• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINGKAT KEAKTIFAN MENGIKUTI BIMBINGAN KLASIKAL PAD A SISWA KELAS IX SMP PANGUDI LUHUR I YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 20082009 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Progam Studi Bimbingan dan Konseling

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "TINGKAT KEAKTIFAN MENGIKUTI BIMBINGAN KLASIKAL PAD A SISWA KELAS IX SMP PANGUDI LUHUR I YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 20082009 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Progam Studi Bimbingan dan Konseling"

Copied!
84
0
0

Teks penuh

(1)

SISWA KELAS IX SMP PANGUDI LUHUR I YOGYAKARTA

TAHUN AJARAN 2008/2009

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Progam Studi Bimbingan dan Konseling

Disusun oleh :

BRIGITA ARIE PRADANI PUTRI

031114014

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)

i

TINGKAT KEAKTIFAN MENGIKUTI BIMBINGAN KLASIKAL PADA SISWA KELAS IX SMP PANGUDI LUHUR I YOGYAKARTA

TAHUN AJARAN 2008/2009

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Progam Studi Bimbingan dan Konseling

Disusun oleh :

BRIGITA ARIE PRADANI PUTRI 031114014

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(3)
(4)
(5)

iv

Ia membuat segala sesuatu indah tepat pada waktunya, bahkan ia

memberikan kekuatan dalam hati mereka”

(Pengkotbah 3:11)

“ Tetap Sehat dan bersemangat!!!!!”

Skripsi ini Kupersembahkan untuk :

(6)

v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini

tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan

dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 07 Mei 2009

Penulis

(7)

vi

TINGKAT KEAKTIFAN MENGIKUTI BIMBINGAN KLASIKAL PADA SISWA KELAS IX SMP PANGUDI LUHUR I TIMOHO YOGYAKARTA

TAHUN AJARAN 2008/2009

Brigita Arie Pradani Putri Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2009

Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan menggunakan metode survey. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran mengenai tingkat keaktifan mengikuti bimbingan klasikal pada siswa kelas IX SMP Pangudi Luhur I Timoho Yogyakarta Tahun Ajaran 2008/2009. Masalah penelitian ini adalah bagaimanakah tingkat keaktifan siswa kelas IX SMP Pangudi luhur I Yogyakarta me ngikuti bimbingan klasikal Tahun Ajaran 2008/2009?

Subyek penelitian adalah semua siswa kelas IX SMP Pangudi Luhur I Timoho Yogyakarta yang berjumlah 200 siswa. Alat pengumpulan data yang digunakan untuk mengetahui keaktifan siswa mengikuti bimbingan klasikal berbentuk kuesioner Keaktifan Mengikuti Bimbingan Klasikal dan di susun oleh peneliti. Kuesioner terdiri dari 30 item dengan alternatif jawaban “Sangat Sering”, “Sering”, “Kadang-Kadang”, “Tidak Pernah”. Item-item tersebut merupakan penjabaran dari 3 aspek keaktifan mengikuti bimbingan klasikal yaitu: keaktifan secara fisik, intelektual, emosi. Koefisien reliabilitas '

xx

r =0,877.

Teknik analisis data yang digunakan adalah statistik rata -rata, standar deviasi, dan pengkategorisasian jenjang yaitu kategori sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah, sangat rendah.(Azwar,1999)

(8)

vii ABSTRACT

THE ACTIVITY LEVEL OF NINE GRADE STUDENTS OF SMP PANGUDI LUHUR I YOGYAKARTA IN PARTICIPATING A CLASSICAL GUIDANCE IN THE ACADEMIC YEAR 2008/2009

Brigita Arie Pradani Putri Sanata Dharma University

Yogyakarta 2009

This research was a descriptive research using survey method. This research was aimed to obtain the description about the activity level of nine grade students of SMP Pangudi Luhur I Yogyakarta in participating a classical guidance in the academic year 2008/2009.The problem in this research was what is the activity level of nine grade students of SMP Pangudi Luhur I Yogyakarta in participating a classical guidance in the academic year 2008/2009.

The Subject of this research was the nine grade students of SMP Pangudi Luhur I Yogyakarta with the research population of 200 students. The questionnaire about students activity in participating classical guidance was composed by the researcher. The questionnaire consisted of 30 items with alternative of answer are “Very Often”,”Often”,”Sometimes”,”Never”. Those items conclude d 3 aspect of the activity in following a classical guidance: physically, intelectually, and emotionally. Reability coeficien rxx = 0,877.

The data analysis techniques which were used in this research are average, deviation standard, and level categorization such as very high, high, medium, low, very low. (Azwar, 1999).

(9)

viii

Yang bertandatangan dibawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama : Brigita Arie Pradani Putri

NIM : 031114014

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul: Tingkat Keaktifan Mengikuti Bimbingan Klasikal Pada Siswa Kelas IX SMP Pangudi Luhur I Timoho, Yogyakarta Tahun Ajaran 2008/2009 beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal 07 Mei 2009 Yang menyatakan

(10)

ix

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Mahabaik, yang selalu menyertai dan

menuntun penulis sehingga skripsi ini dapat selesai dengan baik. Begitu besar

kasih-Nya kepada setiap orang yang berharap kepada_nya sehingga Ia selalu

menopang dan meneguhkan setiap usaha dan karya penulis. Ia mencurahkan

segala rahmat dan berkat-Nya untuk menolong penulis dalam menyelesaikan

skripsi melalui dosen dan teman-teman yang berada di sekitar penulis. Oleh

karena itu penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada mereka

yang secara langsung telah memotivasi dan mendukung penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini.

1. Dra. M.M Sri Hastuti M.si selaku dosen pembimbing yang dengan penuh

kesabaran dan ketulusan hati membimbing, menuntun, dan mendampingi

peneliti selama penulisan skripsi hingga akhirnya skripsi ini selesai dengan

baik.

2. A.Setyandari, S.Pd.Psi.,M.A dan Fajar Sentoadi Spd, Selaku Dosen

Penguji.

3. Kepala Sekolah SMP Pangudi Luhur I yang berkenan menerima dan

memberikan kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan penelitian.

4. Ibu V. Indriastuti, S.Pd. dan Ibu Natalia Tutik selaku Koordinator dan

Staff Bimbingan Konseling SMP Pangudi Luhur I Yogyakarta yang

berkenan menerima dan mendampingi serta memberikan kesempatan

(11)

x

berdoa, sabar dan mendukung peneliti sampai saat ini.

6. Tante Yose n’ Fam yang selalu menanyakan perkembangan skripsi ini,

sehingga peneliti terdorong untuk menyelesaikan skripsi ini.

7. Nicolas Andalan N, terimakasih Support, Doa dan Kasih di hari-hari yang

lalu.

8. Agung Samudra, yang selalu Memotivasi, Dukungan, Doa dan selalu

menemani di saat-saat terakhir skripsi.(Xie2 ya ko..)

9. Xvaganza Dancer, Terimakasih telah menjadi saudara sehingga bisa

bertumbuh dan berkembang bersama untuk jadi lebih kreatif lagi..(One for All, All for One)

10.Teman terbaikku, Maria dwi nariswati terima kasih untuk support dan

penghiburannmu disaat aku sedang sedih dan susah. Fr. Paul untuk bantuan

di Bab III

11.Teman-teman seperjuanganku BK’03: Kak uning, Agung, magna, oca,

sonya, hayu, Ayu, Yasinta, om gugun, mandus, iin, wicha, bayu, wulan,

pipit, bismo, mami surmi, tutus, lita, berta, kak ferdi, erna, yang

memberikan kenangan tak terlupakan di kampus tercinta.

12.Teman-teman kost tercinta: Boneng, U put, Desty, Kak Uus.

Semoga segala sesuatu yang telah mereka berikan kepada penulis

mendapat berkat dari Tuhan.

(12)

xi DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL……….i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING………..ii

HALAMAN PENGESAHAN……….iii

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN………..iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA………...v

ABSTRAK………vi

ABSTRACT………..vii

LEMBAR PERNYATAAN PUBLIKASI………..viii

KATA PENGANTAR………..ix

DAFTAR ISI………...xii

DAFTAR TABEL………xv

DAFTAR LAMPIRAN………..xvii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah………..1

B. Rumusan Masalah………...5

C. Tujuan Penelitian………5

D. Manfaat Penelitian………..5

E. Definisi Operasional………5

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Bimbingan Klasikal 1. Pengertian Bimbingan Klasikal……….7

2. Tujuan Bimbingan Klasikal………...9

3. Manfaat Bimbingan Klasikal………10

(13)

xii

B. Keaktifan Siswa Mengikuti Bimbingan Klasikal

1. Keaktifan Secara Fisik………...12

2. Keaktifan Secara Intelektual………..15

3. Keaktifan Secara Emosi……….17

C. Siswa Sekolah Menengah Pertama………..19

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian……….21

B. Variabel Penelitian………...21

C. Subjek Penelitian………..21

D. Instrumen Penelitian……….22

E. Pertanggungjawaban mutu Alat ukur………...25

F. Teknik Analisis Data……….30

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian……….33

B. Pembahasan………...34

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan………40

B. Saran………..40

(14)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Jumlah Siswa Kelas IX SMP Pangudi Luhur I Yogyakarta

Tabel 2 Kisi-Kisi Kuesioner Keaktifan Mengikuti Bimbingan Klasikal

Tabel 3 Jumlah Responden Penelitian Terpakai

Tabel 4 Hasil Penelitian Terpakai Kuesioner

Tabel 5 Norma Kategori tingkat Keaktifan Siswa Mengikuti Bimbingan

Klasikal

Tabel 6 Penggolongan Tingkat Keaktifan Mengikuti Bimbingan Klasikal

Pada Siswa Kelas IX SMP Pangudi Luhur I Tahun Ajaran

(15)

xiv

Lampiran 1 Kuesioner Keaktifan Siswa Mengikuti Bimbingan Klasikal

Lampiran 2 Hasil Tabulasi Data Penelitian Kuesioner Keaktifan

mengikuti Bimbingan Klasikal Siswa Kelas IX SMP

Pangudi Luhur I Yogyakarta Tahun Ajaran 2008/2009

Lampiran 3 Validitas dan Realibilitas

Lampiran 4 Kategori Skor -skor Hasil Kuesioner Keaktifan Siswa

Mengikuti Bimbingan Klasikal

Lampiran 5 Surat Ijin Penelitian

(16)

1 BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab ini diuraikan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan

penelitian, manfaat penelitian dan batasan istilah.

