• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Sikap Demokratis - PENINGKATAN SIKAP DEMOKRATIS DAN PRESTASI BELAJAR PKn MATERI MENGENAL BENTUK KEPUTUSAN BERSAMA MELALUI METODE SIMULASI DI KELAS VB SD NEGERI 1 KARANGDUREN - repository perpustakaan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Sikap Demokratis - PENINGKATAN SIKAP DEMOKRATIS DAN PRESTASI BELAJAR PKn MATERI MENGENAL BENTUK KEPUTUSAN BERSAMA MELALUI METODE SIMULASI DI KELAS VB SD NEGERI 1 KARANGDUREN - repository perpustakaan"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori 1. Sikap Demokratis

Nilai memiliki peranan penting dalam kehidupan manusia, karena merupakan alat ukur yang dapat mengukur berbagai hal yang ada dalam kehidupan manusia. Menurut Fraenkel (1977:6) “a value is an idea-a concept-about what someone thinks is important in life.” Berdasarkan pengertian di atas, nilai dapat diartikan sebagai alat ukur yang dapat digunakan untuk mengukur sikap manusia dalam kehidupan bersosial. Nilai yang dijadikan patokan ialah nilai keluhuran, kemuliaan, kejujuran, dan religius.

Norma adalah aturan yang berlaku di suatu daerah atau suatu masyarakat untuk ditaati dan dijalankan. Norma bertujuan untuk mengontrol kehidupan manusia agar selalu seimbang, dan selaras sesuai dengan nilai-nilai yang mulia. Norma terdiri dari beberapa jenis yaitu norma agama, norma sosial, norma hukum, dan norma kebiasaan. Menurut Muslich (2011:19) norma berkaitan dengan sanksi, seseorang yang melanggar norma akan mendapat sanksi.

(2)

pertimbangan, dan tuntunan untuk berbuat dengan tanggung jawab sesuai dengan nilai dan norma yang dipilih. Jadi, dasar dari moral seseorang ialah jika ia telah mengikuti nilai dan norma yang berlaku. Seseorang yang tidak dapat menaati nilai dan norma di tempat tinggalnya tidak dianggap bermoral. Menurut Gutman‟s dalam Benninga. (1991:4) “moral

education is a conscious effort shared by parent, society, and professional educators to help „shape the character of less well educated people.”

Maksudnya yaitu pendidikan moral merupakan usaha yang dilakukan oleh orang tua, masyarakat, dan pendidik professional untuk membantu pembentukan karakter seseorang.

Setiap orang dikenal karena watak atau karakternya dan yang membedakan antara satu orang dan lainnya ialah karakternya, yang dapat dilihat dari tingkah laku, kebiasaan, pola pikir, dan cara seseorang dalam menanggapi suatu peristiwa. Simon Plilips dalam Mu‟in (2011:160) menyatakan bahwa karakter adalah kumpulan tata nilai yang menuju pada suatu sistem, yang melandasi pemikiran, sikap, dan perilaku yang ditampilkan. Karakter merupakan pondasi dalam bersikap dan berperilaku. Dalam karakter terdapat nilai positif maupun nilai negatif yang akan menjadi cerminan orang tersebut.

(3)

akhlak atau karakter seseorang supaya dapat menjadi manusia yang religius dan menjadi seseorang yang berkarakter.

Dari pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa karakter adalah nilai-nilai yang ada dalam diri setiap individu baik pola pikir, sikap, perilaku, budi pekerti atau dalam agama Islam disebut akhlak yang membedakan antara individu, akhlak terdiri dari dua jenis yaitu akhlak terpuji maupun akhlak tercela.

Karakter yang dimiliki oleh siswa di kelas VB SD Negeri 1 Karangduren masih jauh dari harapan. Berdasarkan pengamatan yang telah peneliti laksanakan dan berdasarkan wawancara dengan wali kelas kelas VB diketahui bahwa siswa kelas VB memiliki sikap demokratis yang jauh dari harapan. Siswa belum mampu menghormati hak dan kewajiban kepada diri sendiri dan orang lain.

