• Tidak ada hasil yang ditemukan

KARYA TULIS ILMIAH PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DAN TERAPI SINAR MATAHARI PAGI UNTUK PENCEGAHAN IKTERUS NEONATORUM PADA BAYI USIA 2 - 7 HARI DI PBM HARIYATI SUGIHWARAS ADIMULYO, KEBUMEN Diajukan Untuk Memenuhi Jenjang Pendidikan Diploma III Kebidanan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "KARYA TULIS ILMIAH PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DAN TERAPI SINAR MATAHARI PAGI UNTUK PENCEGAHAN IKTERUS NEONATORUM PADA BAYI USIA 2 - 7 HARI DI PBM HARIYATI SUGIHWARAS ADIMULYO, KEBUMEN Diajukan Untuk Memenuhi Jenjang Pendidikan Diploma III Kebidanan"

Copied!
40
0
0

Teks penuh

(1)

KARYA TULIS ILMIAH

PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DAN TERAPI SINAR MATAHARI PAGI UNTUK PENCEGAHAN IKTERUS NEONATORUM PADA BAYI

USIA 2 - 7 HARI DI PBM HARIYATI SUGIHWARAS ADIMULYO, KEBUMEN

Diajukan Untuk Memenuhi Jenjang Pendidikan Diploma III Kebidanan

Disusun oleh : SINTA DWI JAYANTI

B1501311

PROGRAM STUDI KEBIDANAN PROGRAM DIII SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

(2)

i STIKES Muhammadiyah Gombong ADIMULYO, KEBUMEN

Diajukan Untuk Memenuhi Jenjang Pendidikan Diploma III Kebidanan

Disusun oleh : SINTA DWI JAYANTI

B1501311

PROGRAM STUDI KEBIDANAN PROGRAM DIII SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

(3)
(4)
(5)
(6)

v STIKES Muhammadiyah Gombong KARYA TULIS ILMIAH

PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DAN TERAPI SINAR MATAHARI PAGI UNTUK PENCEGAHAN IKTERUS NEONATORUM PADA BAYI

USIA 2 - 7 HARI DI PBM HARIYATI SUGIHWARAS ADIMULYO, KEBUMEN 1

Sinta Dwi Jayanti 2

, Kusumastuti, S.SiT., M.Kes3 INTISARI

Latar Belakang : Ikterus Neonatorum memang sering terjadi pada bayi baru lahir. Penyebab dari ikterus neonatorum adalah meningkatnya kadar bilirubin yang ditandai dengan menguningnya warna kulit pada bayi. Upaya pencegahan

ikterus neonatorum yang dapat dilakukan adalah dengan memberikan ASI dan terapi sinar matahari pagi pada bayi. Kedua upaya tersebut dapat mengantisipasi terjadinya penumpukan bilirubin dalam darah sehingga dapat mencegah terjadinya ikterus neonatorum. Dari latar belakang tersebut penulis tertarik untuk melakukan asuhan kebidanan tentang pemberian ASI eksklusif dan terapi sinar matahari pagi terhadap pencegahan ikterus neonatorum pada bayi usia 2 – 7 hari.

Tujuan : Menerapkan pemberian ASI eksklusif dan terapi sinar matahari pagi terhadap pencegahan ikterus neonatorum pada bayi usia 2-7 hari.

Metode : Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah deskriptif analitik

dengan pendekatan studi kasus (study case), Penelitian dilakukan di PBM Hariyati, Sugihwaras, Adimulyo, Kebumen sejak tanggal 26 Februari 2018 sampai 06 Mei 2018 dengan jumlah sample sebanyak 5 bayi.

Hasil : Setelah dilakukan penerapan pemberian ASI eksklusif dan terapi sinar matahari pagi, 100% tidak ada tanda ikterus neonatorum pada kelima responden.

Kesimpulan : Penerapan pemberian ASI eksklusif dan terapi sinar matahari mampu mencegah terjadinya ikterus neonatorum.