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Winkel dan Sri Hastuti (2004: 31) mengatakan bahwa tujuan pelayanan

bimbingan adalah supaya sesama manusia mengatur kehidupan sendiri, menjamin

perkembangan dirinya sendiri seoptimal mungkin, memikul tanggung jawab

sepenuhnya atas arah hidupnya sendiri, menggunakan kebebasannya sebagai

manusia secara dewasa dengan berpedoman pada cita-cita yang mewujudkan

semua potensi yang baik adanya, dan menyeleseikan semua tugas yang dihadapi

dalam kehidupan ini secara memuaskan. Pendidikan di sekolah yang baik dapat

ditunjukkan melalui proses dan hasil belajar siswa di sekolah. Kegiatan

bimbingan klasikal adalah salah satu proses yang memungkinkan tercapainya

tujuan yang ingin dicapai sekolah. Bimbingan klasikal adalah bimbingan dalam

bentuk kelompok yang diselenggarakan oleh konselor sekolah untuk siswa satu

kelas pada tingkatan kelas tertentu. Konselor sekolah menyelenggarakan kegiatan

bimbingan klasikal berdasarkan materi bimbingan yang telah direncanakan dan

(17)

Dalam interaksi konselor dan siswa selama bimbingan kelas tampak

keaktifan dan ketidakaktifan siswa yang terwujud dalam perilaku verbal dan non

verbal. Perilaku verbal seperti misalnya: bercerita, bertanya, berpendapat,

berdiskusi, menjawab pertanyaan, memberikan tanggapan, memberikan komentar,

dan mengerjakan tugas di kelas. Sedangkan perilaku non verbal seperti misalnya:

sikap duduk, anggukan kepala, gerak-gerik lengan dan tangan, ekspresi waja h,

kontak mata. Keaktifan mengikuti bimbingan klasikal dapat diartikan keterlibatan

masing-masing siswa dalam kelas untuk selalu aktif secara fisik, intelektual,

emosi.(http/www.goole.com/artikel keaktifan mengikuti bimbingan klasikal disekolah/ tanggal 01 januari2007) Keberhasilan bimbingan klasikal di tunjukkan oleh dikuasainya materi bimbingan oleh siswa.

Penulis berpendapat bahwa salah satu faktor keberhasilan dalam

bimbingan klasikal yang penting adalah keaktifan siswa, selain faktor kemampuan

konselor sekolah dalam merencanakan dan melaksanakan bimbingan klas ikal.

Keaktifan mengikuti bimbingan klasikal tidak dapat muncul dengan sendirinya.

Konselor sekolah harus menciptakan situasi yang memungkinkan terciptanya

bimbingan klasikal yang menyenangkan, menarik, dan tidak monoton sehingga

rasa ingin tahu siswa, dan motivasi siswa meningkat. Selain faktor keaktifan

siswa, keberhasilan pelaksanaan bimbingan klasikal, adalah tersedianya

sarana-sarana penunjang, materi bimbingan mempengaruhi keberhasilan bimbingan

klasikal.

Penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang tingkat keaktifan

(18)

3

penulis selama kurang lebih 6 minggu melakukan Praktek Pengalaman Lapangan

( PPL ) di salah satu SMP swasta di yogyakarta. Penulis berpendapat bahwa

bimbingan klasikal bisa berjalan lancar salah satunya karena adanya keaktifan dari

siswa itu sendiri. Selama ber PPL penulis mendapat kesempatan untuk melakukan

bimbingan klasikal dan mengadakan observasi teman praktikan dan konselor

sekolah yang ada di SMP tersebut. Dari sumber tersebut penulis mempunyai

pendapat bahwa bimbingan klasikal dapat berjalan lancar salah satunya karena

adanya keaktifan pada siswa.

Berdasarkan laporan PPL di beberapa SMP swasta lain dalam

menyampaikan materi dalam bimbingan klasikal ada bermacam-macam respon

siswa misalnya, siswa hanya sekedar menulis, jika konselor sekolah memberikan

pertanyaan siswa hanya menjawab seperlunya saja, jika konselor sekolah

menyuruh memberikan komentar apa yang di bahas pada materi sebelumnya

siswa memberikan komentar seenaknya sendiri, namun ada juga beberapa siswa

yang mendengarkan dan bisa menjawab dan mengerjakan tugas yang diberikan

pada saat bimbingan kelas berlangsung. Pada saat penulis mengobservasi teman

praktikan yang memberikan bimbingan klasikal, res pon yang di berikan oleh

siswa juga hampir sama dengan konselor sekolah, misalnya memberikan

komentar yang tidak ada hubungannya dengan materi yang disampaikan,

mengobrol dengan teman sebangku, namun ada juga yang terlibat aktif dalam

bimbingan tersebut. Kemudian menurut pengalaman penulis pada saat melakukan

bimbingan klasikal yaitu, suasana kelas gaduh, siswa keluar masuk kelas, siswa

(19)

komentar ataupun tanggapan yang tidak berkaitan dengan materi yang

disampaikan, hanya beberapa yang terlibat aktif dalam bimbingan pada saat itu.

Dari hasil pengalaman penulis, laporan PPL di SMP swasta lain dan

pengamatan menurut penulis, dalam pelaksanaan bimbingan klasikal di sekolah

ada perilaku siswa yang aktif dan adapula perilaku yang kurang aktif. Perilaku

aktif misalnya seperti: siswa mau mendengarkan, siswa berdiskusi baik dalam

kelompok kecil maupun besar, siswa mengungkapkan pendapatnya, siswa mengisi

lembar tugas, siswa bertanya. Seda ngkan perilaku kurang aktif misalnya seperti:

siswa berbicara sendiri, siswa tidak mau berdiskusi dan hanya jalan-jalan di kelas,

tidak mau mengerjakan lembar tugas, meninggalkan kelas pada saat bimbingan

klasikal berlangsung.

Penulis ingin mengungkap tin gkat keaktifan mengikuti bimbingan klasikal

pada siswa SMP pangudi Luhur I Timoho karena, alasan pertama penulis

berpendapat bahwa bimbingan klasikal bisa berjalan lancar salah satunya karena

adanya keaktifan dari siswa itu sendiri, alasan kedua adalah penulis pernah

melaksanakan Progam Pengalaman Lapangan (PPL) dan mendapatkan

kesempatan untuk mengobservasi konselor sekolah dan memberikan bimbingan

klasikal.

Penelitian ini diharapkan dapat memperoleh gambaran tentang tingkat

keaktifan mengikuti bimbingan klasikal pada siswa kelas IX SMP Pangudi Luhur

(20)

5

B. Rumusan Masalah

Berawal dari latar belakang masalah tersebut, permasalahan yang akan

dijawab dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Bagaimanakah tingkat

keaktifan siswa kelas IX SMP Pangudi luhur I Yogyakarta mengikuti bimbingan

klasikal Tahun Ajaran 2008/2009?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bermaksud memperoleh gambaran tentang tingkat keaktifan

mengikuti bimbingan klasikal pada siswa kelas IX SMP Pangudi Luhur I

Yogyakarta Tahun Ajaran 2008/2009.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Hasil penelitian ini menjadi masukan kepada guru pembimbing dalam

usaha meningkatkan keaktifan mengikuti bimbingan klasikal.

2. Bagi penulis memperoleh pengalaman dalam mengungkap tingkat

keaktifan mengikuti bimbingan klasikal pada siswa kelas IX SMP Pangudi

Luhur I Timoho, Yogyakarta.

E. Definisi Operasional

1. Tingkat keaktifan mengikuti bimbingan klasikal adalah taraf keterlibatan

(21)

intelektual, emosi.(http/www.goole.com/artikel keaktifan mengikuti bimbingan klasikal disekolah/ tanggal 01 januari2007)

2. Siswa kelas IX SMP adalah siswa yang terdaftar sebagai siswa di SMP

(22)

7

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Bimbingan Klasikal

1. Pengertian

Bimbingan adalah proses membantu orang-perorangan untuk memahami

dirinya sendiri dan lingkungan hidupnya (Winkel dan Hastuti,2004: 1).

Bimbingan diartikan sebagai bantuan yang diberikan kepada peserta didik dalam

rangka upaya menemukan pribadi, mengenal lingkungan, dan merencanakan masa

depan (Depdikbud,1994: 1).

Istilah bimbingan merupakan terjemahan dari Bahasa Inggris ”

guidance

”.

