• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Gaya Kepemimpinan Transformasional Dan Kecerdasan Emosional Terhadap Kepuasan Kerja Karyawan Cafe Goedang Coffee Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Gaya Kepemimpinan Transformasional Dan Kecerdasan Emosional Terhadap Kepuasan Kerja Karyawan Cafe Goedang Coffee Medan"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Uraian Teoritis 2.1.1 Kepemimpinan

2.1.1.1 Defenisi Kepemimpinan

Kepemimpinan adalah proses dimana individu memengaruhi sekelompok

individu untuk mencapai tujuan bersama (Northouse, 2013:5). Kepemimpinan

melibatkan hubungan pengaruh yang mendalam, yang terjadi di antara

orang-orang yang menginginkan perubahan signifikan, dan perubahan tersebut

mencerminkan tujuan yang dimiliki bersama oleh pemimpin dan pengikutnya

(bawahan). Pengaruh dalam hal ini berarti hubungan diantara pemimpin dan

pengikut sehingga bukan sesuatu yang pasif, tetapi merupakan suatu hubungan

timbal balik dan tanpa paksaan. Dengan demikian, kepemimpinan itu merupakan

proses yang saling mempengaruhi.

Masalah kepemimpinan telah muncul bersamaan dengan dimulainya

sejarah manusia yaitu sejak manusia menyadari pentingnya hidup berkelompok

untuk mencapai tujuan bersama. Mereka membutuhkan seseorang atau beberapa

orang yang mempunyai kelebihan-kelebihan daripada yang lain, terlepas dalam

bentuk apa kelompok manusia itu dibentuk. Hal ini tidak dapat dipungkiri karena

manusia selalu mempunyai keterbatasan dan kelebihan-kelebihan tertentu.

Menurut Robbins (2009:58), kepemimpinan merupakan kemampuan untuk

(2)

kepemimpinan secara luas meliputi proses mempengaruhi dalam menentukan

tujuan organisasi, memotivasi perilaku pengikut untuk mencapai tujuan,

mempengaruhi untuk memperbaiki kelompok dan budayanya. Menurut Hasibuan

(2011: 170), pemimpin adalah seseorang yang mempergunakan wewenang dan

kepemimpinannya untuk mengarahkan orang lain serta bertanggung jawab atas

pekerjaan orang tersebut dalam mencapai suatu tujuan.

2.1.1.2 Unsur Pokok Kepemimpinan

Rumusan kepemimpinan dari sejumlah ahli tersebut menunjukkan bahwa

dalam suatu organisasi terdapat orang yang mempunyai kemampuan untuk

mempengaruhi, mengarahkan, membimbing dan juga sebagian orang yang

mempunyai kegiatan untuk mempengaruhi perilaku orang lain agar mengikuti apa

yang menjadi kehendak dari pada atasan atau pimpinan mereka. Karena itu,

kepemimpinan dapat dipahami sebagai kemampuan mempengaruhi bawahan agar

terbentuk kerjasama di dalam kelompok untuk mencapai tujuan organisasi.

Apabila orang-orang yang menjadi pengikut atau bawahan dapat dipengaruhi oleh

kekuatan kepemimpinan yang dimiliki oleh atasan maka mereka akan mau

(3)

Pemimpin

Gambar 2.1 Unsur-unsur Pokok dalam Kepemimpinan

Pemimpin mempengaruhi bawahannya, demikian sebaliknya. Orang-orang

yang terlibat dalam hubungan tersebut menginginkan sebuah perubahan sehingga

pemimpin diharapkan mampu menciptakan perubahan yang signifikan dalam

organisasi dan bukan mempertahankan status. Selanjutnya, perubahan tersebut

bukan merupakan suatu yang diinginkan pemimpin, tetapi lebih pada tujuan yang

diinginkan dan dimiliki bersama. Tujuan tersebut merupakan sesuatu yang

diinginkan, yang diharapkan, yang harus dicapai dimasa depan sehingga tujuan ini

menjadi motivasi utama visi dan misi organisasi. Pemimpin mempengaruhi

pengikutnya untuk mencapai perubahan berupa hasil yang diinginkan bersama

(Anoraga, 2000:190). Kepemimpinan merupakan aktivitas orang-orang, yang

terjadi di antara orang, dan bukan sesuatu yang dilakukan untuk

orang-orang sehingga kepemimpinan melibatkan pengikut. Proses kepemimpinan juga Pengikut

Pengaruh

Tujuan

Keinginan / Niat

Tanggung Jawab Pribadi

(4)

melibatkan keinginan dan niat, keterlibatan yang aktif antara pemimpin dan

pengikut untuk mencapai tujuan yang diinginkan bersama. Dengan demikian, baik

pemimpin ataupun pengikut mengambil tanggung jawab pribadi (personal

responbility) untuk mencapai tujuan bersama tersebut.

Menurut Kielson (Anoraga:2000) ada Perubahan paradigma yang

muncul sehingga harus diadopsi oleh pemimpin dan organisasi. Paradigma ini

akan menentukan pola dan gaya kepemimpinan seorang pemimpin sehari-hari,

selama pemimpin mengarahkan organisasi menuju kesuksesan di masa depan.

Dalam hal ini, secara umum paradigma diartikan sebagai pola pikir dan cara

pandang yang mencerminkan pemahaman dan penerimaan akan dunia.

