BAB II
TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Obat
Menurut Undang-Undang Kesehatan No. 36 tahun 2009,obat adalah bahan atau paduan bahan, termasuk produk biologi yang digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan dan kontrasepsi, untuk manusia.
Dalam penggunaannya, obat akan bersifat sebagai obat apabila tepat digunakan dalam pengobatan suatu penyakit dengan dosis dan waktu yang tepat dan obat akan bersifat racun apabila salah dalam penggunaannya atau dengan dosis yang berlebih, namun apabila dosisnya kurang juga tidak memperoleh penyembuhan (Anief, 2004).
2.2 Pengertian Resep
Menurut Permenkes (2014), resep adalah permintaan tertulis dokter atau dokter gigi kepada apoteker, baik dalam bentuk tulisan maupun elektronik untuk menyediakan dan menyerahkan obat kepada pasien sesuai dengan peraturan yang berlaku (Menkes RI, 2004).
Resep selalu dimulai dengan tanda R/ yang artinya recipe yaitu ambillah, dibelakang tanda ini biasanya baru tertera nama dan jumlah obat. Resep harus ditulis secara jelas dan lengkap, apabila resep tidak bisa dibaca dengan jelas dan tidak lengkap, apoteker atau asisten apoteker harus menanyakannnya kepada dokter penulis resep. Resep asli tidak boleh diberikan kembali setelah obatnya diambil oleh pasien, hanya diberikan copy resep atau salinan resepnya ( syamsuni, 2006).
2.3 Pembagian Obat Antiinflamasi
Anti-inflammatory Drugs)/AINSadalah suatu golongan obat yang memiliki khasiat analgesik (pereda nyeri), antipiretik(penurun panas), dan antiinflamasi (anti radang). NSAID merupakan obat yang heterogen, bahkan beberapa obat sangat berbeda secarakimiawi.Walaupun demikian,
obat-obat ini ternyata memiliki banyak persamaan dalam efek terapimaupun efek samping.Obat
golongan NSAID dinyatakan sebagai obat anti inflamasi non steroid,karena ada obat
golongan steroid yang juga berfungsi sebagai anti inflamasi.Obat golongan steroid bekerja di
sistem yang lebih tinggi dibanding NSAID, mekanisme kerja obat antiinflamasi steroid yaitu
menghambat enzim pospolipase menjadi asam arakidonat melalui penghambatan terhadap enzim fosfolipase sehingga menghambat pembentukan prostaglandin maupun leukotrien.Penggunaan obat antiinflamasi steroid dalam jangka waktu lama tidak boleh dihentikan secara tiba-tiba, efek sampingnya cukup banyak yaitu dapat menimbulkan tukak lambung, osteoporosis, retensi cairan dan gangguan elektrolit.Obat antiinfamasi steroid diantaranya, hidrokortison, deksametason, metil prednisolon, kortison asetat, betametason, triamsinolon, prednison, fuosinolon asetonid, prednisolon, triamsinolon asetonid dan fuokortolon (Daud, 2001).
2.4 Rheumatoid Artritis (RA) 2.4.1 Defenisi Rheumatoid Artritis
artritis masih belum diketahui secara pasti, namun meningkatnya resiko penyakit ini dapat dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan faktor genetik (Rubenstein, 2003).
2.4.2 Klasifikasi Rheumatoid Artritis (RA)
Journal Of The Royal Society Of Medicine membagi 4 (empat)onset, yaitu :
1) PolymyalgicOnset
Biasanya dialami oleh usia lanjut dan merupakan penyakitakut. Dengan kekakuan disekitar bahu dan lingkar panggul.TingkatESR (Erythrocyte Sedimentation Rate) biasanya tinggi.Pengobatanyang paling umum biasanya menggunakan kortikosteroid dosisrendah (Prednisolon 15 – 20 mg per hari).
