• Tidak ada hasil yang ditemukan

KELIMPAHAN DAN KEANEKARAGAMAN BURUNG DI PREVAB TAMAN NASIONAL KUTAI KALIMANTAN TIMUR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KELIMPAHAN DAN KEANEKARAGAMAN BURUNG DI PREVAB TAMAN NASIONAL KUTAI KALIMANTAN TIMUR"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

1

KELIMPAHAN DAN KEANEKARAGAMAN BURUNG DI PREVAB TAMAN NASIONAL KUTAI KALIMANTAN TIMUR

Asa Ismawan1, Sofia Ery Rahayu2, Agus Dharmawan2 1) Program Studi Biologi, FMIPA, Universitas Negeri Malang

2) Jurusan Biologi, FMIPA, Universitas Negeri Malang Jalan Semarang No. 5, Malang, Indonesia

asa_16cancer93@yahoo.co.id

ABSTRAK: Burung merupakan salah satu kekayaan hayati yang hidup spesifik di habitat tertentu. Prevab yang tersusun atas hutan sekunder merupakan habitat yang cocok bagi kehidupan berbagai jenis burung dan memiliki nilai konservasi tinggi serta dijadikan objek wisata alam. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kelimpahan dan keanekaragaman burung di Prevab Taman Nasional Kutai Kalimantan Timur. Penelitian dengan pendekatan deskriptif eksploratif menggunakan Metode Titik (point count method). Pengamatan dilakukan pagi hari pukul 06.00-09.00 WITA dan sore hari pukul 15.00-18.00 WITA. Pengamatan dilakukan melalui perjumpaan burung secara langsung dan suara. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa spesies burung yang ditemukan di Prevab sebanyak 22 jenis burung dari 15 famili. Spesies burung yang ditemukan terdiri dari 6 ordo; Bucerotiformes, Columbiformes, Cuculiformes, Coraciiformes, Piciformes, dan Passeriformes. Indeks keanekaragaman jenis burung (H’) termasuk dalam kategori sedang. Nilai indeks kemerataan jenis burung (E) termasuk dalam kategori sedang sampai tinggi. Nilai indeks kekayaan jenis burung (R) termasuk dalam kategori tinggi. Spesies burung kangkareng perut putih (Anthracoceros albirostris) merupakan spesies burung yang memiliki total indeks kelimpahan relatif dan frekuensi perjumpaan tertinggi dibandingkan dengan spesies lainnya.

Kata kunci: Kelimpahan, Keanekaragaman, Burung, Prevab, Taman Nasional Kutai.

ABSTRACT: Bird is one of the biological resources live in spesific habitats. Prevab composed by secondary forest is a habitat suitable for various species of bird life, high conservation value, and used as a natural tourist attraction. This study aimed to determine abundance and the diversity of bird species of Prevab tracking area, Kutai National Park of East Borneo. This type of research is an exploratory descriptive approach using a point count method. Observations carried out morning (6 a.m. to 9:00 pm) and in the afternoon (15:00 to 18:00 pm). Observations were made through direct encounter and sound.The result showed that 22 bird species of 15 families were found in Prevab. Those species were members of six ordos; Bucerotiformes, Columbiformes, Cuculiformes, Coraciiformes, Piciformes, and Passeriformes. All bird species found at Prevab are in medium category of diversity index (H’), medium until high category of evenness index (E), and in high category of richness index (R). Oriental Pied Hornbill (Anthracoceros albirostris) has total relative abundance index and encounter frequency which was the highest amongst the species found in Prevab.

(2)

Burung merupakan suatu obyek pelestarian keanekaragaman hayati karena manfaatnya terhadap kelangsungan hidup manusia. Manfaat secara langsung adalah sebagai komoditi ekonomi, sedangkan manfaat burung secara tidak langsung, yaitu untuk menjaga kestabilan ekosistem (Prasetyo, 2002). Sebagai salah satu komponen ekosistem, burung mempunyai hubungan timbal balik dan saling tergantung dengan lingkungannya. Atas dasar peran dan manfaat ini maka kehadiran burung dalam suatu ekosistem perlu dipertahankan (Arumasari, 1989).