Realitas Baru Bagi Pemimpin

Paradigma Lama Paradigma baru Masa Industri Masa Informasi

Stabilitas Kontrol

Kompetensi Kolaborasi

Barang Orang dan Hubungan

Sumber: Safaria (2004)

Gambar 2.2 Perbedaan orientasi atau Paradigma Lama dan Baru

Tugas seorang pemimpin pada garis besarnya ada tiga (Anoraga, 2000: 193) yaitu:

1. Memberikan struktur terhadap situasi

Tugas pemimpin memberikan struktur terhadap suatu situasi maksudnya

(5)

2. Mengendalikan tingkah laku kelompok

Mengawasi, memantau dan mengendalikan tingkah laku kelompok yang

mungkin dapat merugikan atau tingkah laku individu yang dapat

merugikan kemlompok.

3. Sebagai juru bicara kelompoknya.

Memberikan informasi yang benar, meluruskan informasi kepada

masyarakat tentang sesuatu yang diperlukan dalam rangka mengamankan

kelompoknya. Juga memberikan informasi ke bawahan tentang sesuatu

yang dibutuhkan bawahan.

Dalam kehidupannya sebagai pemimpin di dalam kelompok social

organisasi, seorang pemimpin akan dituntut oleh beberapa hal, yang

meliputisekumpulan peran yang kompleks, dan demikian pula dengan fungsinya.

Dalam kaitannya dengan fungsi dan peran, seorang pemimpin dapat

mendelegasikan wewenang dan tanggung jawab kepada para pembantunya sesuai

dengan kedudukan yang ada dan berlaku.

Peranan pemimpin yang dimaksud (Anoraga, 2000:194) adalah :

1. Pemimpin sebagai perencana

2. Pemimpin sebagai pembuat kebijakan

3. Pemimpin sebagai ahli

4. Pemimpin sebagai pelaksana

5. Pemimpin sebagai pengendali

6. Pemimpin sebagai pemberi hadiah dan hukuman

(6)

8. Pemimpin sebagai tempat menimpa segala kesalahan

9. Pemimpin sebagai pengganti peran anggota lain

Kepemimpinan memiliki kaitan yang erat degan kekuasaan. Dalam hal ini

Boonedan Kurzt dalam Anoraga (2000,195) mengemukakan: “Apa pun bentuknya

kepemimpinan selalu melibatkan penggunaan kekuasaan. Mereka juga

mengemukakan defenisi kekuasaan sebagai : Kemampuan seseorang dalam

mempengaruhi perilaku orang lain.”

2.1.2 Gaya Kepemimpinan Tranformasional

2.1.2.1 Defenisi Gaya Kepemimpinan Transformasional

Gaya kepemimpinan seorang pemimpin merupakan hal yang ikut

menentukan keberhasilan pencapaian tujuan organisasi. Dan penerapan

gayamemimpin antara satu organisasi dengan organisasi yang lain berbeda-beda

sesuai dengan kondisi organisasi dan pola kerja anggota organisasi, sehingga

dalam penerapannya gaya kepemimpinan ini akan meningkatkan kinerja para

anggota organisasi.

Menurut Hasibuan (2011 : 170), gaya kepemimpinan adalah cara seorang

pemimpin mempengaruhi perilaku bawahan, agar mau bekerja sama dan bekerja

secara produktif untuk mencapai tujuan organisasi. Menurut Robbins (2009), gaya

kepemimpinan adalah cara yang digunakan seseorang untuk mempengaruhi

kelompok menuju tercapainya sasaran. Dalam hal ini usaha menselaraskan

persepsi di antara orang yang akan mempengaruhi perilaku dengan orang yang

(7)

Menurut Northouse(2013,176) Kepemimpinantransformasional

merupakan proses dimana orang terlibat dengan orang lain, dan menciptakan

hubungan yang meningkatkan motivasi dan moralitas dalam diri pemimpin dan

pengikut. Jenis pemimpin ini memiliki perhatian pada kebutuhan dan motif

pengikut, serta mencoba membantu pengikut mencapai potensi terbaik mereka.

Menurut Tjiptono dan Syakhroza dalam Pramesti (2013) kepemimpinan

transformasional adalah kepemimpinan yang mencakup upaya perubahan

organisasi (sebagai kepemimpinan yang dirancang untuk mempertahankan status

quo). Perubahan yang dilakukan organisasi ini dikarenakan cara-cara organisasi

lama sudah tidak sesuai lagi dengan kondisi pada saat medatang.

Menurut Burns dalam Jandaghi et al., (2009) kepemimpinan transformasional

adalah proses di mana para pemimpin dan pengikutmempromosikan satu sama

lain untuk tingkat yang lebih tinggi moralitas dan motivasi . Pemimpin

transformasional membantu pengikut mereka untuk melihat masalah lama melalui

perspektif baru . Mereka merangsang pengikut mereka untuk mencoba lebih

tinggi dari tingkat biasanya. Pemimpin transformasional menginspirasi para

pengikutnya untuk berpikir lebih dari mereka sendiri bertujuan dan kepentingan

dan untuk fokus pada tim yang lebih besar , organisasi , tujuan nasional dan

global, memberikan perspektif masa depan , pemimpin seperti ini mempengaruhi

lebih dari pengikut mereka dengan cara menganggap bahwa perspektif sebagai

tujuan mereka sendiri dan menunjukkan upaya yang tinggi untuk mencapainya .

(8)

ideal dengan mengkoordinasikan karyawan dan mengintegrasikan semua sistem

komponen.

Bass dalam (Northouse, 2013:179) bahwa kepemimpinan transformasional

memotivasi pengikut untuk melakukan lebih dari yang di harapkan dengan:

a. Meningkatkan tingkat pemahaman pengikut akan kegunaan dan nilai dari

tujuan yang rinci dan ideal;

b. Membuat pengikut mengalahkan kepentingan sendiri demi tim atau

organisasi;

c. Menggerakan pengikut untuk memenuhi kebutuhan tingkatan yang lebih

tinggi.

