• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Tahap Pra Siklus

Penelitian pada tahap pra siklus ini diawali dengan kegiatan pencarian data-data untuk mengetahui kondisi awal yang berkaitan dengan kelas XI MIA 5 SMA Negeri 1 Boyolali Tahun Ajaran 2014/2015. Adapun kegiatan yang dilakukan antara lain wawancara dengan siswa dan guru, dan kajian dokumen untuk mendapatkan deskripsi awal kemampuan kognitif dan motivasi belajar siswa kelas XI MIA 5. Berdasarkan hasil kajian dokumen menunjukkan bahwa hasil kemampuan kognitif dan motivasi belajar Fisika masih rendah. Hal ini ditunjukkan dengan hasil tes kognitif dan angket motivasi menunjukkan hasil yang kurang memuaskan.

Hasil tes kognitif diambil dari nilai Ujian Tengah Semester (UTS), dari 33 siswa kelas XI MIA 5 hanya 3 siswa atau 9% yang dinyatakan tuntas dengan kriteria ketuntasan minimum 75. Kemampuan kognitif siswa pada prasiklus bisa dilihat pada Gambar 4.1 daftar nilai siswa UTS kelas XI MIA 5 selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 9.

Gambar 4.1. Diagram Lingkaran Hasil Kemampuan Kognitif Siswa Prasiklus 9%

91%

Tuntas Belum Tuntas

(2)

Berdasalkan hasil wawancara pra siklus terhadap guru IPA Fisika SMA Negeri 1 Boyolali, disampaikan bahwa beliau masih sering menggunakan metode diskusi informasi. Pembelajaran dengan menggunakan media power point juga jarang digunakan karena siswa menganggap susah untuk memahami rumus-rumus Fisika. Metode eksperimen masih jarang digunakan dikarenakan metode eksperimen dianggap menghabiskan banyak waktu saat diterapkan dalam pembelajaran. Namun demikian, terkadang dalam satu kali pertemuan di kelas beliau menyuruh siswa melakukan eksperimen untuk mengambil data dan membuat laporan praktikum sebagai tugas individu atau pun kelompok. Tetapi kegiatan pembelajaran ini masih belum cukup untuk mendukung pembelajaran siswa di sekolah.

Sedangkan berdasarkan hasil analisis angket motivasi siswa pra siklus yang diberikan pada tanggal 2 Oktober 2014. Diperoleh data sebagai berikut:

Tabel 4.1 Persentase Hasil Angket Motivasi Belajar Prasiklus

No Indikator Persentase

1 Saingan/Kompetisi 72%

2 Ego-involvement 68%

3 Pujian 63%

4 Hasrat untuk belajar 67%

5 Minat 69%

6 Tujuan yang diakui 72%

(3)

Gambar 4.2 Diagram Batang Hasil Angket Motivasi Siswa Prasiklus

Berdasarkan data tersebut, menunjukkan bahwa tingkat kognitif dan motivasi siswa kurang dari 60% dan dapat dikategorikan bahwa tingkat motivasi siswa masih rendah. Berdasarkan hasil data prasiklus, perlu adanya tindakan untuk menunjang kemampuan kognitif dan motivasi belajar siswa. Tindakan tersebut menerapkan model pembelajaran taransformatif melalui pendekatan konstruktivisme pada mata pelajaran Fisika dengan materi pokok Gerak Harmonis. Pembelajaran Fisika berasal dari fenomena alam sehingga model yang digunakan menggunakan metode eksperimen-diskusi. Metode ini dianggap efektif untuk pembelajara Fisika di kelas, karena metode ini memanfaatkan hasil riset empiris untuk mencapai tujuan pembelajaran. Dengan menerapkan model pembelajaran tersebut diharapkan dapat meningkatkan kemampuan kognitif dan motivasi belajar siswa kelas XI MIA 5 SMA Negeri 1 Boyolali.

B. Deskripsi Hasil Kegiatan Pembelajaran Siklus I

Siklus I dilaksanakan sebanyak tiga kali pertemuan, yaitu tanggal 6, 9 dan 13 Oktober 2014. Dengan alokasi waktu 2 x 45 menit pada pertemuan pertama, kedua dan ketiga. 72% 68% 63% 67% 69% 72% 0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80%

(4)

1. Perencanaan Tindakan Siklus 1

Pada tahap perencanaan, peneliti menyusun alur pembelajaran sesuai dengan model pembelajaran transformatif dan pendekatan konstruktivisme. Alur model pembelajaran transformatif terdiri dari: (1) mengaktivasi kejadian (2) tahap mengidentifikasi asumsi terkini (3) mengharapkan refleksi diri secara kritis (4) mengharapkan komunikasi secara kritis, dan (5) kesempatan untuk menguji paradikma atau prespektif baru. Sedangkan alur pendekatan konstruktivisme meliputi: (1) invitasi (2) eksplorasi (3) solusi atau eksplanasi (4) tindak lanjut, dan (5) ekspansi. Alur tersebut kemudian di kolaborasikan dan menghasilkan pembelajaran yang runtut dan sistematis. Alur pembelajaran tersebut menggunakan metode eksperimen-diskusi karena peneliti menganggap bahwa metode ini sangat efektif bila diterapkan dalam pembelajaran Fisika dan sesuai dengan model transformatif dan pendekatan konstruktivisme.

Peneliti dan guru kemudian secara kolaboratif menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran. Berdasarkan model, pendekatan, dan metode pembelajaran yang digunakan, maka peneliti dan guru menyusun RPP dan LKS dengan mempertimbangkan alur pembelajaran dan pembagian materi yang dilaksanakan melalui tatap muka. Rencana pelaksanaan pembelajaran berorientasikan pada pemberian tugas kepada siswa sehingga siswa dapat merubah serta mengembangkan kemampuan kognitif dan motivasi belajar siswa sesuai dengan teori transformatif-konstruktivisme.

Untuk mengukur kemampuan kognitif siswa digunakan instrumen tes kognitif Fisika. Tes kognitif ini merupakan tes pilihan ganda yang terdiri dari 15 butir soal. Tes ini sudah dilakukan validasi oleh ahli, yaitu pembimbing untuk mengetahui kelayakan sebagai alat evaluasi.

Instrumen lain yang digunakan adalah lembar kuesioner atau angket motivasi belajar siswa. Lembar kuesioner atau angket motivasi belajar siswa digunakan untuk mengukur tingkat motivasi belajar Fisika. Instrumen motivasi belajar Fisika mempunyai 30 butir pertanyaan yang diberikan di akhir siklus.

(5)

kuesioner ini sudah dilakukan validasi oleh ahli, yaitu pembimbing untuk mengetahui kelayakan sebagai alat evaluasi.

