan istilah Grundwet, yang artinya : Grund berati Dasar dan Wet berarti undang – undang. Dengan demikian istilah konstitusi sama dengan undang-undang dasar. Kemudian, dalam bahasa Jerman istilah konstitusi disebut verfassung.13

Akan tetapi sebenarnya menurut KC Wheare, dalam pelaksanaan praktek pemerintahan konstitusi dan undang -undang dasar tidaklah sama pengertiannya. Istilah

12 Sunardi HS, Mas’udyi Asy, Pendididkan Kewarganegaraan untuk Kelas VII SMP dan MTs, (Solo: Tiga Serangkai: 2000),59.

(10)

konstitusi konstitusi memiliki arti yang lebih luas daripada undang-undang dasar. Konstitusi meliputi undang-undang dasar (konstitusi tertulis) dan konvensi (konstitusi tidak tertulis). Dengan demikian dapat dikatakan undang-undang dasar termasuk ke dalam bagian konstitusi. Sedangkan undang-undang Dasar lebih sempit pengertiannya, yaitu hukum dasar tertulis.14

b. Kesadaran Berkonstitusi

Undang - Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia (UUD) 1945, merupakan konstitusi bangsa dan negara Indonesia. Sehingga UUD 1945 ditetapkan sebagai aturan hukum tertinggi yang keberadaannya dilkitasi legitimasi kedaulatan rakyat dan negara hukum. Oleh karena itu, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dipkitang sebagai bentuk kesepakatan bersama (general agreement) dari seluruh rakyat Indonesia sebagai pemilik keadulatan tertinggi di negara Indonesia.

Berkaitan dengan hal itu, Solly Lubis mengemukakan bahwa Undang-Undang Dasar adalah sumber utama dari norma-norma hukum tata negara. Undang-Undang Dasar mengatur bentuk dan susunan negara, alat-alat perlengkapannya di pusat dan daerah, mengatur tugas-tugas alat-alat perlengkapan itu serta hubungan satu sama lain.

Hal itu harus diimbangi dengan pelaksanaan oleh seluruh warga negara. Untuk itu dibutuhkan adanya kesadaran berkonstitusi warga negara, tidak saja untuk melaksanakan peraturan perundang-undangan dan kebijakan yang telah dibuat berdasarkan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, tetapi juga

(11)

untuk dapat melakukan kontrol pelaksanaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 baik dalam bentuk peraturan perundang- undangan, kebijakan, maupun tindakan penyelenggara negara.

Apa sebenarnya kesadaran berkonstitusi itu? Kesadaran berkonstitusi secara konseptual diartikan sebagai kualitas pribadi seseorang yang memancarkan wawasan, sikap, dan perilaku yang bermuatan cita-cita dan komitmen luhur kebangsaan dan kebernegaraan Indonesia. Kesadaran berkonstitusi merupakan salah satu bentuk keinsyafan warga negara akan pentingnya mengimplementasikan nilai-nilai konstitusi.

Kesadaran berkonstitusi merupakan salah bagian dari kesadaran moral. Sebagai bagian dari kesadaran moral, kesadaran konstitusi mempunyai tiga unsur pokok yaitu: 1. Perasaan wajib atau keharusan untuk melakukan

tindakan bermoral yang sesuai dengan konstitusi negara itu ada dan terjadi di dalam setiap sanubari warga negara, siapapun, di manapun dan kapanpun;

2. Rasional, kesadaran moral dapat dikatakan rasional karena berlaku umum, lagi pula terbuka bagi pembenaran atau penyangkalan. Dengan demikian kesadaran berkonstitusi merupakan hal yang bersifat rasional dan dapat dinyatakan pula sebagai hal objektif yang dapat diuniversalkan, artinya dapat disetujui, berlaku pada setiap waktu dan tempat bagi setiap warga negara; dan

(12)

Sedang Winataputra mendefinisikan kesadaran berkonstitusi sebagai kualitas pribadi seseorang yang memancarkan wawasan, sikap, dan prilaku yang bermuatan cita-cita dan komitmen luhur kebangsaan dan kebernegaraan Indonesia. Karena konstitusi merupakan perwujudan dari cita-cita dan komitmen luhur Bangsa Indonesia, maka pendidikan kesadaran berkonstitusi pada dasarnya merupakan proses interaksi antara individu sebagai anggota masyarakat, elemen bangsa, dan warga negara dengan lingkungannya [lokal, nasional dan global] yang memungkinkan tumbuh kembangnya kualitas pribadi yang mencerminkan konsep dan nilai-nilai yang inheren dalam UUD 1945 dengan perubahannya.15

