• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH IMD (INISIASI MENYUSU DINI) TERHADAP KADAR HEMOGLOBIN PADA IBU NIFAS DI WILAYAH KERJA UPT BLUD PUSKESMAS MENINTING KABUPATEN LOMBOK BARAT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH IMD (INISIASI MENYUSU DINI) TERHADAP KADAR HEMOGLOBIN PADA IBU NIFAS DI WILAYAH KERJA UPT BLUD PUSKESMAS MENINTING KABUPATEN LOMBOK BARAT"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH IMD (INISIASI MENYUSU DINI) TERHADAP KADAR HEMOGLOBIN PADA IBU NIFAS DI WILAYAH KERJA UPT BLUD PUSKESMAS MENINTING

KABUPATEN LOMBOK BARAT Oleh

Dian Aprilia Damayanti, Baiq Iin Rumintang

Program Studi Diploma Empat (D-IV) Kebidanan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Politeknik Kesehatan Kemenkes Mataram

ABSTRAK: Penyebab kematian ibu terbanyak di Indonesia adalah perdarahan yaitu sebanyak 60%. Salah satu cara untuk mencegah perdarahan adalah IMD. IMD dapat merangsang keluarnya hormon oksitosin yang dapat meningkatkan kontraksi uterus sehingga dapat mencegah perdarahan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh IMD terhadap kadar hemoglobin pada ibu nifas di Wilayah Kerja UPT BLUD Puskesmas Meninting. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian Pre Experimental dengan pendekatan One Group Pretest-Posttest dengan populasi seluruh persalinan pervaginam di Wilayah Kerja UPT BLUD Puskesmas Meninting dengan mengambil 30 sampel menggunakan teknik Purposive Sampling. Uji statistik penelitian ini menggunakan Uji T Dependen (Paired T Test). Seluruh ibu bersalin melewati tahap IMD dengan rata-rata kadar hemoglobin sebelum IMD yaitu 11,163 gr/dl dan sesudah IMD yaitu 10,997 gr/dl serta penurunan kadar hemoglobin sebanyak 0,150 gr/dl dengan nilai p = 0,000 sehingga hasilnya adalah terdapat pengaruh IMD terhadap kadar hemoglobin pada ibu nifas di Wilayah Kerja UPT BLUD Puskesmas Meninting tahun 2017. Ada Pengaruh IMD (Inisiasi Menyusu Dini) terhadap Kadar Hemoglobin pada Ibu Nifas.

Kata Kunci : IMD (Inisiasi Menyusu Dini), Kadar Hemoglobin. PENDAHULUAN

Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan berbagai jenis masalah kesehatan. Masalah kesehatan yang masih menjadi tugas bagi pemerintah dan tenaga kesehatan salah satunya yaitu masalah kematian ibu dengan berbagai penyebab yang terjadi. Banyak fasilitas pelayanan kesehatan tempat ibu melahirkan mempunyai kebijakan dan praktik yang tidak berdasarkan evidence-based. Hal ini menyebabkan Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia semakin meningkat, sedangkan Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator dalam menentukan derajat kesehatan masyarakat di suatu negara. Berbagai upaya dilakukan untuk menurunkan masalah kesehatan tersebut salah satunya dengan memberikan pelayanan yang bermutu kepada masyarakat.

Menurut laporan World Health Organization (WHO) tahun 2014, Angka Kematian Ibu (AKI) di dunia yaitu 289.000 jiwa. Angka Kematian Ibu di negara-negara Asia Tenggara pada tahun 2014 seperti Indonesia yaitu sebanyak 214 per 100.000 kelahiran hidup.

Berdasarkan hasil Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012 menunjukkan bahwa secara nasional AKI di Indonesia meningkat drastis mencapai 359/100.000 dibandingkan pada tahun 2007 yaitu 228/100.000. Hasil ini sangat jauh dari target Millenium Development Goals (MDGs) tahun 2015, yaitu untuk AKI di Indonesia tahun 2015 mencapai 102 per 100.000 kelahiran hidup.

