• Tidak ada hasil yang ditemukan

DIMENSI SERAT SLUDGE PRIMER INDUSTRI PULP DAN KERTAS SKRIPSI. Oleh : SRI INGETEN Br TARIGAN / Teknologi Hasil Hutan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "DIMENSI SERAT SLUDGE PRIMER INDUSTRI PULP DAN KERTAS SKRIPSI. Oleh : SRI INGETEN Br TARIGAN / Teknologi Hasil Hutan"

Copied!
56
0
0

Teks penuh

(1)

Sri Ingeten Br Tarigan : Dimensi Serat Sludge Primer Industri Pulp Dan Kertas, 2009.

DIMENSI SERAT SLUDGE PRIMER INDUSTRI PULP DAN KERTAS

SKRIPSI

Oleh :

SRI INGETEN Br TARIGAN 031203031 / Teknologi Hasil Hutan

DEPARTEMEN KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2009

(2)

Sri Ingeten Br Tarigan : Dimensi Serat Sludge Primer Industri Pulp Dan Kertas, 2009.

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Skripsi : Dimensi Serat Sludge Primer Industri Pulp dan Kertas Nama : Sri Ingeten Br. Tarigan

Nim : 031203031

Program Studi : Teknologi Hasil Hutan

Menyetujui: Komisi Pembimbing:

Ketua Anggota

Luthfi Hakim.S.Hut, M.Si

NIP. 197910172003121002 NIP. 1973282003122002 Irawati. Azhar, S. Hut, M.si

Mengetahui:

Ketua Departemen Kehutanan USU

NIP. 196412282000121001 Dr.Ir. Edi Batara Mulya Siregar, MS

(3)

Sri Ingeten Br Tarigan : Dimensi Serat Sludge Primer Industri Pulp Dan Kertas, 2009.

ABSTRAK

SRI INGETEN BR TARIGAN. Dimensi Serat Sludge Primer Industri Pulp dan Kertas. Dibawah bimbingan Luthfi Hakim, S.Hut,M.Si dan Irawati Azhar, S.Hut, M. Si

Penelitian ini bertujuan untuk mengukur dimensi serat dan turunan dimensi serat dari sludge primer industry pulp dan kertas. Pengukuran yang dilakukan meliputi Panjang Serat, Diameter Serat, Diameter Lumen dan Tebal Dinding Serat dengan menggunakan Mikroskop Mikrometer. Jumlah serat yang diukur sebanyak 200 buah serat, besarnya variasi panjang serat tidak boleh memiliki eror lebih dari 5% (0,05). Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata panjang serat 894,6 mikron, Diameter Serat 22,33 mikron, diameter lumen 8,97 dan tebal dinding serat 6,68 mikron. Hasil penelitian menunjukkan dimensi serat dan turunannya berada di kelas mutu III yaitu termasuk katagori tidak baik, apabila digunakan sebagai bahan baku serat, namun masih bisa dijadikan bahan baku serat untuk papan komposit.

Kata kunci : sludge, serat, nisbah runkle, daya tenun, muhlsteph rasio, koefisien kekakuan

(4)

Sri Ingeten Br Tarigan : Dimensi Serat Sludge Primer Industri Pulp Dan Kertas, 2009.

ABSTRACT

SRI INGETEN BR TARIGAN. Fiber Dimensions Sludge Primary Pulp and

Paper Industry. Under the guidance Luthfi Hakim, S. Hut, M. Si and Irawati Azhar, S.Hut, M, Si

This study aims to measure the dimensions of fibers and fiber dimensions derived from the primary sludge and paper pulp industry. Measurements made include Fiber Length, Fiber Diameter, Lumen Diameter and Wall Thickness Fiber microscope using a micrometer. Number of fibers measured as 200 fiber, the fiber length variation may not have error more than 5% (0.05). Results of research indicate that the average fiber length of 894.6 micron, Fiber Diameter 22.33 micron and lumen diameter thick wall 6.68 micron. result of research show fibre dimension and its generation reside in class quality of III that is the including bad katagori, if used as fibre raw material, but still can be made fibre raw material for the board of is composite.

Keywords: sludge, fiber, runkle ratio, felting power, muhlsteph ratio, coefficient of rigidity

(5)

Sri Ingeten Br Tarigan : Dimensi Serat Sludge Primer Industri Pulp Dan Kertas, 2009.

RIWAYAT HIDUP

SRI INGETEN Br TARIGAN, lahir di Dusun Perpulungen desa Simpang Pulo Rambung, kecamatan Bahorok, Langkat pada tanggal 26 januari 1984 dari Bapak NG. Tarigan dan Ibu D.M Nurmala Br.Sembiring (Almh). Penulis merupakan anak ke tiga dari empat bersaudara. Penulis menyelesaikan Sekolah Dasar di SDN 050645 Turangie pada tahun 1997. Tamat Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) di SLTPN I Bahorok tahun 2000 dan tamat Sekolah Menengah Umum di SMUN I Binjai Tahun 2003. Pada tahun yang 2003 Penulis lulus seleksi masuk Universitas Sumatera Utara (USU) melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasia Baru (SPMB), Program Studi Teknologi Hasil Hutan, Departemen Kehutanan, Fakultas Kehutanan.

Penulis melaksanakan kegiatan Praktik Pengenalan dan Pengelolaan Hutan (P3H) pada tahun 2006 di Hutan Mangrove Bandar Kalifah Kabupaten Serdang Bedagai dan Hutan Pegunungan Tahura di Kabupaten Karo Sumatera Utara. Pada tahun 2007 melaksanakan Praktik Kerja Lapangan (PKL) di PT. RAPP (Riau Andalan Pulp and Paper) di sektor Baserah, Kabupaten Pelelawan, Propinsi Riau selama 2 Bulan. Penulis juga melakukan penelitian di Laboratorium Teknologi Hasil Hutan dengan judul “Dimensi Serat Sludge Primer Industri Pulp dan Kertas” dibawah bimbingan Bapak Luthfi Hakim, S.Hut, M.Si dan Ibu Irawati Azhar, S.Hut M.Si.

(6)

Sri Ingeten Br Tarigan : Dimensi Serat Sludge Primer Industri Pulp Dan Kertas, 2009.

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya ucapkan kepada Allah SWT karena berkat dan rahmat-Nya, yang telah memberikan kesempatan buat penulis untuk dapat dudukl di Fakultas Pertanian Jurusan kehutanan Program Studi TeknologiHasil Hutan, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penelitian ini bertemakan tentang pemanfaatan limbah kayu dengan judul “ Dimensi Serat Sludge Primer

Indusri Pulp dan Kertas ”. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan

informasi mengenai dimensi serat dan turunannya sebagai bahan baku ( fiber) kepada pihak yang membutuhkan juga sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan di Departemen Kehutanan USU, Medan Dalam penyusunan skripsi ini penulis banyak menerima bantuan baik moril maupun materil, dukungan, semangat, dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis dengan tulus menyampaikan penghargaan dan terima kasih kepada:

1. Orang tua penulis Bapak NG.Tarigan dan Ibunda D.M Nurmala Br Sembiring serta saudara-saudaraku Abangku Ngamanken Tarigan, Kakakku Ermawati Tarigan A.MK, Adikku Ruliani Tarigan dan Umriyati Tarigan serta keponakannku Farrel Eka Putranta Tarigan atas kasih sayang, motivasi dan dukungan serta doa untuk keberhasilan penulis, semoga mereka selalu dalam Lindungan Rahmat dan kasih sayang Allah SWT, amin.

2. Bapak Dr. Ir. Edy Batara Mulya Siregar, M.S. selaku Ketua Jurusan Kehutanan Fakultas pertanian Universitas Sumatera Utara.

(7)

Sri Ingeten Br Tarigan : Dimensi Serat Sludge Primer Industri Pulp Dan Kertas, 2009.

3. Bapak Luthfi Hakim, S.Hut, M.Si dan Ibu Irawati Azhar, S.Hut M.Si, selaku dosen pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu untuk membimbing, mengarahkan dan membantu serta memberikan krtik dan saran kepada penulis dalam melaksanakan penelitian hingga skripsi.

4. Seluruh dosen dan pegawai Departeme Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan ilmu pengetahuan wawasandan bantuan akademis kepada penulis.

5. Agustinus Ginting S.E, yang telah banyak memberikan bantuan, motivasi, perhatian dan kasih sayang selama ini.

6. Teman-teman seperjuangan khususnya Cut, Mona, Ria, Yuli, Heri, Senop, dan seluruh teman-teman yang tidak dapat disebutkan satu persatu, atas segala dukungan, motivasi, bantuan serta berbagi rasa dan berbagi cerita dalam kebersamaanya selama ini

7. Tak lupa sesama anak kos Pembangunan 103B, Ita dan Lina yang selalu member keceriaan, semangat, dan motivasinya kepada penulis.

Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini berguna bagi pembaca sekalian

Medan, Agustus 2009

(8)

Sri Ingeten Br Tarigan : Dimensi Serat Sludge Primer Industri Pulp Dan Kertas, 2009.

DAFTAR ISI

halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ...iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ...vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1 Tujuan Penelitian ... 2 Manfaat Penelitian ... 2 TINJAUAN PUSTAKA Sludge ... 3

Sifat Anatomi Kayu Sebagai Bahan Baku Pulp dan Kertas ... 5

Dimensi Serat ... 7

Panjang Serat... 8

Diameter Serat ... 8

Tebal Dinding Serat ... 9

Diameter Lumen ... 9

Turunan Dimensi Serat ... 10

Klasifikasi Dimensi Serat ... 11

METODOLOGI PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian ... 15

Alat dan Bahan ... 15

Prosedur Penelitian... 15

Pengukuran Dimensi Serat... 16

Pengukuran Turunan Dimensi Serat... 17

HASIL DAN PEMBAHASAN Dimensi Serat ... 19

Turunan Dimensi Serat ... 24

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 29

Saran ... 29

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

(9)

Sri Ingeten Br Tarigan : Dimensi Serat Sludge Primer Industri Pulp Dan Kertas, 2009.

DAFTAR TABEL

Halaman 1. Klasifikasi Runkel hubungannya dengan Mutu Pulp dan Kertas………...13 2. Kriteria Penilaian Serat Kayu Indonesia untuk Bahan Baku Pulp dan Kertas...14

3. Rata-Rata Serat Sludge ………19

(10)

Sri Ingeten Br Tarigan : Dimensi Serat Sludge Primer Industri Pulp Dan Kertas, 2009.

