• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBEDAAN TINGKAT KEMANDIRIAN PERSONAL HYGIENE PADA LANSIA LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN DI UNIT REHABILITASI SOSIAL PUCANG GADING SEMARANG.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERBEDAAN TINGKAT KEMANDIRIAN PERSONAL HYGIENE PADA LANSIA LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN DI UNIT REHABILITASI SOSIAL PUCANG GADING SEMARANG."

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

PERBEDAAN TINGKAT KEMANDIRIAN PERSONAL HYGIENE PADA LANSIA LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN DI UNIT REHABILITASI

SOSIAL PUCANG GADING SEMARANG

Manuscript

Oleh

Hidayatul Fitriani Kusumaningrum G2A008058

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMMADIYAH SEMARANG

(2)

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Manuscript dengan judul

PERBEDAAN TINGKAT KEMANDIRIAN PERSONAL HYGIENE PADA LANSIA LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN DI UNIT REHABILITASI

SOSIAL PUCANG GADING SEMARANG

Telah diperiksa dan disetujui untuk dipublikasikan

Semarang, Agustus 2012

Pembimbing I

Ns. M. Fatkhul Mubin, M.Kep, Sp.jiwa

Pembimbing II

(3)

PERBEDAAN TINGKAT KEMANDIRIAN PERSONAL HYGIENE PADA LANSIA LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN DI UNIT REHABILITASI SOSIAL PUCANG GADING SEMARANG

Hidayatul Fitriani Kusumaningrum1, Ns. M. Fatkhul Mubin, M.Kep, Sp.jiwa2, Sayono, SKM, M.Kes3

ABSTRAK

Proses menua menurunkan fungsi berbagai organ tubuh sehingga masalah kesehatan sering terjadi dalam satu waktu. Penyakit pada usia lanjut dapat menurunkan status fungsional atau kemandirian. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan tingkat kemandirian personal hygiene pada lansia laki-laki dan perempuan di Unit Rehabilitasi Sosial Pucang Gading Semarang. Metode penelitian menggunakan rancangan deskriptif comparative. Analisis data menggunakan teknik analisis Uji fisher’s exact. Populasi penelitian adalah lansia yang berusia 60-74 tahun dengan kemandirian penuh dan ketergantungan sebagian di Unit Rehabilitasi Sosial pucang Gading Semarang. Penelitian ini menggunakan metode sampel total dengan jumlah sampel sebanyak 36 lansia. Hasil penelitian menunjukkan tingkat kemandirian

personal hygiene pada lansia perempuan cenderung lebih tinggi daripada lansia

laki-laki, yakni ketergantungan sebagian (30,0%) dan tidak ketergantungan (70%). Lansia lak-laki ketergantungan sebagian (68,8%) dan tidak ketergantungan (31,2%). Kemandirian lansia yang ada di Panti Wredha sebagian menduduki posisi mandiri. Lansia dapat melakukan aktivitas sehari-hari tanpa meminta bantuan orang lain atau sedikit mungkin tergantung pada orang lain. Bagi tenaga kesehatan diharapkan memberikan penyuluhan dalam memberikan konseling tentang keperawatan lansia khususnya tentang tingkat kemandirian personal hygiene pada lansia yang ada di Panti Wredha. Bagi peneliti lain dapat meneliti dengan sampel yang lebih luas dan menambah variabel lain seperti citra tubuh, praktik sosial, status sosial ekonomi, pengetahuan, kebiasaan seseorang dan kondisi fisik.

