• Tidak ada hasil yang ditemukan

BENTU DI MAN. UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta PROGRAM. Oleh: A

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BENTU DI MAN. UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta PROGRAM. Oleh: A"

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

DI

JURU

IN

B

JATH

I DUSU

PRO

USAN TA

NSTITUT

BENTU

HILAN

UN JIT

GAMP

KRIS

OGRAM

ARI FAK

T SENI I

GE

UK PE

N SEKA

TENGA

PING S

Oleh STIYAN V 1311458

M STUDI

KULTA

INDONE

ENAP 20

ENYAJ

AR KE

AN BA

SLEM

: VEBRIANA 8011

S-1 SE

AS SENI

ESIA YO

016/2017

JIAN

ENCON

ALECA

MAN

A

NI TAR

PERTU

OGYAK

NO

ATUR

RI

UNJUKA

KARTA

AN

(2)

DI

Fakult

B

JATH

I DUSU

Tugas Ak

tas Seni P

Untuk

BENTU

HILAN

UN JIT

GAMP

KRIS

khir Ini D

Pertunjuk

Sebag

Mengakh

Dalam

G

UK PE

N SEKA

TENGA

PING S

Oleh STIYAN V 1311458

Diajukan K

kan Instit

gai Salah S

hiri Jenja

m Bidang

Genap 201

ENYAJ

AR KE

AN BA

SLEM

: VEBRIANA 8011

Kepada D

ut Seni in

Satu Syar

ang Studi

g Seni Tar

16/2017

JIAN

ENCON

ALECA

MAN

A

Dewan Pe

ndonesia Y

rat

Sarjana S

ri

NO

ATUR

enguji

Yogyakar

S-1

rta

(3)
(4)

iv   

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar sarjana di suatu perguruan tinggi, dan sepengetahuan saya bahwa tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain yang sama dengan tulisan dan objek saya.

Saya bertanggungjawab atas keaslian tulisan saya dan bersedia menerima sanksi apabila suatu saat terdapat hal-hal yang tidak sesuai dengan isi pernyataan ini.

Yogakarta, 13 Juli 2017

Kristiyan Vebriana

(5)

v   

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayahNya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Bentuk Penyajian

Jathilan Sekar Kencono Di Dusun Jitengan Balecatur Gamping Sleman”, yang disusun untuk memenuhi syarat dalam menempuh gelar sarjana S-1 di jurusan Seni Tari Institut Seni Indonesia Yogyakarta.

Bagi seluruh mahasiswa yang akan menyelesaikan studi jenjang S-1, sudah menjadi kewajiban untuk menerapkan segala ilmu yang telah didapatkan ke dalam bentuk penyusunan skripsi. Namun demikian, penulisan skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan, dalam penulisan ini sangat diperlukan bimbingan oleh dosen pembimbing, guna mendapatkan kualitas tulisan sesuai dengan kaidah standar ilmiah.

Rasa hormat serta terimakasih yang mendalam disampaikan kepada beliau yang telah memotivasi, memberi kritik dan saran serta memberi arahan serta bimbingan antara lain:

1. Bapak Dr. Sumaryono M.A sebagai pembimbing I yang telah membimbing serta memberi arahan mengenai buku-buku acuan serta memberi semangat dan motivasi sehingga tugas akhir dapat terselesaikan.

(6)

vi   

2. Bapak Drs. Sarjiwo, M.Pd sebagai pembimbing II yang telah membimbing serta memberi arahan mengenai struktur penulisan serta memberi semangat dan motivasi sehingga tugas akhir dapat terselesaikan.

3. Bapak Dr. Martinus Miroto M.F.A selaku dosen wali yang telah memotivasi dan memberi nasehat yang berguna dalam menyelesaikan tugas-tugas serta membimbing saya dari semester pertama hingga tugas akhir.

4. Bapak, ibu serta adik saya yang senantiasa mendoakan saya, memberi semangat dan selalu memberi dukungan moral dan material demi kelancaran tugas akhir serta doa-doa yang telah dipanjatkan untuk kelancaran tugas akhir saya.

5. Seluruh bapak serta ibu dosen dan karyawan di lingkungan Jurusan Seni Tari Fakultas Seni Pertunjukan yang telah memberi kesempatan dan fasilitas selama masa perkuliahan hingga selesai.

6. Kepala perpustakaan ISI Yogyakarta beserta staff yang telah memberi fasilitas peminjaman buku-buku untuk penulisan skripsi.

7. Bapak Ristanto sebagai ketua paguyuban Kesenian Rakyat Jathilan

Sekar Kencono yang sangat membantu memberikan informasi mengenai objek penelitian.

8. Bapak Lurah Balecatur yang memberi izin penelitian di dusun Jitengan serta memberi data-data yang memang dibutuhkan serta sangat berguna sekali.

(7)

vii   

9. Semua teman-teman satu angkatan “MATATILAS’ yang telah bersama-sama berjuang dalam menempuh tugas akhir.

10.Teman-teman dekat serta sahabat yang telah menjadi tempat untuk berbagi cerita suka duka dalam menempuh tugas akhir.

11.Hendri Pramitasari, Sulistyani, Eris Aprilia, Yussi Ambar Sari, Ela Mutiara, Stevai Panintri sahabat yang selalu memberi semangat dan tempat untuk berbagi demi kelancaran menuju tugas akhir.

12.Teman-teman pengkajian “PKJ Ulala” satu angakatan yang selalu kompak dan memberi semangat satu sama lain dalam perjalanan tugas akhir.

13.Semua pihak yang telah membantu penulis dalam proses penulisan skripsi yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

Disadari bahwa penyusuna skripsi ini jauh dari kata bagus dan sempurna, oleh karena sangat dibutuhkan kritik dan saran demi kelancaran dalam penulisan karya ini.