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1. Sludge Industri Pulp dan Kertas ... 3

2. Metode Pengukuran Serat ... 17

3. Panjang Serat Sludge ... 21

(11)

Sri Ingeten Br Tarigan : Dimensi Serat Sludge Primer Industri Pulp Dan Kertas, 2009.

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman 1. Analisa Data Dimensi Serat Sludge Primer Industri Pulp dan Kertas ... 32 2. Analisa Data Turunan Dimensi Serat Sludge Primer Industri Pulp dan Kertas

(12)

Sri Ingeten Br Tarigan : Dimensi Serat Sludge Primer Industri Pulp Dan Kertas, 2009.

DAFTAR ISI

halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ...iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ...vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1 Tujuan Penelitian ... 2 Manfaat Penelitian ... 2 TINJAUAN PUSTAKA Sludge ... 3

Sifat Anatomi Kayu Sebagai Bahan Baku Pulp dan Kertas ... 5

Dimensi Serat ... 7

Panjang Serat... 8

Diameter Serat ... 8

Tebal Dinding Serat ... 9

Diameter Lumen ... 9

Turunan Dimensi Serat ... 10

Klasifikasi Dimensi Serat ... 11

METODOLOGI PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian ... 15

Alat dan Bahan ... 15

Prosedur Penelitian... 15

Pengukuran Dimensi Serat... 16

Pengukuran Turunan Dimensi Serat... 17

HASIL DAN PEMBAHASAN Dimensi Serat ... 19

Turunan Dimensi Serat ... 24

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 29

Saran ... 29

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

(13)

Sri Ingeten Br Tarigan : Dimensi Serat Sludge Primer Industri Pulp Dan Kertas, 2009.

DAFTAR TABEL

Halaman 1. Klasifikasi Runkel hubungannya dengan Mutu Pulp dan Kertas………...13 2. Kriteria Penilaian Serat Kayu Indonesia untuk Bahan Baku Pulp dan Kertas...14

3. Rata-Rata Serat Sludge ………19

(14)

Sri Ingeten Br Tarigan : Dimensi Serat Sludge Primer Industri Pulp Dan Kertas, 2009.

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1. Sludge Industri Pulp dan Kertas ... 3

2. Metode Pengukuran Serat ... 17

3. Panjang Serat Sludge ... 21

(15)

Sri Ingeten Br Tarigan : Dimensi Serat Sludge Primer Industri Pulp Dan Kertas, 2009.

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman 1. Analisa Data Dimensi Serat Sludge Primer Industri Pulp dan Kertas ... 32 2. Analisa Data Turunan Dimensi Serat Sludge Primer Industri Pulp dan Kertas

(16)

Sri Ingeten Br Tarigan : Dimensi Serat Sludge Primer Industri Pulp Dan Kertas, 2009.

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Industri pulp kertas Indonesia kebanyakan masih tergantung pada kayu konvensional. Salah satu mengurangi ketergantungan ini adalah mencari sumber serat ligno selulosa (kayu dan non kayu) baik dengan cara mekanis, semi-kimia, ataupun kombinasi antara cara mekanis dan cara kimia. Bahan baku pulp dapat berasal dari kayu (wood) maupun non kayu (non wood) yang mengandung lignoselulosa antara lain berasal dari serat kapas, kapuk, sabut, yute, rami, bambu, bagasse (tebu), daun nanas, serat pisang (abaca), dan juga serat dari kayu baik dari kelas angiospermae maupun gymnospermae.

Walaupun serat-serat dari nonwood bisa dimanfaatkan sebagai bahan baku pulp, namun sebagian besar industri pulp didunia meggunakan bahan baku kayu. Hal ini dilatarbelakangi oleh karena bahan baku kayu mempunyai kualitas yang baik dan potensi didunia yang sangat besar. Salah satu faktor yang dapat dijadikan kriteria dalam menentukan standar kelayakan bahan baku pulp, yaitu dimensi serat. Bahan baku serat yang memenuhi kriteria dalam produksi pulp biasanya lebih ditentukan oleh kualitas seratnya (Nawawi, 1997). Ada beberapa dimensi serat yang pada umumnya diukur dalam rangka analisis bahan baku pulp antara lain panjang serat, diameter serat, diameter lumen dan tebal dinding.

Salah satu bahan berlignoselulosa yang dihasilkan dalam industri pengolahan industri pulp dan kertas adalah sludge, yakni limbah padat yang di hasilkan industri pulp dan kertas baik sumber kayunya berasal dari hutan tanaman industri maupun alam. Limbah padat berupa sludge berasal dari Instalasi

(17)

Sri Ingeten Br Tarigan : Dimensi Serat Sludge Primer Industri Pulp Dan Kertas, 2009.

Pengolahan Air Limbah (IPAL) dalam jumlah yang cukup besar. Selama ini limbah sludge bagi perusahaan pulp dan kertas merupakan masalah yang sangat serius, biasanya dimanfaatkan sebagai tanah urungan pada area sekitar pabrik sedangkan sisanya ditimbun begitu saja. Penanganan limbah sludge masih dilakukan dengan penumpukan pada landfill. Apabila keadaan ini dibiarkan terus menerus, maka semakin lama pabrik akan kekurangan lahan untuk penimbunan limbah sehingga dimungkinkan terjadinya pencemaran lingkungan.

Dengan demikian diperlukan upaya untuk mengatasi permasalahan tersebut, salah satu alternatif adalah dengan Pengoptimalan Pemanfaatan limbah padat berupa sludge yang kurang optimal menyebabkan sludge bernilai kurang ekonomis. Hal ini juga yang mendorong agar dilakukan Penelitian tentang dimensi serat dan turunannya dari sludge industri pulp dan kertas sebagai pertimbangan bahwa sludge bermanfaat sebagai bahan baku serat pulp dan kertas. Sampai saat ini untuk bahan baku pulp hanya dari kayu saja. Peneliti mencoba mencari alternatif lain yaitu limbah padat (sludge) sebagai bahan baku serat (fiber)

Tujuan penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengukur dimensi serat (panjang serat, diameter serat, diameter lumen dan tebal dinding serat) dan turunan dimensi serat dari sludge primer industri pulp dan kertas.

Manfaat penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai pertimbangan bahwa

(18)

Sri Ingeten Br Tarigan : Dimensi Serat Sludge Primer Industri Pulp Dan Kertas, 2009.

TINJAUAN PUSTAKA

Sludge

Industri pulp dan kertas pada saat ini dihadapkan pada masalah penanganan limbah padat (sludge) yang jumlahnya cukup besar. Sludge

merupakan limbah padat yang tersisa dari kegiatan industri pulp dan kertas baik sumber kayunya berasal dari hutan tanaman industri maupun hutan alam, biasanya berwarna hitam atau abu-abu, yang terdiri dari padatan 90% dan air 10% yang didapat dari proses pengendapan pada Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL). Selain itu Limbah padat juga menghasilkan sludge sekunder yang merupakan

sludge sampingan dari (biogical aeration) pengendapan air limbah yakni dengan penambahan mikroorganisme untuk menetralisir bahan kimia yang terkandung dalam air limbah sebelum dialirkan, sludge sekunder tersusun dari bahan baku pulp yang mengandung mikroorganisme sebagai efek dari biological aeration, limbah padat juga menghasilkan pith yang berupa bahan dari proses depething plant yaitu pemisahan secara mekanik bahan baku pulp yaitu bahan serat dan bahan bukan serat (Hastutik, 2006).

(19)

Sri Ingeten Br Tarigan : Dimensi Serat Sludge Primer Industri Pulp Dan Kertas, 2009.

Setiap unit peroses pada produksi pulp dan kertas menghasilkan limbah cair yang keseluruhannya diolah di unit Effluent Treatment. Pengolahan limbah cairyang komponen utamanya berupa serat dan senyawa organik kompleks lignin dilakukan dengan pengolahan primer dan pengolahan proses biologi lumpur aktif dengan suplai oksigen dan udara dan penambahan nutrisi. Hasil dari pengolahan limbah cair diperoleh air limbah terolah yang telah memenuhi baku mutu persyaratan pembuangan air limbah ke lingkungan dan menghasilkan pula lumpur sebagai limbah padat (Syamsudin et al, 2006)

Roliadi et al. (2006) mengatakan bahwa sludge yang dihasilkan dari industry pulp dan kertas sekitar 3-4% dari produksi rill pulp dan kertas. Selama ini buangan sludge merupakan masalah yang besar bagi industry pulp dan kertas pada umumnya. Adanyan sludge membuat perusahaan mengeluarkan biaya yang lebih untuk memasukkanya ke dalam landfill, sampai sekarang, umumnya penanganan limbah sludge masih dilakukan dengan penumpukan pada landfill.

Di Indonesia produksi limbah padat sludge sangat banyak. Hal ini merupakan potensi yang besar bila dijadikan sebagai bahan baku serat alternatife. Pada limbah PT Pindo Pulp Dan Paper 1000 hingga 1500 ton sludge kertas yang dikumpulkan pada belt press, hingga tahun 2003, 40% (300-400 ton per tahun)

sludge yang dihasilkan diberikan kepada para petani setempat untuk digunakan sebagai kompos. Sejak tahun 2003 ijin penggunaan sludge sebagai kompos dan media tanam dihentikan oleh kementerian lingkungan hidup (KLH), karena terdapat kandungan logam berat dalam sludge tersebut. KLH menyarankan kepada perusahaan agar lumpur tersebut dibuang ke area pembuangan landfill. Dengan kegunaan sludge tersebut berarti dapat digunakan sebagai pertimbangan

(20)

Sri Ingeten Br Tarigan : Dimensi Serat Sludge Primer Industri Pulp Dan Kertas, 2009.

bahan baku serat sludge dan sekaligus mencegah pencemaran lingkungan apabila

sludge sebagai bahan baku serat (Fiber).

Sifat Anatomi Kayu sebagai Bahan Baku Pulp dan Kertas

Sifat serat dalam identifikasi kayu berarti sifat dari kayu yang menunjukkan arah orientasi umum dan sel-sel panjang di dalam kayu terhadap sumbu batang pohon. Arah serat ini dapat ditentukan dari alur-alur yang terdapat di dalam kayu. Kayu dikatakan serat lurus jika arah umum dari sel-sel panjang sejajar dengan sumbu batang. Jika arah umum dari sel-sel panjang menyimpang atau membentuk sudut dengan sumbu batang pohon maka disebut serat miring. (Pandit dan Ramdan, 2002).