Kata kunci : personal hygiene, kemandirian, lansia

ABSTRACT

The process of aging reduce the function of the various organs of the body so that health problems often occur at a time. Disease in the elderly lower functional status or independence. Elderly improve health with a healthy way of life. The purpose of this study was to determine the differences in the level of independence of personal hygiene in elderly men and women at the Social Rehabilitation Pucang Gading Unit

(4)

Semarang. The research method used comparative descriptive design. Analysis of data using analytical techniques fisher's exact test. The study population was elderly aged 60-74 years with full independence and reliance in part on the Social Rehabilitation Pucang Gading Unit Semarang. This study uses the total sample with a total sample of 36 elderly. The results showed the level of personal hygiene independence in elderly women tend to be higher than elderly men, the dependence of most (30.0%) and dependence (70%). Elderly men in partial dependence (68.8%) and dependence (31.2%). The independence of the elderly in nursing homes partly independent position. Elderly can perform everyday activities without the help of another person or a few may be dependent on others. For health workers are expected to provide counseling in the counseling of nursing the elderly in particular about the level of independence of the personal hygiene of the elderly in nursing homes. For other researchers to examine a broader sample and adding other variables such as body image, social practices, socioeconomic status, knowledge, habits and physical condition of the person.

Keywords : personal hygiene, independence, elders

PENDAHULUAN

Masa lansia adalah masa perkembangan terakhir dalam hidup manusia. Dikatakan sebagai perkembangan terakhir, karena ada sebagian anggapan bahwa perkembangan manusia berakhir setelah manusia menjadi dewasa (Prawitasari, 1994). Pada saat manusia berkembang, terjadi beberapa perubahan yang ditandai dengan kondisi-kondisi khas yang menyertainya. Beberapa kondisi-kondisi khas yang menyebabkan perubahan pada lansia, diantaranya adalah tumbuh uban, kulit yang mulai keriput, penurunan berat badan, tanggalnya gigi sehingga mengalami kesulitan makan. Selain itu juga muncul perubahan yang menyangkut kehidupan psikologis lansia, seperti perasaan tersisih, tidak dibutuhkan lagi, ketidakikhlasan menerima kenyataan baru, misalnya penyakit yang tidak kunjung sembuh atau kematian pada pasangan. Hal ini didukung oleh pernyataan Hurlock (1999) yang juga menjelaskan dua perubahan lain yang harus dihadapi lansia, yaitu perubahan sosial dan perubahan ekonomi. Perubahan sosial meliputi perubahan peran dan meninggalnya pasangan atau teman-teman. Perubahan ekonomi menyangkut ketergantungan secara finansial pada uang

(5)

pensiun dan penggunaan waktu luang sebagai seorang pensiunan (dalam Puspita Sari, 2002).

Berdasarkan data yang ada menunjukkan jumlah penduduk lansia (usia 50 tahun keatas) tahun 2003 sebanyak 16,1 juta jiwa dan pada tahun 2004 sebanyak 17,7 juta dan diestimasikan pada 2020 jumlah lansia Indonesia sekitar 35 juta jiwa. Dari 17,7 juta jiwa penduduk lansia saat ini, sekitar 3 juta orang diantaranya telantar ditandai mereka tergolong miskin dan tidak memiliki anggota keluarga dan 4,6 juta jiwa lansia diantaranya rawan terlantar yakni tergolong miskin, tetapi masih memiliki keluarga. Harapan hidup penduduk Indonesia mengalami peningkatan jumlah dan proporsi pada 1980 (Darmojo, 2006).

Di masa datang jumlah lansia di Indonesia semakin bertambah. Tahun 1990 jumlah lansia 6,3 persen (11,3 juta orang), pada tahun 2015 jumlah lansia diperkirakan mencapai 24,5 juta orang dan akan melewati jumlah balita yang ada pada saat itu diperkirakan mencapai 18,8 juta orang. Laporan Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDK) tahun 1995 jumlah lansia 60 tahun keatas sebesar 7,5 % atau 15 juta jiwa dibandingkan tahun 1986 sebesar 5,3 % atau 9,5 juta jiwa (Survey Kesehatan Rumah Tangga /SKRT tahun 1986) (Pudjiastuti, 2003).