Kata Kunci : Ikterus Neonatorum, ASI eksklusif, Terapi sinar matahari pagi, Bayi

Kepustakaan : 32 Pustaka (2008-2018)

Jumlah Halaman : viii + 96 Halaman + 9 Lampiran

1

Judul

2

Mahasiswa Prodi DIII Kebidanan

3

(7)

vi STIKES Muhammadiyah Gombong SCIENTIFIC PAPER

EXCLUSIVE BREAST FEEDING AND MORNING SUNLIGHT TREATMENT TO PREVENT JAUNDICE OF 2 - 7 DAYS OLD BABIES

IN INDEPENDENT MIDWIFERY CLINIC OF MIDWIFE HARIYATI AT SUGIHWARAS, ADIMULYO, KEBUMEN 1

Sinta Dwi Jayanti 2, Kusumastuti, S.SiT., M.Kes 3 ABSTRACT

Background: Jaundice usually happens to a newborn baby. It is caused by the increase of bilirubin that makes the baby’s skin being yellowish. Exclusive breast-feeding and morning sunlight treatment can be ways to prevent jaundice of a newborn-baby. These efforts can anticipate in preventing accumulation of

bilirubin in the baby’s blood. Therefore, the writer is interested in giving midwifery care of exclusive breast-feeding and morning sunlight treatment to prevent jaundice of 2-7 days old babies.

Objective: To know the application of exclusive breast-feeding and morning sunlight treatment to prevent jaundice of 2-7 days old babies.

Method: This study is an analytical descriptive with a case study approach. This research was done in independent midwifery clinic of Midwife Hariyati at Sugihwaras, Adimulyo, Kebumen from February 26 up to May 10, 2018. The total samples are 5 babies.

Result: After applying exclusive breast-feeding and morning sunlight treatment, jaundice of 2 – 7 days old babies can be prevented.

Conclusion: The application of exclusive breastfeeding and morning sunlight treatment is effective to prevent jaundice of 2-7 days babies.

Keywords: Jaundice, newborn-baby, exclusive breast-feeding, morning sunlight treatment.

Literature : 32 references (2008-2018)

Number of pages : viii + 96 pages + 9 appendices

1

Title

2

Student of DIII Program of Midwifery Dept

3

(8)

vii STIKES Muhammadiyah Gombong KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang senantiasa melimpahkan taufiq dan hidayah-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah (KTI) dengan judul “Pemberian ASI Eksklusif dan Terapi Sinar Matahari Pagi terhadap Pencegahan Ikterus Neonatorum pada Bayi Usia 2-7 hari di PBM Hariyati, Sugihwaras, Adimulyo, Kebumen”. Laporan Karya Tulis Ilmiah ini disusun sebagai syarat memperoleh gelar ahli madya kebidanan.

Selama penyusunan KTI ini penulis mendapat bimbingan, masukan dan dukungan dari beberapa pihak, sehingga KTI ini dapat terselesaikan dengan baik, untuk itu penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Herniyatun, M.Kep.Sp.Mat selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES) Muhammadiyah Gombong,

2. Eka Novyriana, S.ST, M.P.H. selaku Ketua Program Studi DIII Kebidanan STIKES Muhammadiyah Gombong,

3. Kusumastuti, S. SiT., M.Kes selaku pembimbing akademik yang telah banyak membantu penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan KTI,

4. Orang tua dan keluarga yang telah memberikan dukungan baik material maupun moril, dorongan semangat dan doa yang tiada henti,

5. Semua teman-teman seperjuangan DIII Kebidanan, yang telah memberikan dukungan dan bantuan dalam penyusunan KTI,

6. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu dalam penyusunan KTI.

Menyadari akan berbagai keterbatasan yang dimiliki oleh penulis, baik pengetahuan maupun pengalaman tentunya KTI ini masih terdapat banyak kekurangan. Untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan rahmat dan hidayah bagi kita semua (Amin).

