• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBELAJARAN PROBLEM BASED INSTRUCTION BERBANTUAN BAHAN MANIPULATIF BERPENGARUH TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS V SD GUGUS LETDA KAJENG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PEMBELAJARAN PROBLEM BASED INSTRUCTION BERBANTUAN BAHAN MANIPULATIF BERPENGARUH TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS V SD GUGUS LETDA KAJENG"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

PEMBELAJARAN PROBLEM BASED INSTRUCTION BERBANTUAN

BAHAN MANIPULATIF BERPENGARUH TERHADAP

HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA

KELAS V SD GUGUS LETDA KAJENG

Ni Pt. Lisa Andreyani Patricasari

1

, Ni Wyn. Suniasih

2

, I Wyn. Wiarta

3

1,2,3

Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FIP

Universitas Pendidikan Ganesha

Singaraja, Indonesia

Email: andreyani.lisa@yahoo.com

1

, wyn_suniasih@yahoo.com

2

,

wayan.wiarta@yahoo.com

3

Abstrak

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan yang signifikan hasil belajar matematika antara kelompok siswa yang dibelajarkan melalui pembelajaran PBI berbantuan bahan manipulatif dengan yang dibelajarkan melalui pembelajaran konvensional siswa kelas V SD Gugus Letda Kajeng Kecamatan Denpasar Utara tahun pelajaran 2013/2014. Jenis penelitian ini merupakan eksperimen semu dengan menggunakan desain penelitian nonequivalent control group design. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V SD gugus Letda Kajeng Denpasar Utara tahun pelajaran 2013/2014 yang banyaknya 359 orang. Sampel ditentukan dengan random sampling dengan mengacak kelas. Sampel dalam penelitian ini adalah kelas V SD Negeri 14 Pemecutan sebagai kelompok eksperimen dan kelas V SD Negeri 4 Pemecutan sebagai kelompok kontrol dengan jumlah masing-masing kelompok sebanyak 32 orang. Data hasil belajar Matematika dikumpulkan dengan instrumen berupa tes essay berjumlah 10 butir tes yang telah divalidasi.

Data hasil belajar matematika dianalisis dengan t-test. Hasil analisis menunjukkan bahwa

terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar matematika antara kelompok siswa yang dibelajarkan melalui pembelajaran PBI berbantuan bahan manipulatif dengan yang dibelajarkan melalui pembelajaran konvensional siswa kelas V SD Gugus Letda Kajeng Denpasar Utara tahun pelajaran 2013/2014. Hal tersebut dibuktikan dengan hasil thitung=

4,079 > ttabel (α = 0,05, 62) = 2,000. Demikian pula nilai Rerata hasil belajar matematika siswa

kelompok eskperimen X = 85,625 > X = 74,92 rerata hasil belajar matematika siswa kelompok kontrol. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penerapan pembelajaran Problem Based Instruction (PBI) berbantuan bahan manipulatif berpengaruh terhadap hasil belajar matematika siswa kelas V SD Gugus Letda Kajeng Denpasar Utara tahun ajaran 2013/2014.

Kata-kata kunci : Problem Based Instruction (PBI), Bahan Manipulatif, Hasil belajar matematika

Abstract

The purpose of this study was to find out the significant differences in the outcomes of learning mathematics between students who was studied by using problem based learning Instruction (PBI) assisted manipulative materials with students who was studied by using the conventional learning in class V SD Gugus Letda Kajeng north Denpasar district academic year 2013/2014. This type of research was a quasi-experimental

(2)

research using non equivalent control group design. The population in this research were all students in the fifth grade of elementary school of SD Gugus Letda Kajeng north Denpasar district academic year 2013/2014, which is the total of students are 359 person. The samples were taken with a random sampling technique to randomize the class. The sample in this study is the class V of SD Negeri 14 Pemecutan as the experimental group and class V of SD Negeri 4 Pemecutan as a control group, which is the total of each group of 32 person. Therefore, The data of Mathematics learning outcomes were collected by instruments in the form of an essay test , which each test consist of 10 items in valid and reliable. The data of Mathematics learning outcomes were analyzed by t - test. The analysis stated that there were the significant differences in the outcomes of learning mathematics between students who was studied by using problem based learning Instruction (PBI) assisted manipulative materials with students who was studied by using the conventional learning in class V SD Gugus Letda Kajeng north Denpasar district academic year 2013/2014. This study was evidenced by the results tcount= 4,079 > ttable (α = 0,05, 62) = 2,000, the average value obtained in experimental

group learning outcomes ( 85.62 ) is greater than the control class ( 74.92 ). Similarly, average value the outcomes of experimental group learning mathematics = 85.625> = 74.92 average value the outcomes of the control group learning mathematics. However, Based on the result above it can be concluded that the application of problem based learning Instruction (PBI) assisted manipulative materials had an effect in learning mathematics outcomes in class V SD Gugus Letda Kajeng north Denpasar district academic year 2013/2014.

Key words: Problem Based Instruction (PBI), Manipulative materials, Mathematics learning outcomes

PENDAHULUAN

Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi dibarengi oleh pertumbuhan penduduk yang sangat pesat menyebabkan manusia harus mampu beradaptasi dalam kompetisi dengan kreatifitas yang tinggi agar mampu bersaing dan mampu menyelaraskan diri dengan segala perubahan yang ada. Visi pendidikan nasional, yaitu “terwujudnya sistem pendidikan sebagai pranata sosial yang kuat dan berwibawa untuk memberdayakan semua warga Indonesia berkembang menjadi manusia yang berkualitas sehingga mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah” (Rusman, 2011:3). Terkait dengan gambaran masa depan pendidikan nasional, pendidikan diarahkan agar guru berusaha untuk mencetak siswa yang mampu bersaing di tengah perubahan zaman.