Secara Demografi, menurut sensus penduduk pada tahun 1980 di Indonesia jumlah penduduk 147,3 juta jiwa. Dari angka tersebut 16,3 juta jiwa (11%) orang yang berusia 50 tahun keatas, dan ± 6,3 juta jiwa (4,3%) berusia 60 tahun keatas. Dari 6,3 juta jiwa terdapat 822.831 (13,06%) orang tergolong jompo, yaitu para lanjut usia yang memerlukan bantuan dalam kehidupan sehari-hari sesuai undang-undang bahkan mereka harus dipelihara oleh negara (Nugroho, 2000).

Secara individu, pada usia di atas 55 tahun terjadi proses penuaan secara alamiah. Hal ini menimbulkan berbagai masalah baik fisik, mental, sosial, ekonomi dan psikologis,

(6)

kesehatan. Proses menua mengakibatkan berkurangnya fungsi berbagai organ tubuh sehingga sering kali berbagai masalah kesehatan terjadi dalam satu waktu pada saat individu usia lanjut. Selain itu, kondisi akut suatu penyakit akan menguras cadangan faal berbagai organ tubuh yang memang sudah berkurang, akibatnya menurunkan status fungsional atau kemandirian (Nugroho, 2000).

Lansia yang mempunyai tingkat kemandirian tertinggi adalah pasangan lansia yang secara fisik kesehatannya cukup prima. Dari aspek sosial ekonomi dapat dikatakan jika cukup memadai dalam memenuhi segala macam kebutuhan hidup, baik lansia yang memiliki anak maupun yang tidak memiliki anak. Tingginya tingkat kemandirian mereka diantaranya karena lansia telah terbiasa menyelesaikan pekerjaan rumah tangga yang berkaitan dengan pemenuhan hayat hidupnya (Ratna, 2006). Hal ini telah disampaikan Pudjiastuti (2003), bahwa tahap perkembangan kemandirian bisa digambarkan antara lain dapat mengatur kehidupan dan diri mereka sendiri atau melaksanakan tugas tanpa bantuan orang lain dan keluarga.

Untuk mempertahankan dan meningkatkan kesehatan usia lanjut, personal hygiene (kebersihan perorangan) merupakan salah satu faktor dasar karena individu yang mempunyai kebersihan diri yang baik mempunyai risiko yang lebih rendah untuk mendapat penyakit (Setiabudhi, 2002). Peningkatan personal hygiene dan perlindungan terhadap linkungan yang tidak menguntungkan merupakan perlindungan khusus yang dapat mempengaruhi tingkat kesehatan (Dainur, 1995). Perawatan fisik diri sendiri mencakup perawatan kulit, kuku, alat kelamin, rambut, mata, gigi-mulut, telinga dan hidung (Setiabudhi, 2002).

Berdasarkan data yang diperoleh dari Unit Rehabilitasi Sosial Pucang Gading Semarang didapatkan data sebagai berikut, jumlah keseluruhan lansia terdapat 115 lansia yang terdiri dari 76 lansia perempuan dan 39 lansia laki-laki. Dalam hal ini peneliti ingin memfokuskan penelitian pada lansia usia 60-74 tahun dengan kategori

(7)

tidak ketergantungan dan ketergantungan sebagian, yang berjumlah 36 lansia. Berdasarkan survey awal yang dilakukan peneliti ke Unit Rehabilitasi Sosial Pucang Gading Semarang didapatkan data perbedaan kondisi kebersihan tubuh lansia perempuan dan laki-laki. Lansia laki-laki cenderung kebersihannya kurang diperhatikan serta kondisi kebersihan badannya cenderung masih kotor. Hal berbeda terlihat pada lansia wanita dimana kebersihannya cukup bersih, begitupun kondisi badan lansianya. Dari uraian data tersebut diatas peneliti merasa tergerak untuk meneliti perbedaan tingkat kemandirian personal hygiene tersebut.

METODOLOGI

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif comparative. Jenis kelamin sebagai variabel bebas, sedangkan tingkat kemandirian sebagai variabel terikat. Sampel penelitian ini sejumlah 36 orang dengan metode total sampling. Penelitian ini dilakukan di Unit Rehabilitasi sosial Pucang Gading Semarang. Alat pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner. Proses penelitian ini dilakukan pada tanggal 13 Juli sampai dengan tanggal 14 Juli 2012. Data dianalisis dengan menggunakan uji fisher’s exact.