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

(9)

viii STIKES Muhammadiyah Gombong

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 7

A.Tinjauan Teori ... 7

B.Kerangka Teori ... 39

BAB III METODE PENELITIAN... 41

A.Jenis Penelitian ... 41

B.Partisipan ... 42

C.Tempat dan Waktu Penelitian ... 43

D.Teknik Pengumpulan Data ... 43

E. Instrumen ... 46

F. Etika Penelitian ... 51

BAB IV MANAJEMEN KASUS, HASIL, PEMBAHASAN ... 53

(10)

ix STIKES Muhammadiyah Gombong DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Daerah kulit bayi yang ikterik untuk penerapan rumus Kramer Gambar 2. Posisi Bayi Terlentang

(11)

x STIKES Muhammadiyah Gombong Tabel 11. Manajemen Kasus By. Ny. E Tabel 12. Evaluasi ke I By. Ny. E Tabel 13 Evaluasi ke II By. Ny. E Tabel 14. Manajemen Kasus By. Ny. A2 Tabel 15. Evaluasi ke I By. Ny. A2 Tabel 16. Evaluasi ke II By. Ny. A2

Tabel 17. Hasil Evaluasi I dan II kelima responden Tabel 18. Presentasi Hasil penilaian ke I

(12)

xi STIKES Muhammadiyah Gombong DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Jadwal Penelitian Lampiran 2. Informed Consent

Lampiran 3. Lembar Pengkajian Lampiran 4. Lembar Observasi

Lampiran 5. Lembar Manajemen Terpadu Bayi Muda (MTBM) Lampiran 6. SOP Teknik Menyusui yang Benar

Lampiran 7. SOP Pemberian Terapi Sinar Matahari Pagi Lampiran 8. Foto Penelitian

(13)

1 STIKES Muhammadiyah Gombong

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Angka kematian bayi baru lahir di dunia menurut World Health Organization (WHO) pada tahun 2016 adalah 19 per 1.000 kelahiran hidup. Angka ini menandakan bahwa pada tahun 2016 ada sekitar 2,6 juta bayi baru lahir yang meninggal dunia, atau ada sekitar 7.000 bayi baru lahir yang meninggal dunia setiap harinya (World Health Organization (WHO), 2016). Di Indonesia, angka kematian bayi baru lahir menurut Survey Demografi Kesehatan Indonesia pada tahun 2012 tidak mengalami perbaikan apabila dibandingkan dengan angka kematian bayi baru lahir pada tahun 2007 yaitu 19 per 1.000 kelahiran hidup (Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI), 2012).

Penyebab kematian pada bayi baru lahir tahun 2011 menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia adalah BBLR 29%, asfiksia 27%,

tetanus neonatorum 10%, masalah pemberian makanan 10%, ikterus

neonatorum 6%, infeksi 5%, lain-lain 1%. Ikterus Neonatorum menjadi penyebab kematian pada bayi baru lahir urutan ke 5 (Departemen Kesehatan Republik Indonesia (Depkes RI), 2011)

(14)

STIKES Muhammadiyah Gombong

laksana yang tepat untuk mencegah terjadinya kern icterus atau komplikasi

ikterus neonatorum yang dapat mengakibatkan kematian (Kosim, 2012) Menurut laporan dari WHO mengatakan bahwa 3,6 juta dari 120 juta bayi baru lahir mengalami ikterus neonatorum setiap tahunnya dan hampir 1 juta bayi ini kemudian meninggal dunia (World Health Organization (WHO), 2016). Angka kejadian ikterus neonatorum pada bayi baru lahir di Indonesia tahun 2015 menurut Riset Kesehatan Dasar sebesar 51,47% dan yang meninggal dunia akibat ikterus neonatorum sebesar 6,6% (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI), 2015). Menurut Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah angka kejadian ikterus neonatum sebesar 89% mengalami ikterus neonatorum fisiologis sedangkan 11% lainnya mengalami ikterus neonatorum patologis dan angka kematian bayi baru lahir akibat ikterus neonatorum di Provinsi Jawa Tengah sebesar 6% (Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah (Dinkes Prov. Jateng), 2015). Berdasarkan laporan Dinas Kesehatan Kabupaten Kebumen, angka kematian bayi baru lahir akibat ikterus neonatorum di Kabupaten Kebumen sebesar 1,99% (Dinas Kesehatan Kabupaten Kebumen (Dinkes Kab. Kebumen), 2015)

