• Tidak ada hasil yang ditemukan

KOMBINASI KUNYIT, BAWANG PUTIH DAN MINERAL ZINK SEBAGAI FEED ADDITIVE UNTUK MENINGKATKAN PERFORMA BROILER

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KOMBINASI KUNYIT, BAWANG PUTIH DAN MINERAL ZINK SEBAGAI FEED ADDITIVE UNTUK MENINGKATKAN PERFORMA BROILER"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

KOMBINASI KUNYIT, BAWANG PUTIH DAN MINERAL

ZINK SEBAGAI FEED ADDITIVE UNTUK MENINGKATKAN

PERFORMA BROILER

(Combination of Turmeric, Garlic and Zinc as Feed Additive to Improve

Performance and Carcass Quality of broiles chiken)

SRI PURWANTI,A.NATSIR,danM.H.SYAM

Fakultas Peternakan, Universitas Hasanuddin, Jl. Perintis Kemerdekaan KM. 10 Makassar, 90245

ABSTRACT

The study was conducted to find the best combination of the use of turmeric, garlic and zinc in feed to improve broiler performance. Turmeric and garlic were made in form of powder. Data obtained were analyzed statistically based on Complete Random Design (RAL). Day old chicken (DOC) as many as 100 tails were divided into 5 treatments and 4 replications of each treatment consisted of 5 tails. Basal feed contained 19% crude protein and 3100 kcal/kg of energy metabolism. R0 treatment rations (basal ration or the control), R1 (92% basal ration + 5%garlic powder + 3%turmeric powder), R2 (95% basal ration + 5% garlic powder + 180 ppm ZnO), R3 (97% basal ration + 3%turmeric powder + 180 ppm ZnO), R4 (92% basal ration + 5% garlic powder +3% turmeric powder + 180 ppm ZnO). Feed and drinking water provided ad libitum. Experiment was done for 42 days for performance data, carcass percentage, and abdominal fat. The results showed that all treatments showed no significant effect (P > 0.05) on performance, carcass percentage, and abdominal fat.

Key Words : Turmeric, Garlic, Zinc, Performance, Abdominal Fat

ABSTRAK

Penelitian ini dilakukan untuk mencari kombinasi terbaik dari penggunaan kunyit, bawang putih dan zink dalam pakan untuk meningkatkan performa broiler. Kunyit dan bawang putih dibuat dalam bentuk serbuk. Data yang diperoleh dianalisis secara statistik dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL). DOC sebanyak 100 ekor dibagi menjadi 5 perlakuan dan 4 ulangan dan setiap perlakuan terdiri dari 5 ekor. Pakan mengandung protein kasar 19% dan 3100 kkal/kg Energi Metabolisme. Pakan perlakuan R0 (pakan basal atau kontrol), R1 (pakan basal yang disubstitusi serbuk bawang putih 5% + serbuk kunyit 3%), R2 (pakan basal yang disubstitusi serbuk bawang putih 5% + ZnO 180 ppm), R3 (pakan basal yang disubstitusi serbuk kunyit 3% + ZnO 180 ppm), R4 (pakan basal yang disubstitusi serbuk bawang putih 5% + serbuk kunyit 3% + ZnO 180 ppm). Pakan dan air minum diberikan secara ad libitum. Pemeliharaan dilakukan selama 42 hari untuk data performa, persentase karkas, dan lemak abdominal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua perlakuan tidak menunjukkan perbedaan yang nyata (P > 0,05) terhadap performa, persentase karkas, dan lemak abdominal.

