• Tidak ada hasil yang ditemukan

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM) Kabupaten Barru

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM) Kabupaten Barru"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

BAB XII

ASPEK KELEMBAGAAN

KABUPATEN BARRU

12.1 Arahan Kebijakan Kelembagaan Bidang Cipta Karya

Beberapa kebijakan yang merupakan landasan hukum dalam pengembangan dan peningkatan kapasitas kelembagaan RPI2JM Kabupaten Barru, antara lain :

A. UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah;

B. PP No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintah Antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota;

C. PP No. 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Daerah; D. PP No. 5 Tahun 2010 tentang RPJMN 2010-2014;

E. Perpres No. 81 Tahun 2010 tentang Grand Design Reformasi Birokrasi 2010-2025;

F. Inpres No. 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender dalam Pembangunan Nasional

G. Permen PU No. 14/PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan Minimum;

H. Permendagri No. 57 Tahun 2007 tentang Petunjuk Teknis Penataan Organisasi Perangkat Daerah;

I. Permendagri No. 57 Tahun 2010 tentang Pedoman Estandar pelayanan Perkotaan;

(2)

12.2 Kondisi Kelembagaan Organisasi

12.2.1 Kondisi Keorganisasian Bidang Cipta Karya

Kapasitas dan kewenangan instansi yang mendukung Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPI2JM) PU Bidang Cipta Karya, menjadi sangat penting karena besarnya tanggung jawab yang harus dipikul dalam menjalankan roda pengelolaan yang biasanya tidak sederhana bahkan cenderung cukup rumit.

Kondisi Kelembagaan pemerintahan Kabupaten Barru, saat ini memperlihatkan beberapa kendala dalam mendukung program pembangunann bidang ke Cipta Karyaan Kabupaten Barru, antara lain :

A. Organisasi belum sesuai dengan kapasitas kewenangan yang dibutuhkan;

B. Dukungan peraturan belum memadai;

C. Koordinasi antar SKPD yang membidangi Keciptakaryaan yang belum padu;

D. Terbatasnya sumberdaya manusia yang dimiliki; dan E. Manajemen pelayanan masih perlu ditingkatkan.

(3)

perkantoran sendiri dalam melaksanakan aktifitas sehari-hari, sehingga mengurangi efektifitas kerja.

12.2.2 Kondisi Ketatalaksanaan Bidang Cipta Karya

Di dalam pelaksanaan/implementasi RPI2JM Bidang Cipta Karya di Kabupaten Barru melibatkan banyak komponen kelembagaan sehingga terjalin koordinasi dan sinkronisasi program/kegiatan di bidang keciptakaryaan sesuai tugas pokok dan fungsi masing-masing lembaga.

Kapasitas dan kewenangan instansi dalam kerangka mendukung RPI2JM menjadi sangat penting karena besarnya tanggung jawab yang harus dipikul dalam menjalankan roda pengelolaan yang biasanya tidak sederhana bahkan cendrung cukup rumit. Untuk maksud tersebut peran kelembagaan bidang PU/Cipta Karya memiliki posisi yang cukup penting didalam implentasi program yang akan disepakati.

Aspek kelembagaan yang dimaksud dalam pelaksanaan RPI2JM bidang PU/Cipta Karya Kabupaten Barru akan bertugas untuk menjalaskan fungsinya melalui suatu koordinasi baik secara vertikal maupun horisontal. Dengan demikian akan diperlukan koordinasi yang intensif untuk tujuan singkronisasi didalam pelaksanaan program termasuk didalamnya Bappeda, Dinas-Dinas dan PDAM. Oleh karena RPI2JM ini bersifat program jangka menengah, maka di perlukan peningkatan kapasitas kelembagaan pemerintah baik kelembagaan masyarakat maupun swasta yang terkait langsung dengan program yang akan dilaksanakan.

(4)

menghilangkan kesan bahwa fasilitas yang dibangun semata-mata untuk pemerintah, sehingga masyarakat tidak peduli dengan keberhasilannya. Oleh karena itu perlu adanya pendekatan dan sosialisasi yang terus-menerus sebelum proyek dilaksanakan. Masyarakat perlu dilibatkan pada setiap tahap kegiatan pembangunan, mulai dari perumusan gagasan, perencanaan, pelaksanaan, sampai operasi dan pemeliharaan.