Yogyakarta, 13 Juli 2017

Kristiyan Vebriana

(8)

viii   

RINGKASAN BENTUK PENYAJIAN JATHILAN SEKAR KENCONO

Di DUSUN JITENGAN BALECATUR GAMPING SLEMAN OLEH

KRISTIYAN VEBRIANA 1311458011

Kesenian rakyat jathilan merupakan sebuah kesenian yang tumbuh di kalangan masyarakat pedesaan. Kesenian yang memiliki ciri khas dalam pementasannya menggunakan properti kuda kepang yang terbuat dari anyaman bambu. Juga pada klimaks dari kesenian ini bahwa penari yang terlibat akan mengalami kerasukan (intrance) roh halus. Kelompok kesenian rakyat jathilan

tersebar luas di Kabupaten Sleman, baik kesenian rakyat jathilan pongjir maupun kreasi baru, yang masing-masing kelompok memiliki ciri khas. Salah satu kelompok kesenian rakyat jathilan yang beraliran kreasi baru adalah jathilan

kreasi baru Sekar Kencono di dusun Jitengan. Kelompok kesenian ini memiliki aliran kreasi baru dalam bentuk penyajiannya, bentuk kreasi baru disesuaikan dengan perkembangan zaman. Beberapa gerak yang disajikan bersumber dari tari klasik gaya Yogyakarta juga terdapat penambahan gerak tari khas Bali dan Sunda sebagai pelengkap dan daya tarik. Kelompok kesenian ini berdiri pada bulan Juli 2012, didirikan oleh warga dusun Jitengan serta dalam pengorganisasian pun dilaksanakan oleh masyarakat setempat.

Di dalam memahami permasalahan bentuk penyajian, pada hakekatnya akan menunjuk pada pemahaman tentang “bentuk” dan “gaya” sebagai satu kesatuan yang saling terkait dan utuh. Bentuk dalam konsep koreografis diartikan sebagai hasil dari berbagai elemen pendukung yang merupakan prinsip dasar dalam struktur internal dalam tari. Sedangkan “gaya” yakni suatu corak atau warna yang memberi ciri pada bentuk tari yang berkaitan langsung dengan masalah iringan, tata rias busana, ritme dan irama gerak, desain ruang, dominasi gerak. Maka dalam membedah tarian ini pun menggunakan pendekatan analisis koreografi dan antropologi.

Bentuk gerak tari pada kelompok kesenian ini memiliki ciri yang dinamis dan kuat, terdapat penambahan yang menonjol dalam segi iringan yang sangat berpengaruh pada tarian. Kedua elemen tersebut diolah menjadi suatu kesatuan utuh bentuk tari yang berpola kreasi baru pada sebuah kesenian rakyat jathilan.

Kata kunci: Kesenian rakyat , Jathilan, Bentuk Penyajian.

(9)

ix   

DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERNYATAAN ... iv

KATA PENGANTAR ... v

RINGKASAN ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 8 C. Tujuan Penelitian ... 9 D. Manfaat Penelitian ... 9 E. Tinjauan Sumber ... 10 F. Pendekatan Penelitian ... 13 G. Metode Penelitian ... 13 1. Wilayah Penelitian ... 14

2. Tahap Pengumpulan Data ... 14

a. Studi Pustaka ... 14

b. Observasi Lapangan ... 15

c. Wawancara ... 15

d. Dokumentasi ... 16

(10)

x   

3. Tahap Analisis Data

a. Pengolahan Data ... 17

b. Penyajian Data ... 17

c. Penarikan Kesimpulan ... 17

4. Tahap Penulisan Akhir ... 18

BAB II GAMBARAN UMUM DUSUN JITENGAN DAN KEHIDUPAN SOSIAL MASYARAKAT A. Gambaran Umum Dusun Jitengan ... 20

1. Letak Dusun ... 21

2. Pendidikan ... 23

3. Mata Pencaharian ... 23

4. Agama dan Kepercayaan... 24

5. Kesenian ... 25

6. Adat Istiadat ... 28

... B. Riwayat Munculnya Jathilan Sekar Kencono Di Dusun Jitengan Balecatur Gamping Sleman... 31

C. Fungsi Jathilan Sekar Kencono ... 33

D. Eksistensi Jathilan Sekar Kencono Di Dusun Jitengan Balecatur Gamping Sleman... 38

BAB III BENTUK PENYAJIAN JATHILAN SEKAR KENCONO DI DUSUN JITENGAN BALECATUR GAMPING SLEMAN A. Pengertian Umum ... 46 B. Bentuk Penyajian Jathilan Sekar Kencono

(11)

xi   

Ditinjau Dalam Aspek Bentuk, Teknik, Isi.

1. Aspek Bentuk Tari ... 47

2. Aspek Teknik Tari ... 59

3. Aspek Isi Tari ... 61

C. Bentuk Penyajian Jathilan Sekar Kencono Ditinjau Dalam Aspek Ruang, Waktu, Tenaga 1. Aspek Ruang ... 62

2. Aspek Waktu ... 73

3. Aspek Tenaga ... 74

D. Analisis Gerak Tari dan Gaya Tari ... 75

1. Deskripsi Motif Gerak Tari ... 76

2. Gaya Tari ... 93

E. Tata Rias Busana dan Properti ... 94

F. Iringan ... 100

G. Tahap Persiapan Pelaksanaan Pementasan ... 103

H. Tempat Pertunjukan ... 108

BAB IV KESIMPULAN ... 110

SUMBER ACUAN A. Daftar Pustaka ... 112

B. Daftar Sumber Lisan ... 114

GLOSARIUM ... 115

LAMPIRAN ... 122

(12)

xii   

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Persebaran kelompok kesenian jathilan di kabupaten Sleman ... 4 Tabel 2. Tabel monografi bidang pendidikan ... 23 Tabel 3. Tabel monografi bidang mata pencaharian ... 24

(13)

xiii   

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Peta monografi dusun Jitengan ... 22

