• Tidak ada hasil yang ditemukan

PUNYAKU, PUNYAMU, DAN PUNYA KITA (STIMULUS PESERTA DIDIK DALAM BELAJAR BAHASA ARAB SECARA MANDIRI DARI BERBAGAI SUDUT PANDANG)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PUNYAKU, PUNYAMU, DAN PUNYA KITA (STIMULUS PESERTA DIDIK DALAM BELAJAR BAHASA ARAB SECARA MANDIRI DARI BERBAGAI SUDUT PANDANG)"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

496

PUNYAKU, PUNYAMU, DAN PUNYA KITA (STIMULUS

PESERTA DIDIK DALAM BELAJAR BAHASA ARAB SECARA

MANDIRI DARI BERBAGAI SUDUT PANDANG)

SITI NUR MAMBAUS SHAFA

Pascasarjana Universitas Negeri Malang mambausshafa@gmail.com

Abstrak: Pembelajaran bahasa Arab secara mandiri memberi stimulus pada peserta didik untuk memaknai setiap hal yang dipelajarinya dari berbagai sudut pandang. Dengan strategi representasi visual yang dikembangkan oleh Harste, Short, dan Burke (1988) ini, dapat membantu peserta didik untuk mendapatkan pemahaman tentang bermacam sudut pandang. Strategi ini memanfaatkan konsep konstruktivisme yang menyatakan bahwa segala sesuatu yang kita pelajari dikaitkan dengan apa yang telah kita pelajari. Strategi ini bertujuan; (1) agar peserta didik dapat belajar bahasa Arab secara mandiri, dan (2) memahami berbagai macam sudut pandang untuk mencapai keberhasilan belajar. Karena pemahaman tentang dunia mempengaruhi dan dipengaruhi oleh sudut pandang seseorang. Kegiatan peserta didik dalam penerapan strategi ini adalah; (a) analisis ikhtisar, (b) diskusi permasalahan pro dan kontra, dan (c) menjelaskan perbedaan yang ditemui. Dengan strategi representasi visual ini, peserta didik dapat menunjukkan interpretasi, membuka potensi baru, dan mengkreasikan makna.

Kata Kunci : konstruktivisme, sudut pandang, belajar mandiri. PENDAHULUAN

Proses belajar sering melibatkan ketrampilan dan perilaku baru peserta didik. Apabila belajar bukan sekedar suatu proses pengumpulan informasi baru, maka peserta didik harus melibatkan diri sepenuhnya. Belajar bukanlah sekedar penerimaan informasi dari orang lain tentang apa yang ingin diketahui, akan tetapi belajar juga merupakan suatu proses menghasilkan pemikiran-pemikiran baru yang memaknai setiap pelajaran, pengalaman, atau informasi yang diperoleh.Apalagi dalam pembelajaran bahasa Arab, yang mengharuskan peserta didik menjadi aktif karena merupakan kajian tentang bahasa.

Belajar mandiri bukan berarti hanya belajar sendiri tanpa kehadiran orang lain, akan tetapi belajar mandiri dapat dilakukan secara berkelompok dengan teman sebaya. Belajar mandiri adalah salah satu cara untuk meningkatkan kemauan dan ketrampilan belajar peserta didik tanpa bantuan dan tidak bergantung pada pendidik, pembimbing, teman, dsb. Dalam hal ini, tugas pendidik hanya sebagai fasilitator bagi peserta didik dalam proses pembelajaran. Fasilitas atau bantuan diberikan secara terbatas oleh pendidik, seperti memilih materi pembelajaran, menentukan tema atau topik, menentukan media pembelajaran yang digunakan, serta memecahkan masalah yang dihadapi oleh peserta didik. Menurut Stewart, Keagen dan Holmberg (Jauhari, 1990) belajar mandiri pada dasarnya sangat dipengaruhi oleh pandangan bahwa setiap individu berhak mendapatkan

▸ Baca selengkapnya: ceritakan bagaimana keadaan ruang kelas yang aman dan nyaman untuk belajar dari sudut pandang anda

(2)

497

kesempatan yang sama dalam pendidikan. Proses pembelajaran hendaknya diupayakan agar dapat memberikan kebebasan dan kemandirian kepada peserta didik dalam proses belajarnya. Dalam hal ini, peserta didik diarahkan untuk dapat memproduksi secara mandiri berbagai pemerolehan dalam proses pembelajaran dari berbagai sudut pandang.

