• Tidak ada hasil yang ditemukan

JURNAL EDUKASI SEBELAS APRIL PENGARUH PERMAINAN TRADISIONAL TUPAI PEMBURU TERHADAP HASIL PEMBELAJARAN ATLETIK LARI ESTAFET

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "JURNAL EDUKASI SEBELAS APRIL PENGARUH PERMAINAN TRADISIONAL TUPAI PEMBURU TERHADAP HASIL PEMBELAJARAN ATLETIK LARI ESTAFET"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

JESA (Jurnal Edukasi Sebelas April) Vol. 1, No. 1 p-ISSN 2548-8988, e-ISSN 2548-8996 ©STKIP Sebelas April Sumedang

1

PENGARUH PERMAINAN TRADISIONAL TUPAI PEMBURU TERHADAP HASIL PEMBELAJARAN ATLETIK LARI ESTAFET

Dadang Budi Hermawan

dadangb79@gmail.com

STKIP Sebelas April Sumedang ABSTRAK

Dengan adanya penelitian ini penulis bermaksud meneliti tentang pengaruh permainan tradisional tupai pemburu dalam lari estafet di kelas X SMK YPSA Sumedang. Penggunaan permainan tradisional tupai pemburu pada lari estafet bertujuan untuk mengetahui pengaruh permainan tradisional tupai pemburu terhadap hasil pembelajaran lari estafet pada siswaKelas X SMK YPSA Sumedang, dan untuk mengetahui besarnya pengaruh permainan tradisional tupai pemburu terhadap hasil pembelajaran lari estafet siswaKelas X SMK YPSA Sumedang. Untuk mengetahui tujuan dapat tercapai atau tidak penulis melakukan penelitian dengan menggunakan metode quasy eksperimen atau eksperimen semu. Populasi yang digunakan adalah siswa kelas X SMK YPSA Sumedang yang dipilih secara rendom yang berjumlah 20 orang siswa. alat yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah tes. Tes yang digunakan dalam rangka mengukur sejauhmana keberhasilan penggunaan permaninan tupai pemburu dalam pembelajaran lari estafet. Mengacu pada hasil pengolahan data dan analisis data dari tes yang di lakukan di SMK YPSA Sumedang dapat ditarik kesimpulan dari hasil penelitian ini, yaitu terdapat pengaruh yang signifikan dari permainan tradisional tupai pemburu terhadap hasil pembelajaran siswa. Hal tersebut diatas dibuktikan dengan pengujian hipotesis dengan membandingkan nilai kemampuan peningkatan kecepatan lari 4 x 50 meter untuk siswa kelas X Ma’arif 2 sumedangdengan hasil rata-rata pada tes awal sebesar 0,1355 dengan simpangan baku 3,162 terjadi peningkatan pada tes akhir menjadi rata – rata sebesar 76,2 dengan simpangan baku 3,45. Pada hasil perhitungan normalitas yaitu pada tes awal = 0.357 dan tes akhir = 0.1355. Dari hasil pengujian tersebut diperoleh bahwa thitung (2.840) yang lebih besar dari ttabel pada tingkat

kepercayaan atau tarif signifikansi α = 0,05 dengan dk(n – 1) 4, harga t (2,1318) dari daftar

distribusi t diperoleh 0,872. kriteria pengujian adalah, tolak Ho jika t > t1-α maka t hitung berada

pada daerah penolakan, jadi Ho ditolak.