Membentuk karakter seseorang harus dilakukan sejak dini, dan dapat dilakukan di rumah, di sekolah, maupun di lingkungan masyarakat. Pendidikan karakter wajib diberikan pada anak, khususnya di Sekolah. Pendidikan karakter diperlukan guna membentuk watak seseorang menjadi manusia yang berakhlak mulia. Menurut Aunillah (2011:18) menyatakan definisinya mengenai pendidikan karakter sebagai:

(4)

Melalui pendidikan karakter, maka diharapkan hal-hal di atas dapat terwujud, sehingga akan lahir manusia-manusia yang dapat memajukan dan memimpin lingkungan dengan bijak dan adil, baik dalam memimpin diri sendiri, keluarga hingga memimpin masyarakat. Selain itu juga terdapat definisi dari Fakry Gaffar dalam Kesuma, dkk (2012:5) yang menyatakan pendidikan karakter adalah sebuah proses transformasi nilai-nilai kehidupan untuk ditumbuhkembangkan dalam kepribadian seseorang sehingga menjadi satu dalam perilaku kehidupan orang itu. Jadi, dengan pendidikan karakter, seseorang akan diarahkan pada kesadaran terhadap nilai-nilai ketuhanan yang harus ditaati supaya tidak terjerumus dalam kemaksiatan.

Winton (2008:4) mengatakan “character education is the intentional effort by educators to teach values to students.” Nilai-nilai yang diajarkan kepada siswa ialah nilai moral, yang akan membentuk watak dan kepribadian siswa sehingga diharapkan akan melahirkan generasi penerus yang memiliki pegangan hidup dan mampu merespon peristiwa dengan baik.

(5)

diri anak karakter yang kuat sehingga tidak mudah terpengaruh oleh pergaulan buruk yang ada di masyarakat sekitarnya.

Pendidikan karakter sangat penting diajarkan di sekolah, khususnya pada siswa kelas VB SD Negeri 1 Karangduren. Permasalahan yang dimiliki oleh siswa kelas VB yang berupa minimnya sikap demokratis siswa yang harus diubah. Cara mengubah karakter siswa yang buruk dapat dilakukan dengan diterapkannya pendidikan karakter.

Sikap merupakan tingkah laku yang dilakukan oleh seseorang, namun tidak semua tingkah laku merupakan sikap. Menurut Thurstone, Likert, dan Osgood dalam Azwar (2012:5) sikap adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi dari perasaan. Jadi sikap itu berasal dari perasaan baik positif maupu negatif yang ada dalam diri manusia dengan didasarkan pada watak atau karakter setiap orang. Sikap ialah bentuk respon yang ditunjukkan jika terjadi stimulus, yang dapat menghasilkan respon baik positif maupun negatif, sesuai dengan karaker yang dimiliki oleh orang tersebut.

Kata demokrasi memang sudah tidak asing terdengar di telinga kita, karena negara kita adalah negara demokrasi. Secara etimologis, demokrasi terdiri dari dua kata Yunani, yaitu demos, yang berarti rakyat atau penduduk suatu tempat, dan cratein atau cratos, yang berarti “kekuasaan” atau “kedaulatan” (Suparyanto,2009:2). Jadi demokrasi

(6)

Suparyanto (2009:1) menyatakan demokrasi adalah bentuk atau mekanisme sistem pemerintahan suatu negara sebagai upaya mewujudkan kedaulatan rakyat atas negara untuk dijalankan oleh pemerintah negara tersebut. Rakyat memiliki kedudukan tertinggi dalam pemerintahan untuk mengatur dan membuat Undang-Undang demi kesejahteraan masyarakat melalui wakil-wakil rakyat.

Menanamkan sikap demokratis dapat dimulai dari lingkungan sekolah, karena sekolah merupakan tempat untuk mengenyam pendidikan sehingga diharapkan dapat menciptakan generasi bangsa yang memiliki jiwa Pancasila. Thakkar (2012:2) mengatakan “the school should provide the environment and atmosphere of democracy in school”. Sekolah harus

(7)

dibiasakan untuk menyelesaikannya dengan kepala dingin, bukan dengan pertengkaran karena pertengkaran justru akan membuat masalah semakin besar dan rumit untuk diselesaikan.