Para ahli taksonomi, tumbuhan dibagi ke dalam empat divisi, yaitu:

Thallophyta, Bryophyta, pterydophyta, dan spermatophyta. Pohon kayu termasuk ke dalam divisi spermatophyta yang lagi ke dalam dua sub-divisi yaitu:

Gymnospermae yang termasuk kelompok kayu daun jarum (softwood) dengan kayu yang lunak dan angiospermae termasuk kedalam kelompok kayu daun lebar

(hardwood) dengan kayu keras (Mandang dan Pandit, 1997).

Pohon kayu daun jarum tidak memiliki sel pembuluh dalam kayunya, tetapi yang ada hanya serat, parenkim, dan jari-jari serat. Pada kayu daun jarum

(softwood) sering dikenal dengan nama trakeid yang ujungnya pipih. Hampir 90-95% tersusun dari sel serat atau trakeida yang mempunyai panjang 6000 mikron-10000 mikron, 3-4 kali lebih panjang dari serat kayu daun lebar. Sedangkan Casey (1960) dalam Nawawi 1997 menyatakan diameter sel trakeida mencapai 0,02-0,04

(21)

Sri Ingeten Br Tarigan : Dimensi Serat Sludge Primer Industri Pulp Dan Kertas, 2009.

mm, sehingga kayu softwood sangat disukai sebagai bahan baku pulp dan kertas dengan kualitas yang baik.

Struktur kayu daun lebar (hardwood) tersusun oleh beberapa sel yaitu: sel pembuluh yang berbentuk pita yang panjangnya berkisar 200-1000 mikron dengan diameter berkisar 40-400 mikron. Sel parenkim yang berbentuk mirip kotak Pada kayu sel parenkim tersusun atas dua arah yaitu longitudinal (parenkim aksial) dan radial (parenkim jari-jari), lebar tiap jaringan jari-jari berkisar antara 15 dan 300 mikron jika diukur dari arah tangensial.

Sel-sel yang berbentuk pita dinamakan pembuluh. Dalam batang kayu sel ini tersusun longitudinal sambung menyambung searah dengan sumbu batang. Panjang sel pembuluh pada umumnya berkisar antara 40 dan 400 mikron, berkantung pada jenis kayunya. Jarang yang kurang atau lebih dari itu. Pada pohon, sel-sel inilah yang berpungsi sebagai saluran air dan zat hara dari akar kedaun.

Sel-sel dalam kotak dinamakan parenkima. Dinding selnya relatif tipis. Sel-sel inilah yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan sementara hasil fotosintesis, dan mungkin juga sebagai tempat pengolahan lebih lanjut untuk keperluan jaringan yang ada disekitarnya. Pada kayu itu, sel-sel parenkima tersusun dua arah yang tersusun longitudinal dinamakan parenkima aksial, tetapi sering disingkat dengan parenkim saja, sedangkan yang tersusun kearah radial dinamakan parenkima jari-jari, sering disingkat dengan nama jari-jari saja. Jari-jari membentang dari arah empelur kearah kulit dengan kerapatan 2-32 per mm tergantung pada jenis kayunya. Lebar tiap jari-jari berkisar antar 15 dan 300 mikron jika diukur pada arah tangensial.

(22)

Sri Ingeten Br Tarigan : Dimensi Serat Sludge Primer Industri Pulp Dan Kertas, 2009.

Sel-sel yang berbentuk panjang langsing dikenal dengan nama serat, dindingnya umumnya lebih tebal dari pada dinding parenkima dan pembuluh. Panjang antara 300-3600 mikron, bergantung kepada jenis pohon dan posisinya dalam batang. Diameternya antara 15 dan 50 mikron. Ketebalan dindingnya relatif lebih tipis dibanding diameter ketebalannya atau sangat tebal. Serat dikatakan berdinding sangat tebal jika lumen atau rongga selnya hampir seluruhnya terisi dengan lapisan-lapisan dinding. Dan ciri inilah dapat dipahami bahwa serat berfungsi sebagai penguat batang pohon (Mandang dan Pandit, 1997).

Dimensi Serat

Sel serat (serat) berfungsi sebagai pemberi tenaga mekanik pada batang, sehingga mempunyai dinding sel yang relatif tebal-tebal. Pada kayu daun lebar serat dibagi atas 2 macam yaitu serat libriform dan serat trakeida. Serat libriform memiliki noktah sederhana yang lebih kecil, memberi kekuatan karena diameternya lebih kecil dan lumen selnya lebih sempit. Serat trakeida adalah serat yang mempunyai noktah halaman

Bahan baku serat adalah serat-serat yang mengandung lignoselulosa yang berasal dari tumbuhan kayu dan non kayu. Serat sering digunakan secara umum untuk menyatakan semua sel kayu yang terpisahkan dalam proses pembuatan pulp. Serat menyatakan tipe sel yang spesifik karenanya serat atau trakeid serabut adalah xylem kayu keras yang panjang, meruncing dan biasanya berdinding tebal. Trakeid kayu lunak memiliki panjang rata-rata 3-4 mm, dan serabut kayu keras dengan panjang 1 mm sehingga trakeid kayu lunak sering lebih digunakan sebagai bahan baku pembuatan pulp dan kertas (Haygren dan Bowyer, 1996).

(23)

Sri Ingeten Br Tarigan : Dimensi Serat Sludge Primer Industri Pulp Dan Kertas, 2009.

Menurut Haygren dan Bowyer (1996) ada beberapa dimensi serat yang penting dipelajari dalam rangka analisis baban baku pulp antara lain :

1. Panjang serat

Panjang serat merupakan unsur terpenting dalam pembuatan kertas, karenanya serat panjang merupakan bahan kertas kraft yang perlu untuk produk kertas yang tidak diputihkan seperti karton berombak dan kantong belanjaan. Panjang serat mempunyai pengaruh terhadap sejumlah sifat kertas, termasuk ketahanan sobek, dan kekuatan tarik, lipat, dan jebol. Kekuatan sobek adalah sifat yang paling terpengaruh dan berhubungan langsung terhadap panjang serat (makin panjang serat makin tinggi ketahanan sobeknya) sehingga panjang mencapai 4-5 mm. Sedangkan kekuatan jebol dan tarik dipengaruhi oleh perbandingan langsung antara panjang serat dengan diameternya.

Dimensi panjang serat kayu daun jarum lebih panjang yang akan berpengaruh terhadap kekuatan sobek dan sifat kertas dibanding kayu daun lebar yang lebih pendek. walaupun serat panjang lebih efisien dari serat pendek bukan berarti serat panjang lebih baik dari serat pendek. Serat panjang akan mampu mentransmisikan beban yang diberikan dalam suatu pola beban kontiniu namun pada kenyataanya sebagian dari serat panjang akan sangat tertekan sedang sebagian lainnya tidak tertekan sama sekali, serat pendek akan menghasilkan kekuatan yang lebih besar apabila terorientasi dengan benar

2. Diameter serat

Diameter serat berpengaruh besar terhadap sifat kekuatan pulp dan kertas dalam pencucian. Penyaringan, pembentukan lembaran, ikatan antar serat, kekuatan serat dan mobilitas serat dalam lembaran. Serat dengan diameter besar

(24)

Sri Ingeten Br Tarigan : Dimensi Serat Sludge Primer Industri Pulp Dan Kertas, 2009.

dan berdinding tipis mampu memberikan ikatan antar serat yang kuat dengan kekuatan yang tinggi.

3. Tebal dinding serat

Kerapatan berhubungan langsung dengan ketebalan dinding sel. Semakin rendah kerapatan semakin semakin rendah kerapatan produksi sel-sel kayu akhir yang berdinding tebal, semakin baik kayunya sebagai bahan baku pembuatan kertas. Serat berdinding tebal menghasilkan kertas dengan kekuatan jebol dan tarik yang rendah tetapi ketahanan sobek yang lebih tinggi. Kertas yang dibuat terutama dari sel-sel berdinding tebal juga cendrung untuk memiliki ketahanan lipat yang rendah hubungan antara kekuatan jebol dan tarik dengan ketebalan dinding sel dijelaskan oleh kenyataan bahwa sifat-sifat ini sangat tergantung pada ikatan serat ke serat yang lebih tinggi, yang dipengaruhi oleh tebal dinding sel. Serat berdinding tebal sukar digiling ke tingkat pelulusan yang rendah dibanding dengan serat berdinding tipis karena potensi ikatan yang nampak rendah pada serat-serat tebal adalah bahwa kertas dibuat atas dasat berat bahwa jumlah serat dalam suatu lembaran berbanding terbalik dengan kerapatan dinding serat. Serat berdinding tebal memiliki luas permukaan yang lebih kecil per satuan berat daripada serat yang berdinding lebih tipis. Sehingga kekuatan sobek, kekuatan jebol dan tarik dipengaruhi oleh besarnya ikatan antar serat. Jadi, serat berdinding tebal lebih kuat dari pada serat berdinding tipis.

4. Diameter lumen

Diameter lumen adalah diameter rongga serat. Diameter lumen akan berpengaruh sebagai perbandingan dengan diameter serat yang disebut sebagai

(25)

Sri Ingeten Br Tarigan : Dimensi Serat Sludge Primer Industri Pulp Dan Kertas, 2009.

flexibility ratio (tingkat fleksibilitas serat) yang menunjukkan hubungan parabolis dengan kekuatan tarik dan panjang putus.

Turunan dimensi serat

Kualitas pulp tidak hanya ditentukan oleh dimensi serat kayu, tetapi perkembangan teknologi menunjukkan bahwa ratio antar faktor morfologis serat berpengaruh lebih nyata terhadap pulp dibandingkan pengaruh dimensi serat itu sendiri (Tamalog dan Wangarard, 1961 dalam Nawawi, 1997). Adapun turunan dimensi serat tersebut adalah:

1. Runkel Ratio, adalah perbandingan antara dua kali tebal dinding serat dengan diameter lumen. Perbandingan runkel ratio (bilangan runkel) rendah, berarti memilki dinding sel tipis dan lumen lebar, pada waktu pembentukan lembaran serat akan membentuk pita akan memperluas permukaan kontak serat memungkinkan terjadinya ikatan antar serat yang tinggi melalui gugus hidroksilnya. Lembaran kertas selain memiliki sifat kekuatan yang baik juga dihasilkan lembaran yang tembus cahaya.

2. Felting PowerSlenderness (Daya Tenun) adalah perbandingan antara panjang serat dengan diameter serat. Daya tenun serat sangat berpengaruh terhadap kekuatan sobek kertas, sedangkan bilangan fleksibilitas mempunyai hubungan parabolis terhadap kekuatan panjang putus, tetapi berkorelasi negatif dengan koefisien kekakuan serat.