Key Words : Kunyit, Bawang Putih, Zinc, Performa, Lemak Abdominal

PENDAHULUAN

Konsumen produk ayam broiler dewasa ini semakin selektif dalam memilih karkas khususnya karkas dengan kadar rendah lemak. Melihat fenomena banyaknya manusia yang terserang penyakit jantung koroner, obesitas dan hipertensi maka konsumen cenderung

untuk mengkonsumsi atau memilih produk hewani yang rendah kadar lemak, dan bebas residu antibiotik. Seiring seruan Uni Eropa pada tahun 2006 tentang pelarangan

penggunaan AGPs (Antibiotic Growth

Promotors) akibat residu dan berakibat fatal bagi manusia yang mengkonsumsi daging yang

(2)

Penggunaan herbal dalam pakan menjadi salah satu alternatif dalam menanggulangi masalah tersebut yang telah dipilih banyak pihak. Disamping kandungan zat bioaktif kedua herbal berfungsi sebagai antibiotik, maka diharapkan dapat mengurangi biaya untuk memacu pertumbuhan ternak dengan tidak menggunakan antibiotik sintetik. Penggunaan herbal kunyit dan bawang putih secara tunggal telah banyak dilakukan, namun penelitian mengkombinasikan kedua herbal (kunyit 1,5% dan bawang putih 2,5%) ditambah mineral zink (120 ppm) belum memberikan hasil yang optimal pada dosis yang digunakan (PURWANTI, 2008). Untuk itu penelitian ini bertujuan untuk melihat seberapa jauh kombinasi kedua herbal ini mampu menghasilkan pertumbuhan yang optimal dengan kualitas karkas yang optimal pula. Disamping itu diharapkan akan menghasilkan feed additive yang dapat menggantikan antibiotik sintetik dan ransum memiliki waktu simpan yang agak lama dengan mencegah terjadinya ketengikan.

MATERI DAN METODE

Materi penelitian meliputi kunyit dan bawang putih yang diserbukkan. Untuk uji biologis menggunakan ayam broiler umur satu hari sebanyak 100 ekor yang dipelihara sampai umur 6 minggu dengan sistem cage.

Ransum perlakuan diberikan pada ayam broiler mulai d.o.c (day old chicken) sampai umur 6 minggu setelah melalui pengacakan. Bahan penyusun ransum terdiri dari dedak padi, jagung kuning, dan konsentrat untuk fase starter dan finisher. Ransum yang digunakan dalam penelitian disusun menurut NRC (1994) dengan kandungan protein 19% dan energi 3.100 kkal/kg. Ransum perlakuan terdiri dari ransum basal yang disubstitusi dengan serbuk kunyit, serbuk bawang putih dan mineral zink (ZnO) sebagai feed additive. Ransum perlakuan terdiri atas 5 macam ransum, yaitu: R0 = Ransum basal (kontrol); R1 = Ransum

basal yang disubstitusi serbuk bawang putih 5% + serbuk kunyit 3%; R2 = Ransum basal

yang disubstitusi serbuk bawang putih 5% + ZnO 180 ppm; R3 = Ransum basal yang

disubstitusi serbuk kunyit 3% + ZnO 180 ppm;

R4 = Ransum basal yang disubstitusi serbuk

bawang putih 5% + serbuk kunyit 3% + ZnO 180 ppm.

Serbuk kunyit dan bawang putih diperoleh melalui serangkaian proses, mula-mula dilakukan pencucian kunyit segar hingga bersih dari tanah yang menempel dan ditiriskan kemudian diiris-iris tipis, sedangkan bawang putih dilakukan pengupasan kulit luar lalu diiris-iris tipis. Irisan kunyit dan bawang putih dikeringkan di bawah sinar matahari hingga kering dan dilanjutkan dalam oven (60°C) hingga kering kerupuk. Kunyit dan bawang putih yang telah kering dicincang untuk dibuat serbuk agar mudah tercampur dengan bahan pakan dan siap digunakan sesuai level pada perlakuan.

Pelaksanaan penelitian

Sebanyak 100 ekor d.o.c dibagi secara acak kedalam lima perlakuan. Masing-masing perlakuan terdiri dari empat ulangan, sehingga ada 20 unit percobaan dan masing-masing unit percobaaan terdiri dari 5 ekor d.o.c yang telah ditimbang untuk mengetahui bobot badan awal. Selama penelitian ternak ayam broiler dipelihara dalam kandang beralaskan sekam padi dengan ukuran 1 × 1 m2 selama 6 minggu. Pakan dan air minum diberikan ad libitum. Ayam broiler ditimbang untuk mengetahui pertambahan berat badan setiap seminggu sekali, dan penimbangan pakan sisa untuk mengetahui pakan yang dikonsumsi.