2. Pelaksanaan Tindakan Siklus 1

Pelaksanaan kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan di kelas XI MIA 5 SMA Negeri 1 Boyolali Tahun Ajaran 2014/2015 dilaksanakan pada tanggal 6 Oktober 2014. Kegiatan pembelajaran dilakukan sesuai dengan langkah-langkah yang tercantum pada Lampiran 13 dan 14 serta terangkum pada sintak pembelajaran di Lampiran 17. Berdasarkan rencana pembelajaran yang sudah disusun, pada pelaksanaan pembelajaran kelas XI MIA 5 dengan materi Gerak Harmonis dibuat 6 x 45 menit dalam tiga kali pertemuan.

a. Pertemuan Pertama

Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Senin Tanggal 6 Oktober 2014 Pukul 07.45. Pada awal pembelajaran, guru memberikan salam kemudian mengabsen kehadiran siswa. Sebelum pembelajaran dimulai guru

memberikan soal pretest kepada siswa serta menyiapkan perlengkapan

alat-alat yang akan digunakan dalam eksperimen dengan alokasi waktu 5 menit. Guru kemudian membagi siswa menjadi 8 kelompok yang terdiri dari 4-5 siswa secara heterogen. Setelah itu guru mendemonstrasikan karet pegas yang diikatkan pada beban dan digetarkan, kemudian dilanjutkan dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan kritis kepada siswa. Pertanyaan-pertanyaan tersebut nantinya akan menjurus pada tujuan pembelajaran, yaitu tentang Gaya Pemulih.

Pada kegiatan inti, Guru kemudian membagikan LKS dan alat eksperimen pada masing-masing kelompok. Setelah itu, Guru menugaskan siswa untuk melakukan eksperimen sesuai dengan prosedur yang ada di LKS. Guru kemudian mengamati dan membimbing siswa saat melakukan kegiatan eksperimen. Ketika kegiatan eksperimen berakhir, guru mempersilahkan salah satu kelompok untuk mempresentasikan hasil eksperimen di depan kelas dan kelompok yang lain menanggapi. Berdasarkan hasil eksperimen yang

(6)

diperoleh kemudian guru beserta siswa menyimpulkan materi tentang Gaya Pemulih. Untuk melakukan evaluasi, guru memberikan latihan soal untuk dikerjakan secara klasikal.

b. Pertemuan Kedua

Pertemuan kedua berlangsung pada hari Kamis tanggal 9 Oktober 2014 pukul 13.10. Pada awal kegiatan pembelajaran, Guru memberikan salam dan mengecek kehadiran siswa. Kemudian guru menyuruh siswa mengamati pergerakan detik pada jam dinding. Setelah itu, guru memberikan pertanyaan kepada siswa yang menjurus pada tujuan pembelajaran tentang Periode dan Frekuensi Getaran Harmonis.

Pada kegiatan inti, Guru kemudian membagikan LKS dan alat eksperimen pada masing-masing kelompok. Setelah itu, Guru menugaskan siswa untuk melakukan eksperimen sesuai dengan prosedur yang ada di LKS. Guru kemudian mengamati dan membimbing siswa saat melakukan kegiatan eksperimen. Ketika kegiatan eksperimen berakhir, guru mempersilahkan salah satu kelompok untuk mempresentasikan hasil eksperimen di depan kelas dan kelompok yang lain menanggapi. Berdasarkan hasil eksperimen yang diperoleh kemudian guru beserta siswa menyimpulkan materi tentang Periode dan Frekuensi Getaran harmonis. Untuk melakukan evaluasi, guru memberikan latihan soal untuk dikerjakan secara klasikal.

c. Pertemuan Ketiga

Pertemuan ketiga berlangsung pada hari Senin tanggal 13 Oktober 2014 pukul 07.45. Pada pertemuan ini dilakukan tes kognitif Fisika dengan materi Gaya Pemulih, Periode, dan Frekuensi Getaran Harmonis. Tes kognitif ini menggunakan soal pilihan ganda yang terdiri dari ranah kognitif C1 sampai C5 sejumlah 15 butir soal dengan alokasi waktu 45 menit. Setelah mengerjakan soal Fisika, siswa disuruh mengisi angket motivasi belajar dengan alokasi waktu 10 menit. Guru juga menjelaskan tentang pengisian angket dilakukan berdasarkan pembelajaran yang dilakukan pada siklus I.

(7)

3. Observasi Tindakan Siklus I

Pada saat pelaksanaan tindakan siklus I berlangsung, peneliti meminta bantuan teman sejawat dengan jumlah 3 orang disetiap pertemuannya untuk menjadi observator dan mengambil dokumentasi dari setiap pelaksanaan pembelajaran. Kegiatan pembelajaran terlihat gaduh di kelas dikarenakan kegiatan diskusi dan eksperimen di kelas. Akan tetapi suasana di kelas terlihat tampak lebih hidup karena antusias siswa mengikuti pembelajaran. Hal ini dapat dibuktikan dengan aktifnya siswa ketika melakukan eksperimen.

Observasi yang dilakukan menunjukkan hasil peningkatan motivasi belajar siswa dengan menerapkan model pembelajaran transformatif melalui

pendekatan konstruktivisme dengan metode eksperimen-diskusi pada

pembelajaran Fisika. Hasil observasi motivasi belajar siswa ini dapat dilihat pada Lampiran 23. Hasil observasi ini digunakan sebagai data pendukung pada angket motivasi belajar. Pengisian angket digunakan untuk mengetahui tingkat motivasi belajar siswa yang terdiri dari beberapa indikator. Pengisian angket dilakukan setelah melaksanakan pembelajaran dan di berikan di akhir siklus.

a. Data Kemampuan Kognitif Siswa Siklus I

Kemampuan kognitif siswa merupakan salah satu faktor yang menentukan keberhasilan dalam penelitian tindakan. Indikator keberhasilan ini ditandai dengan ketuntasan belajar siswa dalam mengikuti pembelajaran Fisika. Pada siklus I siswa diberikan pretest di awal pembelajaran untuk mengetahui keadaan awal kemampuan kognitif siswa. Kemampuan kognitif awal diperoleh hasil, bahwa terdapat 12 siswa yang mencapai KKM dari 33 siswa, atau 36% siswa tuntas mengerjakan pretest. Di akhir pembelajaran siklus 1 siswa diberikan tes kognitif yang terdiri dari 15 soal pilihan ganda. Waktu pelaksanaan tes kognitif Fisika dibutuhkan waktu 45 menit. Hasil yang diperoleh pada tes kognitif siklus I menunjukkan bahwa terdapat 11 siswa yang mencapai KKM dari 33 siswa atau terdapat 33% siswa yang mencapai KKM pada siklus ini. Hasil dari kemampuan kognitif Fisika dapat dilihat pada

(8)

Lampiran 19. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kemampuan kognitif pada siklus I belum mencapai ketuntasan yang maksimal. Walaupun dapat dilihat perbandingan nilai tes kognitif siklus I dengan tes tengah semester yang dipresentasikan siswa mencapai KKM adalah sebesar 9%, ternyata mengalami kenaikan sebesar 24%. Akan tetapi dalam persentase ini belum mencapai target yang direncanakan, yang mana ketercapaian untuk nilai kognitif siswa adalah sebesar 75%. Hasil kemampuan tes kognitif siklus I dapat dilihat pada Lampiran 19. Secara lebih rinci, hasil kemampuan kognitif siswa pada siklus I di jelaskan pada Tabel 4.2 dan Gambar 4.3.

