• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBINAAN KESADARAN SANTRI MELALUI PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP (Studi Kasus Pesantren Ath- Thariq Garut)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PEMBINAAN KESADARAN SANTRI MELALUI PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP (Studi Kasus Pesantren Ath- Thariq Garut)"

Copied!
103
0
0

Teks penuh

(1)

Garut)

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S. Sos)

Oleh Hisan Harir Rido NIM 1112052000033

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)

iv

melalui Pengelolaan Lingkungan Hidup (Studi Kasus Pesantren Ath-Thariq Garut). Dibawah bimbingan Prof. H. Daud Effendi, AM.

Pemeliharaan lingkungan bukanlah sekedar estetika (keindahan) semata tapi juga lebih kepada implementasi dari nilai-nilai ajaran Islam. Apabila ada manusia yang berbuat kerusakan atau merusak lingkungan, maka dianggap telah melanggar syariat Islam.

Tujuan Penelitian ini untuk menjelaskan: 1) proses pembinaan kesadaran santri melalui pengelolaan lingkungan hidup, 2) faktor pendukung dan penghambat pembinaan kesadaran santri melalui pengelolaan lingkungan hidup.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik observasi, wawancara dan dokumentasi. Subjek penelitian ini adalah dua orang pembina pesantren dan tiga orang santri. Data dianalisis menggunakan teknik model Miles dan Huberman meliputi meliputi reduksi data, penyajian data serta Penarikan kesimpulan dan verifikasi.

Hasil penelitian menunjukan bahwa: 1) proses pembinaan kesadaran santri menggunakan pendekatan keagamaan dan agroekologi baik teori maupun praktek. Pembinaan di Pesantren Ath-Thariq tidak hanya dilakukan di dalam ruang dengan patokan jam pelajaran. Materi yang disampaikan secara bertahap mulai dari diskusi terkait lingkungan hidup dalam berbagai perspektif berlandaskan agama. Kemudian kegiatan agroekologi sebagai bentuk pengelolaan lingkungan hidup dilakukan mulai dari pembenihan, penanaman, perawatan tanaman, memanen hingga pengolahan pasca panen. 2) faktor pendukung Pembinaan Kesadaran Santri Melalui Pengelolaaan Lingkungan Hidup di Pesantren Ath-Thariq adalah letak geografis yang strategis dan dukungan masyarakat sekitar yang sangat besar, adapun faktor penghambatnya adalah kurangnya fasilitas dan tenaga pembina di Pesantren Ath-Thariq

Kata Kunci: Pembinaan, Kesadaran, Lingkungan Hidup, dan Pesantren

(6)

v

KATA PENGANTAR

Rasa syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kekuatan yang tiada terhingga, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Sosial (S.Sos). tak lupa shalawat dan salam semoga tercurahkan kepada nabi Muhammad SAW.

Dalam kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan rasa terima kasih yang terdalam kepada kedua orang tua penulis, Ayahanda Opa Mustopa dan Ibunda Didah, berkat doa yang selalu dipanjatkannya penulis akhirnya dapat menyelesaikan skripsi. Rasa dan ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada yang terhormat:

1. Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Suparto, M. Ed., Ph.D., Wakil Dekan I Bidang Akademik Dr. Siti Napsiah, S.Ag., BSW., MSW., Wakil Dekan II Bidang Administrasi Umum Dr. Sihabudin Noor, MA., dan Wakil Dekan III Bidang Kemahasiswaan, Alumni dan Kerjasama Drs. Cecep Castrawijaya, MA.

2. Ir. Noor Bekti Negoro, SE., M.Si selaku Ketua Program Studi Bimbingan dan Penyuluhan Islam UIN Jakarta yang telah banyak membantu meringankan beban penulis. 3. Artiarini Puspita Arwan, M.Psi selaku Sekretaris Program

(7)

vi

4. Dra. Rini Laili Prihatini, M.Si selaku Dosen Penasihat Akademik yang telah banyak meluangkan waktu serta memberikan segenap ilmu, arahan dan masukan kepada penulis.

5. Prof. H. Daud Effendi, AM. selaku Dosen Pembimbing Skripsi penulis yang dengan sabar menuntun penulis dalam penyusunan skripsi ini.

