• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV ANALISIS DATA DAN HASIL PENELITIAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV ANALISIS DATA DAN HASIL PENELITIAN"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

42

BAB IV

ANALISIS DATA DAN HASIL PENELITIAN

Pada bab ini akan dijelaskan mengenai analisis data dan hasil penelitian tentang analisis faktor-faktor yang mempengaruhi ketepatan pemberian opini oleh auditor. Berdasarkan teori yang telah dipaparkan, penulis akan menganalisis data yang telah dikumpulkan tersebut sesuai dengan pokok permasalahannya dan formulasi hipotesis yang telah dikemukakan dalam bab 2 untuk mengetahui apakah hipotesis dapat diterima atau tidak.

4.1 Hasil Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu menggunakan kuesioner. Subjek responden dalam penelitian ini yaitu auditor yang bekerja di kantor akuntan publik (KAP). Kuesioner penelitian yang disebar dalam penelitian ini sebanyak 154 kuesioner, dimana kuesioner ini disebar dengan cara diberikan langsung tempat responden bekerja yaitu di kantor akuntan publik (KAP) yang berlokasi di Yogyakarta, Solo dan Semarang.

Jumlah kuesioner yang dikembalikan jawabannya yaitu sebanyak 142 kuesioner. Semua kuesioner yang dikembalikan telah memenuhi syarat yang

(2)

43 diharapkan. Berikut adalah ringkasan pengiriman dan pengembalian dalam penelitian ini dalam tabel 4.1

Tabel 4.1

Hasil Pengumpulan Data

Keterangan Jumlah %

Kuesioner yang disebar 154 100%

Kuesioner yang tidak kembali 12 7.8%

Kuesioner yang kembali 142 92.2%

Kuesioner yang tidak memenuhi syarat 0 0%

Kuesioner yang memenuhi syarat 142 92.2%

Sumber: Hasil penelitian , 2015

Tabel 4.1 telah menunjukan bahwa pengiriman kuesioner sebanyak 154 kuesioner, yang kembali dan layak untuk di analisis yaitu sebanyak 142 kuesioner, dengan tingkat useable response rate 92.2%.

4.2 Perhitungan Validitas Dan Reliabilitas

4.2.1 Uji Validitas

Uji validitas dilakukan dengan membandingkan r hitung (tabel corrected item-total correlation) dengan r tabel (Tabel product moment dengan signifikan 0,05) untuk degree of freedom (df) = n-2, nilai “n” sendiri merupakan jumlah sampel dalam penelitian. Untuk melihat suatu kuesioner dinyatakan valid maka

(3)

44 nilai r hitung > r tabel. Dalam penelitian ini jumlah sampel penelitian diperoleh sebanyak 142 responden, maka diperoleh nilai (df) = 142-2 dengan tingkat kepercayaan 95% (α = 5%) maka nilai df dari 140 adalah 0,1386. Hasil uji validitas dalam penelitian ini dapat dilihat pada LAMPIRAN 3.

Berdasarkan LAMPIRAN 3 dapat disimpulkan bahwa semua butir pertanyaan dari tiap-tiap variabel adalah valid, karena nilai r hitung lebih besar dari r tabel, dimana r tabel sebesar 0,1386 (r hitung > r tabel).

4.2.2 Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat penyimpangan atau deviasi yang mungkin disebabkan oleh berbagai faktor acak dalam proses pengukuran. Uji reliabilitas dalam penelitian ini dilakukan dengan uji cronbach alpha menggunakan SPSS. Suatu konstruk dikatakan reliabel jika memberikan nilai cronbach alpha > 0,60 (Surfeliya et al., 2014). Hasil uji reliabilitas dalam penelitian ini dapat dilihat dalam tabel 4.2.

(4)

45

Tabel 4.2

Hasil Uji Reliabilitas

Variabel Cronbach Alpha Keterangan

Kompetensi Auditor 0.807 Reliabel

Skeptisme Profesional 0.697 Reliabel

Pengalaman 0.831 Reliabel

Keahlian Audit 0.812 Reliabel

Independensi 0.743 Reliabel

Ketepatan Pemberian Opini Oleh Auditor 0.846 Reliabel

Sumber: Hasil penelitian, 2015

Berdasarkan tabel 4.2 dapat disimpulkan bahwa seluruh variabel dalam penelitian ini dapat dikatakan reliabel karena koefisien alpha lebih besar 0.6. Maka dari itu dapat disimpulkan bahwa butir-butir pernyataan dan pertanyaan dapat digunakan sebagai instrumen untuk penelitian selanjutnya.

4.3 Analisa Deskriptif Variabel Penelitian

Analisis deskritif ini menggunakan nilai minimum, maksimum, rata-rata (mean), dan standar deviasi atas jawaban responden dari tiap-tiap variabel. Analisis deskriptif variabel penelitian ini dapat dilihat pada tabel 4.3.