(15)

3

STIKES Muhammadiyah Gombong

mungkin terjadi (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI), 2013)

Salah satu upaya pencegahan ikterus neonatorum pada bayi baru lahir yang dapat dilakukan oleh bidan adalah memberikan motivasi kepada ibu untuk memberikan ASI sedini mungkin kepada bayinya agar bayi mendapatkan intake nutrisi yang adekuat. Penelitian Yang et al (2013) menyebutkan bahwa ASI memberikan manfaat yang besar pada bayi baru lahir. Kandungan kolostrum yang terdapat saat ASI keluar pertama memiliki efek laksatif yang dapat membantu bayi baru lahir untuk mengeluarkan

mekonium dari ususnya. Bersamaan dengan keluarnya mekonium,

dikeluarkan pula bilirubin sehingga akan mencegah terjadinya ikterus neonatorum pada bayi baru lahir (Prasetyono, 2009)

Manfaat pemberian ASI juga dijelaskan dalam Al-Qur’an surat Al

-Baqarah ayat 233 yang artinya “Para ibu hendaklah menyusukan anak -anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para

(16)

STIKES Muhammadiyah Gombong

patut. Bertakwalah kamu kepada Allah Maha melihat apa yang kamu kerjakan” (QS.Al-Baqaroh 233).

Upaya lain yang dapat dilakukan untuk pencegahan ikterus

neonatorum adalah dengan pemberian terapi sinar matahari pagi

(Muslihatun, 2010). Terapi ini dilakukan dengan menjemur bayi dibawah sinar matahari pagi antara pukul 7 sampai pukul 9 dengan durasi selama 30 menit (Fajria, 2013). Terapi sinar matahari pagi merupakan terapi tambahan yang dianjurkan setelah bayi dipulangkan dari fasilitas kesehatan. Pengaruh sinar matahari pagi terhadap ikterus neonatorum pertama kali dilaporkan oleh seorang perawat di salah satu rumah sakit di Inggris pada tahun 1956. Sinar matahari pagi mempunyai keefektifan 6,5 kali lebih baik dibandingkan dengan fototerapi dalam mendegradasi bilirubin dan tingkat keefektifannya masih lebih baik meskipun musim dingin (Nursanti, 2012).

(17)

5

STIKES Muhammadiyah Gombong

sistem tubuh. Bisa juga merangsang susunan saraf otak, mengatasi susah buang air (Puspitosari, 2013).

Terapi sinar matahari pagi berfungsi untuk mengantisipasi terjadinya penumpukan bilirubin dalam darah, sehingga sinar matahari pagi direkomendasi sebagai salah satu alternatif untuk pencegahan ikterus neonatorum (Nursanti, 2012). Al-Qur’an telah menjelaskan dalam surat

Yunus ayat 5 yang artinya “Dia-lah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya dan ditetapkan-Nya manzilah-manzilah bagi perjalanan bulan itu, supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan waktu. Allah tidak menciptakan yang demikian itu melainkan dengan hak. Dia menjelaskan tanda-tanda kebesaran-Nya kepada orang-orang yang

mengetahui” (QS.Yunus 5).

B. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Menerapkan pemberian ASI eksklusif dan terapi sinar matahari pagi terhadap pencegahan ikterus neonatorum pada bayi usia 2-7 hari.