Sesuai dengan istilahnya, bimbingan dapat diartikan sebagai bantuan atau

tuntunan, tetapi harus diingat bahwa tidak setiap ba ntuan atau tuntunan dapat

diartikan sebagai bimbingan. Pelayanan bimbingan secara profesional di

Indonesia sampai saat ini difokuskan pada generasi muda yang masih duduk di

bangku sekolah dan hanya terealisasi pada tahap pendidikan sekolah dan

Perguruan Tinggi (Winkel dan Hastuti,2004: 1). Pelayanan bimbingan di sekolah,

salah satunya dilaksanankan dengan cara bimbingan klasikal.

Istilah klasikal merupakan terjemahan dari Bahasa Inggris

”class”

, yang

dapat diartikan sebagai kelas atau kelompok. Dengan demikian, bimbingan

klasikal adalah pelayanan bimbingan yang di berikan pada siswa secara kelompok

yang biasanya dilakukan di ruang kelas (Wittmer dan Thomson, 2000 dalam

(23)

Winkel dan Hastuti,2004:563 mengatakan bahwa bimbingan klasikal

adalah pelayanan bimbingan yang diberikan kepada lebih dari satu orang pada

waktu yang bersamaan. Menurut Winkel dan Hastuti bimbingan klasikal

merupakan sarana untuk menunjang perkembangan optimal masing-masing

siswa, yang diharapkan dapat mengambil manfaat dari pengalaman pendidikan

bagi dirinya sendiri. Pelayanan bimbingan klasikal dilaksanankan dengan

mengadakan sejumlah kegiatan bimbingan. Kegiatan-kegiatan dilaksanakan

sejalan dengan progam yang telah direncanakan dan disepakati bersama oleh

pihak-pihak terkait.

Gadza (Prayitno dan Amti,2004: 304) menyebutkan bahwa bimbingan

klasikal diselenggarakan oleh guru pembimbing selaku konselor sekolah untuk

memberikan informasi yang bersifat karier, belajar, dan personal-sosial.

Ketiga sifat informasi tersebut menunjuk pada bidang kehidupan siswa

sebagai ragam bimbingan klasikal yaitu personal-sosial, belajar, dan bidang

karier.

Prayitno (1999: 254-255) mengungkapkan terdapat enam jenis layanan

dalam bimbingan dan konseling, yaitu: Layanan Orientasi, Layanan Informasi,

Layanan Penempatan dan Penyaluran, Layanan Bimbingan Belajar, Layanan

Konseling Perorangan, dan Layanan Bimbingan Kelompok/klasikal. Layanan

orientasi, memperkenalkan seseorang pada lingkungan yang baru

dimasukinya, misalnya memperkenalkan siswa baru pada sekolah yang baru

dimasukinya. Layanan Informasi, bersama dengan layanan orientasi

memberikan pemahaman kepada individu-individu yang berkepentingan

(24)

9

kegiatan, atau untuk menentukan arah suatu tujuan atau rencana yang

dikehendaki. Informasi yang dapat diberikan di sekolah di antaranya:

informasi pendidikan, informasi jabatan, dan informasi sosial budaya.

Layanan bimbingan penempatan dan penyaluran, membantu menempatkan

individu dalam lingkungan yang sesuai untuk perkembangan

potensi-potensinya. Termasuk di dalamnya: penempatan ke dalam kelompok belajar,

pemilihan kegiatan ekstrakurikuler yang diikuti, penyaluran ke

jurusan/progam studi, penyaluran untuk studi lanjut atau untuk bekerja.

Layanan bimbingan belajar, membantu siswa untuk mengatasi masalah

belajarnya dan untuk bisa belajar dengan lebih efektif. Layanan konseling

individual (perorangan), konseling yang diberikan secara perorangan. Layanan

bimbingan dan konseling kelompok, kons eling yang dilaksanakan pada

sekelompok orang yang mempunyai permasalahan yang serupa.

2. Tujuan Bimbingan Klasikal

Menurut Winkel dan Hastuti (2004:547), tujuan bimbingan klasikal

adalah menunjang perkembangan pribadi dan perkembangan sosial

masing-masing anggota kelompok, serta meningkatkan mutu kerjasama dalam

kelompok guna mencapai aneka tujuan yang bermakna bagi anggota

kelompok. Selain itu bimbingan klasikal bertujuan agar orang yang dilayani

menjadi mampu mengatur kehidupannya sendiri, memiliki pandangannya

sendiri, dan berani menanggung sendiri efek serta konsekuensi dari

tindakan-tindakannya. Tujuan ini ingin dicapai melalui kegiatan secara kelompok, baik

(25)

setiap tugas perkembangan remaja dalam bidang pribadi, sosial, belajar, dan

karir melalui penyampaian topik-topik bimbingan.

3.. Manfaat bimbingan klasikal

Menurut Sink (2005: 1990), melalui bimbingan klasikal para siswa:

1) Mendengarkan dan terbuka satu dengan yang lain, sehingga dengan

berpendapat para siswa dapat merasakan persoalan yang mungkin sedang

mereka hadapi.

2) Berpartisipasi dalam kelompok, sekalipun mereka mungkin tidak memilih

untuk berbicara dalam kelompok.

3) Mempunyai kesempatan untuk mencoba pendapat mereka dan menerima

balikan dari teman-teman dalam kelompok.

4) Memperoleh informasi penting atau pengetahuan yang dapat mereka gunakan

untuk membuat keputusan secara tepat.

5) Mendapatkan keahlian sesuai kebutuhan untuk menghadapi masalah disekolah

dan dalam kebiasaan hidup mereka sehari-hari.

Sedangkan menurut Winkel dan Hastuti (2004: 565-566) mengatakan bahwa

bimbingan klasikal bermanfat bagi tenaga bimbingan dan juga bagi para siswa.

Manfaat bagi tenaga bimbingan antara lain:

a. Mendapat kesempatan untuk berkontak dengan banyak siswa sekaligus

dapat mengenal siswa.

b. Menghemat waktu dan tenaga dalam kegiatan yang dapat dilakukan dalam

suatu kelompok, misalnya memberikan informasi yang memang di

(26)

11

c. Memperluas ruang geraknya, lebih-lebih bila jumlah tenaga alternatif di

sekolah hanya satu atau dua orang saja.

Manfaat bagi para siswa antara lain:

a. Menjadi lebih sadar akan tantangan yang dihadapi sehingga mereka

memutuskan untuk berwawancara secar pribadi dengan konselor.

b. Lebih rela menerima dirinya sendiri, setelah menyadari bahwa

teman-temannya sering menghadapi persoalan, kesulitan, dan tantangan yang

kerap kali sama.

c. Lebih berani mengemukakan pandangannya sendiri bila berada dalam

kelompok.

d. Diberi kesempatan untuk mendiskusikan sesuatu bersama dan dengan

demikian mendapat latihan untuk bergerak dalam suatu kelompok, yang

akan dibutuhkan selama hidupnya.

e. Lebih bersedia menerima suatu pandangan atau pendapat bila

dikemukakan oleh seorang teman, daripada pendapat hanya diketengahkan

oleh konselor sekolahnya saja.

f. Tertolong untuk mengatasi suatu masalah yang dirasa sulit untuk

dibicarakan secara langsung dengan konselor karena malu atau bersifat

tertutup.

4 . Ragam bimbingan klasikal

Gadza (Prayitno dan Amti,2004: 309) menyebutkan bahwa, bimbingan

klasikal diselenggarakan oleh guru pembimbing untuk memberikan informasi

yang berhubungan dengan vokasional/karier, belajar, dan personal-sosial.

Ketiga sifat informasi tersebut menunjuk pada bidang kehidupan siswa siswa

(27)

belajar/akademik dan karier. Bimbingan karier ialah bimbingan dalam

mempersiapkan diri menghadapi dunia pekerjaan, dalam memilih lapangan

pekerjaan atau jabatan/profesi tertentu serta membekali diri supaya siap

memangku jabatan itu, dan dalam menyesuaikan diri dengan berbagai tuntutan

dari pekerjaan yang telah dimasuki. Bimbingan akademik ialah bimbingan

dalam hal menemukan cara belajar yang tepat, dalam memilih progam studi

yang sesuai, dan dalam mengatasi kesukaran yang timbul berkaitan dengan

tuntutan-tuntutan belajar di institusi pendidikan. Sedangkan bimbingan pribadi

sosial berarti bimbingan dalam menghadapi keadaan batinnya sendiri dan

mengatasi berbagai pergumulan dalam batinnya sendiri;dalam mengatur

dirinya sendiri di bidang kerohanian, perawatan jasmani,pengisian waktu

luang, penyaluran nafsu seksual dan sebagainya;serta bimbingan dalam

membina hubungan kemanusiaan dengan sesama di berbagai lingkungan

/pergaulan sosial (Winkel dan Hastuti)

B. Keaktifan Siswa mengikuti Bimbingan Klasikal

Keaktifan berasal dari kata aktif. Dalam kamus besar bahasa Indonesia

kata aktif berarti kegiatan atau aktivitas atau keterlibatan secara penuh.

(Poerwadarminta, 1976). Keaktifan siswa dalam mengikuti bimbingan klasikal

pada dasarnya adalah keterlibatan siswa secara langsung dalam kelas untuk

selalu aktif baik secara fisik, intelektual, emosi.

1. Keaktifan secara fisik

Alwi (2005) mengungkapkan bahwa fisik berarti jasmani, badaniah.