HASIL

Hasil penelitian diperoleh rata-rata umur responden 67 tahun, sedangkan umur terendah responden 60 tahun dan umur tertinggi lansia 74 tahun. Responden perempuan lebih banyak daripada responden laki-laki dengan pendidikan terbanyak adalah SMA. Kemandirian lansia yang ada di panti wredha sebagian besar menduduki posisi mandiri dan sisanya dalam keadaan ketergantungan sebagian. Tingkat kemandirian personal hygiene lansia laki-laki cenderung lebih rendah dibandingkan dengan lansia perempuan. Diperoleh hasil ada perbedaan yang

(8)

signifikan antara tingkat kemandirian personal hygiene pada lansia laki-laki dan perempuan di Unit Rehabilitasi Sosial Pucang Gading Semarang.

Tabel1

Distribusi responden berdasarkan jenis kelamin di Unit Rehabilitasi Sosial Pucang Gading Semarang

Juli 2012 (n = 36)

No Jenis kelamin Jumlah Persentase (%)

1. 2. Laki-laki Perempuan 16 20 44.4 55.6 Jumlah 36 100 Tabel 2

Distribusi responden berdasarkan tingkat pendidikan di Unit Rehabilitasi Sosial Pucang Gading Semarang

Juli 2012 (n = 36)

No Tingkat pendidikan Jumlah Persentase (%)

1. 2. 3. 4. 5. 6. Tdk sekolah Tdk tamat SD SD SMP SMA PT 9 5 5 4 11 2 25.0 13.9 13.9 11.1 30.6 5.6 Jumlah 36 100

(9)

Tabel 3

Distribusi responden berdasarkan tingkat kemandirian personal hygiene di Unit Rehabilitasi Sosial Pucang Gading Semarang

Juli 2012 (n = 36)

No Kemandirian Jumlah Persentase (%)

1. 2. Ketergantungan sebagian Tidak ketergantungan 17 19 47.2 52.8 Jumlah 36 100 Tabel 4

Perbedaan tingkat kemandirian personal hygiene pada lansia laki-laki dan perempuan di Unit Rehabilitasi Sosial Pucang Gading Semarang

Juli 2012 (n=36)

Jenis kelamin Tingkat kemandirian p-value

Ketergantungan sebagian Tidak ketergantungan (mandiri)

jumlah % jumlah %

Laki-laki 11 68,8% 5 31,2% 0,042

Perempuan 6 30,0% 14 70,0%

PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap 36 orang lansia (60-74 tahun) diperoleh responden yang paling banyak berusia 74 tahun. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perbedaan umur mempunyai hubungan yang bermakna terhadap tingkat kemandirian personal hygiene pada lansia, dimana semakin meningkatnya

(10)

usia maka semakin berkurangnya kemampuan lansia dalam beraktifitas sehari-hari. Lansia dikatakan mandiri jika kondisi kesehatannya dalam keadaan baik.

Hasil penelitian ini sesuai dengan pendapat Komisi Nasional Lanjut Usia (2005) dan Papalia (2008) dengan meningkatnya usia maka secara alamiah akan terjadi penurunan kemampuan fungsi untuk merawat diri sendiri maupun berinteraksi dengan masyarakat sekitarnya dan akan semakin bergantung pada orang lain. Umur juga mempunyai hubungan dengan besarnya resiko terhadap penyakit tertentu. Menurut Tarwoto (2004), dampak yang akan timbul jika kurangnya personal hygiene adalah gangguan integritas kulit, gangguan membran mukosa mulut, infeksi pada mata dan telinga, serta gangguan kebutuhan rasa nyaman.