Kata Kunci: Permainan Tradisional, Permainan Tupai Pemburu,Lari Estafet

PENDAHULUAN a. Latar Belakang

Pembelajaran merupakan perubahan tingkah laku yang didapat seseorang melalui pengalaman, pengetahuan, keterampilan dan sikap. Hal tersebut sejalan dengan tujuan

pendidikan jasmani yaitu perubahan tingkah laku siswa didapatkan melalui pengalaman gerak. Sementara itu pendidikan jasmani merupakan suatu pembelajaran yang akan mempunyai peran penting di sekolah karena

(2)

JESA (Jurnal Edukasi Sebelas April) Vol. 1, No. 1 p-ISSN 2548-8988, e-ISSN 2548-8996 ©STKIP Sebelas April Sumedang

2

dapat membantu perubahan dan perkembangan siswa. Siswa akan terbentuk sifat sosial, emosional dengan adanya pembelajaran pendidikan jasmani.Pendidikan jasmani sangat diperlukan untuk aspek fisik dan psikomotor seseorang. Abdurjabar (2008: 04), menyatakan, ”Pendidikan jasmani adalah suatu kajian yang sangat luas. Fokus kajianya pada peningkatan gerak manusia”. Pengetahuan keterampilan, dan sikap yang dimiliki siswa dapat diukur dan performanya. Perubahan itu disebabkan bukan dari hasil pembelajaran melainkan oleh faktor kematangan. Jadi perubahan tingkah laku dalam proses pembelajaran merupakan akibat dari interaksi siswadengan lingkungannya. Hal ini terbukti dari adanya tujuan yang ingin dicapai, yaitu motivasi untuk pembelajaran, dan kesiapan siswauntuk pembelajaran baik secara fisik maupun psikis.

Dalam pembelajaran pendidikan jasmani, kesehatan, dan rekreasi ada beberapa cabang olahraga yang harus dipelajari siswa, Dari mulai sekolah dasar sampai sekolah menengah. Salah satu dari sekian banyak cabang olahraga yang harus dipelajari siswa adalah cabang olahraga lari estafet. Lari estafet adalah lari yang dilakukan secara bergantian. Dalam satu regu lari estafetterdapat empat orang pelari. Mane

(2008: 27) menyatakan, “Lari estafet adalah nomer perlombaan yang mengarah kepada kerjasama regu, dalam olahraga yang ditunjukan pada keunggulan pribadi”.

Dalam proses pembelajaran lari estafet di sekolah, guru dituntut untuk memiliki inovasi-inovasi baru dalam menyampaikan materi di luar kelas. Hal tersebut dilakukan supaya siswa tidak mudah bosan dan memiliki motivasi belajar yang tinggi, sehingga materi yang disampaikan dapat dipahami secara utuh dan menyeluruh. Di samping menguasai materi, guru dituntut untuk memiliki inovasi baru dengan menguasai berbagai metode permainan dalam proses pembelajaran. Metode permainan yang digunakan dalam pembelajaran lari estafet adalah permainan tradisional tupai pemburu.

Permainan tupai pemburu yaitu salah satu permainan lari sprint yang dikemas dan telah dimodifikasi melalui suatu bentuk permainan kelompok yang terdiri dari lima orang setiap kelompoknya, dengan setiap anggota kelompoknya memiliki tugas masing-masing. Tugas dari setiap anggota kelompok yaitu tiga orang menjadi tupai dan dua orang lainnya menjadi rumah tupai. Dalam permainan tupai pemburu dibutuhkan seorang yang bertindak sebagai instruktur pelaksanaan permainan, yaitu seseorang yang bertugas

(3)

JESA (Jurnal Edukasi Sebelas April) Vol. 1, No. 1 p-ISSN 2548-8988, e-ISSN 2548-8996 ©STKIP Sebelas April Sumedang

3

untuk memberikan beberapa intruksi berupa “kebakaran”. Siswa yang bertindak menjadi tupai harus berlari mencari rumah baru dan sisiwa yang bertindak menjadi rumah harus diam, apabila ada intruksi “gempa bumi” maka siswa yang bertindak menjadi rumah harus berlari mencari tupai baru, kemudian siswa yang bertindak jadi tupai harus diam. Kemudian apabila ada intruksi “tsunami” maka tiap kelompok dan seorang yang bertindak sebagai instruktur berpencar mencari pasangan baru.Tujuan akhir latihan ini adalah siswamendapatkan hasil yang baik dan mendapatkan nilai rata rata yang sudah ditentukan.