(5)

46

Descriptive Stati stics

142 2.17 3.83 2.9830 .31047 142 2.00 3.73 3.0275 .38387 142 1.92 4.00 3.1360 .34262 142 2.00 4.00 3.2958 .50059 142 .00 1.00 .5352 .50052 142 1.83 3.78 3.0462 .31343 142 1.60 5.00 4.0901 .38745 142 X1 X2 X3 X4 X5 X6 Y

Valid N (list wise)

N Minimum Maximum Mean Std. Dev iat ion

Tabel 4.3

Analisis Deskriptif Variabel Penelitian

Sumber: Hasil penelitian, 2015

Dari hasil analisis data di atas, maka dapat disimpulkan deskripsi masing-masing variabel adalah sebagai berikut :

1. Variabel kompetensi auditor (X1) memiliki nilai minimum sebesar 2,17 yang berarti bahwa dari seluruh responden yang memberikan penilaian terendah jawaban atas kompetensi auditor adalah sebesar 2,17. Nilai maksimumnya sebesar 3,83 yang berarti bahwa dari seluruh responden yang memberikan penilaian paling atas jawaban atas kompetensi auditor adalah sebesar 3,83. Nilai rata-rata kompetensi auditor adalah sebesar 2,9830 artinya bahwa dari seluruh responden yang memberikan jawaban atas kompetensi auditor, rata-rata responden memberikan penilaian sebesar 2,9830. Sedangkan standar deviasi sebesar 0,31047 memiliki arti bahwa ukuran penyebaran data dari variabel kompetensi auditor adalah sebesar 0,31047 dari 142 responden.

(6)

47 2. Variabel skeptisme profesional (X2) memiliki nilai minimum sebesar 2,00 yang berarti bahwa dari seluruh responden yang memberikan penilaian terendah jawaban atas skeptisme profesional adalah sebesar 2,00. Nilai maksimumnya sebesar 3,73 yang berarti bahwa dari seluruh responden yang memberikan penilaian paling atas jawaban atas skeptisme profesional adalah sebesar 3,73. Nilai rata-rata kompleksitas tugas adalah sebesar 3,0275 artinya bahwa dari seluruh responden yang memberikan jawaban atas skeptisme profesional, rata-rata responden memberikan penilaian sebesar 3,0275. Sedangkan standar deviasi sebesar 0,38387 memiliki arti bahwa ukuran penyebaran data dari variabel skeptisme profesional adalah sebesar 0,38387 dari 142 responden.

3. Variabel pengalaman (X3) memiliki nilai minimum sebesar 1,92 yang berarti bahwa dari seluruh responden yang memberikan penilaian terendah jawaban atas pengalaman adalah sebesar 1,92. Nilai maksimumnya sebesar 4,00 yang berarti bahwa dari seluruh responden yang memberikan penilaian paling atas jawaban atas pengalaman adalah sebesar 4,00. Nilai rata-rata pengalaman adalah sebesar 3,1360 artinya bahwa dari seluruh responden yang memberikan jawaban atas pengalaman, rata-rata responden memberikan penilaian sebesar 3,1360. Sedangkan standar deviasi sebesar 0,34262 memiliki arti bahwa ukuran penyebaran data dari variabel pengalaman adalah sebesar 0,34262 dari 142 responden.

(7)

48 4. Variabel keahlian audit (X4) memiliki nilai minimum sebesar 2,00 yang berarti bahwa dari seluruh responden yang memberikan penilaian terendah jawaban atas keahlian audit adalah sebesar 2,00. Nilai maksimumnya sebesar 4,00 yang berarti bahwa dari seluruh responden yang memberikan penilaian paling atas jawaban atas keahlian audit adalah sebesar 4,00. Nilai rata-rata keahlian audit adalah sebesar 3,2958 artinya bahwa dari seluruh responden yang memberikan jawaban atas keahlian audit, rata-rata responden memberikan penilaian sebesar 3,2958. Sedangkan standar deviasi sebesar 0,50059 memiliki arti bahwa ukuran penyebaran data dari variabel keahlian audit sebesar 0,50059 dari 142 responden.

5. Variabel gender (X5) memiliki nilai minimum sebesar 0,00 yang berarti bahwa dari seluruh responden yang memberikan penilaian terendah jawaban atas gender adalah sebesar 0,00. Nilai maksimumnya sebesar 1,00 yang berarti bahwa dari seluruh responden yang memberikan penilaian paling atas jawaban atas gender adalah sebesar 1,00. Nilai rata-rata gender adalah sebesar 0,5352 artinya bahwa dari seluruh responden yang memberikan jawaban atas gender, rata-rata responden memberikan penilaian sebesar 0,5352. Sedangkan standar deviasi sebesar 0,50052 memiliki arti bahwa ukuran penyebaran data dari variabel gender adalah sebesar 0,50052 dari 142 responden.