12.2.3 Kondisi Sumber Daya Manusia (SDM) Bidang Cipta Karya Kondisi dan potensi kelembagaan, khususnya yang terkait dengan sumber daya manusia yang dimiliki oleh PU Bidang Cipta Karya Kabupaten Barru. Dalam kaitannya dengan Reformasi Birokrasi, penataan sistem manajemen SDM aparatur merupakan program ke-5 dari Sembilan Program Reformasi Birokrasi, yang perlu ditingkatkan tidak hanya dari segi kuantitas tetapi juga kualitas. Bagian ini menguraikan kondisi SDM di keorganisasian instansi yang menangani bidang Cipta Karya, yang dapat dilakukan, seperti dijelaskan pada tabel 12.1. mengenai komposisi pegawai dalam unit kerja bidang Cipta Karya di Kabupaten Barru.

Tabel 12.1

Komposisi Pegawai dalam Unit

Kerja Bidang Cipta Karya Kabupaten Barru

No Tingkat Pendidikan Jumlah Pegawai yang Ada

Jumlah Pegawai yang Masih Diperlukan

1 S-2 MM 3 2

2 S-2 MP 2 1

3 S-2 Sipil 1 3

4 S-1 Sipil 2 11

5 S-1 Planologi 1 2

6 S-1 Teknik Lingkungan 1 1

(5)

No Tingkat Pendidikan Jumlah Pegawai yang Ada

Jumlah Pegawai yang Masih Diperlukan

8 S-1 Lain – lain 1 1

9 D3 2 2

TOTAL 15 24

Sumber: Dinas PU Cipta Karya Kabupaten Barru Tahun 2013

12.3 ANALISIS KELEMBAGAAN

Untuk program pengembangan kelembagaan ini dibagi dalam 3 tahap pengembangan yaitu :

12.3.1 Tahap Konsolidasi

Dalam tahap konsolidasi, kegiatan peningkatan koordinasi lembaga baik itu lembaga vertikal maupun lembaga horizontal pada dinas atau instansi sangat penting, penambahan aparat pada bidang atau seksi yang terkait RPI2JM sehingga kebutuhan aparat tercukupi, peningkatan kualitas aparat terkait dengan penyusunan program atau pelaksanaan RPI2JM, melengkapi organisasi ekstrastruktural dan sebagainya.

Terciptanya kesinambungan penyusunan dan pelaksanaan program sangat penting sehingga diperlukan adanya tim ahli yang memberikan input terhadap pemerintah daerah dalam aspek pengembangan kota, teknis, keuangan dan kelembagaan RPI2JM yang bersifat in-house consultant yang merupakan bantuan teknis dari Direktorat Bina Program Direktorat Jenderal Cipta Karya Departemen PU.

12.3.2 Tahap Optimalisasi

(6)

dapat disempurnakan, penambahan sumber daya manusia pada dinas atau instansi sehingga kebutuhan sumber daya manusia tercukupi, peningkatan kualitas aparat yang berkaitan dengan pelaksanaan program dan sebagainya.

12.3.3 Tahap Penyempurnaan

Dalam tahapan penyempurnaan terdapat kegiatan evaluasi atau uji hasil terhadap pelaksanaan program pembangunan yang berjalan seperti penggunaan hasil evaluasi pelaksanaan program untuk memperbaiki pelaksanaan program yang belum optimal, merekomendasikan penggunaan aparatur yang telah terlatih dalam menangani program untuk tetap bekerja sampai akhir pelaksanaan program sehingga akan tercipta organisasi yang baik, kualitas yang baik dan kuantitas yang mencukupi dari segi aparatur khususnya dibidang perencana, bidang pelaksana dan bidang pengawas, adanyan pelatihan-pelatihan teknis dan manajemen untuk lebih meningkatkan kualitas aparatur.

12.3.4 Analisis Keorganisasian Bidang Cipta Karya

Adapun usulan program dalam rangka mengoptimalkan kelembagaan Pemerintah Kabupaten Barru adalah :

A. Pengembangan struktur dinas atau instansi terkait RPI2JM. B. Menambah jumlah tenaga sarjana teknis untuk tugas membantu

pimpinan dinas dalam perencanaan dan pemrograman, pemantauan dan supervisi.

C. Mengikutsertakan para pimpinan dan staf terpilih pada dinas atau instansi terkait dalam program pelatihan baik teknis maupun manajemen.