2. Tujuan Khusus

a. Memotivasi ibu dan keluarga dari masing-masing responden agar bersedia melakukan pemberian ASI eksklusif dan terapi sinar matahari pagi terhadap pencegahan ikterus neonatorum pada bayi usia 2-7 hari.

(18)

STIKES Muhammadiyah Gombong

C. Manfaat Penulisan

1. Manfaat Teoritis a. Bagi Institusi

Menambah literatur sebagai bahan pustaka tambahan bagi Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong khususnya program studi DIII Kebidanan tentang pemberian ASI eksklusif dan terapi sinar matahari pagi terhadap pencegahan ikterus neonatorum

pada bayi usia 2-7 hari. b. Bagi Penulis

Meningkatkan pemahaman tentang pemberian ASI eksklusif dan terapi sinar matahari pagi terhadap pencegahan ikterus neonatorum

pada bayi usia 2-7 hari. 2. Manfaat Praktis

a. Bagi Bidan

Menerapkan pemberian ASI eksklusif dan terapi sinar matahari pagi terhadap pencegahan ikterus neonatorum pada bayi usia 2-7 hari. b. Bagi Klien

(19)

STIKES Muhammadiyah Gombong

DAFTAR PUSTAKA

Bahiyatun. (2009). Buku Ajar Asuhan Kebidanan Nifas Normal. Jakarta: EGC. Bertini, G. (2015). Is Breastfeeding Really Favoring Early Neonatal Jaundice.

Pediatrics , 107, 1-5.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia (Depkes RI). (2011). Angka Kematian Bayi. Jakarta: Depkes RI.

Dewi, V. N. (2010). Asuhan Kebidanan pada Neonatus Bayi. Jakarta: Salemba Medika.

Dinas Kesehatan Kabupaten Kebumen (Dinkes Kab. Kebumen). (2015). Profil

Kesehatan Kabupaten Kebumen Tahun 2015. Dipetik 20 Desember 2017,

dari

http://www.depkes.go.id/resources/download/profil/PROFIL_KAB_KOT A_2015/3305_Jateng_Kab_Kebumen_2015.pdf.

Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah (Dinkes Prov. Jateng). (2015). Profil

Kesehatan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2015. Dipetik 20 Desember 2017,

darihttp://www.depkes.go.id/resources/download/profil/PROFIL_KES_PR OVINSI_2015/13_Jateng_2015.pdf.

Fajria, M. L. (2013). Ikterus Neonatorum. Dipetik 20 Desember 2017, dari http://ejournal.stikespku.ac.id/index.php/mpp/article/view/63/54

Gusliham. (2009). Kuning pada Bayi Baru Lahir. Medan: Divisi Perinatologi Departemen Ilmu Kesehatan Anak FK USU.

Haider, R., Rasheed, S., Sanghvi, T. G., Hassan, N., Pachon, H., & Islam, S. (2010). Breastfeeding in infancy. International Breastfeeding Journal , 521.

Hidayat, A. (2009). Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisi Data.

Jakarta: Salemba Medika.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI). (2015). Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Riset Kesehatan Dasar).

(20)

STIKES Muhammadiyah Gombong

Kosim, S. M. (2012). Buku Ajar Neonatologi. Jakarta: IDAI.

Kusumastuti, Indrayani, E., & Dewi, A. P. (2016). Buku Ajar Asuhan Kebidanan Nifas. Kebumen: Leutikaprio.

Liu, N., Mao, L., Sun, X., Liu, L., Yao, P., & Chen, B. (2009). The effect of health and nutritioneducation intervention on women's postpartum beliefs and practices. a randomized controlled trial , 945.

Marmi, & Raharjo. (2012). Asuhan Neonatus Bayi, Balita dan Anak Prasekolah.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Muslihatun, N. W. (2010). Asuhan Neonatus Bayi dan Balita. Yogyakarta: Fitramaya.

Musriah, N. (2017). Gambaran Pengetahuan Ibu Nifas tentang Ikterus Fisiologis.