6. Variabel independen (X6) memiliki nilai minimum sebesar 1,83 yang berarti bahwa dari seluruh responden yang memberikan penilaian terendah jawaban atas independen adalah sebesar 1,83. Nilai maksimumnya sebesar 3,78 yang

(8)

49 berarti bahwa dari seluruh responden yang memberikan penilaian paling atas jawaban atas independen adalah sebesar 3,78. Nilai rata-rata independen adalah sebesar 3,0462 artinya bahwa dari seluruh responden yang memberikan jawaban atas independen, rata-rata responden memberikan penilaian sebesar 3,0462. Sedangkan standar deviasi sebesar 0,31343 memiliki arti bahwa ukuran penyebaran data dari variabel independen adalah sebesar 0,31343 dari 142 responden.

7. Variabel ketepatan pemberian opini oleh auditor (Y) memiliki nilai minimum sebesar 1,60 yang berarti bahwa dari seluruh responden yang memberikan penilaian terendah jawaban atas ketepatan pemberian opini oleh auditor adalah sebesar 1,60. Nilai maksimumnya sebesar 5,00 yang berarti bahwa dari seluruh responden yang memberikan penilaian paling atas jawaban atas ketepatan pemberian opini oleh auditor adalah sebesar 5,00. Nilai rata-rata ketepatan pemberian opini oleh auditor adalah sebesar 4,0901 artinya bahwa dari seluruh responden yang memberikan jawaban atas ketepatan pemberian opini oleh auditor, rata-rata responden memberikan penilaian sebesar 4,0901. Sedangkan standar deviasi sebesar 0,38745 memiliki arti bahwa ukuran penyebaran data dari variabel ketepatan pemberian opini oleh auditor adalah sebesar 0,38745 dari 142 responden.

(9)

50

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

142 .0492958 .78866985 .091 .091 -.052 1.084 .191 N Mean

Std. Dev iat ion Normal Parametersa,b

Absolute Positiv e Negativ e Most Extreme Dif f erences Kolmogorov -Smirnov Z Asy mp. Sig. (2-tailed)

Standardized Residual

Test distribution is Normal. a.

Calculated f rom data. b.

4.4 Uji Asumsi Klasik

4.4.1 Uji Normanilitas Data

Uji normalitas data bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi variabel terikat dan variabel bebas mempunyai distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik hendaknya berdistribusi normal atau mendekati normal

Normalitas dapat diuji dengan menggunakan uji One-Sample Kolmogrov-Sminov. Dengan asumsi Asymp. Sig. (2-tailed ) > 0,05, berdistribusi normal sehingga model regresi layak digunakan (Surfeliya et al., 2014). Hasil uji normalitas dengan menggunakan uji Kolmogrov-Sminov dari penelitian ini dapat dilihat pada tabel 4.4.

Tabel 4.4

Hasil Uji Normalitas

(10)

51 Berdasarkan hasil penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa model regresi ini terdistribusi normal, karena nilai Asymp. Sig. (2-tailed) penelitian ini sebesar 0,191, lebih dari 0,05. Maka model regresi penelitian ini layak untuk digunakan analisis selanjutnya.

4.4.2 Uji Multikolinieritas

Multikolinearitas adalah suatu keadaan dimana antar variabel independen saling berkorelasi satu dengan yang lainnya. Suatu persamaan regresi terjadi multikolinearitas bila dua atau lebih variabel independennya memiliki tingkat korelasi yang tinggi. Pengujian multikolinieritas dalam penelitian ini menggunakan uji VIF dan uji Tolerance., apabila nilai VIF < 10 dan tolerance > 0,1 maka tidak terdapat masalah multikolinieritas dalam model regresi. Berikut adalah hasil uji multikolinieritas dari penelitian ini:

Tabel 4.5

Hasil Uji Multikolinieritas

Model Collinearity Statistics

Tolerance VIF 1 Kompetensi Auditor (X1) ,590 1,694 Sikap Skeptisme (X2) ,747 1,339 Pengalaman (X3) ,425 2,352 Keahlian Audit (X4) ,558 1,791 Gender (X5) ,931 1,074

(11)

52 Independensi (X6) ,942 1,062

a. Dependent Variable: Opini Auditor

Sumber: Hasil penelitian, 2015

Berdasarkan hasil uji diatas dapat disumpulkan bahwa seluruh variabel independen dalam penelitian ini tidak terdapat gejala multikolinieritas. Hal ini dikarenakan nilai VIF pada seluruh variabel independen < 10 dan nilai tolerance > 0.1.