Berdasarkan hasil pengamatan di sekolah SMK YPSA Sumedang masih banyak siswa yang kurang termotivasi dalam mengikuti proses pembelajaran lari estafet. Dimana pada saat pembelajaran masih banyak siswa kurang memperhatikan guru mengobrol pada temanya, dan juga terdapat beberapa kendala yang siswa hadapi pada saat proses pembelajaran lari estafet diantaranya, pada saat melakukan teknik pemberian tongkat masih banyak siswa yang melakukan pada saat penerimaan tongkat juga masih ada yang melakukan kesalahan pada saat pemberian dan penerimaan tongkat, dan juga teknik pegangan

yang masih banyak melakukan dengan seenaknya saja.

Berdasarkanlatar belakang di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang pengaruh permainan tradisional yang diterapkan pada pembelajaran lari estafet. Oleh karena itu, penulis tuangkan dalam bentuk skripsi dengan judul Pengaruh Pembelajaran Permainan Tradisional Tupai Pemburu terhadap Hasil Pembelajaran Lari Estafet pada Siswa Kelas X SMK YPSA Sumedang.

b. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan di atas, maka rumusan masalah dapat diuraikan sebagai berikut. 1. Bagaimanakah pengaruh permainan tupai

pemburuterhadap hasil pembelajaran lari estafet pada siswa Kelas X YPSA Sumedang?

2. Berapa besar pengaruh permainan tupai pemburu terhadap hasil pembelajaran lari estafet pada siswa Kelas X SMK YPSA Sumedang?

c. Batasan Masalah

Berdasarkan uraian pada rumusan di atas, Supaya tidak menyimpang dari masalah dan tujuannya. Penulis membatasi luasnya masalah sebagai berikut.

(4)

JESA (Jurnal Edukasi Sebelas April) Vol. 1, No. 1 p-ISSN 2548-8988, e-ISSN 2548-8996 ©STKIP Sebelas April Sumedang

4

1. Ruang lingkup penelitian ini hanya pada pengaruh permainan tradisional tupai pemburu terhadap hasil pembelajaran lari estafet pada siswa kelas X SMK YPSA Sumedang.

2. Permainan yang digunakan dalam penelitian ini adalah permainan tradisional tupai pemburu.

3. Subjek penelitian adalah siswa Kelas X SMK YPSA Sumedang.

d. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah di jabarkan di atas, Penelitian secara umum bertujuan untuk mengetahui berapa besar pengaruh permainan tupai pemburu terhadap lari estafet siswapada materi atletik. Secara rinci dapat ditulis sebagai berikut. 1. Ingin mengetahui pengaruh permainan

tradisional tupai pemburu terhadap hasil pembelajaran lari estafet pada siswa Kelas X SMK YPSA Sumedang.

2. Ingin mengetahui besarnya pengaruh permainan tradisional tupai pemburu terhadap hasil pembelajaran lari estafet siswa Kelas X SMK YPSA Sumedang.

d. Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak. Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut.

a. Dengan adanya penelitian ini, diharapkan informasi dan pengetahuan dalam bidang olahraga atletik. Agar bermanfaat guru maupun pelatih dibidang olahraga untuk mengembangkan kosep dasar untuk mengacu meningkatkan prestasi olahraga terutama dalam cabang olahraga atletik. b. Bagi peneliti ini diharapkan dapat

dijadikan sebagai sumber atau referensi dalam melakukan penelitian selanjutnya, serta memperoleh pengetauhan barutentang pmbelajaran pendidikan jasmani terutama dalam pembelaajaran atletik lari estafet.