Dalam Millenium Development Goals (MDGs), penyebab utama kematian ibu di

(2)

Volume 11, No. 12 Desember 2017 http://www.lpsdimataram.com

Indonesia adalah perdarahan (28%), infeksi (24%), eklampsia (11%), komplikasi puerperium atau nifas (8%), partus macet/lama (5%), komplikasi abortus (5%), dan lainnya (11%).

AKI untuk propinsi NTB (Nusa Tenggara Barat) telah mengalami peningkatan yaitu pada tahun 2012 sebanyak 100/100.000 kelahiran hidup dan pada tahun 2014 menjadi 111/100.000. AKI di Provinsi NTB pada tahun 2015 yang disebabkan karena perdarahan sebanyak 32 kasus.Adapun kejadian kematian ibu paling banyak pada waktu ibu bersalin sebanyak 43%, kematian pada waktu nifas sebanyak 38% dan pada saat hamil 19%.

AKI di Kabupaten Lombok Barat pada tahun 2015 sebanyak 5 kasus dengan kematian ibu usia <20 tahun sebanyak 1 kasus, usia 20-34 tahun sebanyak 3 kasus dan usia >35 tahun sebanyak 1 kasus. Di Puskesmas Meninting, AKI pada tahun 2015 sebanyak 1 kasus kematian yang terjadi pada ibu nifas usia >35 tahun. Untuk jumlah persalinan di UPT BLUD Puskesmas Meninting pada tahun 2015 sebanyak 1.118 dengan 1.116 yang lahir hidup, dengan jumlah persalinan tersebut, UPT BLUD Puskesmas Meninting menjadi Puskesmas dengan jumlah persalinan terbanyak ke-2 setelah Puskesmas Gunungsari yang memiliki jumlah persalinan sebanyak 1.243 kasus pada tahun 2015.

Perdarahan pascasalin masih merupakan penyebab utama kesakitan dan kematian ibu. Sekitar 60% kematian ibu terjadi pada periode pascasalin dan sekitar 45% terjadi pada 24 jam pertama setelah persalinan. Perdarahan pascasalin sering terjadi akibat kelemahan kontraksi rahim setelah melahirkan. Salah satu upaya untuk membantu kontraksi rahim adalah menerapkan IMD (Inisiasi Menyusu Dini). Manfaat lain dari keberhasilan menyusui yaitu rangsangan bayi ketika menghisap puting susu ibu dapat mengurangi perdarahan pascasalin melalui kerja oksitosin. Hormon oksitosin yang dikeluarkan pada saat bayi menghisap pusing

susu ibu akan merangsang terjadinya kontraksi uterus. Diharapkan dalam menerapkan proses IMD (Inisiasi Menyusu Dini) dapat menurunkan angka perdarahan pada ibu nifas.

Tetapi kebanyakan tempat pelayanan kesehatan belum berhasil menerapkan IMD (Inisiasi Menyusu Dini) saat persalinan sedangkan IMD merupakan masa-masa belajar menyusu dalam satu jam pertama hidup bayi diluar kandungan.

Adapun hasil penelitian yang dilakukan oleh Ratna dewi masitoh pada tahun 2013 tentang Pengaruh Inisiasi Menyusu Dini (IMD) terhadap perdarahan post partum dengan hasil bahwa 22 orang responden yang diberikan IMD, seluruhnya tidak mengalami perdarahan. Sedangkan 22 responden yang tidak diberikan IMD, 7 orang responden mengalami perdarahan post partum.

Penelitian lain yang dilakukan oleh Lestariningsih pada tahun 2012, didapatkan hasil bahwa Penurunan kadar hemoglobin ibu pada kelompok IMD adalah 0,157 g/dL sedangkan pada kelompok yang tidak IMD mencapai 0,751 g/dL (p<0,05).