3. MuhlstephRatio MuhlstephRatio adalah perbandingan antara luas penampang tebal dinding serat dengan luas penampang lintang serat. Muhlsteph Ratio

(26)

Sri Ingeten Br Tarigan : Dimensi Serat Sludge Primer Industri Pulp Dan Kertas, 2009.

sebaliknya serat yang mempunyai dinding sel tebal dan diameter kecil cendrung akan mempertahankan bentuknya selama pembentukan lembaran, sehingga luas kontak antar serat kecil yang mengakibatkan kekuatan tarik dan sobek rendah.

4. CoofficientOfRigidity, adalah perbandingan antara tebal dinding serat dengan diameter serat. Nilai koefisien kekakuan berbanding terbalik dengan sifat kekuatan tarik kertas, artinya semakin tinggi koefisien kekakuan, maka semakin rendah kekuatan tarik dari kertas yang bersangkutan, dan sebaliknya. 5. FlexibilityRatio adalah perbandingan antara diameter lumen dengan diameter

serat Serat dengan flexibility ratio tinggi berarti serat tersebut mempunyai tebal dinding yang tipis dan mudah berubah bentuk. Kemampuan berubah bentuk menyebabkan persinggungan antara permukaan serat lebih leluasa sehingga terjadi ikatan serat yang lebih baik yang akan menghasilkan lembaran pulp dengan kekuatan baik

Klasifikasi Dimensi Serat

Dalam teknologi pulp dan kertas, terdapat beberapa macam klasifikasi dimensi serat yang dipakai sebagai penduga mengenai sifat pulp yang akan dihasilkan. Klasifikasi dimensi dan turunan serat diantaranya adalah :

a. Klasifikasi Panjang dan Dimensi Serat

Dalam Casey (1960) dijelaskan bahwa kalsifikasi panjang serat yang dibuat oleh Klemm (1928) adalah sebagi berikut serat panjang berkisar antar 2-3 mm, serat sedang berkisar antara 1-2 mm, sedangkan serat pendek berkisar antara 0,1-1 mm. ada beberapa klasifikasi lain menyebutkan serat panjang lebih dari

(27)

Sri Ingeten Br Tarigan : Dimensi Serat Sludge Primer Industri Pulp Dan Kertas, 2009.

1600 mikron, serat sedang antara 900-1600 mikron dan serat pendek sekitar kurang dari 900 mikron. Klasifikasi yang dibuat Klemm dalam Casey (1960), membagi diameter serat menjadi tiga kelas yaitu diameter lebar (0,025-0,040 mm), diameter sedang (0,010-0,025 mm), dan diameter tipis (0,002-0,010 mm) b. Klasifikasi Runkel

Runkel (1952) membuat klasifikasi untuk kayu tropis dalam lima kelas : 1. Kelas I (< 0,25), dinding sel tipis sekali dan lumen lebar. Terdapat pada

jenis kayu ringan sekali. Serat dalam lembaran pulp memipih seluruhnya dan ikatan antar serat sangat baik.

2. Kelas II (0,25 – 0,50), dinding sel tipis dan lumen agak lebar, terdapat pada jenis kayu ringan. Serat dalam lembaran pulp memipih dan ikatan antar serat baik.

3. Kelas III (0,50-1,00), dinding sel dan lumen sedang, terdapat pada kayu agak berat/sedang. Serat dalam lembaran pulp memipih dan ikatan antar serat masih cukup baik.

4. Kelas IV (1,00-2,00), dinding sel tebal dan lumen sempit, terdapat pada kayu berat. Serat dalam lembaran pulp sulit memipih dan ikatan antar serat kecil.

5. Kelas V (> 2,00), dinding sel sangat tebal dan lumen sangat sempit, terdapat pada kayu sangat berat. Serat dalam lembaran pulp mempertahankan bentuk semula dan ikatan antar serat sangat kecil.

Klasifikasi Runkel ini dihubungkan dengan kualitas lembaran pulp dan kertas digolongkan ke dalam tiga (3) kelas:

(28)

Sri Ingeten Br Tarigan : Dimensi Serat Sludge Primer Industri Pulp Dan Kertas, 2009.

Tabel 1. Klasifikasi Runkel hubungannya dengan mutu pulp dan kertas

Kelas Runkel Ratio Dinding Serat Mutu Pulp &

Kertas

I < 1,00 Tipis Sangat Baik

II 1,00 Sedang Baik

III > 1,00 Tebal Kurang Baik

Sumber : Runkel (1952)

c. Klasifikasi Muhlsteph

Muhlsteph membuat klasifikasi dimensi serat dalam huubungannnya dengan kualitas pulp, yang dikutip oleh Tamolang et al (1960) menjadi empat (4) kelas :

1. Kelas I : serat yang mempunyai nisbah muhlsteph sampai 30 % untuk serat kayu dan 20 % untuk Pulp. Serat membentuk lembaran Pulp dan kertas yang baik dengan sifat kekuatan baik.

2. Kelas II : serat yang mempunyai nisbah muhlsteph 20 – 80 %, untuk tipe serat pulp dari conifer. Sifat seratnya merupakan kombinasi dari sifat serat kayu dalam ketiga kelas lainnya .

3. Kelas III : serat yang mempunyai nisbah muhlsteph 30 - 80 % untuk kayu, dan 20–80 % untuk pulp. Seratnya bersifat plastis dan memberikan lembaran yang lebih halus disbanding kelas I.

4. Kelas IV : serat yang mempunyai nisbah muhlsteph > 80 %, seratnya bersifat kaku, menghasilkan kertas dedngankerapatan rendah dan kekuatan rendah kecuali keteguhan sobek yang lebih tinggi dari kelas I .

d. Kriteria Penilaian Serat Kayu Indonesia

Kriteria penilaian kayu Indonesia yang didasarkan dimensi serat yang dihubungkan dengan mutu pulp yang dihasilkan, dikeluarkan oleh Pusat Penelitian Hasil Hutan Bogor.

(29)

Sri Ingeten Br Tarigan : Dimensi Serat Sludge Primer Industri Pulp Dan Kertas, 2009.

Tabel 2. Kriteria Penilaian Serat Kayu Indonesia untuk Bahan Baku Pulp dan Kertas

No Uraian

Kelas Mutu

I II III

Syarat Nilai Syarat Nilai Syarat Nilai

1 Panjang (mikron) > 2000 100 1000-2000 50 <1000 25 2 Nisbah Runkel < 0,25 100 0,25-0,50 50 0,5-1,0 25 3 Daya tenun > 90 100 50-90 50 < 50 25 4 Muhlsteph Ratio < 30 100 30-60 50 60-80 25 5 Fleksibility Ratio > 0,80 100 0,50-0,80 50 <0,50 25 6 Koeff. Kekakuan < 0,10 100 0,10-0,15 50 > 0,15 25 Selang Nilai 450 – 600 225 – 449 < 225 Sumber : LPHH (1976)

Kriteria serat kayu Indonesia untuk bahan baku pulp di bagi dalam 3 kelas mutu : 1. Kelas Mutu I : jenis kayu agak ringan berdinding serat sangat tipis dengan

lumen lebar. Serat menggepeng seluruhnya pada lembaran pulp dengan ikatan antar serat dan daya tenun sangat kuat. Lembaran pulp yang dihasilkan mempunyai keteguhan sobek, letup dan tarik yang tinggi.

2. Kelas Mutu II : Jenis Kayu agak ringan sampai berat, dinding serat tipis sampai sedang dan lumen agak lebar. Dalam pembentukan lembaran pulp, serat mudah menggepeng dengan ikatan antar serat dan tenunan baik, menghasilkan lembaran dengan keteguhan sobek, letup dan tarik yang sedang. 3. Kelas Mutu III : Jenis Kayu agak berat sampai berat, mempunyai dinding serat

tebal dan lumen sempit. Dalam pembentukan lembaran pulp, serat sulit digepengkan dengan ikatan antar serat dan tenunan tidak baik, menghasilkan lembaran dengan keteguhan sobek, ledak dan tarik yang rendah.

(30)

Sri Ingeten Br Tarigan : Dimensi Serat Sludge Primer Industri Pulp Dan Kertas, 2009.

METODOLOGI PENELITIAN

Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari-Februari 2009 di Laboratorium Teknologi Hasil Hutan Departemen Kehutanan Universitas Sumatera Utara, Medan.

Alat dan Bahan

Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah gelas objek yang berfungsi untuk pengamatan, mikroskop mikrometer sebagai alat untuk mengamati serat, tabung reaksi sebagai tempat sludge, cover glass yang berfungsi untuk menutup serat yang berada diatas gelas objek yang siap untuk diamati di bawah mikroskop.

Bahan utama yang digunakan pada penelitian ini adalah sludge, aquadest,

safranin, larutan xylol, dan alkohol.

Prosedur penelitian

a. Proses Pemisahan Serat

Proses pemisahan serat menggunakan metode Schultze (TAPPI, 1989). Sludge primer yang diteliti dimasukkan kedalam tabung reaksi sebanyak 200gr. Tabung reaksi yang sudah berisi sludge primer ditambahkan H2O2 dan CH3COOH (1:20) sampai dengan terendam sempurna. Tabung reaksi dipanaskan pada suhu 1000 C selama 3 jam. Setelah 3 jam tabung reaksi dikocok sehingga serat dapat terpisah secara sempurna. Serat-serat sludge primer yang diperoleh kemudian

(31)

Sri Ingeten Br Tarigan : Dimensi Serat Sludge Primer Industri Pulp Dan Kertas, 2009.

disaring dan selanjutnya untuk menghilangkan air dilakukan dengan cara memberikan alkohol 10%, 30%, 40%, 50%, 70%, 90% dan 100% masing-masing selama 2 menit. Kemudian serat dipindahkan ke dalam cawan petri dan diberi beberapa tetes safranin untuk mempermudah pengukuran. Selanjutnya serat dipindahkan ke obejct glass dan diberi larutan xylol. Serat dipisahkan dengan bantuan jarum agar mudah dilihat seratnya satu persatu, kemudian ditutup dengan

cover glass. Setelah kering serat siap untuk diukur. Dimensi serat yang diukur adalah panjang serat, diameter serat, tebal dinding sel dan diameter lumen.

b. Pengukuran Dimensi Serat

Pengukuran diameter serat menggunakan mikroskop yang memiliki lensa okuler dengan perbesaran 10 kali untuk pengukuran panjang serat dan pembesaran 40 kali untuk diameter serat dan diameter lumen. Sedangkan untuk tebal dinding serat diperoleh dari perhitungan diameter serat dikurangi diameter lumen lalu dibagi dua. Hasil pengukuran dari alat ini dikonversikan ke dalam satuan mikron (μm), yaitu diameter serat, diameter lumen, dan tebal dinding serat

Dimensi serat yang diukur adalah panjang serat, diameter serat, tebal dinding serat, dan diameter lumen. Gambar 2 ini menunjukkan cara pengukuran serat.

