• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

1. Berdasarkan hasil evaluasi dan analisa pilihan alternatif jenis pengembangan Pelabuhan Wani serta dengan menggunakan model Sensitivitas Analisis, maka diperoleh model pengambilan keputusan pengembangan pelabuhan di dalam menentukan pemilihan alternatif jenis pengembangan Pelabuhan Wani sebagai berikut :

Tabel 5.1. Model Pengambilan Keputusan Pengembangan Pelabuhan Wani.

Panjang Dermaga (L berth) 149 M WTG = WT + PT + AT

Kpl Pnp 1 Jam

Lebar Tambatan (B berth) 11 M Kpl Brg 3,5 Jam

BT = NOT + BWT

Terminal Penumpang (A1) 250 M² Kpl Pnp 3 Jam

Kpl Brg 14,5 Jam

Kantin (A2) 12,5 M² TRT = WTG + BT

Kpl Pnp 4 Jam

Ruang Administrasi (A3) 37,5 M² Kpl Brg 18 Jam

Mushollah, Ruang Mesin, Toilet, dll (A4) 75 M² Qn kpl 158 ton/call

Parkir Pengantar & Penjemput (A5) 54 M² T/G/J 20 T/G/J

Total Kebutuhan Ruangan (A) 125,0 M² ΣBongkar muat @kpl 158 ton/call

Jumlah Fender (Nf) 37 Buah

TSHP=Σ Bongkar muat @kpl / TRT 8,8 Ton/Jam Jumlah Mooring Dolphin (Nmd) 15 Buah

TSHB=Σ Bongkar muat @kpl / BWT 13,2 Ton/Jam Penambahan luas gudang 291 M²

BTP 1097,3 Ton/M/Tahun

Penambahan lapangan penumpukan 2566 M²

STP 545,0 Ton/M/Tahun

ET= BOR 38 %

Kpl Pnp 2 Jam

Kpl Brg 6 Jam SOR/YOR 50 %

IT

Kpl Pnp 0,5 Jam Pendapatan Pelabuhan 1.979.132.181 Rp

Kpl Brg 6 Jam Biaya Operasional Pelabuhan 820.603.089 Rp

NOT

Kpl Pnp 0,5 Jam Biaya Pembebasan Lahan 120.000.000,00 Rp

Kpl Brg 2,5 Jam Biaya Pembebasan Bangunan 59.130.000,00 Rp

WT Total Biaya Pembebasan lahan dan Bangunan 60.870.000,00 Rp

Kpl Pnp 0,5 Jam

Kpl Brg 2 Jam Nilai Investasi 6.588.802.841 Rp

PT NPV 231.653.848 Rp

Kpl Pnp 0 Jam IRR 6% %

Kpl Brg 0 Jam BEP 315.751.480 Rp

AT

Kpl Pnp 0,5 Jam

Kpl Brg 1,5 Jam Alternatif Jenis Pelabuhan : Konvensional BWT = ET + IT

Kpl Pnp 2,5 Jam Peralatan bongkar muat :

Kpl Brg 12 Jam Forklift : 2 unit

Mobile crane : - unit

Catatan : ET Merupakan Variabel Bebas Parameter Teknis

Utilitas Fasilitas dan Peralatan Waktu Pelayanan Barang

Hasil Perhitungan Input Parameter Aspek Teknis

Aspek Sosial

Aspek Finansial Aspek Ekonomi

(2)

196

2. Tingkat kelayakan dari masing-masing alternatif jenis pengembangan Pelabuhan Wani berdasarkan hasil analisa kelayakan investasi dengan menggunakan metode kriteria evaluasi adalah sebagai berikut :

a. Alternatif jenis pengembangan pelabuhan Konvensional, dimana nilai investasi dengan jumlah pembiayaan investasi untuk rencana pengembangan Pelabuhan Wani adalah sebesar Rp 6.588.802.850,- (enam milyar lima ratus delapan puluh delapan juta delapan ratus dua ribu delapan ratus lima puluh rupiah), estimasi skema pendanaan investasi 100% dan jangka waktu investasi selama 10 tahun (2006–2015) ternyata nilai NPV menunjukkan indikasi positif dengan nilai sebesar

Rp. 214.255.522,- da n IRR 17% serta nilai BEP sebesar

Rp. 475.445.983,- terjadi di tahun ke 8 (tahun 2013), hal ini menunjukan bahwa investasi bermanfaat dan layak dilanjutkan. b. Alternatif jenis pengembangan pelabuhan Multi Purpose, dimana

nilai investasi dengan jumlah pembiayaan investasi untuk rencana pengembangan Pelabuhan Wani adalah sebesar Rp 7.525.322.850,- (tujuh milyar lima ratus dua pulih lima juta tiga ratus dua puluh dua ribu delapan ratus lima puluh rupiah), estimasi skema pendanaan investasi 100% dan jangka waktu investasi selama 10 tahun (2006–2015) ternyata nilai NPV menunjukkan indikasi positif dengan nilai sebesar