4.4.3 Uji Heteroskedastisitas

Heteroskedastisitas berarti varian gangguan yang tidak konstan. Masalah heteroskedastisitas lebih sering muncul pada data cross section. Pengujian heteroskedastisitas dalam penelitian ini menggunakan scatter plot. Berikut adalah hasil uji heteroskedastisitas dalam penelitian ini:

Gambar 4.1

Hasil Uji Heteroskedastisitas

(12)

53 Coeffici entsa .189 .281 .672 .503 .293 .081 .235 3.599 .000 .175 .059 .174 2.995 .003 .276 .087 .244 3.175 .002 .227 .052 .293 4.361 .000 -.043 .040 -.056 -1.073 .285 .298 .064 .241 4.657 .000 (Constant) X1 X2 X3 X4 X5 X6 Model 1 B Std. Error Unstandardized Coef f icients Beta Standardized Coef f icients t Sig. Dependent Variable: Y a.

Hasil analisis uji heteroskedastisitas di atas menunjukkan bahwa seluruh data gambar tersebar secara acak dan tidak membentuk pola. Hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat gejala heteroskedastisitas dalam model regresi dan dapat digunakan untuk analisis selanjutnya.

4.5 Analisis Regresi Berganda

Analisis regresi berganda dilakukan untuk mengetahui besarnya pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Maka dari perlu dilakukannya analisis ini. Tabel 4.6 berikut menunjukan hasil analisis koefisien model regresi.

Tabel 4.6

Hasil Analisis Regresi Linier Berganda

(13)

54 Berdasarkan tabel diatas, maka model regresi yang diperoleh adalah sebagai berikut :

Y= 0,189 + 0,293X1 + 0,175X2 + 0,276X3 + 0,227X4 - 0,043X5 + 0,298X6

Dari hasil persamaan regresi linier dapat diartikan sebagai berikut :

1. Konstanta (α) sebesar 0,189 memberi pengertian jika seluruh variabel independen konstan atau sama dengan nol (0), maka besarnya ketepatan pemberian opini auditor sebesar 0,189 satuan.

2. Pada variabel kompetensi auditor (X1), diperoleh nilai koefisien sebesar 0,293 dengan tanda positif yang berarti apabila pada variabel kompetensi auditor meningkat sebesar 1 satuan, maka ketepatan opini auditor akan meningkat sebesar 0,293 satuan dengan asumsi bahwa variabel independen lain dalam kondisi konstan

3. Pada variabel skeptisme profesional (X2), diperoleh nilai koefisien sebesar 0,175 dengan tanda positif yang berarti apabila pada variabel skeptisme profesional meningkat sebesar 1 satuan, maka ketepatan opini auditor akan meningkat sebesar 0,175 satuan dengan asumsi bahwa variabel independen lain dalam kondisi konstan.

4. Pada variabel pengalaman (X3), diperoleh nilai koefisien sebesar 0,276 dengan tanda positif yang berarti apabila pada variabel pengalaman meningkat

(14)

55 sebesar 1 satuan, maka ketepatan opini auditor akan meningkat sebesar 0,276 satuan dengan asumsi bahwa variabel independen lain dalam kondisi konstan.

5. Pada variabel keahlian audit (X4), diperoleh nilai koefisien sebesar 0,227 dengan tanda positif yang berarti apabila pada variabel keahlian audit meningkat sebesar 1 satuan, maka ketepatan opini auditor akan meningkat sebesar 0,227 satuan dengan asumsi bahwa variabel independen lain dalam kondisi konstan.

6. Pada variabel gender (X5), diperoleh nilai koefisien sebesar -0,043 dengan tanda negatif yang berarti apabila pada auditor tersebut merupakan auditor perempuan, maka ketepatan opini auditor akan menurun sebesar -0,043 satuan dengan asumsi bahwa variabel independen lain dalam kondisi konstan.

7. Pada variabel independensi (X6), diperoleh nilai koefisien sebesar 0,298 dengan tanda positif yang berarti apabila pada variabel independensi meningkat sebesar 1 satuan, maka ketepatan opini auditor akan meningkat sebesar 0,298 satuan dengan asumsi bahwa variabel independen lain dalam kondisi konstan.

(15)

56 Model Summary .812a .660 .645 .23090 Model 1 R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Est imat e Predictors: (Constant), X6, X1, X5, X2, X4, X3

a.

4.5.1 Uji Koefisien Determinasi

Untuk mengetahui signifikansi veriabel maka perlu dilakukan identifikasi determinan (R2), maka dari itu perlu dicari koefisien determinasi (R2). Melalui uji ini akan diketahui besarnya konstribusi variabel independen terhadap variabel dependen. Berikut adalah hasil uji koefisien determinasi dari penelitian ini:

Tabel 4.7

Hasil Uji Koefisien Determinasi

Sumber: Hasil penelitian, 2015

Berdasarkan hasil uji diatas, maka diketahui nilai adjusted r square

sebesar 0,645. Maka dapat disimpulkan bahwa variasi variabel independen dalam mempengaruhi atau menjelaskan variabel dependen sebesar 0,645 atau 64,5%, sedangkan sisanya 35,5% dipengaruhi oleh variabel lainnya yang tidak dimasukan dalam penelitian ini.

