• Tidak ada hasil yang ditemukan

GAMBARAN SISTOURETROGRAFI BIPOLAR DENGAN KLASIFIKASI AAST DAN GOLDMAN PADA KASUS TRAUMA URETRA LAKI-LAKI YANG TELAH DITERAPI PENGAMATAN BULAN MARET 2015 HINGGA JULI 2016 DI GDC RSUD DR. SOETOMO SURABAYA Repository - UNAIR REPOSITORY

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "GAMBARAN SISTOURETROGRAFI BIPOLAR DENGAN KLASIFIKASI AAST DAN GOLDMAN PADA KASUS TRAUMA URETRA LAKI-LAKI YANG TELAH DITERAPI PENGAMATAN BULAN MARET 2015 HINGGA JULI 2016 DI GDC RSUD DR. SOETOMO SURABAYA Repository - UNAIR REPOSITORY"

Copied!
63
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PENELITIAN

GAMBARAN SISTOURETROGRAFI BIPOLAR DENGAN KLASIFIKASI

AAST DAN GOLDMAN PADA KASUS TRAUMA URETRA LAKI-LAKI

YANG TELAH DITERAPI PENGAMATAN BULAN MARET 2015

HINGGA JULI 2016

DI GDC RSUD DR. SOETOMO SURABAYA

Oleh :

dr. Pauline Elfrida Hutagaol

Pembimbing :

Dr. dr. Bambang Soeprijanto, Sp.Rad(K)

PPDS-1 PROGRAM STUDI ILMU RADIOLOGI

FK UNIVERSITAS AIRLANGGA-RSUD DR SOETOMO SURABAYA

(2)

KARYA AKHIR PENELITIAN

GAMBARAN SISTOURETROGRAFI BIPOLAR DENGAN KLASIFIKASI AAST DAN

GOLDMAN PADA KASUS TRAUMA URETRA LAKI-LAKI YANG TELAH DITERAPI

PENGAMATAN BULAN MARET 2015 HINGGA JULI 2016

DI GDC RSUD DR. SOETOMO SURABAYA

Sebagai sebagian syarat untuk memperoleh gelar Spesialis Radiologi

dr. Pauline Elfrida Hutagaol

NIM : 011218176305

PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS I RADIOLOGI

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

RSUD DR.SOETOMO SURABAYA

(3)
(4)
(5)

DAFTAR ISI

BAB II Tinjauan pustaka...6

2.1 Anatomi...6

(6)

2.2.1 Mekanisme terjadinya trauma...7

2.2.2 Jenis trauma berdasarkan lokasi...8

2.2.3 Tipe trauma uretra...9

2.3 Klasifikasi trauma uretra...9

2.3.1 Klasifikasi Goldman...9

2.3.2 Klasifikasi AAST...10

2.4 Kriteria keberhasilan terapi...16

2.5 Faktor yang mempengaruhi terapi...16

BAB III Kerangka Konseptual...17

BAB IV Metodologi penelitian...18

4.1 Rancangan penelitian...18

4.2 Lokasi penelitian...18

4.3 Populasi penelitian...18

4.4 Pemilihan sampel...18

4.5 Besar sampel...18

4.6 Definisi operasional...19

4.7 Kriteria Inklusi dan Eklusi...20

4.8 Etika penelitian...20

4.9 Alur penelitian...21

4.10 Analisis data...21

BAB V Hasil Penelitian...22

(7)

5.3. Distribusi Kelompok klasifikasi AAST...24

5.4. Distribusi Kelompok klasifikasi Goldman... 28

5.5 Distribusi Kesesuaian penilaian elompok klasifikasi AAST dan Goldman...32

5.6 Distribusi Kelompok klasifikasi AAST terhadap terapi...33

5.7 Distribusi Kelompok klasifikasi Goldman terhadap terapi ...34

BAB VI Pembahasan ...35

BAB VII Kesimpulan dan Saran ...37

Daftar pustaka...38

Lampiran ...42

(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Distribusi Populasi penelitian...20

Tabel 2 Populasi penelitian menurut umu...21

Tabel 3 Distribusi Kelompok klasifikasi AAST menurut penilai 1...22

Tabel 4 Distribusi Kelompok klasifikasi AAST menurut penilai 2...23

Tabel 5 Distribusi Kelompok klasifikasi AAST menurut penilai 3...24

Tabel 6 Distribusi Kelompok klasifikasi AAST menurut penilai 1,2,3...25

Tabel 7 Distribusi Kelompok klasifikasi Goldman 1...26

Tabel 8 Distribusi Kelompok klasifikasi Goldman 2... 27

Tabel 9 Distribusi Kelompok klasifikasi Goldman 3...28

Tabel 10 Distribusi Kelompok klasifikasi Goldman 1,2,3...29

Tabel 11 Distribusi Kesesuaian penilaian elompok klasifikasi AAST dan Goldman...30

Tabel 12 Distribusi Kelompok klasifikasi AAST terhadap terapi...31

(9)

DAFTAR GRAFIK

Grafik 1 Populasi penelitian menurut umur...21

Grafik 2 Distribusi Kelompok klasifikasi AAST menurut penilai 1...22

Grafik 3 Distribusi Kelompok klasifikasi AAST menurut penilai 2...23

Grafik 4 Distribusi Kelompok klasifikasi AAST menurut penilai 3...24

Grafik 5 Distribusi Kelompok klasifikasi AAST menurut penilai 1,2,3...25

Grafik 6 Distribusi Kelompok klasifikasi Goldman 1...26

Grafik 7 Distribusi Kelompok klasifikasi Goldman 2... 27

Grafik 7 Distribusi Kelompok klasifikasi Goldman 3... 28

Grafik 7 Distribusi Kelompok klasifikasi Goldman 1,2,3...29

Grafik 8 Distribusi Kesesuaian penilaian elompok klasifikasi AAST dan Goldman...30