Untuk mencetak siswa yang mampu bersaing di tengah perubahan zaman, siswa harus dibelajarkan dengan optimal. Siswa diarahkan agar terbiasa menerapkan pengetahuan yang sudah

didapatkannya untuk pemecahan-pemecahan masalah yang nyata. Dengan demikian pembelajaran di sekolah tidak hanya sekedar pembelajaran yang berupa hafalan teori saja, melainkan pembelajaran yang membuat siswa aktif, bermakna, dan berpusat pada siswa.

Dalam pelaksanaannya dibutuhkan seorang guru yang bisa memotivasi siswa agar mampu mengaplikasikan pengetahuan yang diterimanya di sekolah untuk memecahkan permasalahan yang ditemui dikehidupan sehari-hari. Oleh karena itu guru berkewajiban untuk meningkatkan kualitas pembelajaran, khususnya untuk mata pelajaran Matematika. Konsep matematika sering digunakan untuk menyelesaikan berbagai permasalahan yang ditemui di kehidupan sehari-hari. Mata pelajaran matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang penting untuk dipelajari. Pembelajaran matematika dilaksanakan dengan cara mengaitkan konsep matematika dengan permasalahan nyata, sehingga pembelajaran matematika

(3)

akan bersifat konkret dan mudah dipahami oleh siswa.

Namun kenyataannya sistem pembelajaran selama ini cenderung membuat siswa belajar secara pasif menyerap struktur yang diberikan oleh guru yang terdapat di buku pelajaran. “Proses pembelajaran di dalam kelas diarahkan kepada kemampuan siswa untuk menghafal informasi. Otak siswa dipaksa untuk mengingat dan menimbun berbagai informasi tanpa dituntut untuk memahami informasi” (Sanjaya, 2011:1). Hal tersebut membuktikan bahwa, pembelajaran masih menganut sistem konvensional yang hanya membuat guru aktif dan siswa pasif. Pembelajaran seperti itu kurang menuntut siswa untuk mengembangkan potensinya dalam proses pemecahan masalah yang nyata dan tidak diarahkan dalam membentuk siswa yang cerdas, kreatif, dan inovatif.

Cahyo (2013: 239) menyatakan, Sudah menjadi rahasia umum matematika memiliki citra negatif bagi kalangan siswa, yaitu momok menakutkan, sulit, membuat pusing, dan sederet kesan negatif lainnya. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya guru yang selalu menerapkan cara mengajar yang masih bersifat konvensional. Dalam pembelajaran matematika konvensional, guru akan memulai proses pembelajaran dengan membahas definisi suatu konsep, lalu guru mengumumkan rumus kepada siswa. Kemudian membahas contoh soal dan siswa diberi kesempatan untuk menjawab soal.

Dalam pembelajaran konvensional guru sebagai penyalur ilmu pengetahuan, penekanan pada ingatan, penguatan secara eksternal, sedikit penekanan pada pernyataan kreatif, tempat duduk siswa menghadap ke depan, siswa belajar abstrak, diskusi berpusat pada guru, ceramah, siswa secara bersaing, dan sedikit pemecahan masalah (Yamin, 2011:202). Pembelajaran konvensional mengarahkan untuk menghafal informasi ke dalam otak tanpa dituntut untuk memahami informasi tersebut. “Itu mengakibatkan siswa hanya kaya dengan teori tapi miskin aplikasi” (Sanjaya, 2011:1). Secara tidak langsung pola pembelajaran seperti itu

akan membuat hasil belajar siswa menjadi tidak optimal.

Sudah menjadi rahasia umum matematika memiliki citra negatif bagi kalangan siswa, yaitu momok menakutkan, sulit, membuat pusing, dan sederet kesan negatif lainnya (Cahyo, 2013: 239). Hal tersebut membuat konsep matematika tidak bisa dipahami dengan baik jika dilaksanakan dengan pembelajaran konvensional. Itu karena pembelajaran matematika yang menerapkan pembelajaran konvensional, membuat siswa pasif menyerap informasi. Sehingga pembelajaran matematika tidak bermakna dan membuat materi pembelajaran cepat dilupakan oleh siswa sehingga berpengaruh langsung terhadap hasil belajar matematika siswa.

Dari permasalahan tersebut dipandang perlu adanya inovasi dalam pembelajaran yakni pembelajaran yang mengutamakan penguasaan kompetensi, berpusat pada siswa, memberikan pengalaman belajar, dan relevan dengan kehidupan nyata. Salah satu inovasi yang dimaksud yakni dengan menerapkan pembelajaran Problem Based Instruction (PBI) yang menekankan kepada siswa untuk membangun pengetahuannya sendiri dengan memberi permasalahan nyata yang akan memberikan pengalaman langsung kepada siswa dalam pemecahannya.

Pembelajaran PBI memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengaplikasikan pengetahuannya untuk pemecahan masalah yang siswa miliki di dunia nyata. Konsep matematika yang dibelajarkan dengan pembelajaran PBI menyebabkan pengetahuan tidak cepat dilupakan oleh siswa karena dapat menciptakan pembelajaran yang bermakna. “Dalam proses pembelajaran matematika, siswa sebaiknya diberikan kesempatan memanipulasi benda-benda atau alat peraga yang dirancang khusus dan dapat diotak-atik atau dimanipulasi” (Japa, 2011: 7). Berdasarkan hal tersebut, akan lebih baik jika pembelajaran matematika menggunakan bantuan bahan manipulatif.