Burn dalam (Anoraga, 2009) mengidentifikasi dua tipe kepemimpinan politik,

yaitu kepemimpinan tranformasional dan kepemimpinan transaksional.

Kepemimpinan Transformasional dicirikan sebagai pemimpin yang berfokus

padapencapaian perubahan nilai-nilai, kepercayaan, sikap, perilaku, emosional

dan kebutuhan bawahan menuju perubahan yang lebih baik di masa depan.

Pemimpin transformasional merupakan seorang agen perubahan yang berusaha

keras untuk melakukan transformasi ulang organisasi secara menyeluruh sehingga

organisasi bisa mencapai kinerja yang lebih maksimal di masa depan.

Menurut Bass, pemimpin transformasional ini mampu membawa organisasi

menuju kinerja yang lebih tinggi dibandingkan dengan pemimpin transaksional.

Iklim dan akibat yang di peroleh bawahan dari pemimpin transformasional adalah

dengan meningkatnya motivasi kerja, antusiasme, komitmen, kepuasan kerja,

(9)

2.1.2.2 Karakteristik Gaya Kepemimpinan Transformasional

Dari hasil penelitiannya, Devanna dan Tichy dalam (Luthans : 2001)

mengemukakan beberapa karakteristik dari pemimpin transformasional yang

efektif, antara lain :

1. Mereka mengidentifikasi dirinya sendiri sebagai agen perubahan.

2. Mereka mendorong keberanian dan pengambilan resiko.

3. Mereka percaya pada orang-orang.

4. Mereka dilandasi oleh nilai-nilai.

5. Mereka adalah seorang pembelajar sepanjang hidup (lifelongs learners).

6. Mereka memiliki kemampuan untuk mengatasi kompleksitas, ambiguitas,

dan ketidakpastian.

7. Mereka juga adalah seorang pemimpin yang visioner.

Berhasil atau tidaknya sebuah perusahaan sangat ditentukan oleh

kepemimpinan, karena pemimpin bertanggungjawab atas kegagalan pelaksanaan

pekerjaan, sebaliknya kesuksesan dalam memimpin sebuah organisasi merupakan

keberhasilan seseorang mempengaruhi orang lain untuk menggerakkan atau

menjalankan visinya, selain itu adanya koordinasi atau kerjasama yang baik antara

pimpinan dan bawahannya. Pernyataan tersebut sebagaimana diuraikan oleh

(Wahjosumidjo, 2001:172) kepemimpinan mempunyai kaitan yang erat dengan

motivasi karena keberhasilan seorang pemimpin dalam menggerakkan orang lain

dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan sangat tergantung kepada

kewibawaan, selain itu bagaimana menciptakan motivasi dalam diri setiap

(10)

Berdasarkan uraian tersebut, maka kepemimpinan adalah aktivitas untuk

mempengaruhi pengikutnya guna mencapai tujuan organisasi, oleh sebab itu

setiap pemimpin memiliki gaya (style) yang berbeda-beda dalam memimpin

perusahaan. Salah satu gaya kepemimpinan yang dibahas dalam penelitian ini

adalah gaya kepemimpinan transformasional. Berdasarkan uraian tersebut, maka

kepemimpinan adalah aktivitas untuk mempengaruhi pengikutnya guna mencapai

tujuan organisasi, oleh sebab itu setiap pemimpin memiliki gaya (style) yang

berbeda-beda dalam memimpin perusahaan. Salah satu gaya kepemimpinan yang

dibahas dalam penelitian ini adalah gaya kepemimpinan transformasional.

Kepemimpinan tranformasional yaitu pemimpin yang mencurahkan perhatiannya

pada persoalan-persoalan yang dihadapi oleh para pengikutnya dan

kebutuhanpengembangan diri masing-masing pengikutnya dengan cara

memberikan semangat dan dorongan untuk mencapai tujuannya.

2.1.2.3 Faktor-faktor Gaya Kepemimpinan Transformasional

Kepemimpinan transformasional peduli dengan perbaikan kinerja

pengikut, dan mengembangkan pengikut ke potensi maksimal mereka. Orang

yang menampilkan kepemimpinan transformasional sering sekali memiliki

kumpulan nilai serta prinsip internal yang kuat. Mereka efektif dalam memotivasi

pengikut untuk bertindak dalam cara yang mendukung kepentingan yang lebih

besar, daripada kepentingan mereka sendiri. Menurut Northouse dalam Jandaghi

et al,. (2009) ada beberapa faktor dalam kepemimpinan transformasional, yaitu :

(11)

a. Pengaruh Ideal

Pengaruh ideal mendeskripsikan pemimpin yang bertindak sebagai teladan

yang kuat bagi pengikut. Pengikut menghubungkan dirinya dengan pemimpin

ini dan sangat ingin menirukan mereka. Pemimpin ini biasanya memiliki

standar yang sangat tinggi akan moral dan perilaku yang etis, serta bisa

diandalkan untuk melakukan hal yang benar. Meraka sangat dihargai oleh

pengikut yang biasanya sangat percaya kepada mereka. Mereka memberi

pengikut visi dan pemahaman akan misi. Faktor ideal diukur dengan dua

komponen: komponen pengakuan yang merujuk pada pengakuan pengikut

kepada pemimpin yang didasarkan pada persepsi yang mereka miliki atas

pemimpin mereka, dan komponen perilaku yang merujuk pada observasi

pengikut akan perilaku pemimpin.