Juke, 1 (1), 1-13.

Notoatmodjo. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Nursanti, I. (2012). Apakah Bayi Perlu Dijemur Pada Pagi Hari? Media Ilmu

Kesehatan, 1, 25-32.

Nursanti, I. (2013). Cegah Ikterus dengan Meningkatkan Pengetahuan Ibu. Media Ilmu Kesehatan, 2 (3), 147-151.

Prasetyono, S. (2009). Buku Pintar ASI Eksklusif. Yogyakarta: DIVA Press. Puspitosari. (2013). Pengaruh Paparan Sinar Matahari Pagi terhadap Penurunan

Tanda Ikterus Neonatorum Fisiologis. Dipetik 20 Desember 2017, dari http://jkb.ub.ac.id/index.php/jkb/article/viewFile/308/295.

Ridha. (2014). Buku Ajar Keperawatan pada Anak. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Riwidikdo. (2013). Statistik Kesehatan dan Aplikasi SPSS dalam Prosedur

Penelitian . Yogyakarta: Rohima Press.

(21)

STIKES Muhammadiyah Gombong

Saifuddin, A. B. (2009). Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: EGC.

Saleha, S. (2009). Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika. Schneider, A. (2008). Breast milk for Jaundice in the newborn. JAMA, 255,

3270-3274.

Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Pendidikan dan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Sulistyawati, A. (2009). Buku Ajar Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas.

Yogyakarta: Andi Offset.

Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI). (2012). Kematian Bayi dan Anak. Jakarta: Badan Pusat Statistik.

World Health Organization (WHO). (2016). Global Health Observatory data. Dipetik 20 Desember 2017, dari www.who.int/gho/child_health/mortality/neonatal/en/.

(22)

LAMPIRAN 1.

(23)

JADWAL PENELITIAN

PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DAN TERAPI SINAR MATAHARI PAGI DI PBM HARIYATI, SUGIHWARAS, ADIMULYO, KEBUMEN

No. Kegiatan Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus 1 2 3 4 1 2 1 1 1 1 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 Literatur review

2 Konsultasi proposal KTI 3 Ujian proposal KTI

4 Revisi post ujian proposal KTI 5 Acc proposal KTI

6 Penerapan asuhan 7 Konsultasi hasil 8 Ujian hasil

9 Revisi post ujian hasil 10 Acc KTI

(24)

LAMPIRAN 2.

(25)

LAMPIRAN 3.

(26)

LAMPIRAN 4.

(27)

LAMPRAN 5.

(28)

LAMPIRAN 6.

(29)

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) TEKNIK PEMBERIAN ASI YANG BENAR

Pengertian : Teknik Pemberian ASI yang benar merupakan cara menyusui yang membuat ibu dan bayi merasa nyaman Tujuan : Memenuhi gizi pada bayi

Kebijakan : Dilakukan pada bayi baru lahir fisiologis. Petugas : Bidan

Peralatan : 1. Kursi dengan sandaran 2. Bangku kecil

3. Bantal

Prosedur : 1. Ibu mencuci tangan sebelum menyusui bayinya.

2. Ibu duduk dengan santai dan nyaman (kaki diletakkan di bangku kecil)

3. Ibu membuka pakaian atas

4. Ibu mengoleskan sedikit ASI pada putting susu dan areola mammae

5. Ibu meletakkan bayi pada satu lengan, kepala bayi berada lengkung siku ibu dan bokong bayi berada pada lengan bawah ibu

6. Ibu menempelkan perut bayi pada perut ibu dengan meletakkan satu angan bayi dibelakang badan ibu dan yang satu di depan, kepala bayi menghadap payudara ibu.

7. Ibu memposisikan bayi dengan telinga dan lengan pada garis lurus.

8. Ibu memegang payudara dengan ibu jari diatas dan jari yang lain menopang dibawah serta jangan menekan putting susu dan areolanya.