Taman Nasional Kutai merupakan perwakilan hutan hujan tropis dataran rendah di Kalimantan Timur. Kawasan ini memiliki beberapa tipe ekosistem yang sangat mendukung keanekaragaman jenis burung. Menurut MacKinnon et al (2010), hutan hujan dipterokarpa dataran rendah merupakan hutan hujan yang paling tinggi dan paling lebat. Batang-batang pohon besar yang dihiasi tumbuhan merambat dan pohon ara pun sangat melimpah. Oleh karena itu, hutan ini sangat kaya akan jenis burung, sehingga memiliki nilai konservasi yang sangat tinggi.

Taman Nasional Kutai diketahui dihuni oleh 330 spesies burung yang merupakan lebih dari separuh dari seluruh jumlah burung di Kalimantan. Sebelum kebakaran hutan tahun 1983, kawasan ini memiliki 80% jenis burung hutan Kalimantan (Dephut, 1987). Petocz dkk (1990) mencatat masih ada sekitar 224 jenis burung di dalam Taman Nasional Kutai dan diantaranya termasuk jenis endemik, seperti Piita baudi, Ptilocichla leucogrammica, Naphotera atrigularis, Prionochilus

xanthopygius, dan Pityiasis gymnocephala. Hasil laporan survei burung oleh Balai

Taman Nasional Kutai pada tahun 2012 dikawasan Prevab tercatat memiliki 88 jenis burung dari 34 famili.

Berdasarkan peranan burung sebagai subjek konservasi dan ekowisata, maka perlu dilakukan biomonitoring burung di Prevab. Oleh karena itu, dilakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui kelimpahan dan keanekaragaman burung di Prevab Taman Nasional Kutai Kalimantan Timur.

METODE

Penelitian dilaksanakan di Prevab, Sangatta, Taman Nasional Kutai, Kalimantan Timur pada tanggal 21-30 Januari 2015. Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain Global Position System (GPS), teropong binokuler, alat perekam suara, Kamera DSLR, dan alat tulis, Buku Panduan Lapangan (field guide) Burung-burung di Sumatra, Jawa, Bali dan Kalimantan, oleh McKinnon tahun 2010, dan termohigrometer.

Pengamatan di jalur I dan II pada titik 1, 2, 3, 4, dan 5 (Gambar 1) masing-masing pagi hari yaitu pukul 06.00-09.00 WITA dan sore hari pada pukul 15.00-18.00 WITA. Pengamatan burung dilakukan dengan menggunakan teropong

(3)

binokuler. Dokumentasi berupa gambar dilakukan dengan mengambil foto burung menggunakan kamera DSLR. Burung yang sulit teramati dapat dilakukan pengambilan data berupa suara yang direkam menggunakan alat perekam suara. Pengukuran suhu dan kelembaban menggunakan alat yaitu termohigrometer. Pengambilan data vegetasi tumbuhan dilakukan dengan mencatat jenis-jenis tumbuhan yang dijadikan tempat burung untuk hinggap pada masing-masing titik lokasi pengamatan.

Gambar 1. Peta Lokasi Pengamatan Burung di Prevab Taman Nasional Kutai

Data berupa jumlah perjumpaan burung disetiap lokasi pengamatan akan dianalisis indeks keanekaragaman, frekuensi keterdapatan (Fi), dan indeks kelimpahan relatif (IKR) spesies burung dengan menggunakan rumus sebagai berikut. Indeks keanekaragaman dengan menggunakan rumus yang diadopsi dari Shannon dan Wiener (1988): dimana: H indeks keanekaragaman ni jumlah individu

n jumlah total individu dengan kriteria:

H’ < 1 menunjukkan tingkat keanekaragaman jenis yang rendah 1 < H’ < 3 menunjukkan tingkat keanekaragaman jenis yang sedang H’ > 3 menunjukkan tingkat keanekaragaman jenis yang tinggi

(4)

Indeks kemerataan dapat dihitung dengan rumus yang diadopsi dari Hill (1973):

dimana:

E indeks kemerataan

H’ nilai indeks keanekaragaman Shannon Si nilai indeks keanekaragaman Simpson

Nilai indeks kemerataan berkisar antara 0-1. Apabila nilai E < 0,20 dapat dikatakan kondisi penyebaran jenis tidak stabil, sedangkan apabila nilai E 0,21 < E < 1 dapat dikatakan kondisi penyebaran jenis stabil (Krebs, 1986).