Peubah yang diamati dalam penelitian ini meliputi performa (pertambahan bobot badan, konsumsi ransum, konversi ransum), persentase karkas (%), dan lemak abdominal (%).

HASIL DAN PEMBAHASAN Performa broiler

Hasil pengamatan terhadap konsumsi ransum, pertambahan bobot badan dan konversi ransum ayam broiler umur 6 minggu denganpemberian serbuk bawang putih, kunyit dan mineral zink selama penelitian tercantum pada Tabel 1.

(3)

Tabel 1. Konsumsi ransum, pertambahan bobot badan dan konversi ransum, persentase karkas, persentase lemak abdominal broiler yang diberi bawang putih, kunyit dan mineral zink selama 42 hari

Peubah Perlakuan R0 R0 R2 R2 R4

Pertambahan bobot badan kumulatif (g/ekor) 1813,02 1749,03 1713,8 1698,9 1608,42 Konsumsi ransum kumulatif (g/ekor) 3624,88 3830,04 3556,33 3787,29 3173,48 Konversi 2,01 2,19 2,08 2,24 1,98 Persentase karkas (%) 81,17 82,24 86,13 76,64 75,03 Lemak abdominal (%) 2,29 2,22 1,94 2,50 2,29

Mortalitas (%) 0 0 0 0 0

Secara keseluruhan hasil penelitian menunjukkan bahwa substitusi kombinasi serbuk kunyit dan serbuk bawang putih tidak memperlihatkan perbedaan yang nyata (P > 0,05) terhadap performa broiler (konsumsi, pertambahan bobot badan, konversi dan persentase karkas).

Konsumsi ransum

Nilai konsumsi ransum sangat menentukan dalam analisis ekonomi pemeliharaan ayam broiler. Ransum yang dikonsumsi adalah untuk memenuhi kebutuhan zat-zat makanan yang diperlukan untuk hidup pokok, produksi dan pertumbuhan. Tabel 1 memperlihatkan secara keseluruhan bahwa perlakuan R0, R1, R2, R3

dan R4 tidak mempengaruhi (P > 0,05)

konsumsi ransum. Hal ini mengindikasikan bahwa penambahan serbuk kunyit, serbuk bawang putih dan mineral zink tidak memperbaiki dan juga tidak menurunkan konsumsi ransum ayam penelitian. Gambar 1 menunjukkan nilai rataan konsumsi ransum per minggu tertinggi terlihat pada perlakuan R1 yaitu 638,34 g/ekor/minggu dibandingkan

dengan perlakuan lain, dan nilai konsumsi terendah pada perlakuan R4 yaitu 528,91

g/ekor/minggu. Konsumsi tertinggi pada perlakuan R1 kemungkinan karena serbuk

kunyit yang mengandung kurkumin dengan fungsi sebagai penambah nafsu makan, juga indera penciuman unggas yang tidak berkembang sehingga walaupun ransum R1 yang baunya agak menyengat karena

adanya serbuk bawang putih yang mengandung senyawa sulfur yang berbau khas, ayam tetap mengkonsumsi ransum dalam jumlah yang

pengolahan mengakibatkan perubahan alliin menjadi allisin oleh adanya enzim allinase ( S-alkil-L-sistein liase).