6. Seluruh dosen Prodi Bimbingan dan Penyuluhan Islam serta dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

7. Kepala dan staf Perpustakaan Utama serta Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta serta seluruh civitas akademik Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 8. Pembina dan Santri Pesantren Ath- Thariq yang telah

sukarela meluangkan waktu dan pikiran dalam memberikan informasi demi kelancaran skripsi.

Ucapan dan rasa Terimakasih juga penulis sampaikan kepada seluruh pihak yang telah membantu proses skripsi ini dari awal hingga akhir. Semoga seluruh bantuan dalam bentuk apapun menjadi amal ibadah dan dibalas oleh Allah SWT.

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat, amiin.

Jakarta, 25 Juli 2019

(8)

vii

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

PERNYATAAN ... iii

ABSTRAK ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Batasan dan Rumusan Masalah ... 8

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 8

D. Metodologi Penelitian ... 10

1. Metode Penelitian ... 10

2. Subjek Penelitian ... 10

3. Lokasi Penelitian ... 10

4. Teknik Pengambilan Data ... 11

5. Teknik Analisis Data ... 13

E. Tinjauan Kepustakaan ... 16

F. Sistematika Penulisan ... 19

G. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah ... 20

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 21

A. Kesadaran Santri ... 21

1. Pengertian Kesadaran ... 21

2. Bentuk- bentuk Kesadaran ... 22

3. Karakteristik Kesadaran ... 24

4. Pengertian Santri ... 27

5. Pengertian Kesadaran Santri ... 29

B. Pengertian Pembinaan ... 30

C. Pengertian Lingkungan Hidup ... 32

1. Fungsi Lingkungan Hidup ... 35

2. Pencemaran Lingkungan Hidup ... 36

D. Kajian Lingkungan Hidup dalam Islam ... 38

BAB III GAMBARAN UMUM LATAR PENELITIAN ... 46

A. Sejarah Pesantren Ath- Thariq ... 46

B. Visi dan Misi Pesantren Ath- Thariq ... 49

C. Profil Legalitas Pesantren Ath- Thariq ... 49

BAB IV DATA DAN TEMUAN PENELITIAN ... 51

(9)

viii

2. Faktor Pendukung dan Penghambat Pembinaan

Kesadaran Santri ... 57

BAB V PEMBAHASAN ... 69

A. Proses Pembinaan Kesadaran Santri Melalui Pengelolaan Lingkungan Hidup ... 69

B. Faktor Pendukung dan Penghambat ... 73

BAB VI PENUTUP ... 75 A. Kesimpulan ... 75 B. Implikasi ... 76 C. Saran ... 76 DAFTAR PUSTAKA ... 77 LAMPIRAN ... 79

(10)

1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pesantren sebagai model lembaga pendidikan Islam pertama yang mendukung kelangsungan sistem pendidikan nasional, selama ini tidak diragukan kontribusinya dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa sekaligus mencetak kader-kader intelektual yang siap mengaplikasikan potensi keilmuannya di masyarakat. Pesantren selama ini telah dikenal sebagai lembaga pendidikan Islam yang paling mandiri. Kemandirian ini tentunya menjadi doktrin yang dipertahankan dan harus ditanamkan kepada santri. Tujuannya adalah agar mereka mampu hidup secara mandiri ketika terjun ditengah-tengah masyarakat.1

Pesantren dalam hal ini merupakan institusi khas Indonesia. Kekhasan ini menjadi salah satu nilai sosial yang terrus dipertahankan dan menjadi identitas umat Islam Indonesia. Pesantren dijadikan sebagai salah satu penggerak terkait permasalah lingkungan.2 Peran pesantren menjadi sangat relevan, mengingat ikatan sosial yang telah terbangun dengan masyarakat sekitarnya, baik pada ranah pendidikan keagamaan maupun pengembangan kemasyarakatan. Kedua sisi ini menjelaskan bahwa Islam sebagai agama, tidak hanya terbatas pada masalah teologis, tetapi juga menjadi cara hidup (way of life) dan petunjuk

1 Imam Tolkhah dan A. Barizi, Membuka Jendela Pendidikan,

Mengurai Akar Tradisi, ( Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004 ) h. 49