Mustari (2011:167) menjelaskan demokratis adalah cara berpikir, bersikap dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain. Sebagai warga negara yang hidup di negara demokrasi, penting sekali menanamkan sikap demokratis kepada siswa khususnya Sekolah Dasar, karena semakin dini menanakan sikap demokratis akan semakin mudah dan membangkitkan kesadaran siswa untuk bersikap demokratis. Menanamkan sikap demokratis dapat diakukan melalui kegiatan belajar mengajar, siswa dibiasakan untuk tidak memaksakan pendapatnya yang paling benar, berusaha untuk berprasangka baik terhadap orang lain, dan bertindak adil dalam memutuskan suatu peristiwa.

Kelebihan demokrasi menurut Naim (2012:165) adalah mempersatukan masyarakat dalam perbedaan, karena rakyat bisa bersatu sebab mempunyai dasar dan tujuan yang sama. Bangsa Indonesia yang memiliki beragam suku, ras, budaya, dan agama dapat bersatu karena tujuan bangsa Indonesia satu, yaitu membentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia.

(8)

a. Tidak memaksakan kehendak kepada orang lain

b. Sistem pemilihan ketua kelas dan pengurus kelas secara demokratis c. Mendasarkan setiap keputusan pada musyawarah mufakat

d. Mengimplementasikan model-model pembelajaran yang dialogis dan interaktif.

Berdasarkan indikator di atas, maka peneliti menyatakan bahwa sikap demokratis siswa kelas VB SD Negeri 1 Karangduren masih kurang karena belum mencapai indikator-indikator tersebut sehingga sikap demokratis di kelas VB perlu ditingkatkan.

(9)

emosi, dan tidak berbicara semaunya sendiri. Selain itu, siswa dilatih untuk dapat menerima hasil keputusan bersama dengan lapang dada.

Di sekolah, siswa dilatih untuk bersikap demokratis melalui kegiatan simulasi seperti penjabaran di atas. Melalui kegiatan belajar di kelas, guru memfasilitasi siswa untuk dapat menyelesaikan permasalahan secara bermusyawarah. “The children to have a forum where they can raise and discus issues in the school that are troublesome and work together to find solutions to the problems” (Benninga,1991:85). Benninga menjelaskan untuk menanamkan sikap demokratis di Sekolah Dasar di mulai dengan diskusi kelas, siswa saling bekerja sama untuk menemukan solusi terbaik dari permasalahan yang terjadi. Jadi dapat disimpulkan bahwa untuk menyelesaikan suatu persoalan lebih baik diselesaikan dengan cara musyawarah.

Berikut adalah indikator sikap demokratis yang dikembangkan dari Fitri dan Wibowo, dan telah disesuaikan dengan kegiatan pembelajaran melalui metode Simulasi, yaitu:

a. Berpartisipasi aktif dalam kegiatan Simulasi b. Menyampaikan pendapat dengan santun

c. Memberikan masukan dengan alasan yang cerdas d. Tidak memaksakan kehendak orang lain

e. Melaksanakan hak dan kewajiban dengan tanggung jawab f. Menghargai hak dan kewajiban orang lain

(10)

Indikator di atas yang dijadikan patokan untuk menerapkan karakter sikap demokratis siswa kelas VB SD Negeri 1 Karangduren melalui kegiatan belajar dengan metode Simulasi. Melalui Simulasi dengan tema “Mengenal Bentuk Keputusan Bersama, siswa belajar untuk

aktif mengikuti kegiatan simulasi, berpartisipasi mengikuti kegiatan simulasi dengan menyampaikan pendapatnya pada simulasi dalam menentukan sebuah keputusan dengan disertai dengan alasan-alasan yang masuk akal, siswa juga berlatih untuk tidak hanya memikirkan diri sendiri dengan menganggap siswa lain memiliki hak yang sama dan memperlakukan siswa lain sebagaimana memperlakukan diri sendiri dengan tidak memaksakan kehendak siswa lain, siswa dilatih untuk dapat melaksanakan hak dan kewajibannya dan menghormati hak dan kewajiban siswa lain serta memiliki sikap lapang dada dalam menghadapi segala persoalan yang dihadapi sehingga diharapkan siswa akan mampu bersikap demokratis ketika siswa telah terjun dalam masyarakat.