Berbagai penelitian lain menunjukkan hasil bahwa IMD memiliki banyak dampak positif bagi ibu maupun bayinya. Oleh karena itu, Pemerintah mengeluarkan kebijakan pada Lampiran Keputusan Menteri Kesehatan RI No.450/Menkes/SK/IV/2004 tentang pemberian ASI secara eksklusif pada bayi, dijelaskan sepuluh Langkah Menuju Keberhasilan Menyusui (LMKM) untuk membantu ibu mulai menyusui bayinya dalam 30 menit setelah melahirkan, yang dilakukan di Ruang Bersalin. Pada bagian kedua pasal 9, Peraturan Pemerintah RI No.33 tahun 2012 tentang Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif dinyatakan bahwa; (1) tenaga kesehatan dan penyelenggara fasilitas pelayanan kesehatan wajib melakukan Inisiasi Menyusu Dini terhadap bayi yang baru lahir kepada ibunya paling singkat selama satu jam; (2) Inisiasi Menyusu Dini dilakukan dengan cara

(3)

meletakkan bayi secara tengkurap di dada atau perut ibu sehingga kulit bayi melekat pada kulit ibu. Adapun Peraturan dari Gubernur Nusa Tenggara Barat No.9 tahun 2012 tentang Pemberian ASI Esklusif dimana pada bagian kedua pasal 7 (3 ayat) dan pasal 8 (2 ayat) berisi tentang IMD (Inisiasi Menyusu Dini).

Selain IMD, Pemerintah juga mengeluarkan kebijakan tentang Optimalisasi Gizi 1000 HPK (Hari Pertama Kehidupan) dimana dimulai sejak 270 hari pada masa kehamilan (Trimester I) hingga 730 hari setelah lahir (usia anak mencapai 2 tahun) sehingga proses IMD termasuk dalam program 1000 HPK.

Selama minggu-minggu terakhir kehamilan kadar fibrinogen dan plasma serta faktor-faktor pembekuan darah meningkat. Pada hari pertama postpartum, kadar fibrinogen dan plasma akan sedikit menurun tetapi darah lebih mengental dengan peningkatan viskositas sehingga meningkatkan faktor pembekuan darah. Jumlah hemoglobin, hematokrit dan eritrosit akan sangat bervariasi pada awal postpartum sebagai akibat dari volume darah, volume plasenta dan tingkat volume darah yang berubah-ubah. Kadar Hemoglobin normal pada ibu nifas yaitu 11 gr/dl.

Penyebab secara langsung perdarahan pascasalin yang dapat mempengaruhi kadar hemoglobin antara lain yaitu atonia uteri, robekan jalan lahir, retensio plasenta maupun gangguan pembekuan darah. Sehingga diharapkan dengan melakukan upaya Inisiasi Menyusu Dini (IMD), dapat mengurangi perdarahan pada ibu nifas yang diharapkan dapat mengurangi AKI (Angka Kematian Ibu).

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang Pengaruh IMD (Inisiasi Menyusu Dini) terhadap kadar Hemoglobin Ibu Nifas di wilayah kerja UPT BLUD Puskesmas Meninting, Kecamatan Batu layar, Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat pada tahun 2017.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian Pre Experimental dengan pendekatan One Group Pretest-Posttest. Rancangan ini tidak ada kelompok pembanding (kontrol), tetapi telah dilakukan observasi pertama (pretest) sebelum diberikan intervensi yang memungkinkan menguji perubahan-perubahan yang terjadi.

Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu dengan persalinan normal dan melakukan IMD (Inisiasi Menyusu Dini) yang ada di wilayah kerja UPT BLUD Puskesmas Meninting pada bulan April-Juni 2017 dengan sampel penelitian yaitu sebagian ibu dengan persalinan normal dan melakukan IMD (Inisiasi Menyusu Dini) di wilayah kerja UPT BLUD Puskesmas Meninting pada bulan April-Juni 2017. Jumlah sampel dalam penelitian ini menggunakan sampel minimum sebanyak 30 sampel. Pengambilan sampel pada penelitian ini dilakukan dengan non probability sampling yaitu purposive sampling yang merupakan pengambilan sampel didasarkan pada pertimbangan peneliti sendiri.