Gambar 2. Bagian jogedan dengan motif ngumbang 1A ... 54

Gambar 3. Bagian jogedan dengan motif nganyutan ... 54

Gambar 4. Bagian jaranan dengan motif jaran dangdutan ... 55

Gambar 5. Bagian jaranan dengan motif jaran mengo ... 55

Gambar 6. Bagian perangan dengan motif tayungan ... 56

Gambar 7. Bagian perangan dengan motif hoyog ... 56

Gambar 8. Bagian ndadi/intrance ... 57

Gambar 9. Peranan pawang ... ... 57

Gambar 10. Dua orang pawang ... 58

Gambar 11. Setting gamelan ... 58

Gambar 12. Tata rias ... 96

Gambar 13. Tata busana ... 98

Gambar 14. Property kuda kepang ... 99

Gambar 15. Alat gamelan ... 103

Gambar 16. Sesaji/sajen ... 108

Gambar 17. Skema kalangan/tempat pementasan ... 109

Gambar 18. Persiapan pementasan ... 125

Gambar 19. Persiapan make up sebelum pementasan ... 125

Gambar 20. Motif ngumbang ... 126

Gambar 21. Motif ngelung ... 126

(14)

xiv   

Gambar 22. Motif enjutan ... 127

Gambar 23. Motif seduwo ... 127

Gambar 24. Motif egol ungkur-ungkuran ... 128

Gambar 25. Motif jaran dangdutan ... 128

Gambar 26. Pola perpindahan dari menuju intrance ... 129

Gambar 27. Intrance ... 129

Gambar 28. Intrance ... 130

Gambar 29. Antusiasme masyarakat untuk menyaksikan pementasan ... 130

Gambar 30. Antusiasme masyarakat untuk menyaksikan pementasan ... 131

(15)

1   

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Kebudayaan merupakan salah satu kegiatan yang dihasilkan oleh kreativitas manusia, dan tidak terlepas dari kehidupan manusia. Kebudayaan dapat dipahami sebagai kebiasaan yang dilakukan oleh manusia dalam suatu bentuk kegiatan. Kebudayaan sebagai bagian yang tidak terpisahkan dalam kehidupan manusia, baik secara individu maupun komunal1. Menurut ilmu antropologi, “kebudayaan” adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar2. Kebudayaan merujuk kepada gagasan bahwa kebudayaan merupakan hasil dari olah cipta, rasa dan karsa manusia. Olah cipta yakni kemampuan bagi manusia untuk mencipta atau membuat, olah rasa yakni manusia dapat mengkondisikan suatu keadaan yang sedang dirasakan yang menggugah emosi jiwa, olah karsa yakni dorongan untuk berkehendak. Maka dari ketiga elemen ini mampu menjadi kekuatan dan dorongan bagi manusia untuk mencipta sesuatu. Kebudayaan memiliki tujuh unsur yang diantaranya Sistem peralatan dan perlengkapan hidup (sistem teknologi), Sistem mata pencaharian hidup, Sistem kemasyarakatan, Bahasa, Kesenian, Sistem pengetahuan dan Religi3. Kesenian menjadi salah satu unsur dalam kebudayaan yang menarik untuk dikaji lebih lanjut.

      

1

Sumaryono, 2011, Antropologi Tari Dalam Perspektif Indonesia, Yogyakarta: Badan Penerbit ISI Yogyakarta, 17.

2

Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi, Jakarta: Rineka Cipta, 144. 3

Bambang Suwondo, 1986, Adat Istiadat Daerah Istimewa Yogyakarta. Jakarta: Proyek Penelitian dan Pencatatan Kebudayaan Daerah, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 3.

(16)

2   

Kesenian menjadi bagian dalam kebudayaan, kesenian merupakan hasil dari kegiatan sekelompok masyarakat yang bersifat indah untuk dilihat dan dinikmati. Umar Kayam menyatakan bahwa kesenian adalah salah satu unsur yang menyangga kebudayaan4. Munculnya kesenian di kalangan masyarakat memiliki peran atau fungsi tertentu. Peran atau fungsi kesenian dalam kehidupan masyarakat dapat dicontohkan sebagai hiburan atau tontonan. Aktivitas masyarakat yang berkaitan dengan kesenian diungkapan pada sebuah bentuk sajian karya seni. Karya seni diciptakan sebagai bentuk baru luapan kreativitas dari sekelompok manusia maupun individu. Karya seni secara sederhana dapat diartikan sebagai hasil karya atau hasil kerja seniman5. Karya seni dapat dibagi menjadi 3 kelompok besar yakni seni musik, seni teater dan seni tari. Ketiga kelompok besar tersebut terbagi atas seni tradisi dan barat. Salah satu cabang karya seni yang menarik untuk diteliti dan dipelajari adalah seni tari, terutama seni tari tradisi. Kesenian dalam bidang seni tari muncul pada kalangan masyarakat pedesaan yang ditandai dengan adanya Reog, Shalawatan dan

Jathilan. Munculnya kesenian ini di lingkungan masyarakat pedesaan, maka kesenian ini disebut dengan kesenian rakyat. Tiga jenis kesenian rakyat ini memiliki bentuk penyajian serta memiliki peminat juga pasang surut yang berbeda-beda, meski memiliki sifat yang sama yakni kesenian rakyat.

Kesenian rakyat jathilan menjadi salah satu bentuk kesenian rakyat yang memiliki banyak peminat, baik dari segi seniman yang terlibat sebagai pelaku maupun masyarakat yang berperan sebagai penonton. Kesenian rakyat jathilan

      

4

Umar Kayam, 1981, Seni Tradisi Masyarakat, Jakarta: Sinar Harapan, 15. 5

Sal Murgiyanto, 2004, Tradisi dan Inovasi Beberapa Masalah Tari di Indonesia, Jakarta: Wedatama Widya Sastra, 49.