(32)

Sri Ingeten Br Tarigan : Dimensi Serat Sludge Primer Industri Pulp Dan Kertas, 2009.

Keterangan : P = Panjang Serat D = Diameter Serat L = Diameter Lumen W= Tebal Dinding Serat P

Gambar 2. Metode pengukuran serat

Jumlah serat yang diukur sebanyak 200 buah serat, besarnya variasi serat pada pengamatan tidak boleh memiliki error lebih dari 5% (0,05). Casey (1960) berpendapat bahwa pengukuran sebanyak 200 buah serat dianggap sudah mendekati ketelitian 95 %.

c. Pengukuran Turunan Dimensi Serat

Dari data dimensi serat dapat dihitung nilai turunannya yang erat hubungannya dengan sifat-sifat pulp seperti Runkel Ratio (bilangan runkel), felting Power (daya tenun), Mulhsteph Ratio (bilangan mulhsteph), coofisien of rigidityu (koefisien kekakuan) dan fleksibility ratio. Berdasarkan dimensi serat dan turunan dimensi serat dapat dijadikan dasar penilaian kualitas serat untuk bahan baku pulp. Adapun rumus turunan dimensi serat tersebut adalah :

D

W L

(33)

Sri Ingeten Br Tarigan : Dimensi Serat Sludge Primer Industri Pulp Dan Kertas, 2009. 1. Runkel Ratio (Bilangan Runkel) =

l w

2

Keterangan :

w = tebal dinding serat

l = diameter lumen

2. Felting Power (Daya Tenun) = d L

Keterangan

L = Panjang Serat

d = diameter serat

3. MuhlstephRatio (Bilangan Muhlsteph) = 100% 2 2 2 2 2 2 x d l d             −       π π π = 2 100% 2 2 x d l d − Keterangan : d = diameter serat l = diameter lumen

4. CoofficientOfRigidity (Koefisien Kekakuan), =

d w

Keterangan :

w = tebal dinding serat

l = diameter serat

5. FlexibilityRatio (bilangan fleksibilitas) = d

l

Keterangan :

l = diameter lumen

(34)

Sri Ingeten Br Tarigan : Dimensi Serat Sludge Primer Industri Pulp Dan Kertas, 2009.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Dimensi Serat

Serat alam merupakan komponen dalam pembuatan kertas, sedangkan dimensi serat merupakan salah satu ciri kriteria kayu sebagai bahan baku pulp dan kertas. Casey (1960) dalam Sahwalita et.al (2005) serat dipilih sebagai bahan baku untuk kertas tergantung pemanfaatannya. Dimensi serat dan turunannya merupakan salah satu sifat penting kayu yang dapat digunakan untuk menduga sifat-sifat pulp yang dihasilkan. Peranan dimensi serat seperti panjang, diameter, dan tebal dinding serat mempunyai hubungan satu sama lain yang kompleks dan mempunyai pengaruh terhadap tujuan penggunaanya. Hasil pengukuran dimensi serat seperti panjang serat, diameter serat, dan tebal dinding serat disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3. Rata-Rata Serat Sludge

Dimensi Serat N (buah) Rata-rata (Mikron) Std.Deviasi Tingkat Kesalahan Perbedaan Jarak Panjang Serat 200 894,6 180,00 12,73 894,6 ± 180,00 Diameter Serat 200 22,33 4,65 0,33 22,33 ± 4,65 Diameter Lumen 200 8,97 3,85 0,28 8,97 ± 3,85 Tebal Dinding Serat 200 6,68 2,98 0,22 6,68 ± 2,98

Tabel 3 menunjukkan bahwa variasi dimensi serat memiliki nilai kekuatan Terlihat bahwa rata-rata panjang serat adalah 894,60 mikron. Berdasarkan Casey (1960) ini berarti panjang serat memiliki serat pendek karena panjang serat dari

(35)

Sri Ingeten Br Tarigan : Dimensi Serat Sludge Primer Industri Pulp Dan Kertas, 2009.

(LPPH, 1976) maka, nilai rata-rata panjang serat berada dalam kelas mutu III yang artinya mempunyai dinding serat yang tebal dan lumen sempit. Dalam pembentukan lembaran pulp, serat sulit digepengkan dengan ikatan antar serat dan tenunan tidak baik, menghasilkan lembaran dengan keteguhan sobek dan tarik yang lemah

Oluwadare, et al 2007 dalam penelitiannya tentang hubungan karakteristik dan serat pulp dari leucaena leucocephala, bahwa panjang serat yang di peroleh sebesar 652,00 mikron termasuk ke dalam serat yang pendek. Leucaena leucocephala merupakan kayu daun lebar. Hal tersebut mendukung penelitian yang dilakukan dengan menghasilkan serat yang sama pendek karena serat sludge

berasal dari kayu daun lebar (Acacia Mangium)

Fatima et.al (2000) dalam penelitiannya tentang panjang serat di kayu dan kulit Eucalyptus Globulus bahwa panjang serat kayu akan meningkat signifikan dari inti ke kulit dari sebuah ketinggian pohon. Panjang serat tersebut dijadikan parameter kualitas untuk kayu pulp. Dalam kayu Eucalyptus Globulus mewakili serat 64-68% dari kayu dan pada kulit 35% dari semua jenis sel yang berpengaruh terhadap usia pohon. Tingkat pertumbuhan pohon di diameter terkait dengan usia. Tingkat pertumbuhan tertinggi yang disajikan di tahun-tahun pertama sesudah itu, tingkat pertumbuhan mulai menurun dengan bertambah usia. Dimensi serat yang menurun secara signifikan dengan peningkatan tingkat pertumbuhan, tetapi rendahnya penetapan koefisien ditemukan korelasi batas

Serat yang panjang dianggap akan memberikan kertas dengan sifat kekuatan sobek yang tinggi. Kekuatan sobek adalah sifat yang paling berpengaruh dan berhubungan langsung dengan panjang serat (makin panjang serat makin

(36)

Sri Ingeten Br Tarigan : Dimensi Serat Sludge Primer Industri Pulp Dan Kertas, 2009.

tinggi kekuatan sobeknya) sampai panjang 4-5 mm (Haygreen dan Bowyer, 1996).

Gambar 2. Panjang serat sludge

Haygreen dan Boywer (1996) mengatakan bahwa hasil tersebut dipengaruhi oleh kekuatan ikatan antar serat dan integrasi serat. Panjang serat diperoleh dengan kekuatan regang dan kekuatan robek yang tinggi, karena serat memiliki nilai yang lebar sehinggga mudah menahan kekuatan yang besar.

Menurut Casey (1960), panjang serat tidak selalu berpengaruh terhadap kekuatan kertas, serat yang panjang belum tentu menghasilkan kekuatan kertas yang baik, kadang kala serat yang lebih pendek memberikan dampak yang baik terhadap kekuatan kertas. Walaupun pada umumnya serat yang lebih panjang menghasilkan kekuatan kertas`yang lebih baik. Namun, Sahwalita (2007) dalam penelitiannya menunjukkan serat leda yang memiliki serat lebih pendek menghasilkan kekuatan kertas yang lebih baik. Pada dasarnya kekuatan kertas dipengaruhi oleh kekuatan seratnya, yakni ikatan antar serat dan distribusi serat di dalam lembaran kertas.

(37)

Sri Ingeten Br Tarigan : Dimensi Serat Sludge Primer Industri Pulp Dan Kertas, 2009.

Gambar 3. Diameter serat Sludge

Hasil Rata-rata nilai diameter serat untuk serat sludge 22,33 mikron (0,02233 mm). Klemm dalam Casey (1960), membagi diameter serat menjadi tiga kelas yaitu diameter lebar (0,025-0,040 mm), diameter sedang (0,010-0,025 mm), dan diameter tipis (0,002-0,010 mm). Berdasarkan klasifikasi tersebut maka serat

sludge termasuk memiliki diameter serat lebar berada pada selang (0,025-0,040 mm). Besarnya variasi dari diameter serat sludge yang diperoleh memiliki standart error 0,33%, yaitu tidak lebih dari 5%, artinya tidak ada penambahan pengukuran serat. Menurut klasifikasi Runkel (1952), maka nilai rata-rata diameter serat berada pada kelas II (0,25-0,50),dinding sel yang tipis dan lumen agak lebar, terdapat pada jenis kayu ringan. Serta dalam lembaran pulp memipih dan ikatan antar serat baik.

Diameter serat mempunyai pengaruh besar terhadap sifat kekuatan pulp, dalam pencucuian, penyaringan, refining, berpengaruh terhadap pembentukan lembaran, ikatan antar serat, kekuatan serat dan mobilitas serat dalam lembaran. Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa serat dengan diameter besar dan berdinding sel tipis mampu memberikan ikatan antar serat yang kuat dengan kekuatan yang tinggi (Haygreen dan Bowyer,1996).

(38)

Sri Ingeten Br Tarigan : Dimensi Serat Sludge Primer Industri Pulp Dan Kertas, 2009.