(16)

57

4.5.2 Uji T

Berdasarkan hasil dari analisis regresi berganda yang terdapat pada tabel 4.6, dapat diketahui nilai probabilitas value masing-masing variabel independen terhadap nilai variabel dependen dalam penelitian ini. Jika

probabilitas value > 0.05 maka Ho ditolak, dan sebaliknya jika probabilitas value < 0.05 maka Ha diterima. Berdasarkan tabel 4.4 terlihat bahwa:

4.5.2.1 Kompetensi auditor berpengaruh positif terhadap ketepatan

pemberian opini oleh auditor

Hasil dari pengujian hipotesis pertama yaitu kompetensi auditor berpengaruh positif terhadap ketepatan pemberian opini oleh auditor terbukti secara signifikan. Hal ini terjadi dikarenakan pengaruh kompetensi auditor terhadap ketepatan pemberian opini oleh auditor memiliki nilai sig dibawah 0,05 yaitu sebesar 0,000. Nilai koefisien yang positif yaitu 0,293 juga mendukung bahwa kompetensi auditor berpengaruh positif terhadap ketepatan pemberian opini oleh auditor.

Hasil dari penelitian ini sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Purwanti & Sumartono (2014) yang membuktikan bahwa kompetensi auditor berpengaruh positif terhadap ketepatan pemberian opini oleh auditor. Kompetensi auditor yang dimaksud adalah bahwa seorang auditor harus memiliki pendidikan

(17)

58 dan pengalaman yang baik agar dapat memiliki kompetensi yang baik bagi seorang auditor. Menurut Purwanti & Sumartono (2014) kompetensi berkaitan dengan pendidikan dan pengalaman memadai yang dimiliki akuntan publik dalam bidang auditing dan akuntansi. Dalam melaksanakan audit, akuntan publik harus bertindak sebagai seorang yang ahli di bidang akuntansi dan auditing. Pencapaian keahlian dimulai dengan pendidikan formal, yang selanjutnya diperluas melalui pengalaman dalam praktik audit. Selain itu, akuntan publik harus menjalani pelatihan teknis yang cukup yang mencakup aspek teknis maupun pendidikan umum. Kompetensi dapat diperoleh oleh auditor dari pengalaman, keahlian dan pendidikan. Semakin banyak pengalaman yang telah dicapai oleh auditor maka seorang auditor akan makin terampil. Dan auditor akan banyak memperoleh informasi maka dengan mengumpulkan informasi itulah auditor akan digunakan sebagai dasar pemberian opini (Surfeliya et al., 2014). Maka dapat disimpulkan bahwa semakin baik kompetensi yang dimiliki oleh auditor, maka semakin baik hasil pekerjaan dari auditor tersebut, yang artinya opini yang akan dikeluarkan akan semakin tepat. Seorang auditor akan selalu dituntut untuk meningkat kompetensi mereka, artinya auditor akan selalu dituntut meningkatkan pengetahuan mereka tentang akuntansi dan auditing dan tentunya diikuti dengan menambah pengalaman mereka dalam mengaudit karena hal ini akan sangat berpengaruh terhadap hasil pekerjaan auditor.

Pada penelitian ini disimpulkan bahwa pengujian pada hipotesa pertama terbukti dimana telah didukung oleh data. Hal ini menjadikan bahwa hipotesa nol

(18)

59 ditolak atau dengan kata lain terbukti bahwa kompetensi auditor berpengaruh positif terhadap ketepatan pemberian opini oleh auditor. Semakin baik kompetensi yang dimiliki oleh seorang auditor maka akan meningkatkan ketepatan pemberian opini oleh auditor.

4.5.2.2 Sikap skeptisme profesional berpengaruh positif terhadap ketepatan

pemberian opini oleh auditor

Hasil pengujian hipotesis kedua yaitu sikap skeptisme profesional berpengaruh positif terhadap ketepatan pemberian opini oleh auditor terbukti secara signifikan. Hal ini dikarenakan pengaruh sikap skeptisme profesional terhadap ketepatan pemberian opini oleh auditor memiliki nilai sig lebih kecil dari 0.05 yaitu sebesar 0.003. Nilai koefisien yang positif yaitu 0.175 juga mendukung bahwa sikap skeptisme profesional berpengaruh positif terhadap ketepatan pemberian opini oleh auditor.