Indeks kekayaan dapat dihitung dengan menggunakan rumus yang diadopsi dari Margalef (1958):

dimana:

R indeks kekayaan jenis

S jumlah total jenis dalam suatu habitat n jumlah total individu dalam suatu habitat dengan kriteria:

R < 2,5 menunjukkan tingkat kekayaan jenis yang rendah 2,5> R > 4 menunjukkan tingkat kekayaan jenis yang sedang R > 4 menunjukkan tingkat kekayaan jenis yang tinggi

Perhitungan frekuensi keterdapatan (Fi) menggunakan persamaan yang diadopsi dari Misra (1968) yaitu:

Perhitungan indeks kelimpahan relatif (IKR) dengan persamaan yang diadopsi dari Krebs (1989) yaitu:

Selanjutnya nilai indeks kelimpahan relatif digolongkan dalam tiga kategori yaitu tinggi (>20%), sedang (15%-20%), dan rendah (<15%).

(5)

HASIL

Berdasarkan hasil penelitian ditemukan 22 spesies burung dari 15 famili dengan total individu sebanyak 111 individu.

Nilai frekuensi keterdapatan masing-masing spesies burung di Prevab tersaji pada Tabel 1.

Tabel 1. Nilai Frekuensi Keterdapatan Spesies Burung yang Ditemukan di Dua Stasiun Pengamatan di Prevab Taman Nasional Kutai

No. Nama Ilmiah Nama Indonesia Nilai Frekuensi (%)

1. Anthracoceros albirostris Kangkareng perut putih 90,00

2. Aceros undulatus Julang emas 60,00

3. Dicrurus paradiseus Srigunting batu 60,00

4. Stachyris erythroptera Tepus merbah-sampah 60,00

5. Megalaima mystacophanos Takur warna-warni 40,00

6. Hypothymis azurea Kehicap ranting 30,00

7. Oriolus chinensis Kepudang kuduk-hitam 20,00

8. Orthotomus ruficeps Cinenen kelabu 20,00

9. Orthotomus atrogularis Cinenen belukar 20,00

10. Pycnonotus simplex Merbah corok-corok 20,00

11. Centropus sinensis Bubut besar 20,00

12 Pitta sordida Paok hijau 10,00

13. Picus miniaceus Pelatuk merah 10,00

14 Gracula religiosa Tiong emas 10,00

15 Treron olax Punai kecil 10,00

16. Chalcophaps indica Delimukan zamrud 10,00

17. Eurylaimus ochromalus Sempur hujan-darat 10,00

18. Orthotomus sericeus Cinenen merah 10,00

19. Pitta guajana Paok pancawarna 10,00

20 Celeus brachyurus Pelatuk kijang 10,00

21 Pelargopsis capensis Pekaka emas 10,00

22. Alcedo meninting Raja-udang meninting 10,00

Hasil nilai frekuensi keterdapatan spesies burung di semua stasiun pada Tabel 1 menunjukkan bahwa burung kangkareng perut putih hampir ditemukan di semua stasiun yang memiliki nilai frekuensi tertinggi sebesar 90%. Sebanyak 10 spesies burung memiliki nilai frekuensi sebesar 20-60%. Sedangkan sebanyak 11 spesies burungjarang ditemukan yang memiliki nilai frekuensi sebesar 10%.

Nilai Indeks Kelimpahan Relatif (IKR) spesies burung di Prevab tersaji pada Gambar 2.