Adapun bentuk-bentuk kesadaran berkonstitusi bagi warga negara Indonesia yang meliputi:

1. Kesadaran dan kesediaan untuk mempertahankan dan mengisi kemerdekaan Indonesia sebagai hak azasi bangsa dengan perwujudan perilaku sehari-hari antara lain: belajar/bekerja keras untuk menjadi manusia Indonesia yang berkualitas, siap membela negara sesuai kapasitas dan kualitas pribadi masing-masing, dan rela berkorban untuk Indonesia.

2. Kesadaran dan pengakuan bahwa kemerdekaan Indonesia sebagai bangsa sebagai rahmat Allah Yang Maha Kuasa dengan perwujudan perilaku sehari-hari antara lain: selalu bersyukur, tidak arogan, dan selalu berdoa kepada Allah Yang Maha Kuasa.

3. Kepekaan dan ketanggapan terhadap kewajiban Pemerintah Negara untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dengan perwujudan perilaku sehari-hari antara

(13)

lain: bersikap kritis, skeptis, dan adaptif terhadap kebijakan publik pencerdasan kehidupan bangsa

4. Kemauan untuk selalu memperkuat keimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dengan perwujudan perilaku sehari-hari antara lain: menjalankan ibadah ritual dan ibadah sosial menurut keyakinan agamanya masing-masing dalam konteks toleransi antar umat beragama.

5. Kemauan untuk bersama-sama membangun persatuan dan kesatuan bangsa dengan perwujudan perilaku sehari-hari antara lain: bersikap tidak primordialistik, berkarakter kemitraan pluralistik, dan bekerja sama secara profesional.

6. Kemauan untuk bersama-sama membangun karakter kemanusiaan yang adil dan beradab dengan perwujudan perilaku sehari-hari antara lain: menghormati orang lain seperti menghormati diri sendiri, memperlakukan orang lain secara proporsional, dan bersikap empatik pada orang lain

7. Kesediaan untuk mewujudkan komitmen terhadap keadilan dan kesejahteraan dengan perwujudan perilaku sehari-hari antara lain: tidak bersikap mau menang sendiri, tidak bersikap rakus dan korup, dan bisaa berderma.

(14)

9. Kesadaran akan peran dan kemampuan menggunakan Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Negara secara baik dan benar dengan perwujudan perilaku sehari-hari antara lain: menguasai Bahasa Indonesia dengan baik dan benar, menggunakan Bahasa Indonesia dengan baik dan benar, dan berpartisipasi dalam memperkaya dan mengembangkan Bahasa Indonesia.

10. Kesediaan untuk menghormati Garuda Pancasila dengan semboyan Bhinneka Tunggal Ika sebagai Lambang Negara dengan perwujudan perilaku sehari-hari.16

Berbagai bentuk kesadaran berkonstitusi warga negara sebagaimana diuraikan di atas dapat terwujud jika didukung oleh berbagai faktor yang mendorong terciptanya warga negara yang memiliki kesadaran berkonstitusi..

B. Self Regulated Learning

1. Pengertian Self Regulated Learning

Zimmerman menyatakan pengertian Self Regulated Learning menurut teori kognitif adalah pembelajaran mandiri dengan penekanan pada peserta didik yang proaktif dan mengerahkan kontrol pada proses belajar mereka di dalam lingkungan belajarnya. Peserta didik dalam kegiatan mandiri ini tidak pasif menerima informasi tetapi lebih proaktif mengembangkan keterampilan dan strategi mereka. Teori kognitif juga menganggap bahwa pembelajaran mandiri adalah proses siklus di mana peserta didik menetapkan tujuan, menerapkan strategi, memantau kemajuan belajar mereka, dan

(15)

memodifikasi strategi mereka ketika mereka mengetahui bahwa cara belajar mereka tidak efektif.17