(7)

E. Melaksanakan perbaikan sistem, prosedur dan koordinasi dalam perencanaan, pemrograman, pelaksanaan program dan proyek, pemantauan, supervisi, evaluasi, operasi dan pemeliharaan hasil-hasil proyek.

F. Menambah sarana-sarana penunjang kelembagaan untuk lebih memperlancar tugas pada dinas atau instansi terkait.

Uraian tugas pokok dan fungsi dari susunan dan struktur Pemerintah Daerah dan tata kerja dinas lingkup Pemerintah Daerah Kabupaten Barru sebagai penyelenggara pemerintah, pembangunan dan pelayanan umum masyarakat mengacu kepada Peraturan Bupati. Prosedur tugas yang menjadi acuan dalam pelaksanaan RPI2JM di wilayah Kabupaten Barru pada dasarnya dilakukan sepenuhnya oleh Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Barru. Akan tetapi koordinasi dengan instansi lain perlu dilakukan terkait dengan program yang menjadi usulan. Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Barru merupakan institusi yang menangani penyusunan dan implementasi program investasi bidang keciptakaryaan, memiliki kewenangan dalam pengambilan keputusan dari proses perencanaan, penganggaran dan hubungan antar instansi terkait, dalam melaksanakan program/kegiatan yang telah dirumuskan dalam RPI2JM.

12.3.5 Analisis Ketatalaksanaan Bidang Cipta Karya

Sebagai antisipasi kebijaksanaan strategi pengembangan fisik sosial dan ekonomi maka aspek kelembagaan merupakan faktor penting dalam pelaksanaan dan pengawasan strategi pengembangannya. Beberapa kebijaksanaan dasar dalam strategi pengembangan kelembagaan :

(8)

menyamakan persepsi perencanaan, penganggaran, pelaksanaan dan pengendalian program.

B. Memacu peningkatan sektor-sektor dalam rangka merealisasikan Kabupaten Barru sebagai salah satu PKW di Provinsi Sulawesi Selatan.

Dengan rendahnya kualitas dan kapasitas aparatur sangat mengurangi efektifitas kelembagaan pemerintah. Dengan rendahnya SDM dalam kelembagaan dapat mengurangi efektifitas kerja dan banyak kegiatan yang tidak dapat diselesaikan tepat waktu, sehingga keinginan para investor untuk masuk ke Kabupaten Barru kurang berminat apalagi faktor keamanan belum menjamin dalam pelaksanaan program. Dengan masuknya berbagai investor dan pelaku usaha yang turut dan ingin membantu, sangat besar memperhatikan kepada kualitas SDM pada kelembagaan pemerintah daerah Kabupaten Barru.

Hal itu ditunjang dengan perkembangan dunia sekarang ini dan akan di berlakukannya pasar bebas, oleh karena itu telah menjadi tantangan tersendiri bagi lembaga pemerintah daerah untuk mempersiapkan aparaturnya untuk mampu bersaing.

12.3.6 Analisis Sumberdaya Manusia (SDM) Bidang Cipta Karya

(9)

tertuang dalam RPI2JM dapat terlaksana sesuai dengan tujuan dan sasaran yang ingin dicapai.

Adapun prinsip dari pelaksanaan pengembangan dan peningkatan kapasitas adalah :

A. Pengembangan kapasitas bersifat multi-dimensional, mencakup beberapa kerangka waktu; jangka panjang, jangka menengah, dan jangka pendek,

B. Pengembangan kapasitas menyangkut “multiple

stakeholders”,

C. Pengembangan kapasitas harus bersifat “demand driven”, dimana kebutuhannya tidak ditentukan dari atas/luar, tetapi harus datang dari stakeholdernya sendiri, dan

D. Pengembangan kapasitas mengacu pada kebijakan nasional, seperti RPJMN

Faktor utama untuk terwujudnya upaya pengembangan dan peningkatan kapasitas yang berhasil adalah adanya komitmen dari Pimpinan Pemerintah Daerah dan atau Pimpinan Instansi/Unit Kerja yang bersangkutan atas niatnya yang sungguh-sungguh untuk melakukan program/proyek peningkatan kapasitas yang dimaksud, serta siap dengan semua konsekuensinya.