Variabel Independen (bebas) pada penelitian ini yaitu IMD (Inisiasi Menyusu Dini) dengan variabel Dependen (terikat) yaitu Kadar hemoglobin. Selain itu dikumpulkan pula variabel tentang karakteristik ibu (umur, pendidikan, pekerjaan, paritas dan berat badan lahir bayi).

Analisis data menggunakan analisis Univariate dan Bivariate. Analisis Univariate untuk mendeskripsikan karakteristik masing-masing variabel yang diteliti sedangkan analisis Bivariate untuk membuktikan hipotesa yang telah dirumuskan.

(4)

Volume 11, No. 12 Desember 2017 http://www.lpsdimataram.com

HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel 1 Distribusi Responden Menurut Umur, Tingkat pendidikan, Jenis pekerjaan, Paritas, dan Berat Badan Lahir Bayi Di Wilayah Kerja Puskesmas Meninting Tahun 2017.

Karakteristik Responden N % Umur (tahun) <20 tahun 20-35 tahun >35 tahun 1 27 2 3,33 90 6,67 Pendidikan Tidak sekolah Tidak Tamat SD Tamat SD Tamat SMP Tamat SMA Perguruan Tinggi 2 0 7 8 13 0 6,66 0 23,34 26,66 43,34 0 Jenis Pekerjaan Petani Buruh Wiraswasta Swasta PNS Lain-lain/tidak bekerja 0 0 1 2 0 27 0 0 3,34 6,66 0 90 Paritas Primigravida Multigravida 7 22 23,33 73,33 3,34 Grande multigravida 1 Berat Badan Lahir Bayi <2500 gram 2500-3500 gram >3500 gram 0 29 1 0 96,66 3,34 Tabel 1 menunjukkan karakteristik responden yang meliputi : umur, pendidikan, pekerjaan, paritas dan berat badan lahir bayi. Berdasarkan data tersebut didapatkan bahwa sebagian besar responden berumur 20-35 tahun yaitu sebesar 90% dan sebagian kecil responden berumur <20 tahun yaitu sebesar 3,33%.

Hasil dari tingkat pendidikan responden, didapatkan bahwa sebagian besar responden berpendidikan terakhir SMA yaitu sebesar 43,34% dan sebagian kecil tidak mendapatkan pendidikan di bangku sekolah yaitu sebesar 6,66%.

Hasil dari jenis pekerjaan responden, didapatkan bahwa sebagian besar responden tidak bekerja atau sebagai ibu rumah tangga yaitu sebesar 90% serta sebagian kecil sebagai wiraswasta yaitu sebesar 3,34%.

Hasil dari paritas responden, didapatkan bahwa sebagian besar responden sebagai multigravida yaitu sebesar 73,33% dan sebagian kecil sebagai grande multigravida yaitu sebesar 3,34%.

Hasil dari berat badan lahir bayi didapatkan bahwa sebagian besar responden memiliki bayi baru lahir dengan berat badan normal yaitu sekitar 2500-3500 gram sebanyak 96,66% dan sebagian kecil memiliki bayi dengan berat badan lahir >3500 gram yaitu sebesar 3,34%.

(5)

Tabel 2 Kadar Hemoglobin ibu Sebelum IMD (Kala I Maupun Kala II Persalinan) Di Wilayah Kerja Puskesmas Meninting Tahun 2017.

Tabel 2 menunjukkan bahwa rata-rata kadar Hemoglobin ibu sebelum melakukan IMD (Inisiasi Menyusu Dini) yaitu 11,163 gr/dl dengan nilai kadar hemoglobin tertinggi yaitu 13,2 gr/dl dan kadar hemoglobin terendah yaitu 9,4 gr/dl dengan standard deviation bernilai 0,9579. Dari hasil estimasi interval, disimpulkan bahwa 95% didapatkan bahwa rata-rata kadar hemoglobin ibu sebelum melakukan IMD (Inisiasi Menyusu Dini) diantara 10,806 gr/dl sampai dengan 11,521 gr/dl.

