SISWA KELAS IX SMP PANGUDI LUHUR I YOGYAKARTA
TAHUN AJARAN 2008/2009
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Progam Studi Bimbingan dan Konseling
Disusun oleh :
BRIGITA ARIE PRADANI PUTRI
031114014
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
i
TINGKAT KEAKTIFAN MENGIKUTI BIMBINGAN KLASIKAL PADA SISWA KELAS IX SMP PANGUDI LUHUR I YOGYAKARTA
TAHUN AJARAN 2008/2009
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Progam Studi Bimbingan dan Konseling
Disusun oleh :
BRIGITA ARIE PRADANI PUTRI 031114014
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
iv
“ Ia membuat segala sesuatu indah tepat pada waktunya, bahkan ia
memberikan kekuatan dalam hati mereka”
(Pengkotbah 3:11)
“ Tetap Sehat dan bersemangat!!!!!”
Skripsi ini Kupersembahkan untuk :
v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini
tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan
dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 07 Mei 2009
Penulis
vi
TINGKAT KEAKTIFAN MENGIKUTI BIMBINGAN KLASIKAL PADA SISWA KELAS IX SMP PANGUDI LUHUR I TIMOHO YOGYAKARTA
TAHUN AJARAN 2008/2009
Brigita Arie Pradani Putri Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta 2009
Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan menggunakan metode survey. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran mengenai tingkat keaktifan mengikuti bimbingan klasikal pada siswa kelas IX SMP Pangudi Luhur I Timoho Yogyakarta Tahun Ajaran 2008/2009. Masalah penelitian ini adalah bagaimanakah tingkat keaktifan siswa kelas IX SMP Pangudi luhur I Yogyakarta me ngikuti bimbingan klasikal Tahun Ajaran 2008/2009?
Subyek penelitian adalah semua siswa kelas IX SMP Pangudi Luhur I Timoho Yogyakarta yang berjumlah 200 siswa. Alat pengumpulan data yang digunakan untuk mengetahui keaktifan siswa mengikuti bimbingan klasikal berbentuk kuesioner Keaktifan Mengikuti Bimbingan Klasikal dan di susun oleh peneliti. Kuesioner terdiri dari 30 item dengan alternatif jawaban “Sangat Sering”, “Sering”, “Kadang-Kadang”, “Tidak Pernah”. Item-item tersebut merupakan penjabaran dari 3 aspek keaktifan mengikuti bimbingan klasikal yaitu: keaktifan secara fisik, intelektual, emosi. Koefisien reliabilitas '
xx
r =0,877.
Teknik analisis data yang digunakan adalah statistik rata -rata, standar deviasi, dan pengkategorisasian jenjang yaitu kategori sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah, sangat rendah.(Azwar,1999)
vii ABSTRACT
THE ACTIVITY LEVEL OF NINE GRADE STUDENTS OF SMP PANGUDI LUHUR I YOGYAKARTA IN PARTICIPATING A CLASSICAL GUIDANCE IN THE ACADEMIC YEAR 2008/2009
Brigita Arie Pradani Putri Sanata Dharma University
Yogyakarta 2009
This research was a descriptive research using survey method. This research was aimed to obtain the description about the activity level of nine grade students of SMP Pangudi Luhur I Yogyakarta in participating a classical guidance in the academic year 2008/2009.The problem in this research was what is the activity level of nine grade students of SMP Pangudi Luhur I Yogyakarta in participating a classical guidance in the academic year 2008/2009.
The Subject of this research was the nine grade students of SMP Pangudi Luhur I Yogyakarta with the research population of 200 students. The questionnaire about students activity in participating classical guidance was composed by the researcher. The questionnaire consisted of 30 items with alternative of answer are “Very Often”,”Often”,”Sometimes”,”Never”. Those items conclude d 3 aspect of the activity in following a classical guidance: physically, intelectually, and emotionally. Reability coeficien rxx = 0,877.
The data analysis techniques which were used in this research are average, deviation standard, and level categorization such as very high, high, medium, low, very low. (Azwar, 1999).
viii
Yang bertandatangan dibawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama : Brigita Arie Pradani Putri
NIM : 031114014
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul: Tingkat Keaktifan Mengikuti Bimbingan Klasikal Pada Siswa Kelas IX SMP Pangudi Luhur I Timoho, Yogyakarta Tahun Ajaran 2008/2009 beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal 07 Mei 2009 Yang menyatakan
ix
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Mahabaik, yang selalu menyertai dan
menuntun penulis sehingga skripsi ini dapat selesai dengan baik. Begitu besar
kasih-Nya kepada setiap orang yang berharap kepada_nya sehingga Ia selalu
menopang dan meneguhkan setiap usaha dan karya penulis. Ia mencurahkan
segala rahmat dan berkat-Nya untuk menolong penulis dalam menyelesaikan
skripsi melalui dosen dan teman-teman yang berada di sekitar penulis. Oleh
karena itu penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada mereka
yang secara langsung telah memotivasi dan mendukung penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
1. Dra. M.M Sri Hastuti M.si selaku dosen pembimbing yang dengan penuh
kesabaran dan ketulusan hati membimbing, menuntun, dan mendampingi
peneliti selama penulisan skripsi hingga akhirnya skripsi ini selesai dengan
baik.
2. A.Setyandari, S.Pd.Psi.,M.A dan Fajar Sentoadi Spd, Selaku Dosen
Penguji.
3. Kepala Sekolah SMP Pangudi Luhur I yang berkenan menerima dan
memberikan kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan penelitian.
4. Ibu V. Indriastuti, S.Pd. dan Ibu Natalia Tutik selaku Koordinator dan
Staff Bimbingan Konseling SMP Pangudi Luhur I Yogyakarta yang
berkenan menerima dan mendampingi serta memberikan kesempatan
x
berdoa, sabar dan mendukung peneliti sampai saat ini.
6. Tante Yose n’ Fam yang selalu menanyakan perkembangan skripsi ini,
sehingga peneliti terdorong untuk menyelesaikan skripsi ini.
7. Nicolas Andalan N, terimakasih Support, Doa dan Kasih di hari-hari yang
lalu.
8. Agung Samudra, yang selalu Memotivasi, Dukungan, Doa dan selalu
menemani di saat-saat terakhir skripsi.(Xie2 ya ko..)
9. Xvaganza Dancer, Terimakasih telah menjadi saudara sehingga bisa
bertumbuh dan berkembang bersama untuk jadi lebih kreatif lagi..(One for All, All for One)
10.Teman terbaikku, Maria dwi nariswati terima kasih untuk support dan
penghiburannmu disaat aku sedang sedih dan susah. Fr. Paul untuk bantuan
di Bab III
11.Teman-teman seperjuanganku BK’03: Kak uning, Agung, magna, oca,
sonya, hayu, Ayu, Yasinta, om gugun, mandus, iin, wicha, bayu, wulan,
pipit, bismo, mami surmi, tutus, lita, berta, kak ferdi, erna, yang
memberikan kenangan tak terlupakan di kampus tercinta.
12.Teman-teman kost tercinta: Boneng, U put, Desty, Kak Uus.
Semoga segala sesuatu yang telah mereka berikan kepada penulis
mendapat berkat dari Tuhan.
xi DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL……….i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING………..ii
HALAMAN PENGESAHAN……….iii
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN………..iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA………...v
ABSTRAK………vi
ABSTRACT………..vii
LEMBAR PERNYATAAN PUBLIKASI………..viii
KATA PENGANTAR………..ix
DAFTAR ISI………...xii
DAFTAR TABEL………xv
DAFTAR LAMPIRAN………..xvii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah………..1
B. Rumusan Masalah………...5
C. Tujuan Penelitian………5
D. Manfaat Penelitian………..5
E. Definisi Operasional………5
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Bimbingan Klasikal 1. Pengertian Bimbingan Klasikal……….7
2. Tujuan Bimbingan Klasikal………...9
3. Manfaat Bimbingan Klasikal………10
xii
B. Keaktifan Siswa Mengikuti Bimbingan Klasikal
1. Keaktifan Secara Fisik………...12
2. Keaktifan Secara Intelektual………..15
3. Keaktifan Secara Emosi……….17
C. Siswa Sekolah Menengah Pertama………..19
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian……….21
B. Variabel Penelitian………...21
C. Subjek Penelitian………..21
D. Instrumen Penelitian……….22
E. Pertanggungjawaban mutu Alat ukur………...25
F. Teknik Analisis Data……….30
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian……….33
B. Pembahasan………...34
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan………40
B. Saran………..40
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Jumlah Siswa Kelas IX SMP Pangudi Luhur I Yogyakarta
Tabel 2 Kisi-Kisi Kuesioner Keaktifan Mengikuti Bimbingan Klasikal
Tabel 3 Jumlah Responden Penelitian Terpakai
Tabel 4 Hasil Penelitian Terpakai Kuesioner
Tabel 5 Norma Kategori tingkat Keaktifan Siswa Mengikuti Bimbingan
Klasikal
Tabel 6 Penggolongan Tingkat Keaktifan Mengikuti Bimbingan Klasikal
Pada Siswa Kelas IX SMP Pangudi Luhur I Tahun Ajaran
xiv
Lampiran 1 Kuesioner Keaktifan Siswa Mengikuti Bimbingan Klasikal
Lampiran 2 Hasil Tabulasi Data Penelitian Kuesioner Keaktifan
mengikuti Bimbingan Klasikal Siswa Kelas IX SMP
Pangudi Luhur I Yogyakarta Tahun Ajaran 2008/2009
Lampiran 3 Validitas dan Realibilitas
Lampiran 4 Kategori Skor -skor Hasil Kuesioner Keaktifan Siswa
Mengikuti Bimbingan Klasikal
Lampiran 5 Surat Ijin Penelitian
1 BAB I PENDAHULUAN
Dalam bab ini diuraikan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan
penelitian, manfaat penelitian dan batasan istilah.