Jika memanfaatkan bahan manipulatif dalam pembelajaran matematika maka akan mempermudah siswa untuk memahami materi pembelajaran

(4)

matematika. Bahan-bahan manipulatif dapat dipegang, dipindah-pindah, dipasang, dibolak-balik, diatur, ditata, dan dilipat atau dipotong oleh siswa. Bahan manipulatif berfungsi untuk menyederhanakan konsep yang sulit atau sukar. Pembelajaran PBI akan lebih baik jika dipadukan dengan berbagai bahan manipulatif membantu proses pemecahan masalah yang dilakukan siswa. Keduanya sama-sama dapat menciptakan pembelajaran yang bersifat konkret dan memberikan pemahaman yang bermakna kepada siswa. Jadi pembelajaran PBI berbantuan bahan manipulatif dapat menciptakan pembelajaran matematika yang bermakna dan bersifat efektif sehingga siswa dapat memahami dan mengaplikasikan konsep serta siswa dapat lebih aktif dalam proses pembelajaran.

Berdasarkan uraian tersebut, secara teoritis pembelajaran PBI berbantuan bahan manipulatif berpengaruh terhadap hasil belajar matematika siswa, tetapi secara empiris perlu dibuktikan melalui penelitian yang berjudul “pengaruh penerapan pembelajaran PBI berbantuan bahan manipulatif terhadap hasil belajar matematika pada siswa kelas V SD Gugus Letda Kajeng”. Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan yang signifikan hasil belajar matematika antara kelompok siswa yang dibelajarkan melalui pembelajaran PBI berbantuan bahan manipulatif dengan yang dibelajarkan melalui pembelajaran konvensional siswa kelas V SD Gugus Letda Kajeng Kecamatan Denpasar Utara tahun ajaran 2013/2014.

METODE

Penelitian ini dilaksanakan pada semester 2 tahun ajaran 2013/2014 di kelas V SD Gugus Letda Kajeng Kecamatan Denpasar Utara. Jenis penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain eksperimental yaitu quasi eksperiment (eksperimen Semu). “Desain ini memiliki kelompok kontrol, tetapi tidak bisa sepenuhnya mengontrol variabel-variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen” (Sugiyono, 2009:114). Penelitian ini menggunakan desain eksperimen “Nonequivalent control group

design”. Pre test diberikan untuk kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Setelah itu memberikan perlakuan, yaitu dengan menerapkan pembelajaran PBI berbantuan bahan manipulatif kepada kelompok eksperimen dan menerapkan pembelajaran konvensional berupa strategi ekpositori kepada kelompok kontrol. Kemudian setelah diberikan perlakuan, dilakukan post tes untuk mengetahui hasil belajar. Pada desain ini kelompok eksperimen dan kontrol diberikan pre test dan post test. “Pemberian pre test biasanya digunakan untuk mengukur equivalensi atau penyetaraan kelompok” (Dantes, 2012: 97). Sesuai hal tersebut, pre test digunakan untuk menyetarakan kelompok. Teknik yang digunakan dalam penyetaraan kelompok adalah teknik matching. Post test diberikan setelah selesai pemberian perlakuan.

Pelaksanaan penelitian ini terdiri dari tiga tahapan yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap akhir eksperimen. Pada tahap pelaksanaan dilakukan kegiatan meliputi: (a) melakukan wawancara dengan Ketua Gugus Letda Kajeng untuk mengetahui ada atau tidaknya kelas unggulan di masing-masing SD yang ada di Gugus Letda Kajeng, (b) mempersiapkan kurikulum dan menyusun silabus yang terkait dengan materi yang akan diuji cobakan dalam penelitian ini, (c) menyusun RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) beserta LKS, (d) mempersiapkan bahan manipulatif yang akan digunakan untuk membelajarkan kelas eksperimen, (e) mengkonsultasikan instrumen penelitian pre-test dan post-test bersama wali kelas dan dosen pembimbing, (f) mengkonsultasikan RPP, LKS dan media pembelajaran bersama wali kelas dan dosen pembimbing, (g) mengadakan validasi instrumen penelitian pre-test dan post-test, (h) memberikan pre-test kepada seluruh sampel yang terpilih untuk membuktikan kesetaraan, (i) analisis data pre-test kedua kelompok, dan (j) melakukan pengundian untuk menentukan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.

Saat pelaksanaan eksperimen kegiatan yang ditempuh adalah: (a) memberikan treatment (perlakuan) pada kelas eksperimen berupa pembelajaran PBI berbantuan bahan manipulatif, (b)

(5)

memberikan treatment (perlakuan) pada kelas kontrol berupa pembelajaran konvensional, (c) treatment (perlakuan) diberikan sebanyak delapan kali di kelas eksperimen dan delapan kali juga di kelas kontrol dengan rincian pemberian pre test, 6 kali penyampaian materi, dan satu kali post test. Jumlah perlakuan yang diberikan telah disesuaikan dengan jam pelajaran terkait materi dalam penelitian ini yang telah diatur dalam kurikulum dan silabus, dan (d) memberikan post-test pada akhir penelitian, baik untuk kelompok eksperimen maupun kontrol. Tahap akhir eksperimen kegiatan yang ditempuh adalah menganalisis data hasil penelitian dan membuat laporan hasil penelitian berupa skripsi.

Sugiyono (2009: 61) menyatakan “Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan”. “Populasi adalah kumpulan dari individu dengan kualitas serta cirri-ciri yang telah ditetapkan” (Nazir, 2002:271). Jadi dapat disimpulkan populasi adalah kumpulan dari individu yang memiliki karakteristik tertentu yang ingin diteliti oleh peneliti yang akan dipelajari dan ditarik kesimpulan. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V SD gugus Letda Kajeng Denpasar Utara tahun ajaran 2013/2014 yang banyaknya 359 orang siswa yang terdiri dari 11 kelas dalam 5 sekolah dasar. Sekolah dasar yang terdapat di Gugus Letda Kajeng adalah SD N 14 Pemecutan, SD N 4 Pemecutan, SD N 8 Pemecutan, SD N 12 Pemecutan, dan SD N 24 Pemecutan. Informasi yang diperoleh dari kepala sekolah serta guru kelas V di masing-masing SD Gugus Letda Kajeng yaitu bahwa kelas V dari lima sekolah yang ada di Gugus Letda Kajeng setara secara akademik yang memiliki nilai rata-rata tidak jauh berbeda. Dikatakan setara, karena pengelompokan siswa kedalam kelas-kelas dari 5 sekolah yang ada disebar secara merata antara siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang, dan rendah. Dengan demikian tidak terdapat kelas unggulan maupun non unggulan.