b. Motivasi yang Menginspirasi

Faktor ini menggambarkan pemimpin yang mengkomunikasikan harapan

tinggi pada pengikut, menginspirasi mereka lewat motivasi untuk menjadi

setia pada, dan menjadi bagian dari visi bersama dalam organisasi. Pada

praktiknya, pemimpin menggunakan symbol dan daya tarik emosional guna

memfokuskan upaya anggota kelompok, guna mencapai lebih daripada apa

yang akan mereka lakukan untuk kepentingan pribadi mereka. Semangat tim

ditingkat oleh jenis kepemimpinan inti. Contoh dari faktor ini bisa saja

seorang manajer penjualan yang memotivasi anggota tenaga penjual untuk

hebat dalam pekerjaan mereka. Mereka melakukannya lewat kata-kata yang

(12)

mengkomunikasikan peran penting yang mereka mainkan dalam pertumbuhan

perusahaan di masa depan.

c. Rangsangan Intelektual

Hal itu mencakup kepemimpinan yang merangsang pengikut untuk bersikap

kreatif dan inovatif serta merangsang keyakinan dan nilai mereka sendiri,

seperti juga nilai dan keyakinan pemimpin serta organisasi. Jenis

kepemimpinan ini mendukung pengikut ketika mencoba pendekatan baru dan

mengembangkan cara inovatif untuk menghadapi masalah organisasi. Hal itu

mendorong karyawan untuk memikirkan hal-hal secara mandirii dan terlibat

dalam pengambilan keputusan yang hati-hati. Suatu contoh dari jenis

kepemimpinan ini adalah manajer pabrik yang mengingkatkanupaya setiap

pekerja untuk mengembangkan cara unik, guna memecahkan masalah yang

telah menyebabkan kemerosotan dalam produksi.

d. Pertimbangan yang Diadaptasi

Faktor ini mewakili pemimpin yang memberikan iklim yang mendukung,

dimana mereka mendengarkan dengan seksama kebutuhan masing-masing

pengikut. Pemimpin bertindak sebagai pelatih dan penasihat, sambil mencoba

untuk membantu pengikut untuk benar-benar mewujudkan apa yang

diinginkan. Pemimpin ini mungkin menggunakan delegasi untuk membantu

pengikut tumbuh lewat tantangan pribadi. Sebagai contohnya seorang manajer

yang meluangkan waktu untuk memperlakukan setiap karyawan, dalam cara

yang unik dan peduli. Untuk sejumlah karyawan, pemimpin ini bisa memberi

(13)

tertentu dengan tingkatan struktur yang tinggi. Intinya kepemimpinan

transformasional memiliki dampak besar dan menghasilkan kinerja yang lebih

daripada yang diharapkan.

Gambar 2.3 Faktor-faktor Kepemimpinan Transformasional

Di dalam tahap pengembangan yang ada, pendekatan transformasional

memiliki sejumlah kekukatan (Northouse, 2013:189) yaitu :

1. Kepemimpinan transformasional telah secara luas diteliti dari banyak

perspektif berbeda, termasuk serangkaian penelitian kualitatif tentang

pemimpin dan CEO yang unggul di perusahaan besar yang terkenal.

2. Kepemimpinan transformasional memiliki daya tarik alami.

3. Kepemimpinan transformasional memperlakukan kepemimpinan sebagai

proses yang terjadi antara pengikut dan pemimpin. Motivasi yang

Menginspirasi Pengaruh Ideal

Rangsangan Intelektual

Pertimbangan yang Diadaptasi

(14)

4. Pendekatan transformasional memberi pandangan yang lebih luas tentang

kepemimpinan yang meningkatkan model kepemimpinan lain.

5. Kepemimpinan transformasional memberikan penekanan yang kuat pada

kebutuhan, nilai, dan moral pengikut.

2.1.3 Kecerdasan Emosional

2.1.3.1 Defenisi Kecerdasan Emosional

Dalam Sumiyarsih, dkk (2012) menjelaskan bahwa istilah kecerdasan

emosional pertama kali dilontarkan pada tahun 1990 oleh psikolog Peter Salovey

dari Harvard University dan John Mayer dari University of New Hampshire untuk

menerangkan kualitas-kualitas emo-sional yang tampaknya penting bagi

keberhasilan individu. Salovey danMayermendefinisikan kecerdasan emosional

sebagai himpunan bagian dari kecerdasan sosial yang melibatkan kemampuan

memantau perasaan dan emosi baik pada diri sendiri maupun pada orang lain,

memilah–milah semuanya,dan menggunakan informasi ini untuk

mengembangkan pikiran dan tindakan. Definisi tersebut menjelaskan

bahwakecerdasan emosional berkaitan dengan pengarahan tindakan seseorang

dalam kehidupan pribadi maupun sosial. Bar-On (Sumiyarsih dkk, 2012))

mendefinisikan kecerdasan emosional sebagai serangkaian kemampuan pribadi,

emosi dan sosial yang mempengaruhi kemampuan seseorang untuk berhasil dalam

mengatasi tututan dan tekanan lingkungan.

Individu perlu memiliki kecerdasan emosional karena kondisi emosional

dapat mempengaruhi pikiran, perkataan, maupun perilaku, termasuk dalam

(15)

mengetahui kondisi emosionalnya dan cara mengekspresikan emosinya secara

tepat sehingga emosinya dapat dikontrol dan memberikan banyak manfaat dalam

kehidupan sehari-hari. Banyak orang cerdas secara akademik tetapi kurang

mempunyai kecerdasan emosional, ternyata gagal dalam meraih kesuksesan di

tempat kerja. Kecerdasan emosional juga mampu menentukan potensi seseorang

untuk mempelajari ketrampilan-ketrampilan praktis dan mendu-kung kinerja.