Tabel 3 Kadar Hemoglobin Ibu Sesudah IMD (24 jam Masa Nifas) di Wilayah Kerja Puskesmas Meninting tahun 2017

Kadar Hb Mean Min Max SD 95% CI Lower Upper Sesudah IMD 10,997 9,2 13,0 0,9939 10,626 11,368 Tabel 3 menunjukkan bahwa rata-rata kadar hemoglobin ibu setelah melakukan IMD (Inisiasi Menyusu Dini) yaitu 10,997 gr/dl dengan kadar hemoglobin tertinggi yaitu 13,0 gr/dl dan kadar hemoglobin terendah yaitu 9,2 gr/dl dengan standard deviation bernilai 0,9939. Dari hasil estimasi interval, disimpulkan bahwa 95% didapatkan bahwa rata-rata kadar hemoglobin ibu setelah melakukan IMD (Inisiasi Menyusu Dini)

diantara 10,626 gr/dl sampai dengan 11,368 gr/dl.

Tabel 4 Penurunan Kadar Hemoglobin di Wilayah Kerja Puskesmas Meninting tahun 2017

Pada Tabel 4 menunjukkan bahwa rata-rata penurunan kadar hemoglobin ibu setelah melakukan IMD (Inisiasi Menyusu Dini) yaitu 0,150 gr/dl dengan penurunan terendah yaitu 0.0 gr/dl dan penurunan tertinggi yaitu 0.4 gr/dl dengan standard deviation bernilai 0,0938 gr/dl.

Tabel 5 Penurunan Kadar Hemoglobin pada Ibu Nifas dengan Bayi yang Berhasil dan Tidak Berhasil Menghisap Puting Susu Ibunya saat Pelaksanaan IMD (Inisiasi Menyusu Dini) di Wilayah Kerja Puskesmas Meninting tahun 2017 Variabel N Min- max Mean SD Bayi yang berhasil menghisap 5 0,0 0,2 0,120 0,10 95 Bayi yang tidak berhasil menghisap 2 5 0,0 0,4 0,176 0,09 26 Pada Tabel 5 menunjukkan bahwa pada ibu nifas yang bayinya berhasil menghisap puting susu pada saat IMD (Inisiasi Menyusu Dini) dengan hasil penurunan hemoglobin terendah yaitu 0.0 gr/dl dan penurunan kadar hemoglobin tertinggi yaitu 0.2 gr/dl dengan rata-rata penurunan 0,120 gr/dl dan standard deviation bernilai 0,1095 gr/dl. Sedangkan pada ibu nifas yang bayinya tidak berhasil menghisap puting susu pada saat IMD (Inisiasi Menyusu Dini) dengan hasil penurunan

(6)

Volume 11, No. 12 Desember 2017 http://www.lpsdimataram.com

hemoglobin terendah yaitu 0.0 gr/dl dan penurunan kadar hemoglobin tertinggi yaitu 0.4 gr/dl dengan rata-rata penurunan 0,176 gr/dl dan standard deviation bernilai 0,096 gr/dl. Tabel 6 Pengaruh IMD terhadap Kadar Hemoglobin pada Ibu Nifas di Wilayah Kerja Puskesmas Meninting tahun 2017

Tabel 6 menunjukkan bahwa hasil rata-rata kadar hemoglobin ibu sebelum IMD (Inisiasi Menyusu Dini) adalah 11,163 gr/dl, nilai standard deviation adalah 0,957 gr/dl dan dengan standar error adalah 0,174. Pada ibu setelah melakukan IMD (Inisiasi Menyusu Dini), rata-rata kadar hemoglobinnya adalah 10,997 gr/dl, nilai standard deviation adalah 0,993 gr/dl dengan standar error 0,181. Hasil uji statistik didapatkan nilai p = 0,000 atau p <

α=0,05 yang berarti terdapat pengaruh IMD (Inisiasi Menyusu Dini) terhadap kadar hemoglobin pada ibu nifas di wilayah kerja Puskesmas Meninting tahun 2017.