Tabel 4.2 Persentase Hasil Kemampuan Kognitif Siswa Siklus I

Keterangan Jumlah Siswa Persentase

Tuntas 11 33%

Belum tuntas 22 67%

Gambar 4.3. Diagram Lingkaran Hasil Kemampuan Kognitif Siswa Siklus I

b. Data Motivasi Belajar Siswa

Data motivasi belajar siswa diperoleh melalui angket yang dibuktikan dengan observasi di kelas. Tahap observasi dilakukan untuk mengetahui motivasi belajar siswa yang terjadi selama proses pembelajaran berlangsung.

33%

67%

Tuntas Belum Tuntas

(9)

Sedangkan angket digunakan untuk mengetahui motivasi belajar siswa setelah dilaksanakan pembelajaran siklus I.

Pada saat pembelajaran berlangsung, diperlukan observasi secara langsung untuk mengetahui motivasi belajar siswa dan dicatat oleh observer. Penelitian ini menggunakan 3 observer untuk mengamati siswa. Data hasil observasi tersebut merupakan data yang akurat yang dapat dijadikan masukan untuk pembelajaran selanjutnya.

Berdasarkan observasi langsung yang dilakukan pada pertemuan I, terlihat bahwa siswa cukup antusias memperhatikan guru melakukan demonstrasi dan menjawab pertanyaan-pertanyaan dari guru. Terlihat bahwa 21 siswa yang memperhatikan guru saat demonstrasi dan 5 siswa yang berani menjawab pertanyaan-pertanyaan dari guru. Ketika eksperimen berlangsung, 23 siswa terlihat aktif merangkai alat percobaan dan melakukan eksperimen. Siswa juga aktif berdiskusi dalam kelompok eksperimen untuk menjawb pertanyaan-pertanyaan yang ada di LKS. Saat diskusi kecil berlangsung, terdapat 20 siswa yang terlihat aktif berdiskusi dan siswa juga membuka buku paket untuk mendapatkan jawaban yang benar. Pada saat mempresentasikan hasil eksperimen, ada 8 siswa yang berani mengungkapkan pendapat di depan kelas. Hasil dari eksperimen kemudian ditulis pada papan tulis dan dicatat oleh siswa. Akan tetapi, tidak semua siswa mencatat hasil eksperimen, hanya 26 siswa saja yang terlihat rajin mencatat hasil eksperimen tersebut. Setelah melakukan presentasi, tidak ada tanggapan secara langsung dari kelompok lain. Hal ini disebabkan karena kelompok yang menyampaikan hasil eksperimen dianggap sudah benar menjawab semua pertanyaan yang ada di LKS.

Pada pertemuan ke II, menggunakan alur pembelajaran yang sama dengan pembelajaran ke I. Siswa terlihat antusias mengikuti pembelajaran di sekolah, hal ini ditandai dengan partisipasi siswa melakukan demonstasi di depan kelas dengan guru. Ketika demonstrasi berlangsung terdapat 22 siswa

(10)

yang memperhatikan. Guru kemudian memberikan pertanyaan kritis tentang siswa, dan 4 siswa aktif menjawab pertanyaan. Guru kemudian menyampaikan tujuan pembelajaran dan dilanjutkan dengan kegiatan eksperimen. Akan tetapi ketika eksperimen berlangsung, jenis pegas yang digunakan oleh masing-masing kelompok berbeda beda. Hal ini membuat pegas yang mempunyai nilai konstanta besar tidak dapat bergetar apabila menggunakan beban dengan massa kecil. Dengan demikian, siswa yang menggunakan pegas dengan konstanta pegas besar harus menggunakan beban yang lebih besar. Pada kegiatan eksperimen, terdapat 17 siswa yang aktif merangkai dan melakukan eksperimen. Setelah melakukan eksperimen, siswa kemudian menganalisisnya dengan acuan yang ada di LKS. Siswa kemudian berdiskusi dan mencari referensi dari buku paket untuk menjawab semua pertanyaan yang ada di LKS, dan terlihat bahwa 24 siswa aktif saat diskusi kecil berlangsung. Hasil dari eksperimen ini kemudian dipresentasikan di depan kelas, terdapat 9 siswa yang berani mempresentasikan hasil analisisnya di depan kelas dan berdiskusi untuk mencocokan jawaban di LKS. Setelah presentasi dan diskusi berlangsung, siswa kemudian mencatat hasil dari kesimpulan jawaban LKS di papan tulis. Siswa yang lain juga mencatat hasil dari kesimpulan jawaban di bukunya masing-masing dan terdapat 25 yang rajin mencatatnya

Untuk mengetahui tingkat motivasi belajar siswa dilakukan dengan memberikan angket kepada siswa. Hasil angket ini diharapkan dapat mengetahui motivasi siswa setelah melalui tindakan pembelajaran. Lebih detailnya, hasil tes motivasi belajar siswa melalui angket diperoleh hasil sebagai berikut:

(11)

Gambar 4.4 Diagram Batang Hasil Angket Motivasi Belajar Siswa Siklus I Berdasarkan diagram Gambar 4.4, dapat dilihat bahwa pada indikator saingan/ kompetesi pada siklus I diperoleh persentase sebesar 76%, hal ini dapat dibuktikan pada saat siswa berdiskusi pada pertemuan I dan II, terdapat 44 siswa yang berdiskusi dengan sungguh-sungguh untuk menjawab pertanyaan yang ada di LKS. Pada indikator ego-involvement pada siklus I diperoleh persentase sebesar 72%, hal ini dibuktikan dengan adanya 9 siswa tertantang menjawab pertanyaan motivasi dari guru dan 26 siswa berusaha mendapatkan data eksperimen yang valid pada pertemuan I dan II. Pada indikator pujian diperoleh persentase sebesar 68%, dibuktikan dengan adanya 17 siswa yang berani mempresentasikan hasil eksperimen di depan kelas. Pada indikator

hasrat untuk belajar diperoleh presentase sebesar 70%, dibuktikan dengan 13

siswa mengerjakan soal di papan tulis, 44 siswa yang semangat dan antusias mengikuti pembelajaran eksperimen diskusi pada materi Gerak Harmonis, dan 28 siswa yang mengajukan pertanyaan terkait dengan materi yang belum dipahami. Pada indikator minat diperoleh persentase sebesar 69%, dibuktikan dengan adanya 43 siswa yang memperhatikan guru atau teman yang