Sedangkan Ormrod dalam bukunya menyatakan bahwa Self Regulated Learning adalah pembelajaran yang diatur sendiri. Pengaturan terhadap proses-proses kognitif sendiri agar belajarnya menjadi sukses.18

Self Regulated Learning atau dalam bahasa Indonesia diterjemahkan menjadi kemandirian belajar atau belajar mandiri adalah kondisi aktifitas belajar yang mandiri tidak tergantung pada orang lain, memiliki kemauan serta bertanggung jawab sendiri dalam menyelesaikan masalah belajarnya. Kemandirian belajar akan terwujud apabila peserta didik aktif mengontrol sendiri segala sesuatu yang dikerjakan, mengevaluasi dan selanjutnya merencanakan sesuatu yang lebih dalam pembelajaran yang dilalui dan peserta didik juga mau aktif dalam proses pembelajaran.

Ciri-ciri kemandirian belajar anak yang mempunyai kemandirian belajar dapat dilihat dari kegiatan belajarnya, dia tidak perlu disuruh bila belajar dan kegiatan belajar dilaksanakan atas inisiatif dirinya sendiri. Untuk mengetahui apakah peserta didik itu mempunyai kemandirian belajar maka perlu diketahui ciri-ciri kemandirian belajar.

Anton Sukarno menyebutkan ciri-ciri kemandirian belajar sebagai berikut:

1. Peserta didik merencanakan dan memilih kegiatan belajar sendiri

2. Peserta didik berinisiatif dan memacu diri untuk belajar secara terus menerus

3. Peserta didik dituntut bertanggung jawab dalam belajar 4. Peserta didik belajar secara kritis, logis, dan penuh

keterbukaan

17 http://www.education.com/reference/article/self-regulated-learning/#BBy Dale Schunk

Updated on Dec 23, 2009

(16)

5. Peserta didik belajar dengan penuh percaya diri.19

Kesimpulan dari uraian diatas, bahwa kemandirian belajar adalah sikap mengarah pada kesadaran belajar sendiri dan segala keputusan, pertimbangan yang berhubungan dengan kegiatan belajar diusahakan sendiri sehingga bertanggung jawab sepenuhnya dalam proses belajar tersebut.

2. Proses Pembelajaran Self Regulated Learning

Secara khusus Self Regulated Learning mencakup proses-peoses seperti di bawah ini:

a. Penetapan Tujuan

Pembelajar mengatur sendiri apa yang ingin mereka capai dengan mempelajari fakta-fakta yang spesifik, mendapatkan pemahaman konseptual yang luas. Mereka mengaitkan antara tujuan mereka belajar dan tujuan mereka jangka panjang.

b. Perencanaan

Pembelajar mengatur sendiri bagaimana baiknya menggunakan waktu dan sumber belajar yang tersedia untuk menemukan konsep pemahaman terhadap suatu topic.

c. Motivasi diri

Dengan belajar mandiri pembelajar mampu mengingatkan dirinya sendiri untuk bisa mengerjakan tugas-tugas belajarnya dengan baik, menghiasi tugasnya dengan baik dan lebih menyenangkan. Dan menjanjikan hadiah untuk dirinya sendiri apabila berhasil dalam belajar.

d. Kontrol diri

Pembelajar lebih focus pada pelajaran dan menghilangkan segala sesuatu yang dapat mempengaruhi proses belajarnya.

e. Penggunaan strategi belajar yang fleksibel

Pembelajar bebas mengatur strategi belajarnya sesuai dengan topik bahasan yang sedang di pelajari.

f. Memonitor diri

(17)

Pembelajar memantau keberhasilan belajarnya sendiri, sehingga mereka mengetahui sejauh mana keberhasilan mereka dalam memahami suatu konsep.

g. Mencari bantuan yang tepat

Sebaliknya apabila menemui kendala dalam belajar, pembelajar boleh mendapatkan bantuan yang tepat dari guru, teman atau orang yang berkompeten pada konsep yang sedang mereka pelajari.

h. Evaluasi diri

Pembelajar mengatur diri mereka sendiri dan mengevaluasi sendiri apakah proses belajarnya telah mencapai keberhasilan atau belum.20