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Winkel dan Sri Hastuti (2004: 31) mengatakan bahwa tujuan pelayanan
bimbingan adalah supaya sesama manusia mengatur kehidupan sendiri, menjamin
perkembangan dirinya sendiri seoptimal mungkin, memikul tanggung jawab
sepenuhnya atas arah hidupnya sendiri, menggunakan kebebasannya sebagai
manusia secara dewasa dengan berpedoman pada cita-cita yang mewujudkan
semua potensi yang baik adanya, dan menyeleseikan semua tugas yang dihadapi
dalam kehidupan ini secara memuaskan. Pendidikan di sekolah yang baik dapat
ditunjukkan melalui proses dan hasil belajar siswa di sekolah. Kegiatan
bimbingan klasikal adalah salah satu proses yang memungkinkan tercapainya
tujuan yang ingin dicapai sekolah. Bimbingan klasikal adalah bimbingan dalam
bentuk kelompok yang diselenggarakan oleh konselor sekolah untuk siswa satu
kelas pada tingkatan kelas tertentu. Konselor sekolah menyelenggarakan kegiatan
bimbingan klasikal berdasarkan materi bimbingan yang telah direncanakan dan
Dalam interaksi konselor dan siswa selama bimbingan kelas tampak
keaktifan dan ketidakaktifan siswa yang terwujud dalam perilaku verbal dan non
verbal. Perilaku verbal seperti misalnya: bercerita, bertanya, berpendapat,
berdiskusi, menjawab pertanyaan, memberikan tanggapan, memberikan komentar,
dan mengerjakan tugas di kelas. Sedangkan perilaku non verbal seperti misalnya:
sikap duduk, anggukan kepala, gerak-gerik lengan dan tangan, ekspresi waja h,
kontak mata. Keaktifan mengikuti bimbingan klasikal dapat diartikan keterlibatan
masing-masing siswa dalam kelas untuk selalu aktif secara fisik, intelektual,
emosi.(http/www.goole.com/artikel keaktifan mengikuti bimbingan klasikal disekolah/ tanggal 01 januari2007) Keberhasilan bimbingan klasikal di tunjukkan oleh dikuasainya materi bimbingan oleh siswa.
Penulis berpendapat bahwa salah satu faktor keberhasilan dalam
bimbingan klasikal yang penting adalah keaktifan siswa, selain faktor kemampuan
konselor sekolah dalam merencanakan dan melaksanakan bimbingan klas ikal.
Keaktifan mengikuti bimbingan klasikal tidak dapat muncul dengan sendirinya.
Konselor sekolah harus menciptakan situasi yang memungkinkan terciptanya
bimbingan klasikal yang menyenangkan, menarik, dan tidak monoton sehingga
rasa ingin tahu siswa, dan motivasi siswa meningkat. Selain faktor keaktifan
siswa, keberhasilan pelaksanaan bimbingan klasikal, adalah tersedianya
sarana-sarana penunjang, materi bimbingan mempengaruhi keberhasilan bimbingan
klasikal.
Penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang tingkat keaktifan
3
penulis selama kurang lebih 6 minggu melakukan Praktek Pengalaman Lapangan
( PPL ) di salah satu SMP swasta di yogyakarta. Penulis berpendapat bahwa
bimbingan klasikal bisa berjalan lancar salah satunya karena adanya keaktifan dari
siswa itu sendiri. Selama ber PPL penulis mendapat kesempatan untuk melakukan
bimbingan klasikal dan mengadakan observasi teman praktikan dan konselor
sekolah yang ada di SMP tersebut. Dari sumber tersebut penulis mempunyai
pendapat bahwa bimbingan klasikal dapat berjalan lancar salah satunya karena
adanya keaktifan pada siswa.
Berdasarkan laporan PPL di beberapa SMP swasta lain dalam
menyampaikan materi dalam bimbingan klasikal ada bermacam-macam respon
siswa misalnya, siswa hanya sekedar menulis, jika konselor sekolah memberikan
pertanyaan siswa hanya menjawab seperlunya saja, jika konselor sekolah
menyuruh memberikan komentar apa yang di bahas pada materi sebelumnya
siswa memberikan komentar seenaknya sendiri, namun ada juga beberapa siswa
yang mendengarkan dan bisa menjawab dan mengerjakan tugas yang diberikan
pada saat bimbingan kelas berlangsung. Pada saat penulis mengobservasi teman
praktikan yang memberikan bimbingan klasikal, res pon yang di berikan oleh
siswa juga hampir sama dengan konselor sekolah, misalnya memberikan
komentar yang tidak ada hubungannya dengan materi yang disampaikan,
mengobrol dengan teman sebangku, namun ada juga yang terlibat aktif dalam
bimbingan tersebut. Kemudian menurut pengalaman penulis pada saat melakukan
bimbingan klasikal yaitu, suasana kelas gaduh, siswa keluar masuk kelas, siswa
komentar ataupun tanggapan yang tidak berkaitan dengan materi yang
disampaikan, hanya beberapa yang terlibat aktif dalam bimbingan pada saat itu.
Dari hasil pengalaman penulis, laporan PPL di SMP swasta lain dan
pengamatan menurut penulis, dalam pelaksanaan bimbingan klasikal di sekolah
ada perilaku siswa yang aktif dan adapula perilaku yang kurang aktif. Perilaku
aktif misalnya seperti: siswa mau mendengarkan, siswa berdiskusi baik dalam
kelompok kecil maupun besar, siswa mengungkapkan pendapatnya, siswa mengisi
lembar tugas, siswa bertanya. Seda ngkan perilaku kurang aktif misalnya seperti:
siswa berbicara sendiri, siswa tidak mau berdiskusi dan hanya jalan-jalan di kelas,
tidak mau mengerjakan lembar tugas, meninggalkan kelas pada saat bimbingan
klasikal berlangsung.
Penulis ingin mengungkap tin gkat keaktifan mengikuti bimbingan klasikal
pada siswa SMP pangudi Luhur I Timoho karena, alasan pertama penulis
berpendapat bahwa bimbingan klasikal bisa berjalan lancar salah satunya karena
adanya keaktifan dari siswa itu sendiri, alasan kedua adalah penulis pernah
melaksanakan Progam Pengalaman Lapangan (PPL) dan mendapatkan
kesempatan untuk mengobservasi konselor sekolah dan memberikan bimbingan
klasikal.
Penelitian ini diharapkan dapat memperoleh gambaran tentang tingkat
keaktifan mengikuti bimbingan klasikal pada siswa kelas IX SMP Pangudi Luhur
5
B. Rumusan Masalah
Berawal dari latar belakang masalah tersebut, permasalahan yang akan
dijawab dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Bagaimanakah tingkat
keaktifan siswa kelas IX SMP Pangudi luhur I Yogyakarta mengikuti bimbingan
klasikal Tahun Ajaran 2008/2009?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bermaksud memperoleh gambaran tentang tingkat keaktifan
mengikuti bimbingan klasikal pada siswa kelas IX SMP Pangudi Luhur I
Yogyakarta Tahun Ajaran 2008/2009.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Hasil penelitian ini menjadi masukan kepada guru pembimbing dalam
usaha meningkatkan keaktifan mengikuti bimbingan klasikal.
2. Bagi penulis memperoleh pengalaman dalam mengungkap tingkat
keaktifan mengikuti bimbingan klasikal pada siswa kelas IX SMP Pangudi
Luhur I Timoho, Yogyakarta.
E. Definisi Operasional
1. Tingkat keaktifan mengikuti bimbingan klasikal adalah taraf keterlibatan
intelektual, emosi.(http/www.goole.com/artikel keaktifan mengikuti bimbingan klasikal disekolah/ tanggal 01 januari2007)
2. Siswa kelas IX SMP adalah siswa yang terdaftar sebagai siswa di SMP
7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Bimbingan Klasikal
1. Pengertian
Bimbingan adalah proses membantu orang-perorangan untuk memahami
dirinya sendiri dan lingkungan hidupnya (Winkel dan Hastuti,2004: 1).
Bimbingan diartikan sebagai bantuan yang diberikan kepada peserta didik dalam
rangka upaya menemukan pribadi, mengenal lingkungan, dan merencanakan masa
depan (Depdikbud,1994: 1).
Istilah bimbingan merupakan terjemahan dari Bahasa Inggris ”
guidance
”.