TINJAUAN PUSTAKA

a. Pengertian Lari Sambung atau Estafet

Lari estafet merupakan salah satu cabang olahraga dalam atletik. Menurut Muhtar (2012: 34) menyatakan “Lari sambung atau estafet adalah lomba lari beregu dengan cara pembagian jarak tempuh diantara para peserta dari regu yang bersangkutan, dan pada akhir bagiannya masing-masing menyerahkan tongkat pada peserta berikutnya”. Pendapat diatas menunjukan bahwa dalam lari estafet tidak hanya kegiatan lari yang dilakukan namun ada teknik yang harus diperhatikan dalam memberikan atau menerima tongkat. Sejalan dengan pendapat di atas Mane (2012:

(5)

JESA (Jurnal Edukasi Sebelas April) Vol. 1, No. 1 p-ISSN 2548-8988, e-ISSN 2548-8996 ©STKIP Sebelas April Sumedang

5

34) menyatakan “ Lari estafet adalah nomor perlombaan yang mengarah pada kerjasama regu, dalam olahraga yang ditunjukan pada keunggulan pribadi”. Dari kedua pendapat diatas menujukan bahwa lari estafet juga menekankan pada aspek kerja sama dala setiap regu yang mengikuti perlombaan lari estafet.

Lari estafet atau yang sering disebut lari sambung adalah salah salah satu nomor lari jarak pendek yang dilaksanakan secara beregu, tiap regu terdiri dari empat pelari yaitu pelari pertama, pelari kedua, pelari ketiga dan pelari keempat.Kekhususan dari lari estafet adalah adanya pemindahan tongkat estafet dari pelari pertama kepada pelari kedua dan seterusnya. Perpindahan atau pergantian tongkat estafet dari pelari sebelumnya ke pelari berikutnya dilakukan sambil terus berlari dan perpindahan tersebut harus dilaksanakan di daerah khusus pergantian tongkat (wesel zone). Dalam pelaksanaan perlombaan lari estafet, benda yang digunakan adalah tongkat estafet yang harus dibuat dari pipa halus berlubang di tengah, terbuat dari kayu atau bahan lainnya dalam satu potong dengan panjang maksimum 30 cm. Dalam pertandingan lari estafet yang umum dilakukan adalah 4 x 100 dan 4 x 400 m.

Lari estafet adalah salah satu lomba lari pada perlombaan atletik yang dilaksanakan secara bergantian atau beranting. Lari ini dilakukan bersambung dan bergantian membawa tongkat dari garis start Pada nomor lari sambung ada kekhususan yang tidak akan dijumpai pada nomor pelari lain, yaitu memindahkan tongkat sambil berlari cepat dari pelari sebelumnya ke pelari berikutnya.sampai ke garis finish. Dalam satu regu lari sambung terdapat empat orang pelari.

b. Teknik Lari Sambung atau Estafet

Teknik dalam lari sambung atau estafet menurut Muhtar (2012: 34) terdiri dari tiga teknik. Adapun teknik-teknik tersebut adalah sebagai berikut.

1. Teknik pemberian tongkat

Teknik pemberian tongkat dalam lari estafet ada tiga yaitu pemberian tongkat dari atas, pemberian tongkat dari bawah dan pemberian tongkat dengan cara didorong, sedangkan yang akan dibahas hanya dua dari tiga cara, yaitu.

a. Pemberian tongkat dari bawah

Pemberian tongkat dari bawah dilakukan dengan cara menganyunkan tangan kiri yang memegang tongkat dari belakang ke depan melalui bawah ke tangan kanan yang akan menerima tongkat. Untuk pemberian tongkat dari bawah ini, biasanya di lakukan

(6)

JESA (Jurnal Edukasi Sebelas April) Vol. 1, No. 1 p-ISSN 2548-8988, e-ISSN 2548-8996 ©STKIP Sebelas April Sumedang

6

dengan cara memberikan dengan tangan kiri di terima dengan tangan kanan.

b. Pemberian tongkat dari atas

Pemberian tongkat dari atasdilakukan dengan cara mengayunkan tangan kanan yang memegang tongkat dari belakang ke depan keatas. Kemudian diberikan dengan cara meletakan tongkat pada telapak tangan kiri yang akan menerima tongkat. Demikian seterusnya pelari kedua memberikan dengan tangan kiri, di terima oleh pelari ketiga dengan tangan kanan. Pelari ketiga memberikan lagi tongkatnya dengan tangan kanan dan diterima pelari terakhir dengan tangan kiri serta membawanya samapi garis finish.