2. Prestasi Belajar a. Pengertian Belajar

(11)

Djamarah dan Zain (2010:10) dalam bukunya menyatakan belajar adalah suatu proses perubahan perilaku berkat pengalaman dan latihan. Hal tersebut menyiratkan bahwa belajar itu tidak hanya dilakukan sekali saja, namun dilakukan secara berulang-ulang dan berkesinambungan dan dapat dilakukan secara sengaja maupun tidak sengaja. Smith dan Sarason (1986:197) juga mengatakan hal yang sama “… learning as a change in behavior or in potential behavior

that occurs as result of experience.” Smith dan Sarason menjelaskan

bahwa belajar ialah perubahan perilaku yang terjadi pada manusia yang diperoleh dari peristiwa yang pernah dialami, sehingga dapat di ambil pelajaran yang baik dan meninggalkan keburukan dari peristiwa supaya tidak terulang lagi.

(12)

pengalaman orang lain. Setelah melakukan kegiatan belajar, diharapkan manusia akan berubah kearah yang lebih baik.

Melalui belajar, maka manusia akan memiliki suatu kepribadian atau keterampilan yang lebih baik dari sebelumnya, dan memiliki wawasan yang luas sebagai pembentuk kepribadiannya. Sagala (2010:16) sendiri mengartikan belajar sebagai suatu perubahan dalam kemungkinan atau peluang terjadinya respon. Belajar akan membuat manusia memiliki perbedaan sikap kearah yang lebih baik dan mampu memililah-milah antara hal yang baik hal yang buruk.

Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan belajar adalah segala usaha yang dilakukan dengan tujuan terjadinya perubahan pada individu kearah yang lebih baik, yang mencakup aspek kognitif, aspek afektif, dan aspek psikomotor. Meskipun guru sudah berusaha keras untuk mengajar dengan baik, namun masalah-masalah dalam belajar pasti tetap ada dan merupakan tantangan bagi setiap guru. Masalah tersebut dapat berasal dari dalam internal siswa atau berasal dari eksternal siswa. Oleh sebab itu, guru perlu untuk memahami pribadi masing-masing siswanya sehingga dapat diambilkan keputusan dalam penanganannya serta mampu menyikapi pribadi siswa yang berbeda tersebut.

b. Pengertian Prestasi Belajar

(13)

(Arifin, 2011:12), yaitu hasil usaha yang telah diraih seseorang setelah melakukan pekerjaan. Prestasi terdiri dari dua jenis, yakni prestasi akademik dan prestasi belajar.Prestasi belajar menurut Arifin, (2011:12) merupakan suatu masalah yang bersifat perenial dalam sejarah kehidupan manusia, karena sepanjang rentang kehidupannya, manusia selalu mengejar prestasi menurut bidang dan kemampuan masing-masing. Manusia tercipta sebagai makhluk yang tidak akan pernah merasa puas, setelah belajar ia akan terus berusaha untuk unggul dan mendapatkan prestasi yang lebih tinggi sesuai dengan minat dan bakatnya. Syamsuddin dalam Gunawan (2012:153) menjelaskan:

Prestasi belajar adalah kecakapan nyata atau aktual yang menunjukkan kepada aspek kecakapan yang segera dapat didemonstrasikan dan diuji karena merupakan hasil usaha yang bersangkutan dengan bahan dan dalam hal-hal tertentu yang dialaminya.

Siswa yang berprestasi ialah siswa yang memiliki kecakapan dalam bidang pelajaran tertentu atau pada semua mata pelajaran, dan dapat diuji oleh pendidik atau pihak lain guna membuktikan dan menunjukkan kelebihannya tersebut.

(14)

(2009:9) “Tes prestasi belajar berupa tes yang disusun secara terencana

untuk mengungkap performansi maksimal subjek dalam menguasai bahan-bahan atau materi yang telah diajarkan.” Tes ini dilakukan setelah proses belajar dilaksanakan. Dalam menyusun soal evasuasi harus benar-benar diperhatikan aspek-aspek yang akan diukur. Morris (1978:10) mengatakan “the summative evaluator must pay close attention to the program's announced and apparent achievement objective”.Seorang evaluator yang akan menyusun soal evaluasi atau menyusun suatu pernyataan harus memperhatikan objek yang akan diukur, materi yang akan dijadikan patokan untuk mengukur prestasi, fungsi dari penyusunan evaluasi dan tujuan dari evaluasi tersebut. c. Fungsi Prestasi Belajar

Menurut Arifin (2011:12) prestasi belajar memiliki fungsi, diantaranya:

1) Prestasi belajar sebagai indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang telah dikuasai peserta didik

2) Prestasi belajar sebagai lambang pemuasan hasrat ingin tahu. Para ahli psikologi biasanya menyebut hal ini sebagai “tendensi keingintahuan (couriosity) dan merupakan kebutuhan umum manusia.”