(28)

13

siswa yang sakit akan mengalami kelemahan fisiknya, sehingga saraf sensoris dan

motoriknya lemah, akibatnya rangsangan yang diterima melalui indranya tidak

diteruskan ke otak sehingga siswa tidak dapat mengikuti bimbingan klasikal

dengan baik. Mempunyai keaktifan secara fisik dalam mengikuti bimbingan

klasikal yang terlihat dalam tindakan dan perilaku di dalam kelas (Barbara,2007;

379). Keaktifan siswa secara fisik dalam mengikuti bimbingan klasikal seperti

siswa memberikan perhatian (fokus melihat), mendengarkan aktif, terlibat dalam

permainan aktif pada saat kegiatan bimbingan klasikal berlangsung.

Suharnan (2005; 4) mengungkapkan, memberikan perhatian adalah

pemusatan pikiran terhadap suatu objek atau tugas tertentu. Secara umum

perhatian dapat dibedakan menjadi dua yaitu perhatian terbagi dan perhatian

selektif. Perhatian terbagi terjadi apabila seseorang harus membagi konsentrasi

pikirannya kedalam beberapa tugas sekaligus. Sementara itu, perhatian selektif

terjadi apabila seseorang harus mengkonse ntrasikan pikirannya terhadap salah

satu dari dua tugas yang harus dikerjakan. Dalam hal ini perhatian selektif sangat

menunjang keaktifan siswa dalam mengikuti bimbingan klasikal.

Devito (1997) mendifinisikan mendengarkan sebagai proses aktif

penerimaan rangsangan (stimulus) melalui telinga (aural). Mendengarkan tidak

terjadi begitu saja; orang harus melakukannya. Mendengarkan menuntut tenaga

dan komitmen. Mendengarkan (listening) menyangkut penerimaan rangsangan

(proses fisiologis dan psikologis); sedangkan mendengar (hearing) merupakan

proses fisiologis saja.

Johnson (Sinurat, 1999) menjelaskan bahwa keterampilan mendengarkan

(29)

memahami apa yang dirasakan oleh pembicara dan memberikan tanggapan yang

tepat. Devito (1997) juga menjelaskan bahwa mendengarkan aktif bukanlah

proses yang sekedar mengulangi kata-kata si pembicara, tetapi lebih merupakan

upaya memahami keseluruhan pesan si pembicara.

Mengacu pada definisi-definisi di atas, penulis menyimpulkan bahwa

keterampilan mendengarkan aktif adalah kemampuan pendengar untuk

mendengarkan dan mengerti isi pesan, perasaan pembicara serta

mengungkapkannya kembali sesuai dengan maksud pembicara.

Permainan adalah salah satu media dalam bimbingan kla sikal yang

berfungsi sebagai penghangat dan pengasah otak yang memberikan sesuatu yang

menggembirakan dan menyenangkan. Permainan sangat efektif untuk

menghangatkan suasana dalam kelompok. Dengan permainan dapat

menimbulkan semangat dan melatih kemampuan fisik, komunikasi antar pribadi

dan intelektual siswa (Martin Handoko & Theo Riyanto : 2006).

Sedangkan, Tedjasaputra (2001: 53) mengemukakan bahwa permainan

adalah kegiatan yang memberikan kesenangan dan kepuasan kepada siswa

melalui aktivitas atau gerakan-gerakan tubuh yang mereka lakukan sendiri. Jadi

dari pendapat diatas dapat dikatakan bahwa terlibat dalam bermain aktif sangat

bagus jika diberikan kepada anak didik dalam bimbingan klasikal untuk

membantu mereka terlibat secara aktif dalam bimbingan klasikal serta

mengembangkan pola perilaku sosial siswa untuk dapat membina hubungan

(30)

15

Dengan memberikan perhatian (fokus) , mendengarkan aktif, dan terlibat

dalam permainan sangatlah potensial untuk terciptanya interaksi yang baik antara

siswa dan konselor sekolah dalam memberikan bimbingan klasikal.

2. Keaktifan secara intelektual

Alwi (2005) mengungkapkan Intellectual atau intelektual yaitu cerdas,

berakal dan berpikiran jernih berdasarkan pengetahuan. Menurut Chaplin (Kartini

Kartono, 2006: 252) intelek adalah proses kognitif berfikir, daya

menghubungkan, serta kemampuan menilai dan mempertimbangkan. Intelek

memuat kemampuan mental atau inteligensi. Sedangkan inteligensi atau

kecerdasan menurut Chaplin (Kartini Kartono, 2006: 253) adalah kemampuan

menghadapi dan menyesuaikan diri terhadap situasi baru secara cepat dan efektif.

Intelektual menyinggung soal intelegensi. Menurut David Wechsler (1995);

intelegensi adalah kemampuan untuk bertindak secara terarah, berpikir secara

rasional dan mengahadapi lingkungannya secara efektif. Secara garis besar dapat

disimpulkan bahwa intelegensi adalah suatu kemampuan mental yang melibatkan

proses berpikir secara rasional. Sudah disadari baik oleh pihak guru, orangtua,

maupun siswa sendiri bahwa kemampuan intelektual memainkan peranan yang

amat besar, tinggi rendahnya prestasi yang hendak dicapai siswa.

Mempunyai keaktifan secara intelekual berarti memproses

informasi-memahami informasi, untuk merespon suatu tugas. Dalam konteks mengikuti

bimbingan klasikal keaktifan secara intelektual seperti memberikan pendapat

dalam bimbingan klasikal, terlibat diskusi kelompok, mengerjakan tugas,aktif

(31)

Memberikan pendapat atau tanggapan dalam bimbingan klasikal dapat

berupa hasil pengamatan atau kesan yang tinggal di dalam diri kita setelah kita

mengamati sesuatu. Tanggapan itu bermacam-macam, misalnya; tanggapan

visual ialah pengamatan dengan menggunakan indra mata; tanggapan auditif ialah

kesan dari pengamatan dengan menggunakan indra telinga; tanggapan motorik

ialah tanggapan yang berasal dari pengamatan dengan mempergunakan

gerakan-gerakan.

Bulatau (1971;6-7) mengungkapkan diskusi berkelompok dapatlah

dirumuskan sebagai berpikir bersama adalah tindakan yang paling wajar bagi

setiap manusia, namun juga paling sulit pelaksanaannya dengan baik. Melamun

juga merupakan suatu cara berpikir, akan tetapi cara berpikir yang tidak

produktif, sikap realistislah yang dapat menghasilkan pemikiran yang produktif.

Sikap ini yang menyebabkan manusia mengarahkan pemikirannya kepada

kenyataan kehidupan. Berpikir berarti menelaah sungguh-sungguh suatu soal

dengan akal budi dan mengemukakan pertanyaan-pertanyaan kepada diri sendiri

mengenai persoalan itu. Yang mendorong orang berga bung dalam berpikir adalah

usaha untuk mengetahui realistis tidaknya pemikirannya sendiri apabila dikaji

dengan pengalaman sesamanya. Bergabung dalam berpikir berarti saling

tukar-menukar pandangan, saling memperbandingkan dua jenis rangkaian pengalaman

ya ng berbeda dalam rangka usaha bersama untuk mencapai realita.

Seorang individu yang cerdas, menurut Ausubel dan Ausubel (dalam

Thornburg,1982) ditandai dengan kemampuannya untuk memproses

informasi. Sedangkan menurut Piaget, cerdas adalah kemampuan mental

(32)

17

mencari keseimbangan dengan lingkungan hidupnya (lingkungan fisik dan

lingkungan sosial).

Dalam konteks mengikuti bimbingan klasikal, keaktifan secara

intelektual tampak dalam tindakan siswa memberikan pendapat dalam

bimbingan klasikal, diskusi kelompok, aktif bertanya dan mengerjakan tugas

secara individual. Hal- hal tersebut sangatlah mendukung terciptanya

keaktifan siswa dalam mengikuti bimbingan klasikal.

3. Keaktifan secara emosi

Emosi berarti perasaan yang kita alami; dapat berupa perasaan yang

sangat menyenangkan atau sangat mengganggu (Alwi; 2005). Kita menyebut

berbagai emosi yang muncul dalam diri kita dengan berbagai nama seperti

sedih, gembira, kecewa, semangat, marah, benci, cinta, Sebutan yang kita

berikan kepada perasaan tertentu, mempengaruhi bagaimana kita bertindak

(Albin; 11:1985), misalnya seorang siswa yang sedih kurang bisa mengikuti

bimbingan dengan aktif di banding siswa yang gembira.

Dalam konteks mengikuti bimbingan klasikal, dituntut keaktifan secara

emosi dengan mengenali emosi (self awareness), mengenali emosi pada waktu emosi itu muncul, dan mampu memberi nama atau menyebutkan emosi yang

bersangkutan seperti mengalami perasaan yang positif ketika mengik uti

bimbingan klasikal.

Mengenali emosi dibangun berdasarkan pada kesadaran diri.

Keterbukaan emosi pada orang lain dibangun berdasarkan pada kesadaran diri.

(33)

akan terampil membaca perasaan orang lain. Sebaliknya orang yang tidak

mampu menyesuaikan diri dengan emosinya sendiri dapat dipastikan tidak

akan mampu menghormati perasaan orang lain. Dalam konteks mengikuti

bimbingan klasikal keaktifan secara emosi misalnya mengalami perasaan

positif (www.geogle.com, Kompas, tanggal 15 November 2002).