Sugiyono (2009: 118) sampel adalah “bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut”.

“Sampel adalah jumlah populasi yang dipilih untuk sumber data yang merupakan bagian dari populasi” (Sukardi, 2011: 54). Jadi dapat disimpulkan bahwa sampel adalah bagian dari populasi yang mewakili anggota populasi. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah Random Sampling yang dirandom kelasnya, sehingga setiap kelas mendapatkan peluang yang sama untuk menjadi sampel penelitian. Cara yang digunakan adalah dengan cara pengundian. Cara undian dilakukan dengan menulis semua nama kelas V di seluruh SD populasi pada masing-masing kertas, kemudian kertas digulung. Masukkan gulungan kertas ke dalam kotak dan dikocok. Ambil satu gulungan kertas, lalu ambil satu gulungan kertas lain, tanpa memasukkan kembali gulungan kertas pertama. Nama-nama SD pada kedua gulungan kertas tersebut merupakan sampel penelitian.

Pemilihan sampel penelitian ini tidak dilakukannya pengacakan individu melainkan hanya pengacakan kelas. Karena tidak bisa mengubah kelas yang telah terbentuk sebelumnya. Kelas dipilih sebagaimana telah terbentuk tanpa campur tangan peneliti dan tidak dilakukannya pengacakan individu, kemungkinan pengaruh-pengaruh dari keadaan siswa mengetahui dirinya dilibatkan dalam eksperimen dapat dikurangi sehingga penelitian ini benar-benar menggambarkan pengaruh perlakuan yang diberikan.

Sampel dalam penelitian ini kelas V SD Negeri 14 Pemecutan sebagai kelompok eksperimen dan kelas V SD Negeri 4 Pemecutan sebagai kelompok Kontrol. Kelas VA di SD Negeri 14 Pemecutan berjumlah 33 siswa dan kelas VC di SD Negeri 4 Pemecutan berjumlah 37 siswa. Lalu diberikan pre test pada kedua kelas tersebut pada tanggal 5 Februari 2014 pada kelas VC di SD Negeri 4 Pemecutan dan pada 6 februari 2014 pada kelas VA di SD Negeri 14 Pemecutan. Data nilai siswa di Matching dilakukan pada 2 kelas tersebut. Teknik matching adalah suatu teknik untuk menyeragamkan kelompok pada suatu variabel atau lebih yang oleh peneliti sudah diidentifikasi memiliki hubungan yang erat dengan penampilan variabel tidak bebas. Untuk

(6)

masing-masing subyek yang ada, peneliti berusaha mencari subyek yang lain yang sama atau nilainya mirip pada variabel kontrol. Jika terdapat subyek yang tidak mendapatkan jodoh maka harus dihilangkan dalam penelitian (Darmadi, 2011: 197).

Setelah mendapatkan nilai pre test dari kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, maka nilai dari kedua kelompok tersebut di analisis dengan teknik matching. Ini dilakukan dengan cara menjodohkan nilai prates siswa dari kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Jika terdapat nilai siswa yang tidak mendapatkan pasangan maka siswa tersebut tetap diikutkan dalam proses pemberian perlakuan saat penelitian, akan tetapi siswa tersebut tidak diikutkan sebagai sampel. Ini dilakukan agar tidak menggangu psikologis siswa. Setelah di Matching hasilnya 32 siswa terbukti memiliki kemampuan yang setara secara akademik. Sehingga sampel yang diteliti dalam penelitian ini hanya 32 sampel.

Variabel dalam penelitian ini terdiri dari dua variabel yaitu variabel bebas dan variabel terikat. “Variabel merupakan objek penelitian, atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian” (Arikunto, 2003:20). Sugiyono (2009: 60) “variabel adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari”. Jadi dapat disimpulkan variabel adalah segala sesuatu yang dipilih oleh peneliti untuk menjadi titik perhatian yang akan dipelajari oleh peneliti. “Variabel bebas merupakan variabel yang menjadi sebab munculnya variable terikat” (Darmadi, 2011:21). “Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi” (Sugiyono 2009: 61). Jadi dapat disimpulkan Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi yang menjadi sebab munculnya variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pembelajaran PBI berbantuan bahan manipulatif sedangkan pembelajaran konvensional dikenakan pada kelompok kontrol. ”Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas” (Sugiyono, 2009: 61). Nazir (2011:124) variabel terikat adalah ”variabel yang tergantung dengan variabel lain”. Jadi

dapat disimpulkan variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil belajar matematika siswa.

Dalam penelitian ini data yang dianalisis adalah data hasil belajar matematika siswa, untuk mendapatkan data tersebut digunakan tes hasil belajar matematika. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode tes. Arikunto (2003:32) berpendapat tes adalah “serentetan pertanyaan atau latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu”. Tes adalah “suatu cara pengukuran pengetahuan, keterampilan, perasaan, kecerdasan, atau sikap individu atau kelompok” (Darmadi, 2011:86). Berdasarkan beberapa pendapat dapat disimpulkan bahwa tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan atau alat lain yang digunakan untuk proses pengukuran.

Tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes essay atau tes uraian bebas. Tes uraian bebas adalah “salah satu tes hasil belajar yang memiliki karakteristik berbentuk pertanyaan mehendaki jawaban berupa uraian atau paparankalimat yang umumnya cukup panjang serta memberikan kebebasan yang seluas-luasnya kepada siswa untuk merumuskan jawaban” (Sudijono, 2011: 100). Sukiman, (2012: 105) menyatakan Tes uraian bebas adalah “bentuk tes yang memerlukan jawaban yang terurai (uraian panjang)”. Jadi dapat disimpulkan tes uraian bebas adalah suatu bentuk tes hasil belajar yang menuntut siswa untuk menjawab pertanyaan dengan paparan kalimat yang umumnya cukup panjang serta memberikan kebebasan yang seluas-luasnya kepada siswa untuk merumuskan jawaban. Tes uraian bebas dipilih sebagai alat pengumpulan data dalam penelitian ini karena memiliki karakteristik yang sama dengan pembelajaran PBI. Keduanya sama-sama menuntut siswa untuk berpikir tingkat tinggi dengan mengaplikasikan pengetahuan siswa.

Sebelum digunakan untuk

pengumpulan data, tes dibuat berdasarkan kisi-kisi yang sudah dibuat. Setelah itu tes

(7)

diuji validitas dan realibilitasnya. Validitas perangkat tes adalah taraf sejauh mana perangkat tes tersebut dapat mengukur apa yang seharusnya diukur (Dantes, 2012:125).

Suatu instrumen dikatakan valid apabila tes tersebut dapat megukur dan mampu menyingkap objek yang hendak diukur (ketepatan alat ukur dengan hal yang diukur) (Agung, 2011: 53). Jadi dapat disimpulkan perangkat tes dikatakan valid jika tes tersebut sudah dapat mengukur apa yang seharusnya diukur. Untuk menguji validitas butir instrumen yang bersifat politomi digunakan teknik korelasi product moment. Dari 20 buti soal ternyata ada 11 soal dalam kategori valid tapi 10 soal yang dgunakan untuk pos test. Jika tes sudah diuji vaiditasnya maka untuk tes yang sudah valid dilanjutkan diuji realibilitasnya. “Keajegan suatu perangkat tes adalah taraf keajegan, realibilitas, suatu perangkat tes, dalam arti sejauh mana tes itu sama dengan dirinya sendiri” (Dantes, 2012:118).

Sukiman (2012:191) “reliabilitas tes atau keajegan berhubungan dengan masalah kepercayaan. Suatu tes akan menghasilkan kepercayaan yang tinggi apabila tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap”. Jadi dapat disimpulkan realibilitas suatu perangkat tes adalah taraf keajegan, jika tes tersebut digunakan untuk mengukur beberapa kali maka hasilnya akan tetap sama dan konsisten dalam mengukur apa yang hendaknya diukur. Uji reliabilitas dapat dilakukan pada soal yang telah valid saja, jadi uji reliabilitas dilakukan setelah melakukan uji validitas. Uji reliabilitas tes uraian bebas yang bersifat politomi menggunakan koefisien alpha cronbach. Berdasarkan analisis reliabilitas soal post-test, tergolong pada reliabel tinggi.

Data hasil belajar Matematika dikumpulkan dengan instrumen berupa tes essay berjumlah 10 butir tes yang telah divalidasi. Data hasil belajar matematika adalah data hasi dari post test yang diberikan setelah perlakuan. Sebelum dilakukan uji hipotesis terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat analisis yaitu dengan uji normalitas sebaran data dan uji homogenitas varians. “Statistik parametris itu bekerja berdasarkan asumsi bahwa data

setiap variabel yang akan dianalisis berdasarkan distribusi normal” (Sugiyono, 2009: 241). Uji Normalitas dimaksudkan untuk mengetahui apakah sebaran data skor hasil belajar matematika siswa masing-masing kelompok berdistribusi normal atau tidak sehingga dapat menentukan teknik analisis datanya. Uji Normalitas sebaran data dalam penelitian ini menggunakan Chi-kuadrat. Kriteria pengujian adalah jika , maka ho diterima (gagal ditolak) yang berarti data berdistribusi normal. Uji Homogenitas dilakukan untuk menunjukkan bahwa perbedaan yang terjadi pada uji hipotesis benar-benar terjadi akibat adanya perbedaan varians antar kelompok, bukan sebagai akibat perbedaan dalam kelompok. Uji homogenitas dapat dilakukan apabila kelompok data tersebut berdistribusi normal.Uji homogenitas varians dilakukan dengan uji F. Kriteria pengujian, jika Fhit< maka sampel homogen. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan uji beda mean (uji t) dengan rumus polled varians. Rumus uji-t dengan rumus polled varians digunakan karena jumlah anggota sampel sama n1=n2 dan varians homogen. Kriterianya jika harga thitung lebih kecil dari harga ttabel, maka Ho diterima dan Ha ditolak, dan jika harga thitung lebih besar dari harga ttabel maka Ho ditolak dan Ha diterima. Pada taraf signifikansi 5% (α = 0,05) atau taraf kepercayaan 95% dan dk = n1 + n2 - 2.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil perhitungan data hasil belajar matematika, diperoleh nilai rata-rata kelompok eksperimen yang dibelajarkan dengan pembelajaran PBI berbantuan bahan manipuatif sebesar 85,625 dengan Median 87, Modus 87,5 dan 92,5, Varians sebesar 85,48 dan Standar Deviasi sebesar 9,24. Hasil belajar matematika siswa pada kelompok eksperimen kemudian dikategorikan sesuai dengan norma kerangka teoritik kurva normal ideal. Hasil analisis nilai hasil belajar matematika siswa pada kelompok eksperimen dibandingkan dengan nilai KKM mata pelajaran matematika adalah 65. Dapat diketahui bahwa 100% siswa pada

(8)

kelompok eksperimen mendapatkan nilai diatas KKM.