Dari hasil penelitian dapat dilihat bahwa responden terbanyak adalah berjenis kelamin perempuan, dibandingkan responden berjenis kelamin laki-laki. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis kelamin mempunyai pengaruh terhadap tingkat kemandirian personal hygiene. Terbukti dengan hasil pengolahan data dari kuesioner yang dipakai sebagai instrument penelitian menunjukkan angka kemandirian personal hygiene lansia laki-laki lebih rendah daripada lansia perempuan, dikarenakan pada saat penelitian lansia perempuan lebih banyak daripada lansia laki-laki.

Hal ini sesuai dengan pendapat Darmojo (2004), bahwa terdapat hubungan antara jenis kelamin dengan tingkat kemandirian lansia. Lansia laki-laki memiliki tingkat ketergantungan lebih besar dibandingkan wanita, dan ini akan terus meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Kebanyakan responden laki-laki yang tidak mandiri terjadi karena responden laki-laki yang tidak terbiasa dengan pekerjaan rumah. Hal ini dipengaruhi oleh tradisi daerah setempat, dimana laki-laki hanya bertugas mencari uang sedangkan untuk pekerjaan yang menyangkut mengurus rumah dan keluarga adalah tanggung jawab istri sebagai ibu rumah tangga.

(11)

Hasil penelitian di Unit Rehabilitasi Sosial Pucang Gading menunjukkan bahwa tingkat kemandirian personal hygiene pada lansia yang tamat SMA cenderung lebih tinggi dari pada lansia yang tidak sekolah. Tingkat pendidikan erat kaitannya dengan pengetahuan, semakin baik pengetahuan seseorang tentang personal hygiene maka akan baik pula kesadaran serta pengelolaan orang tersebut terhadap diri dan lingkungannya. Untuk itu pengetahuan merupakan dasar yang harus dimiliki oleh seseorang agar terhindar dari penyakit yang disebabkan karena kurangnya personal

hygiene.

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pendidikan seseorang mempunyai pengaruh terhadap kemandirian personal hygiene. Hal ini dapat terjadi karena tingkat pendidikan terkait dengan pengetahuan serta informasi yang didapat. Menurut Notoatmodjo (2003), bahwa pendidikan kesehatan dapat meningkatkan pengetahuan seseorang dibandingkan dengan yang belum diberikan pendidikan kesehatan.

Pendidikan kesehatan adalah suatu kegiatan atau usaha menyampaikan pesan kesehatan kepada masyarakat, kelompok atau individu dengan harapan masyarakat, kelompok atau individu dapat memperoleh pengetahuan tentang kesehatan yang lebih baik, dan pada akhirnya pengetahuan tersebut diharapkan dapat berpengaruh terhadap perilaku. Tujuan dari pendidikan kesehatan ini adalah agar masyarakat, kelompok atau individu dapat berperilaku sesuai dengan nilai-nilai kesehatan (Notoatmodjo, 2005).

Berdasarkan hasil penelitian di Unit Rehabilitasi Sosial Pucang Gading Semarang didapatkan hasil lansia yang tidak ketergantungan sebanyak 19 orang (52.8 %), sedangkan lansia yang ketergantungan sebagian berjumlah 17 orang (47.2 %).

(12)

Kemandirian lansia yang ada di Panti Wredha sebagian menduduki posisi mandiri. Lansia dapat melakukan aktivitas sehari-hari tanpa meminta bantuan orang lain atau sedikit mungkin tergantung pada orang lain. Sedangkan lansia yang ketergantungan penuh dia tidak dapat melakukan aktivitas sehari-hari semua dibantu oleh orang lain. Lansia yang ketergantungan penuh secara fisiknya sudah tidak sehat lagi. Bertambah usia juga dapat mempengaruhi kemandirian semakin tua usia lansia seseorang maka tingkat kemandiriannya menurun. Ketergantungan lanjut usia terjadi ketika mereka mengalami menurunnya fungsi luhur / pikun atau mengidap berbagai penyakit, perubahan yang mengarah pada perubahan negatif (Ratna, 2006).