Sesuai dengan istilahnya, bimbingan dapat diartikan sebagai bantuan atau
tuntunan, tetapi harus diingat bahwa tidak setiap ba ntuan atau tuntunan dapat
diartikan sebagai bimbingan. Pelayanan bimbingan secara profesional di
Indonesia sampai saat ini difokuskan pada generasi muda yang masih duduk di
bangku sekolah dan hanya terealisasi pada tahap pendidikan sekolah dan
Perguruan Tinggi (Winkel dan Hastuti,2004: 1). Pelayanan bimbingan di sekolah,
salah satunya dilaksanankan dengan cara bimbingan klasikal.
Istilah klasikal merupakan terjemahan dari Bahasa Inggris
”class”
, yang
dapat diartikan sebagai kelas atau kelompok. Dengan demikian, bimbingan
klasikal adalah pelayanan bimbingan yang di berikan pada siswa secara kelompok
yang biasanya dilakukan di ruang kelas (Wittmer dan Thomson, 2000 dalam
Winkel dan Hastuti,2004:563 mengatakan bahwa bimbingan klasikal
adalah pelayanan bimbingan yang diberikan kepada lebih dari satu orang pada
waktu yang bersamaan. Menurut Winkel dan Hastuti bimbingan klasikal
merupakan sarana untuk menunjang perkembangan optimal masing-masing
siswa, yang diharapkan dapat mengambil manfaat dari pengalaman pendidikan
bagi dirinya sendiri. Pelayanan bimbingan klasikal dilaksanankan dengan
mengadakan sejumlah kegiatan bimbingan. Kegiatan-kegiatan dilaksanakan
sejalan dengan progam yang telah direncanakan dan disepakati bersama oleh
pihak-pihak terkait.
Gadza (Prayitno dan Amti,2004: 304) menyebutkan bahwa bimbingan
klasikal diselenggarakan oleh guru pembimbing selaku konselor sekolah untuk
memberikan informasi yang bersifat karier, belajar, dan personal-sosial.
Ketiga sifat informasi tersebut menunjuk pada bidang kehidupan siswa
sebagai ragam bimbingan klasikal yaitu personal-sosial, belajar, dan bidang
karier.
Prayitno (1999: 254-255) mengungkapkan terdapat enam jenis layanan
dalam bimbingan dan konseling, yaitu: Layanan Orientasi, Layanan Informasi,
Layanan Penempatan dan Penyaluran, Layanan Bimbingan Belajar, Layanan
Konseling Perorangan, dan Layanan Bimbingan Kelompok/klasikal. Layanan
orientasi, memperkenalkan seseorang pada lingkungan yang baru
dimasukinya, misalnya memperkenalkan siswa baru pada sekolah yang baru
dimasukinya. Layanan Informasi, bersama dengan layanan orientasi
memberikan pemahaman kepada individu-individu yang berkepentingan
9
kegiatan, atau untuk menentukan arah suatu tujuan atau rencana yang
dikehendaki. Informasi yang dapat diberikan di sekolah di antaranya:
informasi pendidikan, informasi jabatan, dan informasi sosial budaya.
Layanan bimbingan penempatan dan penyaluran, membantu menempatkan
individu dalam lingkungan yang sesuai untuk perkembangan
potensi-potensinya. Termasuk di dalamnya: penempatan ke dalam kelompok belajar,
pemilihan kegiatan ekstrakurikuler yang diikuti, penyaluran ke
jurusan/progam studi, penyaluran untuk studi lanjut atau untuk bekerja.
Layanan bimbingan belajar, membantu siswa untuk mengatasi masalah
belajarnya dan untuk bisa belajar dengan lebih efektif. Layanan konseling
individual (perorangan), konseling yang diberikan secara perorangan. Layanan
bimbingan dan konseling kelompok, kons eling yang dilaksanakan pada
sekelompok orang yang mempunyai permasalahan yang serupa.
2. Tujuan Bimbingan Klasikal
Menurut Winkel dan Hastuti (2004:547), tujuan bimbingan klasikal
adalah menunjang perkembangan pribadi dan perkembangan sosial
masing-masing anggota kelompok, serta meningkatkan mutu kerjasama dalam
kelompok guna mencapai aneka tujuan yang bermakna bagi anggota
kelompok. Selain itu bimbingan klasikal bertujuan agar orang yang dilayani
menjadi mampu mengatur kehidupannya sendiri, memiliki pandangannya
sendiri, dan berani menanggung sendiri efek serta konsekuensi dari
tindakan-tindakannya. Tujuan ini ingin dicapai melalui kegiatan secara kelompok, baik
setiap tugas perkembangan remaja dalam bidang pribadi, sosial, belajar, dan
karir melalui penyampaian topik-topik bimbingan.
3.. Manfaat bimbingan klasikal
Menurut Sink (2005: 1990), melalui bimbingan klasikal para siswa:
1) Mendengarkan dan terbuka satu dengan yang lain, sehingga dengan
berpendapat para siswa dapat merasakan persoalan yang mungkin sedang
mereka hadapi.
2) Berpartisipasi dalam kelompok, sekalipun mereka mungkin tidak memilih
untuk berbicara dalam kelompok.
3) Mempunyai kesempatan untuk mencoba pendapat mereka dan menerima
balikan dari teman-teman dalam kelompok.
4) Memperoleh informasi penting atau pengetahuan yang dapat mereka gunakan
untuk membuat keputusan secara tepat.
5) Mendapatkan keahlian sesuai kebutuhan untuk menghadapi masalah disekolah
dan dalam kebiasaan hidup mereka sehari-hari.
Sedangkan menurut Winkel dan Hastuti (2004: 565-566) mengatakan bahwa
bimbingan klasikal bermanfat bagi tenaga bimbingan dan juga bagi para siswa.
Manfaat bagi tenaga bimbingan antara lain:
a. Mendapat kesempatan untuk berkontak dengan banyak siswa sekaligus
dapat mengenal siswa.
b. Menghemat waktu dan tenaga dalam kegiatan yang dapat dilakukan dalam
suatu kelompok, misalnya memberikan informasi yang memang di
11
c. Memperluas ruang geraknya, lebih-lebih bila jumlah tenaga alternatif di
sekolah hanya satu atau dua orang saja.
Manfaat bagi para siswa antara lain:
a. Menjadi lebih sadar akan tantangan yang dihadapi sehingga mereka
memutuskan untuk berwawancara secar pribadi dengan konselor.
b. Lebih rela menerima dirinya sendiri, setelah menyadari bahwa
teman-temannya sering menghadapi persoalan, kesulitan, dan tantangan yang
kerap kali sama.
c. Lebih berani mengemukakan pandangannya sendiri bila berada dalam
kelompok.
d. Diberi kesempatan untuk mendiskusikan sesuatu bersama dan dengan
demikian mendapat latihan untuk bergerak dalam suatu kelompok, yang
akan dibutuhkan selama hidupnya.
e. Lebih bersedia menerima suatu pandangan atau pendapat bila
dikemukakan oleh seorang teman, daripada pendapat hanya diketengahkan
oleh konselor sekolahnya saja.
f. Tertolong untuk mengatasi suatu masalah yang dirasa sulit untuk
dibicarakan secara langsung dengan konselor karena malu atau bersifat
tertutup.
4 . Ragam bimbingan klasikal
Gadza (Prayitno dan Amti,2004: 309) menyebutkan bahwa, bimbingan
klasikal diselenggarakan oleh guru pembimbing untuk memberikan informasi
yang berhubungan dengan vokasional/karier, belajar, dan personal-sosial.
Ketiga sifat informasi tersebut menunjuk pada bidang kehidupan siswa siswa
belajar/akademik dan karier. Bimbingan karier ialah bimbingan dalam
mempersiapkan diri menghadapi dunia pekerjaan, dalam memilih lapangan
pekerjaan atau jabatan/profesi tertentu serta membekali diri supaya siap
memangku jabatan itu, dan dalam menyesuaikan diri dengan berbagai tuntutan
dari pekerjaan yang telah dimasuki. Bimbingan akademik ialah bimbingan
dalam hal menemukan cara belajar yang tepat, dalam memilih progam studi
yang sesuai, dan dalam mengatasi kesukaran yang timbul berkaitan dengan
tuntutan-tuntutan belajar di institusi pendidikan. Sedangkan bimbingan pribadi
sosial berarti bimbingan dalam menghadapi keadaan batinnya sendiri dan
mengatasi berbagai pergumulan dalam batinnya sendiri;dalam mengatur
dirinya sendiri di bidang kerohanian, perawatan jasmani,pengisian waktu
luang, penyaluran nafsu seksual dan sebagainya;serta bimbingan dalam
membina hubungan kemanusiaan dengan sesama di berbagai lingkungan
/pergaulan sosial (Winkel dan Hastuti)
B. Keaktifan Siswa mengikuti Bimbingan Klasikal
Keaktifan berasal dari kata aktif. Dalam kamus besar bahasa Indonesia
kata aktif berarti kegiatan atau aktivitas atau keterlibatan secara penuh.
(Poerwadarminta, 1976). Keaktifan siswa dalam mengikuti bimbingan klasikal
pada dasarnya adalah keterlibatan siswa secara langsung dalam kelas untuk
selalu aktif baik secara fisik, intelektual, emosi.