(17)

3   

merupakan jenis tari yang apabila ditelusuri latar belakang sejarahnya termasuk tarian yang paling tua di Jawa. Tari yang selalu dilengkapi dengan properti tari yang berupa kuda kepang lazimnya dipertunjukan sampai klimaksnya yang berupa tidak sadar (ndadi) pada penarinya6. Ndadi merupakan penggabungan dari gerak-gerak tari (tidak beraturan) dengan unsur magis dalam keadaan tidak sadar pada seseorang. Sebutan jathilan berasal dari kata “jathil” (Jawa) yang artinya “njoged nunggang jaran kepang”. Jadi yang disebut “jathilan” adalah arane njoged nganggo nunggang jaran kepang”7. Namun pada intinya kesenian jathilan

terdiri atas para penari penunggang kuda yang berpasang-pasangan yang menggambarkan suatu peperangan dengan bersenjatakan pedang8. Sedangkan

ndadi (kesurupan) menjadi salah satu ciri khas kesenain jathilan yang dimana unsur-unsur magis atau supranatural ditonjolkan pada pertunjukan kesenian

jathilan9. Munculnya kelompok kesenian jathilan yang tersebar di 5 kabupaten se provinsi DIY mampu memberi gambaran bahwa seberapa besar peminat pada kesenian ini, serta seniman sebagai pelaku dan masyarakat sebagai pendukungnya.

      

6

Soedarsono, 1976, Mengenal Tari-Tarian Rakyat di Daerah Istimewa Yogyakarta, Yogyakarta: Akademi Seni Tari Indonesia, 10.

7

Sumaryono, 2011, Antropologi Tari Dalam Perspektif Indonesia, Yogyakarta: Badan Penerbit ISI Yogyakarta, 142.

8

Sumaryono, 2011, Antropologi Tari Dalam Perspektif Indonesia, Yogyakarta: Badan Penerbit ISI Yogyakarta, 143.

9

Sumaryono, 2011, Antropologi Tari Dalam Perspektif Indonesia, Yogyakarta: Badan Penerbit ISI Yogyakarta, 143.

(18)

4   

Tabel 1: persebaran kelompok kesenian jathilan di kabupaten Sleman: No Kecamatan Jumlah 1 Berbah 25 2 Cangkringan 16 3 Depok 17 4 Gamping 11 5 Godean 23 6 Kalasan 10 7 Minggir 18 8 Mlati 16 9 Moyudan 10 10 Ngaglik 21 11 Ngemplak 16 12 Pakem 15 13 Prambanan 38 14 Seyegan 21 15 Sleman 22 16 Tempel 20 17 Turi 9

Sumber: www.jogjabudaya.com, dalam Kuswarsantyo Jathilan Gaya Yogyakarta dan Pengembangannya, 2014.

Akibat dari banyaknya muncul kelompok kesenian jathilan di kabupaten Sleman, maka berakibat pada setiap kelompok kesenian akan berlomba-lomba untuk membuat sebuah kesenian jathilan menjadi semenarik mungkin agar peminat seni. Masyarakat bebas untuk memilih kelompok kesenian rakyat jathilan manakah yang disenangi dan dianggap paling baik dan diminati. Salah satu grup kesenian rakyat

jathilan yang tumbuh dan berkembang di kalangan masyarakat adalah jathilan Sekar Kencono dengan sajian kreasi baru. Tari kreasi baru adalah sebuah tari yang dibuat atau diciptakan yang bersumber melalui tari tradisi, baik tari tradisi kerakyatan mapun tari tradisi Kraton. Munculnya tari kreasi baru dapat dilatar belakangi oleh dua hal yakni pertama, dorongan dari luar (adanya permintaan) dan kedua dorongan

(19)

5   

dari diri sendiri (psikolog/dorongan batin)10. Dorongan ini juga mempengaruhi kelompok jathilan Sekar Kencono untuk mencipta kesenian rakyat dengan tampilan yang lebih baru dan lebih dapat dinikmati.

Kesenian rakyat jathilan Sekar Kencono terdapat di dusun Jitengan kelurahan Balecatur, kecamatan Gamping, kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Kesenian rakyat ini didirikan dengan fungsi sebagai hiburan untuk masyarakat setempat, didirikan pada 15 Juli 2012. Grup kesenian rakyat ini diberi nama Sekar Kencono, Sekar adalah Bunga dan Kencono adalah emas, sehingga Sekar Kencono memiliki arti Bunga Emas, nama ini dimaknai dan harapan bahwa pada masanya kelompok kesenian rakyat jathilan Sekar Kencono diibaratkan sebagai bunga berwarna emas yang akan menjadi kebanggaan dan dikagumi oleh masyarakat di sekitarnya, bahkan lapisan masyarakat luas.

Seiring berjalannya waktu, tidak hanya warga masyarakat di dusun Jitengan saja yang terlibat di dalamnya, tetapi banyak juga masyarakat dari dusun lain. Penari yang berjumlah 8 orang, tidak semua penari berasal dari Yogyakarta dan penari ini telah memiliki kemampuan menari dan masih menempuh pendidikan tari. Penari dengan sengaja dipilih yang sudah memiliki dasar menari karena memang kelompok kesenian ini selain didirikan sebagai sebuah tontonan bagi masyarakat, tetapi juga didirikan dengan tujuan peluang usaha yang bersifat komersil. Pemilihan penari ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas tarian yang dibawakan serta memiliki daya tarik.

      

10

Bagong Kussudiardja, 2000. Dari Klasik Hingga Kontemporer, Yogyakarta: Padepokan Press, 46.

(20)

6   

Bentuk penyajian dari kesenian ini pada dasarnya mengarah bentuk tarian yang lebih masa kini, diwujudkan dengan adanya gerak-gerak yang diciptakan bersumber dari tari klasik gaya Yogyakarta yang lebih dikembangkan dan divariasikan dengan tujuan agar memiliki daya tarik serta menjadi ciri khas yang menjadikan lain dari yang sudah ada. Bentuk tarian yang ada sengaja dipadu-padankan dengan tarian khas Bali serta khas Sunda, kedua etnis tersebut memang memiliki perbedaan yang mencolok apabila digabungkan, tetapi hal ini sengaja dilakukan dengan tujuan menarik perhatian masyarakat yang melihat serta kepentingan hiburan di era modernisasi pada kesenian rakyat yang mengikuti era pasar global sebagai inovasi dan bersifat inovatif.