Grafik 9 Distribusi Kelompok klasifikasi AAST terhadap terapi...31

(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Anatomi uretra laki...21

Gambar 2 Goldman tipe 1………...12

Gambar 3 Goldman tipe 2...12

Gambar 4 Goldman tipe 3...13

Gambar 5 Goldman tipe 5...13

Gambar 6 Goldman tipe 4...13

Gambar 7. AAST tipe 1,2,4,5 ...15

(11)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Trauma uretra adalah rusaknya integritas struktur normal uretra akibat dari

trauma yang berlebihan (1 ), uretra rentan cedera oleh karena lokasinya dan

biasanya disebabkan oleh trauma pelvis . Jarang menyebabkan kematian

namun secara signifikan dapat menyebabkan morbiditas jangka panjang

apabila tidak mendapatkan penanganan yang tepat dan menyebabkan

komplikasi. Komplikasi yang sering 31-36 % adalah striktur uretra, 20-60 %

disfungsi ereksi, inkontinentia urine dan fistulasi. (1). Apabila trauma partial

ada kemungkinan sembuh total tanpa striktur. Dan olehkarena epitel dari

ujung yang mengalami retraksi dan gap diisi oleh fibrosis maka trauma urtera

komplit tidak dapat sembuh. (2).Segmen uretra yang dekat ramus pubis dan

ligamentum puboprostatica sangat rentan cedera (1).

Di India, 54% striktur uretra disebabkan oleh trauma pelvis, sementara

Penderita trauma uretra pada penelitian tersebut usia rata-rata 41,19+/-20,44

tahun di RSCM (Mediana et al, 2014) Trauma uretra merupakan kasus

trauma terbanyak kedua (29%) di RS. DR Soetomo Surabaya (Sunaryo,2015 )

Inkontinensia dan impotensi merupakan komplikasi yang sering terjadi.

Ahli radiologi memainkan peran kunci.Untuk mengurangi tingkat keparahan

dan komplikasi jika trauma uretra segera didiagnosis dan diobati dengan

(12)

Meskipun computed tomography umumnya digunakan untuk evaluasi

pencitraan awal pasien dengan multipel trauma, trauma uretra lebih baik

dinilai dan diklasifikasikan dengan menggunakan bipolar voiding

cystoureterografi (BVCUG ). BVCUG adalah dasar konfirmasi dari trauma

uretra. Sistouretrografi Bipolar adalah pilihan modalitas pencitraan utama

untuk mengevaluasi trauma, penyakit inflamasi serta striktur uretra laki-laki.

Membandingkannya dengan temuan pada USG, MRI dan CT berguna untuk

mengevaluasi struktur periuretra. BVCUG merupakan pemeriksaan dengan

menggunakan x ray dan kontras untuk mengevaluasi uretra. Dan pemeriksaan

ini dapat mendeteksi terjadinya striktur pada urtera anterior dan perluasannya

ke uretra pars membranacea. BVCUG akurat dalam menentukan lokasi

trauma dan kurang akurat menjelaskan derajat trauma, khususnya dalam

membedakan trauma partial atau komplit. Dari hasil pemeriksaan BVCUG

kontras yang dapat masuk ke bladder diasumsikan sebagai partial rupture,

namun kontras yang tidak masuk ke bladder bukan berarti sebagai rupture

komplit oleh karena tahanan sehinngga kontras sulit melewati sphincter dan

menyebabkan over diagnosis (2). Sekarang ini belum ada standarisasi pada

expertise BVCUG oleh radiologist.

Klasifikasi uretra diawali pada tahun 1977 oleh collapinto dan Mc.Callum.

Dan membagi menjadi 3 tipe :

1. Uretra teregang, namun masih intak

2. Uretra membranacea rupture di atas diafragma urogenital yang masih

(13)

3. Uretra membranacea rupture dan trauma meluas sampai ke uretra pars

bulbosa karena tear pada diafragma urogenital.

Namun trauma pada bladder neck yang meluas sampai ke uretra proximal

tidak termasuk dalam klasifikasi ini, sehingga direvisi dan dilengkapi oleh

Goldman 1997. Dalam revisinya Goldman telah mengklasifikasikan trauma

uretra berdasakan lokasi dengan memberi informasi yang akurat terhadap

lokasi trauma yang memerlukan perhatian khusus, maka diharapkan

komplikasi post trauma uretra seperti disfungsi ereksi, striktur, fistulasi dan

inkontinentia urine dapat dicegah. Dan membantu memprediksi mekanisme

perkemihan setelah trauma pelvis. Akan tetapi klasifikasi yang direvisi oleh

Goldman ini belum dapat diterima secara universal oleh karena belum dapat

memnjelaskan trauma secara spesifik, dimana informasi ini sangat

dibutuhkan bagi urolog. Dan untuk mengatasi kekurangan tersebut maka

AAST membuat kriteria yang sudah mengutamakan konsep rupture dinding

uretra partial dan komplit. Namun klasifikasi menurut kriteria AAST ini tidak

menjelaskan lokasi trauma dan validitas antara rupture partial dan komplit

tersebut masih diragukan oleh karena belum memiliki evidence yang kuat

yang berasal dari meta analisis atau control trial yang berkualitas baik.

Berdasar uraian di atas maka peneliti ingin melihat Gambaran klasifikasi

Goldman dan AAST dari gambaran BVCUG pada kasus-kasus trauma uretra

yang telah diterapi, sehingga dapat membantu manajemen penanganan pasien

(14)

1.2 Masalah

Apakah ada hubungan antara klasifikasi Goldman dan AAST dengan hasil

terapi dari gambaran BVCUG pasien trauma uretra yang sudah diterapi

1.2.1 Rumusan Masalah

Bagaimana gambaran BVCUG menurut klasifikasi Goldman dan AAST pada

pasien trauma uretra yang sudah diterapi di Instalasi Radiologi RSUD Dr.

Soetomo?

1.3 Tujuan penelitian

Mengetahui gambaran BVCUG dari klasifikasi AAST dan Goldman pada

kasus trauma uretra yang telah diterapi Instalasi Radiologi RSUD Dr.