3) Prestasi belajar sebagai bahan informasi dalam inovasi pendidikan. 4) Prestasi belajar sebagai indikator intern dan ekstern dari suatu

institusi pendidikan.

(15)

3. Metode Simulasi

Secara etimologis, kata “simulasi” berasal dari kata “simulate” yang artinya “berpura-pura” atau “berbuat seakan-akan” (Gunawan,

2012:179). Metode Simulasi ialah metode belajar dengan sajian materi melalui peristiwa buatan atau tiruan yang diperankan oleh siswa supaya siswa mampu memahami konsep dan isi dari materi, serta merasakan sebagai tokoh dari yang diperankannya. Biasanya simulasi digunakan untuk menyampaikan materi yang tidak dapat disajikan secara nyata, sehingga dibuat miniatur peristiwanya. Menurut Savage and Armstrong (1996:215) “simulations simplify reality to highlight certain key ideas.” Simulasi digunakan untuk menyederhanakan kejadian nyata yang rumit, sehingga siswa lebih mudah untuk memahami pokok-pokok pelajaran yang harus di pahami sehingga dapat menjadi pelajaran bagi siswa. Melalui metode simulasi, siswa akan merasakan sendiri menjadi tokoh dalam peran yang dia mainkan, dan belajar menentukan sikap yang harus dilakukan untuk menanggapi atau untuk menyelesaikan suatu kejadian.

(16)

permasalahan peristiwa sosial, sehingga siswa dapat mengambil pelajaran dari peristiwa tersebut. Psikodrama merupakan metode belajar berkaitan dengan permasalahan psikolgis, dengan berperan langsung, diharapkan dapat menjadi terapi bagi siswa sehingga lebih mudah untuk memahami permasalahan. Role playing biasanya digunakan untuk mengkreasi peristiwa sejarah atau peristiwa yang mungkin akan muncul di masa mendatang. Sedangkan, Simulasi game melatih siswa untuk berkompetisi dalam rangka mencapai tujuan yang diinginkan sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan.

(17)

Tahapan-tahapan dari metode simulasi dalam kegiatan pembelajaran menurut Gunawan (2012:181) yaitu:

a. Persiapan simulasi

1) Guru terlebih dahulu menentukan topik atau masalah serta tujuan yang hendak dicapai

2) Guru terlebih dahulu memberikan gambaran masalah dalam situasi yang akan disimulasikan

3) Guru menetapkan pemain yang akan terlibat dalam simulasi, peranan yang harus dimainkan oleh pemeran, serta waktu yang disediakan

4) Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya khususnya pada siswa yang terlibat dalam peranan simulasi. b. Pelaksanaan simulasi

1) Simulasi mulai dimainkan oleh kelompok pemeran 2) Para siswa lainnya mengikuti dengan penuh perhatian

3) Memberikan bantuan kepada pemeran yang mengalami kesulitan 4) Hentikan simulasi pada saat-saat puncak. Hal ini untuk

mendorong siswa berpikir dalam menyelesaikan masalah yang sedang disimulasikan

c. Mengakhiri simulasi

1) Lakukan diskusi kecil tentang jalannya simulasi. Apakah telah sesuai dengan keinginan atau belum

2) Lakukan kritik terhadap beberapa kesalahan dalam melakukan simulasi

3) Berikan respon positif terhadap siswa yang melakukan simulasi dengan bagus

4) Rumuskan kesimpulan dari apa yang telah disimpulkan.