2) PalindromicOnset
Pasien mengalami nyeri berulang, pembengkakan dankemerahan yang mempengaruhi salah satu sendi atau lebih pada satuwaktu, masing-masing berlangsung hanya satu atau dua hari.Kemudian pasien bisa mengalami gejala yang terus menerus.
3) SystemicOnset
Keluhan pertama biasanya seperti penurunan beratbadan, kelelahan, depresi, demam, atau bisa berhubungan denganfitur ekstra artikular seperti radang pada paru-paru (serositis) atauradang pada pembuluh darah (vaskulitis).
4) PersistentMonoarthritis
Biasanya pasien megalami gejala arthritis persisten yangmempengaruhi satu sendi besar seperti lutut, bahu, pergelangan kakiatau pergelangan tangan (Suresh, 2004).
2.4.3 Etiologi
masalah penurunan produktivitas, keuangan, emosional dan keadaan sosial yangmempengaruhi kualitas hidup mereka (Bykerk et al., 2011).
Ada beberapa faktor resiko yang dapat menyebabkan seseorang menderita rheumatoid arthritis, yaitu :
1) Genetik
Pada penyakit rheumatoid arthritis faktor genetik sangatberpengaruh.Gen-gen tertentu yang terletak di komplekshistokompatibilitas utama (MHC) pada kromosom 6 telah terlibatpredisposisi dan tingkat keparahan rheumatoid arthritis. Pendudukasli Amerika dengan gen polimorfik HLA-DR9 memiliki resiko 3,5lebih besar terkena rheumatoid arthritis bawaan.
2) Infeksi
Agen penginfeksi yang terkait pada rheumatoid arthritis antaralain mycoplasma, mycobacterium, parvovirus, virusEpstein-Barr,dan retrovirus. Agen penginfeksi ini
menginfeksi pasien melaluiinfeksi sinovial. 3) Usia dan jenis kelamin
Penyakit rheumatoid arthritis lebih banyak dialami olehwanita daripada laki-laki dengan rasio 2:1 hingga 3:1. Perbedaanini dipengaruh dari hormon namun data inimasih dalam penelitian.Wanita memiliki hormon estrogen sehinggadapat memicu sistem imun.penyakit rheumatoid arthritis biasanya terjadi pada usia kurang lebih 40 tahun.
4) Obesitas
5) Lingkungan
Banyak faktor lingkungan yang mempengaruhipada penyakit rheumatoid arthritis, meskipun tidak ada objek spesifikyang diidentifikasikan sebagai masalah utama. Merokok adalah salahsatu faktor resiko dari keparahan rheumatoid arthritis pada populasitertentu.Tetapi alasan pengaruh rokok terhadap sinovitis belumsepenuhnya didefinisikan, tetapi rokok dapat mempengaruhi sistemkekebalan bawaan di jalan nafas (Firestein et al., 2005).
2.4.4 Patofisiologi
Rheumatoid arthritis sering disebut radang selaput sinovial.Penyebab dari rheumatoid arthritis masih belum jelas, tetapi produksifaktor rheumatoid (RFS) oleh sel-sel plasma dalam sinovium danpembentukan lokal kompleks imun sering berperan dalam peradangan.Sinovium normal tipis dan terdiri dari lapisan-lapisan fibroblastsynoviocytes dan makrofag.Pada penderita rheumatoid arthritis sinoviummenjadi sangat tebal dan terasa sebagai pembengkakan di sekitar sendidan tendon. Sinovium berproliferasi ke dalam lipatan, lipatan inikemudian dipengaruhi oleh berbagai sel inflamasi diantaranya polimorf yangberpindah melalui jaringan ke dalam sel sendi, limfosit dan plasma sel.Lapisan sel sinovium menjadi menebal dan hiperplastik, kejadian iniadalah tanda proliferasi vaskuler awal rheumatoid arthritis. Peningkatanpermeabilitas pembuluh darah dan lapisan sinovial menyebabkan efusisendi yang mengandung limfosit dan polimorf yang hampir mati (Kumarand Clark, 2009).
darah antara margin sinovial dan rongga tulang epifis dan dapat merusak tulang (Kumar and Clark, 2009).