Bentuk yang disajikan dari kesenian rakyat jathilan Sekar Kencono lebih mengarah pada kepentingan hiburan bagi masyarakat. Gerak-gerak yang terkandung lebih divariasikan dengan pola lantai, arah hadap serta ritme dan tempo gerak. Tarian dibawakan satu babak putri yang terdiri dari 8 penari, kesenian ini dibagi menjadi beberapa bagian yang terdiri dari: jogedan, jaranan, perangan, selingan, ndadi

(kesurupuan). Serta di dukung dengan adanya rias serta busana yang akan menambah karakter keunikan dari grup kesenian rakyat ini.

Kelompok kesenian rakyat jathilan Sekar Kencono tergolong dalam grup kesenian yang baru. Berdiri sekitar 5 tahun yakni berdiri pada tahun 2012-2017 dengan para pendukung ada sebagian dari para seniman, ada pula dari kalangan masyarakat umum yakni para warga setempat. Kelompok kesenian ini pada awalnya belum menyebut dirinya sebagai salah satu grup kesenian rakyat jathilan dengan

(21)

7   

format kreasi baru melainkan dalam koreografinya berkiblat pada tari klasik gaya Yogyakarta.

Seiring berkembangnya zaman, di era modernisasi seperti saat ini tidak sedikit seniman atau para penikmat seni yang merasa bosan ketika harus melihat kesenian rakyat jathilan pongjir yang terlihat monoton. Maka dari itu para seniman dan pelaku seni yang terlibat dalam grup ini memiliki gagasan atau inovasi dalam merubah penyajian yang sedikit berbeda, maka dibuatlah koreografi baru dalam grup ini sehingga layak untuk disebut sebagai kesenian rakyat jathilan dengan warna baru. Dari pembaharuan yang telah dilakukan oleh kelompok kesenian ini pun dijadikan sebagai inovasi baru, dan inovasi ini menjadi salah satu upaya mengkreasikan seni karena sebagai tuntutan hiburan di era masa kini. Kelompok kesenian rakyat jathilan

Sekar Kencono pun telah menjadi bagian dari upaya-upaya mengkreasikan seni. Di tengah kemajuan seperti ini memang kesenian tradisional banyak mengalami kemajuan dalam penyajiannya, yang menjadi sebuah fenomena kesenian tradisional kerakyatan itu diolah kembali dengan upaya-upaya kreatif dari para pelaku seni, agar supaya kesenian rakyat jathilan Sekar Kencono dapat hidup berkembang serta mampu bersaing di zaman modern di era global. Kehidupan dan perkembangan tari tradisi dari waktu ke waktu selalu menunjukan tingkat kemajuannya11. Tingkat kemajuan tari tradisi sering kali ditandai dengan adanya perubahan tertentu pada aspek koreografi, tata busana, properti, maupun cara penyajiannya12. Upaya-upaya mengembangkan kesenian tradisi termasuk jathilan

      

11

Sumaryono, 2011, Antropologi Tari Dalam Perspektif Indonesia, Yogyakarta: Badan Penerbit ISI Yogyakarta. 135.

12

Sumaryono, 2011, Antropologi Tari Dalam Perspektif Indonesia, Yogyakarta: Badan Penerbit ISI Yogyakarta. 135.

(22)

8   

sebenarnya sudah dilakukan oleh para seniman, baik karena kesadaran maupun terdorong oleh kegiatan dari program pemerintah dalam melestarian kesenian tradisi13.

Bentuk penyajian secara sederhana dapat dipahami bahwa bentuk adalah susunan atau struktur atau tatanan, dan penyajian diartikan sebagai apa yang dapat dilihat dan dirasakan secara indrawi. Pemahaman bentuk penyajian pada hakekatnya akan menunjuk pada permasalahan tentang konsep koreografis. Untuk menelaah lebih dalam bentuk penyajian kesenian rakyat jathilan Sekar Kencono, digunakan pendekatan analisis koreografi. Pendekatan analisis koreografi adalah suatu pendekatan dengan cara untuk menggali data objek penelitian dari sudut pandang koreografinya yang meliputi beberapa aspek antara lain aspek bentuk, teknik, isi dan beberapa aspek di dalamnya yakni ruang, waktu, tenaga, properti, rias busana dan iringan. Aspek-aspek tersebut yang menjadikan bahwa tarian itu ada dan berbentuk. Masing-masing dari aspek tersebut akan dijelaskan secara deskriptif analisis.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan penjelasan diatas maka pokok permasalahan yang dapat dirumuskan dalam penelitian ini yaitu:

1. Bagaimana bentuk penyajian kesenian rakyat jathilan Sekar Kencono? 2. Apa yang melatarbelakangi grup kesenian rakyat jathilan Sekar

Kencono menciptakan kesenian rakyat jathilan kreasi baru?

      

13

Sumaryono, 2011, Antropologi Tari Dalam Perspektif Indonesia, Yogyakarta: Badan Penerbit ISI Yodyakarta, 143.

(23)

9   

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan khusus yang akan dicapai dalam proses penulisan ini adalah untuk mendapatkan gambaran yang jelas mengenai bentuk penyajian kesenian rakyat jathilan Sekar Kencono serta mendeskripsikannya. Menambah pengetahuan dalam bidang seni tari, khususnya tari rakyat dan menjadikan rujukan pengalaman dalam penulisan berikutnya. Tujuan kedua yang akan dicapai yakni mampu mengungkap fenomena dalam latar belakang diciptanya kesenian jathilan dengan format kreasi baru.

2. Tujuan umum yakni penulisan diharapkan mampu untuk membantu dalam penginventarisasian kesenian rakyat tradisional, hingga pada hakekatnya akan sangat membantu dalam melestarikan dan mengembangkan kesenian rakyat khususnya di dusun Jitengan.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini yakni memberikan manfaat praktis maupun teoritis pada masyarakat maupun seniman seni tari mengenai bentuk penyajian kesenian rakyat kreasi baru jathilan Sekar Kencono.