Setiap metode memiliki kelebihan masing-masing. Menurut Gunawan (2012:197) kelebihan metode ini yaitu:

a. Dapat dijadikan sebagai bekal bagi siswa dalam menghadapi situasi yang sebenarnya kelak, baik dalam kehidupan keluarga, masyarakat; b. Dapat mengembangkan kreativitas siswa, karena melalui simulasi

siswa diberi kesempatan untuk memainkan peran yang sesuai dengan topik yang disimulasikan;

c. Dapat memupuk keberanian dan percaya diri siswa;

d. Dapat memperkaya pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang diperlukan dalam menghadapi berbagai situasi sosial yang problematis;

(18)

Selain kelebihan di atas, metode Simulasi juga memiliki kekurangan, diantaranya:

a. Pengalaman yang diperoleh melalui simulasi tidak selalu tepat dan sesuai dengan kenyataan di lapangan;

b. Pengelolaan yang kurang baik, sering simulasi dijadikan sebagai alat hiburan, sehingga tujuan pembelajaran menjadi terabaikan;

c. Faktor psikologis seperti rasa malu dan takut sering mempengaruhi siswa dalam melakukan simulasi.

Untuk mengatasi kelemahan-kelemahan tersebut, maka peneliti akan berusaha untuk membimbing kegiatan simulasi, peneliti memoderatori proses jalannya kegiatan simulasi supaya wawasan siswa tidak hanya terpatok pada pengetahuan yang ada saja sehingga siswa diharapkan mampu mengembangkan pola pikirnya secara lebih luas.Dalam kegiatan Simulasi, mungkin siswa tidak sadar bahwa mereka sedang belajar, supaya siswa serius mengikuti kegiatan tersebut, peneliti akan memberikan penghargaan bagi siswa yang aktif mengikuti kegiatan simulasi sehingga mereka tidak menganggap remeh kegiatan simulasi.

(19)

4. Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)

Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang mendidik generasi penerus bangsa menjadi warga negara yang cerdas, memiliki kesadaran akan hak dan kewajiban sebagai warga negara, memiliki jiwa nasionalisme, dan mempersiapkan generasi penerus dalam menghadapi kemajuan global. Mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di ajarkan di Sekolah Dasar dalam waktu 2 x 35 menit per minggu atau satu kali pertemuan tiap minggunya.

a. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan

Dalam Undang-Undang diatur mengenai keanggotaan sebagai Kewarganegaraan Indonesia yaitu UUD No. 12 tahun 2006 Pasal 2 yang berbunyi “…yang menjadi warga negara Indonesia adalah

(20)

Teori di atas juga didukung oleh Winarno (2010:47) yang menyatakan warga negara artinya “anggota” atau “warga dari suatu negara.” Berdasarkan pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa kewarganegaraan adalah anggota masyarakat yang memiliki identitas disuatu negara sehingga ia menjadi warga negara di tempat tersebut.Untuk menanamkan nilai-nilai kewarganegaraan kepada warga negara maka pemerintah menetapkan agar tiap sekolah mulai dari Sekolah Dasar hingga jenjang Universitas untuk memasukkan Pendidikan Kewarganegaraan dalam kurikulum pendidikan.

Pendidikan Kewarganegaraan menurut Azra (2003: xxi; Taniredja, 2009:2) adalah pendidikan yang cakupannya lebih luas dari Pendidikan Demokrasi dan Pendidikan HAM. Jadi, didalam kurikulum Pendidikan Kewarganegaraan juga membahas mengenai Undang-Undang Dasar Negara RI, tata cara memutuskan suatu perkara, dan segala hal yang berhubungan dengan kehidupan manusia mengenai kenegaraan. Undang-Undang juga menjelaskan yakni:

Pendidikan Kewarganegaraan merupakan usaha untuk membekali peserta didik dengan pengetahuan dan kemampuan dasar berkenaan dengan hubungan antar warga negara dengan negara serta pendidikan pendahuluan bela negara menjadi warga negara yang dapat diandalkan oleh bangsa dan negara. (Penjelasan pasal 39 Undang-Undang No.2 Tahun 1989, tentang Sistem Pendidikan Nasional; Taniredja, dkk. 2009:3)

(21)

kegiatan dalam berbagai bidang baik pendidikan, kompetisi, ekonomi, budaya, dan lain-lain. Indonesia memiliki potensi untuk maju dan berkembang, asalkan sumber daya manusianya mampu memanfaatkan sumber daya yang dimiliki oleh Indonesia dengan baik dan benar dan diharapkan sumber daya manusia di Indonesia berkualitas dan berbobot.