Kemandirian responden dalam melakukan aktivitas sehari-hari dapat diukur dengan menggunakan indeks barthel yang dimodifikasi. Pengukuran meliputi sepuluh kemampuan sebagai berikut : makan, berpindah dari kursi roda ke tempat tidur dan sebaliknya, termasuk duduk ditempat tidur, kebersihan diri, mencuci muka, menyisir, mencukur, dan menggosok gigi, aktivitas di toilet (menyemprot, mengelap), mandi, berjalan di jalan yang datar (jika tidak berjalan, lakukan dengan kursi roda), naik turun tangga, berpakaian termasuk mengenakan sepatu, mengontrol defekasi, mengontrol berkemih (Pudjiastuti, 2003).

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat kemandirian personal hygiene lansia laki-laki cenderung lebih rendah dibandingkan dengan lansia perempuan. Berdasarkan analisa data yang diperoleh menggunakan uji fisher’s exact didapatkan hasil p-value = 0,042 (p-value <0,05). Dapat dilihat dari hasil kuesioner didapatkan perbedaan kemandirian personal hygiene pada lansia perempuan dan lansia laki-laki. Pada lansia perempuan kuesioner terbanyak terdapat pada pertanyaan nomer 5 (saya selalu mencuci pakaian setelah sekali pakai), sedangkan pertanyaan yang paling sedikit terdapat pada nomer 10 (saya terbiasa menggosok gigi 2X sehari tanpa bantuan orang lain). Pada lansia laki-laki kuesioner terbanyak terdapat pada pertanyaan nomer 3 (saya selalu mengeringkan badan setelah mandi), dan pertanyaan

(13)

paling sedikit terdapat pada nomer 11 (saya bisa pergi ke WC sendiri dan cebok sendiri). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara tingkat kemandirian personal hygiene pada lansia laki-laki dan perempuan di Unit Rehabilitasi Sosial Pucang Gading Semarang.

Kebersihan perorangan (personal hygiene) merupakan salah satu upaya peningkatan kesehatan (health promotion). Kebersihan perorangan sangat penting dalam usaha mencegah timbulnya suatu penyakit mengingat penyakit bisa saja timbul bila kebersihan kurang mendapat perhatian. Kebersihan badan, tempat tidur, kebersihan rambut, kuku, gigi dan mulut perlu mendapat perhatian dalam perawatan, karena itu semua akan mempengaruhi kesehatan (Nugroho, 2008). Jenis kelamin mempunyai pengaruh terhadap tingkat kemandirian. Hal ini sesuai dengan pendapat Darmojo (2004), bahwa terdapat hubungan antara jenis kelamin dengan tingkat kemandirian lansia. Lansia laki-laki memiliki tingkat ketergantungan lebih besar dibandingkan wanita, dan ini akan terus meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Hal ini dipengaruhi dimana laki-laki hanya bertugas mencari uang sedangkan untuk pekerjaan yang menyangkut mengurus rumah dan keluarga adalah tanggung jawab istri sebagai ibu rumah tangga.

PENUTUP

Karakteristik lansia di Unit Rehabilitasi Sosial pucang Gading Semarang pada penelitian ini sebagian besar berumur 74 tahun dan jenis kelamin perempuan lebih banyak daripada laki-laki. Sebagian besar tingkat kemandirian personal hygiene lansia di Unit Rehabilitasi Sosial pucang Gading Semarang baik laki-laki maupun perempuan adalah mandiri penuh. Terdapat perbedaan yang signifikan antara tingkat kemandirian personal hygiene lansia laki-laki dan perempuan. Berdasarkan hasil penelitian ini diharapkan petugas Unit Rehabilitasi turut memberikan pendidikan kesehatan kepada lansia agar pengetahuan lansia terhadap kesehatan lebih baik

(14)

sehingga akan meningkatkan kesadaran diri lansia terhadap pentingnya praktek

personal hygiene.