Belajar mandiri dari berbagai sudut pandang merupakan cara untuk memberi stimulus terhadap peserta didik dalam proses pembelajaran, agar mereka dapat memaknai dari setiap pelajaran, pengalaman, maupun informasi yang mereka peroleh menurut sudut pandang masing-masing individu. Karena pemahaman dan perspektif tiap individu sangatlah personal. Belajar mandiri dari berbagai sudut pandang didasarkan pada strategi representasi visual. Strategi yang dikembangkan oleh Harste, Short, dan Burke (1986, dalam Whitin: 1996) ini membantu siswa dalam mendapatkan pemahaman tentang berbagai macam sudut pandang.Dengan berbagai macamnya individu pada proses pembelajaran, akan sangat mendukung sekali jika peserta didik memiliki perspektif dan pemahaman menurut versi mereka sendiri.

Oleh karena itu, penulis menyusun sebuah makalah yang berjudul “Punyaku, Punyamu, dan Punya Kita (stimulus peserta didik dalam belajar mandiri dari berbagai sudut pandang)” dengan harapan agar makalah ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan pembaca mengenai konsep dasar pembelajaran dari judul tersebut.

PEMBAHASAN

BELAJAR BAHASA ARAB MANDIRI DARI BERBAGAI SUDUT PANDANG Belajar mandiri dapat diartikan sebagai usaha individu untuk melakukan kegiatan belajar secara sendirian maupun dengan bantuan orang lain berdasarkan motivasinya sendiri untuk menguasai suatu materi dan atau kompetensi tertentu sehingga dapat digunakannya untuk memecahkan masalah yang dijumpainya di dunia nyata(Azhar, 2013, http://azharmind.blogspot.co.id).Kemauan dan motivasi dalam belajar mandiri memiliki peran yang penting di dalam memulai dan memelihara usaha peserta didik dalam belajar. Karena pembelajaran mandiri adalah sebuah proses, sebagaimana proses pada pembelajaran lainnya.

Keberadaan pendidik sebagai motivator, memandu dalam mengambil keputusan, dan kemauan menopang kehendak untuk menyelami suatu tugas sedemikian rupa, hingga tujuan dapat dicapai.Kendali proses belajar secara berangsur-angsur bergeser dari para pendidik kepada peserta didik. Peserta didik mempunyai banyak kebebasan untuk memutuskan pelajaran apa dan tujuan apa yang hendak dicapai dan bermanfaat baginya. Para peserta didik boleh bekerja sama dengan pendidik ataupeserta didik lainnya di dalam proses pembelajaran. Dengan begitu, dapat mengembangkan pengetahuan yang lebih spesifik seperti halnya kemampuan untuk mentransfer pengetahuan konseptual ke situasi baru. Upaya untuk menghilangkan pemisah antara pengetahuan di sekolah dengan permasalahan hidup sehari-hari di dunia nyata.