Soetomo Surabaya pada bulan maret 2015 hingga juli 2016

1.3.2 Tujuan khusus

• Mengetahui gambaran BVCUG menurut klasifikasi Goldman pada trauma

uretra laki-laki

• Mengetahui gambaran BVCUG menurut klasifikasi AAST pada trauma

uretra laki-laki yang telah diterapi di RSUD dr. Soetomo pengamatan

bulan Maret 2015 hingga Juli 2016

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Ilmiah

Informasi ilmiah tentang klasifikasi Goldman dan AAST pada

(15)

1.4.2 Manfaat Klinis

Mengetahui hasil terapi klasifikasi Goldman dan AAST pada pemeriksaan

(16)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi

Uretra rentan cedera dikarenakan lokasinya yang di dekat os pubis dan

ligamen puboprostatica. Pada laki-laki, bagian eksternal juga rentan terhadap

trauma langsung dari fragmen tulang yang timbul dari ramus pubis. Uretra pars

membranosa distal adalah uretra yang terutama beresiko, dan dapat mengganggu

mekanisme kontinensia (5). Berdasarkan anatominya uretra pria dibagi menjadi

bagian anterior dan posterior oleh diafragma urogenital. Uretra anterior terdiri dari

bulbosa dan penile uretra. Uretra posterior terdiri dari uretra prostatika dan

membranacea. Pada urtera anterior sel epitel terbentang langsung pada lapisan

spongiosa yang terikat pada buck’s fascia dan terfiksasi di bawah corpora

cavernosa dan perianal membrane. Uretra posterior dimulai dari urtera prostatika

pada level badder neck meluas sebagai saluran melewati prostat anterior.

(17)

Gambar 1. Skema yang menunjukkan anatomi uretra laki-laki yang normal pada bidang sagital. Selama urethrography setelah trauma panggul, penting untuk mengidentifikasi lokasi dari bladder neck (tanda bintang putih) dan sfingter uretra eksternal atau diafragma urogenital (tanda bintang merah) karena ini adalah landmark utama anatomi ketika mengklasifikasikan trauma uretra. VM = verumontanum.

(Dicetak ulang, dengan izin, dari referensi 4.)

2.2. Trauma uretra

2.2.1. Mekanisme terjadinya trauma

1. Displacement satu dari hemipelvis ke superior dengan laserasi sampai ke

uretra

2. Fraktur straddle dimana fraggmen central simfisis displace ke posterior

3. Diastasis dari simfisis, sehingga uretra membranacea teregang sampai

(18)

2.2.2. Jenis trauma uretra berdasarkan lokasi

1. Trauma uretra Anterior

Trauma pada bulbosa biasanya disebabkan oleh kecelakaan. Sedangkan

trauma pada penile uretra biasanya disebabkan oleh aktivitas seksual. Stradle

injury, akibat dari kompresi pubis terhadap uretra, adalah yang paling sering pada

jenis trauma di lokasi ini, jarang disertai fraktur pelvis.(3)

2. Trauma uretra Posterior

Trauma pada uretra posterior berhubungan dengan fraktur pelvis. Dan paling

sering menyebabkan komplikasi. Biasanya terjadi pada bulbomembranous

junction. Dan pada prostatomembranous terdapat cavernous nerve. Trauma yang

paling sering sejauh ini adalah dari uretra posterior. Trauma tersebut terjadi pada

3% -25% pasien dengan fraktur panggul (5). Mekanisme paling umum adalah

terkait kecelakaan lalu lintas di jalan dan jatuh dari ketinggian. Sebanyak 20%

pasien dengan jenis trauma seperti ini memiliki keterkaitan laserasi bladder yang

juga dapat dinilai pada uretrografi (6).

Komplikasi umum dari trauma panggul yang paling sering adalah trauma

uretra; yang apabila tidak terdiagnosa, akan menyebabkan morbiditas jangka

panjang (1). Striktur telah dilaporkan di 31% -69% dari pasien setelah ruptur total

dari bulbus uretra (3). Inkontinensia dan impotensi diakui sering menjadi masalah

terkait. Tingkat keparahan dan durasi komplikasi dapat dikurangi jika trauma

uretra segera didiagnosis dan diobati dengan tepat, dan dalam hal ini ahli radiologi

(19)

2.2.3. Tipe trauma uretra :

1. Kontusio

2. Ruptur partial

3. Ruptur Komplit

2.3 Klasifikasi trauma uretra

2.3.1. Klasifikasi Goldman

Pada tahun 1977, Colapinto dan Mc Callum membagi trauma uretra

posterior menjadi 3 tipe kelainan sebagai acuan yaitu :

1. Uretra teregang, namun masih intak

2. Uretra membranacea rupture di atas diafragma yang masih intak

3. Uretra membranacea rupture tapi trauma meluas sampai ke uretra pars

bulbosa karena tear pada diafragma urogenital

Namun klasifikasi trauma uretra menurut Collapinto dan Mc Callum memiliki

kelemahan yaitu karena sistemnya tidak komprehensif, hanya memuat klasifikasi

trauma uretra posterior saja dan tidak konsisten secara anatomi ,karena penjelasan

yang diberikan berdasar campuran anatomi dan mekanis, sehingga hal ini

menyebabkan kriteria tersebut sulit diaplikasikan sehingga tidak diadopsi secara

universal dan makin lama sistem Collapinto dan Mc Callum makin ditinggalkan.

Pada tahun 1997, Goldman menyempurnakan sistem pengolongan trauma uretra

yang lebih konsisten secara anatomi, lebih komprehensif sehingga lebih mudah

diterapkan (6).