Kondisi dan potensi kelembagaan, khususnya yang terkait dengan sumber daya manusia yang dimiliki oleh unit kerja Bidang Cipta Karya Kabupaten Barru, dijelaskan pada tabel 12.2 berikut.

Tabel 12.2.

Potensi SDM dalam Unit Kerja Bidang Cipta Karya Kabupaten Barru

No. Nama Pegawai Jabatan

Struktural

Golon gan

Tingkat Pendidi

kan

Pangkat

1. La Tanro Kabid Cipta

(10)
(11)

No. Nama Pegawai Jabatan

10. Syafirah Syihab, ST

Staf Seksi

(12)

No. Nama Pegawai Jabatan Struktural

Golon gan

Tingkat Pendidi

kan

Pangkat

ST

17. Syahrir, ST Staf Cipta Karya III / a S1 Staf

Sumber: Dinas PU Cipta Karya Kabupaten Barru Tahun 2013.

Pengembangan dan peningkatan kapasitas (capacity building) di Kabupaten Barru sangat dibutuhkan sehingga mampu mengikuti perkembangan waktu, informasi dan teknologi. Untuk meningkatkan SDM dapat dilakukan melalui pemberian beasiswa untuk melanjutkan pendidikan formal, pelatihan, kursus singkat dll sangat diperlukan sehingga perlu dipersiapkan SDM yang mau dan mampu dalam meningkatkan kapasitasnya.

Dengan Pengembangan teknologi dan informasi dunia yang sangat cepat dan ini perlu percepatan pula dalam menangkap dan meresponnya, untuk itu sangat dibutuhkan. Bantuan teknis berupa pelatihan, kursus dalam berbagai sektor bidang dan peningkatan pendidikan formal (dari pendidikan SMA ke S-1, S-1 ke S-2) serta dukungan dari berbagai pihak dalam pengembangan dan peningkatan kapasitas (capacity building) masih sangat dibutuhkan. 12.3.7 Analisis SWOT Kelembagaan

Lebih jauh analisis dan kajian permasalahan yang dihadapi dalam aspek kelembagaan dapat dilakukan dengan melakukan analisis organisasi dengan menggunakan model SWOT (Strenght, Weakness, Opportunity, Threath). Analisis tersebut akan mengacu

(13)

Tabel 12.3.

Matriks Analisis SWOT Aspek Kelembagaan

Strategi

2. Dukungan Pemerintah Kab. Barru Cukup Besar Di Dalam Pelaksanaan RPI2JM terhadap instansi Unit kerja Bidang Cipta Karya 3. Dukungan Pemerintah

dan partisipasi masyarakat dalam Pelaksanaan Program pembangunan

Prasarana dan Sarana Pendukung

1. Perkembangan Kawasan Perkotaan Kab. Barru cenderung sporadis yang kuarng memprhatikan perencanaan tata ruang yang ada

2. Konsolidasi di dalam pelaksanaan program pembangunan

infrastruktur masih sangat terbatas

PELUANG STRATEGI S-O STRATEGI W-O

1. Dukungan

Pembiayaan Dari Pemerintah Pusat untuk menangani unit kerja Bidang Cipta Karya

2. Dukungan Pemerintah Provinsi Untuk

1. Peningkatan SDM

Aparat unit kerja Bidang Cipta Karya swasta dan masyarakat, untuk mendukung program Bidang Cipta Karya

1. Peningkatan Kualitas dan Kuantitas SDM melalui jalur pendidikan dan pelatihan Bidang Cipta Karya

2. Optimalisasi sumberdaya dalam pelaksanaan pembangunan Bidang Cipta Karya

3. Efektifitas dan efisiensi di dalam penganggaran yang dibarengi dengan peningkatan pelayanan

THREATS (T) /

HAMBATAN STRATEGI S-T STRATEGI W-T

1. Globalisasi Ekonomi yang cukup kuat

1. Mengupayakan

peningkatan jiwa usaha bagi masyarakat untuk

1. Peningkatan dan pemberdayaan

(14)

2. Lemahnya sebagai alat pengendali pembangunan di Kab.Barru

3. Penguatan struktur

kelembagaan Bidang Cipta Karya

4. melalui penegasan

tugas dan fungsi masing-masing bidang.