1. Manfaat praktis yakni penelitian ini memberi manfaat bagi penulis apabila suatu saat akan membuat sebuah karya tari khususnya jathilan. Bahwa kesenian rakyat jathilan juga memiliki keistimewaan. Keistimewaan yang terdapat pada kesenian rakyat adalah kesenian rakyat dapat diolah dan dikembangkan dengan pola ide kreatif dan inovasi dalam sajiannya, sehingga dapat diterima oleh para penikmat seni. Ide-ide kreatif yang

(24)

10   

diterapkan dan dikembangkan dalam kesenian rakyat jathilan akan memberi sumber kekuatan dalam mempertahankan kualitas dan daya bersaing dengan kesenian rakyat lain.

2. Manfaat teoritis yakni penelitian ini ditujukan kepada orang lain yang membaca tulisan ini. Bahwa tulisan ini mampu memberi sumbangan pemikiran bagi orang lain dalam pembuatan suatu karya tulis yang berpijak pada kesenian rakyat.

E. Tinjauan Sumber

Tinjauan pustaka ini bertujuan untuk membantu membedah objek penelitian dan memperkuat analisis. Beberapa sumber pustaka yang berkaitan langsung dengan objek penelitian digunakan sebagai acuan untuk memecahkan masalah. Beberapa sumber buku yang digunakan yakni:

Anya Peterson Royce terjemahan F.X Widaryanto, 2007, Antropologi Tari, Bandung: Sunan Ambu Press STSI Bandung. Di dalam buku ini sedikit dijelaskan tantang definisi tari, dan dapat membantu peneliti untuk lebih mengetahui tentang definisi tari, yang sebelumnya kurang memahami tentang definisi tari. Terdapat pada kalimat Tubuh manusia membuat pola gerak dalam ruang dan waktu menjadikan tari unik diantara kesenian lainnya dan mungkin menerangkan proses waktu yang telah lama dilalui beserta universalitasnya.

Jacqueline Smith, 1976, Dance Composition A Practical Guide For Teachers, London: Lepus Books, terjemahan Ben Suharto, 1988, Komposisi Tari Sebuah Petunjuk Praktis Bagi Guru, Yogyakarta: Ikalasti Yogyakarta. Buku ini menjelaskan tentang komposisi tari dalam menyusun sebuah komposisi tari.

(25)

11   

Dijelaskan juga tentang pengertian bentuk sebagai sebuah wujud suatu tari, sehingga tari itu dapat dinikmati oleh penonton karena yang tampak di atas pentas merupakan keseluruhan penyajian sebagai perpaduan berbagai elemen tari yang mempunyai bentuk keseluruahan sistem, satuan, ciri atau gaya tari itu. Oleh karena itu, buku ini dapat membantu untuk menganalisis bentuk penyajian kesenian rakyat jathilan kreasi baru Sekar Kencono.

Sodarsono, 1976, Mengenal Tari-Tarian Rakyat Di Daerah Istimewa Yogyakarta, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. menjelaskan tentang definisi jathilan dari berbagai tempat atau daerah yang ada di Yogyakarta. Definisi seperti yang ditulis di dalam buku tersebut digunakan untuk mendefinisikan jathilan di Jitengan. Terdapat pada kalimat Tari yang selalu dilengkapi dengan properti tari yang berupa kuda kepang lazimnya dipertunjukkan sampai klimaksnya yang berupa tidak sadar pada salah seorang penarinya. Kalimat tersebut membantu penulis untuk mendifinisikan kesenian rakyat jathilan.

Sumaryono, 2011, Antropologi Tari Dalam Perspektif Indonesia,

Yogyakarta: Badan Penerbit ISI Yogyakarta. Menjelaskan tentang definisi tarian rakyat Jathilan yang dijadikan sebagai penambah penguatan tentang arti dari kesenian rakyat jathilan. Terdapat pula pada kalimat “jathilan” berasal dari kata “jathil” (Jawa) yang artinya “njoged nunggang jaran kepang”. Jadi yang disebut

“Jathilan” adalah: arane tontonan jejogedan nganggo nunggang jaran kepang.

Pada kalimat ini digunakan oleh peneliti untuk menambah wawasan peniliti untuk memahami kesenian rakyat jathilan dari sudut pandang yang berbeda. Serta

(26)

12   

membahas tentang perkembangan serta inovasi dalam kesenian jathilan, yang membantu penulis dalam menguatkan latar belakang masalah dari objek penelitian.

Buku yang kedua yakni Ragam Seni Petunjukkan Tradisional di Daerah Istimewa Yogyakarta editor Sumaryono pada tahun 2012 buku ini membahas tentang jenis kesenian-kesenian yang tersebar di penjuru DIY, sebagai salah satu contoh yakni di dalam buku ini membahas tentang beberapa kesenian rakyat

jathilan di berbagai daerah dengan asal-usul yang berbeda, keterkaitan buku dengan objek yang akan dibahas yakni bahwa di dalam buku ini membahas tentang definisi ndadi atau kerasukan yang digunakan oleh penulis untuk memperkuat tulisan. Terdapat pada kalimat “dalam keadaan ndadi ini penari hilang kendali sehingga memunculkan gerak-gerak bebas tidak berpola”.

Y. Sumandiyo Hadi, 2003, Aspek-aspek Dasar Koreografi Kelompok,

Yogykarta: Elkaphi. Buku ini membahas tentang sifat-sifat dasar yang meliputi keutuhan kerjasama, pertimbangan jumlah penari, pertimbangan jenis kelamin dan postur tubuh. Dalam struktur keruangan terdapat aspek-aspek ruang yaitu bentuk, arah dan dimensi, wujud kesatuan kelompok dalam ruang yang mempertimbangkan desain. Hal lain yang diulas adalah menentukan penari kunci dan motif koreografi kelompok. Struktur waktu yang dapat dipahami adanya aspek-aspek tempo, ritme dan durasi kemudian motif koreografi kelompok dengan motivasi aspek waktu, serta terakhir proses tari. Sebuah proses tarian kelompok dengan kerjasama yang saling ketergantungan yang erat antar penari. Buku ini membantu peneliti dalam membedah objek dari segi koreografi kelompok. Kedua,

(27)

13   

buku yang berjudul Koreografi: Bentuk-Teknik-Isi. Buku ini membahas tentang konsep koreografi yaitu, bentuk, teknik dan isi. Selain itu, buku ini juga membahas tentang elemen dasar yang meliputi gerak, ruang dan waktu. Hal-hal tersebut berguna bagi peneliti untuk mengupas permasalahan objek penelitian yang berkaitan dengan teks kesenian rakyat jathilan kreasi baru Sekar Kencono.

F. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan koreografi, pendekatan ini digunakan sebagai metode yang paling dekat untuk membahas mengenai bentuk penyajian. Bentuk penyajian meliputi bentuk tari, tema tari, gaya tari, teknik tari, jenis kelamin, jumlah penari, iringan, waktu dan tempat pelaksanaan serta rias dan busana. Buku yang digunakan sebagai sumber acuan dalam pendekatan ini yakni Koreografi Bentuk-Teknik-Isi dan Aspek-aspek Dasar Koreografi Kelompok oleh Y. Sumandiyo Hadi. Kedua buku ini digunakan sebagai acuan untuk menganalisis tarian dalam sudut pandang koreografi.

G. Metode Penelitian

Dalam penelitian ini akan memnggunakan metode penelitian kualitatif yakni penelitian yang menghasilkan data secara deskriptif. Metode ini melengkapi data menjadi lebih akurat. Kedudukan peneliti dalam penelitian kualitatif adalah sebagai perencana, pelaksanaan pengumpulan data, analisis, penafsiran data dan pada akhirnya peneliti menjadi pelapor hasil penelitiannya14.

       14

Endrasworo, Suwardi . 2006. Metodologi Penelitian Kebudayaan, Yogyakarta: Gadjah Mada University Perss, 204. 

(28)

14   

Tahap-tahap yang dilalui dalam penulisan ini ialah:

1. Wilayah Penelitian

Penelitian dilakukan di dusun Jitengan Balecatur Gamping Sleman. Peneliti memilih lokasi sebagai lokasi penelitian karena di tempat ini lah grup kesenian rakyat jathilan kreasi baru Sekar Kencono lahir, tumbuh dan berkembang. Pemilik dari grup kesenian ini memiliki beberapa dokumentasi pementasan di lokasi yang berbeda-beda dari awal berdiri pada tahun 2012 hingga 2017 sehingga dapat mempermudah peneliti untuk pengumpulan pendokumentasian untuk ditinjau inovasi baru bentuk penyajiannya.

2. Tahap Pengumpulan Data

Tahap pengumpulan data merupakan tahap yang paling mendasar dalam sebuah penelitian, ditujukan agar peneliti dapat memdapat data-data yang akurat mengenai objek terkait serta data-data yang didapatkan dapat dipercaya. Dalam tahap pengumpulan data ini memiliki 4 tahapan yakni:

a. Studi pustaka

Studi pustaka dilakukan untuk teknik pengumpulan data dengan cara memahami suatu buku yang dijadikan sebagai sumber acuan. Untuk mendapatkan data perpustakaan maka dilakukan dengan membaca teori-teori sesuai dengan topik permasalahan yang akan diteliti. Studi pustaka dilakukan di Perpustakaan Institut Seni Indonesia Yogyakarta dan koleksi buku pribadi.

(29)

15   

b. Observasi Lapangan

Observasi lapangan merupakan metode pengumpulan data melalui pengamatan langsung atau peninjauan secara cermat dan langsung pada lokasi penelitian. Observasi pada lapangan berpijak pada kegiatan untuk mengamati tempat pelaksanaan, mengamati pertunjukan dan menangkap fenomena apa saja yang terjadi di dalam lapangan. Ketika pertunjukan akan berlangsung, ketika berlangsung dan sesudahnya. Observasi bertujuan untuk memperoleh berbagai data konkret secara langsung di lapangan atau tempat penelitian. Observasi memiliki 2 jenis yakni observasi partisipasi dan observasi non partisipasi, sedangkan langkah observasi yang di tempuh yakni observasi partisipasi. Observasi partisipasi yakni observasi yang melibatkan peneliti dalam kegiatan di lapangan, artinya peneliti menjadi bagian dari kelompok yang diteliti.

c. Wawancara

Wawancara merupakan salah satu kegiatan tanya jawab kepada narasumber yang dianggap menguasai objek, wawancara diajukan kepada:

1. Woelandika selaku Humas dari grup kesenian. 2. Delicka Nanda selaku Komposer dari grup kesenian. 3. Purnomo selaku Ketua dari grup kesenian.

Dari tanya jawab yang telah diajukan dan sebelumnya telah dipersiapkan pertanyaan oleh peneliti, kekauratan data yang di dapat dari sumber lisan dijadikan sebagai acuan.

(30)

16   

d. Dokumentasi

Pengambilan gambar atau pendokumentasian pada suatu objek kajian dilakukan dengan maksud untuk mempermudah mengingat materi yang terdapat dari objek kajian. Pendokumentasian obyek yang diteliti sangat menunjang proses penulisan dan penelitian. Pendokumentasian dapat dipakai untuk melihat ulang secara detail tentang obyek yang diteliti. Dokumentasi juga dapat digunakan sebagai bukti otentik untuk pertanggung jawaban dalam penulisan laporan penulisan.

Pendokumentasian tidak hanya sekedar digunakan sebagai sarana mempermudah penelitian, tetapi adanya pendokumentasian sewaktu pertama kali pementasan

jathilan Sekar Kencono hingga saat ini, terdapat 2 versi video pada jathilan Sekar Kencono, video yang pertama diambil ketika pentas di dusun Watu Langkah, Balecatur, Gamping, Sleman. Kedua video diambil ketika pentas di dusun Tembi, dari kedua video tersebut terdapat perbedaan yang mencolok pada bentuk penyajian sehingga dari perbedaan inilah dapat digunakan sebagai kajian penelitian mengenai perkembangannya dalam kurun waktu 5 tahun.