Orang dikatakan berhasil mengenali emosinya sendiri apabila ia

memiliki kepekaan yang tinggi atas emosinya. Mengenali emosi diri

merupakan kesadaran orang akan emosinya. Para ahli psikologi menggunakan

istilah metamood untuk menyebut kesadaran orang akan perasaannya.

Goleman (1997), mengatakan bahwa koordinasi suasana hati adalah

inti dari hubungan sosial yang baik. Apabila seseorang pandai menyesuaikan

diri dengan suasana hati individu yang lain atau dapat berempati, orang

tersebut akan memiliki tingkat emosionalitas yang baik dan akan lebih

menyesuaikan diri dalam pergaulan sosial serta lingkungannya. Menurut

konsep Goleman (2001) orang yang memiliki kesadaran diri akan lebih peka

dan cermat menghadapi suasana hati orang lain kesadaran emosi sangat

penting untuk mema ndu pengambilan keputusan, memiliki kemampuan diri

dan kepercayaan diri yang kuat.

Emosi dan suasana hati (mood) mempunyai pengaruh terhadap

efektivitas pikiran manusia ketika memproses informasi atau mengerjakan

tugas-tugas kognitif lain (Suharnan; 2005: 8). Misalnya seorang siswa yang

sedang dirundung kesedihan, ia cenderung kurang aktif di dalam mengikuti

bimbingan klasikal maupun mengerjakan tugas-tugas, mengingat atau

(34)

19

dapat terlibat secara aktif diupayakan konselor sekolah dan siswa menciptakan

emosi yang gembira, setidak-tidaknya netral dan relatif bebas dari depresi,

kecemasan, maupun stres yang berat sehingga menciptakan suasana yang

menyenangkan.

C. Siswa Sekolah Menengah Pe rtama

Siswa SMP disebut remaja karena mereka berusia di antara 13 - 15

tahun. Siswa SMP memasuki masa remaja awal. Menurut Hurlock (1990: 206)

awal masa remaja berlangsung kira-kira dari 13 tahun sampai 16/17 tahun.

dengan kisaran usia antara 13-15/16 tahun. Pada masa ini siswa SMP

mengalami perubahan fisik maupun psikis. Pada masa ini juga terdapat

tugas-tugas perkembangan yang harus mereka lakukan. Tugas perkembangan setiap

remaja berbeda-beda, karena setiap remaja SMP itu unik (tidak sama).

Menurut Havighurst (Hurlock, 1990: 10) tugas -tugas perkembangan

yang dihadapi oleh siswa selama rentan usia 13-15 tahun adalah:

a. Mencapai hubungan baru yang lebih matang dengan teman sebaya baik

pria maupun wanita.

b. Mencapai peran sosial pria, dan wanita.

c. Menerima keadaan fisiknya dan menggunakan tubuhnya secara efektif.

d. Mengharapkan dan mencapai perilaku sosial yang bertanggung jawab.

e. Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang-orang

dewasa lainnya.

f. Mempersiapkan karier ekonomi.

(35)

h. Memperoleh perangkat nilai dan sistem etis.

Tugas-tugas perkembangan tersebut diharapkan dapat membantu siswa

dalam memahami dan mengembangkan dirinya secara optimal salah satunya

(36)

21 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif dengan metode survey. Penelitian

deskriptif adalah usaha untuk melukiskan atau menafsirkan keadaan yang ada dalam

diri siswa pada saat sekarang ini (Furchan, 1982:50). Sedangkan survey digunakan

untuk melukiska n variabel, atau membandingkan keadaan variabel dengan kriteria

yang telah di tetapkan sebelumnya menilai keefektifan progam, atau meyelidiki

hubungan antar variabel-variabel atau menguji hipotesis (Furchan, 1982:424). Dalam

penelitian ini, peneliti melakukan penelitian deskriptif dengan metode survey, untuk

memperoleh gambaran tentang tingkat keaktifan mengikuti bimbingan klasikal pada

siswa kelas IX SMP Pangudi Luhur I Timoho, Yogyakarta Tahun Ajaran 2008/2009.

B. Variabel Penelitian

Variabel merupakan objek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian

dalam suatu penelitian (Suharsini, 2006: 118). Variabel yang diteliti dalam penelitian

ini adalah variabel tunggal, yaitu keaktifan siswa mengikuti bimbingan klasikal.

C. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IX Sekolah Menengah Pertama

(SMP) Pangudi Luhur I Timoho, Yogyakarta. Secara khusus peneliti hanya

mengambil siswa dari kelas IX , dengan alasan mereka sudah mendapatkan

(37)

Furchan (1982: 189) mengungkapkan bahwa populasi adalah

semua anggota sekelompok orang, kejadian, atau objek yang telah

dirumuskan secara jelas. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh

siswa kelas IX SMP Pangudi Luhur I Yogyakarta Tahun Ajaran

2008/2009. Jumlah keseluruhan siswa kelas IX SMP Pangudi Luhur I

Yogyakarta Tahun Ajaran 2008/2009 adalah 200 siswa, yang terbagi

dalam 5 kelas, dengan rincian sebagai berikut:

Tabel 1 Jumlah Siswa

SMP Pangudi Luhur I Yogyakarta

No. Kelas Jumlah

Siswa

1 IX A 40

2 IX B 40

3 IX C 40

4 IX D 40

5 IX E 40

Jumlah siswa seluruhnya

200

C. Instrumen Penelitian 1) Jenis Alat Ukur

Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala

keaktifan yang berpedoman pada teknik penyusunan skala model

Likert yang dimodifikasi. Skala ini dirancang oleh peneliti dalam

bentuk item tertutup, dengan alternatif jawaban empat pilihan (genap).

Alasan peneliti membuat empat alternatif jawaban adalah agar pilihan

(38)

23

ada yang berada diwilayah abu-abu. Tersedianya jawaban di tengah

juga menimbulkan kecenderungan jawaban netral (central tendency effect) terutama bagi mereka yang ragu-ragu atas kecenderungan jawabannya.

2) Format pernyataan

Item-item skala yang digunakan untuk mengungkap keaktifan

mengikuti bimbingan klasikal pada siswa SMP Pangudi Luhur I

Timoho adalah berupa pernyataan-pernyataan tentang aspek-aspek

keaktifan, yang dirumuskan dalam bentuk pernyataan yang bersifat

favorable (pernyataan positif) dan pernyataan yang bersifat

unfavorable (pernyataan negatif). Alternatif jawaban yang disediakan peneliti ada empat yaitu “Sangat Sering” (SS), “Sering” (S),

“Kadang-Kadang” (K) dan” Tidak Pernah” (TP).

3) Penentuan Skor (Scoring)

Penentuan skor untuk setiap jawaban dari item-item pernyataan

adalah sebagai berikut:

a. Untuk pernyataan yang bersifat positif (favorable) terhadap aspek keaktifan, jawaban “Sangat Sering” (SS) diberi skor 4, “Sering” (S)

diberi skor 3, “Kadang-Kadang” (KK) diberi skor 2, dan “Tidak

(39)

b. Untuk pernyataan yang bersifat negatif (unfavorable) terhadap

aspek keaktifan, jawaban “Sangat sering” (SS) diberi skor 1,

“Sering” (S) diberi skor 2,”Kadang-kadang” (KK) diberi skor 3,

dan “Tidak Pernah” (TP) diberi skor 4.

4) Kisi-kisi

Tabel.2

Kisi-kisi Kuesio ner Keaktifan Mengikuti Bimbingan Klasikal

No Aspek Indikator Item Positif (favorable) Item Negatif (unfavora ble) Jumlah

1. Keaktifan secara fisik dalam mengikuti bimbingan klasikal yang terlihat dalam tindakan dan perilaku dalam kelas Fokus melihat

1, 2, 3 4, 5, 6 6

Mendengarka n aktif

7, 8, 9 10,11,12 6

Terlibat aktif fisik dalam permainan

13,14 15,16 4

2. Keaktifan secara Intelektual dalam mengikuti bimbingan klasikal berarti kemampuannya dalam memahami informasi, kemudian merespon suatu tugas. Memberikan pendapat dalam bimbingan klasikal

17, 18, 19 20, 21, 22 6

Mengerjakan kuesioner secara individual

23, 24 25, 26 4

Aktif bertanya

27, 28 29, 30 4

Diskusi kelompok

31, 32, 33 34, 35, 36 6

3. Keaktifan secara emosi berarti mampu mengenali dan memberi nama Meng alami perasaan yang positif

(40)

25

atau

menyebutkan emosi yang bersangkutan

Total 42

5) Penelitian

Penelitian instrumen di SMP Pangudi Luhur I Yogyakarta

dilaksanakan tanggal 11 Desember 2008 dan 12 Desember 2008.

Penelitian terpakai ini dilakukan kepada siswa kelas IX sebanyak 200

siswa, dengan rincian sebagai berikut:

Tabel 3

Jumlah Responden Uji Coba dan Penelitian

No Kelas Waktu Pelaksanaan Jumlah 1. IX A 11 desember 2008 40 2. IX B 12 desember 2008 40 3. IX C 11 desember 2008 40 4. IX D 12 desember 2008 40 5. IX E 12 desember 2008 40

Total 200

Data yang diperoleh segera diskor dan dianalisis secara

statistik dengan mengggunakan progam SPSS (Statistical Progamme

For Social Windows) versi 12.

D. Pertanggungjawaban Mutu Alat Ukur 1). Validitas Instrumen Penelitian

Validitas mempunyai arti sejauh mana ketepatan dan

kecermata n suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Suatu

(41)

yang tinggi apabila alat tersebut menjalankan fungsi ukurnya, yang

sesuai dengan maksud dilakukannya pengukuran tersebut (Azwar,

2007:5).