Diskusi

Penelitian yang dilakukan pada 30 responden yang semua melewati tahap IMD (Inisiasi Menyusu Dini). Semua bayi melaksanakan IMD (Inisiasi Menyusu Dini) dengan berhasil (100%). Penelitian ini dibantu oleh Bidan yang mengarahkan pasien dalam pelaksanaan IMD (Inisiasi Menyusu Dini) serta responden yang kooperatif. Dari 30 responden tersebut, 15 ressponden mengalami anemia dan 15 responden lainnya tidak mengalami anemia. Pada penelitian ini didapatkan rata-rata kadar Hemoglobin ibu sebelum melakukan IMD (Inisiasi Menyusu Dini) yaitu 11,163 gr/dl dengan nilai kadar hemoglobin tertinggi yaitu 13,2 gr/dl dan kadar hemoglobin terendah yaitu

9,4 gr/dl dengan standard deviation bernilai 0,9579. Sedangkan rata-rata kadar hemoglobin ibu setelah melakukan IMD (Inisiasi Menyusu Dini) yaitu 10,997 gr/dl dengan kadar hemoglobin tertinggi yaitu 13,0 gr/dl dan kadar hemoglobin terendah yaitu 9,2 gr/dl

Untuk penurunan kadar hemoglobin setelah melewati tahap IMD (Inisiasi Menyusu Dini) didapatkan rata-rata 0,150 gr/dl dengan penurunan terendah yaitu 0.0 gr/dl dan penurunan tertinggi yaitu 0.4 gr/dl. Nilai CI (95%) dengan standard deviation bernilai 0,0938.

Hal ini sesuai dengan penelitian Lestariningsih (2012), menunjukkan hasil bahwa ada hubungan antara IMD (Inisiasi Menyusu Dini) terhadap penurunan kadar hemoglobin pada ibu nifas sehingga tidak terjadi perdarahan. Penelitian tersebut mendapatkan hasil bahwa Penurunan kadar hemoglobin ibu pada kelompok IMD adalah 0,157 g/dL sedangkan pada kelompok yang tidak IMD mencapai 0,751 g/dL (p<0,05).

Dari beberapa responden yang melakukan IMD, terdapat 5 orang responden (16,6%) yang bayinya berhasil menghisap puting susu pada saat melakukan IMD dengan waktu menghisap terlama yaitu 3 menit 5 detik dan waktu terpendek yaitu 18 detik. Kemudian dari 5 responden yang bayinya berhasil menghisap puting susu didapatkan rata-rata penurunan kadar hemoglobinnya yaitu 0,120 gr/dl sedangkan penurunan kadar hemoglobin pada ibu yang bayinya tidak berhasil menghisap puting susu yaitu 0,176 gr/dl sehingga dapat disimpulkan bahwa ibu nifas dengan bayi yang berhasil menghisap pada saat IMD (Inisiasi Menyusu Dini) memiliki penurunan kadar hemoglobin lebih rendah dibandingkan dengan ibu nifas yang bayinya tidak berhasil menghisap.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Farida Dwicahyaning (2013) dengan hasil bahwa perdarahan antara ibu yang anemia lebih banyak bila dibandingkan dengan ibu yang

Pengaruh IMD terhadap kadar Hb Ibu Nifas n Mean SD SE p value Pretest 30 11,163 0,957 0,174 0,000 Posttest 30 10,997 0,993 0,181