Konsumsi kumulatif berdasarkan National Research Council (NRC) 1994 untuk jantan betina (berbaur) menurut AMRULLAH (2003) untuk ayam broiler berumur 6 minggu adalah 3.471 g/ekor. Konsumsi kumulatif hasil penelitian ini masih lebih tinggi dibanding NRC, kecuali perlakuan R4. Perbedaan ini

kemungkinan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain strain, lingkungan atau tempat pemeliharaan. WAHJU (1985) menyatakan banyaknya makanan yang dikonsumsi tergantung pada jenis ternaknya (strain), aktivitas, temperatur, lingkungan dan pertumbuhan maupun untuk mempertahanan produksi serta tingkat energi di dalam ransum. Pertambahan bobot badan

Pertambahan bobot badan merupakan salah satu kriteria yang digunakan untuk mengukur pertumbuhan. Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan antara lain umur, bangsa, jenis kelamin, kecepatan pertumbuhan, kesehatan ternak serta kualitas dan kuantitas ransum (RASYAF, 1999). Pertambahan bobot badan tidak menunjukkan hasil yang signifikan (P > 0,05) diantara semua perlakuan. Hal ini kemungkinan disebabkan kandungan zat-zat makanan yang tidak berbeda antara kontrol dengan perlakuan. Disamping itu bahan aktif yang ada pada kunyit dan bawang putih antara lain kurkuminoid, minyak atsiri dan allisin tidak mempengaruhi proses metabolisme yang merugikan pada ternak.

(4)

Secara statistik walaupun tidak menunjukkan pengaruh yang signifikan tetapi secara numerik perlakuan R1 memperlihatkan

kecenderungan nilai pertambahan bobot badan yang lebih tinggi diantara perlakuan R2, R3 dan

R4 setelah perlakuan R0 (kontrol). Pertambahan

bobot badan ini sejalan dengan nilai konsumsi ransum yang relatif tinggi pada perlakuan R1.

Menurut NORTH dan BELL (1990) peningkatan pertambahan bobot badan tidak terjadi secara seragam.

Konversi

Angka konversi ransum menunjukkan tingkat efisiensi penggunaan ransum, artinya semakin rendah angka konversi ransum, semakin tinggi nilai efisiensi ransum dan semakin ekonomis. Tabel 4 memperlihatkan bahwa nilai konversi ransum semua perlakuan cukup baik (1,98 – 2,24) dan tidak menunjukkan hasil yang signifikan diantara perlakuan (P > 0,05). Nilai konversi ransum yang paling rendah pada perlakuan R4.

AMRULLAH (2004) menyebutkan bahwa konversi ransum yang baik berkisar antara 1,75 – 2,00. Semakin rendah angka konversi ransum berarti kualitas ransum semakin baik. Lebih lanjut dikatakan bahwa selain kualitas ransum, konversi ransum juga dipengaruhi oleh teknik pemberian pakan. Teknik pemberian pakan yang baik dapat menekan angka konversi pakan sehingga keuntungan banyak bertambah. Menurut CARD dan NEISHEIM (1972) nilai konversi ransum yang tinggi menunjukkan jumlah ransum yang dibutuhkan untuk menaikkan bobot badan semakin meningkat dan efisiensi ransum semakin rendah.

Persentase karkas

Pemberian serbuk kunyit, serbuk bawang putih dan mineral zink seperti yang tertera pada Tabel 4 memperlihatkan pengaruh tidak nyata (P > 0,05) terhadap persentase karkas. Nilai persentase karkas diperoleh dengan membandingkan bobot karkas dengan bobot hidup. Nilai persentase karkas tertinggi dicapai oleh perlakuan R2 sebesar 86,13%. Data ini

mengindikasikan bahwa penambahan kombinasi serbuk kunyit dan mineral zink

cenderung mengurangi pemanfaatan bahan makanan untuk pertumbuhan bulu, kaki dan kepala ayam dimana bagian tersebut dihilangkan untuk mendapatkan karkas. Hal ini sesuai dengan pendapat MURTIDJO (1987) bahwa produksi karkas erat hubungannya dengan bobot hidup yaitu peningkatan bobot hidup akan diikuti oleh peningkatan bobot karkas.