1. Keaktifan secara fisik
Alwi (2005) mengungkapkan bahwa fisik berarti jasmani, badaniah.
13
siswa yang sakit akan mengalami kelemahan fisiknya, sehingga saraf sensoris dan
motoriknya lemah, akibatnya rangsangan yang diterima melalui indranya tidak
diteruskan ke otak sehingga siswa tidak dapat mengikuti bimbingan klasikal
dengan baik. Mempunyai keaktifan secara fisik dalam mengikuti bimbingan
klasikal yang terlihat dalam tindakan dan perilaku di dalam kelas (Barbara,2007;
379). Keaktifan siswa secara fisik dalam mengikuti bimbingan klasikal seperti
siswa memberikan perhatian (fokus melihat), mendengarkan aktif, terlibat dalam
permainan aktif pada saat kegiatan bimbingan klasikal berlangsung.
Suharnan (2005; 4) mengungkapkan, memberikan perhatian adalah
pemusatan pikiran terhadap suatu objek atau tugas tertentu. Secara umum
perhatian dapat dibedakan menjadi dua yaitu perhatian terbagi dan perhatian
selektif. Perhatian terbagi terjadi apabila seseorang harus membagi konsentrasi
pikirannya kedalam beberapa tugas sekaligus. Sementara itu, perhatian selektif
terjadi apabila seseorang harus mengkonse ntrasikan pikirannya terhadap salah
satu dari dua tugas yang harus dikerjakan. Dalam hal ini perhatian selektif sangat
menunjang keaktifan siswa dalam mengikuti bimbingan klasikal.
Devito (1997) mendifinisikan mendengarkan sebagai proses aktif
penerimaan rangsangan (stimulus) melalui telinga (aural). Mendengarkan tidak
terjadi begitu saja; orang harus melakukannya. Mendengarkan menuntut tenaga
dan komitmen. Mendengarkan (listening) menyangkut penerimaan rangsangan
(proses fisiologis dan psikologis); sedangkan mendengar (hearing) merupakan
proses fisiologis saja.
Johnson (Sinurat, 1999) menjelaskan bahwa keterampilan mendengarkan
memahami apa yang dirasakan oleh pembicara dan memberikan tanggapan yang
tepat. Devito (1997) juga menjelaskan bahwa mendengarkan aktif bukanlah
proses yang sekedar mengulangi kata-kata si pembicara, tetapi lebih merupakan
upaya memahami keseluruhan pesan si pembicara.
Mengacu pada definisi-definisi di atas, penulis menyimpulkan bahwa
keterampilan mendengarkan aktif adalah kemampuan pendengar untuk
mendengarkan dan mengerti isi pesan, perasaan pembicara serta
mengungkapkannya kembali sesuai dengan maksud pembicara.
Permainan adalah salah satu media dalam bimbingan kla sikal yang
berfungsi sebagai penghangat dan pengasah otak yang memberikan sesuatu yang
menggembirakan dan menyenangkan. Permainan sangat efektif untuk
menghangatkan suasana dalam kelompok. Dengan permainan dapat
menimbulkan semangat dan melatih kemampuan fisik, komunikasi antar pribadi
dan intelektual siswa (Martin Handoko & Theo Riyanto : 2006).
Sedangkan, Tedjasaputra (2001: 53) mengemukakan bahwa permainan
adalah kegiatan yang memberikan kesenangan dan kepuasan kepada siswa
melalui aktivitas atau gerakan-gerakan tubuh yang mereka lakukan sendiri. Jadi
dari pendapat diatas dapat dikatakan bahwa terlibat dalam bermain aktif sangat
bagus jika diberikan kepada anak didik dalam bimbingan klasikal untuk
membantu mereka terlibat secara aktif dalam bimbingan klasikal serta
mengembangkan pola perilaku sosial siswa untuk dapat membina hubungan
15
Dengan memberikan perhatian (fokus) , mendengarkan aktif, dan terlibat
dalam permainan sangatlah potensial untuk terciptanya interaksi yang baik antara
siswa dan konselor sekolah dalam memberikan bimbingan klasikal.
2. Keaktifan secara intelektual
Alwi (2005) mengungkapkan Intellectual atau intelektual yaitu cerdas,
berakal dan berpikiran jernih berdasarkan pengetahuan. Menurut Chaplin (Kartini
Kartono, 2006: 252) intelek adalah proses kognitif berfikir, daya
menghubungkan, serta kemampuan menilai dan mempertimbangkan. Intelek
memuat kemampuan mental atau inteligensi. Sedangkan inteligensi atau
kecerdasan menurut Chaplin (Kartini Kartono, 2006: 253) adalah kemampuan
menghadapi dan menyesuaikan diri terhadap situasi baru secara cepat dan efektif.
Intelektual menyinggung soal intelegensi. Menurut David Wechsler (1995);
intelegensi adalah kemampuan untuk bertindak secara terarah, berpikir secara
rasional dan mengahadapi lingkungannya secara efektif. Secara garis besar dapat
disimpulkan bahwa intelegensi adalah suatu kemampuan mental yang melibatkan
proses berpikir secara rasional. Sudah disadari baik oleh pihak guru, orangtua,
maupun siswa sendiri bahwa kemampuan intelektual memainkan peranan yang
amat besar, tinggi rendahnya prestasi yang hendak dicapai siswa.
Mempunyai keaktifan secara intelekual berarti memproses
informasi-memahami informasi, untuk merespon suatu tugas. Dalam konteks mengikuti
bimbingan klasikal keaktifan secara intelektual seperti memberikan pendapat
dalam bimbingan klasikal, terlibat diskusi kelompok, mengerjakan tugas,aktif
Memberikan pendapat atau tanggapan dalam bimbingan klasikal dapat
berupa hasil pengamatan atau kesan yang tinggal di dalam diri kita setelah kita
mengamati sesuatu. Tanggapan itu bermacam-macam, misalnya; tanggapan
visual ialah pengamatan dengan menggunakan indra mata; tanggapan auditif ialah
kesan dari pengamatan dengan menggunakan indra telinga; tanggapan motorik
ialah tanggapan yang berasal dari pengamatan dengan mempergunakan
gerakan-gerakan.
Bulatau (1971;6-7) mengungkapkan diskusi berkelompok dapatlah
dirumuskan sebagai berpikir bersama adalah tindakan yang paling wajar bagi
setiap manusia, namun juga paling sulit pelaksanaannya dengan baik. Melamun
juga merupakan suatu cara berpikir, akan tetapi cara berpikir yang tidak
produktif, sikap realistislah yang dapat menghasilkan pemikiran yang produktif.
Sikap ini yang menyebabkan manusia mengarahkan pemikirannya kepada
kenyataan kehidupan. Berpikir berarti menelaah sungguh-sungguh suatu soal
dengan akal budi dan mengemukakan pertanyaan-pertanyaan kepada diri sendiri
mengenai persoalan itu. Yang mendorong orang berga bung dalam berpikir adalah
usaha untuk mengetahui realistis tidaknya pemikirannya sendiri apabila dikaji
dengan pengalaman sesamanya. Bergabung dalam berpikir berarti saling
tukar-menukar pandangan, saling memperbandingkan dua jenis rangkaian pengalaman
ya ng berbeda dalam rangka usaha bersama untuk mencapai realita.
Seorang individu yang cerdas, menurut Ausubel dan Ausubel (dalam
Thornburg,1982) ditandai dengan kemampuannya untuk memproses
informasi. Sedangkan menurut Piaget, cerdas adalah kemampuan mental
17
mencari keseimbangan dengan lingkungan hidupnya (lingkungan fisik dan
lingkungan sosial).
Dalam konteks mengikuti bimbingan klasikal, keaktifan secara
intelektual tampak dalam tindakan siswa memberikan pendapat dalam
bimbingan klasikal, diskusi kelompok, aktif bertanya dan mengerjakan tugas
secara individual. Hal- hal tersebut sangatlah mendukung terciptanya
keaktifan siswa dalam mengikuti bimbingan klasikal.
3. Keaktifan secara emosi
Emosi berarti perasaan yang kita alami; dapat berupa perasaan yang
sangat menyenangkan atau sangat mengganggu (Alwi; 2005). Kita menyebut
berbagai emosi yang muncul dalam diri kita dengan berbagai nama seperti
sedih, gembira, kecewa, semangat, marah, benci, cinta, Sebutan yang kita
berikan kepada perasaan tertentu, mempengaruhi bagaimana kita bertindak
(Albin; 11:1985), misalnya seorang siswa yang sedih kurang bisa mengikuti
bimbingan dengan aktif di banding siswa yang gembira.
Dalam konteks mengikuti bimbingan klasikal, dituntut keaktifan secara
emosi dengan mengenali emosi (self awareness), mengenali emosi pada waktu emosi itu muncul, dan mampu memberi nama atau menyebutkan emosi yang
bersangkutan seperti mengalami perasaan yang positif ketika mengik uti
bimbingan klasikal.
Mengenali emosi dibangun berdasarkan pada kesadaran diri.