(6)

Gambar2. Perbandingan Indeks Kelimpahan Relatif (IKR) Spesies Burung Di Dua Stasiun Pengamatan Prevab Taman Nasional Kutai

Hasil nilai IKR spesies burung menunjukkan bahwa burung kangkareng perut putih (Anthracoceros albirostris) memiliki nilai IKR tertinggi yaitu 51,35%. Sedangkan spesies burung lainnya memiliki nilai IKR yang termasuk dalam kategori rendah yaitu julang emas, srigunting batu, takur warna-warni, tepus merbh-sampah, merbah corok-corok, pelatuk merah, cinenen kelbu, cinenen belukar, kehicap ranting, bubut besar, paok hijau, kepudang kuduk-hitam, tiong emas, punai kecil, delimukan zamrud, sempur hujan-darat, cinenen merah, paok pancawarna, pelatuk kijang, pekaka emas, raja-udang meninting.

Nilai indeks keanekaragaman spesies burung di Prevab tersaji pada Tabel 3.

Tabel 4.5. Nilai Indeks Keanekaragaman Spesies Burung di Prevab Taman Nasional Kutai

Stasiun Waktu Indeks Keanekaragaman

H' E R I Pagi 2,1 (s) 0,8 (t) 4,5 (t) II 1,9 (s) 0,7 (t) 4,2 (t) I Sore 1,2 (s) 0,4 (s) 5,0 (t) II 1,5 (s) 0,6 (s) 4,5 (t) Keterangan:

H’: indeks keanekaragaman E’: indeks kemerataan R: indeks kekayaan t: tinggi s: sedang 0.00 5.00 10.00 15.00 20.00 25.00 30.00 35.00 Kan g k ar en g p er u t p u tih Ju lan g em as Srig u n tin g b atu T ak u r w ar n a-w ar n i T ep u s m er b ah -s a m p a h Me rb ah co ro k -co ro k P elatu k m er ah C in en en k elab u C in en en b elu k ar Keh icap r an tin g B u b u t b esar P ao k h ij au Kep u d an g k u d u k -… T io n g em as P u n ai k ec il Delim u k an za m ru d Sem p u r h u jan -d ar at C in en en m er ah P ao k p an ca w ar n a P elatu k k ij an g P ek ak a em as R aj a-u d an g m en in tin g Nila i IK R (%) Spesies Burung Stasiun 1 Stasiun 2

(7)

Hasil analisis indeks keanekaragaman (H’) di semua stasiun termasuk kategori sedang (1 < H’ < 3). Untuk hasil analisis nilai indeks kemerataan (E) disemua stasiun termasuk kategori sedang dan tinggi (0,41<E≤ 1). Sedangkan hasil analisis nilai indeks kekayaan (R) di semua stasiun termasuk kategori tinggi (R>4).

PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di Prevab Taman Nasional Kutai, baik melalui perjumpaan langsung maupun rekaman suara ditemukan 22 spesies burung dari 15 famili dengan total individu sebanyak 111 individu. Welty dan Baptista (1988) mengatakan bahwa penyebaran dan populasi burung di suatu habitat dipengaruhi oleh faktor fisik/lingkungan seperti tanah, air, temperatur, cahaya matahari dan faktor biologis yang meliputi vegetasi dan satwa lainnya.

Spesies burung kangkareng perut putih mempunyai frekuensi perjumpaan tertinggi (90%), karena tersedianya habitat berupa pohon yang digunakan oleh burung tersebut untuk mencari makan dan beraktivitas. Burung ini juga mempunyai tubuh besar dan suara yang khas sehingga mudah dikenali. Wiens (1992) menyatakan bahwa ketersediaan pakan dalam suatu tipe habitat merupakan salah satu faktor utama bagi kehadiran populasi burung. Hal ini juga berkaitan dengan adanya kemampuan burung untuk memilih habitat yang sesuai dengan ketersediaan sumberdaya untuk kebutuhan hidupnya.