Sahwalita et.al (2005) Peningkatan pada diameter serat dan diameter lumen menyebabkan peningkatan kekuatan di atas kertas, disebabkan oleh pemukulan serat sehingga serat memiliki bentuk tipis, dinding serat memiliki variasi yang dipengaruhi oleh ketebalan dan kekuatan kertas. Diameter lumen akan berpengaruh sebagai perbandingan dengan diameter serat yang disebut sebagai fleksibility ratio (tingkat fleksibilitas ratio) yang menunjukkan hubungan parabolis dengan kekuatan tarik dan panjang putus. Hasil rata- rata diameter lumen adalah 8,97 mikron, termasuk ke dalam serat yang tipis. Sahwlita et.al

2005 mengatakan bahwa, peningkatan dan penurunan pada diameter serat dan diameter lumen disebabkan oleh resistensi karena bentuk serat dan komposisi kimia dari dinding serat. Tebal dinding serat dengan dengan diameter kecil dan menolak bentuk yang lebih besar dari proses pemukulan dan menyebabkan peningkatan pada diameter serat. Penurunan pada diameter lumen disebabkan oleh air yang digunakan dalam proses pemukulan karena serat dan menyebabkan pembengkakan diameter lumen menjadi tipis

Tebal dinding serat merupakan salah satu ukuran dimensi serat yang ikut menentukan sifat-sifat kertas. Data diameter serat dan diameter lumen maka dapat dijadikan dasar dalam menghitung tebal dinding serat dengan cara pengurangan diameter serat dengan diameter lumen dibagi dua. Tebal dinding serat rata-rata serat untuk sludge adalah 6,68 mikron. Serat dapat dikatakan berdinding tebal jika lumen atau rongga selnya hampir seluruhnya terisi dengan satu lapisan-lapisan dinding. Semakin tipis tebal dinding serat berarti semakin baik sebagai bahan baku pulp karena dapat membentuk ikatan serat yang lebih kuat. Serat berdinding tebal akan menghasilkan kertas dengan kekuatan jebol dan tarik yang lebih rendah

(39)

Sri Ingeten Br Tarigan : Dimensi Serat Sludge Primer Industri Pulp Dan Kertas, 2009.

tetapi dengan kekuatan sobek yang tinggi. Kertas yang dibuat terutama dari sel-sel yang berdinding tebal juga cendrung memiliki ketahanan lipat yang rendah. Dinding serat yang tebal menyebabkan terbentuknya lembaran yang kasar dan tebal dan serat berdinding tipis mudah mengalami lembek sedangkan serat berdinding tebal sukar menjadi lembek atau lembut atau bentuknya tetap membulat pada waktu pembentukan lembaran (Haygreen dan Bowyer,1996).

Tebal dinding serat mempunyai pengaruh yang berbeda-beda terhadap kekuatan kertas, karena pada kenyatannya sulit untuk memprediksi pengaruh tebal dinding serat terhadap kekuatan kertas. Dinding serat memiliki hubungan dekat dengan komponen kimia dan cukup sulit untuk melihat perbedaan pada struktur kimia (Haygreen dan Bowyer, 1996). Dinding serat memiliki kekuatan yang rendah dan ketegangan yang tinggi, ledakan dan kekuatan lipat, sedangkan yang mempertebal dinding serat memiliki tingkat kekuatan yang rendah, letusan lipat dan kekuatan serta permukaan kertas

Turunan Dimensi Serat

Dimensi serat dan turunannya merupakan salah satu sifat penting kayu yang dapat digunakan untuk menduga sifat-sifat pulp yang dihasilkan. Turunan dimensi serat (Nisbah Runkle, Daya Tenun, Nisbah Muhlsteph, Nisbah Fleksibilitas, Koefisien Kekakuan). Turunan dimensi serat untuk serat sludge yang disajikan pada Tabel 4.

(40)

Sri Ingeten Br Tarigan : Dimensi Serat Sludge Primer Industri Pulp Dan Kertas, 2009.

Tabel 4. Rata-Rata Turunan Dimensi Serat Sludge Primer Industri Pulp dan Kertas.

No Uraian

Kelas Mutu

I II III

Syarat Nilai Syarat Nilai Syarat Nilai

Hasil Rata-Rata Nilai 1 2 3 4 5 6 Panjang (Mikron) Nisbah Runkell Daya tenun Muhlsteph Ratio Fleksibility Ratio Koeff. Kekakuan >2000 <0,25 >90 <30 >0,80 <0,10 100 100 100 100 100 100 1000-2000 0,25-0,50 50-90 30-60 0,50-0,80 0,10-0,15 50 50 50 50 50 50 <1000 0,5-1,0 < 50 60-80 <0,50 >0,15 25 25 25 25 25 25 894,6 2,01 42,08 78,35 0,42 0,29 25 0 25 25 25 25 Selang Nilai 450-500 225-449 < 225 125 Sumber :LPHH (1976)

Nilai rata-rata Runkle Ratio (bilangan runkle) serat dari sludge primer adalah 2,01. Dari data tersebut berdasarkan klasifikasi Runkle (1952) dalam Casey (1960) termasuk ke dalam kelas V ( >2,00) dimana dinding sel sangat tebal dan lumen sangat sempit, terdapat pada kayu sangat berat. Serat dalam lembaran pulp mempertahankan bentuk semula dan ikatan antar serat sangat kecil, sehingga hubungannya dengan penilaian serat kayu Indonesia untuk mutu pulp dan kertas termasuk dalam kelas III (0,5 – 1,0) dengan nilai nol

Bilangan Runkle adalah ratio antara dua kali tebal dinding serat dengan diameter lumen. Serat dengan bilangan Runkle kurang atau sama dengan satu sangat baik digunakan sebagai bahan baku pembuatan pulp. Wasrin dan iskandar (2006) apabila Serat dengan bilangan Runkle kecil berarti serat ini mempunyai dinding sel tipis, diameter lumen lebar, mudah memipih dan pembentukan lembaran pulp mempunyai kekuatan tarik dan kekuatan jebol yang tinggi.

(41)

Sri Ingeten Br Tarigan : Dimensi Serat Sludge Primer Industri Pulp Dan Kertas, 2009.

Sebaliknya serat dengan bilangan Runkle tinggi berarti serat tersebut berdinding sel tebal dan berdiameter kecil serta akan mempertahankan bentuk pipa waktu digiling sehingga menghasilkan lembaran pulp dengan kekuatan tarik dan kekuatan jebol yang rendah. Berdasarkan hal tersebut, serat sludge merupakan kurang baik karena mempunyai bilangan Runkle yang tinggi.

Nilai rata- rata Felting Power (daya tenun) serat sludge primer adalah 42,08. Berdasarkan kriteria penilaian serat kayu Indonesia untuk bahan baku pulp dan kertas di (<50) yang termasuk kelas mutu III dengan nilai 25. Wasrin dan iskandar (2006) Semakin tinggi nilai daya tenun maka sifat serat cenderung semakin lentur. Daya tenun serat ini berpengaruh terhadap kekuatan sobek, artinya semakin tinggi daya tenun maka semakin tinggi pula kekuatan sobek dari kertas tersebut. Dalam menjalin ikatan antar serat, panjang serat merupakan faktor yang lebih penting karena panjang serat akan berperan dalam meningkatkan kekuatan sobek kertas. Hal ini disebabkan karena gaya sobek akan terbagi dalam luasan yang lebih besar, maka serat sludge yang diperoleh kurang baik karena mempunyai daya tenun rendah.

Nilai rata-rata Muhlsteph Ratio (bilangan muhlsteph) serat dari sludge

primer adalah 78,35%. Berdasarkan klasifikasi Muhlsteph dalam hubungannya dengan kualitas pulp maka serat dari sludge dapat digolongkan dalam kelas III serat yang mempunyai nisbah muhlsteph (30-80%). Berdasarkan penilaian serat kayu Indonesia untuk bahan baku untuk bahan baku pulp dan kertas ternyata sama, termasuk dalam kelas III (60-80} dengan nilai 25, seratnya bersifat plastis dan memberikan lembaran yang lebih halus, mempunyai dinding serat tebal dan lumen sempit. Dalam pembentukan lembaran pulp, serat sulit digepengkan dengan

(42)

Sri Ingeten Br Tarigan : Dimensi Serat Sludge Primer Industri Pulp Dan Kertas, 2009.

ikatan antar serat dan tenunan tidak baik, menghasilkan lembaran dengan keteguhan sobek, letup dan tarik yang rendah. Wasrin dan iskandar (2006), Besarnya nilai Muhlsteph ratio berpengaruh terhadap kerapatan lembaran pulp yang dihasilkan. Semakin kecil Muhlsteph ratio maka kerapatan lembaran pulp yang dihasilkan semakin baik dengan sifat kekuatan yang baik. Sebaliknya,

Muhlsteph ratio yang tinggi akan menghasilkan lembaran pulp dengan kerapatan rendah dan kekuatan yang rendah pula. Berdasarkan sifat ini, maka serat sludge

yang dihasilkan merupakan serat yang tidak baik karena mempunyai Muhlsteph ratio yang rendah

Nilai rata – rata Coofficient Of Rigidity (koefisien kekakuan) serat dari sludge primer adalah 0,29. Berdasarkan penilaian serat kayu Indonesia untuk bahan baku pulp dan kertas maka serat dari sludge termasuk kelas mutu III (>0,15) dengan nilai 25. Artinya serat tersebut mempunyai dinding serat tebal dan lumen sempit dalam pembentukan lembaran pulp, serat sulit digepengkan dengan ikatan antar serat dan tenunan tidak baik, menghasilkan lembaran dengan kekuatan sobek, letup dan tarik yang rendah. Nilai Coofficient Of Rigidity

merupakan perbandingan antara tebal dinding serat dengan diameter serat. Wasrin dan iskandar (2006), nilai CoofficientOfRigidity berbanding terbalik dengan sifat kekuatan tarik kertas, artinya semakin tinggi Coofficient Of Rigidity, maka semakin rendah kekuatan kertas yang bersangkutan dan sebaliknya. Dari sifat ini, maka serat yang dihasilkan dari serat sludge merupakan serat tidak baik bila digunakan dalam pembuatan pulp dan kertas, sebab kekakuannya tinggi.

Nilai rata-rata Flexibility Ratio (bilangan flexibilitas) untuk serat dari

(43)

Sri Ingeten Br Tarigan : Dimensi Serat Sludge Primer Industri Pulp Dan Kertas, 2009.

termasuk dalam kelas mutu III (< 0,50) artinya serat tersebut mempunyai dinding serat yang tebal dan tidak mudah berubah bentuk, hal ini menyebabkan serat yang akan dihasilkan lembaran pulp dengan kekuatan tidak baik. Sunyata dan sumaryo 2008 , apabila digunakan sebagai pembuatan kertas, akan menghasilkan kertas yang mempunyai kekuatan sobek, retak dan tarik yang rendah. Sunyata, et al 2009 dalam

(Kasmudjo, 1994) mengatakan bahwa, Nilai fleksibilitas yang semakin tinggi, semakin baik digunakan sebagai bahan pulp dan kertas, diduga kertas yang dihasilkan memiliki kekuatan sobek, retak dan tarik yang sangat baik

Flexibility ratio adalah perbandingan antara diameter lumen dengan diameter serat. Wasrin dan Iskandar (2006), serat dengan flexibility ratio tinggi berarti serat tersebut mempunyai tebal dinding yang tipis dan mudah berubah bentuk. Semakin tinggi nilai Flexibility ratio yang lebih besar terutama pada gaya tarik kekuatan kertas, sedangkan koefisien dari ketegangan dan muhlsteph ratio memiliki korelasi negative ke gaya tarik yang semakin tinggi koefisien kekakuan yang rendah dari kekuatan kertas. Sahwalita et.al (2005). Kemampuan berubah bentuk ini menyebabkan persinggungan antara permukaan serat lebih leluasa sehingga terjadi ikatan serat yang lebih baik yang akan menghasilkan lembaran pulp dengan kekuatan baik.