Sedangkan nilai rata-rata kelompok kontrol yang dibelajarkan dengan

pembelajaran konvensional sebesar 74,92 dengan Median 76,25, Modus 80 dan 87,5, Varians sebesar 134,8 dan Standar Deviasi sebesar 11,61. Hasil analisis nilai hasil belajar matematika siswa pada kelompok kontrol, kemudian dibandingkan dengan nilai KKM mata pelajaran matematika adalah 65. Dapat diketahui bahwa 84,36% dari jumlah siswa siswa pada kelompok kontrol mendapatkan nilai diatas KKM dan 15,64% dari jumlah siswa pada kelompok kontrol mendapat nilai dibawah KKM. Sesuai dengan hasil analisis data hasil belajar matematika menunjukkan bahwa Rerata hasil belajar matematika siswa kelompok eskperimen = 85,625 > = 74,92 rerata hasil belajar matematika siswa kelompok kontrol.

Hasil uji normalitas kelompok eksperimen X2hitung<X2tabel (5,91 < 11,07) maka Ho diterima atau Ha ditolak. Hal ini menunjukkan sebaran data hasil belajar matematika kelompok eksperimen berdistribusi normal. Sedangkan hasil uji

normalitas kelompok kontrol harga X2tabel= 11,07 karena X2hitung<X2tabel (2,84 < 11,07) maka Ho diterima atau Ha ditolak. Hal ini menunjukkan sebaran data hasil belajar matematika kelompok kontrol berdistribusi normal.

Nilai F hitung data hasil belajar Matematika antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol Fhitung= 0,633 < Ftabel (α = 0,05, 31,31) = 1,76. Hal ini menunjukkan data hasil belajar Matematika antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol mempunyai varians yang homogen. Data yang diperoleh telah memenuhi semua uji prasyarat, uji hipotesis dilakukan dengan menggunakan analisis uji-t dengan rumus polled varians. Rumus uji-t dengan rumus polled varians digunakan karena jumlah anggota sampel sama n1=n2 dan varians homogen.. Adapun kriteria pengujiannya adalah apabila thitung < ttabel, maka Ho diterima (gagal ditolak) dan Ha ditolak. Sebaliknya apabila thitung > ttabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima. Dengan db = n1 + n2 – 2 dan taraf signifikansi 5% (α = 0,05) atau taraf kepercayaan 95%. Hasil uji t dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Rekapitulasi Analisis Uji-t

Kelompok s2 n thitung ttabel Kesimpulan

Eksperimen 85,62 85,48 32

4,079 2,000 (H thitung > ttabel 0 ditolak, Ha diterima) Kontrol 74,92 134,87 32

Untuk mengetahui signifikansi hasil perhitungan uji hipotesis di atas, maka perlu dibandingkan dengan nilai ttabel. Hasil analisis uji t diperoleh thitung = 4,079. Harga tersebut kemudian dibandingkan dengan harga ttabel dengan dk = 32 + 32 – 2 = 62 dan taraf signifikansi 5% sehingga diperoleh harga ttabel =2,000, karena thitung>ttabel thitung= 4,079 > ttabel (α = 0,05, 62) = 2,000 maka Ho ditolak atau Ha diterima.

Hal ini berarti terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar matematika antara kelompok siswa yang dibelajarkan melalui pembelajaran PBI berbantuan bahan manipulatif dengan kelompok siswa yang dibelajarkan melalui pembelajaran konvensional pada kelas V SD Gugus Letda Kajeng Denpasar Utara tahun ajaran 2013/2014. Rerata hasil belajar matematika

siswa kelompok eskperimen X = 85,625 >

X = 74,92 rerata hasil belajar matematika siswa kelompok kontrol. Sehingga dapat disimpulkan bahwa penerapan pembelajaran PBI berbantuan bahan manipulatif berpengaruh terhadap hasil belajar siswa kelas V SD Gugus Letda Kajeng Denpasar Utara tahun ajaran 2013/2014.

Sebelum dilakukan uji hipotesis dengan menggunakan analisis uji-t, terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat yang meliputi uji normalitas sebaran data dan uji homogenitas varians. Dari hasil perhitungan diketahui bahwa sebaran data hasil post-test pada kedua kelompok berdistribusi normal dan memiliki varians yang homogen. Karena data pada kelompok

(9)

eksperimen dan kelompok kontrol telah memenuhi semua prasyarat, selanjutnya dilakukan analisis dengan menggunakan uji-t.

Hasil analisis uji t diperoleh thitung = 4,079. Harga tersebut kemudian dibandingkan dengan harga ttabel dengan dk = 32 + 32 – 2 = 62 dan taraf signifikansi 5% sehingga diperoleh harga ttabel =2,000, karena thitung>ttabel thitung= 4,079 > ttabel (α = 0,05, 62) = 2,000 maka Ho ditolak atau Ha diterima. Hal ini berarti terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar matematika antara kelompok siswa yang dibelajarkan melalui pembelajaran PBI berbantuan bahan manipulatif dengan kelompok siswa yang dibelajarkan melalui pembelajaran konvensional pada kelas V SD Gugus Letda Kajeng Denpasar Utara tahun ajaran 2013/2014. Rerata hasil belajar matematika siswa kelompok eskperimen X = 85,625 >

X = 74,92 rerata hasil belajar matematika siswa kelompok kontrol. Sehingga dapat disimpulkan bahwa penerapan pembelajaran PBI berbantuan bahan manipulatif berpengaruh terhadap hasil belajar siswa kelas V SD Gugus Letda Kajeng Denpasar Utara tahun ajaran 2013/2014.

Dari perolehan hasil belajar pada kedua kelompok dapat diketahui bahwa kedua kelompok yang awalnya memiliki kemampuan setara, lalu setelah diberikan treatment yang berbeda perolehan hasil belajar mengalami perbedaan. Hasil belajar siswa pada kelompok eksperimen lebih baik apabila dibandingkan dengan hasil belajar siswa pada kelompok kontrol. Hal ini disebabkan oleh pembelajaran yang diterapkan pada kelompok eksperimen memiliki banyak keunggulan.