Cipta Karya Kab. Barru 2. Peningkatan koordinasi

dan manajemen tata pemerintahan yang baik. 3. Peningkatan kapasitas

kelembagaan

masyarakat untuk mendukung pelaksanaan program Bidang Cipta Karya

12.4 RENCANA PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN

Rencana pengembangan kelembagaan pemerintah Kabupaten Barru serta kapasitas dan kewenangan instansi untuk mendukung RPI2JM menjadi sangat penting karena besarnya tanggung jawab yang harus dipikul dalam menjalankan roda pengelolaan yang biasanya tidak sederhana bahkan cendrung cukup rumit. Kondisi kelembagaan dalam pelaksanaan dan implementasi program keciptakaryaan, jika dikaji secara mendalam masih mengalami berbagai hambatan dan permasalahan. Hambatan dan permasalahan yang dimaksud sebagai berikut :

A. Struktur organisasi kelembagaan pada pemerintah Kabupaten Barru belum sesuai dengan kapasitas kewenangan yang dibutuhkan sesuai yang dipersyaratkan dalam peraturan pemerintah.

B. Dukungan peraturan belum memadai.

C. Terbatasnya dan relevansi sdm yang dimiliki dengan bidang tugas belum terselenggara secara optimal.

D. Manajemen pelayanan masih perlu ditingkatkan.

(15)

dalam menjabarkan strategi pengembangannya. Beberapa kebijaksanaan dasar dalam strategi pengembangan kelembagaan yang akan dikembangkan di Kabupaten Barru untuk mendukung pelaksanaan RPI2JM 2014-2018 sebagai berikut :

1. Peningkatan fungsi dan peran serta setiap unit perencanaan disetiap tingkatan pemerintahan dan dinas-dinas/lembaga/instansi beserta seluruh perangkat pemerintahan lainnya untuk menyamakan persepsi perencanaan tata ruang; 2. Koordinasi didalam pelaksanaan program diawali dari

perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi program secara berkala;

3. Peningkatan kapasitas kelembagaan dan peningkatan SDM yang menangani langsung pelaksanaan program melalui pelatihan dan diseminasi.

12.4.1 Rencana Pengembangan Keorganisasian

Unit Kerja Bidang Cipta Karya Kabupaten Barru merupakan institusi yang menangani penyusunan dan implementasi program investasi Bidang Cipta Karya, memiliki kewenangan yang terbatas dalam pengambilan keputusan dalam proses perencanaan, penganggaran dan hubungan antar instansi terkait. Diusulkan untuk dibentuk satuan kerja yang terdiri dari seluruh unit kerja terkait Bidang Cipta Karya, perencanaan dan penganggaran Antara lain Dinas PU, Bappeda, Badan Pengelola Keuangan Daerah. Untuk mendukung pelaksanaan program keciptakaryaan Barru, maka diperlukan langkah-langkah koordinasi sebagai berikut :

(16)

B. Dalam hal pelaksanaan program maka Dinas Tata Ruang, Permukiman dan Perumahan (bidang cipta karya) Kab. Maros, akan berkoordinasi dengan dinas/instansi yang terkait langsung dengan pelaksanaan program.

Dalam upaya untuk mempermudah pelaksanaan koordinasi perencanaan dan pengendalian program bidang Cipta Karya di level Kabupaten/Kota, maka harus di bentuk Satgas Randal Kabupaten/kota (Surat Edaran Direktorat Jenderal Cipta Karya No. 11/SE/DC/2012 tentang Pedoman Pelaksanaan Perencanaan dan Pengendalian Bidang Cipta Karya dan Surat Keputusan Sekretariat Daerah Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan No. 650/386/Distarkim tanggal 31 Januari 2013 tentang Pembentukan SATGAS RANDAL Kabupaten/Kota). Satgas Randal Kabupaten/Kota sebaiknya beranggotakan dengan melibatkan unsur-unsur dari :

1. Pokjanis Strategi Pengembangan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan (SPPIP);

2. Pokja Air Minum dan Penyehatan Lingkungan Permukiman/Sanitasi (AMPL/Sanitasi) Kab/Kota;

3. Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) kabupaten/Kota bidang Cipta Karya;

4. Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Daerah (TKPKD) Kab./Kota;

5. Tim Koordinasi Program Pembangunan Infrastruktur Perdesaan (PPIP).

Adapun penjelasan dari masing-masing unsur Satgas Randal Kabupaten/Kota adalah sebagai berikut :

