• Tidak ada hasil yang ditemukan

RANCANGAN POJK PENETAPAN BANK YANG BERDAMPAK SISTEMIK (D-SIB) DAN CAPITAL SURCHARGE UNTUK BANK YANG BERDAMPAK SISTEMIK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "RANCANGAN POJK PENETAPAN BANK YANG BERDAMPAK SISTEMIK (D-SIB) DAN CAPITAL SURCHARGE UNTUK BANK YANG BERDAMPAK SISTEMIK"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

1 UNTUK BANK YANG BERDAMPAK SISTEMIK

Batang Tubuh Penjelasan

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.03/2015

TENTANG

PENETAPAN BANK YANG BERDAMPAK SISTEMIK (D-SIB) DAN CAPITAL SURCHARGE UNTUK BANK YANG

BERDAMPAK SISTEMIK

ATAS

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.03/2015

TENTANG

PENETAPAN BANK YANG BERDAMPAK SISTEMIK (D-SIB) DAN CAPITAL SURCHARGE UNTUK BANK YANG

BERDAMPAK SISTEMIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN,

Menimbang: I. UMUM

a. bahwa sejalan dengan kompleksitas usaha dan risiko yang dimiliki oleh bank-bank yang berdampak sistemik, diperlukan suatu metodologi dalam rangka menetapkan bank-bank yang berdampak sistemik (D-SIB) dengan mengacu pada standar internasional yang berlaku;

Penentuan bank yang berdampak sistemik di pasar keuangan domestik bertujuan untuk mengidentifikasi bank-bank yang memiliki dampak signifikan terhadap sistem keuangan domestik. Dengan demikian diperlukan suatu metodologi dalam melakukan asesmen tingkat sistemik suatu bank secara domestik yang mencerminkan adverse effect yang berpotensi terjadi apabila bank yang berdampak sistemik mengalami kegagalan.

b. bahwa dalam rangka menciptakan sektor keuangan yang tumbuh secara berkelanjutan dan stabil serta memiliki daya saing yang tinggi, diperlukan peningkatan kuantitas permodalan bagi bank-bank

Risiko yang bersumber dari bank berdampak sistemik dimitigasi melalui penetapan capital surcharge berdasarkan tingkat dampak sistemik bank terhadap sistem keuangan domestik. Penetapan capital surcharge

(2)

2 yang berdampak sistemik; tersebut merupakan bagian dari supervisory action yang

dilakukan dalam kondisi normal. c. bahwa dengan adanya kecukupan permodalan

memadai bagi bank-bank yang berdampak sistemik diharapkan dapat mewujudkan stabilitas sistem keuangan yang tumbuh secara berkelanjutan, sehingga mampu meningkatkan daya saing nasional;

d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c perlu menetapkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Penetapan Bank yang Berdampak Sistemik (D-SIB)

dan Capital Surcharge untuk Bank yang Berdampak

Sistemik

Sehubungan dengan hal-hal tersebut, maka perlu adanya pengaturan tentang Penetapan Bank yang Berdampak Sistemik (D-SIB) dan Capital Surcharge untuk Bank yang Berdampak Sistemik.

Mengingat:

1. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 31, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3472) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1998 Nomor 182, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3790);

2. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 111, Tambahan

(3)

3 Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5253);

MEMUTUSKAN: Menetapkan:

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG PENETAPAN BANK YANG BERDAMPAK SISTEMIK (D-SIB) DAN CAPITAL SURCHARGE UNTUK BANK YANG BERDAMPAK SISTEMIK

II. PASAL DEMI PASAL

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1 Pasal 1

1. Bank adalah Bank Umum sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998, termasuk kantor cabang dari bank yang berkedudukan di luar negeri, yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional.

Cukup jelas.

2. Capital Surcharge untuk Domestic Systemically Important

Bank (D-SIB) adalah tambahan modal yang berfungsi

untuk mengurangi dampak negatif terhadap stabilitas sistem keuangan dan perekonomian apabila terjadi kegagalan Bank yang berdampak sistemik melalui peningkatan kemampuan Bank dalam menyerap kerugian.

(4)

4 (1) Bank yang ditetapkan berdampak sistemik wajib

membentuk Capital Surcharge untuk D-SIB.

Ayat (1) Cukup jelas. (2) Penetapan Bank yang berdampak sistemik dan Capital

Surcharge untuk Bank yang berdampak sistemik

dilakukan oleh Otoritas Jasa Keuangan berkoordinasi dengan Bank Indonesia.

Ayat (2)

Bank yang berdampak sistemik ditetapkan oleh Otoritas Jasa Keuangan melalui mekanisme koordinasi dengan Bank Indonesia.