Rp. 1.644.257.829,- dan IRR 32% serta nilai BEP sebesar

Rp. 402.059.075,- terjadi di tahun ke 4 (tahun 2009), hal ini menunjukan bahwa investasi bermanfaat dan layak dilanjutkan. c. Alternatif jenis pengembangan pelabuhan Spesialisasi, dimana nilai

investasi dengan jumlah pembiayaan investasi untuk rencana pengembangan Pelabuhan Wani adalah sebesar Rp 8.461.842.850,- (delapan milyar empat ratus enam puluh satu juta delapan ratus empat puluh dua ribu delapan ratus lima puluh rupiah), estimasi skema pendanaan investasi 100% dan jangka waktu investasi selama 10 tahun (2006–2015) ternyata nilai

(3)

NPV menunjukkan indikasi positif dengan nilai sebesar Rp. 3.074.260.136,- dan IRR 50% serta nilai BEP sebesar Rp. 175.726.024,- terjadi di tahun ke 3 (tahun 2008), hal ini menunjukan bahwa investasi bermanfaat dan layak dilanjutkan.

Untuk lebih jelasnya hasil analisa tingkat kelayakan dari masing-masing alternatif jenis pengembangan Pelabuhan Wani berdasarkan aspek-aspek yang ditinjau dapat dilihat pada Tabel 5.2 dibawah ini.

(4)

192

Tabel 5.2 Hasil Analisa Masing-Masing Alternatif Jenis Pengembangan Pelabuhan Wani.

PEL. TRADISIONAL PEL. KONVENSIONAL PEL. MULTI PURPOSE PEL. SPESIALISASI

1 3 4 5 6 7 8

I. ASPEK TEKNIS

I.1. Peralatan Bongkar Muat

a. Forklif Fk Unit - 2 3 4

b. Mobil Crane Mc Unit - - 1 2

I.2. Kinerja Operasional Pelabuhan

♣ Waktu Pelayanan Kapal ► Saat Kapal di Perairan Pelabuhan

a. WTGKapal Penumpang Barang WTG Jam 4 3 2 1 b. WTGKapal Barang WTG Jam 4,5 3,5 2,5 1,5 ► Saat Kapal di Tambatan (Sandar)

a ETKapal Barang ET Jam 8,0 5,3 2,8 0,5 b. BTKapal Penumpang Barang BT Jam 8,0 4,5 3,0 1,5 c. BTKapal Barang BT Jam 13,5 9,8 6,3 3,0 ► Total Waktu Kapal Berada di Pelabuhan

a. TRTKapal Penumpang Barang TRT Jam 12,0 7,5 5,0 2,5 b. TRTKapal Barang TRT Jam 18,0 13,3 8,8 4,5 ♣ Waktu Pelayanan Barang

► Produktivitas Kerja Gang Buruh

a. Kapasitas Muatan Kapal Tiap Tahun QnKapal Ton/Call 126 158 158 158 b. Produktivitas Kerja Gang Buruh T/G/J T/G/J 15,7 19,8 19,8 19,8 ► Kecepatan Bongkar Muat per Kapal

a. Kecepatan Bongkar Muat di Pelabuhan TSHP Ton/Jam 7,0 11,9 18,0 35,0 b. Kecepatan Bongkar Muat di Dermaga TSHB Ton/Jam 12,0 21,8 36,7 103,6 ♣ Utilitas Fasilitas dan Peralatan

► Daya Lalu Dermaga dan Gudang

a. Daya lalu Dermaga BTP Ton/M/Tahun 2.140,8 1.097,3 1.097,3 1.097,3 b. Daya Lalu Gudang / Lapangan Penumpukan STP Ton/M/Tahun 328,3 545,0 545,0 545,0 ► Tingkat Pemakaian Dermaga dan Gudang

a. Tingkat Pemakaian Dermaga (BOR) BOR % 86 38 25 12 b. Tingkat Pemakaian Gudang (SOR/YOR) SOR % 20 50 50 50 II. ASPEK EKONOMI

II.1. Pendapatan Pelabuhan Rp 337.356.441 1.979.132.181 4.529.563.675 7.079.995.170