(44)

Sri Ingeten Br Tarigan : Dimensi Serat Sludge Primer Industri Pulp Dan Kertas, 2009.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan kriteria penilaian serat kayu Indonesia, maka dimensi serat (panjang serat, diameter serat, diameter lumen, tebal dinding serat) dari sludge

primer industri pulp dan kertas serat turunannya (Runkell Ratio, Felting Power, Muhlsteph Ratio, Coofficient Of Rigidity, Flexibility Ratio, berada pada kelas mutu III termasuk dalam katagori tidak baik apabila digunakan kembali sebagai bahan baku (serat), namun masih bisa dijadikan sebagai bahan baku serat untuk papan komposit.

Saran

Diharapkan adanya penelitian lanjutan tentang pemanfaatan sludge primer untuk pengukuran panjang serat sludge hingga mencapai error dibawah 5 %.

(45)

Sri Ingeten Br Tarigan : Dimensi Serat Sludge Primer Industri Pulp Dan Kertas, 2009.

DAFTAR PUSTAKA

Casey, J.P, 1960. Pulp and Paper: Chemistry and Chemical Technology. 3th ed. Vol I. Jhon Willey and Sons. New York.

Fatima, et al. 2000. Variability Of Fibre Length In Wood and Bark In Eucalyptus Globulus. Journal, Vol 21(41-48)

Haygreen J.G dan J.L. Bowyer, 1996. Hasil Hutan dan Ilmu Kayu. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Hastutik, W, Aprianto dan H. B Nasution. 2006. Pengaruh Limbah Padat Pabrik Kertas Terhadap Hasil Tanaman Bawang Merah. Surakarta: Fakultas Pertanian, Universitas Tunas Pembangunan. www. Pkm.dikti.net [17 April 2009]

LPPH. 1976. Laporan Penelitian Hasil Hutan. Lembaga Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan. Bogor.

Mandang, Y.I dan I.K Pandit, 1997. Pedoman Identifikasi Jenis Kayu di Lapangan. Yayasan Prosea. Bogor.

Mariasih, P. 1990. The Corelation Between Anatomical Structure and Dencity on Five Timber Growing Species

Nawawi, D.S, 1997. Persiapan, Pemasakan, dan Pengujian Pulp. Bahan Praktikum M.A. Pulp dan Kertas. Bagian I. Jurusan Teknologi Hasil Hutan. Fakultas Kehutanan IPB. Bogor.

Pandit, Y.I dan H.Ramdan, 2002. Anatomi : Pengantar Sifat Kayu Sebagai bahan Baku. Yayasan Penerbit Fakultas Kehutanan IPB. Bogor

Roliadi, H, Ridwan dan A. Pasaribu. 2006. Pembuatan dan Kualitas Karton dari Campuran Sludge pulp TKS dan Sludge Industri Kertas. J Penelitian Hasil Hutan

Sahwalita,et.al, 2005. The Changes Of Kraft Paper Fiber Dimension From Timber In The Plantation Forest And Secondary Forest After Forest Fire.

Gadjah Mada University Press. Yogyakarta

Syamsudin, et.al, 2006. Pemanfaatan Campuran Limbah Padat Dengan Lindi Hitam Dari Industri Pulp dan Kertas Sebagai Bahan Biobriket. Majalah Ilmiah

(46)

Sri Ingeten Br Tarigan : Dimensi Serat Sludge Primer Industri Pulp Dan Kertas, 2009.

Silitonga, T. 1998. Plantation Forest Timber Study For Pulp, Paper and Rayon. Board of Forestry Research and Departement of Forestry Departement. Proceeding. Jakarta.

Sunardi, 1976. Wood Chemistry Properties. Forestry Faculty Fondation of Gadjah Mada University. Yogyakarta

Sunyata. A dan Sumaryo, 2007. Struktur anatomy Kayu Tisuk (Hibiscus

Macrophyllus Roxb)

Tappi, 1989. Tappi Test Methods. Vol 1. Tappi, Atlanta

Oluwadare, et al. 2007. The Relationship Between Fibre Characteristics and Pulp-sheet Properties of Leucaena leucocephala (Lam.) De Wit Middle-East Journal of Scientific Research 2 (2): 63-68

Wasrin dan iskandar, 2006. Sifat Kimia dan Dimensi Serat Kayu Mangium (Acacia MangiumWilld) dari Tiga Provenances. Departemen Hasil Hutan.Yayasan Penerbit Fakultas Kehutanan Bogor. Bogor.

(47)

Sri Ingeten Br Tarigan : Dimensi Serat Sludge Primer Industri Pulp Dan Kertas, 2009.

Lampiran 1. Analisa Data Dimensi Serat Sludge Primer Industri Pulp dan Kertas

PS PSK DS DSK DL DLK TDS 95 950 0.60 24 0.40 16 4.00 100 1000 0.50 20 0.30 12 4.00 86 860 0.40 16 0.20 8 4.00 93 930 0.50 20 0.35 14 3.00 120 1200 0.30 12 0.20 8 2.00 76 760 0.40 16 0.30 12 2.00 112 1120 0.70 28 0.10 4 12.00 120 1200 0.50 20 0.15 6 7.00 95 950 0.40 16 0.20 8 4.00 76 760 0.60 24 0.20 8 8.00 89 890 0.55 22 0.10 4 9.00 115 1150 0.75 30 0.20 8 11.00 140 1400 0.60 24 0.40 16 4.00 110 1100 0.50 20 0.40 16 2.00 93 930 0.60 24 0.20 8 8.00 105 1050 0.40 16 0.15 6 5.00 175 1750 0.70 28 0.15 6 11.00 92 920 0.60 24 0.25 10 7.00 86 860 0.55 22 0.20 8 7.00 145 1450 0.60 24 0.20 8 8.00 137 1370 0.70 28 0.15 6 11.00 105 1050 0.80 32 0.20 8 12.00 112 1120 0.60 24 0.40 16 4.00 93 930 0.45 18 0.40 16 1.00 100 1000 0.60 24 0.10 4 10.00 87 870 0.40 16 0.10 4 6.00 70 700 0.50 20 0.20 8 6.00 97 970 0.55 22 0.35 14 4.00 100 1000 0.70 28 0.15 6 11.00 83 830 0.60 24 0.20 8 8.00 74 740 0.65 26 0.20 8 9.00 63 630 0.30 12 0.10 4 4.00 60 600 0.50 20 0.20 8 6.00 84 840 0.60 24 0.40 16 4.00 75 750 0.60 24 0.30 12 6.00 100 1000 0.40 16 0.15 6 5.00 103 1030 0.45 18 0.40 16 1.00 120 1200 0.50 20 0.25 10 5.00 98 980 0.55 22 0.25 10 6.00 76 760 0.40 16 0.30 12 2.00 90 900 0.45 18 0.10 4 7.00 93 930 0.50 20 0.15 6 7.00 99 990 0.50 20 0.30 12 4.00 100 1000 0.60 24 0.25 10 7.00 83 830 0.65 26 0.30 12 7.00

(48)

Sri Ingeten Br Tarigan : Dimensi Serat Sludge Primer Industri Pulp Dan Kertas, 2009. 125 1250 0.70 28 0.30 12 8.00 137 1370 0.50 20 0.40 16 2.00 114 1140 0.55 22 0.20 8 7.00 157 1570 0.55 22 0.30 12 5.00 95 950 0.60 24 0.10 4 10.00 91 910 0.60 24 0.25 10 7.00 84 840 0.40 16 0.35 14 1.00 87 870 0.45 18 0.20 8 5.00 118 1180 0.50 20 0.20 8 6.00 100 1000 0.55 22 0.10 4 9.00 110 1100 0.45 18 0.10 4 7.00 92 920 0.50 20 0.15 6 7.00 90 900 0.60 24 0.15 6 9.00 87 870 0.70 28 0.10 4 12.00 85 850 0.65 26 0.25 10 8.00 93 930 0.65 26 0.25 10 8.00 75 750 0.60 24 0.20 8 8.00 77 770 0.50 20 0.10 4 8.00 82 820 0.55 22 0.15 6 8.00 79 790 0.50 20 0.15 6 7.00 65 650 0.70 28 0.10 4 12.00 63 630 0.80 32 0.30 12 10.00 100 1000 0.50 20 0.30 12 4.00 90 900 0.75 30 0.20 8 11.00 96 960 0.40 16 0.20 8 4.00 91 910 0.40 16 0.25 10 3.00 130 1300 0.45 18 0.20 8 5.00 125 1250 0.50 20 0.20 8 6.00 143 1430 0.60 24 0.10 4 10.00 101 1010 0.65 26 0.10 4 11.00 94 940 0.70 28 0.10 4 12.00 90 900 0.40 16 0.15 6 5.00 87 870 0.45 18 0.20 8 5.00 94 940 0.45 18 0.10 4 7.00 80 800 0.50 20 0.10 4 8.00 100 1000 0.50 20 0.10 4 8.00 104 1040 0.60 24 0.25 10 7.00 83 830 0.60 24 0.40 16 4.00 89 890 0.70 28 0.40 16 6.00 80 800 0.55 22 0.30 12 5.00 90 900 0.50 20 0.20 8 6.00 90 900 0.40 16 0.10 4 6.00 101 1010 0.70 28 0.10 4 12.00 105 1050 0.60 24 0.20 8 8.00 79 790 0.65 26 0.25 10 8.00 80 800 0.70 28 0.20 8 10.00 71 710 0.50 20 0.20 8 6.00

(49)