(3) Kantor cabang dari bank yang berkedudukan di luar negeri tidak ditetapkan sebagai Bank yang berdampak sistemik.

Ayat (3) Cukup jelas. (4) Penetapan Bank yang berdampak sistemik dan

penetapan Capital Surcharge dilakukan paling lambat pada bulan Maret setiap tahun dengan menggunakan data posisi Desember tahun sebelumnya.

Ayat (4) Cukup jelas.

(5) Bank yang berdampak sistemik dapat dikinikan sewaktu-waktu sepanjang telah memperoleh persetujuan dari Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK).

Ayat (5) Cukup jelas.

(6) Untuk pertama kali, penetapan Bank yang berdampak sistemik dan penetapan Capital Surcharge dilakukan pada bulan Desember 2015 dengan menggunakan data posisi Juni 2015.

Ayat (6) Cukup jelas.

(7) Otoritas Jasa Keuangan memberitahukan kepada masing-masing Bank yang ditetapkan berdampak sistemik dan besaran Capital Surcharge melalui surat.

Ayat (7) Cukup jelas.

(5)

5

Pasal 3 Pasal 3

(1) Penetapan Bank yang berdampak sistemik dilakukan dengan menggunakan metodologi tertentu berdasarkan indikator tertentu.

Ayat (1) Cukup jelas. (2) Metodologi penetapan Bank yang berdampak sistemik

dikaji ulang oleh Otoritas Jasa Keuangan setiap 3 (tiga) tahun sekali atau sewaktu-waktu apabila diperlukan.

Ayat (2) Cukup jelas.

BAB II

INDIKATOR BANK YANG BERDAMPAK SISTEMIK

Pasal 4 Pasal 4

Indikator yang digunakan dalam metodologi penetapan Bank yang berdampak sistemik adalah sebagai berikut:

Cukup jelas. a. eksposur Bank (size);

b. keterkaitan dengan sistem keuangan domestik (interconnectedness); dan

c. kompleksitas kegiatan usaha (complexity); dan

Pasal 5 Pasal 5

Indikator total eksposur (size) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf a terdiri dari sub-indikator sebagai berikut:

a. eksposur pada neraca; Huruf a

(6)

6 total aset setelah mengeluarkan pos antar kantor.

b. eksposur pada rekening administratif; dan Huruf b

Yang dimaksud dengan “eksposur pada rekening administratif” adalah total kewajiban komitmen dan kontijensi.

c. potential future exposure dari transaksi derivatif. Huruf c

Perhitungan potential future exposure dari transaksi derivatif mengacu pada ketentuan mengenai perhitungan aset tertimbang menurut risiko untuk risiko kredit dengan menggunakan pendekatan standar.

Pasal 6 Pasal 6

Indikator keterkaitan dengan sistem keuangan domestik

(Interconnectedness) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4

huruf b terdiri dari sub-indikator sebagai berikut:

Cukup jelas.

a. Aset keuangan berupa tagihan atau penempatan kepada Lembaga Jasa Keuangan domestik (intra financial system assets);

b. Kewajiban keuangan kepada Lembaga Jasa Keuangan domestik (intra financial system liabilities); dan

c. Surat berharga yang diterbitkan oleh Bank (Securities Outstanding).

Pasal 7 Pasal 7

(7)

7 sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf c terdiri dari

sub-indikator sebagai berikut:

a. nilai oustanding nosional spot dan derivatif over the counter;

b. surat berharga yang diklasifikan sebagai tersedia untuk dijual dan diperdagangkan namun tidak termasuk surat berharga yang dijadikan sebagai High Quality Liquid

Assets (HQLA) dalam perhitungan Liquidity Coverage

Ratio (LCR);

c. indikator domestik yang bersifat spesifik yang ditetapkan oleh Otoritas Jasa Keuangan; dan

d. ketergantian (substitutability) peran suatu bank dalam aktivitas sistem pembayaran dan kustodian.

Pasal 8 Pasal 8

(1) Bobot indikator dan subindikator Bank yang berdampak sistemik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ditetapkan sama (equal weight).

Ayat (1) Cukup jelas (2) Bobot setiap sub indikator sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 5, Pasal 6, dan Pasal 7 ditetapkan sama (equal weight);

Ayat (2)

Sebagai contoh, indikator keterkaitan dengan sistem keuangan domestik (Interconnectedness) yang memiliki bobot sebesar (100:3) % terdiri atas 3 (tiga) sub indikator. Dengan demikian setiap sub indikator memiliki bobot (100:3:3)%.

(8)

8 METODOLOGI PENETAPAN BANK YANG BERDAMPAK

SISTEMIK

Pasal 9 Pasal 9

Otoritas Jasa Keuangan menetapkan Bank yang berdampak sistemik, berdasarkan perhitungan skor sistemik (systemic importance score).