Perbedaan yang signifikan hasil belajar matematika antara kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol karena perbedaan pemberian treatment yang diberikan saat pembelajaran matematika. Kelompok eksperimen diberikan pembelajaran PBI berbantuan bahan manipulatif memiliki nilai rata-rata yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok kontrol yang diterapkan pembelajaran konvensional.

Hal ini disebabkan karena pembelajaran PBI berbantuan bahan manipulatif dapat membuat siswa antusias dan termotivasi dalam pembelajaran karena siswa dalam pembelajaran diberi kesempatan untuk memecahkan masalah yang sering ditemukan di kehidupan nyata dengan berbantuan bahan manipulatif yang secara konkret dapat membantu proses pemecahan masalah tersebut. Hal tersebut membuat pembelajaran matematika lebih dipahami oleh siswa sehingga berdampak positif terhadap hasil belajar matematika.

Pembelajaran PBI menonjolkan pemberian permasalahan yang bersifat otentik yang memerlukan kemampuan pemecahan masalah, sedangkan bahan manipulatif memanfaatkan bahan yang bisa digunakan untuk pembelajaran konsep matematika agar siswa bisa menemukan konsep matematika dengan mengotak-atik bahan manipulatif tersebut.

PBI tidak dirancang untuk membantu guru memberikan informasi sebanyak-banyaknya kepada siswa. Siswa dilibatkan dalam pengalaman nyata dan menjadi siswa yang mandiri. Pengalaman siswa yang diperoleh dari lingkungan dijadikan bahan dan materi guna memperoleh pengertian serta dapat dijadikan pedoman dan tujuan belajarnya.

PBI dapat dijadikan pendekatan yang efektif untuk pembelajaran proses berpikir tingkat tinggi. Pembelajaran ini membantu siswa untuk memproses informasi yang sudah jadi dalam benaknya dan menyusun pengetahuan siswa sendiri. Siswa harus mengansumsi, mengumpulkan informasi, menginterpretasi data, menginferensi, menganalisis, dan mengevaluasi.

PBI dikembangkan untuk membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir dan pemecahan masalah, keterampilan berpikir dan perlibatan siswa dalam pengalaman nyata. Siswa dituntut untuk mengajukan pertanyaan dan permasalahan serta mencari sendiri jawaban atau pemecahan dari permasalahan yang diajukan melalui penyelidikan otentik dan kerjasama dengan teman kelompoknya sehingga diharapkan dapat melatih kemampuan berpikir kritis siswa.

(10)

Penggunaan bahan manipulatif sebagai alat bantu pembelajaran membuat pembelajaran Matematika semakin konkret. Bahan manipulatif dalam pembelajaran matematika SD adalah “alat bantu pembelajaran yang digunakan terutama untuk menjelaskan konsep dan prosedur matematika. Alat ini merupakan bagian langsung dari matematika dan dapat dimanipulasi oleh peserta didik (dibalik, dipotong, digeser, dipindah, digambar

ditambah, dipilah,

dikelompokan/diklarifikasikan)” (Muhsetyo, 2008: 2.1).

Hal ini menyebabkan siswa menjadi cepat memahami materi karena siswa mengotak-atik bahan manipulatif sehingga memahami suatu konsep matematika. Bahan-bahan manipulatif dapat dipegang, dipindah-pindah, dipasang, dibolak-balik, diatur, ditata, dan dilipat atau dipotong oleh siswa. Bahan manipulatif berfungsi untuk menyederhanakan konsep yang sulit atau sukar, menyajikan bahan yang relatif abstrak menjadi lebih nyata, menjelaskan pengertian atau konsep secara lebih konkret, serta menjelaskan sifat-sifat tertentu yang terkait dengan pengerjaan operasi hitung.

Berbagai manfaat dan keunggulan Pembelajaran PBI berbantuan bahan manipulatif secara teoritis dapat memberikan hasil belajar yang lebih baik dari pembelajaran konvensional. Pembelajaran konvensional identik dengan proses pemindahan informasi dari guru ke siswa. Oleh karena itu menyebabkan siswa menjadi pasif dan guru menjadi aktif. Sehingga proses pembelajaran hanya menuntut siswa menghafal konsep yang menyebabkan materi pembelajaran cepat dilupakan oleh siswa. Hal ini menyebabkan hasil belajar matematika siswa kurang baik karena pembelajaran konvensional membuat pembelajaran matematika menjadi abstrak sehingga kurang dipahami oleh siswa.

Berbeda dengan pembelajaran konvensional yang terjadi selama pembelajaran matematika di kelompok kontrol. Kegiatan pembelajaran dilakukan dengan cara menyampaikan sejumlah materi kepada siswa yang diselingi dengan sedikit tanya jawab kemudian diikuti dengan

pemberian tugas secara individu. Dengan pembelajaran seperti ini, siswa tidak mempunyai kesempatan untuk mengembangkan kemampuan berpikir, kesempatan untuk bekerjasama dengan teman sebaya, serta memecahkan masalah yang ditemui. Pembelajaran seperti ini, membuat siswa merasa bosan dan jenuh sehingga sulit untuk memahami materi pelajaran.