2 H. Badri dan Munawiroh, Pergeseran Literatur Pesantren Salafiah,

(11)

bagi pemeluknya, mulai dari sisi teologis hingga hal-hal praktis, dari ruang individual hingga ruang publik. Tidak hanya berkutat pada dominan pendidikan keagamaan, tapi meluas pada ranah pendidikan sosial.3

Komitmen Pesantren dalam menanamkan nilai-nilai ajaran Islam direalisasikan dengan berbagai macam bentuk pelayanan keagamaan, seperti mengadakan pembimbingan konseling pada remaja, memberikan penyuluhan kepada masyarakat, mengatasi permasalahan dalam rumah tangga, dan berbagai macam penanaman nilai-nilai yang terkandung dalam ajaran Islam. Pesantren terlibat aktif dalam pengkajian keagamaan dan pola-pola sejenis yang dikembangkan dimasyarakat. Kegiatan pesantren ini merupakan benih yang sangat potensial dalam upaya pengembangan dan pemerdayaan masyarakat. Peran aktif pesantren tersebut tampak jelas pada akhir dasawarsa 70-an dan dekade 80-an dimana peran pesantren terlibat secara langsung dalam kegiatan yang lebih subtansial dan memfokuskan diri pada kebutuhan riil masyarakat, seperti pengembangan ekonomi, pelestarian ekonomi, dan penggunaan teknologi.4

Begitupun dengan peran pesantren amat penting dalam pemeliharaan dan pelestarian lingkungan hidup, karena pesantren menjadi lembaga pendidikan yang sangat dekat dengan masyarakat, bahkan menjadi bagian dari masyarakat itu sendiri.

3 Ahmad Muthohar, Pesantren di Tengah Arus Ideologi-Ideologi

Pendidikan, ( Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2007 ) h. 12 4

Muhammad Nawawi, Dewi Gunawati, Sunarto “ Peningkatan Sikap

Peduli Lingkungan Melalui Program Eko-Pesantren di Pondok Pesantren Nurul Haramain NW Narmada Kabupaten Lombok Barat”

(12)

3

Lemabaga ini telah lama menjadi rujukan, baik dalam pengembangan pendidikan, social, dan budaya masyarakat setempat. Besarnya peran pesantren dalam kehidupan masyarakat terbukti efektif sebagai agen perubahan (agen of change).

Posisi pesantren yang strategis dalam mendidik penerus bangsa yang ramah dan peduli terhadap lingkungan. Dalam hal ini pesantren menjadi lemabaga pendidikan islam swadaya masyarakat yang mandiri dalam peranannya juga dapat memberikan kontribusi penting terhadap perawatan lingkungan, baik sekarang ataupun masa depan. Karena lemabaga ini merupakan tempat menggembleng para santri sebagai kader bangsa, yang diharapkan mampu menjawab tantangan keperluan pengetahuan agama yang didalamnya termasuk pengetahuan mengenai lingkungan.

Potensi yang dimiliki pesantren membuat Kementrian Lingkungan Hidup Republik Indonesia pada tahun 2008 mengusulkan program Eco-Pesantren yang memberikan penghargaan kepada pesantren yang mempunyai inisiatif dan inovasi dalam berperan serta untuk melestarikan lingkungan”.5

Pemeliharaan lingkungan bukanlah sekedar estetika (keindahan) semata namun lebih kepada implementasi dari nilai-nilai ajaran Islam. Apabila ada manusia yang berbuat kerusakan

5 M. Bashori Muchsin, Yuli Andi Gani, dan M. Irfan Ismail, ”Upaya

Pondok Pesantren Dalam Pemerdayaan Masyarakat Serikat Hutan”,Wacana

(13)

atau merusak lingkungan, maka dianggap telah melanggar syariat Islam.6

Maka dari itu keberadaan pesantren menjadi sangat potensial dan strategis ketika melihat Data Sistem Informasi, dan Hubungan Masyarakat Sekretariat Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama pada tahun 2016 terdapat 28, 194 pesantren baik diwilayah kota maupun pedesaan dengan 4.290.626 santri dan semuanya berstatus swasta. Dari sekian banyak pesanren yang ada, hanya beberapa pesantren yang memfoksukan dirinya kepada pelestarian lingkungan hidup dalam Bahasa lain pesantren berbasis lingkungan hidup seperti diantaranya Pesantren At-Thariq Gatur, dan Pesantren Nurul Hakim Lombok. Tentu keberadaan pesantren-pesantren yang berbasis lingkungan, menjadi alternatif dalam pemecahan masalah lingkungan hidup.7