(7)

tidak anemia. Hasil ini juga seiring dengan penelitian yang dilakukan Diana Handaria (2011) yang menunjukkan ada pengaruh anemia pada ibu hamil dengan kejadian perdarahan post partum di RSUD Tugurejo Semarang. Dari penelitian-penelitian tersebut semakin menunjukkan bahwa memang ada hubungan antara kadar Hb dengan perdarahan post partum. Di mana pada anemia jumlah efektif sel darah merah berkurang. Hal ini mempengaruhi jumlah kadar Hb dalam darah. Kurangnya Hb menyebabkan jumlah oksigen yang diikat dalam darah juga sedikit sehingga mengurangi jumlah pengiriman oksigen dan cakupan nutrisi ke uterus. Karena hal ini maka jumlah perdarahan post patum akan lebih banyak sehingga risiko ibu mengalami perdarahan post partum lebih besar pada ibu yang mengalami anemia. Dari hasil tersebut maka dilakukan intervensi berupa pemberian tablet tambah darah pada ibu nifas dalam mengurangi komplikasi akibat anemia.

Kemudian dari hasil penelitian ini, maka dilakukan analisis pengaruh IMD (Inisiasi Menyusu Dini) terhadap kadar hemoglobin pada ibu nifas. Berdasarkan hasil uji statistic menunjukkan bahwa (ρ=0.000) atau p <

α=0.05, sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh IMD (Inisiasi Menyusu Dini) terhadap kadar hemoglobin pada ibu nifas di wilayah kerja UPT BLUD Puskesmas Meninting tahun 2017. Hasil penelitian ini diperkuat oleh penelitian dari Ratna Dewi Masitoh pada tahun 2013 dengan hasil bahwa 22 responden yang menjalani intervensi / IMD tidak mengalami perdarahan seluruhnya sedangkan 7 dari 22 responden sebagai kontrol mengalami perdarahan.

Penelitian ini juga didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Rasha Mohamed (2015) dengan hasil bahwa ibu yang melalui tahap kontak kulit dengan bayinya pasca persalinan, akan mengalami durasi lebih pendek pada Kala III persalinan, kontraksi uterus lebih baik serta proses pelepasan

plasenta lebih cepat sehingga mengurangi kejadian atonia uteri maupun kehilangan darah yang berlebihan. Dari 50 responden dalam penelitian, semua responden melewati tahapan IMD (Inisiasi Menyusu Dini) dengan hasil 50 responden (100%) memiliki kontraksi yang baik segera setelah persalinan.

IMD (Inisiasi Menyusu Dini) yang dilakukan tersebut sangat bermanfaat bagi ibu maupun bayinya karena dengan IMD dapat mencegah terjadinya hipotermi pada bayi karena adanya bounding attachment serta dengan gerakan bayi diatas perut ibu maupun hisapannya dapat merangsang kontraksi sehingga proses involusio uteri dapat terjadi secara normal sehingga tidak terjadi perdarahan pada ibu yang menyebabkan kadar hemoglobin tidak menurun secara drastis dan dapat diminimalkan. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Himani (2011) dengan hasil bahwa IMD (Inisisi Menyusu Dini) dalam 1 jam persalinan akan meningkatkan ikatan kasih-sayang antara ibu dan bayi.

Pada ibu nifas yang melewati tahap IMD (Inisiasi Menyusu Dini) baik pada ibu yang anemia maupun yang tidak mengalami anemia dengan jumlah responden sebanyak 30 orang tidak ada yang mengalami kejadian perdarahan. Sehingga IMD (Inisiasi Menyusu Dini) sangat bermanfaat dalam proses persalinan.

Simpulan

IMD (Inisiasi Menyusu Dini) terbukti memiliki pengaruh terhadap kadar hemoglobin pada ibu nifas sehingga perdarahan pada ibu nifas maupun hipotermi pada bayi dapat diminimalisir.

DAFTAR PUSTAKA

[1] WHO. 2014. Angka Kematian ibu. Diperoleh dari http://theprakarsa.org. Diakses tanggal 17 April 2015.

(8)

Volume 11, No. 12 Desember 2017 http://www.lpsdimataram.com

[2] Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia. 2012. Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional.

[3] Riyadi. 2008. Analisa bahan makanan dan pertanian. Leberty. Yogyakarta

[4] Nusa Tenggara Barat dalam angka. 2015. Badan Pusat Statistik Nusa Tenggara Barat.