Menurut Goleman (Yanuarita, 2014:10), kecerdasan emosional adalah

kemampuan seseorang mengatur kehidupan emosinya dengan inteligensi, menjaga

keselarasan emosi, dan pengungkapannya melalui keterampilan kesadaran diri,

pengendalian diri, motivasi diri, empati dan keterampilan sosial. Menurutnya

koordinasi suasana hati adalah inti dari hubungan social yang baik. Apabila

seseorang pandai menyesuaikan diri dengan suasana hati orang lain atau dapat

berempati, orang tersebut akan memiliki tingkat emosionalitas yang baik dan akan

lebih mudah menyesuaikan diri dalam pergaulan social serta lingkungannya.

Goleman juga mengemukakan bahwa kecerdasan emosional adalah

kemampuanlebih yang dimiliki seseorang dalam memotivasi diri, ketahanan

dalam menghadapi kegagalan, mengendalikan emosi dan menunda kepuasan,

serta mengatur keadaan jiwa. Salovey dan Mayer dalam Naseer et al., (2011)

mendefinisikan kecerdasan emosional sebagai bagian dari kecerdasan sosial yang

melibatkan kemampuan untuk memonitor sendiri dan perasaan dan emosi orang

lain , untuk membedakan antara mereka dan menggunakan informasi ini untuk

membimbing pikiran dan tindakan seseorang . model mereka termasuk fitur

(16)

Menurut Robbins dan Judge (2009, 335) Kecerdasan emosional

(emotional intelligence) adalah kemampuan seseorang untuk mendeteksi serta

mengelola petunjuk-petunjuk dan informasi emosional. Orang-orang yang

mengenal emosi-emosi mereka sendiri dan mampu dengan baik membaca emosi

orang lain dapat menjadi lebih efektif dalam pekerjaan mereka.

2.1.3.2 Kemampuan Utama Kecerdasan Emosional

Gardner dalam Yanuarita (2014:11-15) mendefenisikan kemampuan kecerdasan

emosional menjadi lima kemampuan utama, yaitu:

a. Mengenali Emosi Diri

Mengenali emosi diri merupakan suatu kemampuan untuk mengenali

perasaan sewaktu perasaan itu terjadi. Kemampuan ini merupakan dasar dari

kecerdasan emosional, yakni kesadaran orang akan emosinya sendiri. Kesadaran

diri membuat seseorang lebih waspada terhadap suasana hati maupun pikiran

tentang suasana hati, bila kurang waspada akan individu menjadi mudah larut

dalam aliran emosi dan dikuasai oleh emosi.

Kesadaran diri tidak terbatas pada mengamati diri dan mengenali perasaan

akan tetapi juga menghimpun kosa kata untuk perasaan dan mengetahui hubungan

antara pikiran, perasaan, dan reaksi. Menurut Goleman kesadaran seseorang

terhadap titik lemah serta kemampuan pribadi seseorang juga merupakan bagaian

dari kesadaran diri. Kesadaran diri sangat penting dalam pembentukan konsep diri

yang positif. Konsep diri adalah pandangan pribadi terhadap diri sendiri, yang

(17)

1. Kesadaran emosi, yaitu tahu tentang bagaimana pengaruhnya emosi

terhadap kinerja, dan kemampuan menggunakan nilai-nilai untuk

memandu pembuatan keputusan.

2. Penilaian diri secara akurat, yaitu perasaan yang tulus tentang

kekuatan-kekuatan dan batas-batas pribadi, visi yang jelas tentang mana yang perlu

diperbaiki, dan kemampuan untuk belajar dari pengalaman orang lain.

3. Percaya diri, yaitu keyakinan tentang harga diri dan kemampuan diri.

b. Mengelola Emosi

Mengelola emosi merupakan kemampuan individu dalam menangai

perasaan agar dapat terungkap dengan tepat, sehingga tercapai keseimbangan

dalam diri individu. Menjaga agar emosi yang merisaukan tetap terkendali

merupakan kunci menuju kesejahteran emosi. Emosi berlebihan, yang meningkat

dengan intensitas terlampau lama akan mengoyak kestabilan. Kemampaun ini

mencakup kemampuan untuk menghibur diri sendiri, melepaskan kecemasan,

kemurungan atau ketersinggungan dan akibat-akibat yang ditumbulkannya serta

kemampuan untuk bangkit dari perasaan-perasaan yang menek

c. Memotivasi Diri Sendiri

Motivasi merupakan suatu energy yang dapat menimbulkan tingkat

antusiasme dalam melaksanakan suatu aktivitas, baik yang bersumber dari dalam

diri individi itu sendiri (motivasi instrinsik) maupun dari luar individu (motivasi

ekstrinsik). Istilah motivasi mengacu pada sebab atau mengapa, suatu organsisme

(18)

Dalam motivasi terkandung adanya keinginan, dorongan, harapan, kebutuhan,

tujuan, sasaran, dan insentif. Hal tersebut dapat dijelaskan menjadi beberapa

komponen utama yaitu :

a. Kebutuhan : hal ini terjadi jika individu merasa ada ketidakseimbangan

antara apa yang ia miliki dan apa yang ia harapkan.

b. Dorongan : kekuatan internal untuk melakukan kegiatan dalam rangka

memenuhi harapan yang timbul sebagai hasil dari kebutuhan

biologis,seperti kebutuhan makan dan minum. Kondisi seperti ini akan

memotivasi pelaku untuk mengulangi kebutuhan tersebut.

c. Tujuan : hal yang ingin dicapai seorang individu. Tujuan tersebut

mengarahkan perilaku dalam hal ini perilaku belajar. Kekuatan mental

atau kekuatan motivasi belajar dapat diperkuat dan dikembangkan.