Skor sistemik (systemic importance score) setiap Bank adalah nilai yang mencerminkan level sistemik dari setiap bank.

Pasal 10 Pasal 10

Skor sistemik (systemic importance score) setiap Bank dengan cara sebagai berikut:

Cukup jelas. a. menghitung nilai masing-masing sub indikator dengan

cara menghitung proporsi nilai masing-masing sub indikator terhadap nilai agregat industri perbankan dalam satuan basis point;

b. menghitung nilai masing-masing sub indikator yang telah dibobotkan dengan cara mengalikan nilai masing-masing sub indikator dengan bobot sub indikator;

c. menghitung nilai masing-masing indikator dengan cara menjumlahkan nilai masing masing sub indikator yang telah dibobotkan;

d. menghitung nilai masing-masing indikator yang telah dibobotkan dengan cara mengalikan nilai masing-masing indikator dengan bobot indikator; dan

e. menghitung nilai skor sistemik (systemic importance

score) dengan cara menjumlahkan nilai masing-masing

(9)

9 BAB IV

CAPITAL SURCHARGE UNTUK BANK YANG DITETAPKAN BERDAMPAK SISTEMIK

Pasal 11 Pasal 11

(1) Berdasarkan penetapan Bank yang berdampak sistemik, Otoritas Jasa Keuangan menetapkan Capital Surcharge dengan membagi Bank yang berdampak sistemik menjadi 5 (lima) kelompok (bucket).

Ayat (1) Cukup jelas.

(2) Besaran Capital Surcharge untuk D-SIB pada setiap kelompok (bucket) ditetapkan sebagai berikut:

Ayat (2) Cukup jelas. a. 1% (satu perseratus) dari Aset Terimbang Menurut

Risiko (ATMR) bagi Bank yang ditetapkan berdampak sistemik yang termasuk dalam kelompok (bucket) 1; b. 1,5% (satu koma lima perseratus) dari ATMR bagi

Bank yang ditetapkan berdampak sistemik yang termasuk dalam kelompok (bucket)2;

c. 2% (dua perseratus) dari ATMR bagi Bank yang ditetapkan berdampak sistemik yang termasuk dalam kelompok (bucket) 3;

d. 2,5% (dua koma lima perseratus) dari ATMR bagi Bank yang ditetapkan berdampak sistemik yang termasuk dalam kelompok (bucket)4; dan

e. 3,5% (tiga koma lima perseratus) dari ATMR bagi Bank yang ditetapkan berdampak sistemik yang termasuk dalam kelompok (bucket)5.

(10)

10 (3) Dengan mempertimbangkan kondisi perekonomian dan

stabilitas sistem keuangan, Otoritas Jasa Keuangan berwenang meninjau ulang dan menyesuaikan penetapan besaran serta waktu pemenuhan Capital

Surcharge untuk Bank yang berdampak sistemik.

Ayat (3)

Pertimbangan untuk meninjau ulang dan menyesuaikan penetapan besaran serta waktu pemenuhan Capital Surcharge didasarkan antara lain pada pertumbuhan ekonomi, pertumbuhan kredit, dan kinerja industri perbankan.

Pasal 12 Pasal 12

(1) Untuk pertama kali, OJK menetapkan tidak terdapat Bank yang berdampak sistemik yang digolongkan dalam kelompok (bucket) 5 (lima).

Cukup jelas.

(2) Dalam hal terdapat Bank yang memiliki skor sistemik (systemic importance score) yang sangat tinggi sehingga digolongkan dalam kelompok (bucket) 5 (lima), maka: a. pengelompokan Bank yang berdampak sistemik

bertambah menjadi 6 (enam); dan

b. OJK selanjutnya menetapkan tidak terdapat Bank yang berdampak sistemik yang digolongkan dalam kelompok (bucket) 6 (enam).

Pasal 13 Pasal 13

Pentahapan pemenuhan Capital Surcharge untuk D-SIB sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (2) akan diatur lebih lanjut dalam surat edaran Otoritas Jasa Keuangan.

Cukup jelas.

(11)

11 Bank yang ditetapkan berdampak sistemik yang tidak

memenuhi kewajiban penyediaan Capital Surcharge akan dikenakan sanksi sebagaimana diatur dalam ketentuan mengenai kewajiban penyediaan modal minimum bank umum.

Cukup jelas.

BAB V

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 15 Pasal 15

Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Cukup jelas. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan

pengundangan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta Pada tanggal

KETUA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN,

(12)

12 MULIAMAN D. HADAD

Diundangkan di Jakarta Pada tanggal

MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,

YASONNA H. LAOLY

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2015 NOMOR

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Referensi

Dokumen terkait