Keterbukaan emosi pada orang lain dibangun berdasarkan pada kesadaran diri.
akan terampil membaca perasaan orang lain. Sebaliknya orang yang tidak
mampu menyesuaikan diri dengan emosinya sendiri dapat dipastikan tidak
akan mampu menghormati perasaan orang lain. Dalam konteks mengikuti
bimbingan klasikal keaktifan secara emosi misalnya mengalami perasaan
positif (www.geogle.com, Kompas, tanggal 15 November 2002).
Orang dikatakan berhasil mengenali emosinya sendiri apabila ia
memiliki kepekaan yang tinggi atas emosinya. Mengenali emosi diri
merupakan kesadaran orang akan emosinya. Para ahli psikologi menggunakan
istilah metamood untuk menyebut kesadaran orang akan perasaannya.
Goleman (1997), mengatakan bahwa koordinasi suasana hati adalah
inti dari hubungan sosial yang baik. Apabila seseorang pandai menyesuaikan
diri dengan suasana hati individu yang lain atau dapat berempati, orang
tersebut akan memiliki tingkat emosionalitas yang baik dan akan lebih
menyesuaikan diri dalam pergaulan sosial serta lingkungannya. Menurut
konsep Goleman (2001) orang yang memiliki kesadaran diri akan lebih peka
dan cermat menghadapi suasana hati orang lain kesadaran emosi sangat
penting untuk mema ndu pengambilan keputusan, memiliki kemampuan diri
dan kepercayaan diri yang kuat.
Emosi dan suasana hati (mood) mempunyai pengaruh terhadap
efektivitas pikiran manusia ketika memproses informasi atau mengerjakan
tugas-tugas kognitif lain (Suharnan; 2005: 8). Misalnya seorang siswa yang
sedang dirundung kesedihan, ia cenderung kurang aktif di dalam mengikuti
bimbingan klasikal maupun mengerjakan tugas-tugas, mengingat atau
19
dapat terlibat secara aktif diupayakan konselor sekolah dan siswa menciptakan
emosi yang gembira, setidak-tidaknya netral dan relatif bebas dari depresi,
kecemasan, maupun stres yang berat sehingga menciptakan suasana yang
menyenangkan.
C. Siswa Sekolah Menengah Pe rtama
Siswa SMP disebut remaja karena mereka berusia di antara 13 - 15
tahun. Siswa SMP memasuki masa remaja awal. Menurut Hurlock (1990: 206)
awal masa remaja berlangsung kira-kira dari 13 tahun sampai 16/17 tahun.
dengan kisaran usia antara 13-15/16 tahun. Pada masa ini siswa SMP
mengalami perubahan fisik maupun psikis. Pada masa ini juga terdapat
tugas-tugas perkembangan yang harus mereka lakukan. Tugas perkembangan setiap
remaja berbeda-beda, karena setiap remaja SMP itu unik (tidak sama).
Menurut Havighurst (Hurlock, 1990: 10) tugas -tugas perkembangan
yang dihadapi oleh siswa selama rentan usia 13-15 tahun adalah:
a. Mencapai hubungan baru yang lebih matang dengan teman sebaya baik
pria maupun wanita.
b. Mencapai peran sosial pria, dan wanita.
c. Menerima keadaan fisiknya dan menggunakan tubuhnya secara efektif.
d. Mengharapkan dan mencapai perilaku sosial yang bertanggung jawab.
e. Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang-orang
dewasa lainnya.
f. Mempersiapkan karier ekonomi.
h. Memperoleh perangkat nilai dan sistem etis.
Tugas-tugas perkembangan tersebut diharapkan dapat membantu siswa
dalam memahami dan mengembangkan dirinya secara optimal salah satunya
21 BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif dengan metode survey. Penelitian
deskriptif adalah usaha untuk melukiskan atau menafsirkan keadaan yang ada dalam
diri siswa pada saat sekarang ini (Furchan, 1982:50). Sedangkan survey digunakan
untuk melukiska n variabel, atau membandingkan keadaan variabel dengan kriteria
yang telah di tetapkan sebelumnya menilai keefektifan progam, atau meyelidiki
hubungan antar variabel-variabel atau menguji hipotesis (Furchan, 1982:424). Dalam
penelitian ini, peneliti melakukan penelitian deskriptif dengan metode survey, untuk
memperoleh gambaran tentang tingkat keaktifan mengikuti bimbingan klasikal pada
siswa kelas IX SMP Pangudi Luhur I Timoho, Yogyakarta Tahun Ajaran 2008/2009.
B. Variabel Penelitian
Variabel merupakan objek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian
dalam suatu penelitian (Suharsini, 2006: 118). Variabel yang diteliti dalam penelitian
ini adalah variabel tunggal, yaitu keaktifan siswa mengikuti bimbingan klasikal.
C. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IX Sekolah Menengah Pertama
(SMP) Pangudi Luhur I Timoho, Yogyakarta. Secara khusus peneliti hanya
mengambil siswa dari kelas IX , dengan alasan mereka sudah mendapatkan
Furchan (1982: 189) mengungkapkan bahwa populasi adalah
semua anggota sekelompok orang, kejadian, atau objek yang telah
dirumuskan secara jelas. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh
siswa kelas IX SMP Pangudi Luhur I Yogyakarta Tahun Ajaran
2008/2009. Jumlah keseluruhan siswa kelas IX SMP Pangudi Luhur I
Yogyakarta Tahun Ajaran 2008/2009 adalah 200 siswa, yang terbagi
dalam 5 kelas, dengan rincian sebagai berikut:
Tabel 1 Jumlah Siswa
SMP Pangudi Luhur I Yogyakarta
No. Kelas Jumlah
Siswa
1 IX A 40
2 IX B 40
3 IX C 40
4 IX D 40
5 IX E 40
Jumlah siswa seluruhnya
200
C. Instrumen Penelitian 1) Jenis Alat Ukur
Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala
keaktifan yang berpedoman pada teknik penyusunan skala model
Likert yang dimodifikasi. Skala ini dirancang oleh peneliti dalam
bentuk item tertutup, dengan alternatif jawaban empat pilihan (genap).
Alasan peneliti membuat empat alternatif jawaban adalah agar pilihan
23
ada yang berada diwilayah abu-abu. Tersedianya jawaban di tengah
juga menimbulkan kecenderungan jawaban netral (central tendency effect) terutama bagi mereka yang ragu-ragu atas kecenderungan jawabannya.
2) Format pernyataan
Item-item skala yang digunakan untuk mengungkap keaktifan
mengikuti bimbingan klasikal pada siswa SMP Pangudi Luhur I
Timoho adalah berupa pernyataan-pernyataan tentang aspek-aspek
keaktifan, yang dirumuskan dalam bentuk pernyataan yang bersifat
favorable (pernyataan positif) dan pernyataan yang bersifat
unfavorable (pernyataan negatif). Alternatif jawaban yang disediakan peneliti ada empat yaitu “Sangat Sering” (SS), “Sering” (S),
“Kadang-Kadang” (K) dan” Tidak Pernah” (TP).
3) Penentuan Skor (Scoring)
Penentuan skor untuk setiap jawaban dari item-item pernyataan
adalah sebagai berikut:
a. Untuk pernyataan yang bersifat positif (favorable) terhadap aspek keaktifan, jawaban “Sangat Sering” (SS) diberi skor 4, “Sering” (S)
diberi skor 3, “Kadang-Kadang” (KK) diberi skor 2, dan “Tidak
b. Untuk pernyataan yang bersifat negatif (unfavorable) terhadap
aspek keaktifan, jawaban “Sangat sering” (SS) diberi skor 1,
“Sering” (S) diberi skor 2,”Kadang-kadang” (KK) diberi skor 3,
dan “Tidak Pernah” (TP) diberi skor 4.
4) Kisi-kisi
Tabel.2
Kisi-kisi Kuesio ner Keaktifan Mengikuti Bimbingan Klasikal
No Aspek Indikator Item Positif (favorable) Item Negatif (unfavora ble) Jumlah
1. Keaktifan secara fisik dalam mengikuti bimbingan klasikal yang terlihat dalam tindakan dan perilaku dalam kelas Fokus melihat
1, 2, 3 4, 5, 6 6
Mendengarka n aktif
7, 8, 9 10,11,12 6
Terlibat aktif fisik dalam permainan
13,14 15,16 4
2. Keaktifan secara Intelektual dalam mengikuti bimbingan klasikal berarti kemampuannya dalam memahami informasi, kemudian merespon suatu tugas. Memberikan pendapat dalam bimbingan klasikal
17, 18, 19 20, 21, 22 6
Mengerjakan kuesioner secara individual
23, 24 25, 26 4
Aktif bertanya
27, 28 29, 30 4
Diskusi kelompok
31, 32, 33 34, 35, 36 6
3. Keaktifan secara emosi berarti mampu mengenali dan memberi nama Meng alami perasaan yang positif
25
atau
menyebutkan emosi yang bersangkutan
Total 42
5) Penelitian
Penelitian instrumen di SMP Pangudi Luhur I Yogyakarta
dilaksanakan tanggal 11 Desember 2008 dan 12 Desember 2008.