Selain itu yang berkaitan dengan motivasi adalah optimisme. Menurut

Goleman, optimisme seperti harapan memiliki pengharapan yang kuat bahwa

secara umum, segala sesuatu dalam kehidupan akan sukses kendati ditimpa

kemunduran dan frustasi. Dari titik pandang kecerdasan emosional, optimisme

merupakan sikap yang menyangga orang agar jangan sampai jatuh dalam

keputusasaan atau depresi saat menghadapi kesulitan, karena optimisme

membawa keberuntungan dalam kehidupan.

d. Mengenali Emosi Orang Lain

Menurut Goleman kemampuan seseorang untuk mengenali orang lain atau

peduli, menunjukan kemampuan empati seseorang. Individu yang memiliki

(19)

yang mengisyaratkan apa kebutuhan orang lain. Sehingga lebih mampu menerima

sudut pandang orang lain, peka terhadap perasaan dan lebih mampu

mendengarkan orang lain. Seseorang yang mampu membaca orang lain juga

mempunyai kesadaran diri yang tinggi. Semakin mampu terbuka pada emosinya

sendiri, mampu mengenal dan mengakui emosinya sendiri, orang tersebut

mempunyai kemampuan untuk membaca perasaan orang lain.

Makna empati adalah memahami perasaan dan masalah orang lain serta berpikir

dengan sudut pandang mereka, menghargai perbedaan persasaan orang mengenai

berbagai hal. Menurut Goleman kemampuan indera perasaan seseorang sebelumn

yang bersangkutan mengatakannya merupakan intisari empati. Empati memahami

cara-cara komunikasi yang dibangun di atas kecakapan-kecakapan yang lebih

mendasar, khususnya kesadaran diri (self awareness) dan kendali diri (self

control).

e. Keterampilan Sosial

Keterampilan social, adalah kemampuan untuk menangani emosi dengan

baik ketika berhubungan dengan orang lain dan dengan cermat membaca situasi

dan jaringan social, berinteraksi dengan lancar, menggunakan keterampilan untuk

mempengaruhi dan memimpin, bermusyawarah, meyelesaikan perselisihan untuk

bekerjasama dalam tim.

Kemampuan ini dimulai dengan mengelola emosi diri sendiri dan berlanjut

pada kemampuan menangani emosi orang lain. Menurut Goleman, menangani

emosi orang lain merupakan seni yang mantap untuk menjalin hubungan,

(20)

diri dan empati. Dengan kedua landasan tersebut, keterampilan berhubungan

dengan orang lain akan matang. Ini merupakan kecakapan social yang mendukung

keberhasilan dalam pergaulan dengan orang lain.

2.1.3.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kecerdasan Emosional

Yanuarita (2014, 15) menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi kecerdasan

emosional :

a. Faktor Internal

Faktor internal adalah apa yang ada dalam diri individu yang mempengaruhi

kecerdasan emosinya. Faktor internal ini memiliki dua sumber yaitu:

1. Segi Jasmani : faktor pisik dan kesehatan individu, apabila fisik dan

kesehatan seseorang terganggu dapat dimungkinkan mempengaruhi proses

kecerdasan emosinya.

2. Segi Psikologis : mencakup di dalamnya pengalaman, perasaan,

kemampuan berpikir dan motivasi.

b. Faktor Eksternal

Faktor eksternal adalah stimulus dan lingkungan dimana kecerdasan emosi

berlangsung. Faktor eksternal meliputi :

1. Stimulus itu sendiri : kejenuhan stimulus merupakan salah satu faktor yang

mempengaruhi keberhasilan seseorang dalam memperlakukan kecerdasan

(21)

2. Lingkungan atau situasi khususnya yang melatarbelakangi proses

kecerdasan emosi : objek lingkungan yang melatarbelakangi merupakan

kebulatan yang sangat sulit dipisahkan.

2.1.3.4 Pendukung dan Penentang Kecerdasan Emosional

Robbin dan Judge (2009, 336-337) menjelaskan bahwa kecerdasan

emosional memiliki beberapa hal pendukung, yaitu :

1. Daya Tarik Intuitif

Terdapat banyak daya tarik intuitif pada konsep kecerdasan emosional.

Sebagian besar orang akan setuju bahwa adalah baik untuk memiliki

kecerdasan jalanan dan kecerdasan sosial. Orang-orang yang dapat mendeteksi

emosi orang lain, dan mengendalikan emosi mereka sendiri, dan menangani

interaksi sosial dengan baik akan mempunyai kaki yang kuat untuk berdiri di

dalam dunia bisnis, jadi pemikiran ini berlanjut.

2. Kecerdasan Emosional Meramalkan Kriteria yang Penting

Terdapat banyak bukti yang memperkuat bahwa kecerdasan emosional tingkat

tinggi memengaruhi kinerja seseorang menjadi lebih baik dalam pekerjaannya.

Sebuah penelitian lainnya menemukan bahwa kemampuan mengenali emosi

pada ekspresi pada wajah orang lain dan secara emosional dapat meramalkan

peringkat rekan kerja terhadap seberapa berharga orang-orang tersebut untuk

organisasi mereka. Akhirnya, penelitian mengidentifikasi bahwa secara

keseluruhan EI berhubungan secara moderat dengan kinerja pada pekerjaan.