2. Teknik penerimaan tongkat

Terdapat dua tehnik penerimaan tongkat yaitu:

a. Penerimaan dengan cara melihat

Penerimaan dengan cara melihat biasanya dilakukan pada perlombaan lari sambung 4x400m atau pada 4x800m. Pada waktu akan menerima tongkat sambil berlari melihat ke belakang kepada pelari yang akan memberikan tongkat dan pada tongkat yang akan diterimanya. Apabila tongkat sudah diterima dan dipegang dengan baik, maka terus dibawa lari.

b. Penerimaan tongkat dengan cara tidak melihat.

Penerimaan tongkat dengan cara tidak melihat, dilakukan pada perlombaan lari sambung 4x100m dan 4x200m. Pelari yang akan menerima tongkat, setelah melihat pelari yang akan memberikan tongkat sudah dekat maka di berlari secepat-cepatnya. Kemudian setelah mendengar tanda dari pelari yang memberikan tongkat, sambil berlari terus melihat kedepan, tangan atau lengannya diayun ke belakang lurus dengan telapak tangan menghadap ke atas. Apabila tongkat sudah diterima dan dipegang dengan baik maka terus dibawa lari.

3. Teknik Pemberian dan Penerimaan Tongkat

Menurut Tatang Muhtar (2013: 36) mengemukakan sebagai berikut.

Antara pemberian dan penerimaan tongkat tersebut dalam lari sambung tidak dapat dipisahkan dan saling berpengaruh. Karena itu dapat memenangkan suatu perlombaan lari sambung, selain dari setiap regu bersangkutan harus memiliki kekuatan, kecepatan, daya tahan, serta teknik lari yang sempurna pada lintasan lurus dan pada tikungan, juga harus mempunyai kerja sama yang baik antara pelari yang satu dengan pelari yang lainnya, serta memahami dan menguasai teknik pemberian daan penerimaan tongkat dengan sempurna.

Dalam perlombaan lari sering terjadi kegagalan yang dialami suatu regu,

(7)

JESA (Jurnal Edukasi Sebelas April) Vol. 1, No. 1 p-ISSN 2548-8988, e-ISSN 2548-8996 ©STKIP Sebelas April Sumedang

7

diantaranya disebabkan ketidaklancaran pada waktu melakukan pemberian dan penerimaan tongkatnya.Oleh karena itu, teknik pemberian dan penerimaan tongkat tersebut harus benar-benar dipahami dan dikuasai oleh setiap pelari dari suatu regu, serta dapat melakukannya dengan cepat, tepat, luwes dan lancar.

c. Permainan Tradisional Tupai Pemburu

Permainan tupai pemburu adalah salah satu permainan lari yang dikemas melalui bentuk permainan kelompok, dengan terdiri dari tiga orang setiap kelompoknya dan tugas tiap anggota yaitu satu orang menjadi tupai dan adua orang lainya menjadi rumah tupai. Menurut Sumardiyanto (2008: 8), cara bermainan pada permainan tupai pemburu yaitu sebagai berikut.

1. Siswa dibagi menjadi lima kelompok yang masing-masing kelompoknya terdiri dari lima orang.

2. Kemudian dua orang dari tiap kelompok bertugas menjadi rumah tupai.

3. Tiga orang sisanya menjadi tupai pemburu.

4. Jarak antar siswa yang menjadi tupai tiga meter.

5. Tupai yang berada paling jauh dari rumah tupai bertugas memegang tongkat yang di ibaratkan adalah sebagai makanan.

6. Tugas tupai yang memegang tongkat adalah bertugas memberikan tongkat tersebut ke tupai berikutnya dan selanjutnya juga bertugas memberikan tongkat tersebut memberikan tongkat

ketupai selanjutnya hingga tupai itu mencai posisi rumah tupai.