3. Strategi meningkatkan Self Regulated Learning

Bebarapa strategi yang disarankan oleh peneliti yang bisa diadaptasi oleh guru atau mengajar dalam membimbing belajar mandiri kepada peserta didik, adalah sebagai berikut:

a. Doronglah peserta didik untuk menyusun beberapa tujuan belajarnya sendiri kemudian memonitor kemajuan belajar mereka.

b. Berilah kesempatan peserta didik untuk belajar dan berprestasi tanpa arahan dan bantuan dari guru. Termasuk aktivitas belajar independen di mana meraka belajar secara sendiri seperti mengerjakan PR, tugas individu dan aktifitas kelompok.

c. Sesekali beri peserta didik aktifitas-aktifitas seperti membuat paper, atau makalah dimana peserta didik dapat menentukan sendiri tema yang sesuai dengan pemahamannya.

d. Berikan mereka scaffolding, rooster atau jadwal kapan mereka mengerjakan tugas-tugasnya dan kapan mereka harus menyelsaikan dan menyeahkan kepada guru.

e. Secara konsisten mintalah peserta didik untuk mengevaluasi performanya belajarnya dan membandingkan antara evaluasi yang mereka buat sendiri dengan yang dibuat oleh guru.21

(18)

Jadi dapat disimpulkan bahwa Self Regulated Learning

adalah suatu perubahan dalam diri seseorang yang merupakan hasil dari pengalaman dan latihan diri sendiri tanpa bergantung pada orang lain. Dalam bertingkah laku mempunyai kebebasan membuat keputusan, penilaian pendapat serta bertanggung jawab tanpa menggantungkan kepada orang lain.

Peserta didik yang memiliki kemandirian yang kuat tidak akan mudah menyerah. Sikap kemandirian dapat ditunjukkan dengan adanya kemampuan dapat menyelesaikan masalah yang dihadapi dengan tingkah laku. Dengan adanya perubahan tingkah laku maka anak juga memiliki peningkatan dalam berfikir, menganggap bahwa dalam belajar harus bisa mandiri tanpa mengandlkan bantuan dari orang lain terus dan juga tidak menggantungkan belajar dari guru saja, tapi belajar juga bisa dari media cetak, elektronik, alam, atau yang lainnya.

Kepribadian seorang anak yang memiliki ciri kemandirian berpengaruh positif terhadap prestasi belajarnya. Hal ini bisa terjadi karena anak mulai dengan kepercayaan terhadap kemampuannya sendiri secara sadar, teratur dan disiplin berusaha dengan sungguh-sungguh untuk mengejar prestasi belajar, mereka tidak merasa rendah diri dan siap mengatasi masalah yang muncul.

BAB III PEMBAHASAN

A. Langkah-Langkah Penerapan Strategi Self Regulated Learning

Dalam Pembelajaran PPKN

(19)

kurikulum baru yang dikenal dengan Kurikulum 2013. Dalam kurikulum ini ada perubahan mendasar yang harus dilakukan oleh guru dalam melaksanakan tugasnya sebagai seorang pendidik.

Bila diletakkan dalam kerangka historis pemberlakuan Kurikulum 2013 mengarah pada diterbitkannya PP no. 8 tahun 2012 tentang Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI), di mana KKNI ini sesuai dengan UU No. 20 Tahun 2003 tentang SPN, pasal 26 ayat 1 yang berbunyi : “ Pengembangan kurikulum dilakukan dengan mengacu pada standar nasional pendidikan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.22

Berdasarkan standar kualifikasi tersebut maka kompetensi peserta didik yang diharapkan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah, maka pembelajarannya diarahkan menggunakan pendekatan saintifik.. Setiap mata pelajaran di wajibkan menetapkan Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar yang telah ditetapkan oleh pemerintah dalam setiap silabus masing-masing pelajaran.

Sedangkan aktifitas belajar pada pendekatan ini dititik beratkan pada aktifitas peserta didik dalam belajar ( student centered). Kegiatan belajar mengajar dimulai dengan kegiatan mengobservasi (observing), menanya (questioning), mengasosiasikan (assosiating), melakukan eksperimen (eksperimenting) dan membuat jaring kerja (networking). Dengan pendekatan ini diharapkan peserta didik dapat melakukan proses internalisasi pengetahuan atau konsep yang diterimanya dengan baik. Sehingga hasil yang diharapkan bahwa peserta didik tidak hanya pandai dari segi kognitif dan psikomotornya, tetapi yang terpenting adalah cerdas afektifnya.