(22)

3. EI Berbasis Biologis

Satu penelitian telah menunjukan bahwa orang-rang dengan kerusakan

pada bagian otak yang mengatur pemrosesan emosioanl mempunyai nilai yang

secara siginifikan lebih rendah pada ujian-ujian EI. Meskipun orang-orang

dengan kerusakan otak tersebut tidak mempunyai nilai yang rendah ada

ukuran-ukuran standar kecerdasan dibandingkan orang-orang yabg tidak

memiliki kerusakan otak yang sama, mereka tetap terganggu dengan

pengambilan keputusan normal. Hal ini menyatakan bahwa EI berbasis secara

neurologi dalam sedemikian rupa yang tidak berhubungan dengan

ukuran-ukuran standar kecerdasan, dan orang-orang yang menderita kerusakan

neurologi tersebut memiliki nilai lebih rendah pada EI dan membuat

keputusan yang lebih burur dibandingkan orang-orang yang lebih sehat dalam

hal ini.

Dalam Robbin dan Judge (2009, 336-337) juga menjelaskan bahwa

kecerdasan emosional juga memiliki beberapa hal yang menentangnya, yaitu :

1. EI adalah Sebuah Konsep yang Samar

2. EI Tidak Dapat Diukur

(23)

2.1.4 Kepuasan Kerja

2.1.4.1 Pengertian Kepuasan Kerja

Davis menyatakan bahwa kepuasan kerja adalah suatu perasaan

menyokong atau tidak menyokong diri pegawai yang berhubungan dengan

pekerjaannya maupun kondisi dirinya (Mangkunegara, 2001:34).

Sementara Handoko (2005:75) menyatakan bahwa kepuasan kerja

adalah keadaan emosional yang menyenangkan atau tidak menyenangkan

dengan mana para karyawan memandang pekerjaan mereka. Menurut

Robbins (2001:17), “kepuasan kerja adalah suatu variabel bergantung

yang didelinisikan sebagai suatu sikap umum terhadap pekerjaan

seseorang, selisih antara banyaknya ganjaran yang diterima seorang

pekerja dan banyaknya yang mereka yakini seharusnya mereka terima “.

Tiffin dalam As’ad (2001:104) mengemukakan bahwa kepuasaan

kerja berhubungan erat dengan sikap karyawan terhadap pekerjaanya

sendiri, situasi kerja, kerjasama pimpinan dengan sesama karyawan.

Martoyo (2004:35) menjelaskan bahwa kepuasan kerja adalah keadaan

emosional karyawan dimana terjadi ataupun tidak terjadi titik temu antara

nilai balas jasa kerja karyawan dari perusahaan atau organisasi dengan

tingkat nilai balas jasa yang memang diinginkan oleh karyawan yang

bersangkutan. Balas jasa karyawan ini, baik berupa “finansial” maupun

yang “non finansial”.

Anoraga (2001:49) menegaskan bahwa kepuasan kerja adalah

(24)

itu sendiri, situasi kerja, hubungan antara atasan dengan bawahan dan

hubungan sesama karyawan.

2.1.4.2

Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Kerja

Menurut Robbins (2001:17), faktor-faktor yang mempengaruhi

kepuasan kerja adalah :

a.Kerja yang secara mental menantang.

Karyawan cenderung lebih menyukai pekerjaan-pekerjaan yang

memberi mereka kesempatan untuk menggunakan keterampilan dan

kemampuan mereka dan menawarkan beragam tugas, kebebasan, dan

umpan balik mengenai betapa baik mereka bekerja.

b. Ganjaran yang pantas.

Para karyawan menginginkan sistem upah dan kebijakan promosi

yang mereka persepsikan sebagai adil, tidak meragukan, dan segaris

dengan pengharapan mereka,Bila upah dilihat sebagai adil yang

didasarkan pada tuntutan pekerjaan, tingkat keterampilan individu, dan

standar pengupahan komunitas, kemungkinan besar akan dihasilkan

kepuasan.

c. Kondisi kerja yang mendukung.

Karyawan peduli akan lingkungan kerja yang baik untuk

kenyamanan pribadi maupun untuk memudahkan mengerjakan tugas

yang balk. Studistudi menunjukkan bahwa karyawani lebih menyukai

(25)

cahaya, keributan, dan faktor-faktor lingkungan lain seharusnya tidak

ekstrim.

d. Rekan sekerja yang mendukung.

Orang-orang mendapatkan lebih daripada sekedar uang atau

prestasi yang berwujud dari pekerjaan mereka. Bagi kebanyakan

karyawan, kerja juga mengisi kebutuhan akan interaksi sosial. Oleh

karena itu tidaklah mengejutkan bila mempunyai rekan sekerja yang

ramah dan mendukung menghantar ke kepuasan kerja yang meningkat.

(26)

2.2 Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu sangat penting sebagai dasar pijakan dalam rangka

penyusunan penelitian ini. Kegunaannya untuk mengetahui hasil yang telah

dilakukan oleh peneliti terdahulu, sebagai berikut :

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

(27)

2 I Gede Yogi (3,901) > t-tabel (1,6551) dan

Intelligence (X1) Business

Consultants (Y)

(28)
(29)

memberikan

Intelligence (X1) Team Performance kinerja tim yang sejalan dengan

Kepuasan Kerja (Y)

(30)

2.3 Kerangka Konseptual

Kepemimimpinan Transformasional merupakan proses dimana orang

terlibat dengan orang lain dan menciptakan hubungan yang meningkatkan

motivasi dan moralitas dalam diri pemimpin dan pengikut. Yang memiliki

perhatian pada kebutuhan dan motif pengikut, serta mencoba membantu pengikut

mencapai potensi terbaiknya (Northouse, 2013:176).