7. Tupai yang pertama kali mencapai rumah tupai dinyatakan sebagai pemenang.

8. Patokan nilai dari guru selain siswa yang pertama yang mencapai rumah tupai guru juga menilai keknik pemberian tongkat.

Permainan tupai pemburu Cara melakukan permainan tupai

pemburu yaitu sebagai berikut. 1. Awalnya kita (guru) meminta siswa

membentuk lingkaran.

2. Kemudian secara cepat guru meminta mereka membentuk kelompok-kelompok yang terdiri dari 3 orang, sehingga pasti akan tersisa satu orang yang tidak mempunyai kelompok.

3. Dari 3 orang tersebut guru meminta satu orang menjadi tupai yang akan jongkok/merunduk, berada di antara 2 rekan lainnya yang membentuk pohon dengan cara berpegangan tangan saling berhadapan, seperti pada permainan “ular naga panjangnya”.

(8)

JESA (Jurnal Edukasi Sebelas April) Vol. 1, No. 1 p-ISSN 2548-8988, e-ISSN 2548-8996 ©STKIP Sebelas April Sumedang

8

4. Fasilitator akan mulai dengan memberikan cerita, dimana dalam ceritanya akan diselipkan kata PEMBURU, ANGIN, dan BADAI. - Jika disebut kata PEMBURU, maka

semua tupai harus pindah ke pohon yang lain, jadi berpindah ke kelompok lainnya, secepatnya. Pohon tetap diam di tempat.

- Jika disebut kata ANGIN, maka yang berpindah adalah pohon, tanpa boleh melepas pegangan tangannya, mencari tupai yang lain.

- Namun jika yang disebut adalah BADAI, maka semua harus berpindah dan berganti peran, boleh jadi tupai atau pohon dan sebaliknya. 5. Cerita akan dilanjutkan oleh satu orang

yang tidak mendapat tempat/pasangan, dan diteruskan hingga beberapa kali. 6. Pada saat berpindah, orang yang bercerita

harus ikut segera mencari kelompok dan peran sebagai tupai/ pohon yang kosong.

Dari kedelapan cara bermain pada permainan tupai pemburu di atas, penulis menarik simpulan sebagi berikut. Pertama, siswa dibagi menjadi lima kelompok yang terdiri dari lima orang. Kedua, dua orang dari perwakilan kelompok menjadi rumah tupai. Ketiga, tiga orang lainnya menjadi tupai

pemburu. Keempat, jarak antara siswa yang menjadi tupai yaitiu 3 meter. Kelima, tupai yang jauh dari rumah tupai masing-masing memegang tongkat. Kelima, tupai yang memegang tongkat bertugas untuk memberikan tongkat ke tupai yang lainnya sampai tupai tersebut sampai ke rumah tupainya. Ketujuh, tupai yang pertama kali sampai ke rumah tupai menjadi pemenang. Kedelapan, selain siswa yang pertama sampai ke rumah tupai dinilai menjadi pemenang oleh guru, teknik pemberian tongkat pun dapat menjadi kriteria nilai pemenang oleh guru. Dan juga dapat membantu anak agar berkreatif dalam melakukan permainan tersebut agar mahir dalam melakukan gerakan-gerakan sesui yang dibutuhkan dalam permainan tupai pemburu.

d. Hubungan Permainan Tupai Pemburu dengan Lari Estafet

Permainan tupai pemburu terdiri dari berbagai bentuk keterampilan gerak dasar dan prilaku sosial anak.Humlock (1987:32) mengatakan bahwa, ”Bermaian dengan orang lain, anak-anak belajar bagai mana menetapkan hubungan sosial dan bagai mana menemukan dan menyesuaikan masalah hubungan sosial”.Dalam permainan tupai pemburu ini keterampilan sosial tersebut banyak dilakukan oleh anak-anak untuk

(9)

JESA (Jurnal Edukasi Sebelas April) Vol. 1, No. 1 p-ISSN 2548-8988, e-ISSN 2548-8996 ©STKIP Sebelas April Sumedang