Klasifikasi yang diusulkan oleh Goldman dan rekannya menekankan

(20)

urogenital diafragma atau sfingter eksternal). Sistem ini termasuk kategori untuk

trauma buli yang melibatkan atau menstimulasikan trauma uretra posterior (Tabel

2). (6)

Tabel 2

Klasifikasi trauma uretra berdasar Sistem Goldman Tipe

Trauma

Deskripsi Trauma Uretrografi

I Peregangan atau elongasi dengan uretra posterior intak

Intak tapi uretra meregang

II Ruptur uretra di atas diafragma urogenital sementara segmen membranosa masih intak

Ekstravasasi media kontras hanya di atas diafragma urogenital

III Ruptur uretra pars membranosa hingga di bawah diafragma urogenital dan melibatkan uretra anterior

Ekstravasasi kontras di bawah diafragma urogenital, mungkin meluas ke pelvis atau perineum,

Ekstravasasi media kontras periuretra, ruptur dasar buli

V Trauma terbatas uretra anterior Ekstravasasi media kontras di bawah diafragma urogenital, terbatas di uretra anterior

Sumber : Referensi 6.

2.3.2. Klasifikasi AAST

Sistem yang paling umum digunakan adalah klasifikasi yang yang

direkomendasikan oleh American Association for Surgery of Trauma (AAST)

(11) Dalam skema AAST, trauma uretra diklasifikasikan menurut pengobatan

yang diperlukan, klasifikasi lebih menekankan pada tingkat gangguan dan

(21)

Tabel 1

Sistem Klasifikasi AAST dan Rekomendasi Pengobatan untuk trauma uretra

Tipe Deskripsi Uretrografi Pegobatan

1 Memar Normal Tidak ada

2 Trauma

peregangan

Pemanjangan uretra tanpa ekstravasasi Konservatif dengan kateterisasi

suprapubik atau uretra

3 Ruptur parsial Ekstravasiasi kontras dari uretra dengan kontras mengisi buli

Konservatif dengan

Ekstravasasi kontras dari uretra tanpa kontras mengisi buli dengan separasi uretra <2cm

Ruptur total dengan separasi uretra >2cm atau perluasan trauma ke prostat atau vagina

Realignment

endoskopi atau graft uretroplasti

Sumber : Referensi 2,11.

Pendekatan ideal bedah masih diperdebatkan (2,12). Beberapa ahli bedah

menganjurkan segera dioperasi, tetapi kebanyakan lebih memilih kateterisasi

suprapubik dan menunda perbaikan uretra. Pilihan tampaknya masalah

keterampilan ahli bedah yang tersedia (9), tetapi tingkat trauma juga dapat

mempengaruhi keputusan pengobatan. Seorang pasien dengan trauma Goldman

tipe I (Gambar 2) mungkin dipilih manajemen konservatif, sedangkan terkait

intraperitoneal, dubur, atau trauma kandung kemih membutuhkan segera

dioperasi, dalam hal trauma uretra terkait dapat ditangani. Ruptur komplet uretra,

seperti dalam Jenis trauma Goldman II-V (Gambar 3-6), biasanya berakibat

(22)

Gambar 2. Gambar dari urethrography pada pasien laki-laki dengan "open-book" fraktur pelvis dari trauma menunjukkan uretra posterior (panah), yang tampak meregang tetapi utuh (Goldman tipe I), dengan tidak ada bukti bahan kontras ekstravasasi.

(23)
(24)

Gambar 5. Gambar dari uretrografi retrograde (a) dan uretrografi antegrade dilakukan dengan kateter suprapubik (b) pada pasien laki-laki dengan trauma panggul menunjukkan ruptur komplet

dari uretra posterior dengan bahan kontras ekstravasasi ke dalam jaringan lunak perineum (panah di a), serta disrupsi bladder neck dengan ekstravasasi bahan kontras ke ekstraperitoneal (panah di b). Temuan ini adalah klasifikasi dari Goldman tipe IV.

(25)

Gambar 2.7. Tauma yang menyebabkan disruption pada prostatomembranacea. (A) Type 1: Urethra membranacea teregang tanpa ruptur (B) Type 2 : Ruptur komplit dari uretra membranacea dengan diafragma urogenital yang masih intak. Extravasasi meluas hanya sampai ke pelvis saja. (C). Type 3 : Ruptur komplit dari uretra membranacea dengan disruption pada diafragma urogenital dan trauma padaproximal uretra bulbosa

(26)

2.4 Kriteria keberhasilan terapi

Ketika mengevaluasi pasca terapi , penting untuk menjelaskan bagaimana

gambaran kegagalan terapi dan kesuksesan terapi. Kriteria sukses adalah

tidak ada keluhan berkemih, maximum flow rate lebih dari 15 ml / detik,

residu post-miksi kurang dari 50 cc dan tidak didapatkan penyempitan

kaliber urethra pada pemeriksaan BVCUG. (24)

Dan dikatakan bermasalah apabila flowrate 5-15 ml/s (23), residu

post-miksi lebih dari 50 cc dan didapatkan penyempitan kaliber urethra pada

pemeriksaan BVCUG.

Dan kriteria kegagalan terapi adalah terjadinya komplikasi seperti

inkontinentia uri, terjadi fistel (bladder, rectal and cutaneous), urinoma,

disfungsi ereksi dan inkompetensi dari bladder neck (24)

2.5Faktor yang mempengaruhi terapi

Tingkat keberhasilan penanganan trauma uretra yang paling

dipengaruhi oleh :

1. Derajat dan lokasi trauma untuk memutuskan jenis tindakan

2. Status hemodinamik pasien

3. Trauma lain yang menyertai dimana dalam penanganannya

trauma yang mengancam nyawa lebih diutamakan

4. Ketersedian fasilitas yang tepat,

5. Ketersediaan instrumen

(27)

BAB III

(28)

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Rancangan Penelitian

Deskripsi retrospektif

4.2 Lokasi penelitian

Penelitian dilakukan di GDC Radiologi RSUD Dr. Soetomo Surabaya mulai

bulan Maret 2015 sampai dengan Juli 2016

4.3 Populasi Penelitian

Populasi target penelitian adalah penderita trauma uretra yang menjalani

pemeriksaan sistouretrografi bipolar. Populasi terjangkau adalah penderita trauma

uretra yang menjalani pemeriksaan sistouretrografi bipolar di RSUD Dr. Soetomo

Surabaya pada bulan Maret 2015 sampai dengan Juli 2016

4.4 Pemilihan sampel

Sampel penderita trauma uretra yang menjalani pemeriksaan uretrografi di

RSUD Dr. Soetomo Surabaya mulai bulan Maret 2015. Pengambilan sampel

dilakukan dengan cara purposive sampling yaitu pengumpulan sampel dilakukan

sesuai kriteria sampai bulan Juli 2016.