Sedangkan penerapan strategi Self Regulated Learning atau kemandirian belajar di mana peserta didik diberi kebebasan untuk memahami konsep tentang sebuah permasalahan melaui strategi dan metode belajar yang ditetapkan sendiri, dapat dijadikan alternatif dalam melaksanakan amanat dari Kurikulum 2013. Dengan kemandirian dan keleluasaan itu peserta didik diharap dapat menyerap konsep melalui

(20)

pengalaman belajarnya sehingga dapat menggerakkan pemahamannya itu menjadi sebuah prestasi dan perilaku.

Langkah –langkah yang bisa dilakukan oleh guru atau pendidik dalam menerapkan strategi ini adalah:

a. Membuat Lesson Plan atau RPP. Dalam Lesson Plan ini hal- hal yang harus diperhatikan antara lain:

1. Intructional Objective

Pada langkah pertama ini guru harus menetapkan indikator yang ingin dicapai oleh pesrta didiknya secara spesifik dan operasional. Menurut Ralph Tyler dan Gange mengajukan tiga alasan mengapa indikator ini harus memuat instruksi yang spesifik :

a. Rumusan yang spesifik dan operasional itu membimbing guru untuk mudah mencapai kompetensi peserta didik sesuai dengan yang diharapkan.

b. Mambantu guru untuk menyiapkan evaluasi atau post test. c. Peserta didik dapat menyiapkan dirinya sendiri dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Dan hendaknya tujuan ini disampaikan kepada peserta didik sebelum pelajaran berlangsung.

Rumusan istilah yang dapat digunakan dalam penetapkan indikator pembalajaran menggunakan bahasa: menuliskan, menyebutkan, memilih, menganalisis,mendemonstrasikan dan lain-lain seperti yang diasampaikan oleh Bloom dalam taksonominya

2. Entering Behaviour

Entering Behaviour menggambarkan tingkah laku peserta didik yang harus dimiliki oleh siswa sesuai dengan

Intructional Objective yang laksanakan. Sederhananya aadalah entering behaviour adalah gambaran tentang keadaan pengetahuan dan ketrampilan serta sikap peserta didik dalam hubungannya dengan Intructional Obective yang diharapkan.

3. Proses Belajar Mengajar

(21)

mengajar, memahami konsep pendekatan, strategi,metode dan media yang akan digunakan dan bagaimana mengatasi kendala yang terjadi selama proses pembelajaran.

4. Evaluasi Hasil Pengajaran

Secara umum evaluasi dapat memperhitungkan potensi peserta didik dalam belajar. Evaluasi ini memberikan informasi yang akurat mengenai kemampuan akademik siswa serta menunjukkan tingkat tumbuh kembang prestasi siswa dari waktu ke waktu.23

b. Membimbing siswa mencapai kompetensi yang diharapkan

Sebagai pembimbing, guru diibaratkan sebagai pemandu perjalanan (journey) yang jalan menurut pengetahuan dan pengalamannya bertanggung jawab atas kelancaran perjalanan itu. Dalam pengibaratan ini guru perjalanan yang dimaksud tidak hanya menyangkut perjalanan fisik tetapi juga perjalanan mental, emosional, kreatifitas, moral dan spiritual yang lebih dalam dan kompleks. Sebagai pembimbing belajar maka guru haru menetapkan tujuan yang jelas, menetapkan waktu yang telah ditentukan, menetapkan rute yang harus ditempuh, menggunakan petunjuk perjalanan serta menilai kelancaran sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan peserta didik.24

Ada empat langkah yang harus ditempuh dalam melaksanakan bimbingan kepada peserta didik:

1. Merencanakan tujuan yang hendak dicapai baik bagi guru atau bagi peserta didik

2. Guru harus selalu melihat keterlibatan peserta didik dalam setiap pembelajaran baik fisik maupun psikologinya.

3. Guru harus menjadikan setiap kegiatan belajar mengajar menjadi lebih bermakna.

4. Guru melakukan refleksi terhadap hasil belajar siswanya dan refleksi terhadap kinerjanya.

c. Membuat networking dengan guru mata pelajaran yang lain, wali kelas, BP

23 Ahmad Tafsir, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007),44

(22)

Pada langkah ini guru perlu melakukan networking dengan guru mata pelajaran lain, wali kelas, BP/BK dan orang tua dengan tujuan untuk memonitor perkembangan belajar siswa dan perkembangan psikologi siswa dalam melaksanakan strategi belajar mandiri.