Sedangkan sudut pandang disini adalah perspektif, pemaknaan, atau pemikiran yang muncul dari tiap orang yang memahami suatu pelajaran ataupun sebuah pengalaman.Karena setiap individu memiliki sudut pandang yang

(3)

berbeda-498

beda akan setiap hal yang dipelajari dan diperoleh. Oleh karena itu, dengan belajar bahasa Arab dari berbagai sudut pandang ini, peserta didik dapat belajar secara mandiri pada tiap pelajaran yang mereka peroleh. Terutama untuk belajar melihat informasi dari berbagai sudut pandang.Berikut tiga kegiatan dalam belajar bahasa Arab secara mandiri dari berbagai sudut pandang;

a. Analisis Ikhtisar

Analisis ikhtisar ini berawal dari pemberian tugas dari pendidik pada peserta didik. Tugas yang diberikan bisa berupa perintah perjalanan ke suatu tempat bersejarah, lingkungan rumah, rumah teman, dan sebagainya untuk kemudian dijadikan sebuah laporan. Atau tugas mencari tema untuk kemudian diceritakan oleh tiap individu di depan kelas, tema ataupun perjalanan, keduanya boleh dari sumber atau cerita yang sama. Selanjutnya tiap peserta didik diperintahkan untuk menulis sebuah ikhtisar tentang aspek-aspek yang paling signifikan dari pengalaman tersebut.

Analisis ikhtisar yang dimaksud adalah tiap peserta didik diperintahkan untuk membandingkan ikhtisar mereka dan menemukan kaitan antara ikhtisar-ikhtisar tersebut dari peserta didik lain. Peserta didik diminta untuk maju ke depan kelas guna mempresentasikan hasil ikhtisar mereka. Dalam hal ini, peserta didik menggunakan strategi representasi visual, dimana mereka mebacakan ikhtisar dan kemudian dijelaskan.Untuk peserta didik lain didorong untuk mendiskusikan di bagian mana mereka sependapat dan tidak, kemudian informasi atau interpretasi apa yang dijumpai pada ikhtisar tersebut.

b. Diskusi Permasalahan Pro dan Kontra

Diskusi permasalahan pro dan kontra ini menggunakan pendekatan konstruktivisme, yaitu pendekatan pembelajaran yang mengajak peserta didik untuk berpikir dan mengkonstruksi dalam memecahkan suatu permasalahan secara bersama-sama sehingga didapatkan suatu penyelesaian yang akurat (Saefudin: 2008). Dalam hal ini pendekatan konstruktivisme berkesinambungan dengan diskusi yang dilakukan oleh peserta didik dalam analisis ikhtisar sebelumnya. Karena keterlibatan peserta didik untuk aktif dalam kegiatan pembelajaran.

Diskusi pro dan kontra dilakukan untuk menggali persamaan dan perbedaan perspektif peserta didik terhadap apa yang dikemukakan oleh teman sejawat atau peserta didik lain. Oleh karenanya tiap peserta didik memiliki sudut pandang masing-masing atas apa yang mereka peroleh dan mereka pelajari sebelumnya.Dalam pandangan konstruktivisme, strategi memperoleh pengetahuan lebih diutamakan dibandingkan dengan seberapa banyak peserta didik memperoleh dan mengingat pengetahuan. Dengan begitu, peserta didik menjadi kritis dalam pembelajaran bahasa Arab, terutapa pada maharah istima’ dan kalam pada kasus ini. Mereka mengugkapkan segala sesuatu yang dilihat unuk kemudian mendapat umpan balik dari peserta didik lainnya.

Peserta didik saling mengungkapkan pro dan kontra dari sudut pandang masing-masing individu. Dari kegiatan ini banyak yang hal dapat diketahui, mulai dari perbedaan sudut pandang mereka, pengalaman lain yang tidak didapat oleh peserta didik lainnya, pemerolehan pengetahuan baru dari pendapat peserta didik

(4)

499

lain, dan sebagainya. Belajar dari berbagai macam sudut pandang dapat menambah kreativitas berfikir, karena dengan begitu peserta didik menjadi aktif dalam menghadapi segala aspek yang dipelajarinya, khususnya dalam pembelajaran bahasa Arab. Selain itu, peserta didik juga akan menjadi pribadi yang terbiasa akan hal-hal yang menuntutnya untuk memaknai segala sesuatu yang diperolehnya. Jadi, dalam proses pembelajaran siswa membangun sendiri pengetahuan mereka melalui keterlibatan aktif dalam proses pembelajaran (Nurhadi, 2004: 33).