Permasalahan Lingkungan Hidup, dan keberadaan pesantren menjadi penting adanya untuk merentas berbagai permasalah lingkungan hidup. Mengamati pesantren secara penghidupan sudah dapat memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri, Pesantren yang dimaksud dalam hal ini sistem kemandirian para santrinya belajar agama dan diajarkan cara merawat lingkungan, bercocok tanam, berkebun, dan segala kegiatan yang dapat menunjang kelestarian dan penghidupan selama di pesantren.

6 Ali Muhtarom “Pembinaan Kesadaran Lingkungan Hidup Di

Pondok Pesantren: Studi Kasus Di Pondok Pesantren Al-Mansur Darunnajah 3 Kabupaten Serang, Ibda Jurnal Kubadayaan Islam,” Vol. 12 No. 2,

(14)

5

Pada aspek kesadarn merawat, melestarikan lingkungan serta kemandirian ekonomi, disini santri tentunya diberikan penyuluhan pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya alam yang telah dimiliki pesantren agar dapat menghasilkan sesuatu yang berdaya guna8 . Pesantren yan konsisten dan focus terhadap pemeliharan lingkungan ialah Pesantren Nurul Hakim Lombok, dan Pesan At-Thariq Garut Jawa Barat. Pesantren Nurul Lomboh lebih mengarahkan pengajara lingkungan kepada Doktrin Kia yang secara status lebih di agungkan dan dikultuskan sehingga perintahnya sangat menekan dan sacral bagi santrinya. Selebihnya pengejaran santri terkait dengan lingkungan didapat dari kirikulum, program kepesantrenan, dan rutininas pesantren.

Adapun Pesantren At-Thariq Garut, merupakan pesantren dengan metode pendidikan alternatif. Memberikan ilmu pengetahuan lebih kontekstual dan terapan, dapat mengimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Pesantren yang mengajarkan siswanya untuk menjaga alam dengan keseimbangan ekosistemnya. Selain itu santrinya di tuntut agar bisa bertahan hidup dengan memanfaatkan alam tanpa merusak habitat maupun ekosistemnya. Dan lebih menariknya Pesantren At-Thariq sangat menekan pada kesadaran dan kemandirian santri artinya santri hidup dengan mamenfaatkan alam tanpa merusak, dan pesantren inipun menekan akan semangat egaliter yang mengedepankan kesetaraanya santri dan ustad untuk sama-sama menanam, keduanya terlibat dalam mememlihara dan

8 Mujamil Qomar, Pesantren dari Tranformasi Metodelogi Menuju

(15)

melestarikan lingkungan hidup. Sehingga dengan ini menjadi menarik untuk lebih dikaji dan didalami terkait Pesantren At-Thariq Garut.9

Pesantren Ath-Thaariq adalah sebuah lembaga yang menganut sistem kemandirian ekonomi. Berasaskan mempelajari agama dan menyebarkan pengetahuan pertanian berkelanjutan yang berpandangan pada penyelamatan dan kepedulian terhadap bumi, semesta dan masa depan. Oleh karenanya pesantren ini dinamakan pesantren ekologi. Disebut pesantren ekologi karena lembaga ini memberikan penyadaran, pembelajaran kepada santri bagaimana cara agar bertahan hidup (Survive), dan difokuskan pada pembelajaran bagaimana seorang santri dapat memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri, alam menjadi sumber daya yang dapat santri kelola. Pesantren ekologi ini juga mengenalkan pada lingkungan sekitar tentang pentingnya menanam tanpa merusak ekosistem, merawaat memanen, dan memasarkan dengan harga yang adil sekaligus mengajarkan makna egaliter atau kesataraan dalam merawat lingkungan ustad dengan santrinya.

Pesantren Ath-Thaariq didirikan pada bulan September tahun 2009. Terletak di Desa Cimurugul, Kelurahan Sukagalih, Kecamatan Tarogong Kidul, Garut ( Jawa Barat ). Lahan seluas 7500m2 dimanfaatkan menjadi beberapa zona yaitu area pesawahan, kebun tanaman pangan, peternakan, dan juga pembinihan. Melalui pesantren ini secara nyata menjaga ekologi dengan kajian ilmu agam sebagai pijakannya.