1. Dengan guru mata pelajaran lain, langkah ini dilakukan dengan diskusi, sharing dan tukar pendapat tentang perkembangan belajar siswa serta penilaian dari guru mata pelajaran lain baik afektif, psikomotor maupun kognitifnya.

2. Bersama wali kelas memantau perkembangan, meminta keterangan dan memberi keterangan tentang pribadi maupun prestasi peserta didik serta masalah-masalah yang dihadapi dalam belajar.

3. Bersama BP/BK, meminta informasi dan keterangan tentang kepribadian peserta didik beserta perkembangannya mental psikologinya.

4. Dan bersama orang tua, menjalin koordinasi dan komunikasi yang baik , sehingga strategi ini berjalan dengan baik

C. Usaha –Usaha Membangun Kesadaran Peserta didik Terhadap Pentingnya Nilai-Nilai Pancasila Dan Berkonstitusi Melalui Strategi Self Regulated Learning

Sedang usaha-usaha yang dapat dilakukan oleh guru PPKN dalam membangun kesadaran terhadap nilai-nilai Pancasila dan konstitusi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, dapat dilakukan dengan:

1. Memilih kelas yang akan dijadikan sebagai subyek pelaksanaan strategi Self Regulated Learning. Pemilihan ini didasarkan pada pemikiran tingkat kedewasaan siswa dalam berfikir dan bertindak. Maka yang baik untuk penerapan strategi ini adalah kelas VIII atau Kelas IX SMP/MTs.

a. Memilih dan menganalisis materi yang tepat dan sesuai dengan strategi yang akan dilaksanakan.

Yang harus diperhatikan dalam dalam analisis materi ini adalah: 1. Domain yang ingin dikembangkan

(23)

3. Kompetensi Inti 4. Kompetensi Dasar 5. Lingkup Materi

6. Aktivitas kegiatan yang akan dilakukan siswa 7. Teknik dan bentuk instrumen penilaian.

b. Mambuat Lesson Plan atau Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).

c. Membuat Lembar Kerja Siswa, tugas mandiri atau tugas kelompok, portofolio, kliping hasil wawancara dengan tokoh masyarakat atau dengan orang tua.

d. Melakukan bimbingan kepada siswa yang memerlukan bantuan belajar.

e. Membuat catatan kemajuan belajar peserta didik.

f. Membuat darft evaluasi yang akan digunakan untuk mengetahui dan mengukur perkembangan perilaku dan pengetahuan peserta didik dalam memahami nilai-nilai Pancasila dan Konstutusi RI.

(24)

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

1. Langkah-langkah penerapan strategi pembelajaran Self Regulated Learning, yang terpenting harus diperhatikan oleh guru adalah:

a. Membuat rencana pembelajaran yang memuat tujuan yang akan dicapai.

b. Membimbing peserta didik dalam belajar mandiri terutama peserta didik yang membutuhkan bantuan untuk belajar secara mandiri.

c. Membuat networking dengan teman sejawat, guru BP/BK, wali kelas dan orang tua peserta didik untuk mengetahui perkembangan belajar mereka.

2. Usaha- usaha yang dilakukan oleh guru untuk mendukung keberhasilan pemahaman peserta didik dalam membangun kesadaran terhadap nilai-nilai Pancasila dan konstitusi adalah:

a. Pemilihan kelas yang disesuaikan denga strategi belajar yang akan dilaksanakan

b. Memilih dan menganalisis materi yang sesuai dengan strategi yang digunakan

c. Membuat RPP

d. Membuat tugas-tugas yang mendukung kemandirian belajar peserta didik.

e. Melakukan bimbingan.

f. Melaksanakan evaluasi baik untuk peserta didik atau bagi guru sendiri

B. Saran

1. Bahwa pelaksanaan strategi ini masih jauh dari sempurna maka perlu untuk dicari kelemahan dan kesulitannya dan dicari jalan keluarnya sehingga dapat berjalan dengan baik.