9

melangsungkan kegiatan permainannya. Dalam permainan tupai pemburu tersebut mereka akan melaksanakan berbagai cara dan usaha untuk mengalahkan pihak lawan untuk mencari kemenangan. Dan juga mereka berusaha semaksimal mungkin untuk mendapatkan kemenangan dalam permainan tersebut mengalahkan lawanya itu denagan menggunakan kemampuan fisik. Sebab kondisi fisik memegang peran yang sangat penting dalam permainan tupai pemburu tersebutt kondisi badan harus ektra fit agar kemampuan fisik anak tersebut tetap stabil dalam melakukan permainan tupai pemburu tersebut.Latihan kondisi fisik haruslah direncanakan secara sistematis dan ditunjukan untuk meningkatkan kesegaran jasmani dan kemampuan fungsional dari sistem tubuh. Disisi lain permainan tupai pemburu sangat membantu meningkatkan kemampuan lari estafet dalam hal kecepatan, memberikan dan menerima tongkat sangat meninjau untuk meningkatkan kemampuan dalam atltetik lari estafet dan juga sangat berpengaruh penting dalam hal melakukan koordinasi kecepatan yang maksimal untuk mempererat dalam lari estafet sangat mendorong untuk meningkatkan lari sambung, sehingga demikian memungkinkan anak untuk mencapai prestasi yang lebih baik dan untuk mendorong supaya

anak terssebut terampil dalam melakukan lari estafet dalam melalui tupai pemburu teersebut membantu agar teknik dalam kecepatan maupun teknik dasar dalam pegangan tongkat maupun dalam pemberian atau peneriamaan tongkat itu sangat bersangkut paut dengan lari estafet dalam permainan tupai pemburu.

PENGOLAHAN DAN ANALISIS

DATA

a. Hasil Pengolahan dan Analisis Data

Data yang diperoleh dari tes diolah

dan

dianalisis

untuk

mendapatkan

simpulan dari penelitian ini. Hasil

pengolahan data akan dikemukakan secara

terinci pada tabel di bawah ini, sebagai

berikut.

Nilai Rata-rata dan Simpangan Baku

Lari Estafet Menggunakan Permaianan

Tradisional Tupai Pemburu

Jenis Tes Rata-rata Simpangan

Baku

Tes Awal 74 3,162

Tes Akhir 76,2 3,45

Dari tabel di atas dapat kita lihat

bahwa hasil perhitungan nilai rata-rata tes

awal lari estafetadalah sebesar 74 dengan

standar deviasi 3,162 dan rata-rata hasil

tes akhirlari estafet adalah sebesar 76,2

dengan standar deviasi 0,84 langkah

selanjutnya adalah menguji normalitas

distribusi data dengan uji lieliefors.

(10)

JESA (Jurnal Edukasi Sebelas April) Vol. 1, No. 1 p-ISSN 2548-8988, e-ISSN 2548-8996 ©STKIP Sebelas April Sumedang

10

b. Hasil Pengujian Normalitas Data

Setiap Tes

Langkah

kedua,

menghitung

normalitas

data.

Hasil

perhitungan

normalitas distribusi data dengan uji

lieliefors digunakan untuk menentukan

langkah analisis berikutnya.

Hasil pengujian Normalitas Data

Lari Estafet

Jenis

Tes L hitung Ltable Hasil

Tes Awal 0,1357 0,337 Normal Tes Akhir 0,1355 0,337 Normal

Uji normalitas dari setiap variabel,

penulis menggunakan pendekatan statistik

dari uji lieliefors dengan taraf nyata (a)

0.05 = 0,337 pada tes awal (Lh

itung

<L

tabe

l

= 0,1357<0.337) dan pada tes akhir

(Lh

itung

<L

tabel

= 0.1355<0.337)hal ini

sejalan dengan kriteria pengujian yaitu

jika L

hitung

<L

tabel

maka distribusi skor

tersebut normal. Dengan demikian hasil

tes lari estafetbaik tes awal maupun tes

akhir datanya berdistribusi normal.