c. Menjelaskan Perbedaan yang ditemui

Kegiatan peserta didik setelah mengungkapkan pro dan kontra atas apa yang mereka makna dari ikhtisar peserta didik lain adalah menjelaskan perbedaan yang mereka temui. Dari hasil diskusi, pasti tiap peserta didik menemukan titik terang dimana mereka memaknai apa yang mereka dengar dan lihat dari peserta didik lain dengan perspektif mereka sendiri. Ini merupakan hasil dari representasi visual yang dihasilkan dari perbandingan ikhtisar yang mereka lakukan.Dengan begitu, pendidik dengan mudah dapat mengetahui bagaimana sudut pandang yang diciptakan oleh masing-masing peserta didiknya. Selain itu, peserta didik menjadi aktif dan kritis dalam proses pembelajaran, serta belajar untuk saling menerima perbedaan pendapat atau sudut pandang peserta didik lainnya.

Berikut contoh sederhana dari satu tema, yakni “rumah” (تيب) dimana terdapat empat peserta didik yang menggunakan tema tersebut. Seperti di bawah ini;

Peserta didik 1

Menurut peserta didik pertama, tema dari kata “rumah” (تيب) adalah sebuah bangunan yang mana pada bangunan tersebut terdapat dinding, atap, jendela, pintu, dapur, kamar mandi, ruang tamu, kamar tidur, gudang, garasi, dan sebagainya.

Peserta didik 2

Menurut peserta didik kedua, tema dari kata “rumah” (تيب) adalah bangunan dimana di dalamnya terdapat sebuah keluarga, yang terdiri dari kakek-nenek, ayah-ibu, dan anak.

Peserta didik 3

Menurut peserta didik ketiga, tema dari kata “rumah” (تيب) adalah tempat dimana dia kembali, tempat dia melepaskan lelah, tempat dia untuk melakukan segala sesuatu dengan bebas, dan tempat dimana dia merasa aman.

Peserta didik 4

Sedangkan menurut peserta sisik keempat, tema dari kata “rumah” (تيب) adalah tempat dimana di dalamnya terdapat keharmonisan keluarga, tempat dimana segala sesuatunya dipikul bersama, tempat dimana dia berbagi suka dan duka, tempat dimana dia dihujani kasih sayang oleh keluarga, dan sebagainya.

Perbedaan-perbedaan yang muncul pada perolehan dari satu tema di atas, menunjukkan bahwa setiap peserta didik memiliki sudut pandang yang berbagai macam dengan representasi visual masing-masing. Dari hasil representasi keempat peserta didik di atas dapat ditari perbedaan-perbedaan yang signifikan. Peserta didik pertama, dia cenderung pada bangunan atau kondisi fisik “rumah” (تيب) itu sendiri mulai dari dinding, jendela, atap, dan sebagainya. Peserta didik kedua, lebih condong pada struktur yang terdapat di dalam “rumah” (تيب), yaitu

(5)

500

ayah-ibu, anak, dan sebagainya, jadi sudut pandang peserta didik ini lebih pada apa yang seharusnya pada sebuah rumah. Kemudian sudut pandang peserta didik ketiga, lebih condong pada fungsi personal “rumah” (تيب) bagi dirinya sendiri. Terakhir yaitu peserta didik keempat, sudut pandang peserta didik ini lebih kepada fungsi keberadaan rumah bagi keadaan psikologis, perasaan, dan keterkaitan anatara satu sama lain dalam sebuah keluarga.Beberapa perbedaan inilah yang menjadikan peserta didik mampu saling mengisi kekosongan dari sudut pandang peserta didik lainnya. Jika masing-masing perbedaan sudut pandang tersebut saling dikaitkan, maka akan menjadi pelengkap bagi satu dengan yang lain. Dengan begitu, masing-masing peserta didik tidak merasa sudut pandangnyalah yang paling benar maupun salah, meskipun dalam pengkaitan antara satu dan yang lainnya terdapat sedikit perdebatan.