Validitas terbagi atas tiga macam, yaitu: validitas isi,

validitas konstruksi atau konsep, dan validitas kriteria. Dalam

penelitian ini, validitas yang digunakan adalah validitas isi. Yang

dimaksud validitas isi adalah validitas yang mencerminkan seluruh

isi yang akan diukur (Furchan, 1982:183). Validitas isi merupakan

validitas yang diestimasi atau dinilai lewat pengujian terhadap isi tes

dengan analisis rasional atau lewat professional judgment (penilaian profesional), (Azwar, 2007: 45). Dalam pelaksanaannya validitas isi,

kuesioner ini dinilai oleh dosen pembimbing skripsi yang dipandang

memiliki keahlian dalam bidang bimbingan dan konseling.

Setelah mendapat penilaian profesional (profesional judgment) berdasarkan keputusan akal (common sense), yaitu melihat apakah item-item sudah benar-benar memuat aspek-aspek

keaktifan dalam mengikuti bimbingan yang telah disusun oleh

peneliti untuk mengetahui keaktifan siswa dalam mengikuti

bimbingan klasikal, maka peneliti melakukan uji coba alat.

2). Uji Daya Beda

Daya beda/diskriminasi item adalah kemampuan item dalam

membedakan antara subjek yang memiliki atribut yang diukur dan

(42)

27

untuk mengungkap keaktifan mengikuti bimbingan klasikal pada

siswa kelas IX. Dalam penelitian ini, item yang berdaya beda

tinggi adalah item yang mampu membedakan mana subjek yang

memiliki keterlibatan dalam mengikuti bimbingan yang tinggi dan

mana subjek yang mempunyai keterlibatan yang rendah dalam

mengikuti bimbingan klasikal.

Azwar (1999: 59) menyatakan bahwa pengujian daya

diskriminasi item menghendaki dilakukannya komputasi koefisien

korelasi antara distribusi skor item dengan distribusi skor skala itu

sendiri. Komputasi ini akan menghasilkan koefisien korelasi item

tota l

( )

rix , yang dikenal pula dengan sebutan parameter beda item. Untuk menghitung koefisien korelasi item total digunakan korelasi product moment dari Pearson (Azwar, 1999: 59) yaitu:

( )(

)

( )

[

i i n

]

[

X

(

X

)

n

]

n

X i iX rix

/ /

/ 2 2

2

2

− =

i = skor item X = skor skala

n = banyaknya subjek

Sebagai kriteria pemilihan item berdasarkan korelasi item

total, biasanya digunakan batasan rix ≥0,30. Semua item yang mencapai koefisien korelasi minimal 0,30 daya diskriminasinya

dianggap memuaskan dan jika kurang dari 0,30 diinterpretasikan

(43)

diujicobakan, terdapat 30 item yang memiliki koefisien korelasi

item total (rix) = 0,30. Rekapitulasi distribusi item skala keaktifan

mengikuti bimbingan klasikal pada siswa kelas IX setelah uji coba,

disajikan dalam tabel 3 berikut:

Tabel 4

Hasil Penelitian Terpakai Kuesioner

No Aspek dan Indikator keaktifan siswa mengikuti bimbingan

klasikal

Jum lah Item

Lolos Gugur F UF

1 Keaktifan secara fisik dalam mengikuti bimbingan klasikal yang terlihat dalam tindakan dan perilaku dalam kelas

a. Fokus melihat. b. M endengarkan aktif.

c. Terlibat aktif fisik dalam permainan. 6 6 4 3 3 2 1 2 1 2 1 1

2 Keaktifan secara Intelektual dalam mengikuti bimbingan klasikal berarti kemampuannya dalam memahami informasi kemudian merespon suatu tugas.

a. M emberikan pendapat dalam bimbingan klasikal.

b. Mengerjakan kuesioner secara individual.

c. Aktif bertanya. d. Diskusi kelompok.

6 4 4 6 2 2 2 3 2 0 1 2 2 2 1 1

3 Keaktifan secara emosi berarti mampu mengenali dan memberi nama atau menyebutkan emosi yang bersangkutan.

a. Mengalami perasaan positif

6 3 1 2

Total 42 20 10 12

3). Reliabilitas Instrumen Penelitian

Reliabilitas alat ukur adalah taraf sampai dimana suatu alat

(44)

29

diperlihatkan dalam taraf ketepatan dan ketelitian hasil (Masidjo,

1995). Reliabilitas instrumen penelitian ini dilakukan dengan dua

cara yaitu reliabilitas uji coba penelitian dan reliabilitas penelitian.

Reliabilitas dinyatakan dalam koefisien reliabilitas ( ' xx

r ) yang angkanya berada dalam rentang dari 0 sampai 1,00. Semakin

tinggi koefisien reliabilitas dan mendekati angka 1,00 maka

semakin tinggi reliabilitasnya. Pada umumnya, reliabilitas

dianggap memuaskan jika koefisiennya mencapai minimal ' xx

r = 0,900. Dalam penelitian ini, peneliti mengukur reliabilitas alat ukur

dengan menggunakan koefisien alpha (a ) Cronbach (Azwar, 1999: 87).

Penghitungan reliabilitas uji coba skala keaktifan siswa

mengikuti bimbingan klasikal yang berjumlah 42 item pada siswa

kelas IX dengan menggunakan teknik analisis alpha (a) Cronbach adalah angka '

xx

r = 0,834. Angka tersebut menunjukkan bahwa

skala keaktifan siswa penelitian ini dapat diandalkan untuk

pengambilan data penelitian. Sedangkan penghit ungan reliabilitas

penelitian skala keaktifan siswa mengikuti bimbingan klasikal

yang berjumlah 30 item pada siswa kelas IX dengan menggunakan

teknik analisis alpha (a) Cronbach menghasilkan angka rxx'

=0,877. Angka tersebut menunjukkan bahwa skala keaktifan siswa

(45)

G. Teknik Analisis Data

Langkah-langkah yang ditempuh penulis untuk

menganalisis data penelitian tingkat keaktifan siswa mengikuti

bimbinga n klasikal pada siswa kelas IX SMP Pangudi Luhur I

Yogyakarta tahun 2008/2009 adalah sebagai berikut:

1. Menentukan skor dari masing-masing alternatif jawaban yang

sudah diberikan oleh subjek penelitian dan membuat tabulasi

skor dari masing-masing butir item skala. Langkah selanjutnya

menghitung total skor masing-masing subjek penelitian dan

total skor tiap item pernyataan.

2. Data yang diperoleh selanjutnya diolah dengan menggunakan

analisis statistik deskriptif yang meliputi penyajian data melalui

tabel, perhitungan mean, standard deviasi serta

pengkategorisasian menurut norma yang telah ditentukan

peneliti

a. Menentukan penggolongan kualifikasi keaktifan siswa seluruh

responden berdasarkan pada Azwar (1999:108) yang

mengelompokkan tingkat keaktifan siswa dalam mengikuti

bimbingan klasikal dalam lima kategori yaitu sangat rendah,

rendah, sedang, tinggi, dan sangat tinggi.

b. Membuat distribusi frekuensi dan skor tingkat keaktifan siswa

mengikuti bimbingan klasukal pada siswa kelas IX SMP

(46)

31

Kontinum jenjang ini disusun berpedoman pada Azwar

(1999:108) yang mengelompokkan tingkat keaktifan siswa, dalam

lima kategori yaitu sangat rendah, rendah, sedang, tinggi dan

sangat tinggi, dengan norma kategorisasi sebagai berikut:

X = µ-1,5s kategori sangat rendah

µ-1,5s < X = µ-0,5s kategori rendah

µ-0,5s < X = µ+0,5s kategori sedang

µ+0,5s < X = µ+1,5s kategori tinggi

µ+1,5s < X kategori sangat tinggi

Keterangan:

Xmaksimum teoretik : skor tertinggi yang mungkin

diperoleh subjek penelitian dalam

skala

Xminimum teoretik : skor terendah yang mungkin

diperoleh subjek penelitian dalam

skala

s : standard deviasi, yaitu luas jarak

rentangan yang dibagi dalam 6

satuan deviasi sebaran

µ : mean teoretik, yaitu rata -rata

teoretis da ri skor maksimum dan

(47)

Selanjutnya kategorisasi ini dijadikan norma/patokan

dalam pengelompokan skor subjek penelitian berdasarkan tingkatan

keaktifannya .

Xmaksimum teoretik : 30 x 4 = 120

Xminimum teoretik : 30 x 1 = 30

Range : 120 – 30 = 90

s (teoretik) : 90 : 6 = 15

µ (mean teoretik) : (120 + 30) : 2 = 75

Penentuan kategorisasi tingkat keaktifan siswa mengikuti

bimbingan klasikal secara umum dapat dilihat dalam tabel sebagai

berikut:

Tabel 5

Norma kategorisasi tingkat keaktifan siswa mengikuti bimbingan klasikal

Pada siswa SMP kelas IX tahun ajaran 2008/2009

Perhitungan Skor Kategori

X = µ-1,5s

X = 75 – 22,5 = 52,5 Sangat rendah

µ-1,5s < X = µ-0,5s

75–22,5 < X = 75 – 7,5 53 - 67,5 Rendah µ-0,5s < X = µ+0,5s

75 – 7,5 < X = 75 + 7,5 68 - 82,5 Sedang µ+0,5s < X = µ+1,5s

75 + 7,5 < X = 75 + 22,5 83 - 97,5 Tinggi X > µ+1,5s

(48)

33 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini memuat jawaban atas masalah penelitian yaitu bagaimanakah tingkat

keaktifan siswa mengikuti bimbingan klasikal pada siswa kelas IX SMP Pangudi Luhur I

Yogyakarta Tahun Ajaran 2008/2009?. Penyajian hasil penelitian dan pembahasan

diuraikan dalam penjelasan berikut.