(16)

7

Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk meneliti Pesantren At-Thariq Garut dalam Proses pembinaan kesadaran santri di pesantren dalam upaya menjaga dan melestarika lingkungan hidup, dalam mengkaji ini penulis menggunakan pendekatan kulitatif. Adapun untuk karya ilmiahnya berjudul; “Pembinaan Kesadaran Santri melalui Pengelolaan Lingkungan Hidup (Studi Kasus Pesantren Ath-Thariq Garut )”

B. Batasan dan Rumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah

Agar pembahasan skripsi ini lebih terarah maka penulis membatasi penulisan ini yang difokuskan terhadap proses pembinaan kesadaran santri melalui pengelolaan lingkungan hidup di pesantren.

2. Rumusan Masalah

Dari latar belakang dan pembatasan masalah diatas, untuk mempermudah penelitian ini, peniliti merumuskan masalahnya sebagai berikut:

a. Bagaimana Proses pembinaan kesadaran santri melalui pengelolaan lingkungan hidup di Pesantren ?

b. Apa saja faktor pendukung dan penghambat pembinaan kesadaran santri melalui pengelolaan lingkungan hidup di Pesantren ? C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

(17)

Diuraikan, tujuan penelitian untuk menjelaskan: a. Proses pembinaan kesadaran santri dalam

memberdayakan lingkungan hidup di Pesantren. b. Faktor pendukung dan penghambat pembinaan kesadaran santri dalam menjaga lingkungan hidup di Pesantren.

2. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini dibedakan menjadi dua:

a. Manfaat teoritis. Yaitu melatih kemampuan penelitian secara ilmiah dan merumuskan hasil-hasil penelitian tersebut ke dalam bentuk tulisan. Serta, mampu menerapkan teori-teori yang diperoleh di bangku perkuliahan dan menghubungkan dengan praktik di lapangan. b. Manfaat praktis. Manfaat lebih lanjut dari

penelitian ini dapat dijadikan bahan masukan bagi para pembaca dan pekerja sosial yang berkaitan dengan pembinaan kesadaran lingkungan hidup di Pesantren.

D. Metodologi Penelitian 1. Metode Penelitian

Metode yang digunakan ialah Deskriptif. Menurut Wiranto Surachman (1993;63) suatu metode yang memiliki sifat menuturkan dan menafsirkan data yang ada tentang suatu proses yang berlangsung. Sedangkan pendekatan

(18)

9

yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Menurut bodgam dan taylor yang dikutip Lexy. Moleong, pendekatan kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis ataub lisan dari orang-orang dan prilaku yang diamati.10 2. Subjek Penelitian

Adapun yang menjadi subjek dalam penelitian ini yaitu tempat memperoleh keterangan. Yang dimaksud adalah pesantren yang terlibat andil dalam memberikan pembinaan kesadaran untuk para santrinya dalam menjaga lingkungan hidup. Diantaranya dua orang pembina dan tiga orang santri sebagai terbina.

3. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian bertempat di Wilayah Desa Cimurulug, Kecamatan Tarogong Kidul, Kabupaten Garut. 4. Teknik Pengambilan Data

Dalam penelitian ini untuk mencari dan mengumpulkan data, penulis menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut :

a. Pengamatan Lapangan (Observasi)

Observasi dilakukan guna menggali informasi dari beberapa sumber di Pesantren Ath-Thariq Garut, sehingga peneliti menempatkan diri secara sadar pada suatu lokasi tertentu guna mengamati perilaku subyek atau hal alami di sekitarnya. Kemungkinan pengamat

10 Lexy.J. Moleong, Metodelogi Penelitian Kualitatif, ( Bandung: PT

(19)

belum mengenal tentang subyek dan lokasi yang akan diamati, oleh karena itu pengamat atau peneliti dapat menggunakan seluruh inderanya dan menerapkan budaya atau akal budinya untuk mengungkap apa yang sebenarnya ada di subyek dan lokasi penelitian (Douglas 1976)11.