Hal-hal tersebut sangat diperlukan oleh seorang pemimpin perusahaan

dalam menjalankan perusahaan dan memimpin bawahannya. Pemimpinan yang

memiliki sifat transformasional akan memberikan arahan dan

memotivasibawahannya untuk melalukan pekerjaan dengan baik. Sehingga dapat

lebih berupaya dalam mencapai keberhasilan usaha.

Berdasarkan penelitian oleh Anggreini,Santosa (2009) menjelaskan bahwa

gaya kepemimpinan transformasional menunjukkan adanya pengaruh positif dan

signifikan terhadap kepuasan kerja. Pinos et al (2006) juga berpendapat bahwa

gaya kepemimpinan transformasional memiliki pengaruh yang positif terhadap

kinerja karyawan dalam mencapai kepuasan kerja. Sehingga apabila kinerja

karyawan dapat berjalan dengan maksimal, maka perusahaan dapat mencapai

keberhasilannya.

Goleman dalam (Yanuarita, 2014:10) mendefinisikan bahwa kecerdasan

emosional adalah kemampuan seseorang mengatur kehidupan emosinya dengan

inteligensi, menjaga keselarasan emosi, dan pengungkapannya melalui

keterampilan kesadaran diri, pengendalian diri, motivasi diri, empati dan

(31)

Kecerdasan emosional sangat diperlukan dalam mencapai kepuasan kerja

karyawan.Goleman dalam Yanuarita (2014:11-15) menyatakan bahwa kecerdasan

emosional adalah seseorang yang mampu menangani dan mengelola perasaannya.

Sehingga di dalam dunia usaha suatu individu yang dapat mengelola dan

menangani perasaannya saat menjalankan usaha akan dapat berpengaruh dengan

baik terhadap performa individu tersebut dalam menjalankan usahanya. Dan juga

bagi setiap individu yang memiliki kecerdasan emosional dalam menjalankan

usaha, akan menumbuhkan motivasi diri untuk bekerja dengan baik dalam

mencapai keberhasilannya (Yanuarita, 2014)

Dalam penelitian Subudi (2015) dinyatakan bahwa kecerdasan emosional

wirausaha berpengaruh positif dan signikan terhadap kepuasan kerja karyawan.

Penelitian tersebut juga didukung oleh Naseer, et al (2011) bahwa kecerdasan

emosional memiliki dampak yang positif terhadap kinerja tim dalam mencapai

kepuasan kerja. Dalam penelitian Anggreini (2009) menyatakan bahwa

kepemimpinan transformasional berpengaruh positif terhadap kinerja karyawan

dalam mencapai kepuasan kerja. Dengan kata lain semakin baik kepemimpinan

transformasional dan kecerdasan emosional maka dapat meningkatkan kinerja

karyawan. Sehingga dari peningkatan kinerja karyawan tersebut perusahaan dapat

mencapai kepuasan kerja dari perusahaan tersebut.

Dari penjelasan tersebut dapat dilihat bahwa gaya kepemimpinan

transformasional dan kecerdasan emosional memiliki pengaruh yang positif dalam

mencapai kepuasan kerja. Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan, maka

(32)

Gambar 2.4 Kerangka Konseptual

sumber:Anggreini,Santosa (2009), Pinos et al(2006), Subudi (2015), Naseer et al

(2011)

2.4 Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini sebagai berikut :

Gaya kepemimpinan transformasional dan kecerdasan emosional memiliki

pengaruh terhadap kepuasan kerja karyawan Goedang Coffee Medan. Gaya Kepemimpinan

Transformasional

X1

Kecerdasan Emosional

X2

Kepuasan Kerja

Gambar

Gambar 2.1 Unsur-unsur Pokok dalam Kepemimpinan
Gambar 2.2 Perbedaan orientasi atau Paradigma Lama dan Baru
Gambar 2.3 Faktor-faktor Kepemimpinan Transformasional
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
+2

Referensi

Dokumen terkait

Peningkatan pemakaian rodagigi cacing seperti gambar 2.15, dibatasi pada nilai i antara 1 sampai dengan 5, karena dengan ini bisa digunakan untuk mentransmisikan daya yang

Cara instan tersebut adalah dengan meng-copy paste perencanaan pembelajaran yang digunakan sebagai patokan dalam proses pembelajaran atau biasa disebut sebagai perilaku plagiat

Kepadatan yang tinggi itu sendiri merupakan faktor paling umum yang dapat menimbulkan perasaan sesak, namun seperti yang kita lihat, hal itu tidak selalu menuntun pada rasa

(1) Guru Bimbingan dan konseling dapat memberikan layanan bimbingan dan konseling berupa teknik permainan peran (role playing), dimana teknik ini dapat di gunakan

4. Pada menu konsultasi ini pengguna bisa mengkonsultasikan gejala yang terjadi pada ayamnya sehingga tahu penyakit apa yang diderita oleh ayam dengan mengetahui

Presiden tentang Pembubaran Dewan Riset Nasional, Dewan Ketahanan Pangan, Badan Pengembangan Wilayah Surabaya-Madura, Badan Standardisasi dan Akreditasi

Hasil penelitian dapat disimpulkan : 1) Nilai tambah pada rantai pasok produk tuna beku di PT. Sari Tuna Makmur Kota Bitung, berupa nilai tambah pada jumlah tenaga kerja

Kaitan hubungan antara sifat fisik, kimia, fisiologi dan organoleptik buah dan sayuran adalah pada tingakat kematangan buah dan sayur maka akan mengalami perunbahan berat,