A. Hasil penelitian tingkat keaktifan siswa mengikuti bimbingan klasikal pada siswa kelas IX SMP Pangudi Luhur I Yogyakarta Tahun Ajaran 2008 /2009.

Langkah awal yang dilakukan sebelum merumuskan hasil penelitian adalah

menghitung skor dari masing-masing alternatif jawaban yang sudah diberikan oleh subjek

penelitian dan membuat tabulasi skor dari masing-masing butir item skala (lihat lampiran). Langkah selanjutnya adalah menghitung total skor masing-masing subjek penelitian dan total skor tiap item pernyataan. Penentuan kategorisasi skor item dapat

dilihat dalam tabel sebagai berikut:

Tabel 6

Penggolongan Tingkat Keaktifan Mengikuti Bimbingan Klasikal pada Siswa Kelas IX SMP Pangudi Luhur I Tahun Ajaran 2008/2009

Perhitungan Skor Kategori Jumlah

Subyek

Persentase

X = µ -1,5s

X = 75– 22,5 = 52,5 Sangat tinggi 132

66%

µ -1,5s < X = µ-0,5s

75–22,5 < X = 75 – 7,5 53 - 67,5 Tinggi 51

25,5%

µ -0,5s < X = µ+0,5s

75 – 7,5 < X = 75 + 7,5 68 - 82,5 Sedang 17

8,5%

µ+0,5s < X = µ+1,5s 75 + 7,5 < X = 75 + 22,5

83 - 97,5 Rendah 0

0%

X > µ +1,5s

X > 75 + 22,5 > 97,5 Sangat rendah 0

0%

(49)

B. Pembahasan

Dalam penelitian deskriptif, peneliti hanya memaparkan kondisi

atau keadaan apa adanya. Kategorisasi skor tiap item skala adalah

berdasarkan distribusi normal dengan kontinum jenjang yang berpedoman

pada Azwar (1999:108), yaitu sangat rendah, rendah, se dang, tinggi dan

sangat tinggi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa item-item pernyataan

keaktifan mengikuti bimbingan klasikal, dipilih siswa dengan aktif bahkan

sangat aktif. Item- item tersebut mewakili 3 aspek keaktifan yaitu

keaktifan secara fisik, keaktifan secara intelektual dan keaktifan secara

emosi. Kategor i tinggi bahkan sangat tingggi berarti bahwa siswa menilai

dirinya telah terlibat secara langsung dalam kelas untuk selalu aktif dan

sangat aktif baik secara f isik, intelektual, emosi.

Dari 200 orang siswa, 183 orang siswa memiliki kategori tinggi

dan sangat tinggi. Dengan kata lain bahwa siswa kelas IX SMP Pangudi

Luhur I Yogyakarta menilai diri aktif dan sangat aktif di dalam mengikuti

bimbingan klasikal. Keaktifan siswa dalam mengikuti bimbingan klasikal

pada dasarnya adalah keterlibatan siswa secara langsung baik secara fisik,

intelektual, maupun emosi.

Penulis berpendapat bahwa terbentuknya keaktifan mengikuti

bimbingan klasikal pada siswa kelas IX SMP Pangudi Luhur I Timoho,

Yogyakarta kemungkinan karena beberapa faktor. P ertama, progam

(50)

35

Bimbingan dan Konseling atau konselor sekolah Ketiga, interaksi yang

baik antara konselor dan siswa. Keempat, dari siswa sendiri.

Pertama, progam bimbingan di sekolah tersebut telah tersusun

secara sistematik, yaitu progam bimbingan yang dilaksanakan sesuai

dengan rencana dan tertata baik mulai dari perencanaan, pendataan,

implementasi dan evaluasi. Dalam hal ini pemberian materi bimbingan

disesuaikan dengan kebutuhan dan tugas perkembangan siswa. Fasilitas

yang memadai, pemberian waktu yang memadai untuk kegiatan

pembimbingan, dukungan finansial memadai, ini adalah bentuk dukungan

nyata dari sekolah yang bersangkutan. Dari kebijakan sekolah ini maka

tercipta layanan bimbingan klasikal yang berkualitas sehingga

menghasilkan dampak yang positif baik bagi siswa dan masyarakat

sekolah (guru, kepala sekolah, orangtua).

Kedua, sisi kepribadian guru pembimbing atau konselor sekolah di

sekolah. Kepribadian merupakan hal yang paling mudah diamati karena

mencakup penampilan fisik, tingkah laku, sifat-sifat dan karakter pribadi

konselor. Jadi pada dasarnya jika konselor memiliki pribadi yang selalu

merasa nyaman dalam kebersamaannya dengan orang lain, penuh percaya

diri, bertanggung jawab dan bersungguh-sungguh kiranya mampu

membuat siswa merasa nyaman dalam mengikuti bimbingan klasikal. Sisi

kepribadian konselor diatas, juga mendukung penelitian yang sebelumnya

mengenai ciri-ciri kepribadian guru pembimbing yang diharapkan siswa

(51)

siswa kelas I dan II SMA GAMA Yogyakarta tahun ajaran 2004/2005.

Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa siswa mengharapkan konselor

yang berkepribadian hangat dan terbuka, dewasa, mampu bersikap objektif

dan fleksibel, mampu menjalin komunikasi yang baik dengan orang lain,

berempati, menjalin relasi dengan orang lain, memberi dukungan,

menghargai pribadi, memiliki wawasan yang luas, bebas dari

kecenderungan menguasai siswa. Hasil penelitian serupa yang dilakukan

oleh Sutrinah (2004), pada siswa kelas I dan II SMU Stella Duce 1

Yogyakarta, menunjukkan bahwa siswa mengharapkan konselor yang

dewasa, fleksibel dan objektif, hangat dan terbuka, mampu berelasi dengan

orang lain, mampu menghargai siswa, bebas (apa adanya), memahami

ungkapan perasaan siswa, memiliki intelegensi yang tinggi, mampu

berempati, berwawasan luas, mampu berkomunikasi, sportif, dan bukan

sebagai pengambil keputusan bagi siswa. Sehingga dengan demikian

konselor sekolah akan dijadikan panutan, contoh, ibu, dan teman yang

disegani oleh siswa, maka dalam pembimbingan akan mengutamakan

bimbingan lebih bersifat sosial-psikologis-akademik; bukan

material-ekonomis-fisik.

Ketiga, adanya interaksi yang baik antara konselor sekolah dan

siswa akan menciptakan suasana yang menyenangkan dan terjadinya

kerjasama yang baik, sehingga siswa dapat percaya dan terbuka kepada

konselor sekolah selama mengikuti kegiatan bimbingan klasikal. Perasaan

(52)

37

akan mengusir kebosanan dan memberikan rasa segar dan merubah

suasana yang kering menjadi hangat dan santai. Hal itu semua, tidak

mungkin diwujudkan melalui kekerasan, amarah, arogansi, atau kegiatan

yang secara langsung ataupun tidak langsung, nyata merugikan dan/atau

menyulitkan siswa.

Idealnya, interaksi antara guru pembimbing dan siswa terjalin

dengan baik ketika guru pembimbing menjelaskan materi bimbingan, dan

siswa memberikan perhatian (fokus) , mendengarkan aktif. Pada saat guru

guru pembimbing memberikan perma inan ketika bimbingan di kelas,

siswa langsung berdiri dan bergabung dengan teman kelompok dan

melakukan permainan sesuai dengan petunjuk guru pembimbing. Ketika

guru pembimbing membagi tugas dalam kelompok kecil ketika dinamika

kelompok berlangsung, siswa segera berdiskusi dengan baik, bersedia

menerima saran dari teman kelompok. Siswa bertanya kepada guru

pembimbing ketika siswa mengalami kesulitan dalam memahami kata-

kata di folder yang dibagikan di kelas. Pada saat guru pembimbing

memberikan lembar pertanyaan (angket, kuesioner) tentang manfaat

materi bimbingan yang di bahas di kelas dan meminta siswa untuk

mengisinya, maka siswa segera mengerjakannya dengan baik. Pada saat

guru pembimbing memberikan kesempatan untuk menyampaikan

pendapat mengenai materi bimbingan di kelas, siswa memberikan

pendapat. Siswa menuliskan atau memberikan refleksi (pernyataan hasil

(53)

selesa i di bahas yang di bagikan guru pembimbing di akhir pertemuan

bimbingan di kelas yang diberikan guru pembimbing dengan

sungguh-sungguh selain itu, siswa mengikuti bimbingan di kelas dengan penuh

semangat. Dalam mengelola interaksi yang baik pada saat bimbingan

klasikal guru pembimbing harus menguasai materi bimbingan yang akan

disampaikan, terampil memanfaatkan media yang ada, memahami cara

atau metode yang digunakan sehingga kegiatan bimbingan klasikal

menarik dan tidak membosankan.

Keempat, sisi siswa. Motivasi untuk pengembangan diri siswa,

sehingga siswa terlibat secara aktif mengikuti kegiatan bimbingan klasikal.