4.5 Besar sampel

Besar sampel pada penelitian ini sebanyak sampel yang datang dari bulan

Maret 2015 hingga Maret 2016 dan Mei hingga Juli 2016 yang memenuhi kritera

(29)

4.6Definisi Operasional

4.6.1 Penderita trauma uretra

Adalah seseorang laki-laki yang didiagnosis trauma uretra berdasarkan

klinis yaitu hematom di daerah uretra, bloody discharge dan retensi urine

post trauma ( Anthony, 2011 )

4.6.2 Pemeriksaan sistouretrografi bipolar

Prosedur pemeriksaan menggunakan kontras media untuk mendapatkan

gambar buli dan uretra dengan teknik pemeriksan sebagai berikut :

a. Pasien di posisikan baring di meja fluoroskopi dan dilakukan traksi pada penis (posisi uretra diusahakan tidak superposisi dengan tulang)

b. Jika penis ditraksi ke lateral kanan, maka lutut kanan difleksikan sehingga kaki kanan berada di bawah paha kiri

c. Pemeriksaan dilakukan dengan bantuan fluoroskopi Pemeriksaan

dilakuan dengan bantuan fluoroskopi

d. Kontras sekitar 20-30cc dimasukan melalui penile kanul yang

ujungnya dimasukkan pada fossa navicularis (+/-1,5cm) hingga

mencapai batas distal dari obstruksi

e. Kontras dimasukkan sampai dengan mengisi buli melalui kateter

suprapubik sampai pasien ingin mengejan ( Ingram 2008 )

4.6.3 Kriteria Goldman

Sistem klasifikasi trauma uretra berdasarkan pemeriksaan sistouretrografi

bipolar dengan menentukan lokasi klasifikasi, yang dinilai oleh 3 orang

(30)

4.6.4 Kriteria AAST

Sistem klasifikasi trauma uretra berdasarkan pemeriksaan sistouretrografi

bipolar dengan menentukan derajat trauma, yang dinilai oleh 3 orang

4.6.5 Kriteria hasil terapi

Hasil terapi didapatkan dari rekam medik resume pada status pasien,

terdiri dari baik sedang buruk

4.7 Kriteria Inklusi dan Ekslusi

4.7.1. Kriteria inklusi :

Rekam medis yang memuat data pasien trauma uretra yang dilakukan

sistostomi dan pemeriksaan sistouretrografi bipolar

4.7.2 Kriteria eksklusi

Rekam medis yang memuat data pasien trauma uretra yang dilakukan

sistostomi dan pemeriksaan sistouretrografi bipolar

4.8 Etika Penelitian

Penulis mengajukan persetujuan penelitian ke Komisi Etik Fakultas

(31)

4.9 Alur Penelitian

4.11 Analisis Data

Analisis data penelitian ini menggunakan deskriptif retrospektif

Rekam medis penderita trauma uretra yang telah

diterapi melalui data Sistouretrografi Bipolar bulan

maret 2015 hingga juli 2016 di GDC RSUD Soetomo

surabaya

Klasifikasi Goldman dan AAST

(32)

BAB V

HASIL PENELITIAN

Tujuan umum dari penelitian ini adalah mengetahui klasifikasi dari

gambaran trauma uretra pada pasien yang sudah dilakukan sistouretrografi bipolar

di GDC RS dr. Soetomo. Sedangkan tujuan khusus penelitian ini adalah

mengetahui tipe trauma berdasarkan klasifikasi Goldman dan AAST di RS dr.

Soetomo yang berguna untuk tindakan pasien.

5.1 Karakteristik Populasi Penelitian

Total subyek yang di teliti pada penelitian ini sebanyak 43 sampel.

Berdasarkan populasi penelitian ini, usia termuda kasus trauma uretra adalah 10

tahun dan usia tertua 80 tahun dengan usia rata-rata 43,33 +/- 16,70 tahun.

Tabel 1. Distribusi Populasi Penelitian

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation USIA 42 11.00 80.00 43.3333 16.74437

(33)

5.2 Karakteristik Populasi Penelitian Menurut Umur

Berdasar kelompok menurut umur maka terbanyak pada rentang 40-49

tahun sebanyak 14 sampel (32,6%) , dengan rentang termuda 10-19 tahun

sebanyak 5 sampel (11,6%), dan rentang usia tertua >70 tahun sebanyak 4 sampel

(9,3%).

Tabel 2. Distribusi kelompok trauma uretra menurut umur

Rentang usia Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

10-19 5 11,6 11.9 11,9

20 - 29 th 6 14,0 14.3 26.2 30 - 39 th 1 2,3 2,4 28,6 40 - 49 th 14 32,6 33,3 61.9 50 - 59 th 10 23,3 23,8 85.7 60 - 69 th 3 7,0 7,1 92.9 >70 th 4 9,3 7,1 100.0

(34)

Grafik 1. Distribusi kelompok trauma uretra menurut umur

1.3Distribusi Kelompok AAST

5.3.1 Distribusi Kelompok AAST penilai 1

Berdasar kelompok klasifikasi AAST menurut penilai 1 maka terbanyak tipe 5

sebanyak 18 sampel (41,9%) , dan yang paling sedikit tipe 1 sebanyak 2 sampel

(4,7%)

Tabel 3. Distribusi Kelompok AAST penilai 1

Injury type Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

1 2 4,7 4,7 4,7

2 10 23,3 23,3 27.9 3 9 20,9 20,9 48,8

4 4 9,3 9,3 58,1

5 18 41,9 41,9 100,0

(35)