Penelitian terpakai ini dilakukan kepada siswa kelas IX sebanyak 200
siswa, dengan rincian sebagai berikut:
Tabel 3
Jumlah Responden Uji Coba dan Penelitian
No Kelas Waktu Pelaksanaan Jumlah 1. IX A 11 desember 2008 40 2. IX B 12 desember 2008 40 3. IX C 11 desember 2008 40 4. IX D 12 desember 2008 40 5. IX E 12 desember 2008 40
Total 200
Data yang diperoleh segera diskor dan dianalisis secara
statistik dengan mengggunakan progam SPSS (Statistical Progamme
For Social Windows) versi 12.
D. Pertanggungjawaban Mutu Alat Ukur 1). Validitas Instrumen Penelitian
Validitas mempunyai arti sejauh mana ketepatan dan
kecermata n suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Suatu
yang tinggi apabila alat tersebut menjalankan fungsi ukurnya, yang
sesuai dengan maksud dilakukannya pengukuran tersebut (Azwar,
2007:5).
Validitas terbagi atas tiga macam, yaitu: validitas isi,
validitas konstruksi atau konsep, dan validitas kriteria. Dalam
penelitian ini, validitas yang digunakan adalah validitas isi. Yang
dimaksud validitas isi adalah validitas yang mencerminkan seluruh
isi yang akan diukur (Furchan, 1982:183). Validitas isi merupakan
validitas yang diestimasi atau dinilai lewat pengujian terhadap isi tes
dengan analisis rasional atau lewat professional judgment (penilaian profesional), (Azwar, 2007: 45). Dalam pelaksanaannya validitas isi,
kuesioner ini dinilai oleh dosen pembimbing skripsi yang dipandang
memiliki keahlian dalam bidang bimbingan dan konseling.
Setelah mendapat penilaian profesional (profesional judgment) berdasarkan keputusan akal (common sense), yaitu melihat apakah item-item sudah benar-benar memuat aspek-aspek
keaktifan dalam mengikuti bimbingan yang telah disusun oleh
peneliti untuk mengetahui keaktifan siswa dalam mengikuti
bimbingan klasikal, maka peneliti melakukan uji coba alat.
2). Uji Daya Beda
Daya beda/diskriminasi item adalah kemampuan item dalam
membedakan antara subjek yang memiliki atribut yang diukur dan
27
untuk mengungkap keaktifan mengikuti bimbingan klasikal pada
siswa kelas IX. Dalam penelitian ini, item yang berdaya beda
tinggi adalah item yang mampu membedakan mana subjek yang
memiliki keterlibatan dalam mengikuti bimbingan yang tinggi dan
mana subjek yang mempunyai keterlibatan yang rendah dalam
mengikuti bimbingan klasikal.
Azwar (1999: 59) menyatakan bahwa pengujian daya
diskriminasi item menghendaki dilakukannya komputasi koefisien
korelasi antara distribusi skor item dengan distribusi skor skala itu
sendiri. Komputasi ini akan menghasilkan koefisien korelasi item
tota l
( )
rix , yang dikenal pula dengan sebutan parameter beda item. Untuk menghitung koefisien korelasi item total digunakan korelasi product moment dari Pearson (Azwar, 1999: 59) yaitu:( )(
)
( )
[
i i n]
[
X(
X)
n]
nX i iX rix
/ /
/ 2 2
2
2
∑
∑
∑
∑
−∑
∑
∑
−− =
i = skor item X = skor skala
n = banyaknya subjek
Sebagai kriteria pemilihan item berdasarkan korelasi item
total, biasanya digunakan batasan rix ≥0,30. Semua item yang mencapai koefisien korelasi minimal 0,30 daya diskriminasinya
dianggap memuaskan dan jika kurang dari 0,30 diinterpretasikan
diujicobakan, terdapat 30 item yang memiliki koefisien korelasi
item total (rix) = 0,30. Rekapitulasi distribusi item skala keaktifan
mengikuti bimbingan klasikal pada siswa kelas IX setelah uji coba,
disajikan dalam tabel 3 berikut:
Tabel 4
Hasil Penelitian Terpakai Kuesioner
No Aspek dan Indikator keaktifan siswa mengikuti bimbingan
klasikal
Jum lah Item
Lolos Gugur F UF
1 Keaktifan secara fisik dalam mengikuti bimbingan klasikal yang terlihat dalam tindakan dan perilaku dalam kelas
a. Fokus melihat. b. M endengarkan aktif.
c. Terlibat aktif fisik dalam permainan. 6 6 4 3 3 2 1 2 1 2 1 1
2 Keaktifan secara Intelektual dalam mengikuti bimbingan klasikal berarti kemampuannya dalam memahami informasi kemudian merespon suatu tugas.
a. M emberikan pendapat dalam bimbingan klasikal.
b. Mengerjakan kuesioner secara individual.
c. Aktif bertanya. d. Diskusi kelompok.
6 4 4 6 2 2 2 3 2 0 1 2 2 2 1 1
3 Keaktifan secara emosi berarti mampu mengenali dan memberi nama atau menyebutkan emosi yang bersangkutan.
a. Mengalami perasaan positif
6 3 1 2
Total 42 20 10 12
3). Reliabilitas Instrumen Penelitian
Reliabilitas alat ukur adalah taraf sampai dimana suatu alat
29
diperlihatkan dalam taraf ketepatan dan ketelitian hasil (Masidjo,
1995). Reliabilitas instrumen penelitian ini dilakukan dengan dua
cara yaitu reliabilitas uji coba penelitian dan reliabilitas penelitian.
Reliabilitas dinyatakan dalam koefisien reliabilitas ( ' xx
r ) yang angkanya berada dalam rentang dari 0 sampai 1,00. Semakin
tinggi koefisien reliabilitas dan mendekati angka 1,00 maka
semakin tinggi reliabilitasnya. Pada umumnya, reliabilitas
dianggap memuaskan jika koefisiennya mencapai minimal ' xx
r = 0,900. Dalam penelitian ini, peneliti mengukur reliabilitas alat ukur
dengan menggunakan koefisien alpha (a ) Cronbach (Azwar, 1999: 87).
Penghitungan reliabilitas uji coba skala keaktifan siswa
mengikuti bimbingan klasikal yang berjumlah 42 item pada siswa
kelas IX dengan menggunakan teknik analisis alpha (a) Cronbach adalah angka '
xx
r = 0,834. Angka tersebut menunjukkan bahwa
skala keaktifan siswa penelitian ini dapat diandalkan untuk
pengambilan data penelitian. Sedangkan penghit ungan reliabilitas
penelitian skala keaktifan siswa mengikuti bimbingan klasikal
yang berjumlah 30 item pada siswa kelas IX dengan menggunakan
teknik analisis alpha (a) Cronbach menghasilkan angka rxx'
=0,877. Angka tersebut menunjukkan bahwa skala keaktifan siswa
G. Teknik Analisis Data
Langkah-langkah yang ditempuh penulis untuk
menganalisis data penelitian tingkat keaktifan siswa mengikuti
bimbinga n klasikal pada siswa kelas IX SMP Pangudi Luhur I
Yogyakarta tahun 2008/2009 adalah sebagai berikut:
1. Menentukan skor dari masing-masing alternatif jawaban yang
sudah diberikan oleh subjek penelitian dan membuat tabulasi
skor dari masing-masing butir item skala. Langkah selanjutnya
menghitung total skor masing-masing subjek penelitian dan
total skor tiap item pernyataan.
2. Data yang diperoleh selanjutnya diolah dengan menggunakan
analisis statistik deskriptif yang meliputi penyajian data melalui
tabel, perhitungan mean, standard deviasi serta
pengkategorisasian menurut norma yang telah ditentukan
peneliti
a. Menentukan penggolongan kualifikasi keaktifan siswa seluruh
responden berdasarkan pada Azwar (1999:108) yang
mengelompokkan tingkat keaktifan siswa dalam mengikuti
bimbingan klasikal dalam lima kategori yaitu sangat rendah,
rendah, sedang, tinggi, dan sangat tinggi.
b. Membuat distribusi frekuensi dan skor tingkat keaktifan siswa
mengikuti bimbingan klasukal pada siswa kelas IX SMP
31
Kontinum jenjang ini disusun berpedoman pada Azwar
(1999:108) yang mengelompokkan tingkat keaktifan siswa, dalam
lima kategori yaitu sangat rendah, rendah, sedang, tinggi dan
sangat tinggi, dengan norma kategorisasi sebagai berikut:
X = µ-1,5s kategori sangat rendah
µ-1,5s < X = µ-0,5s kategori rendah
µ-0,5s < X = µ+0,5s kategori sedang
µ+0,5s < X = µ+1,5s kategori tinggi
µ+1,5s < X kategori sangat tinggi
Keterangan:
Xmaksimum teoretik : skor tertinggi yang mungkin
diperoleh subjek penelitian dalam
skala
Xminimum teoretik : skor terendah yang mungkin
diperoleh subjek penelitian dalam
skala
s : standard deviasi, yaitu luas jarak
rentangan yang dibagi dalam 6
satuan deviasi sebaran
µ : mean teoretik, yaitu rata -rata
teoretis da ri skor maksimum dan
Selanjutnya kategorisasi ini dijadikan norma/patokan
dalam pengelompokan skor subjek penelitian berdasarkan tingkatan
keaktifannya .