(25)

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Muslim, Islam Transformatif, Jakarta: Pustaka Firdaus, 1995.

Hamidi, Jazim, dan Mustofa Lutfi, Civic Education, Antara Realitas Politik dan Implementasi Hukumnya, Jakarta: Gramedia, 2010.

http//www.oneseacrh.id/Record/IOS2724-oai:192.168.1.2:slim-46678.

http://nugashare.blogspot.co.id/2013/08/makalah-konstitusi-pkn.html#.V4uGqNJ97Mx

http://www.education.com/reference/article/self-regulated-learning/#BBy Dale Schunk Updated on Dec 23, 2009

Kaelan, Negara Kebangsaan Pancasila: Kultural, Historis, Filosofis, Yuridis dan Aktualisasinya, Yogyakarta : Paradigma, 2013

Karsadi, Pendidikan Pancasila di Perguruan Tinggi, Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2014.

(26)

Lubis, Mawardi, Evaluasi Pendidikan Nilai, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008.

Mulyasa, E, Menjadi Guru Profesional, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007.

Omrood, Jeanne Ellis, Psikologi Pendidikan, Membantu Siswa Tumbuh dan berkembang, Jakarta: Erlangga, 2009.

Poerwati, Luluk Endah,dan Sfan Amri, Panduan Memahami Kurikulum 2013, Jakarta: Prestasi Pustaka, 2013.

Riyanto, A, Teori Konstitusi, Bandung: Yapemdo, 2000.

Sukarno, Anton, Kemandirian Belajar (Jakarta: Kencana Prenada Media, 1989.

Sunardi, HS dan Masy’udi, Pendidikan Kewarganegaraan untu SMP/MTs Kelas VII, Solo : Tiga Serangkai.

Tafsir, Ahmad, Metodologi Pengajaran Agama Islam, Bandung : Remaja Rosdakarya: 2004.

BIODATA

1. Nama (lengkap dengan

gelar akademik)

: RAHAYU JUWARINI, S.Pd

2. NUPTK : 9955750651300012

3. NIP/NIK : 197206231997032004

4. Pangkat/ Golongan : Pembina/ IV a

5. Jenis Kelamin : Perempuan

6. Tempat, Tgl lahir : Kediri, 23 Juni 1972 7. Pendidikan Terakhir : Sarjana

8. Akta Mengajar : Memiliki / Tidak memiliki 9. Sekolah Tempat Tugas

a

. Nama : MTs Negeri Pare

b

. Alamat Sekolah : Jl. Stadion Canda Bhirawa No 1 Pare

c. Kecamatan : Pare

(27)

. e

.

Provinsi : Jawa Timur

f. No. Telp. Sekolah : (0354) 391351 g

. Alamat e-mail : mtsnpare@gmail.com 10

. Guru Kelas : IX dan PDCI

Referensi

Dokumen terkait

Nur Samad Kamba juga merupakan tokoh yang seringkali mengisi diskusi bersama Jama’ah Maiyah diberbagai kota, serta pelbagai kajian rutinitas dikampus- kampus

Berdasarkan bahasan di atas dimana saat ini media sosial menjadi salah satu sumber informasi yang melekat pada mayarakat, maka para aktor politik, khususnya Cagub

10 tahun 2009 bab I pasal 1 tentang kepariwisataan, wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat

Telah dilakukan penelitian tentang analisis kadar merkuri (Hg) dalam sediaan krim pemutih yang beredar di pasaran Kota Makassar dengan menggunakan metode Spektrofotometri

Menurut Sugiyono (2005:11) “penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai variabel mandiri, baik satu variabel atau lebih tanpa

Bagian pencatatan pembelian dan penjualan Onderdil mengalami kendala dalam menyimpan dan mengkoordinir file transaksi lama serta kesulitan dalam membandingkan

Peneliti melihat dari beberapa referensi diatas memiliki perbedaan dalam konteks pembahasan. Perbedaan yang peneliti temukan yaitu penggunaan hermeneutika Paul

Hasil pada Tabel 3 terlihat hubungan faktor sosiodemografi dengan kejadian lesi prakanker dapat diketahui bahwa terdapat hubungan yang signifikan (p<0.05) antara