76% 72% 68% 70% 69% 72% 0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80%

(12)

melakukan eksperimen, 51 siswa yang rajin mencatat hasil eksperimen dan diskusi di papan tulis dengan materi Gerak Harmonis. Pada indikator tujuan yang diakui diperoleh persentase sebesar 72%, dibuktikan dengan adanya 40 siswa yang aktif merangkai alat percobaan untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Berdasarrkan diagram Gambar 4.4 juga terlihat bahwa beberapa indikator motivasi belajar siswa sebagian mengalami kenaikan bila dibandingkan dengan pra siklus, akan tetapi pada indikator tujuan yang diakui pada motivasi belajar masih mengalami penurunan. Presentase di tiap indikator pada prasiklus dan siklus I terlihat pada Tabel 4.3 sebagai berikut:

Tabel 4.3. Peningkatan Hasil Angket Motivasi Belajar Prasiklus dan Siklus I

Indikator Prasiklus Siklus I Peningkatan

Saingan/Kompetisi 72% 76% 4%

Ego-involvement 68% 72% 4%

Pujian 63% 68% 5%

Hasrat untuk belajar 67% 70% 3%

Minat 69% 69% 0%

Tujuan yang diakui 72% 72% 0%

persentase motivasi belajar siswa prasiklus dan Siklus I dapat juga di intrepretasikan pada diagram batang sebagai berikut:

(13)

Gambar 4.5 Perbandingan Persentase Ketercapaian Motivasi Belajar Siswa antara Prasiklus dengan Siklus I

Berdasarkan hasil angket motivasi belajar, pada tiap indikator motivasi belajar terjadi peningkatan motivasi belajar siswa. Akan tetapi, pada indikator tujuan yang diakui mengalami penurunan motivasi belajar.

4. Refleksi Tindakan Siklus I

Berdasarkan hasil dari kondisi siswa yang telah diamati, sebelum siklus I mulai ditentukan target yang hendak dicapai meliputi motivasi belajar siswa pada tiap indikatornya dan pada target kemampuan kognitif siswa harus mempunyai ketuntasan sebesar 75%. Target motivasi belajar siswa dihitung berdasarkan angket motivasi belajar tiap indikator yang ditentukan dan diverifikasi melalui observasi dan wawancara secara mendalam pada responden. Target kemampuan kognitif siswa dihitung berdasarkan jumlah siswa yang telah mencapai KKM pada tes tertulis dibagi dengan jumlah siswa seluruhnya dan dikalikan 100%. KKM yang ditentukan oleh sekolah adalah nilai 75. Berdasarkan ketercapaian yang telah ditentukan di awal sebelum siklus, maka hasil pada siklus I dikatakan

76% 72% 68% 70% 69% 72% 72% 68% 63% 67% 69% 72% 0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% Siklus I Prasiklus

(14)

belum cukup berhasil. Belum berhasilnya tindakan di siklus ini dapat dilihat berdasarkan Tabel 4.4 dan Gambar 4.6.

Tabel 4.4 Perbandingan Persentase Ketercapaian Kemampuan Kognitif Siswa antara Target dengan Siklus I

Aspek Penilaian Siklus I Kesimpulan Keberhasilan Target Ketuntasan Kemampuan

Kognitif 33% 75% Belum Tercapai

Gambar 4.6 Perbandingan Persentase Ketercapaian Kemampuan Kognitif Siswa antara Target dengan Siklus I

Hasil ketercapaian motivasi belajar pada siklus I dapat dilihat pada Tabel 4.5 sebagai berikut:

Tabel 4.5. Perbandingan Persentase Ketercapaian Motivasi Belajar Siswa antara Target dengan Hasil Angket Siklus I

Indikator Siklus I Target Keterangan

Saingan/Kompetisi 76% 75% Tercapai

Ego-involvement 72% 75% Belum Tercapai

Pujian 68% 70% Belum Tercapai

Hasrat untuk belajar 70% 80% Belum Tercapai

Minat 69% 80% Belum Tercapai

Tujuan yang diakui 72% 75% Belum Tercapai

33% 75% 0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% Tuntas Target

(15)

Gambar 4.7. Diagram Perbandingan Persentase Ketercapaian Motivasi Belajar Siswa antara Target dengan Hasil Angket Siklus I

Hasil pada siklus I menunjukkan bahwa motivasi belajar siswa belum mencapai target yang diharapkan. Hal ini dapat dilihat berdasarkan observasi di kelas bahwa siswa belum optimal untuk menjawab pertanyaan motivasi dari guru, merangkai percobaan, dan mengerjakan latihan soal di papan tulis.

Berdasarkan hasil wawancara dengan siswa yang tidak tuntas dan hasil analisis peneliti, peneliti merumuskan beberapa kemungkinan yang menyebabkan belum tercapainya target yang ditentukan, antara lain:

a. Ada sebagian alat praktikum yang tidak berfungsi dengan baik sehingga

menghasilkan data kurang valid yang menyebabkan pembelajaran kurang optimal.

b. Alokasi waktu yang digunakan untuk melakukan kegiatan eksperimen di kelas

masih kurang, sehingga terlihat siswa agak terburu-buru dalam melakukan eksperimen dan mengerjakan LKS.

c. Alokasi waktu untuk mengerjakan latihan soal Fisika masih kurang.

76% 72% 68% 70% 69% 72% 75% 75% 70% 80% 80% 75% 0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% Siklus I Target

(16)

Setelah kegiatan pembelajaran siklus I selesai dilaksanakan, peneliti juga melakukan wawancara terhadap guru untuk menyampaikan apresiasi, tanggapan dan evaluasi dari keberlangsungan siklus I. Guru menyatakan bahwa kemampuan kognitif dan motivasi belajar siswa keseluruhan mengalami kenaikan walaupun belum maksimal. Kenaikan tersebut dapat terlihat dari meningkatnya nilai kognitif siswa yang tuntas KKM pada siklus I jika dibandingkan dengan nilai ujian tengah semester. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan kognitif siswa kelas XI MIA 5 meningkat. Motivasi belajar siswa juga mengalami peningkatan, siswa terlihat antusias selama mengikuti pembelajaran. Siswa juga terlihat aktif melakukan eksperimen dan diskusi di kelas. Peningkatan ini terlihat pada hasil angket motivasi belajar siklus I jika dibandingkan dengan angket pra siklus pra siklus motivasi belajar. Oleh karena hasil kemampuan kognitif siswa dan motivasi belajar belum mencapai target, sehingga perlu adanya tindakan perbaikan untuk siklus I di siklus II. Untuk mencapai target yang lebih baik pada siklus II, maka guru dan peneliti menyusun tindakan lebih lanjut sebagai berikut:

a. Perlu adanya persiapan untuk mengecek semua alat eksperimen yang akan

digunakan untuk melaksanakan kegiatan eksperimen di kelas.

b. Perlu memberikan bimbingan kepada siswa untuk melaksanakan eksperimen

setahap demi setahap.

c. Perlu adanya alokasi waktu tambahan untuk mengerjakan latihan soal di

dalam kelas.