Tidak ada seorang pun yang melakukan sesuatu dalam hal ini mengikuti

bimbingan klasikal tanpa motivasi. Motivasi adalah suatu perubahan

energi di dalam pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya afeksi

(perasaan) dan reaksi untuk mencapai tujuan (Oemar Hamalik, 1992 :

173). Perubahan energi dalam diri seseorang itu berbentuk suatu aktivitas

nyata berupa kegiatan fisik, karena seseorang mempunyai motivasi yang

kuat untuk mencapainya.

Kebutuhan akan pengembangan diri membangkitkan minat siswa

serta mendorong siswa untuk melakukan suatu aktivitas dalam hal ini yaitu

siswa mengikuti bimbingan klasikal. Minat adalah suatu rasa lebih suka

dan rasa keterikatan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang

(54)

39

bimbingan klasikal, minat memiliki pengaruh yang besar terhadap

kegiatan bimbingan. Siswa yang berminat mengikuti bimbingan klasikal

akan terlibat secara aktif dengan sungguh-sungguh, karena ada daya tarik

baginya. Minat merupakan motivasi yang utama yang dapat

membangkitkan kegairahan mengikuti bimbingan klasikal siswa. Jadi

minat merupakan sumber dari motivasi yakni keinginan hati yang di

wujudkan dalam sikap dan tingkah laku untuk mencapai tujuan.

Sebagai remaja, siswa membutuhkan seseorang yang bisa memberi

semangat dan dukungan dalam melakukan segala hal yang positif yang

mendukung perkembangan pribadi siswa. Oleh karena itu, dengan adanya

sisi kepibadian konselor sekolah diharapkan mampu memberi dukungan

kepada siswa, sehingga siswa semakin membuka diri dan siswa menyadari

pentingnya layanan bimbingan klasikal bagi perkembangan dirinya.

Keterlibatan secara aktif dari siswa sangat penting, karena melalui layanan

bimbingan klasikal ini mereka semakin dapat memahami diri mereka

masing-masing, dan mereka dapat mendapatkan informasi-informasi yang

(55)

40

KESIMPULAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa tingkat

keaktifan mengikuti bimbingan klasikal pada siswa kelas IX SMP Pangudi Luhur I

Timoho, Yogyakarta tahun ajaran 2008/2009 sangat tinggi dan tinggi. Artinya, bahwa

keaktifan siswa itu dipengaruhi oleh baik tidaknya progam bimbingan, kepribadian

guru bimbingan dan konseling atau konselor sekolah, interaksi yang baik antara

konselor sekolah dan siswa, dan siswa untuk mengembangkan diri secara optimal.

B . Saran

Berdasarkan dari hasil penelitian, maka peneliti memberikan beberapa saran kepada

pihak-pihak yang terkait dengan penelitian ini, yaitu sebagai berikut:

1. Pihak SMP Pangudi Luhur I Timoho Yogyakarta

• Keaktifan sangat penting bagi para siswa untuk dapat

mengikuti bimbingan klasikal secara baik. Para siswa perlu

untuk terus mempunyai keterlibatan dalam mengikuti

bimbingan klasikal. Pentingnya para siswa mempunyai

keterlibatan secara aktif dalam mengikuti bimbingan

(56)

41

mereka masing-masing dan mereka mendapatkan

informasi-informasi yang mereka butuhkan.

• Tetap menjaga kerjasama dalam penyelenggaraan layanan

bimbingan yang dilaksanakan oleh konselor sekolah beserta

pihak sekolah, sehingga tercipta suasana yang harmonis.

2. Konselor Sekolah

• Konselor sekolah tetap menjaga relasi yang baik dengan

siswa dan memberikan bimbingan lebih kreatif dan menarik

lagi.

3. Peneliti Lain

• Peneliti lain dapat mengembangkan penelitian-penelitian

lain yang dapat bermanfaat bagi para siswa.

• Apabila ada penelitian terhadap permasalahan yang sama

diharapkan peneliti meninjau kembali instrument

penelitian, agar instrument penelitian tentang keaktifan

mengikuti bimbingan klasikal memperoleh pembaharuan

yang dianggap perlu dan dapat memenuhi persyaratan

(57)

Albin. 1986. Emosi Bagaimana Mengenal, Menerima, dan mengarahkannya. Yogyakarta: Kanisius

Alwi, Hasan. 2005. Kamus Umum Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka Arif, Pratisto. Cara Mudah Mengatasi Masalah Statistik dan Rancangan Percobaan

dengan SPSS 12. Jakarta: Gramedia

Azwar , Saifudin. 2007. Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Azwar, Saifudin.2007. Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Devito, J.A. 1997. Komunikasi Antarmanusia. Jakarta: Profesional Books. Dimyati, M. 1989. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta

Furchan, Andi. 2004. Pengantar Penelitian dalam Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional

Given, Barbara. 2007. Brain-Based teaching. Jakarta: Kaifa

Goleman, Daniel.2001. Working with Emotional Intelligence. Kecerdasan Emosi untuk Mencapai Puncak Prestasi. (Terjemahan). Jakarta : Gramedia Pustaka Utama

Hurlock, E.B. 1994. Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta: Erlangga

Hamalik, Oemar. 1992. Proses Belajar Mengajar. Cet. ke-3. Jakarta: PT Bumi Aksara.

http/www. Google. Com/ keaktifan mengikuti bimbingan klasikal pada siswa sekolah menengah pertama, diakses tanggal 2 juli 2008

http/www.Google.com- arti keaktifan siswa mengikuti bimbingan klasik al di sekolah. Di akses tanggal 01 januari 2007

http/www.Google.com- kompas tanggal 15 November 200. Diakses tanggal 02 januari 2008

http/www.Google.com- minat/ minat mengikuti bimbingan klasikal di SMP. Di akses tanggal 2 september 2008

(58)

Kartini kartono.1971. Teori Kepribadian dan Mental Hygiene. Bandung: Alumni Mappiare, Andi.1984. Pengantar Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Surabaya:

Usaha Nasional

Martin Handoko & theo Riyanto. 2006. 100 Permainan Penyegar Pertemuan.Yogyakarta: Kanisius

Marcella. 2005. Ciri-ciri Kepribadian Guru Pembimbing yang Diinginkan Siswa kelas I dan II SMA GAMA Yogyakarta Tahun Ajaran 2004/2005. Skripsi Sarjana. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma (Tidak diterbitkan)

Masidjo. 1995. Penilaian Pencapaian Hasil Belajar Siswa di Sekolah . Yogyakarta: Penerbit Kanisius

Poerwadarmita W.J.S 1976. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: PN Balai Pustaka

Prayitno, dkk. 2003. Panduan Pelayanan Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Pusat Kurikulum Depdiknas

Prayitno dan Amti, 2004. Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Rineke Cipta

Prayitno, dkk.1997. Seri Perangkat Pemandu Pelaksanaan Bimbingan dan konseling di Sekolah. Jakarta: Ikrar Mandiri Abadi

Sink. Christopher. 2005. Contemporary School Counseling. Boston New York: Houghton Mifflin Company

Sinurat, R.H.Dj. 1999. Reader Mata Kuliah Komunikasi Antar Pribadi. FKIP: USD.

S.J Bulatau. J. 1971. Teknik diskusi berkelompok. Yogyakarta: Kanisius Tedjasaputra, M.S.2001. Bermain, Mainan, dan Permainan. Jakarta: Gramedia

Widiasarana Indonesia

(59)
(60)

KUESIONER KEAKTIFAN SISW A M ENGIKUTI BIM BINGAN KLASIKAL

Para siswa dan siswi yang t erkasih,

Berikut ini akan disajikan kuesioner yang berisi beberapa pernyat aan yang bert ujuan menget ahui

pandangan dan perasaan Anda terhadap konselor sekolah. Oleh karena it u peneliti meminta

kesediaan Anda unt uk menjawab sesuai dengan pengalaman Anda yang sebenarnya.

Petunjuk :

1. Isilah jenis

Gambar

Tabel 1 Jumlah Siswa
Tabel 3
Tabel 4
Tabel 5
+2

Referensi

Dokumen terkait

Meski demikian, upaya mencapai pro-poor growth, tidak dapat dilepaskan dari kandungan unsur strategi pembangunan yang pro-growth, pro-job, pro-poor, dan pro- environment,

Saudara dapat meminta penjelasan lebih lanjut terkait informasi di dalam Buku Panduan ini kepada staf Kantor Admisi Asrama atau kepada penyelia Asrama setempat, apabila Buku Panduan

Sebelum aba-aba start, para perenang harus berjajar di dalam air menghadap dinding tempat start, dengan tangan berpegangan pada pegangan start. Pada isyarat start dan setelah

Untuk menganalisis data yang diperoleh dalam penelitian maka dilakukan Uji Beda dengan metode Paired Sample T-test (uji beda rata-rata untuk sample yang

Oleh karena itu, sesuai dengan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana, maka perlu membentuk Peraturan Daerah tentang Badan Penanggulangan

Pengujian yang dilakukan adalah memastikan bahwa pada saat power PLN di site down sehingga mengakibatkan router wifi yang dimonitor dalam keadaan off, setelah

Tabel 4.2c Cakupan Risiko Untuk Yang Dapat Dijaminan / Jaminan Tambahan Hasil Studi Literatur Pada Proyek Circular. Culvert

Dari penjelasan diatas daya tarik merupakan produk dari suatu daerah tujuan wisata, yang bersifat nyata (barang) maupun tidak nyata (jasa) yang dapat memberikan kenikmatan