Xmaksimum teoretik : 30 x 4 = 120
Xminimum teoretik : 30 x 1 = 30
Range : 120 – 30 = 90
s (teoretik) : 90 : 6 = 15
µ (mean teoretik) : (120 + 30) : 2 = 75
Penentuan kategorisasi tingkat keaktifan siswa mengikuti
bimbingan klasikal secara umum dapat dilihat dalam tabel sebagai
berikut:
Tabel 5
Norma kategorisasi tingkat keaktifan siswa mengikuti bimbingan klasikal
Pada siswa SMP kelas IX tahun ajaran 2008/2009
Perhitungan Skor Kategori
X = µ-1,5s
X = 75 – 22,5 = 52,5 Sangat rendah
µ-1,5s < X = µ-0,5s
75–22,5 < X = 75 – 7,5 53 - 67,5 Rendah µ-0,5s < X = µ+0,5s
75 – 7,5 < X = 75 + 7,5 68 - 82,5 Sedang µ+0,5s < X = µ+1,5s
75 + 7,5 < X = 75 + 22,5 83 - 97,5 Tinggi X > µ+1,5s
33 BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab ini memuat jawaban atas masalah penelitian yaitu bagaimanakah tingkat
keaktifan siswa mengikuti bimbingan klasikal pada siswa kelas IX SMP Pangudi Luhur I
Yogyakarta Tahun Ajaran 2008/2009?. Penyajian hasil penelitian dan pembahasan
diuraikan dalam penjelasan berikut.
A. Hasil penelitian tingkat keaktifan siswa mengikuti bimbingan klasikal pada siswa kelas IX SMP Pangudi Luhur I Yogyakarta Tahun Ajaran 2008 /2009.
Langkah awal yang dilakukan sebelum merumuskan hasil penelitian adalah
menghitung skor dari masing-masing alternatif jawaban yang sudah diberikan oleh subjek
penelitian dan membuat tabulasi skor dari masing-masing butir item skala (lihat lampiran). Langkah selanjutnya adalah menghitung total skor masing-masing subjek penelitian dan total skor tiap item pernyataan. Penentuan kategorisasi skor item dapat
dilihat dalam tabel sebagai berikut:
Tabel 6
Penggolongan Tingkat Keaktifan Mengikuti Bimbingan Klasikal pada Siswa Kelas IX SMP Pangudi Luhur I Tahun Ajaran 2008/2009
Perhitungan Skor Kategori Jumlah
Subyek
Persentase
X = µ -1,5s
X = 75– 22,5 = 52,5 Sangat tinggi 132
66%
µ -1,5s < X = µ-0,5s
75–22,5 < X = 75 – 7,5 53 - 67,5 Tinggi 51
25,5%
µ -0,5s < X = µ+0,5s
75 – 7,5 < X = 75 + 7,5 68 - 82,5 Sedang 17
8,5%
µ+0,5s < X = µ+1,5s 75 + 7,5 < X = 75 + 22,5
83 - 97,5 Rendah 0
0%
X > µ +1,5s
X > 75 + 22,5 > 97,5 Sangat rendah 0
0%
B. Pembahasan
Dalam penelitian deskriptif, peneliti hanya memaparkan kondisi
atau keadaan apa adanya. Kategorisasi skor tiap item skala adalah
berdasarkan distribusi normal dengan kontinum jenjang yang berpedoman
pada Azwar (1999:108), yaitu sangat rendah, rendah, se dang, tinggi dan
sangat tinggi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa item-item pernyataan
keaktifan mengikuti bimbingan klasikal, dipilih siswa dengan aktif bahkan
sangat aktif. Item- item tersebut mewakili 3 aspek keaktifan yaitu
keaktifan secara fisik, keaktifan secara intelektual dan keaktifan secara
emosi. Kategor i tinggi bahkan sangat tingggi berarti bahwa siswa menilai
dirinya telah terlibat secara langsung dalam kelas untuk selalu aktif dan
sangat aktif baik secara f isik, intelektual, emosi.
Dari 200 orang siswa, 183 orang siswa memiliki kategori tinggi
dan sangat tinggi. Dengan kata lain bahwa siswa kelas IX SMP Pangudi
Luhur I Yogyakarta menilai diri aktif dan sangat aktif di dalam mengikuti
bimbingan klasikal. Keaktifan siswa dalam mengikuti bimbingan klasikal
pada dasarnya adalah keterlibatan siswa secara langsung baik secara fisik,
intelektual, maupun emosi.
Penulis berpendapat bahwa terbentuknya keaktifan mengikuti
bimbingan klasikal pada siswa kelas IX SMP Pangudi Luhur I Timoho,
Yogyakarta kemungkinan karena beberapa faktor. P ertama, progam
35
Bimbingan dan Konseling atau konselor sekolah Ketiga, interaksi yang
baik antara konselor dan siswa. Keempat, dari siswa sendiri.
Pertama, progam bimbingan di sekolah tersebut telah tersusun
secara sistematik, yaitu progam bimbingan yang dilaksanakan sesuai
dengan rencana dan tertata baik mulai dari perencanaan, pendataan,
implementasi dan evaluasi. Dalam hal ini pemberian materi bimbingan
disesuaikan dengan kebutuhan dan tugas perkembangan siswa. Fasilitas
yang memadai, pemberian waktu yang memadai untuk kegiatan
pembimbingan, dukungan finansial memadai, ini adalah bentuk dukungan
nyata dari sekolah yang bersangkutan. Dari kebijakan sekolah ini maka
tercipta layanan bimbingan klasikal yang berkualitas sehingga
menghasilkan dampak yang positif baik bagi siswa dan masyarakat
sekolah (guru, kepala sekolah, orangtua).
Kedua, sisi kepribadian guru pembimbing atau konselor sekolah di
sekolah. Kepribadian merupakan hal yang paling mudah diamati karena
mencakup penampilan fisik, tingkah laku, sifat-sifat dan karakter pribadi
konselor. Jadi pada dasarnya jika konselor memiliki pribadi yang selalu
merasa nyaman dalam kebersamaannya dengan orang lain, penuh percaya
diri, bertanggung jawab dan bersungguh-sungguh kiranya mampu
membuat siswa merasa nyaman dalam mengikuti bimbingan klasikal. Sisi
kepribadian konselor diatas, juga mendukung penelitian yang sebelumnya
mengenai ciri-ciri kepribadian guru pembimbing yang diharapkan siswa
siswa kelas I dan II SMA GAMA Yogyakarta tahun ajaran 2004/2005.
Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa siswa mengharapkan konselor
yang berkepribadian hangat dan terbuka, dewasa, mampu bersikap objektif
dan fleksibel, mampu menjalin komunikasi yang baik dengan orang lain,
berempati, menjalin relasi dengan orang lain, memberi dukungan,
menghargai pribadi, memiliki wawasan yang luas, bebas dari
kecenderungan menguasai siswa. Hasil penelitian serupa yang dilakukan
oleh Sutrinah (2004), pada siswa kelas I dan II SMU Stella Duce 1
Yogyakarta, menunjukkan bahwa siswa mengharapkan konselor yang
dewasa, fleksibel dan objektif, hangat dan terbuka, mampu berelasi dengan
orang lain, mampu menghargai siswa, bebas (apa adanya), memahami
ungkapan perasaan siswa, memiliki intelegensi yang tinggi, mampu
berempati, berwawasan luas, mampu berkomunikasi, sportif, dan bukan
sebagai pengambil keputusan bagi siswa. Sehingga dengan demikian
konselor sekolah akan dijadikan panutan, contoh, ibu, dan teman yang
disegani oleh siswa, maka dalam pembimbingan akan mengutamakan
bimbingan lebih bersifat sosial-psikologis-akademik; bukan
material-ekonomis-fisik.
Ketiga, adanya interaksi yang baik antara konselor sekolah dan
siswa akan menciptakan suasana yang menyenangkan dan terjadinya
kerjasama yang baik, sehingga siswa dapat percaya dan terbuka kepada
konselor sekolah selama mengikuti kegiatan bimbingan klasikal. Perasaan
37
akan mengusir kebosanan dan memberikan rasa segar dan merubah
suasana yang kering menjadi hangat dan santai. Hal itu semua, tidak
mungkin diwujudkan melalui kekerasan, amarah, arogansi, atau kegiatan
yang secara langsung ataupun tidak langsung, nyata merugikan dan/atau
menyulitkan siswa.