Kelimpahan relatif sangat dipengaruhi oleh jumlah individu dari masing-masing spesies burung yang dijumpai selama pengamatan. Spesies burung kangkareng perut putih (Anthracoceros albirostris) merupakan spesies burung yang memiliki total indeks kelimpahan relatif tertinggi yaitu 51,35% karena jenis ini merupakan burung yang suka berkelompok dalam mencari makan dan menyukai hutan sekunder (Mackinnon, 1998). Berbeda dengan jenis burung lainnya yang memiliki nilai indeks kelimpahan relatif dan frekuensi perjumpaan yang rendah. Hal tersebut disebabkan oleh kondisi habitat yang cukup rapat serta perilaku ekologis burung yang lebih suka beraktivitas secara individu atau tidak dalam kelompok.

Keanekaragaman burung didefinisikan sebagai jumlah jenis burung beserta kelimpahannya masing-masing disuatu area. Alikondra (2002) menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi nilai keanekaragaman jenis (H’) adalah kondisi lingkungan, jumlah jenis dan sebaran individu pada masing-masing jenis. Nilai indeks keanekaragaman jenis (H’) burung di Prevab termasuk dalam kategori sedang. Nilai tersebut menjelaskan bahwa kawasan Prevab memiliki produktivitas cukup, kondisi ekosistem seimbang, serta tekanan ekologis yang sedang. Selain itu, nilai indeks kekayaan jenis (R) burung termasuk dalam kategori tinggi. Hal tersebut menunjukkan bahwa kawasan Prevab merupakan habitat yang cocok bagi kehidupan

(8)

berbagai jenis burung yang ada disana. Widodo (2009) menyatakan bahwa habitat yang kondisinya baik dan jauh dari gangguan manusia serta didalamnya mengandung bermacam-macam sumber pakan, memungkinkan memiliki jenis burung yang banyak.

Penyebaran burung di kawasan Prevab dapat dikatakan stabil karena nilai indeks kemerataan jenis (E) burung yang nilainya mendekati 1. Odum (1971) menjelaskan nilai indeks kemerataan berkisar antara 0-1. Apabila nilai E mendekati 0 berarti kemerataan antar spesies rendah, sedangkan apabila nilai E mendekati 1 maka distribusi antar spesies relatif seragam. Penyebaran burung yang cukup merata di kawasan Prevab ini disebabkan oleh vegetasi penyusun habitat yang mendukung bagi kelangsungan hidup berbagai jenis burung disana. Partasasmita (1998) mengatakan bahwa berbagai tipe hutan, seperti hutan primer, hutan sekunder maupun lahan terbuka/semak belukar merupakan habitat bagi beragam jenis burung. Beberapa jenis burung bahkan menggunakan berbagai tipe habitat tersebut untuk mencari makan, reproduksi, dan menjaga kelangsungan hidupnya.

Prevab merupakan kawasan yang berbatasan langsung dengan Sungai Sangatta. Kawasan ini merupakan hutan hujan dipterokarpa dataran rendah. Tipe hutan ini merupakan hutan hujan yang paling tinggi dan paling lebat. Kondisi kawasan ini masih cukup bagus. Meskipun sebagian kawasan merupakan kawasan yang pernah terbakar pada kebakaran hutan tahun 1982/1983 dan 1997/1998, kondisi hutan saat ini merupakan hutan sekunder tua dengan kondisi tajuk yang cukup rapat dan tinggi (Dephut, 1987). MacKinnon et al (2010) menyatakan bahwa habitat ini mendukung keanekaragaman jenis tumbuhan yang paling tinggi dan sangat kaya akan jenis-jenis burung, sehingga nilai konservasinya sangat tinggi.

KESIMPULAN DAN SARAN

Spesies burung yang ditemukan di Prevab sebanyak 22 jenis burung dari 15 famili. Spesies burung kangkareng perut putih (Anthracoceros albirostris) memiliki nilai frekuensi perjumpaan dan total indeks kelimpahan relatif tertinggi. Indeks keanekaragaman jenis (H’) termasuk kategori sedang. Nilai indeks kemerataan jenis (E) termasuk kategori sedang dan tinggi. Sedangkan nilai indeks kekayaan jenis (R) di semua stasiun termasuk dalam kategori tinggi.