C. Deskripsi Hasil Kegiatan Pembelajaran Siklus II

Siklus II dilaksanakan tiga kali pertemuan yaitu tanggal 23, 28, dan 30 Oktober 2014. Alokasi waktu untuk pertemuan 1 adalah (2 x 45 menit), pertemuan 2 adalah (2 x 45 menit) dan pertemuan 3 adalah (1 x 45 menit). Deskripsi dari kegiatan siklus II adalah sebagai berikut:

(17)

1. Perencanaan Tindakan Siklus II

Berdasarkan hasil refleksi pada siklus I, perlu adanya perencanaan lebih lanjut untuk pelaksanaan tindakan siklus II karena belum tercapainya target yang telah ditetapkan. Pada tahapan perencanaan siklus II pelaksanaannya tidak jauh berbeda dari pada perencanaan siklus I. Akan tetapi, terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan pada beberapa hal yang dijabarkan pada siklus I yang menjadikan landasan penyusunan perencanaan siklus II agar dapat meningkatkan kemampuan kognitif dan motivasi belajar sisiwa. Pada siklus II, siswa akan mempelajari materi Fisika tentang Simpangan, Kecepatan, Percepatan, Fase, Sudut Fase dan Energi Gerak Harmonis Sederhana. Tahap perencanaan siklus II menggunakan alur pembelajaran sama dengan yang digunakan pada siklus I. Alur ini kemudian di terapkan dalam bentuk RPP dan LKS siklus II yang dapat dilihat pada lampiran 28-31, serta instrumen tes kognitif dan motivasi belajar siswa dapat dilihat pada lampiran 33 dan 10.

Penilaian motivasi siswa masih menggunakan angket yang digunakan pada siklus I yang didukung oleh lembar observasi dan wawancara. Observasi dilakukan ketika pembelajaran berlangsung. Observer yang digunakan pada penelitian ini adalah sebanyak 3 orang. Sedangkan angket diberikan kepada siswa setelah pembelajaran berlangsung.

Tes kognitif yang dibuat pada jenjang SMA memiliki ranah kognitif yang meliputi C1, C2, C3, C4, dan C5. Indikator soal kognitif Fisika adalah 6 butir yang terdiri dari 15 soal pilihan ganda. Oleh karena soal yang dibuat banyak mengandung ranah kognitif tinggi sehingga alokasi waktu untuk mengerjakan soal Fisika adalah 45 menit. Soal tes kognitif Fisika dapat dilihat pada Lampiran 33.

2. Pelaksanaan Tindakan Siklus II

Pelaksanaan siklus II berselang 1 Minggu dari siklus I, hal ini disebabkan karena di SMA N 1 Boyolali diadakan Ujian Tengah Semester.

(18)

Selang waktu 1 Minggu ini dimanfaatkan peneliti untuk mempersiapkan instrumen dan strategi yang akan dilakukan pada siklus II.

a. Pertemuan Pertama

Pertemuan pertama untuk siklus II dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 23 Oktober 2014. Pertemuan pertama ini dimulai pukul 08.30. Sebelum kegiatan berlangsung guru mempersiapkan alat yang digunakan untuk eksperimen di kelas dan juga LKS. Pada Kegiatan awal pembelajaran, guru memberikan salam dan mengabsen kehadiran siswa. Guru kemudian menyuruh siswa membentuk kelompok yang beranggotakan 4-5 siswa. Setelah siswa membuat kelompok, guru memberikan motivasi kepada siswa dengan menunjukkan animasi getaran di depan kelas dan memberikan beberapa pertanyaan kritis kepada siswa. Tujuan dari penunjukan animasi di depan agar siswa mengetahui bahwa gelombang merupakan fungsi gelombang. Pertanyaan-pertanyaan ini nantinya akan menjurus pada tujuan pembelajaran tentang simpangan, kecepatan, percepatan gerak harmonis sederhana.

Pada kegiatan inti, guru membagikan LKS dan alat bahan ke masing-masing kelompok. Siswa kemudian memulai melakukan eksperimen berdasarkan prosedur yang ada di LKS. Siswa terlihat antusias melaksanakan eksperimen, terlihat semua kelompok aktif berdiskusi dalam kelompok untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang ada di LKS. Di akhir kegiatan eksperimen, masing-masing kelompok membuat kesimpulan. Guru kemudian mempersilahkan kelompok yang ingin menyampaikan jawaban pertanyaan LKS di depan kelas dan kelompok lain menanggapinya. Siswa menyampaikan jawaban LKS di depan kelas dan mencatatnya di papan tulis. Siswa mencatan hasil eksperimen yang di catat di papan tulis. Kemudian berdasarkan hasil eksperimen yang diperoleh kemudian guru beserta siswa menyimpulkan materi tentang simpangan, kecepatan, percepatan gerak harmonis sederhana.

(19)

Untuk melakukan evaluasi, guru memberikan latihan soal untuk dikerjakan secara klasikal.

b. Pertemuan Kedua

Pertemuan kedua pada siklus II dilaksanakan hari Selasa tanggal 28 Oktober. Pertemuan pertama ini dimulai pukul 08.30. Sebelum kegiatan berlangsung guru mempersiapkan alat yang digunakan untuk eksperimen di kelas dan juga LKS. Pada Kegiatan awal pembelajaran, guru memberikan salam dan mengabsen kehadiran siswa. Guru kemudian menyuruh siswa membentuk kelompok yang beranggotakan 4-5 siswa. Setelah siswa membuat kelompok, guru memberikan motivasi kepada siswa dengan menunjukkan demonstrasi getaran di depan kelas dan memberikan beberapa pertanyaan kritis kepada siswa. Pertanyaan-pertanyaan ini nantinya akan menjurus pada tujuan pembelajaran tentang Fase, Beda Fase dan Energi Getaran Harmonis.

Pada kegiatan inti, guru membagikan LKS dan alat bahan ke masing-masing kelompok. Siswa kemudian memulai melakukan eksperimen berdasarkan prosedur yang ada di LKS. Siswa juga terlihat antusias melaksanakan eksperimen, terlihat semua kelompok aktif berdiskusi dalam kelompok untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang ada di LKS. Di akhir kegiatan eksperimen, masing-masing kelompok membuat kesimpulan. Guru kemudian mempersilahkan kelompok yang ingin menyampaikan jawaban pertanyaan LKS di depan kelas dan kelompok lain menanggapinya. Siswa menyampaikan jawaban LKS di depan kelas dan mencatatnya di papan tulis. Siswa mencatan hasil eksperimen yang dicatat di papan tulis. Kemudian berdasarkan hasil eksperimen yang diperoleh kemudian guru beserta siswa menyimpulkan materi tentang simpangan, kecepatan, percepatan gerak harmonis sederhana. Untuk melakukan evaluasi, guru memberikan latihan soal untuk dikerjakan secara klasikal.