Selanjutnya uji peningkatan dengan

terlebih dahulu mencari nilai rata-rata dan

simpangan baku dari peningkatan hasil

belajar.

c. Hasil Belajar Signifikasi Peningkatan

dengan Menggunakan Uji t

Langkah

keempat,

setelah

memperoleh hasil uji normalitas dan hasil

nilai rata-rata dan simpangan baku

peningkatan hasil belajar lari estafet, maka

langkah selanjutnya yaitu perhitungan dan

pengujian derajat peningkatan hasil

belajar dengan menggunakan uji t.

Hasil Uji Signifikasi Kelompok

Eksperimen

Subjek

Penelitian Thitung Ttabel Hasil

Pengaruh permainan tradisional tupai pemburu terhadap hasil pembelajaran atletik lari estafet

2.840 2,1318 Signi fikan

Dari tabel tersebut dapat diketahui

bahwa hasil dari perhitungan uji

signifikasi didapat nilai thitung sebesar

2.840 dan hasil dari ttabel didapat dengan

dk 4dan taraf nyata 0.05 adalah 2,1318,

maka dari data tersebut diketahui adanya

perbedaan antara hasil tes awal dan tes

akhir setelah diberikan perlakuan. Hal ini

menunjukkan bahwa peningkatan yang

dicapai oleh sampel setelah mendapat

(11)

JESA (Jurnal Edukasi Sebelas April) Vol. 1, No. 1 p-ISSN 2548-8988, e-ISSN 2548-8996 ©STKIP Sebelas April Sumedang

11

perlakuan

menggunakan

pengaruh

permaianan tradisional tupai pemburu

terhadap hasil pembelajaran pada siswa

kelas X SMK YPSA Sumedang

memberikan suatu pengaruh. Dengan

demikian hipotesis yang diajukan oleh

penulis dapat diterima. Untuk lebih

jelasnya dapat dilihat kurva penerimaan

dan penolakan hipotesis.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi.(1990). Manajemen

Penelitian. PT Rineka Cipta,

Jakarta.

Djamarah (2002:15-16). Ciri-ciri belajar.

Harsono (1988) coaching dan aspek aspek

psikologis dalam coaching CV.

Tembak kusuma.

Husdarta,

JS.

(2010)

Psikologiolahraga.Bandung:

Alfabeta.

Husdarta,

JS

dkk(2010)

belajardanpembelajaran

Pendidikan

Jasmani

dan

Kesehatan. Bandung: Alfabeta.

Juliantine, Tite dkk (2011) Model-Model

Pembelajaran Pendidikan jasmani,

Bandung:Universitas Pendididkan

Indonesia.

Lara

sasti,

dkk.program

studipendidikankesehatandanrekre

asiFKIP

UNTAN

Email:sastilara@yahoo.co.id.

Mulyana,

Y.

(2009)

pengantarpembelajaranpenjas,

Sumedang:Vuri Creatiave.

http://www.gogle.com

gambarlapanganatletik.

Nurhasan,

C.

Hasanudin

(2013).

Tesdanpengukurankeolahragaan:

modulpembelajaranredpoint 2013.

FPOK,UPI.Online:

//cumanulisaja.blogspot.com/.2012

/09/pengertian/keterampilan.html .

Sugiyono. (2009). Metode Penelitian

Pendidikan:

Pendekatan

Kuantitatif, Kualitatif dan R&D.

Bandung: Alfabeta.

Suherman

,

A.

(2014)

Statistikpendidikanjasmani.Bandu

ng CV. BintangWaliartika.

Sumardyanto.(2008)

100

games

dalampendidikanjasmani.

Tatangmuhtar, m.si. (2012 ). Atletik,

Bandung:

CV.

Bintang

warliArtika.

Zafar

sidik,

Dikdik.

(2010)

mengajardanmelatihatletik,

Bandung : PT Remaja Rosdakarya

Offset.

Referensi

Dokumen terkait