1

Hidayatul Fitriani Kusumaningrum: Mahasiswa Program Studi S1 Keperawatan Fikkes Universitas Muhammadiyah Semarang

2

Ns. M. Fatkhul Mubin, M.Kep, Sp. Jiwa: Dosen Kelompok Keilmuan Keperawatan Jiwa Fakultas Keperawatan dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Semarang

3

Sayono, SKM, M.Kes: Dosen Kelompok Keilmuan Kesehatan Masyarakat Universitas Muhammadiyah Semarang

DAFTAR PUSTAKA

Darmojo RB, Mariono, HH (2004). Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut). Edisi ke-3. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.

Darmojo dan Martono. (2006). Geriatri. Jakarta : Yudistira.

Dainur, 1995. Materi-materi Pokok Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Widya Medika.

Hurlock, E. B. (1999). Psikologi Perkembangan : Suatu Pendekatan Sepanjang

Rentang Kehidupan. Edisi kelima. Jakarta: Erlangga.

Komisi Nasional Lanjut Usia (2005). Pedoman Active Ageing (Penuaan Aktif) Bagi

Pengelola dan Masyarakat. From http :

//www.komnaslansia.or.id/downloads/pedoman active ageing pdf. Diunduh 24 juli 2012.

(15)

Notoatmodjo, S. (2003). Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : PT. Rhineka Cipta.

. (2005). Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Jakarta : PT. Rhineka Cipta

Nugroho, Wahjudi. (2000). Keperawatan Gerontik. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.

(2008). Keperawatan Gerontik dan Geriatrik. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Papalia DE, Old WS, Feldman RD (2008). Human Development (Psikologi perkembangan). Edisi Kesembilan. Jakarta: Kencana Prenada Media.

Pudjiastuti, Sri Surini. (2003). Fisioterapi Pada Lansia. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Puspita Sari, Endah. (2002). Penerimaan Diri Pada lansia Usia Ditinjau Dari

Kematangan Emosi. Jurnal Psikologi No 2, 73-88. Yogyakarta : Universitas

Gajah Mada.

Prawitasari, J. E. (1994). Aspek Sosio-Psikologis Lansia di Indonesia. Buletin

Psikologis, No 1, 27-34.

Setiabudhi, T., 2002. Menuju Bahagia di Usia Lanjut. Jakarta: Pusat Kajian Nasional Masalah Lanjut Usia.

Suhartini, Ratna. (2006). Faktor-faktor Kemandirian Lansia. From http : //www.damandiri.or.id/detail.php?id=340.html. Diunduh 6 januari 2012.

Tarwoto, Wartonah. (2004). Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan.

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mengetahui aliran produk, aliran keuangan, dan aliran informasi pada rantai pasokan kerupuk rambak sapi di Kecamatan Kaliwates Kabupaten Jember,

(1) Pegawai yang dijatuhi hukuman disiplin berupa pemberhentian dengan hormat tidak atas permintaan sendiri sebagai Pegawai Negeri Sipil, apabila pegawai

Pemberian ransum komersial tersubtitusi 10%-30% tepung kulit biji kedelai (TKBK) pada ayam kampung sampai umur 7 minggu dapat meningkatkan performans karkas meliputi

Meski sebagian besar anggota keluarga Bani Ma’shum memiliki modal budaya dan habitus yang sama, yaitu memiliki basis pendidikan agama Islam yaitu santri lulusan

Kelapa Gading Raya No... GOLDEN BOUTIQUE MELAWAI [*4]

Manajemen kelas adalah aktivitas yang dapat dirancang untuk mencapai tujuan dari kegiatan yang dilakukan untuk pengembangan kualitas interaksi antar relasi sosial yang

SNP adalah standar minimal yang ditetapkan pemerintah dalambidang pendidikan yang harus dipenuhi oleh satuan pendidikan dan semua pemangku kepentingan dalam mengelola

Hasil tersebut membuktikan bahwa semakin tinggi kelompok referensi, kualitas produk dan promosi maka pada keputusan pembelian Deterjen Soklin