Grafik 2. Distribusi Kelompok AAST penilai 1

5.3.2 Distribusi Kelompok AAST penilai 2

Berdasar kelompok klasifikasi AAST menurut penilai 2 maka terbanyak tipe 5

sebanyak 19 sampel (44,2%) , dan yang paling sedikit tipe 1 sebanyak 0 sampel (0

%)

Tabel 4. Distribusi kelompok AAST menurut penilai 2

Injury type Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

1 - - - -

2 8 18,6 18,6 18,6 3 12 27,9 27,9 46,5

4 4 9,3 9,3 55,8

5 19 44,2 44,2 100,0

Total 43 100,0 100,0

(36)

Grafik 3.Distribusi kelompok AAST menurut penilai 2

5.3.3 Distribusi Kelompok AAST penilai 3

Berdasar kelompok klasifikasi AAST menurut penilai 3 maka terbanyak tipe 2

sebanyak 17 sampel (39,5%) , dan yang paling sedikit tipe 1 sebanyak 2 sampel

(4,7 %)

Tabel 5. Distribusi kelompok AAST menurut penilai 3

Injury type Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

1 2 4,7 4,7 4,7

2 17 39,5 39,5 44,2

3 11 25,6 25,6 69,8 4 9 20,9 20,9 90,7

5 4 9,3 9,3 100,0

Total 43 100,0 100,0

(37)

Grafik 4. Distribusi kelompok AAST menurut penilai 3

5.4. Distribusi Kelompok Klasifikasi AAST penilai 1,2,3

Berdasar kelompok klasifikasi AAST menurut penilai 1,2, 3 maka terbanyak tipe

5 sebanyak 2 penilai sebesar 18 dan 19 sampel, dan yang paling sedikit tipe 1

sebanyak 0 sampel (0 %)

Tabel 6. Distribusi kelompok AAST menurut penilai 1,2,3

Injury type Penilai 1 Penilai 2 Penilai 3

1 2 - 2

2 10 8 17

3 9 12 11

4 4 4 9

5 18 19 4

Total 43 100,0 100,0

(38)

Grafik 5. Distribusi kelompok AAST menurut penilai 1,2,3

5.4. Distribusi Kelompok Klasifikasi Goldman

5.4.1 Distribusi Kelompok Klasifikasi Goldman penilai 1

Berdasar kelompok klasifikasi Goldman menurut penilai 1 maka terbanyak tipe 3

sebanyak 24 sampel (55,8%) , dan yang paling sedikit tipe 4 sebanyak 1 sampel

(2,3 %)

Tabel 7. Distribusi kelompok Goldman menurut penilai 1

Injury type Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent 1 11 25,6 25,6 25,6 2 5 11,6 11,6 37,2

3 24 55,8 55,8 93,0

4 1 9,3 2,3 95,3

5 2 2,3 4,7 100,0

Total 43 100,0 100,0

(39)

Grafik 6. Distribusi Kelompok Klasifikasi Goldman penilai 1

5.4.2 Distribusi Kelompok Klasifikasi Goldman penilai 2

Berdasar kelompok klasifikasi Goldman menurut penilai 2 maka terbanyak tipe 3

sebanyak 28 sampel (65,1%) , dan yang paling sedikit tipe 5 sebanyak 1 sampel

(2,3 %)

Tabel 8. Distribusi Kelompok Goldman Menurut Umur penilai 2

Injury type Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent 1 5 11,6 11,6 11,6 2 5 11,6 11,6 23,3

3 28 65,1 65,1 88,4

4 4 9,3 9,3 97,7

5 1 2,3 2,3 100,0

Total 43 100,0 100,0

(40)

Grafik 7. Distribusi Kelompok Goldman Menurut Umur penilai 2

5.4.3 Distribusi Kelompok Klasifikasi Goldman penilai 3

Berdasar kelompok klasifikasi Goldman menurut penilai 3 maka terbanyak tipe 2

sebanyak 13 sampel (30,2%) , dan yang paling sedikit tipe 5 sebanyak 3 sampel (7

%)

Tabel 9. Distribusi kelompok Goldman menurut penilai 3

Injury type Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent 1 5 11,6 11,6 11,6 2 13 30,2 30,2 41,9

3 12 27,9 27,9 69,8 4 10 23,3 23,3 93,8

5 3 7,0 7,0 100,0

Total 43 100,0 100,0

(41)

Grafik 8. Distribusi kelompok Goldman menurut penilai 3

5.4.3 Distribusi Kelompok Klasifikasi Goldman penilai 1,2,3

Berdasar kelompok klasifikasi Goldman menurut penilai 1,2, 3 maka terbanyak

tipe 3 sebanyak 2 penilai sebesar 24 dan 28 sampel, dan yang paling sedikit tipe 5

sebanayak 1 sample dan tipe 4 sebanyak 1 sampel

Tabel 10. Distribusi kelompok Goldman menurut penilai 1,2,3

Injury type Penilai 1 Penilai 2 Penilai 3

1 11 5 5

2 5 5 13

3 24 28 12

4 1 4 10

5 2 1 3

(42)

Grafik 9. Distribusi kelompok Goldman menurut penilai 1,2,3

5.5. Distribusi Kesesuaian penilaian Klasifikasi AAST dan Klasifikasi

Goldman

Pada penelitian ini berdasarkan data dari 43 kasus pasien trauma uretra,

pada klasifikasi AAST 3 orang penilai memiliki penilaian yang sama

terhadap 16 kasus dan pada klasifikasi Goldman terhadap 12 kasus.

Tabel 11. Kesesuaian penilaian Klasifikasi AAST dan Klasifikasi Goldman

Klasifikasi Sesuai Berbeda

AAST 16 28

(43)

5.6. Distribusi Klasifikasi AAST terhadap hasil terapi

Pada penelitian ini hasil terapi yang terbanyak adalah sedang pada

klasifikasi 5 sebanyak 16 kasus dan pada klasifikasi 3 sebanyak 11 kasus.