Sistem kekebalan tubuh memiliki dua fungsi yaitu fungsi humoraldan sel dimediasi.Komponen humoral diperlukan untuk pembentukanantibodi.Antibodi ini diproduksi oleh sel-sel plasma yang berasal darilimfosit B. Faktor rheumatoid sendiri belum diidentifikasikan sebagaipatogen, jumlah antibodi yang beredar selalu berkolerasi dengan aktivitaspenyakit.Pasien seropositif cenderung lebih agresif dari pasienseronegatif.Imunoglobulin dapat mengaktifkan sistem komplemen.Sistem komplemen menguatkan respon imun dengan mendorongkemotaksis, fagositosis, dan pelepasan limfokin oleh sel mononuklear,yang kemudian dijabarkan ke dalam T limfosit (Dipiro et al., 2008)
Proses awalnya, antigen (bakteri, mikroplasma atau virus)menginfeksi sendi akibatnya terjadi kerusakan lapisan sendi yaitu padamembran sinovial dan terjadi peradangan yang berlangsung terus-menerus. Peradangan ini akan menyebar ke tulang rawan kapsul fibromaligament tendon. Kemudian terjadi penimbunan sel darah putih danpembentukan
pada jaringan parut sehingga membran sinovium menjadi membesar dan menebal.Terjadinya pembesaran dan penebalan inimenyebabkan aliran darah yang masuk ke dalam sendi menjaditerhambat. Keadaan seperti ini akan mengakibatkan terjadinya nekrosis(rusaknya jaringan sendi), nyeri hebat dan deformitas (perubahan bentuk)(Dipiro et al., 2008).
berkurangnya gerakan motorik halus.Perubahan bentuk tangan dapat dilihat dengan peradangan kronis, perubahan inidapat mengubah mekanisme fungsi tangan dan mengurangi kekuatanpegangan, hal ini membuat sulit untuk melakukan aktivitas sehari-hari (Dipiro etal., 2008).
3.4.5 Sendi-sendi Yang Terkena Rheumatoid Arthritis
Beberapa sendi yang sering terkena pada pasien rheumatoidarthritis adalah sebagai berikut :
a. Tangan dan Pergelangan Tangan
Dampak rheumatoid arthritis pada tangan sangat parah, Padaawal gejala jari menjadi bengkak, nyeri dan kaku.Radang pada otot yang menyebabkan tungkai atau bagian lain menekuk sehingga meningkatkan gangguan fungsional.
b. Bahu
Rheumatoid arthritis juga mempengarui bahu.Awal gejala nyeri pada lengan atas yang terjadi dimalam hari.Sebagiansendi menjadi terganggu dan kaku.Hal ini bisa mengganggupada saat berpakaian, makan dan di toilet.
c. Siku
Sinovitis pada siku menyebabkan pembengkakan dan pergerakan siku terganggu.Pasien juga mengalamikesulitan makan jika dikombinasikan dengan bahu, tangan danpergelangan tangan yang cacat.
d. Kaki
Salah satu manifestasi awal rheumatoid arthritis adalahpembengkakan.Kaki terlihat menjadi lebih besar yang diakibatkan dari pembengkakan yang menyebabkan rasa sakit. e. Lutut
Pinggul jarang terkena pada awal rheumatoid arthritis. g. Tulang Belakang Pada Leher
Kekakuan dan nyeri di leher pada rheumatoid arthritis bisakarena otot leher (Kumar and Clark, 2009).