Jadi, Pendidikan Kewarganegaraan adalah pengetahuan mengenai kewarganegaraan yang diajarkan dengan tujuan untuk menciptakan generasi yang nasionalisme dan berkarakter.

b. Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan

Pendidikan Kewarganegaraan merupakan usaha untuk menanamkan nilai-nilai nasionalisme dalam diri siswa. Winataputra (2003) dalam Taniredja(2009:17) menyatakan bahwa PKn bertujuan untuk mengembangkan potensi individu warga negara Indonesia. Tujuan lain dari Pendidikan Kewarganegaraan yaitu untuk menanamkan nilai-nilai kebangsaan dalam diri siswa agar mampu menjadi warga negara yang dapat diandalkan demi kelangsungan dan kemajuan kehidupan bangsa

c. Standar Kompetensi dan Kopetensi Dasar

(22)

d. Materi Pelajaran

Materi yang akan diajarkankan ketika penelitian ialah tentang Mengenal Bentuk-Bentuk Keputusan Bersama. Keputusan bersama ialah kesepakatan yang dibuat oleh anggota atau kelompok berdasarkan kesadaran dan pemahaman secara rasional. Bentuk-bentuk dari keputusan bersama yaitu keputusan mutlak para pemimpin atau orang yang lebih tua, keputusan melalui suara terbanyak, dan keputusan musyawarah untuk mufakat.

B. Hasil Penelitian yang Relevan

Peneliti mengambil hasil penelitian relevan dari Miftahurrohmah, mahasiswa Universitas Negeri Malang jurusan Pendidikan Sekolah Dasar dan Pra Sekolah angkatan 2010 dengan judul “Penerapan metode simulasi

(23)

C. Kerangka Berpikir

Kondisi siswa kelas VB SD Negeri 1 Karangduren pada awal sebelum penelitian memiliki sikap demokratis yang rendah, prestasi belajar siswa juga rendah, khususnya pada materi “Mengenal bentuk

keputusan bersama.” Nilai evaluasi siswa sebagian masih di bawah KKM, oleh sebab itu peneliti dan guru memilih metode Simulasi dengan harapan siswa memiliki kesadaran demokratis dengan saling menghargai sesama serta dapat lebih memahami materi pelajaran yang dipelajari saat proses belajar mengajar. Dengan begitu diduga dapat meningkatkan sikap demokratis dan prestasi belajar siswa.

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir PenelitianBAB III Tindakan II Kondisi Awal Tindakan I

Metode Simulasi

Evaluasi

Prestasi belajar siswa meningkat Sikap Demokratis

Gambar

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir PenelitianBAB III

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriftif kualitatif. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode observasi dengan teknik sadap sebagai

• Lokasi pekerjaan, kebersihan tempat bekerja di lokasi pekerjaan ikut menentukan produktivitas kerja para pekerja konstruksi..

Namun demikian pertanyaan-pertanyaan yang diajukan atas visualisasi yang menarik tersebut tidak serta merta akan menarik perhatian orang lain, karena faktanya ketika

Dari perlakuan tersebut di atas diperoleh data adanya kenaikan R dengan adanya penambahan volume kolektor na-oleat dari = 10 - 45 ml dengan R terbesar = 94,56 % ; sedangkan untuk

Pengumpulan data dilakukan dengan dua cara, yaitu (1) menginventarisaisi data berupa kalimat-kalimat yang dicurigai mengandung kesalahan ejaan dan (2) mengkonfirmasikan kesalahan

VALIDASI PROSES PENCUCIAN MEMBRAN AMNION UNTUK GRAF AMNION. Setiap tahap perlakuan pada kegiatan Bank Jaringan harus divalidasi, termasuk proses pencucian membran amnion yang

Penelitian ini menganalisis kinerja pada website resmi pariwisata Indonesia yaitu indonesia.travel, yang dibandingkan dengan website resmi pariwisata dari tiga negara lain

Agar kestabilan dan kekuatan campuran batako terpenuhi, maka salah satu cara adalah dengan meninjau atau menetapkan faktor air semen (fas) yang digunakan dalam