9. Ibu merangsang mulut bayi yaitu dengan menyentuh pipi bayi dengan putting susu atau menyentuh sudut mulut bayi.

(30)

dengan menekan dagu bayi ke bawah.

14.Ibu mengolesi sedikit ASI pada putting susu dan areola dan ibu membiarkan kering dengan sendirinya.

15.Ibu menyendawakan bayi dengan cara bayi digendong tegak dengan bersandar pada bahu ibu kemudian punggung bayi ditepuk perlahan lahan sampai bayi bersendawa, atau dengan cara menengkurapkan bayi diatas pangkuan ibu dengan menyangga dahi bayi, kemudian punggung atas ditepuk perlahan-lahan sampai bayi bersendawa.

16.Ibu selalu menyusukkan kedua payudara secara bergantian.

(31)

LAMPIRAN 7.

(32)

aktifitas berjemur di bawah panas atau sinar matahari Tujuan : 1. Mencegah bayi kuning

2. Memperkuat tulang bayi 3. Menghangatkan tubuh bayi 4. Mencegah bayi stress

Kebijakan : Dilakukan pada bayi baru lahir usia 2-7 hari Petugas : Bidan

Peralatan : 4. Kain popok 5. Bedong

6. Penutup mata bayi

Prosedur : 18.Ibu memperhatikan cuaca sekitar sebelum menjemur 19.Ibu melakukan terapi sinar matahari pagi kepada

bayinya antara pukul 7 sampai dengan pukul 9 pagi dengan durasi 30 menit.

20.Ibu mengatur posisi kepala bayi agar wajah tidak langsung menghadap ke cahaya matahari.

21.Ibu melakukan terapi sinar matahari pagi dengan posisi bayi terlentang selama 15 menit, dan dalam posisi bayi terlungkup selama 15 menit.

22.Ibu membuka pakaian bayi (telanjang), tetapi mata dan alat vital ditutup supaya tidak terkena sinar matahari langsung.

23.Ibu memberikan ASI setelah melakukan terapi sinar matahari pagi.

(33)

LAMPIRAN 8.

(34)

Tidak ditemukan tanda ikterus neonatorum pada responden 2

(35)

Tidak ditemukan tanda ikterus neonatorum pada responden 3

Tidak ditemukan tanda ikterus neonatorum pada responden 4

(36)
(37)

LAMPIRAN 9.

(38)
(39)
(40)

Gambar

Gambar 1. Daerah kulit bayi yang ikterik untuk penerapan rumus Kramer Gambar 2. Posisi Bayi Terlentang Gambar 3

Referensi

Dokumen terkait

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan mikoriza sebagai agen bioremediasi pada tanah tercemar logam berat yaitu: (1) tingkat toleransi MA terhadap logam berat, (2)

Berdasarkan penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pemberian probiotik dengan waktu yang berbeda pada media pemeliharaan udang vaname (L. vannamei) memberikan

Pelaksanaan pembelajaran pendidikan agama Islam di Madrasah Keeyamudden Songkla sudah berjalan dengan baik, ini terlihat pada dalam pembelajaran guru selalu melaksanakan sesuai

Agar semua manusia dari berbagai elemen sebagai mad’u dapat meneirma agama rahmatan lil alamin (Islam) dengan keyakinan dan keimanan dan agar tidak membua agama mulia ini

Keterampilan Kerja merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi.. produktivitas

Arus kas operasi adalah kegiatan yang termasuk dalam kelompok ini adalah aktivitas penghasil utama pendapatan perusahaan dan aktivitas lain yang bukan merupakan

Kondisi ini menjadi potensi besar dalam upaya pencegahan perambahan hutan TNKS oleh masyarakat penyangga karena juga memperlihatkan bahwa frekuensi masyarakat

Alat peraga merupakan alat-alat yang digunakan guru ketika mengajar untuk membantu memperjelas materi pelajaran yang disampaikannya kepada siswa dan mencegah