Sri Ingeten Br Tarigan : Dimensi Serat Sludge Primer Industri Pulp Dan Kertas, 2009. 68 680 0.40 16 0.10 4 6.00 75 750 0.60 24 0.10 4 10.00 82 820 0.45 18 0.15 6 6.00 90 900 0.50 20 0.15 6 7.00 82 820 0.60 24 0.30 12 6.00 93 930 0.55 22 0.20 8 7.00 96 960 0.70 28 0.25 10 9.00 88 880 0.60 24 0.15 6 9.00 86 860 0.60 24 0.40 16 4.00 71 710 0.70 28 0.40 16 6.00 83 830 0.65 26 0.20 8 9.00 85 850 0.65 26 0.15 6 10.00 83 830 0.60 24 0.15 6 9.00 90 900 0.50 20 0.25 10 5.00 93 930 0.55 22 0.20 8 7.00 95 950 0.50 20 0.20 8 6.00 98 980 0.70 28 0.15 6 11.00 87 870 0.80 32 0.20 8 12.00 100 1000 0.50 20 0.40 16 2.00 115 1150 0.75 30 0.40 16 7.00 85 850 0.40 16 0.10 4 6.00 96 960 0.40 16 0.10 4 6.00 75 750 0.45 18 0.20 8 5.00 98 980 0.50 20 0.35 14 3.00 76 760 0.60 24 0.15 6 9.00 90 900 0.65 26 0.20 8 9.00 93 930 0.70 28 0.20 8 10.00 99 990 0.40 16 0.10 4 6.00 100 1000 0.50 20 0.20 8 6.00 115 1150 0.30 12 0.40 16 -2.00 95 950 0.40 16 0.30 12 2.00 80 800 0.70 28 0.15 6 11.00 85 850 0.50 20 0.40 16 2.00 86 860 0.40 16 0.25 10 3.00 83 830 0.60 24 0.25 10 7.00 74 740 0.55 22 0.30 12 5.00 63 630 0.75 30 0.10 4 13.00 60 600 0.60 24 0.15 6 9.00 84 840 0.50 20 0.30 12 4.00 75 750 0.60 24 0.25 10 7.00 70 700 0.40 16 0.30 12 2.00 75 750 0.70 28 0.30 12 8.00 80 800 0.60 24 0.40 16 4.00 86 860 0.55 22 0.40 16 3.00 83 830 0.60 24 0.30 12 6.00 79 790 0.70 28 0.20 8 10.00 80 800 0.80 32 0.35 14 9.00

(50)

Sri Ingeten Br Tarigan : Dimensi Serat Sludge Primer Industri Pulp Dan Kertas, 2009. 71 710 0.60 24 0.20 8 8.00 68 680 0.45 18 0.30 12 3.00 75 750 0.55 22 0.10 4 9.00 83 830 0.70 28 0.15 6 11.00 74 740 0.60 24 0.20 8 8.00 63 630 0.60 24 0.20 8 8.00 60 600 0.70 28 0.10 4 12.00 84 840 0.65 26 0.20 8 9.00 75 750 0.65 26 0.15 6 10.00 68 680 0.60 24 0.25 10 7.00 75 750 0.50 20 0.20 8 6.00 86 860 0.55 22 0.20 8 7.00 71 710 0.50 20 0.15 6 7.00 83 830 0.70 28 0.20 8 10.00 85 850 0.80 32 0.40 16 8.00 83 830 0.50 20 0.40 16 2.00 90 900 0.75 30 0.10 4 13.00 93 930 0.40 16 0.10 4 6.00 95 950 0.50 20 0.20 8 6.00 98 980 0.70 28 0.35 14 7.00 87 870 0.80 32 0.15 6 13.00 100 1000 0.50 20 0.15 6 7.00 115 1150 0.75 30 0.30 12 9.00 85 850 0.40 16 0.20 8 4.00 96 960 0.40 16 0.25 10 3.00 75 750 0.45 18 0.15 6 6.00 98 980 0.50 20 0.40 16 2.00 76 760 0.60 24 0.40 16 4.00 90 900 0.65 26 0.20 8 9.00 93 930 0.70 28 0.15 6 11.00 99 990 0.40 16 0.15 6 5.00 100 1000 0.50 20 0.25 10 5.00 115 1150 0.30 12 0.20 8 2.00 95 950 0.40 16 0.20 8 4.00 80 800 0.70 28 0.15 6 11.00 85 850 0.50 20 0.20 8 6.00 86 860 0.40 16 0.40 16 0.00 83 830 0.60 24 0.40 16 4.00 74 740 0.55 22 0.10 4 9.00 63 630 0.75 30 0.10 4 13.00 60 600 0.60 24 0.20 8 8.00 84 840 0.50 20 0.35 14 3.00 75 750 0.40 16 0.15 6 5.00 70 700 0.50 20 0.20 8 6.00 75 750 0.30 12 0.20 8 2.00 80 800 0.40 16 0.10 4 6.00 86 860 0.70 28 0.20 8 10.00

(51)

Sri Ingeten Br Tarigan : Dimensi Serat Sludge Primer Industri Pulp Dan Kertas, 2009. 83 830 0.50 20 0.40 16 2.00 79 790 0.40 16 0.30 12 2.00 80 800 0.60 24 0.15 6 9.00 71 710 0.55 22 0.40 16 3.00 68 680 0.75 30 0.25 10 10.00 75 750 0.60 24 0.25 10 7.00 83 830 0.50 20 0.30 12 4.00 74 740 0.60 24 0.10 4 10.00 63 630 0.40 16 0.15 6 5.00 60 600 0.70 28 0.40 16 6.00 84 840 0.60 24 0.30 12 6.00 75 750 0.55 22 0.20 8 7.00 68 680 0.60 24 0.35 14 5.00 75 750 0.65 26 0.20 8 9.00 89.46 894.60 0.56 22.33 0.22 8.97 6.68

(52)

Sri Ingeten Br Tarigan : Dimensi Serat Sludge Primer Industri Pulp Dan Kertas, 2009.

Lampiran 2. Analisa Data Turunan Dimensi Serat Sludge Primer Industri Pulp dan Kertas

Runkel Ratio Felting Power Mulhteph Ratio Coofisient of rigidity Flexibility Raito

0.50 39.58 55.56 0.17 0.67 0.67 50.00 64.00 0.20 0.60 1.00 53.75 75.00 0.25 0.50 0.43 46.50 51.00 0.15 0.70 0.50 100.00 55.56 0.17 0.67 0.33 47.50 43.75 0.13 0.75 6.00 40.00 97.96 0.43 0.14 2.33 60.00 91.00 0.35 0.30 1.00 59.38 75.00 0.25 0.50 2.00 31.67 88.89 0.33 0.33 4.50 40.45 96.69 0.41 0.18 2.75 38.33 92.89 0.37 0.27 0.50 58.33 55.56 0.17 0.67 0.25 55.00 36.00 0.10 0.80 2.00 38.75 88.89 0.33 0.33 1.67 65.63 85.94 0.31 0.38 3.67 62.50 95.41 0.39 0.21 1.40 38.33 82.64 0.29 0.42 1.75 39.09 86.78 0.32 0.36 2.00 60.42 88.89 0.33 0.33 3.67 48.93 95.41 0.39 0.21 3.00 32.81 93.75 0.38 0.25 0.50 46.67 55.56 0.17 0.67 0.13 51.67 20.99 0.06 0.89 5.00 41.67 97.22 0.42 0.17 3.00 54.38 93.75 0.38 0.25 1.50 35.00 84.00 0.30 0.40 0.57 44.09 59.50 0.18 0.64 3.67 35.71 95.41 0.39 0.21 2.00 34.58 88.89 0.33 0.33 2.25 28.46 90.53 0.35 0.31 2.00 52.50 88.89 0.33 0.33 1.50 30.00 84.00 0.30 0.40 0.50 35.00 55.56 0.17 0.67 1.00 31.25 75.00 0.25 0.50 1.67 62.50 85.94 0.31 0.38 0.13 57.22 20.99 0.06 0.89 1.00 60.00 75.00 0.25 0.50 1.20 44.55 79.34 0.27 0.45 0.33 47.50 43.75 0.13 0.75 3.50 50.00 95.06 0.39 0.22 2.33 46.50 91.00 0.35 0.30 0.67 49.50 64.00 0.20 0.60 1.40 41.67 82.64 0.29 0.42

(53)

Sri Ingeten Br Tarigan : Dimensi Serat Sludge Primer Industri Pulp Dan Kertas, 2009. 1.17 31.92 78.70 0.27 0.46 1.33 44.64 81.63 0.29 0.43 0.25 68.50 36.00 0.10 0.80 1.75 51.82 86.78 0.32 0.36 0.83 71.36 70.25 0.23 0.55 5.00 39.58 97.22 0.42 0.17 1.40 37.92 82.64 0.29 0.42 0.14 52.50 23.44 0.06 0.88 1.25 48.33 80.25 0.28 0.44 1.50 59.00 84.00 0.30 0.40 4.50 45.45 96.69 0.41 0.18 3.50 61.11 95.06 0.39 0.22 2.33 46.00 91.00 0.35 0.30 3.00 37.50 93.75 0.38 0.25 6.00 31.07 97.96 0.43 0.14 1.60 32.69 85.21 0.31 0.38 1.60 35.77 85.21 0.31 0.38 2.00 31.25 88.89 0.33 0.33 4.00 38.50 96.00 0.40 0.20 2.67 37.27 92.56 0.36 0.27 2.33 39.50 91.00 0.35 0.30 6.00 23.21 97.96 0.43 0.14 1.67 19.69 85.94 0.31 0.38 0.67 50.00 64.00 0.20 0.60 2.75 30.00 92.89 0.37 0.27 1.00 60.00 75.00 0.25 0.50 0.60 56.88 60.94 0.19 0.63 1.25 72.22 80.25 0.28 0.44 1.50 62.50 84.00 0.30 0.40 5.00 59.58 97.22 0.42 0.17 5.50 38.85 97.63 0.42 0.15 6.00 33.57 97.96 0.43 0.14 1.67 56.25 85.94 0.31 0.38 1.25 48.33 80.25 0.28 0.44 3.50 52.22 95.06 0.39 0.22 4.00 40.00 96.00 0.40 0.20 4.00 50.00 96.00 0.40 0.20 1.40 43.33 82.64 0.29 0.42 0.50 34.58 55.56 0.17 0.67 0.75 31.79 67.35 0.21 0.57 0.83 36.36 70.25 0.23 0.55 1.50 45.00 84.00 0.30 0.40 3.00 56.25 93.75 0.38 0.25 6.00 36.07 97.96 0.43 0.14 2.00 43.75 88.89 0.33 0.33 1.60 30.38 85.21 0.31 0.38 2.50 28.57 91.84 0.36 0.29

Gambar

Gambar 1. Sludge Primer Industri Pulp dan Kertas
Tabel 1. Klasifikasi Runkel hubungannya dengan mutu pulp dan kertas
Tabel 2. Kriteria Penilaian Serat Kayu Indonesia untuk Bahan Baku Pulp dan     Kertas
Gambar 2. Metode pengukuran serat
+5

Referensi

Dokumen terkait