[5] Dinas Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Barat. 2012 dapat diakses pada www.dikes.ntbprov.go.id

[6] Lombok Barat Dalam Angka. 2015

[7] Maryunani, Anik. 2011. Asuhan pada Ibu dalam masa nifas (postpartum). TIM. Jakarta.

[8] Ratna Dewi Masitoh. 2013. Pengaruh Inisiasi Menyusu Dini terhadap perdarahan post partum di RSIA BUNDA ARIF. Tesis

[9] Lestariningsih . 2012. Pengaruh Inisiasi Menyusu Dini terhadap kadar hemoglobin. Tesis. Yogyakarta. Universitas Respati Yogyakarta.

[10] Keputusan menteri kesehatan republik Indonesia nomor 450/Menkes/sk/IV /2004 Tentang pemberian air susu ibu (ASI) Secara eksklusif pada bayi Di indonesia. [11] Peraturan Pemerintah RI No.33 tahun 2012

tentang Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif. [12] Peraturan Gubernur Nusa Tenggara Barat nomor 9 tahun 2012 tentang pemberian Air Susu Ibu Eksklusif.

[13] Anggraini, Yetti. 2010. Asuhan Kebidanan masa nifas. Pustaka Rihana. Yogyakarta. [14] Proverawati, Atikah. 2011. Anemia dan

Anemia pada kehamilan. Nuha Medika : Yogyakarta.

[15] Handaria, Diana dan Novitasari, Andra. 2011. Perdarahan Post Partum akibat anemia pada ibu hamil di RSUD Tugurejo Semarang. (Skripsi). Semarang. Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiah Semarang.

[16] Mohamed Esha, Rasha., Ismail, Nemat dan Ismail, Abdel Aziz. 2015. Effect of Early

maternal/newborn skin-to-skin contact after birth on the duration of third stage of labor and Initiation of Breastfeeding. Journal of Nursing Educational volume 5 No.4 : Hal.98-107.

Gambar

Tabel  2  menunjukkan  bahwa  rata-rata  kadar  Hemoglobin  ibu  sebelum  melakukan  IMD (Inisiasi Menyusu Dini) yaitu 11,163 gr/dl  dengan  nilai  kadar  hemoglobin  tertinggi  yaitu  13,2 gr/dl dan kadar hemoglobin terendah yaitu  9,4  gr/dl  dengan  sta

Referensi

Dokumen terkait

Dalam proses tranformasi, terkait dengan terwujudnya implementasi kebijakan Perum Perhutani yang maksimal melalui komunikasi dan interaksi antarinstitusi yang terkait dengan

- Peserta diperbolehkan membawa altam tetapi panitia tidak menjamin kemanan altam tersebut dan tidak diperbolehkan untuk dititipkan pada panitia.. - Peserta diperbolehkan

nanosfer dibuat dengan mereaksikan sejumlah tertentu HSA-nanosfer (yang mempunyai serapan A=0,6 pada λ = 202 nm) dengan larutan Sn-pirofosfat dengan perbandingan molar

Menurut Hasugian (2009, 81) Hal penting yang dapat kita tangkap dari uraian di atas adalah, perpustakaan khusus terbatas dalam keanekaragaman koleksi yaitu hanya menyediakan

Pada pengujian hipotesis untuk model regresi, derajat bebas ditentukan dengan rumus n – k. t hitung dari variabel bebas disiplin kerja sebesar 0,750 yang lebih

Contoh Pada sub-bab sebelumnya telah dijelaskan mengenai ketiga tipe tata ruang desa tradisional di Nias Selatan. Berdasarkan penjelasan yang dipaparkan, terdapat perbedaan

Bappeda sebagai pihak dari Pemerintah Kota Semarang dan koordinator utama kebijakaan program Gerdu Kempling ini menyatakan bahwa salah satu kendala yang dihadapi

Activity diagram mengelola data surat masuk dan surat keluar merupakan aktivitas pengelolaan data yang dilakukan oleh user sekretaris lab. Aktivitas kelola data surat