1. Pokjanis SPPIP

(17)

dalam rangka meningkatkan kualitas lingkungan permukiman melalui pengurangan luasan kawasan kumuh, peningkatan kualitas penyelenggaraan penataan kawasan permukiman dan peningkatan pelayanan infrastruktur permukiman. Dalam melakukan tugasnya Pokjanis SPPIP didampingi oleh tim tenaga ahli, untuk menghasilkan dokumen SPPIP kemudian dikonsultasikan kepada publik sebelum dirumuskan menjadi acuan dalam merencanakan pelaksanaan pembangunan infrastruktur permukiman perkotaan. Dokumen SPPIP dan RPKPP ini selanjutnya menjadi acuan dalam penyusunan RPI2JM Kab/kota, maka keanggotaan Satgas Randal Kabupaten/kota harus melibatkan unsur Pokjanis SPPIP.

2. Kelompok kerja Air Minum dan Penyehatan Lingkungan Permukiman/Sanitasi (Pokja AMPL/Sanitasi) Kab/Kota.

Pokja AMPL/Sanitasi merupakan wadah bagi para pelaku yang berkepentingan dalam penanganan masalah air minum dan sanitasi. Fokusnya adalah menyusun Buku Putih dan Strategi Sanitasi Kota (SSK) yang merupakan portofolio yang diperlukan dalam menarik investasi sanitasi. Pemerintah daerah yang telah menyusun Buku Putih dan SSK, terbukti berhasil meningkatkan investasi sanitasinya dengan pelaksanaan program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP) di kabupaten/kota.

3. Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Daerah (TKPKD)

(18)

kabupaten/kota sekaligus sesuai keputusan tim nasional. Anggota TKPKD terdiri dari unsur: pemerintah ,masyarakat, dunia usaha, dan pemangku kepentingan lainnya.

4. Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) merupakan organisasi perangkat daerah yang bertugas dan bertanggung jawab terhadap pelaksanaan kegiatan dekonsentrasi maupun tugas pembantuan yang dilimpah sesuai dengan kewenangannya. Dalam hal ini yang di maksud SKPD terutama yang melaksanakan kegiatan berkaitan dengan bidang Cipta Karya di daerah.

5. Tim Koordinasi Program Pembangunan Infrastruktur Perdesaan (PPIP) Kab/kota adalah tim yang mengkoordinasikan dan mengendalikan pelaksanaan program pengentasan kemiskinan berbasis pemberdayaan masyarakat di tingkat Kabupaten. Kegiatan PPIP meliputi fasilitasi dan memobilisasi masyarakat dalam melakukan identifikasi permasalahan kemiskinan, menyusun perencanaan dan melaksanakan pembangunan infrastruktur Perdesaan. Tujuan PPIP adalah untuk mewujudkan peningkatan akses masyarakat miskin, dan kaum perempuan, termasuk kaum minoritas terhadap pelayanan infrastruktur dasar perdesaan berbasis pemberdayaan masyarakat dalam tata kelola pemerintahan yang baik.

(19)

penumpukan program yang kurang terarah pelaksanaannya sesuai dengan usulan program yang dibuat.

12.4.2 Rencana Pengembangan Ketatalaksanaan

Untuk merumuskan rencana pengembangan tata laksana, dengan mengacu pada analisis SWOT sebelumnya, maka diperlukan evaluasi tata laksana, pengembangan standar dan operasi prosedur, serta pembagian kerja dan program yang jelas antar unit dalam instansi ataupun lintas instansi di lingkungan Pemerintah Kabupaten Barru, khususnya di bidang Cipta Karya.

Format umum dalam rencana tindakan untuk peningkatan aspek kelembagaan terkait dengan bentuk kebijakan dan strategi dalam pengambilan keputusan untuk mendukung pelaksanaan program kegiatan RPI2JM 5 (lima) tahun kedepan. Strategi tersebut dilakukan dengan peningkatan fungsi dan peran dari setiap tingkatan pemerintahan, dinas-dinas dan lembaga/instansi terkait lainnya untuk menjalankan tugas dan fungsi sesuai dengan aturannya dalam bentuk koordinasi untuk pelaksanaan program RPI2JM dari proses awal hingga akhir.

Peningkatan kelembagaan dapat dilakukan dengan melakukan perubahan struktur yang dianggap tidak efektif, sehingga pelaksanaan pembangunan di berbagai sub bidang keciptakaryaan dapat berjalan sebagaimana yang diharapkan.