(20)

c. Pertemuan Ketiga

Pada pertemuan ketiga dilakukan pelaksanaan tes kognitif dan menyebarkan angket untuk siklus II. Pelaksanaan tes kognitif dan penyebaran angket motivasi dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 30 Oktober 2014 pada jam 08.30 10.00. Tes kognitif dilakukan 45 menit melalui 15 butir soal pilihan ganda dengan materi Simpangan, Kecepatan, Percepatan, Fase, Beda Fase dan Energi gerak harmonis sederhana. Pada saat tes berlangsung, siswa terlihat tenang mengerjakan dan bersungguh-sungguh selama 45 menit. Siswa terlihat dapat mengerjakan tes kognitif Fisika dengan baik, karena seblumnya siswa sudah mengetahui konsep getaran dan merumuskan sendiri rumus-rumus Fisika tentang Gerak harmonis. Alokasi waktu yang diberikan berlangsung tepat waktu, walaupun ada sebagian siswa yang sudah selesai mengerjakan sebelum waktunya. Selanjutnya untuk mengisi angket, siswa diberikan alokasi waktu mengisi selama 10 menit. Siswa diminta untuk mengisi angket sesuai dengan kondisi motivasi siswa setelah pembelajaran berlangsung.

3. Observasi Tindakan Siklus II

Tindakan observasi siklus II hampir sama seperti yang dilakukan pada siklus I. Observasi ini dilakukan oleh tiga observer dengan tugas untuk mengamati siswa dan mengisi lembar observasi siswa. Instrumen lembar observasi yang digunakan sama dengan yang digunakan pada siklus I. Pada Siklus II terlihat lebih berhasil dari pada siklus I. Hal ini dikarenakan keberhasilan strategi pembelajaran yang dilakukan oleh peneliti bersama guru. Selain itu terlihat pada saat pembelajaran berlangsung, siswa terlihat sangat antusias mengikuti pembelajaran Fisika.

a. Data Kemampuan Kognitif Siswa Siklus II

Hasil data kemampuan kognitif pada siklus II menunjukkan ketercapaian pada penelitian ini. Data kemampuan kognitif siswa berasal dari tes kognitif Fisika yang tuntas diatas nilai 75. Pada tes ini menunjukkan

(21)

terdapat 25 siswa berhasil mencapai batas KKM dari 33 siswa dan telah mencapai nilai 75 atau lebih. Jika di persentasikan, jumlah siswa yang mencapai batas KKM sebesar 76% dari 100% siswa. Data kemampuan kognitif siswa pada siklus II dapat dilihat pada Lampiran 34. Hasil kemampuan kognitif siswa juga dapat diinterpretasikan pada Tabel 4.6 dan Gambar 4.8.

Tabel 4.6. Persentase Ketuntasan Belajar Siswa Siklus II

Keterangan Jumlah Siswa Persentase

Tuntas 25 76%

Belum tuntas 8 24%

Gambar 4.8. Diagram Lingkaran Hasil kemampuan Kognitif Siswa Siklus II

Dilihat berdasarkan diagram lingkaran di atas, menunjukkan bahwa kemampuan kognitif sudah mencapai target yang sudah ditetapkan. Ketercapaian ini disebabkan oleh kesungguhan siswa saat melaksanakan pembelajaran. Kesungguhan ini tercermin saat siswa bersungguh-sungguh melakukan eksperimen. Eksperimen ini bertujuan agar siswa dapat belajar mandiri dari eksperimen yang dilakukan, sehingga siswa dapat memahami konsep dan merumuskan sendiri rumus-rumus Fisika. Selain itu juga, refleksi siklus I memberikan peranan penting terhadap keberhasilan pembelajaran ini.

76% 24%

Tuntas Belum Tuntas

(22)

b. Data Motivasi Belajar Siswa

Hasil angket juga menunjukkan bahwa motivasi belajar pada siklus II juga mengalami kenaikan. Hasil angket ini ditunjang melaui lembar observasi yang dilakukan saat pembelajaran berlangsung. Hasil lembar observasi siklus II menunjukkan terjadinya peningkatan motivasi siswa ketika pembelajaran pembelajaran berlangsung.

Berdasarkan observasi langsung yang dilakukan pada pertemuan pertama, terlihat bahwa siswa cukup antusias memperhatikan guru melakukan demonstrasi dan menjawab pertanyaan-pertanyaan dari guru. Terlihat bahwa 24 siswa yang memperhatikan guru saat demonstrasi dan 9 siswa yang berani menjawab pertanyaan-pertanyaan dari guru. Ketika eksperimen berlangsung, 28 siswa terlihat aktif merangkai alat percobaan dan melakukan eksperimen. Siswa juga aktif berdiskusi dalam kelompok eksperimen untuk menjawb pertanyaan-pertanyaan yang ada di LKS. Ketika diskusi berlangsung terdapat 26 siswa yang terlihat aktif berdiskusi dan siswa juga membuka buku paket untuk mendapatkan jawaban yang benar. Pada saat mempresentasikan hasil eksperimen, ada 9 siswa yang berani mengungkapkan pendapat di depan kelas. Hasil dari eksperimen kemudian ditulis pada papan tulis dan dicatat oleh siswa. Akan tetapi, tidak semua siswa mencatat hasil eksperimen, hanya 28 siswa saja yang terlihat rajin mencatat hasil eksperimen tersebut. Setelah melakukan presentasi, tidak ada tanggapan secara langsung dari kelompok lain. Hal ini disebabkan karena kelompok yang menyampaikan hasil eksperimen dianggap sudah benar menjawab semua pertanyaan yang ada di LKS.

Pada pertemuan ke II, menggunakan pembelajaran yang sama dengan pembelajaran ke I. Siswa terlihat antusias mengikuti pembelajaran di sekolah, hal ini ditandai dengan partisipasi siswa melakukan demonstasi di depan kelas dengan guru. Ketika demonstrasi berlangsung terdapat 25 siswa yang memperhatikan. Guru kemudian memberikan pertanyaan kritis tentang siswa,

(23)

dan 8 siswa aktif menjawab pertanyaan. Pada kegiatan eksperimen, terdapat 27 siswa yang aktif merangkai dan melakukan eksperimen. Setelah melakukan eksperimen, siswa kemudian menganalisisnya dengan acuan yang ada di LKS. Siswa kemudian berdiskusi dan mencari referensi dari buku paket untuk menjawab semua pertanyaan yang ada di LKS. 23 siswa terlihat aktif saat diskusi kecil ini berlangsung. Hasil dari eksperimen ini kemudian dipresentasikan di depan kelas, yang mana terdapat 8 siswa yang berani mempresentasikan hasil analisisnya di depan kelas dan berdiskusi untuk mencocokan jawaban di LKS. Setelah presentasi dan diskusi berlangsung, siswa kemudian mencatat hasil dari kesimpulan jawaban LKS di papan tulis. Siswa yang lain juga mencatat hasil dari kesimpulan jawaban di bukunya masing-masing dan terdapat 25 siswa yang terlihat rajin mencatat materi di buku tulis.