Dengan menggunakan observasi, peneliti berusaha mengamati dan mencatat segala sesuatu yang terjadi saat melakukan pengamatan. Adapun pengamatann yang dilakukan meliputi proses pembinaan kesadaran santri dalam memberdayakan lingkungan hidup di Pesantren.

b. Wawancara

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu.12 Mengajukan pertanyaan untuk mendapat jawaban yang benar merupakan pekerjan yang cukup sulit, wawancara merupakan cara yang umum dan ampuh untuk memahami keinginan/kebutuhan.13 Dalam hal ini wawancara dilakukan terhadap pihak Pesantren dan santri yang

11 Sedarmayanti & Syarifudin Hidayat, Metodologi Penelitian,

(Bandung : CV. Mandar Maju, 2011), h. 76.

12

Lexy J. Maleong, Metodologi Penelitian Kualitatif : Teori dan

Praktik, (Jakarta: Bumi Aksara, 2013), h. 143.

13 Sedarmayanti & Syarifudin Hidayat, Metodologi Penelitian,

(20)

11

terkait di dalamnya untuk mendapatkan data yang dibutuhkan.

c. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan salah satu alat yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian kualitatif. Dokumentasi adalah catatan yang dapat berupa secarik kertas yang berisi tulisan mengenai kenyataan, bukti, ataupun informasi, dapat pula berupa foto, pita-kaset atau pita recording, slide, mikro film dan film. Dokumen tersebut berguna sebagai bukti sumber data untuk membuka kesempatan untuk lebih memperluas pengetahuan terhadap sesuatu yang diselidiki (Parsudi: 1994: 160).14 Adapun dalam hal ini peneliti berusaha mendokumentasikan proses pembinaan kesadaran santri dalam memberdayakan lingkungan hidup di Pesantren.

5. Teknik Analisi Data

Menurut Bogdan dan Biklen, analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milihnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mentesiskannya, mencari dan menemukan pola, memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.15 Analisis data dalam penelitian

14 Sedarmayanti & Syarifudin Hidayat, Metodologi Penelitian,

(Bandung : CV. Mandar Maju, 2011), h. 86.

15

(21)

kualitatif dilakukan sejak sebelum memasuki lapangan, selama di lapangan, dan setelah selesai di lapangan.16 Langkah selanjutnya adalah mengolah data yang terkumpul dengan menganalisis data, mendeskripsikan data serta mengambil kesimpulan. Menganalisis data ini menggunakan teknik analisis data kualitatif, karena data-data yang diperoleh merupakan keterangan-keterangan.

Proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber, yaitu dari wawancara, pengamatan yang telah dituliskan dalam catatan lapangan, dokumen resmi, gambar, foto, dan sebagainya. Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan pada saat pengumpulan data seperti yang dikemukakan oleh Miles dan Huberman bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya jenuh.17 Aktivitas dalam menganalisis data kualitatif adalah:

a. Reduksi Data (Data Reduction)

Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas dan mempermudah peneliti untuk

16 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D,

(Bandung: Alfabeta, 2014), h. 245.

17

(22)

13

melakukan pengumpulan data selanjutnya dan mencarinya bila diperlukan. Secara teknis, pada kegiatan reduksi data yang telah dilakukan dalam penelitian ini meliputi: perekapan hasil wawanacara kemudian pengamatan hasil pengumpulan dokumen yang berhubungan dengan fokus penelitian.

b. Penyajian Data (Data Display)

Menyajikan data yaitu penyusunan sekumpulan informasi yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan penarikan tindakan. Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart atau sejenisnya. Dalam penelitian ini, secara teknis data-data akan disajikan dalam bentuk teks naratif, tabel, foto, bagan.

c. Penarikan Kesimpulan (Conclusion Drawing) Langkah ketiga dalam analisis data menurut Miles dan Huberman adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan dalam penelitian kualitatif adalah merupakan temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada. Dengan demikian kesimpulan dalam penelitian kualitatif mungkindapat menjawab rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal, tetapi mungkin juga tidak karena masalah dan rumusan masalah dalam penelitian kualitatif masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah penelitian berada dilapangan. Secara teknis proses penarikan

(23)

kesimpulan dalam penelitian ini akan dilakukan dengan cara mendiskusikan data-data hasil temuan dilapangan dengan teori-teori yang dimasukan dalam bab tinjauan pustaka.