Kesimpulan

Dari pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar bahasa Arab secara mandiri dari berbagai sudut pandang adalah stimulus yang baik dari pendidik bagi perkembangan pola pikir peserta didik maupun dalam perkembangan sistem pembelajaran formal atau non-formal. Karena strategi yang digunakan di dalamnya, yaitu representasi visual dengan pendekatan konstruktivisme sangat membantu peserta didik sebagai latihan bagi mereka untuk aktif dalam proses pembelajaran maupun pemikiran. Maka, punyaku, punyamu, dan punya kita ini adalah istilah inti dari belajar yang memiliki saling keterkaitan antara perbedaan-perbedaan yang muncul dari berbagai sudut pandang. Keterkaitan yang saling mengisi, saling memiliki, saling melengkapi, dan saling keterikatan pada beberapa aspek.

DAFTAR RUJUKAN

Azhar Muhammad. 2013. Belajar Mandiri. (Online),

(http://azharmind.blogspot.co.id/2013/07/belajar-mandiri.html), diakses 3

September 2016.

Johnson, Elaine B. 2007. Contextual Theaching and Learning: Menjadikan Kegian

Belajar-Mengajar Mengasyikkan dan Bermakna. Bandung: Penerbit MLC.

_______. 2016. Refleksi 2016: Pesta Pendidikan Semua Murid Semua Guru.

Lipton, L., dan Hubble, D. 2013. Sekolah Kreatif (cetakan 1). Bandung: Penerbit NUANSA CENDEKIA.

Nurhadi. 2004. Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning/ CTL) dan

Penerapannya dalam KBK. Malang: Penerbit Universitas Negeri Malang.

Suryani. 2014. Makalah Materi Pembelajaran Mandiri. (Online),

(

http://srisuryani20.blogspot.co.id/2014/01/makalah-materi-pembelajaran-mandiri.html), diakses 5 September 2016

Universitas Negeri Malang. 2010. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah: Skripsi, tesis, Disertasi, Artikel, Makalah, Tugas Akhir, Laporan

Penelitian. Edisi Kelima. Malang: Universitas Negeri Malang.

Whitin. P.E. 1996. Exploring Visual Response to Literature: Research in the Teaching of

Referensi

Dokumen terkait

Pelaksanaan advokasi merupakan pertemuan lintas sektor (Kementerian Desa, Daerah Tertinggal dan Transmigrasi, Kementerian Dalam Negeri dan Bappenas) di level pusat

Dari analisa statistik antara perlakuan supplement media MS dan kepadatan media tidak ada interaksi , tetapi antara perlakuan berbeda nyata .Pengamatan secara visual terlihat

Dari hasil wawancara peneliti dengan guru tersebut diperoleh informasi bahwa kesulitan- kesulitan yang dihadapi guru dalam pembelajaran Bahasa Arab di MAN Tebing Tinggi antara

Berkait dengan eksistensi desa pakraman diakui dalam tata hukum nasional, dapat dikaji mulai dari UUD NRI tahun 1945 atau yang lebih dikenal dengan Konstitusi,

[r]

peroleh dari analisis dengan teknik tertentu, dalam hal ini teknik yang digunakan. adalah Cronbach

10 Definisi yang menghubungkan orang yang menjalani kehidupan tasawuf dengan orang-orang yang berada di masjid, kain wol dan buah-buahan, merupakan tinjauan

mengembangkan kecerdasan spiritual anak di RA Al-Ikhlas Mlaten berasal dari beberapa faktor. Faktor yang mendukung yaitu: 1) ) Terjadinya kerjasama yang baik