Selain menggunakan lembar observasi, motivasi belajar siswa juga dapat dilihat dari angket yang diberikan kepada siswa di akhir siklus II. Hasil angket juga menunjukan ketercapaian meningkatnya motivasi belajar siswa. Meningkatnya motivasi belajar siswa dapat dilihat melalui persentase di tiap indikator motivasi belajar siswa, yang di interpretasikan pada diagram batang sebagai berikut:

(24)

Gambar 4.9. Diagram Batang Hasil Angket Kemampuan Motivasi Belajar Siswa Siklus II

Berdasarkan data Gambar 4.9, dapat dilihat bahwa pada indikator saingan/kompetesi pada siklus I diperoleh persentase sebesar 78%, hal ini dapat dibuktikan pada saat siswa berdiskusi pada pertemuan I dan II, terdapat 49 siswa yang berdiskusi dengan sungguh-sungguh untuk menjawab pertanyaan yang ada di LKS. Pada indikator ego-involvement pada siklus II diperoleh persentase sebesar 76%, hal ini dibuktikan dengan adanya 15 siswa tertantang menjawab pertanyaan motivasi dari guru dan 34 siswa berusaha mendapatkan data eksperimen yang valid pada pertemuan I dan II. Pada indikator pujian diperoleh persentase sebesar 74%, dibuktikan dengan adanya 17 siswa yang berani mempresentasikan hasil eksperimen di depan kelas. Pada indikator hasrat untuk belajar diperoleh persentase sebesar 82%, dibuktikan dengan 20 siswa mengerjakan soal di papan tulis, 55 siswa yang semangat dan antusias mengikuti pembelajaran eksperimen diskusi pada materi Gerak Harmonis, dan 14 siswa mengajukan pertanyaan terkait materi yang belum dipahami. Pada indikator minat diperoleh persentase sebesar 81%, dibuktikan dengan adanya 49 siswa yang memperhatikan guru atau

78% 76% 74% 82% 81% 80% 0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90%

(25)

teman yang melakukan eksperimen, 57 siswa yang rajin mencatat hasil eksperimen dan diskusi di papan tulis dengan materi Getaran Harmonis. Pada indikator tujuan yang diakui diperoleh persentase sebesar 80%, dibuktikan dengan adanya 55 siswa yang aktif merangkai alat percobaan untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Berdasarkan diagram pada Gambar 4.9, terlihat bahwa terjadi peningkatan motivasi belajar siswa siklus II dibandingkan dengan prasiklus. Kenaikan presentase di tiap indikator antara prasiklus dan siklus II terlihat pada Tabel 4.7 sebagai berikut:

Tabel 4.7. Peningkatan Hasil Angket Motivasi Belajar Antara Prasiklus dan Siklus II

Indikator Prasiklus Siklus II Peningkatan

Saingan/Kompetisi 72% 78% 6%

Ego-involvement 68% 76% 8%

Pujian 63% 74% 11%

Hasrat untuk belajar 67% 82% 15%

Minat 69% 81% 12%

Tujuan yang diakui 72% 80% 8%

Peningkatan persentase motivasi belajar siswa prasiklus dan Siklus II dapat juga di intrepretasikan pada diagram batang sebagai berikut:

(26)

Gambar 4.10. Perbandingan Persentase Ketercapaian Motivasi Belajar Siswa antara Prasiklus dengan Siklus II

4. Refleksi Tindakan Siklus II

Pembelajaran pada siklus II telah dilaksanakan sebanyak 5 kali pertemuan atau dengan alokasi waktu (4 x 45 menit). Secara umum pembelajaran terlaksana dengan baik. Hasil pembelajaran yang dilakukan telah mampu mencapai target yang telah ditetapkan baik dalam kemampuan kognitif siswa maupun motivasi belajar siswa. Untuk lebih jelasnya, akan dijelaskan sebagai berikut:

a. Kemampuan Kognitif Siswa

Ketercapaian hasil tes kemampuan kognitif siswa pada siklus II ditunjukkan pada Tabel 4.8 dan Gambar 4.11. Berdasarkan Tabel dan Gambar tersebut, terlihat bahwa sebagian besar siswa telah mampu mencapai KKM yang ditetapkan. 78% 76% 74% 82% 81% 80% 72% 68% 63% 67% 69% 72% 0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% Siklus II Prasiklus

(27)

Tabel 4.8. Perbandingan Persentase Ketercapaian Kemampuan Kognitif Siswa antara Target dengan Siklus II

Aspek Penilaian Siklus I Kesimpulan Keberhasilan Target Ketuntasan Kemampuan Kognitif 76% 75% Tercapai

Gambar 4.11. Perbandingan Persentase Ketercapaian Kemampuan Kognitif Siswa antara Target dan Siklus II

Berdasarkan gambar 4.11. diketahui bahawa kemampuan kognitif siswa pada siklus II telah mencapai target yang sudah ditentukan. Sebesar 76% atau sebanyak 25 siswa dari 33 siswa telah mencapai KKM yang sudah ditentukan. Disamping itu, masih ada 8 siswa yang belum mencapai KKM. Kedelapan siswa tersebut tidak mencapai KKM dikarenakan oleh beberapa faktor, yaitu siswa tidak melakukan eksperimen dengan sungguh-sungguh sehingga siswa belum begitu memahami materi yang diajarkan. Selain itu siswa juga tidak mencatat materi yang dituliskan di papan tulis, sehingga menyebabkan siswa kurang persiapan ketika akan melaksanakan tes kemampuan kognitif. Akan tetapi dengan ketercapaian sebanyak 25 siswa yang mampu mencapai KKM

76% 75% 0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% Tuntas Target

(28)

menunjukkan bahwa target ketercapaian untuk kemampuan kognitif siklus II sudah berhasil. Hasil kemampuan kognitif siswa selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 34.

b. Motivasi Belajar Siswa

Motivasi belajar siswa pada siklus II juga mengalami peningkatan. Hasil perbandingan antara motivasi belajar siswa pada siklus II dengan target ketercapaiannya dapat dilihat pada Tabel 4.9. Terlihat bahwa, dari enam indikator telah mencapai target yang sudah ditentukan. Persentase ketercapaian motivasi belajar siswa antara target dengan hasil angket motivasi belajar siklus II dapat juga dilihat pada Gambar 4.12. Berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan siswa, mereka lebih bersemangat ketika belajar dengan melakukan eksperimen dan diskusi. Mereka mengatakan bahwa materi Fisika yang terdiri dari rumus-rumus Fisika dapat dicari melalui percobaan sehingga dapat mempermudah siswa untuk memahami rumus Fisika. Wawancara juga dilakukan kepada guru, beliau mengatakan bahwa ketika pembelajaran berlangsung pada siklus II, siswa terlihat aktif melaksanakan pembelajaran di kelas. Sehingga pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran transformatif melalui pendekatan konstruktivisme dapat meningkatkan kemampuan kognitif dan motivasi belajar siswa kelas XI MIA 5 di SMA Negeri 1 Boyolali Tahun Ajaran 2014/2015.