Secara visual yang dapat dilihat dari perbedaannya ini yakni dari bentuk koreografi dengan pendukung rias dan busana, maka fungsi dokumentasi ini ialah bentuk nyata bahwa telah terjadi fenomena perkembangan dalam bentuk sajiannya, yang kemudian data tersebut diolah untuk menciptakan hasil dari proses penelitian. Pengamatan adanya perkembangan dalam bentuk penyajian pada kesenian rakyat ini, menjadikan bahwa grup ini secara tidak langsung akan menciptakan sebuah ciri khas. Pengamatan pada dua video yang berbeda ini membuktikan bahwa grup kesenian

(31)

17   

rakyat jathilan Sekar Kencono ini memiliki perjalanan sebuah pencapaian pada bentuk sajiannya yang berkembang dan tentu saja memiliki perbedaan.

Pendokumentasian ini berupa video yang di dalamnya mengandung tarian yang berbeda, kedua dokumentasi yang dilakukan pengambilan gambar/foto yang dianggap penting untuk dicantumkan sebagai bukti penulisan.

3. Tahap Analisis Data

Tahap menganalisis data merupakan suatu upaya dalam pencatatan hasil dari pengumpulan data secara terstruktur yang diperoleh dari studi pustaka, observasi, wawancara serta pendokumentasian yang sudah dilakukan berdasarkan kepentingan. Pengidentifikasian data dalam tahap ini harus dilakukan yang sudah didapat dari beberapa sumber yang kemudian akan disampaikan dalam penulisan data penelitian.

a. Pengolahan Data

Pengolahan data merupakan tahap mengolah, menganalisis data yang sudah di dapatkan dari tahapan pengumpulan data. Pada tahap pengolahan data ini, data-data penelitian yang telah di dapat diolah dan diuraikan sesuai dengan fakta konkrit di lapangan. Data-data penelitian yang diyakini sudah menjadi fakta kemudian dituliskan dan di kembanngkan secara deskripsi.

b. Penyajian Data

Selanjutnya langkah yang ditempuh adalah penyajian data, hal ini dimaksudkan pengumpulan data dalam bentuk teks atau naratif. Dari penyajian data ini membantu peneliti dalam memahami apa yang terjadi dalam penelitiannya. Data-data hasil dari penelitian yang sudah melewati pengolahan Data-data maka selanjutknya

(32)

18   

akan dikemukakan dalam penyajian data. Penyajian data menjadi bagian paling puncak dalam suatu penelitian, karena berisikan fakta dan isi dari suatu penelitian.

c. Penarikan Kesimpulan

Penarikan kesimpulan pada sebuah gambaran yang sudah bulat tentang objek yang sedang diteliti dan kemudian dapat disimpulkan secara garis besarnya dan kemudian bisa saja dianggap selesai.

4. Tahap Penulisan Akhir

Dari hasil pengelompokan data yang diolah akan ditulis sesuai dengan kerangka per bagian yang kemudian disusun ke dalam bab-bab yang akan disesuaikan dengan kerangka penulisan.

Setelah analisis data selesai, lalu dilakukan penyusunan hasil analisis sebagai berikut:

Bab I: Pendahuluan yang membahas tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, pendekatan penelitian, dan metode penelitian.

Bab II: Pada bab ini membahas, pertama tentang gambaran umum dusun Jitengan terdiri dari letak desa, pendidikan, mata pencaharian, agama dan kepercayaan, kesenian, dan adat istiadat. Kedua membahas riwayat munculnya kelompok kesenian Sekar Kencono. Ketiga, membahas tentang fungsi dari grup kesenian Sekar Kencono dan keempat membicarakan eksistensi kelompok kesenian.

(33)

19   

Bab III: Bentuk penyajian jathilan Sekar Kencono yang berisi: pengertian umum, aspek bentuk teknik isi, aspek ruang waktu tenaga, anilisis gerak tari dan gaya tari, rias busana dan properti, iringan, tahap persiapan pelaksanaan pementasan.

Bab IV: Kesimpulan yang mencakup keseluruhan tulisan secara ringkas yang memberikan kejelasan dalam memahami maksud, tujuan dan sasaran yang ada dalam tulisan.

Gambar

Tabel 1. Persebaran kelompok kesenian jathilan di kabupaten Sleman ..........   4  Tabel 2
Tabel 1:  persebaran kelompok kesenian jathilan di kabupaten Sleman:  No Kecamatan  Jumlah  1 Berbah  25  2 Cangkringan  16  3 Depok  17  4 Gamping  11  5 Godean  23  6 Kalasan  10  7 Minggir  18  8 Mlati  16  9 Moyudan  10  10 Ngaglik  21  11 Ngemplak  16

Referensi

Dokumen terkait

produknya. Artinya produk tersebut secara proses dan kandungannya telah lulus diperiksa dan terbebas dari unsur-unsur yang dilarang oleh ajaran agama Islam, atau produk tersebut

1. Kegiatan: yang dimaksud adalah melakukan kegiatan untuk meningkatkan kemungkinan diperolehnya temuan yang memiliki kredibilitas tinggi dengan cara: memperlama

Peningkatan kecepatan aliran darah saat tahan napas pada penderita migren dengan aura fase interiktal sisi nyeri tidak sebesar peningkatan yang tampak pada sisi tidak nyeri

Berdasarkan hasil analisis dan uji hipotesis data kemampuan ber- pikir kritis siswa, diketahui bahwa model probing-prompting tidak efek- tif ditinjau dari kemampuan

Dengan printer HP Photosmart D7300 series, Anda dapat mencetak berbagai foto yang indah dari kamera digital tanpa harus menghubungkan kamera ke komputer.. Ikuti petunjuk

(2) Kebijakan peningkatan kualitas prasarana umum, fasilitas umum dan fasilitas pariwisata untuk mendukung pertumbuhan dan daya saing destinasi pariwisata sebagaimana dimaksud

Dengan memperhatikan pendapat dua tokoh kualitas di atas, nampak bahwa mereka menawarkan beberapa pandangan yang penting dalam bidang kualitas, pada intinya dapat

Untuk memperoleh data yang lebih mendalam dilakukan wawancara (In-depht interview) dan observasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor sosial ekonmi di