Hasil dari penelitian ini juga sama dengan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Surfeliya et al (2014). Penelitian yang telah dilakukan oleh Surfeliya et al (2014) membuktikan bahwa sikap skeptisme profesional berpengaruh positif terhadap ketepatan pemberian opini oleh auditor. Ikatan Akuntansi Indonesia (2001) menyatakan bahwa skeptisme profesional adalah sikap yang mencangkup pikiran yang selalu mempertanyakan dan melakukan evaluasi secara kritis bukti audit. Artinya seorang auditor akan selalu dituntut untuk bersikap tidak mudah percaya atas apa yang ditemui dilapangan. Dalam

(19)

60 proses mencari bukti audit, sikap ini harus diterapkan oleh seorang auditor, hal ini akan sangat membantu auditor untuk menemukan bukti yang cukup dan tepat. Dengan sikap yang tidak mudah percaya serta selalu berpikir kritis atas bukti audit yang ditemukan, akan membuat auditor selalu berusaha sampai menemukan bukti audit yang cukup dan tepat. Semakin cukup dan tepat sebuah bukti audit yang diperoleh seorang auditor, maka dasar untuk auditor tersebut mengeluarkan sebuah opini akan semakin baik, artinya opini auditor akan semakin tepat. Auditor akan selalu dituntut untuk memiliki sikap ini. Semakin skeptis seorang auditor, maka semakin tepat opini yang akan dikeluarkannya.

Pada penelitian ini disimpulkan bahwa pengujian pada hipotesa kedua terbukti dimana telah didukung oleh data. Hal ini menjadikan bahwa hipotesa nol ditolak atau dengan kata lain terbukti bahwa sikap sketisme profesional berpengaruh positif terhadap ketepatan pemberian opini oleh auditor. Semakin baik/tinggi sikap skeptisme yang dimiliki oleh seorang auditor maka akan meningkatkan ketepatan pemberian opini oleh auditor.

4.5.2.3 Pengalaman berpengaruh positif terhadap ketepatan pemberian opini

oleh auditor

Hasil dari pengujian hipotesis yang ketiga yaitu pengalaman berpengaruh positif terhadap ketepatan pemberian opini oleh auditor terbukti secara signifikan. Hal ini dikarenakan pengaruh pengalaman terhadap ketepatan pemberian opini

(20)

61 oleh auditor memiliki nilai sig sebesar 0.002, dimana nilai sig ini lebih kecil dari 0.05. Nilai koefisien yang positif yaitu 0.276 turut membuktikan bahwa pengalaman berpengaruh positif terhadap ketepatan pemberian opini oleh auditor.

Menurut Sabrina & Januarti (2012) pengalaman audit adalah pengalaman auditor dalam melakukan pemeriksaan laporan keuangan baik dari segi lamanya waktu, maupun banyaknya penugasan yang pernah dilakukan. Auditor yang berpengalaman akan membuat judgment yang relatif lebih baik dalam tugas-tugasnya. Pengalaman yang dimaksud adalah jam terbang seorang auditor untuk untuk melakukan kegiatan auditing. Pengalaman merupakan salah satu syarat utama yang harus dipenuhi jika seseorang ingin menjadi auditor, karena hal ini akan sangat mempengaruhi hasil pekerjaannya. Pengetahuan yang baik tidak akan cukup bagi seorang auditor agar menghasilkan pekerjaan yang baik, pengetahuan yang baik ini harus diikuti dengan pengalaman yang banyak juga. Pengalaman akan sangat membantu seorang auditor untuk memecahkan berbagai masalah yang hanya dapat diselesaikan /ditemui berdasarkan dari pengalaman seorang auditor melakukan proses auditing sebelumnya. Hal ini juga didukung dengan adanya standar pertama dalam SPAP yang menghendaki bahwa dalam pemberian opininya, salah satunya harus berdasarkan pengalaman si auditor. Maka dapat disimpulkan bahwa, pengalaman akan sangat mempengaruhi bagi seorang auditor dalam memberikan opini auditor, karena hal ini akan meningkatkan pengetahuan dan keahlian audit bagi auditor tersebut. Semakin baik pengalaman seorang auditor maka semakin tepat pula opini yang akan diberikan. Menurut Surfeliya et

(21)

62 al (2014) auditor yang memilki banyak pengalaman dalam melakukan audit akan lebih baik dalam memberikan opini audit.

Pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pengujian pada hipotesa ketiga terbukti dimana telah didukung oleh data. Hal ini menjadikan bahwa hipotesa nol ditolak atau dengan kata lain terbukti bahwa pengalaman berpengaruh positif terhadap ketepatan pemberian opini oleh auditor. Semakin banyak pengalaman audit yang dimiliki oleh seorang auditor maka akan meningkatkan ketepatan pemberian opini oleh auditor.