E. Tinjauan Kepustakaan

Dalam upaya menghindari bentuk plagiat, penulis melakukan tinjauan kepustakaan di Perpustakaan Utama Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta terhadap beberapa skripsi yang memiiki kemiripan judul, diantaranya:

1. Skripsi berjudul : “Metode Bimbingan Islam dalam Pembinaan Akhlak anak Yatim di Panti Asuhan Yakin Larangan Tangerang” oleh Fitriani (103052028657) Studi Bimbingan dan Penyuluhan Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta angkatan 2018. Skripsi tersebut memiliki rumusan masalah dalam skripsi ini adalah metode atau program-program yang dilakukan panti asuhan dalam pembinaan akhlak anak yatim dan bagaimana solusi untuk menyelesaikan hambatan-hambatan pada anak yatim.

2. Skripsi berjudul: “Pembinaan Kesadaran Lingkungan Hidup di Pondok Pesantren Nurul Asna Kelurahan Kecandran Kecamatan Sidomukti Kota Salatiga”, oleh Kuni Sa’adati (111-12-116) Program Studi Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri Salatiga tahun 2018. Hasil penelitian ini berisi tentang bentuk

(24)

15

pembinaan kesadaran lingkungan hidup. Bentuk pembinaan dibagi menjadi beberapa metode, metode yang pertama adalah himbauan pengasuh dan ustadz kepada seluruh santri untuk saling menjaga kebersihan terutama kebersihan diri sendiri kemudian kebersihan lingkungan. Metode yang kedua yaitu dengan jadual piket harian yang diikuti oleh seluruh santri pondok pesantren Nurul Asna. Metode pembinaan kesadaran lingkungan hidup yang ketiga adalah dengan diadakannya kegiatan kerja bakti sebulan dua kali yang dilakukan dihari sabtu atau minggu. Metode yang keempat adalah memberikan slogan tentang pentingnya kebersihan.

3. Skripsi berjudul: “Pembinaan Karakter Peduli Lingkungan di MAN Gondangrejo Kabupaten Karanganyar Tahun 2017”, oleh Muhammad Shohib Al Jazuli (1331111377) Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri Surakarta tahun 2017. Penelitian ini membahas tentang pembinaan karakter peduli lingkungan. Hasil penelitian tersebut diantaranya pelaksanaan pembinaan karakter peduli lingkungan terdiri atas kegiatan sosialisasi peduli lingkungan secara langsung maupun tidak langsung. Salah satu sosialisasi tersebut yaitu dengan menempelkan visi dan misi madrasah, poster, maupun slogan yang

(25)

bersifat ajakan untuk menjaga lingkungan hidup di lingkungan madrasah yang strategis.

4. Skripsi berjudul: “Hubungan Tingkat Ubudiyah dengan Kesadaran Lingkungan Sekolah Pada Siswa SMP Negeri 1 Kalasan”, oleh Muhammad Nur Faizin (12410094) Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta tahun 2017. Penelitian tersebut berisi tentang hubungan antara tingkat ubudiyah dengan kesadaran lingkungan sekolah. Hasil penelitian diantaranya tingkat ubudiyah siswa seperti membaca Al- Quran, sholat dhuha, sholat dzuhur berjamaah, sholat jumat, puasa senin kamis, dan pengetahuan tentang agama islam berada pada kategori cukup baik, sehingga kesadaran lingkungan meliputi tanggung jawab menjaga lingkungan, kesadaran membuang sampah, kebersihan lingkungan, melestarikan lingkungan sekolah, kedisiplinan, dan ketaatan pada peraturan sekolah dapat dinyatakan cukup baik juga.

5. Skripsi berjudul : “Pelaksanaan Bimbingan Agama Dalam Mengembangkan Kecerdasan Spiritual Anak Di Sekolah Alam Depok”. Oleh Ina Nurul Lestari (105052001747) Program Studi Bimbingan dan Penyuluhan Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta angkatan 2010. Penelitian ini berisi tentang

(26)

17

kurangnya perhatian orang tua terhadap kecerdasan spritual (SQ) anak. Berdasarkan hasil yang didapat dalam penelitian ini membuktikan bahwa pelaksanaan bimbingan agama di Sekolah Alam Depok cukup signifikan dan menunjukan kearah yang postif. Namun kekurangan dalam penelitian ini adalah pembimbing hanya berkewajiban memberikan bimbingan dalam upaya memecahkan masalah. F. Sistematika Penulisan

BAB I PENDAHULUAN : Pada bab ini penulis membahas tentang latar belakang, pembatasan dan rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metode penelitian, tinjauan kepustakaan dan sistematika penulisan skripsi

BAB II KAJIAN PUSTAKA : Pada bab ini membahas tentang landasan teoritis mengenai pengertian pembinaan, kesadaran santri, dan lingkungan hidup.