Perlu dilakukan penelitian sejenis dengan menambah stasiun dan titik pengamatan di Prevab. Perlu dilakukan penelitian sejenis dengan membandingkan kelimpahan dan keanekaragaman burung di dua tempat berbeda yaitu hutan yang masih alami dan hutan yang berada dekat pemukiman masyarakat. Melakukan pengamatan burung pada setiap titik dengan diulang minimal sebanyak tiga kali pengulangan.

(9)

DAFTAR RUJUKAN

Alikodra, H. S. 2002. Pengelolaan Satwa Liar. Jilid I. Fakultas Kehutanan IPB. Bogor.

Arumasari. 1989. The Book of Bird Life. Van Nostrand Company Inc. New York. Departemen Kehutanan, 1987. Taman Nasional Kutai. Bontang; Direktorat Jenderal

Perlindungan Hutan dan Pelestarian Alam Taman Nasional Kutai.

MacKinnon J., K. Phillips, dan B.V. Balen. 1998. Panduan Lapangan

Burung-burung di Sumatera, Jawa, Bali dan Kalimantan. Jakarta: Puslitbang

Biologi-LIPI.

MacKinnon, J., K. Phillips, dan B. Van Balen. 2010. Burung-burung di Sumatera.

Jawa. Bali. dan Kalimantan. LIPI-Burung Indonesia. Bogor.

Partasasmita, R. 1998. Ekologi Makan Burung Betet, Psittacula alexandri (L.) di

Kawasan Kampus IPB Darmaga. Bogor.

Prasetyo, DK. 2002. Studi Habitat Sekitar Sarang Elang Jawa (Spizaetus bartelsi) Di

Kawasan Cibolau Taman Nasional Gede-Pangrango Jawa Barat. Jurusan

Biologi FMIPA UNDIP. Semarang.

Widodo, W. 2009. Komparasi Keragaman Jenis Burung-Burung di Taman Nasional Baluran dan Alas Purwo Pada Beberapa Tipe Habitat. Jurnal Berkala

Penelitian Hayati. (14): 113-124.

Wiens, J. A. 1992. The Ecology of Bird Communities I: 241-374. Foundations and Patterns. Cambridge University Press.

Gambar

Gambar 1. Peta Lokasi Pengamatan Burung di Prevab Taman Nasional Kutai
Tabel  1.  Nilai  Frekuensi  Keterdapatan  Spesies  Burung  yang  Ditemukan  di  Dua  Stasiun  Pengamatan di Prevab Taman Nasional Kutai

Referensi

Dokumen terkait

Menurut WHO Task Force in Stroke and other Cerebrovaskular Disease adalah suatu Menurut WHO Task Force in Stroke and other Cerebrovaskular Disease adalah

Efek peningkatan kadar CO , kekeringan, serangan 2 penyakit, hujan, dan evolusi gulma disampaikan dalam artikel ini untuk meningkatkan kesadaran petani, perusahaan

Sekolah dapat memanfaatkan hasil studi ini untuk meningkatkan kualitas pendidikan yang lebih baik, karena dengan mengetahui pemahaman konsep matematika siswa setelah

antara siswa yang mengikuti model pembelajaran Brainstorming dengan pemberdayaan KOMBAV dengan prestasi belajar siswa yang menggunakan metode pembelajaran

Kegagalan jantung kongestif adalah suatu kegagalan pemompaan (di mana cardiac output tidak mencukupi kebutuhan metabolik tubuh), hal ini mungkin terjadi sebagai akibat akhir

Seperti yang dijelaskan di kuliah pendahuluan blok, salah satu metode pembelajaran Blok Kardiovaskuler adalah dengan diskusi panel untuk mendukung pemahaman mahasiswa

Hasil observasi tindakan siklus 1 ditemukan data tentang ketuntasan individual dan klasikal siswa di Kelas IV SDN 6 Bangkir dalam menulis paragraf pada tabel di bawah