4.5.2.4 Keahlian audit berpengaruh positif terhadap ketepatan pemberian

opini oleh auditor

Hasil dari pengujian hipotesa keempat yaitu keahlian audit berpengaruh positif terhadap ketepatan pemberian opini oleh auditor terbukti secara signifikan. Hal ini dibuktikan dari pengaruh keahlian audit terhadap ketepatan pemberian opini oleh auditor memiliki nilai sig lebih kecil dari 0.05 yaitu sebesar 0.000. Nilai koefisien yang positif yaitu sebesar 0.227 juga membuktikan bahwa keahlian audit berpengaruh positif terhadap ketepatan pemberian opini oleh auditor.

Sebagai seorang auditor, haruslah memiliki keahlian dalam audit. Sebagaimana dinyatakan dalam standar umum yang pertama bahwa audit harus dilaksanakan oleh seseorang atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan

(22)

63 teknik yang cukup sebagai auditor (Surfeliya et al., 2014). Ikatan Akuntansi Indonesia (2001) menyebutkan bahwa dalam melaksanakan audit untuk sampai pada suatu pernyataan pendapat, auditor harus senantiasa bertindak sebagai seorang ahli dalam bidang akuntansi dan auditing. Pencapaian keahlian tersebut dimulai dengan pendidikan formalnya, yang diperluas dengan melalui pengalaman-pengalaman selanjutnya dalam praktik audit. Seorang auditor tentunya akan selalu dituntut untuk menjadi seorang yang ahli dibidang akuntansi dan auditing, karena hal ini akan sangat mempengaruhi dari pekerjaan auditor tersebut. Semakin ahli seorang auditor maka semakin baik pula pekerjaan yang akan dilakukan auditor tersebut, karena ketika seorang auditor dikatakan ahli maka dari sisi pengetahuan mengenai auditing dan akuntansi sudah sangat baik serta diikuti dengan pengalaman yang baik pula. Tentunya pengetahuan yang baik yang diikuti oleh pengalaman yang baik akan sangat mendukung seorang auditor dalam menjalankan tugasnya, maka opini yang akan diberikan auditor tersebut juga akan semakin tepat.

Pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pengujian pada hipotesa keempat terbukti dimana telah didukung oleh data. Hal ini menjadikan bahwa hipotesa nol ditolak atau dengan kata lain terbukti bahwa keahlian audit berpengaruh positif terhadap ketepatan pemberian opini oleh auditor. Semakin baik keahlian audit yang dimiliki oleh seorang auditor maka akan meningkatkan ketepatan pemberian opini oleh auditor.

(23)

64

4.5.2.5 Keberadaan gender wanita sebagai auditor berpengaruh positif

terhadap ketepatan pemberian opini auditor

Hasil dari pengujian hipotesis kelima dalam penelitian ini yaitu keberadaan gender wanita sebagai auditor berpengaruh positif terhadap ketepatan pemberian opini oleh auditor tidak terbukti secara siginifikan. Hal ini dikarenakan pengaruh gender wanita sebagai auditor terhadap ketepatan pemberian opini oleh auditor memiliki nilai sig diatas 0.05, yaitu sebesar 0.285.

Hasil dari penelitian ini telah menunjukan bahwa gender tidak mempengaruhi ketepatan pemberian opini oleh auditor. Menurut Sabrina & Januarti (2012), gender dapat diartikan sebagai perbedaan yang tampak antara lelaki dan wanita dilihat dari segi nilai dan tingkah laku. Penyebab Faktor gender tidak mempengaruhi pemberian opini auditor hal ini dikarenakan pada dasarnya baik auditor laki-laki atau wanita mereka memiliki kompetensi yang sama. Semakin tepat atau tidak opini yang akan dikeluarkan oleh seorang auditor tidak dipengaruhi gender, akan tetapi dipengaruhi oleh faktor lainnya seperti kompetensi yang baik. Jenis kelamin tidak akan menjamin apakah pekerjaan audit yang dilakukan wanita akan lebih dari pekerjaan audit yang akan dilakukan oleh laki-laki, yang membedakan antara auditor laki-laki dan wanita hanya nilai-nilai dan sifat dalam bekerja. Jika seorang auditor, baik wanita atau laki ingin melakukan pekerjaan mereka menjadi baik, maka mereka harus meningkat kompetensi mereka untuk menjadi seorang auditor. Auditor laki-laki mungkin opininya akan lebih tepat dengan auditor wanita, karena kompetensi auditor

(24)

laki-65 laki lebih baik. Maka disimpulkan gender tidak mempengaruhi ketepatan pemberian opini oleh auditor.

Dengan demikian, hasil dari pengujian hipotesis kelima terbukti ditolak karena tidak terdukung oleh data. Hal ini menunjukan bahwa hipotesa nol gagal ditolak atau dengan kata lain keberadaan gender wanita sebagai auditor tidak berpengaruh positif terhadap ketepatan pemberian opini oleh auditor.