II.2. Biaya Operasional Pelabuhan Rp 549.710.092 820.603.089 1.471.550.309 2.122.497.529

II.3. Net Cash Flows = (EAT) Rp (191.118.285) 1.042.676.183 2.752.212.030 4.461.747.876

III. ASPEK SOSIAL III.1. Opportunity Cost

Biaya Pembebasan Lahan Rp 0 120.000.000 120.000.000 120.000.000

Biaya Pembebasan Bangunan Rp 0 59.130.000 59.130.000 59.130.000

Total Biaya Pembebasan lahan dan Bangunan Rp 0 179.130.000 179.130.000 179.130.000 IV. ASPEK FINANSIAL

IV.1. Kelayakan Investasi

- Nilai Investasi Rp 0 6.588.802.841 7.525.322.841 8.461.842.841 - NPV Rp 0 231.653.848 1.645.146.235 3.075.148.542 - IRR % 0 6% 32% 50% - BEP Rp 0 315.751.480 405.020.428 177.700.259 JENIS PELABUHAN 2

No. VARIABEL-VARIABEL SIMBOL SATUAN

(5)

5.2. Saran

Adapun saran yang dapat diberikan untuk rencana pengembangan Pelabuhan Wani adalah sebagai berikut :

1. Untuk menghasilkan kinerja operasional Pelabuhan Wani yang lebih baik, maka perlu pengadaan peralatan bongkar muat seperti forklift atau crane darat untuk menunjang waktu pelayanan bongkar / muat barang sesuai dengan alternatif jenis pengembangan pelabuhan.

2. Perlu dilakukan pembinaan kepada TKBM agar menjadi lebih profesional lagi dalam melaksanakan kegiatan bongkar / muat barang.

3. Perlu dilakukan penelitian lanjutan yang lebih mendalam lagi menyangkut dampak eksternalitas yang ditimbulkan dengan adanya pengembangan pelabuhan tersebut baik itu dampak terhadap masyarakat maupun lingkungan disekitar pelabuhan.

4. Perlu adanya pelebaran jalan baik itu jalan dari atau ke sentra-sentra industri dan jalan yang berada di lokasi Pelabuhan Wani.

(6)

195

DAFTAR PUSTAKA

1. Anonim. (1992), Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 1992, tentang Pelayaran.

2. Anonim. (2001), Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 69 Tahun 2001, tentang Kepelabuhanan.

3. Anonim. (2000), Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2000, tentang Jenis-jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Barlaku pada Departemen Perhubungan.

4. Anonim. (2002), Keputusan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor 53 Tahun 2002, tentang Tatanan Kepelabuhanan Nasional.

5. Button, J., Kenneth. (1994), Transport Economics, Second Edition, Printed in Great Britain at the University Press, Cambridge.

6. Fauzi, Akhmad, Ph.D. (2004), Ekonomi Sumber Daya Alam dan Lingkungan, Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

7. Ferlin, Akhmatul. (2002), Analisis Rencana Pengembangan Pelabuhan Pantoloan Berbasiskan Kebutuhan Jasa Transportasi di Sulawesi Tengah, Proposal Tesis, PPSTK-ITS, Surabaya.

8. Grant, E.L., Ireson, W.G., Leavenworth. R.S. (2001), Dasar-dasar Ekonomi Teknik, Jilid 1, Bina Aksara, Jakarta.

9. Gray, Clive. (2002), Pengantar Evaluasi Proyek, Edisi Kedua, Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

10.Husnan, Suad. (2005), Studi Kelayakan Proyek, Edisi Keempat, UPP AMP YKPN, Yogyakarta.

11.Kramadibrata., Sudjono. (2000), Perencanaan Pelabuhan, Penerbit Ganeca Exact Bandung, ITB.

12.Makridakis. (2000), Metode dan Aplikasi Peramalan, Edisi Revisi, Interaksa, Jakarta.

13. Miro F., SE. MSTr. (2005), Perencanaan Transportasi, Penerbit Erlangga, Jakarta. 14. Morlok Edward K. (1978), Pengantar Teknik dan Perencanaan Transportasi,

(7)

15.Nasution, H. M. N. (1996), Manajemen Transportasi, Ghalia Indonesia, Jakarta.

16.Nor, Achdian. (2006), Studi Pemodelan untuk Investasi Galangan Kapal, Tesis, PPSTK-ITS, Surabaya.

17. Pudjosumarto, Mulyadi., Drs. (1998), Evaluasi Proyek (Uraian Singkat dan Soal Jawab), Penerbit Liberty, Yogyakarta.

18.Rachman, Arief. (2004), Analisis Pengaruh Peningkatan Kinerja Pelabuhan Balikpapan Terhadap Sistem Transportasi di Kalimantan Timur, Tesis, PPSTK-ITS, Surabaya.