Tabel 4.9. Perbandingan Persentase Ketercapaian Motivasi Belajar Siswa antara Target dengan Hasil Angket Siklus II

Indikator Siklus II Target Keterangan

Saingan/Kompetisi 78% 75% Berhasil

Ego-involvement 76% 75% Berhasil

Pujian 74% 70% Berhasil

Hasrat untuk belajar 82% 80% Berhasil

Minat 81% 80% Berhasil

(29)

Gambar 4.12. Diagram Perbandingan Persentase Ketercapaian Motivasi Belajar Siswa antara Target dengan Hasil Angket Siklus II

D. Pembahasan

Pembelajaran Fisika dengan menggunakan model pembelajaran

transformatif melalui pendekatan konstruktivisme menggunakan metode eksperimen dan diskusi telah diterapkan dalam proses pembelajaran Fisika di kelas XI MIA 5 SMA Negeri 1 Boyolali dengan tujuan untuk meningkatkan kemampuan kognitif dan motivasi belajar siswa. Dalam pelaksanaannya, penelitian ini dlakukan dengan 6 kali tatap muka, yang mana pada siklus I dilaksanakan 3 kali pertemuan dan di siklus II dilaksanakan dalam 3 kali pertemuan. Selama kegiatan berlangsung, dilakukan penilaian motivasi belajar siswa melalui observasi oleh tiga observer.

Berdasarkan hasil analisis motivasi belajar pada siklus I dan siklus II dapat

disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran melalui pendekatan

konstruktivisme menggunakan metode eksperimen-diskusi, dapat meningkatkan motivasi belajar siswa yang dapat dilihat dari hasil angket pada Tabel 4.3 dan 4.6. Motivasi belajar siswa mengalami peningkatan persentase ketercapaian dari tahap pra siklus ke siklus I ataupun prasiklus ke siklus II. Meskipun pada siklus I sebagian

78% 76% 74% 82% 81% 80% 75% 75% 70% 80% 80% 75% 0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% Siklus II Target

(30)

mengalami peningkatan, namun siswa belum mampu mencapai target keberhasilan yang sudah ditetapkan. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor yang menyebabkan pembelajaran yang tidak terlaksana dengan baik. Sehingga, perlu adanya tindakan lebih lanjut pada siklus II. Pada pelaksanaan siklus II, siswa terlihat antusias melaksanakan pembelajaran di kelas, sehingga hasil angket motivasi belajar siswa dapat mencapai target yang sudah ditentukan.

Berdasarkan hasil tes kemampuan kognitif siswa pada siklus I dan siklus II terlihat pada Tabel 4.2 dan 4.5 dapat disimpulkan kemampuan kognitif siswa mengalami kenaikan. Pada siklus I kemampuan kognitif siswa mengalami kenaikan sebesar 33% atau terdapat 11 siswa telah tuntas dari KKM. Hasil persentase ini lebih tinggi jika dibandingkan dengan kemampuan kognitif siswa pada prasiklus yang hanya sebesar 9% atau hanya 3 siswa yang mempunyai nilai tuntas dari KKM. Meskipun terlihat kemampuan kognitif siswa pada siklus I meningkat, akan tetapi hasil ini belum mencapai target yang ditentukan. Untuk itu perlu dilakukan tindakan siklus II. Hasil kemampuan kognitif pada siklus II telah menunjukkan peningkatan yang lebih tinggi dibandingkan dengan siklus I dan persentase ketuntasan mencapai 76% siswa atau 25 siswa yang mencapai KKM dan juga sudah mencapai target yang ditetapkan.

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang sudah diuraikan dapat disimpulkan bahwa penelitian yang dilakukan berhasil karena indikator motivasi belajar dan kemampuan kognitif siswa yang sudah diamati dan diukur telah mencapai target yang ditetapkan. Dengan demikian, Penerapan model pembelajaran transformatif melalui pendekatan konstruktivisme dengan menggunakan metode eksperimen dan diskusi dapat meningkatkan kemampuan kognitif dan motivasi belajar siswa pada materi Gerak Harmonis kelas XI MIA 5 SMA Negeri 1 Boyolali Tahun Ajaran 2014/2015.

Gambar

Gambar 4.1. Diagram Lingkaran Hasil Kemampuan Kognitif Siswa Prasiklus 9%
Tabel 4.1 Persentase Hasil Angket Motivasi Belajar Prasiklus
Gambar 4.2 Diagram Batang Hasil Angket Motivasi Siswa Prasiklus
Tabel 4.2 Persentase Hasil Kemampuan Kognitif Siswa Siklus I
+7

Referensi

Dokumen terkait

Temuan penelitian menunjukkan bahwa terdapat korelasi yang rendah antara intensitas konsumsi berita online terhadap loyalitas pembaca surat kabar cetak Suara

Skripsi ini menganalisa sebuah novel karya Jane Austen yang berjudul Pride and Prejudice. Novel ini bercerita tentang Elizabeth Bennet. Novel ini menarik untuk dianalisa

Pengujian kinerja traktor tangan Huanghai DF-12L dengan berbagai campuran bahan bakar dalam mengolah tanah pada penelitian ini dilakukan di lahan kering (lahan

Edema paru akut dapat terjadi karena penyakit jantung maupun penyakit di luar jantung ( edema paru kardiogenik dan non kardiogenik ).Gejala paling umum dari edema

Pendampingan pastoral merupakan suatu hal yang baru, menyebabkan majelis jemaat mengalami kendala yang bersifat tehnis yaitu kurangnya pemahaman akan pastoral,

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, Sang Maha Penyayang lagi Maha Pengasih atas semua rahmat, kasih sayang dan petunjuk sehingga penulis mampu

Ia masih menjadi tanggungjawab penerima, pengendali atau pengguna untuk memberitahu maklumat sedemikian kepada pihak yang berkenaan yang mungkin terlibat dalam penerimaan, penggunaan

Dari tabel di atas, Hasil Uji F dapat diketahui bahwa nilai F hitung sebesar 13,151 dengan tingkat probabilitas sebesar 0,000 yang artinya lebih kecil dari 0,05 maka model