(20)

Organisasi pelaksana kegiatan fasilitasi penyusunan RPI2JM unit Bidang Cipta Karya Kabupaten Barru, terdiri dari :

A. Satgas Pusat, didukung oleh Sekretariat RPI2JM;

B. Satgas Provinsi, didukung oleh Satker DJCK Provinsi dan Konsultan; dan

C. Satgas Kabupaten/Kota, didukung oleh Satker DJCK Provinsi dan Konsultan.

Salah satu aspek yang menjadi usulan adalah upaya untuk melakukan penguatan kelembagaan, khususnya pemerintah desa/kelurahan. Berbagai upaya yang dilakukan dalam rangka penguatan kelembagaan yaitu :

A. Diharapkan lahirnya kader-kader masyarakat kota yang akan memiliki kemampuan sebagai fasilitator kota yang memahami tentang sistem dan mekanisme perencanaan partisipatif, sebagaimana petunjuk Kepmendagri No. 66 tahun 2007 tentang KPMD;

B. Tersusunnya RPJM Kelurahan dan beberapa data base desa yang sangat penting;

C. Membentuk tim yang memiliki kemampuan manajerial pelaksanaan pembangunan di kelurahan, dan memiliki kemampuan teknis tentang administrasi pelaporan keuangan proyek;

D. Memberikan penguatan kepada semua pelaku dalam bentuk pelatihan-pelatihan, baik yang sifatnya konsepsional maupun masalah-masalah teknis, dalam rangka mendorong pelaku untuk lebih professional dalam menjalankan tupoksi.

12.4.3 Rencana Pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM)

(21)

melalui kursus singkat, pelatihan dan pemberdayaan masyarakat dalam penanganan sarana dan prasarana Keciptakaryaan masih sangat dibutuhkan dalam pengembangan dan peningkatan kapasitas (capacity building) sehingga kualitas SDM semakin meningkat.

Juga masih terbatasnya SDM, prasarana dan sarana kerja yang kondisi dalam jumlah yang terbatas serta pemanfaatan yang padat dan terbatasnya ruang kerja, perangkat komputer, perangkat survey, kendaraan operasional dan peralatan kantor menjadikan belum optimalnya kinerja kelembagaan.

Pengembangan dan peningkatan kapasitas (capacity building) di Kabupaten Barru masih sangat dibutuhkan untuk mengikuti perkembangan waktu, informasi dan teknologi. Pengembangan teknologi dan informasi sangat cepat dan ini perlu kecepatan pula dalam menangkap dan meresponnya, sehingga sangat diperlukan peningkatan SDM personel kelembagaan yang terlibat di Kabupaten Barru.

Oleh karena itu peningkatan kualitas serta dukungan dari Kementerian Pekerjaan Umum dalam pengembangan dan peningkatan kapasitas (capacity building) di Kabupaten Barru diperlukan untuk pelaksanaan RPI2JM agar dapat berjalan dengan efisisen dan efektif.

Secara umum masalah yang dihadapi di dalam pelaksanaan pembangunan, khususnya bidang Cipta Karya Kabupaten Barru yang dapat di identifikasi sebagai berikut :

A. Organisasi belum sesuai dengan kapasitas kewenangan yang dibutuhkan.

B. Dukungan peraturan belum memadai.

C. Koordinasi antar SKPD yang membidangi KeciptaKaryaan yang belum padu.

(22)

Untuk mendukung peningkatan kapasitas kelembagaan, bidang PU/Cipta Karya dalam kerangka pelaksanaan program beberapa hal yang akan dilakukan antara lain sebagai berikut :

A. Peningkatan kualitas SDM melalui jalur pendidikan bagi staf yang tingkat pendidikannya masih sarjana muda dan non sarjana melalui jalur pendidikan formal.

B. Peningkatan kualitas SDM aparat bidang PU/Cipta Karya melalui pelatihan dan kursus di bidang teknis dan manajerial untuk pengelolaan infrastruktur keciptakaryaan.

C. Penghargaan bagi karyawan yang berprestasi.

Untuk merumuskan rencana pengembangan Sumber Daya Manusia, dengan mengacu pada analisis SWOT, maka diperlukan perencanaan karier setiap pegawai sesuai dengan kompetensi individu dan kebutuhan organisasi. Guna meningkatkan pelayanan kepegawaian, maka perencanaan pegawai hendaknya mengacu pada analisis jabatan yang terintegrasi sesuai dengan kebutuhan organisasi.