Hasil terapi yang buruk hanya terjadi pada 1 kasus pada klasifikasi tipe 3.

Tabel 12. Distribusi Klasifikasi AAST terhadap hasil terapi

Injury type

Hasil terapi baik

Hasil terapi sedang

Hasil terapi buruk

Cumulative Percent

1 0 0 0 0%

2 3 4 0 16,3%

3 1 11 0 27,9%

4 1 1 1 7%

5 5 16 0 48,8%

Total 10 32 1 100%

(44)

5.6. Distribusi Klasifikasi Goldman terhadap hasil terapi

Pada penelitian ini hasil terapi yang terbanyak adalah sedang pada tipe 3

sebanyak 24 kasus dan pada klasifikasi 1 sebanyak 3 kasus. Hasil terapi

yang buruk hanya terjadi pada 1 kasus pada klasifikasi tipe 4.

Tabel 13. Distribusi Klasifikasi Goldman terhadap hasil terapi

Injury type

Hasil terapi baik

Hasil terapi sedang

Hasil terapi buruk

Cumulative Percent

1 3 4 0 7%

2 1 3 0 4%

3 5 24 0 29%

4 1 0 1 2%

5 0 1 0 1%

Total 10 32 1 100%

(45)

BAB VI

PEMBAHASAN

Berdasar kelompok menurut umur maka terbanyak pada rentang 40-49

tahun sebanyak 14 sampel (32,6%) , hasilnya sesuai dengan penelitian

sebelumnya yang dilakukan di RSCM oleh Mediana et al, 2014, dimana usia

rata-rata penderita trauma uretra pada penelitian tersebut 41,19+/-20,44 tahun.

Pada penelitian ini dengan jumlah 43 kasus trauma uretra dengan

klasifikasi AAST, berdasarkan derajat trauma 2 orang penilai mendapatkan

jumlah terbanyak adalah tipe 5 dimana terjadi rupture komplit dengan gap

sepanjang lebih dari 2 cm. Dan yang terbanyak kedua adalah tipe 3 yaitu ruptur

parsial yang dinilai sebanyak 2 orang. Hal ini sesuai dengan dengan Ennemores et

al, 2011 yang melaporkan 65 % terjadi pada rupture komplit dan 34% rupture

partial.

Berdasarkan lokasinya 2 orang penilai mendapatkan jumlah terbanyak adalah tipe

3 dimana lokasi cedera di uretra pars membranosa hingga di bawah diafragma

urogenital dan melibatkan uretra anterior sedangkan 1 orang penilai mendapatkan

jumlah terbanyak adalah tipe 2 dimana lokasi cedera di atas diafragma urogenital

dengan segmen membranacea masih intact. . Hal ini sesuai dengan Mundy et al,

2011 menulis bahwa uretra pars membranosa distal adalah daerah paling beresiko

cedera sebagaimana tulisan Goldman, 1997 bahwa trauma paling sering adalah di

uretra posterior dengan klasifikasi tipe 3.

Pada penelitian ini 2 orang penilai mendapatkan trauma uretra yang paling

(46)

mendapatkan yang terjadi pada bladder neck. Sesuai dengan Mundy, 2011, yang

melaporkan kasus trauma uretra anterior terjadi +/-30%, lebih sedikit dibanding

trauma uretra posterior. Dan trauma uretra pada bladder neck pada usia < 20

tahun pada 3 orang , menurut El bakry, 2011 bahwa trauma uretra sering di

dapatkan pada usia <=15 tahun.

Pada penelitian ini lokasi yang tersering adalah uretra bagian posterior dan

derajat trauma yang paling sering adalah ruptur komplit, sesuai dengan laporan

Morehouse et al bahwa angka kejadian rupture komplit uretra posterior sebanyak

97 %.

Keterbatasan penelitian ini antara lain :

1. Penelitian retrospektif

2. Jumlah sampel sedikit

3. Keakuratan penilaian karena dilakukan oleh 3 orang yang berbeda

(47)

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 KESIMPULAN

1. Berdasarkan klasifikasi AAST yang terbanyak adalah tipe 5 dengan hasil

terapi sedang

2. Berdasarkan Goldman yang terbanyak adalah tipe 3 dengan hasil terapi

sedang

3. Hasil terapi yang buruk terjadi pada AAST tipe 5 dan padaGoldman tipe 4

4. Klasifikasi AAST memiliki perbedaan pembacaan lebih sedikit daripada

Goldman

7.2 SARAN

1. Dilakukan penelitian prospektif dengan sample yang lebih banyak dengan

menggunakan klasifikasi AAST dan Goldman

(48)

DAFTAR PUSTAKA

1. Kawashima, A, Sandler, CM, Wasserman, NF, LeRoy, AF, King, BF,

Goldman, SM 2004, ‘Imaging of Urethral Disease: A Pictorial Review’,

Texas, Radiographics, pp. S195-216.

2. Ingram, MD, Watson, SG, Skippage, PL, Patel U 2008,‘Urethral Injuries

After Pelvic Trauma: Evaluation with Urethrography’,Radiographics, Vol

6, pp. 28:1631-1643.

3. Marinez, L, Pineiro, 2007,‘Urethral Trauma’ In: Trauma, Hohfelhener, M,

Santucci, RA (Eds), Springer, Emergencies in Urology, New York, 15.9

pp.276-299.http//www.springer.com/978-3-540-48603-9

4. Abdulkadir, AY, Ahidjo, A, Gadams, IA ,Saad, ST 2012,‘ Evaluation of

Radiographic Pattern of Male Urethral Strictures in Nigeria: A Preliminary

Report of a Proposed New Scoring System for Developing Countries’,

Iran J Radiol. 9(1), pp. 60-62.