Idealnya, interaksi antara guru pembimbing dan siswa terjalin
dengan baik ketika guru pembimbing menjelaskan materi bimbingan, dan
siswa memberikan perhatian (fokus) , mendengarkan aktif. Pada saat guru
guru pembimbing memberikan perma inan ketika bimbingan di kelas,
siswa langsung berdiri dan bergabung dengan teman kelompok dan
melakukan permainan sesuai dengan petunjuk guru pembimbing. Ketika
guru pembimbing membagi tugas dalam kelompok kecil ketika dinamika
kelompok berlangsung, siswa segera berdiskusi dengan baik, bersedia
menerima saran dari teman kelompok. Siswa bertanya kepada guru
pembimbing ketika siswa mengalami kesulitan dalam memahami kata-
kata di folder yang dibagikan di kelas. Pada saat guru pembimbing
memberikan lembar pertanyaan (angket, kuesioner) tentang manfaat
materi bimbingan yang di bahas di kelas dan meminta siswa untuk
mengisinya, maka siswa segera mengerjakannya dengan baik. Pada saat
guru pembimbing memberikan kesempatan untuk menyampaikan
pendapat mengenai materi bimbingan di kelas, siswa memberikan
pendapat. Siswa menuliskan atau memberikan refleksi (pernyataan hasil
selesa i di bahas yang di bagikan guru pembimbing di akhir pertemuan
bimbingan di kelas yang diberikan guru pembimbing dengan
sungguh-sungguh selain itu, siswa mengikuti bimbingan di kelas dengan penuh
semangat. Dalam mengelola interaksi yang baik pada saat bimbingan
klasikal guru pembimbing harus menguasai materi bimbingan yang akan
disampaikan, terampil memanfaatkan media yang ada, memahami cara
atau metode yang digunakan sehingga kegiatan bimbingan klasikal
menarik dan tidak membosankan.
Keempat, sisi siswa. Motivasi untuk pengembangan diri siswa,
sehingga siswa terlibat secara aktif mengikuti kegiatan bimbingan klasikal.
Tidak ada seorang pun yang melakukan sesuatu dalam hal ini mengikuti
bimbingan klasikal tanpa motivasi. Motivasi adalah suatu perubahan
energi di dalam pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya afeksi
(perasaan) dan reaksi untuk mencapai tujuan (Oemar Hamalik, 1992 :
173). Perubahan energi dalam diri seseorang itu berbentuk suatu aktivitas
nyata berupa kegiatan fisik, karena seseorang mempunyai motivasi yang
kuat untuk mencapainya.
Kebutuhan akan pengembangan diri membangkitkan minat siswa
serta mendorong siswa untuk melakukan suatu aktivitas dalam hal ini yaitu
siswa mengikuti bimbingan klasikal. Minat adalah suatu rasa lebih suka
dan rasa keterikatan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang
39
bimbingan klasikal, minat memiliki pengaruh yang besar terhadap
kegiatan bimbingan. Siswa yang berminat mengikuti bimbingan klasikal
akan terlibat secara aktif dengan sungguh-sungguh, karena ada daya tarik
baginya. Minat merupakan motivasi yang utama yang dapat
membangkitkan kegairahan mengikuti bimbingan klasikal siswa. Jadi
minat merupakan sumber dari motivasi yakni keinginan hati yang di
wujudkan dalam sikap dan tingkah laku untuk mencapai tujuan.
Sebagai remaja, siswa membutuhkan seseorang yang bisa memberi
semangat dan dukungan dalam melakukan segala hal yang positif yang
mendukung perkembangan pribadi siswa. Oleh karena itu, dengan adanya
sisi kepibadian konselor sekolah diharapkan mampu memberi dukungan
kepada siswa, sehingga siswa semakin membuka diri dan siswa menyadari
pentingnya layanan bimbingan klasikal bagi perkembangan dirinya.
Keterlibatan secara aktif dari siswa sangat penting, karena melalui layanan
bimbingan klasikal ini mereka semakin dapat memahami diri mereka
masing-masing, dan mereka dapat mendapatkan informasi-informasi yang
40
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa tingkat
keaktifan mengikuti bimbingan klasikal pada siswa kelas IX SMP Pangudi Luhur I
Timoho, Yogyakarta tahun ajaran 2008/2009 sangat tinggi dan tinggi. Artinya, bahwa
keaktifan siswa itu dipengaruhi oleh baik tidaknya progam bimbingan, kepribadian
guru bimbingan dan konseling atau konselor sekolah, interaksi yang baik antara
konselor sekolah dan siswa, dan siswa untuk mengembangkan diri secara optimal.
B . Saran
Berdasarkan dari hasil penelitian, maka peneliti memberikan beberapa saran kepada
pihak-pihak yang terkait dengan penelitian ini, yaitu sebagai berikut:
1. Pihak SMP Pangudi Luhur I Timoho Yogyakarta
• Keaktifan sangat penting bagi para siswa untuk dapat
mengikuti bimbingan klasikal secara baik. Para siswa perlu
untuk terus mempunyai keterlibatan dalam mengikuti
bimbingan klasikal. Pentingnya para siswa mempunyai
keterlibatan secara aktif dalam mengikuti bimbingan
41
mereka masing-masing dan mereka mendapatkan
informasi-informasi yang mereka butuhkan.
• Tetap menjaga kerjasama dalam penyelenggaraan layanan
bimbingan yang dilaksanakan oleh konselor sekolah beserta
pihak sekolah, sehingga tercipta suasana yang harmonis.
2. Konselor Sekolah
• Konselor sekolah tetap menjaga relasi yang baik dengan
siswa dan memberikan bimbingan lebih kreatif dan menarik
lagi.
3. Peneliti Lain
• Peneliti lain dapat mengembangkan penelitian-penelitian
lain yang dapat bermanfaat bagi para siswa.
• Apabila ada penelitian terhadap permasalahan yang sama
diharapkan peneliti meninjau kembali instrument
penelitian, agar instrument penelitian tentang keaktifan
mengikuti bimbingan klasikal memperoleh pembaharuan
yang dianggap perlu dan dapat memenuhi persyaratan
Albin. 1986. Emosi Bagaimana Mengenal, Menerima, dan mengarahkannya. Yogyakarta: Kanisius
Alwi, Hasan. 2005. Kamus Umum Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka Arif, Pratisto. Cara Mudah Mengatasi Masalah Statistik dan Rancangan Percobaan
dengan SPSS 12. Jakarta: Gramedia
Azwar , Saifudin. 2007. Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Azwar, Saifudin.2007. Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Devito, J.A. 1997. Komunikasi Antarmanusia. Jakarta: Profesional Books. Dimyati, M. 1989. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta
Furchan, Andi. 2004. Pengantar Penelitian dalam Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional
Given, Barbara. 2007. Brain-Based teaching. Jakarta: Kaifa
Goleman, Daniel.2001. Working with Emotional Intelligence. Kecerdasan Emosi untuk Mencapai Puncak Prestasi. (Terjemahan). Jakarta : Gramedia Pustaka Utama
Hurlock, E.B. 1994. Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta: Erlangga
Hamalik, Oemar. 1992. Proses Belajar Mengajar. Cet. ke-3. Jakarta: PT Bumi Aksara.
http/www. Google. Com/ keaktifan mengikuti bimbingan klasikal pada siswa sekolah menengah pertama, diakses tanggal 2 juli 2008
http/www.Google.com- arti keaktifan siswa mengikuti bimbingan klasik al di sekolah. Di akses tanggal 01 januari 2007
http/www.Google.com- kompas tanggal 15 November 200. Diakses tanggal 02 januari 2008
http/www.Google.com- minat/ minat mengikuti bimbingan klasikal di SMP. Di akses tanggal 2 september 2008
Kartini kartono.1971. Teori Kepribadian dan Mental Hygiene. Bandung: Alumni Mappiare, Andi.1984. Pengantar Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Surabaya:
Usaha Nasional
Martin Handoko & theo Riyanto. 2006. 100 Permainan Penyegar Pertemuan.Yogyakarta: Kanisius
Marcella. 2005. Ciri-ciri Kepribadian Guru Pembimbing yang Diinginkan Siswa kelas I dan II SMA GAMA Yogyakarta Tahun Ajaran 2004/2005. Skripsi Sarjana. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma (Tidak diterbitkan)
Masidjo. 1995. Penilaian Pencapaian Hasil Belajar Siswa di Sekolah . Yogyakarta: Penerbit Kanisius
Poerwadarmita W.J.S 1976. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: PN Balai Pustaka
Prayitno, dkk. 2003. Panduan Pelayanan Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Pusat Kurikulum Depdiknas
Prayitno dan Amti, 2004. Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Rineke Cipta
Prayitno, dkk.1997. Seri Perangkat Pemandu Pelaksanaan Bimbingan dan konseling di Sekolah. Jakarta: Ikrar Mandiri Abadi
Sink. Christopher. 2005. Contemporary School Counseling. Boston New York: Houghton Mifflin Company
Sinurat, R.H.Dj. 1999. Reader Mata Kuliah Komunikasi Antar Pribadi. FKIP: USD.
S.J Bulatau. J. 1971. Teknik diskusi berkelompok. Yogyakarta: Kanisius Tedjasaputra, M.S.2001. Bermain, Mainan, dan Permainan. Jakarta: Gramedia
Widiasarana Indonesia
KUESIONER KEAKTIFAN SISW A M ENGIKUTI BIM BINGAN KLASIKAL
Para siswa dan siswi yang t erkasih,
Berikut ini akan disajikan kuesioner yang berisi beberapa pernyat aan yang bert ujuan menget ahui
pandangan dan perasaan Anda terhadap konselor sekolah. Oleh karena it u peneliti meminta
kesediaan Anda unt uk menjawab sesuai dengan pengalaman Anda yang sebenarnya.
Petunjuk :
1. Isilah jenis