Lemak abdominal

Lemak merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi selera konsumen terhadap ayam pedaging. Salah satu sifat daging ayam broiler adalah kandungan lemaknya yang tinggi dibandingkan dengan daging ayam kampung (ABUBAKAR et al., 1998), dan umumnya masyarakat lebih menyukai daging ayam dengan kandungan lemak yang rendah untuk menghindari kolesterol tinggi.

Salah satu dari beberapa bagian tubuh yang digunakan untuk menyimpan lemak pada ayam pedaging adalah bagian disekitar perut yang disebut lemak abdominal. Tabel 1 memperlihatkan bahwa persentase lemak abdominal tidak memberikan pengaruh nyata (P > 0,05) antar perlakuan dengan pemberian serbuk kunyit, serbuk bawang putih dan mineral zink. Persentase lemak abdominal terendah diperoleh pada perlakuan R2 yaitu

1,94%. Rataan persentase lemak abdominal penelitian ini (1,94 – 2,5%) masih lebih rendah dibandingkan dengan yang dilaporkan oleh BILGILIet al. (1992), dimana persentase lemak abdominal ayam pedaging berkisar antara 2,6 –3,6% dan berkisar 1,40 – 2,60% dari bobot hidup (LEESON dan SUMMER, 1980). RESNAWATI (2004) persentase lemak abdominal berkisar antara 1,50 – 2,11%. Hal ini antara lain disebabkan perbedaan strain dan kandungan nutrisi ransum.

Mortalitas

Mortalitas adalah angka yang menunjukkan jumlah ayam yang mati selama pemeliharaan. Semua perlakuan baik yang ditambah kombinasi serbuk kunyit dan serbuk bawang putih (R1, R2, R3,dan R4) maupun yang tanpa penambahan (R0) menunjukkan tidak ada angka mortalitas (0%). Kunyit

(5)

mengandung komponen aktif yang memiliki sifat antibakteri yaitu kurkumin, minyak atsiri pada kunyit terbukti bersifat membunuh (bakterisidal) terhadap bakteri golongan Bacillus cereus, Bacillus subtilis, dan Bacillus megetenium. Selain iu minyak atsiri mampu menghambat pertumbuhan sel vegetative bacillus dengan menghambat sporanya (SAID, 2003; DARWIS et al., 1991). Sedangkan pada bawang putih mengandung komponen aktif antara lain minyak atsiri aliin dan alisin yang berkaitan dengan daya antibakteri (AMAGASE et al. 2001). Tidak adanya kematian pada perlakuan diduga adanya zat bioaktif yang dikandung oleh kedua herbal sehingga ayam menjadi lebih sehat.

KESIMPULAN

Kesimpulan dari penelitian ini bahwa substitusi kombinasi kunyit, bawang putih dan mineral zink belum mampu memberi pengaruh yang nyata terhadap peningkatan performa, dan kualitas karkas broiler

.

UCAPAN TERIMA KASIH

Ucapan terima kasih penulis ucapkan atas dana penelitian yang diberikan atas program PMR-PS Fakultas Peternakan yang Dibiayai oleh DIPA Universitas Hasanuddin Tahun 2009 Sesuai dengan Surat Perjanjian Pelaksanaan Penelitian No. 34/H4-LK.26/SP3-UH/2009 tanggal 1 Mei 2009.

DAFTAR PUSTAKA

ABUBAKAR, R., DHARSANA, R.G. NATAAMIJAYA. 1998. Preferensi dan nilai gizi daging ayam hasil persilangan (pejantan buras dengan betina ras) dengan pemberian jenis pakan yang berbeda. Pros. Seminar Nosional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Bogor, 1 − 2 Des 1998. Puslitbang Peternakan, Bogor. 1998. hlm 779 – 785.

AMRULLAH,IK. 2003. Nutrisi Ayam Broiler. Ed ke-1. Lembaga Satu Gunung Budi, Bogor AMRULLAH, I K. 2004. Nutrisi Ayam Broiler. Ed

ke-2. Lembaga Satu Gunung Budi, Bogor.