4.5.2.6 Independensi berpengaruh positif terhadap ketepatan pemberian

opini oleh auditor

Hasil dari pengujian hipotesis yang keenam yaitu independensi berpengaruh positif terhadap ketepatan pemberian opini oleh auditor terbukti secara signifikan. Hal ini dibuktikan dari pengaruh independensi terhadap ketepatan pemberian opini oleh auditor memiliki nilai sig lebh kecil dari 0.05, yaitu sebesar 0.000. Hal ini juga didukung oleh nilai koefisien yang positif yaitu sebesar 0.298 yang membuktikan bahwa independensi berpengaruh positif terhadap ketepatan pemberian opini oleh auditor.

Hasil dari penelitian ini sama dengan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Purwanti & Sumartono (2014) dan Siregar (2013), dimana hasil penelitiannya menunjukan juga bahwa independensi berpengaruh positif terhadap ketepatan pemberian opini oleh auditor. Menurut Jusuf (1993) indepedensi dalam

(25)

66 audit berarti cara pandang yang tidak memihak di dalam penyelenggaran pengujian auditor, evaluasi hasil pemeriksaan, dan penyusunan laporan audit. Ketika seorang auditor independen maka pekerjaanya dapat dilakukan dengan sangat objektif. Ketika seorang auditor tidak independen (memihak) maka hasil pekerjaanya akan diragukan, karena subjektifitas akan muncul dalam pekerjaanya, terlebih lagi si auditor memiliki posisi strategis dalam perusahaan klien. Ikatan Akuntansi Indonesia (2001) menyebutkan bahwa tujuan auditor independen adalah untuk memperoleh bukti kompeten yang cukup untuk memberikan basis yang memadai bagi nya dalam merumuskan suatu pendapat. Maka independensi akan menjadi salah satu syarat yang harus dipenuhi oleh seoarang auditor. Ketika seorang auditor memiliki indepedensi yang baik, maka bukti audit yang dikumpulkan oleh auditor tersebut akan bersifat objektif, tidak memihak klien ataupun lainnya. Ketika bukti audit yang diperoleh bersifat objektif, maka opini yang dikeluarkan oleh auditor tersebut juga akan semakin tepat, karena bukti yang diperoleh benar-benar menunjukan kondisi yang sebenarnya. Dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya ketika seorang auditor bersikap independen maka opini yang dikeluarkan akan semakin tepat.

Pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pengujian pada hipotesa keenam terbukti dimana telah didukung oleh data. Hal ini menjadikan bahwa hipotesa nol ditolak atau dengan kata lain terbukti bahwa independensi berpengaruh positif terhadap ketepatan pemberian opini oleh auditor. Semakin

(26)

67 independen seoarang auditor maka akan meningkatkan ketepatan pemberian opini oleh auditor tersebut.

Tabel 4.8

Hasil pengujian hipotesis

Hipotesis Keterangan

H1:Kompetensi auditor berpengaruh positif terhadap ketepatan pemberian opini oleh auditor

Didukung data

H2:Sikap skeptisme profesional berpengaruh positif terhadap ketepatan pemberian opini oleh auditor

Didukung data

H3:Pengalaman berpengaruh positif terhadap ketepatan pemberian opini oleh auditor

Didukung data

H4:Keahlian audit berpengaruh positif terhadap ketepatan pemberian opini oleh auditor

Didukung data

H5:Keberadaan gender wanita sebagai auditor berpengaruh positif terhadap ketepatan pemberian opini oleh auditor

Tidak terdukung

H6:Independensi berpengaruh positif terhadap ketepatan pemberian opini oleh auditor

Referensi

Dokumen terkait

Tutkimukseni aineisto koostuu kahdeksasta eron kokeneen vanhemman haastattelusta, jotka käyttävät tai ovat käyttäneet Mannerheimin Lastensuojeluliiton Tampereen osaston

Hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa penggunaan media tiga dimensi pada mata pelajaran Matematika dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik kelas IV/B

Sebagaimana yang telah dijelaskan di atas bahwa perdagangan orang merupakan suatu proses tindakan perekrutan, pengiriman, pemindahan, penempatan atau penerimaan

Taman pintar dibangun sebagai sarana bermain edukatif dan bersifat rekreatif, guna mendukung Surakarta sebagai kota layak anak. Kota Surakarta memang baru terdapat tujuh

(2000) mengatakan bahwa kelebihan peran mempunyai efek negatif terhadap kinerja, sehingga dapat dikatakan apabila lebih tinggi kelebihan peran yang dialami

Sifat formaldehida yang mudah terhidrolisis atau larut dalam air menyebabkan formaldehida yang seharusnya mengikat urea dan tanin agar daya rekat menjadi kuat lebih terikat atau

Walau bagaimanapun, Sultan Abdul Hamid dengan dibantu para pembesar baginda membuktikan mereka telah berusaha sedaya upaya untuk mentadbir dan menguruskan kerajaan dengan