Selain itu, rencana pengembangan SDM dapat dilakukan dengan peningkatan jenjang pendidikan serta mendukung pembinaan kapasitas pegawai melalui pelatihan. Sesuai dengan lingkup kegiatan bidang keciptakaryaan, dalam rangka peningkatan kualitas SDM terdapat beberapa pelatihan yang diadakan oleh Direktorat Jenderal Cipta Karya Kementerian PU yang dapat menjadi referensi dipaparkan pada Tabel 12.4.

(23)

Gambar 12.1 BAGAN STRUKTUR ORGANISASI DINS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN BARRU

Tabel 12.4.

Jenis Pelatihan Bidang Cipta Karya

No. Jenis Pelatihan

1. Bimbingan Teknis Pengelolaan Bangunan Gedung dan Rumah Negara Pusat, Barat dan Timur serta sertifikasi Pengelola Teknis

2. Bimbingan Teknis Penyelenggaraan Bangunan Gedung Negara

3. Bimbingan Teknis Pengelolaan Rumah Negara Golongan III

4. Training of Trainers (TOT) Bidang Penyelenggaraan Penataan Bangunan dan Lingkungan

(24)

No. Jenis Pelatihan

6. Pelatihan Pengadaan Barang dan Jasa Dit. PBL

7. Peningkatan Kapasitas SDM Dit. PBL bekerjasama dengan Pusat Pembinaan Kompetensi dan Pelatihan Konstruksi

8. Pembinaan Teknis Peningkatan Kemampuan dalam Bidang Keprotokolan

9. Pembinaan Teknis Peningkatan Kemampuan dalam Bidang Tata Persuratan

10. Pembinaan Teknis Peningkatan Kemampuan Pemeliharaan dan Pengamanan Infrastruktur Publik Bidang Keciptakaryaan

11. Pembinaan Teknis Peningkatan Kemampuan Aparatur Negara dalam Tanggap Darurat Bencana

12. Pembinaan Teknis Percepatan Proses Hibah/Alih Status Barang Milik Negara

13. Pembinaan Teknis Penerapan Aplikasi SIMAK BMN

14. Pembinaan Teknis Pengembangan Kompetensi Pegawai

15. Pembinaan Teknis Pemetaan Kompetensi Pegawai

16. Diklat Pejabat Inti Satker (PIS)

Gambar

Tabel 12.1
Tabel 12.3.
Gambar 12.1 BAGAN STRUKTUR ORGANISASI DINS PEKERJAAN UMUM  KABUPATEN BARRU

Referensi

Dokumen terkait

Kewajiban untuk iman kepada Allah , nabi-nabi Allah beserta malaikat- malaikatnya , termasuk dalam hukum yang berkaitan dengan…a. Hukum yang berkaitan dengan amal

layak merupakan nilai-nilai etik yang hidup dan berkembang dalam lingkungan hukum admi- nistrasi negara; Kedua, Asas-asas umum peme- rintahan yang layak berfungsi

Adapun yang membuatnya berbeda dengan lembaga formal setingkat lainnya adalah karena MTs Daruttauhid Malang ini merupakan MTs yang dinaungi oleh Lembaga Pendidikan Islam

Bapak Rudy Susanto, S.kom, selaku Kepala Bengkel Universitas Bina Nusantara dan pengurus Lab LitBang Sistem Komputer (BENGKEL) yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu yang

Berdasarkan uraian di atas, penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui, baik simultan maupun parsial besarnya pengaruh indeks harga saham bursa global, yang terdiri

Hasil analisis pada uji homogenitas ditemukan bahwa tidak ada perbedaan yang bermakna dalam karakteristik responden pada kedua kelompok sehingga membantu

Variasi Geotextil (Tanah Terganggu Wopt = 32.5%) Pemodelan 1 Perbaikan Tanah Dengan Geotextil Dari hasil hubungan pembebanan, faktor keamanan dan penurunan maka di ambil

Untuk membuat permainan semakin menarik dan seru, aplikasi permainan kartu King and Slave Capsa ini akan memiliki 3 mode permainan, yaitu mode Normal, mode King &