5. Mundy AR, Andrich DE, 2011, ‘Urethral trauma. Part I: intoduction,

history, anatomy, pahlogy, assessment and emergency management’, BJU

(49)

6. Goldman SM, Sandler CM, Corriere JN, McGuire EJ, 1997, ‘Blunt

Urethral Trauma: a Unified, Anatomical Mechanical Classification’, The

Journal of Urology, American Urological Association, US

7. Rosenstein DI, Alsikafi NF, 2006, ‘Diagnosis and Classification of Urthral

Injuries’, Elsevier, Urology Clinics of North America, Chicago, 33, pp.

73-85. http//www.urologic.theclinics.com/0094-0143/06

8. Perry MO, Husmann DA. 1992. Urethral Injuries in male subjects

following pelvic fractures. J Urol; 147:139-143

9. Kommu SS, Illahi I, Mumtaz F, 2007. Patterns of Urethral Injury and

Immediate Management. Curr Opin Urol; 17:383-389

10. Elbakry A, 2011. Classification of Pelvic Fracture Urethral Injuries: Is

There an Effect on the Type of Delayed Urethroplasty?. Arab journal of

Urology, Mesir, 9:191-195

11. http://www.aast.org/library/traumatools/injuryscoringscales.aspx diakses

tanggal 03 Februari 2016 jam 05.28

12. Singh L, Sharma PK, 2012. Managing Urethral Injuries in Suburban

(50)

13. Patrias K. Citing medicine: the NLM style guide for authors, editors, and

publishers [Internet]. 2nd ed. Wendling DL, technical editor. Bethesda

(MD): National Library of Medicine (US); 2007 - [updated 2015 Aug 11;

cited Year Month Day]. Available from:

http://www.nlm.nih.gov/citingmedicine

14. Liberman D, Pagliara TJ, Pisansky A, Elliot SP, 2015. Evaluation of the

Outcomes after Posterior Urethroplasty. Arab Journal of Urology,

Minneapolis; 13:53-56

15. Weston. P.A.M, 1960. Pathology and treatment of urethralstricture and its

complication in Jamaica, University college, West indies; pp 204-221

16. Lindsay. A. Hampson, Jack W, 2014. Male urethral strictures and their

management. Nat Rev Urol, San Fransisco, 11 (1) : 43-50

17. Santucci RA, Joyce GF, Wise M, 2007. Male urethral stricture disease. J.

Urol177:1667–1674

18. Palminteri E, et al, 2013. Contemporary urethral stricture characteristics in

the developed world, PubMed Urology; 81:191–197

(51)

Vol. 8 Lesson;32:249–256.

20. Koraitim MM, Marzouk ME, Atta MA, et al, 1996. Risk factors and

mechanisms of urethral injury in pelvic fractures. Br J Urol; 71:876.

21. Colapinto V, McCallum RW, 1977. Injury to male posterior urethra in

fractured pelvis: a new classification, J Urol;118:575–580.

22. Elliott DS, Barrett DM, 1997. Long-term follow-up and evaluation of

primary realignment of posterior urethral disruptions. J Urol;157:814.

23. Mundy AR, Andrich DE, 2010. Urethral stricture , BJU International,

London;107 , 6-26

24. Engel oliver, 2015. Unsuccessful outcomes after posterior urethroplasty,

(52)
(53)

Bipolar voiding cystouretrografi

BVCUG merupakan pemeriksaan

dengan menggunakan x ray dan

kontras untuk mengevaluasi uretra

sebagai dasar konfirmasi trauma

uretra

BVCUG akurat dalam menentukan

lokasi trauma dan kurang akurat

menjelaskan derajat trauma,

khususnya membedakan antara

trauma partial dan komplit

Pada BVCUG kontras yang dapat

masuk ke bladder di asumsikan

sebagai partial ruptur, namun kontras

yang tidak masuk ke bladder bukan

berarti sebagai ruptur komplit oleh

karena tahanan sehingga kontras sulit

melewati spinchter menyebabkan

(54)

Belum ada standarisasi pada

expertise BVCUG oleh radiologist

( Ahidjo Ahmed 2011 )

TEKNIK PEMERIKSAAN

BVCUG

Pasien di posisikan baring di meja

fluoroskopi dan dilakukan traksi

pada penis (posisi uretra diusahakan

tidak superposisi dengan tulang)

Jika penis ditraksi ke lateral kanan,

maka lutut kanan difleksikan

sehingga kaki kanan berada di bawah

paha kiri

3. Pemeriksaan dilakukan dengan

bantuan fluoroskopi

4. Kontras sekitar 20-30cc

dimasukan melalui penile kanul yang

ujungnya dimasukkan pada fossa

navicularis (+/-1,5cm) hingga

(55)

5. Kontras dimasukkan sampai

dengan mengisi buli melalui kateter

suprapubik sampai pasien ingin

mengejan ( Ingram 2008 )

(56)

AAST * Outcome setelah Terapi Crosstabulation

% within Outcome setelah Terapi Count

% within Outcome setelah Terapi Count

% within Outcome setelah Terapi Count

% within Outcome setelah Terapi Count

% within Outcome setelah Terapi 2,00

GOLDMAN * Outcome setelah Terapi Crosstabulation

3 4 7

% within Outcome setelah Terapi Count

% within Outcome setelah Terapi Count

% within Outcome setelah Terapi Count

% within Outcome setelah Terapi Count

% within Outcome setelah Terapi Count

(57)

Hasil Analisis Statistik

42 11,00 80,00 43,3333 16,74437

42 Umur

Valid N (listwise)

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

(58)
(59)
(60)

NPar Tests

Wilcoxon Signed Ranks Test

Ranks

N Mean Rank Sum of Ranks

(61)

NPar Tests

Wilcoxon Signed Ranks Test

Ranks

N Mean Rank Sum of Ranks

(62)

NPar Tests

Wilcoxon Signed Ranks Test

Ranks

N Mean Rank Sum of Ranks

(63)

Gambar

Gambar 2 Goldman tipe 1………........................................................................................12
Gambar 1. Skema yang menunjukkan anatomi uretra laki-laki yang normal pada
Tabel 2 Klasifikasi trauma uretra berdasar Sistem Goldman
Tabel 1
+7

Referensi

Dokumen terkait