Gambar 1.2 Sendi-sendi Yang Terkena Rheumatoid Artritis 3.4.6 Diagnosa
3.4.7Pengobatan Farmakologi
Pengobatan Rheumatoid Artritis Menggunakan AINS
Salisilat dan obat serupa lainnya yang digunakan untukmengobati penyakit rheumatoid artritis mempunyai kemampuan untukmenekan tanda dan gejala peradangan. Obat-obat ini jugamempunyai efek antipiretik dan analgesik, tetapi efekinflamasi yang membuat obat-obat ini bermanfaatdalam tata laksana kelainan disertai nyeri yang berhubungandengan intensitas proses peradangan.
a. Aspirin
Aspirin (asam asetilsalisilat) adalah OAINS yang paling bertahan lama dan merupakan analgesik efektif dengan durasi sekitar 4 jam, aspirin diabsorbsi dengan baik secara oral. Dahulu aspirin banyak digunakan pada terapi penyakit rheumatoid artritis namun 50% pasien tidak dapat mentoleransi efek sampingnya akibat dosis tinggi aspirin larut yang diperlukan untuk mencapai efek inflamasi.Pada dosis biasa, efek samping aspirin utama adalahgangguan lambung (intoleransi) dan ulkus lambung sertaduodenum, hepatotoksisitas, asma, ruam, dan toksisitasginjal jarang terjadi.
b. Meloksikam
Meloksikam adalah suatu enolkarboksamida yangberkaitan dengan piroxikam dan terbukti lebih menghambatCOX-2 dari pada COX-1, khususnya pada dosis rendahyakni 7,5 mg/hari. Meloksikam menyebabkan lebih sedikitgejala dan komplikasi pada saluran cerna. c. Diklofenak
d. Ibuprofen
Merupakan turunan sederhana asam fenilpropioat.Pada dosis sekitar 2.400 mg per hari efek inflamasiibuprofen setara dengan 4 gram aspirin.Pemberianibuprofen mengantagoniskan inhibisi trombosit irreversibelyang dipicu oleh aspirin.Oleh karena itu, terapi denganibuprofen pada pasien dengan peningkatan resikokardiovaskuler dapat membatasi efek kardioprotektifmilikaspirin.
e. Asam Mefenamat
Cara kerja asam mefenamat adalah seperti OAINS (Obat Anti-Inflamasi Non-Steroid atau NSAID) lain yaitu menghambat sintesa prostaglandin dengan menghambat kerja enzim cyclooxygenase (COX-1 & COX-2). Asam mefenamat mempunyai efek antiinflamasi, analgetik (antinyeri) dan antipiretik.
3.4.8 Terapi Non Farmakologi a) Latihan
Rheumatoid arthritis dapat mengurangi aktivitas fisikkarena sakit atau disfungsi sendi. Sebuah studi baru-baru initelah mengidentifikasi bahwa peningkatan latihan aerobik(intensitas sedang sampai tinggi, 3 kali seminggu selama 30sampai 60 menit) memperkuat latihan (2 sampai 3 kali seminggu) akan menghasilkanhasil yang lebih baik bagi pasien dengan rheumatoid arthritis(Geoffrey, 2005).
b) Diet
c) Pendidikan
Pasien dengan rheumatoid arthritis yang memiliki tingkatketidakberdayaan yang berkaitan dengan penyakit merekamemiliki hasil yang lebih buruk bila dibandingkan denganmereka yang mampu mengatasi informasi ini adalah dasar untukmengembangkan berbagai program pendidikan yang dirancanguntuk mengurangi ketidakberdayaan dengan meningkatkanpengetahuan pasien (Geoffrey, 2005).
d) Istirahat
Istirahat merupakan terapinonfarmakologi rheumatoid arthritis.Istirahat dapatmenyembuhkan stres dari sendi yang mengalami peradangandan mencegah kerusakan sendi yang lebih parah.Akan tetapi,terlalu banyak istirahat (berdiam diri) juga dapat menyebabkanimobilitas, sehingga dapat menurunkan rentang gerak danmenimbulkan atrofi otot.Pasien hendaknya tetap menjagagerakan dan tidak berdiam diri terlalu lama.Dalam kondisi yangmengharuskan pasien duduk lama, pasien mungkin dapatberistirahat sejenak setiap jam, berjalan-jalan sambilmeregangkan dan melenturkan sendi (Schuna et al., 2008).
e) Pembedahan