19.Rangkuti, Freddy (2005), Analisa SWOT : Teknik Membedah Kasus Bisnis – Reorientasi Konsep Perencanaan Strategi untuk Menghadapi Abad 21, Cetakan Kedua Belas, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

20.Roy, B. (1991), Theory and Decision, The Outranking Approach and The Foundation, Universite Paris- Dauphine.

21.Saaty, W. Rozann. (2003), Decision Making In Complex Environments, Creative Decision Foundation, Pittsburgh.

22.Saaty, W. Rozann. (2003), Multi Criteria Decision Making (MCDM), Creative Decision Foundation, Pittsburgh.

23.Salim, H. A. Abbas. (1995), Manajemen Pelayaran Niaga dan Pelabuhan, Cetakan Pertama, PT. Dunia Pustaka Jaya, Jakarta.

24.Salim, H. A. Abbas. (2006), Manajemen Transportasi, Edisi Pertama, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

25. Setijoprajudo, MSE. (2002), Ekonomi Teknik, Materi Kuliah PPSTK- ITS, Surabaya.

26.Setijoprajudo, MSE. (2004), Manajemen Pelabuhan, Materi Kuliah, PPSTK-ITS, Surabaya.

27. Setijoprajudo, MSE. (2003), Riset Operasi dan Permodelan, Materi Kuliah PPSTK-ITS, Surabaya.

28.Suharto, Imam. (1999), Manajemen Proyek, Edisi Kedua, Penerbit Erlangga, Jakarta.

29.Suparmoko, M., Drs, Ph.D, M.A. (2002), Ekonomi Publik untuk Keuangan dan Pembangunan Daerah, Edisi Pertama, Penerbit ANDI, Yogyakarta.

(8)

197

30.Suratman, Drs, M.Si. (2002), Studi Kelayakan Proyek, Proyek Peningkatan Penelitian Pendidikan Tinggi, Jakarta.

31.Sutojo, Siswanto., Drs. (1982), Studi Kelayakan Proyek (Konsep dan Teknik), Penerbit PT. Pustaka Binaman Pressindo, Jakarta.

32.Tamin, O. Z. (2000), Perencanaan dan Pemodelan Transportasi, Edisi Kedua, ITB, Bandung.

33.Tim Pelindo. (1999), Rumusan Kinerja Operasional Pelabuhan Cabang Tanjung Perak, PT (Persero) Pelabuhan Indonesia III Cabang tanjung Perak, Surabaya.

34.Triatmodjo, B., Prof., Dr., CES., DEA.(2003), Pelabuhan, Beta Offset Perum FT-UGM, Yogyakarta.

Gambar

Tabel 5.1.   Model Pengambilan Keputusan Pengembangan Pelabuhan Wani.
Tabel 5.2   Hasil Analisa Masing-Masing Alternatif Jenis Pengembangan Pelabuhan Wani.

Referensi

Dokumen terkait

(2) Ketentuan lebih lanjut pola lin k ag e sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1 ) tercantum dalam Lampiran II Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian selaku Ketua

Meskipun secara statistik tidak signifikan, hasil penelitian kami yang menunjukkan bahwa pemberian dadiah memperbesar jumlah L.fermentum pada feses ibu hamil,

(a) orang tersebut tidak akan ditahan, dituntut atau dihukum di Negara Peminta, untuk pelanggaran apapun, atau tidak menjadi pihak dalam perkara perdata apapun,

Dalam Biologi Sel (2011), pada kebanyakan tumbuhan dan hewan respirasi yang berlangsung adalah respirasi aerob, namun demikian dapat saja terjadi respirasi aerob

Banjir bulan ini, Denny mengung- kapkan daerah yang terdampak paling parah ada di tiga wilayah, yaitu Jakarta Pusat, Jakarta Barat dan Jakarta Utara.. “Sampai tujuh hari ke depan

IVKESIMPULAN DAN SARAN 4.1. Kabupaten Solok Selatan meru- pakan salah satu dari 46 daerah tertinggal di Sumatera, memiliki potensi untuk dapat keluar dari status

Dari penelitian keanekaragaman herpetofauna di Lereng Selatan Merapi sejak 2006 hingga 2011, belum ada data mengenai jenis ular anggota Familia Elapidae terutama dari

Terkait dengan tekanan sosial dan mental yang dihadapi laki-laki infertil khususnya dalam lingkungan budaya patriarkhi, dari beberapa kasus di atas terlihat bahwa di