AMAGASE, H., B.L. PETESCH, H. MATSUURA, S. KASUGA, Y.ITAKURA. 2001. Intake of garlic and its bioactive components. J. Nur. 131: 955S – 962S.

BILLGILI,S.F.,E.T.MORAN,N. ACAR.1992. Strain cross response of heavy male broilers to dietary lysine in finisher feed live performance and further processing yield. Poult. Sci. 71: 850 – 858.

CARD, L.E., M.C. NESHEIM. 1972. Poultry Production. 11th Ed. Lea and Febiger, Phildelphia:

DARWIS,S.N.,A.B.DMADJO danS. HASIYAH.1991. Tanaman Obat Famili Zingberaceae.

Puslitbang Tanaman Industri, Bogor

NORTH, M.O., and D.D. BELL. 1990. Commercial Chicken Production Manual. Ed. ke-4. New York: Chapman and Hall.

[NRC] NATIONAL RESEARCH COUNCIL. 1994. Nutrient Requirements of Poultry. Ed Rev ke-9. Academy Pr. Washington DC.

PURWANTI S. 2008. Kajian efektifitas pemberian kunyit, bawang putih dan mineral zink terhadap performa, kadar lemak, kolesterol dan status kesehatan broiler [tesis]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

RASYAF. 1999. Beternak Ayam Pedaging. Cetakan keempat. Penebar Swadaya, Jakarta.

REKSOHADIPRODJO, S. 1995. Pengantar Ilmu Peternakan Tropik. Jilid 2. BPFE, Yogyakarta. RESNAWATI, H. 2004. Bobot potongan karkas dan

lemak abdomen ayam ras pedaging yang diberi ransum mengandung tepung cacing tanah (Lumbricus rubellus). Pros. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner.

Bogor, 17 – 18 Sep 2004. Puslitbang Peternakan, Bogor: 2004. hlm. 563 – 567. SAID, A. 2003. Khasiat dan Manfaat Kunyit.

PT Sinar Widya Lestari, Jakarta

STEEL, R.G.D.danJ.H. TORRIE 1995. Prinsip dan Prosedur Statistika. Suatu Pendekatan Biometrik. Ed ke-2. B. SUMANTRI,

Penerjemah: Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama.

WINARTO,W.P. .2003. Khasiat dan Manfaat Kunyit. Agro Media Pustaka, Jakarta.

Gambar

Tabel 1. Konsumsi ransum, pertambahan bobot badan dan konversi ransum, persentase karkas, persentase

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan: Menganalisis pengaruh penambahan kayu manis terhadap pH, tingkat kecerahan (L*), aktivitas antioksidan, gula total dan organoleptik yang meliputi warna,

Terkait dengan penelitian ini sekalipun telah menggunakan beberapa metode baik itu metode Delphi, AHP dan LQ dan telah menetukan jenis kriteria produk unggulan

Penelitian Ramos et al (2016) meyebutkan bahwa karyawan dengan usia tua (lebih berpengalaman) adalah yang paling tangguh dan terikat dengan pekerjaanya, hal ini

Penciptaan lukisan ornamentis dengan teknik sablon memang bukan salah satu karya pertama yang telah dibuat, namun penulis merasa tertantang untuk membuat karya lukis

Kesimpulan dari penelitian ini adalah (a) Tindak pidana yang dapat dikategorikan tindak pidana yang bersifat pelanggaran administratif, yaitu perbuatan yang

Peran majelis ta’lim selaparang dalam pembinaan keagamaan masyarakat adalah Sebagai Tempat Peningkatan Pengetahuan Keagamaan, Tempat Pendidikan Seumur Hidup Berbasis

〔商法一七二〕 共同代表取締役の一人が単独で振出した手形と会社の責任 東京地裁昭和四八年二月九日判決 黄, 清渓Ko, Seikei 商法研究会Shoho

Pembelajaran Matematika di SD merupakan salah satu kajian yang menarik untuk dikemukakan karena adanya perbedaan karakteristik khususnya antara hakekat anak dan