Penelitian ini diperkuat oleh penelitian Pitriani (2013) menyimpulkan bahwa, Model pembelajaran Problem Based Instruction berbasis kebudayaan Bali berpengaruh terhadap hasil belajar matematika siswa kela IV SD Gugus III Sukawati tahun ajaran 2012/2013. Penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Pitriani. PENUTUP

Hasil analisis uji t diperoleh thitung = 4,079. Harga tersebut kemudian dibandingkan dengan harga ttabel dengan dk = 32 + 32 – 2 = 62 dan taraf signifikansi 5% sehingga diperoleh harga ttabel =2,000, karena thitung>ttabel thitung= 4,079 > ttabel (α = 0,05, 62) = 2,000 maka Ho ditolak atau Ha diterima. Hal ini berarti terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar matematika antara kelompok siswa yang dibelajarkan melalui pembelajaran PBI berbantuan bahan manipulatif dengan kelompok siswa yang dibelajarkan melalui pembelajaran konvensional pada kelas V SD Gugus Letda Kajeng Denpasar Utara tahun ajaran 2013/2014. Rerata hasil belajar matematika siswa kelompok eskperimen X = 85,625 >

X = 74,92 rerata hasil belajar matematika siswa kelompok kontrol. Sehingga dapat disimpulkan bahwa penerapan pembelajaran PBI berbantuan bahan manipulatif berpengaruh terhadap hasil belajar siswa kelas V SD Gugus Letda Kajeng Denpasar Utara tahun ajaran 2013/2014.

Sesuai simpulan hasil penelitian maka dapat diajukan saran kepada: guru melihat hasil penelitian yang positif pada pembelajaran matematika dengan penerapan PBI berbantuan bahan manipulatif ini, hendaknya pembelajaran ini dapat digunakan dan dikembangkan dalam pembelajaran matematika serta sebagai

(11)

salah satu alat bantu guru dalam meningkatkan kompetensinya untuk menciptakan pembelajaran matematika yang aktif, partisipatif, dan mengacu pada kepentingan siswa. Kepada Sekolah hendaknya menyediakan sarana yang maksimal untuk menunjang pembelajaran agar siswa semakin termotivasi untuk belajar dan memanfaatkan sarana tersebut untuk mengoptimalkan hasil belajar siswa sehingga mutu sekolah menjadi semakin meningkat.

Kepada peneliti lain dengan dilakukannya penelitian ini, diharapkan peneliti lain melakukan penelitian lebih lanjut dengan menerapkan pembelajaran PBI berbantuan bahan manipulatif. Pada materi pembelajaran yang berbeda atau dapat pula dilakukan penelitian lebih lanjut dengan menggunakan pembelajaran PBI berbantuan bahan manipulatif pada sumber data/sampel yang berbeda khususnya pada pelajaran matematika sehingga hasil penelitian benar-benar dapat menggambarkan keadaan sesungguhnya yang terjadi di lapangan.

DAFTAR RUJUKAN

Agung, A. A. Gede. 2011. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Singaraja: FIP Undiksha.

Arikunto, Suharsimi. 2003. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Cahyo, Agung. 2013. Panduan Aplikasi Teori-Teori Belajar Mengajar Teraktual Dan Terpopuler. Yogyakarta: Diva Press.

Dantes, Nyoman. 2012. Metode Penelitian. Yogyakarta: Andi.

Darmadi, Hamid. 2011. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Japa, Ngurah, dkk. 2011. Pendidikan Matematika 1. Singaraja: Undiksha.

Muhsetyo, Gatot. 2008. Pembelajaran Matematika SD. Jakarta: Universitas terbuka.

Nazir. 2011. Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia.

Pitriani. 2013. Pengaruh Model Pembelajaran Problem Based Intruction (PBI) Berbasis Kebudayaan Bali terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas IV SD Gugus III Sukawati. Skripsi (diterbitkan). Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar FIP Undiksha.

Rusman. 2011. Model-model Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Sanjaya, Wina. 2011. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Prenada Media Group.

Sudijono, Anas. 2011. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Sugiyono. 2009a. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif. Jakarta: Alfabeta.

---. 2009b. Statistik untuk Penelitian . Bandung: Alfabeta.

Sukardi. 2011. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara. Sukiman. 2012. Pengembangan Sistem

Evaluasi. Yogyakarta: Insan Madani. Trianto. 2007. Model-model pembelajaran

Inovatif berorientasi konstruktivstik. Jakarta: Prestasi Pustaka.

---. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Surabaya: Kencana.

Yamin, Martinis. 2011. Paradigma Baru Pembelajaran. Jakarta: Gaung Persada Press.

(12)

Yulianingsih. 2012. Penerapan Pembelajaran Berdasarkan Masalah (Problem Based Instruction) terhadap Keaktifan dan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas IV SD Negeri 2 Bongkasa Pertiwi Badung Tahun Ajaran 2011/2012. Skripsi (tidak diterbitkan). Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar FIP Undiksha.

Referensi

Dokumen terkait

Perilaku bullying terjadi dapat disebabkan karena pola asuh yang diberikan di rumah dan proses pendidikan dalam keluarga.Korua, Kanine, Bidjuni (2015), menjelaskan adanya

Pada skenario horizontal handover, proses pengukuran dilakukan sama seperti skenario vertical handover, correspondent node dan mobile node terhubung dengan access

Adapun kelemahan sistem yang sedang berjalan pada Badan Akreditasi Provinsi Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Non Formal (BAP PAUD dan PNF) pada saat melakukan

Sejauh yang diizinkan oleh hukum,dan peraturan yang berlaku, Lumenus tidak menjamin dan tidak menerima tanggung jawab hukum apa pun dari kapanpun, secara tidak langsung,

Dapat disimpulkan dari penjelasan diatas bahwa individu yang memiliki komitmen organisasi yang tinggi serta etika yang baik maka akan cenderung lebih mengutamakan

 Kekerasan mikro tertinggi dimiliki oleh sampel lasan yang tidak mengalami PWHT di bagian daerah lasannya yaitu 500,5 HV, dan bagian lasan yang kekerasannya paling

Penelitian ini secara garis besar bertujuan untuk memahami dinamika psikologis terkait dengan identitas sosial dalam ruang interaksi pasangan perkawinan beda

Penelitian yang dikembangkan ialah pengembangan Lembar Kegiatan Siswa pada materi perubahan lingkungan untuk melatihkan kemampuan berpikir kritis yang bertujuan