BAB III GAMBARAN UMUM LATAR PENELITIAN : Bab ini berisikan tentang gambaran pesantren Ath-Thaariq Garut. BAB IV DATA DAN TEMUAN PENELITIAN : Berisi uraian penyajian data dan temuan penelitian

BAB V PEMBAHASAN : Bagian ini berisi uraian yang mengaitkan latar belakang, teori, dan Rumusan teori baru dari penelitian.

BAB VI : SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN G. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah

Pedoman dalam penulisan penelitian ini, peneliti mengacu pada Keputusan Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Nomor:

(27)

507 Tahun 2017 tentang Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

(28)

21

BAB II

KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Kesadaran Santri

1. Pengertian Kesadaran

Self- awareness atau kesadaran diri adalah wawasan kedalam atau wawasan mengenai alasan- alasan dari tingkah laku sendiri atau pemahaman diri sendiri. Kesadaran diri adalah bahan baku yang penting untuk menunjukan kejelasan dan pemahaman tentang perilaku seseorang. Kesadaran diri juga merupakan suatu yang bisa memungkinkan orang lain mampu mengamati dirinya sendiri maupun membedakan dirinya dari dunia (orang lain), serta yang memungkinkan orang lain mampu menempatkan diri dari suatu waktu dan keadaan.

Kesadaran diri merupakan salah satu bentuk bimbingan yang dilakukan melalui media kelompok dimana metode yang dibahas penyelesaian ditentukan atas kesepakatan seluruh anggota kelompok. Anggota kelompok bebas mengeluarkan pendapat, menanggapi, memberi saran tetapi tidak boleh keluar dari materi yang sudah ditentukan oleh pembimbing.

Kesadaran diri sangat tepat bagi kelompok remaja karena memberikan kesempatan untuk menyampaikan gagasan, perasaan, permasalahan, melepas keragu- raguan diri, dan pada kenyataannya anggota kelompok akan senang berbagi pengalaman dan keluhan- keluhan pada teman sebayanya. Kesadaran diri adalah bahan baku yang penting

(29)

untuk menunjukkan kejelasan dan pemahaman tentang perilaku seseorang. Kesadaran diri juga menjadi titik tolak bagi perkembangan pribadi. Patton menyebutkan bahwa kesadaran diri merupakan sifat yang ada pada Emosional dan Intellegency dan pada titik kesadaran inilah pengembangan (EQ) dapat dimulai, saluran menuju pada kesadaran diri adalah rasa tanggung jawab dan keberanian.

Dari berbagai pendapat diatas dapat disimpulkan kesadaran diri adalah kemampuan untuk mengenal dan memilah- milah perasaan pada diri, memahami hal yang sedang kita rasakan dan mengapa hal tersebut bisa kita rasakan dan mengetahui penyebab munculnya perasaan tersebut, serta pengaruh perilaku kita terhadap orang lain. 2. Bentuk-Bentuk Kesadaran Diri

Menurut Baron dan Byrne tokoh psikologi sosial, mengatakan bahwa kesadaran diri memiliki beberapa bentuk diantaranya :

a. Kesadaran Diri Subjektif, yaitu kemampuan orgasme untuk membedakan dirinya dari lingkungan fisik dan sosialnya. Dalam hal ini sering siswa disadarkan tentang siapa dirinya dan statusnya yang membedakan dirinya dengan orang lain. Ia harus sadar bahwa siapa dia di mata orang orang sekitarnya. Dan bagaimana ia harus bersikap yang membuat orang bisa menilai siswa tersebut bisa berbeda dengan yang lainnya.

(30)

23

b. Kesadaran diri objektif adalah kapasitas orgasme untuk menjadi objek perhatiannya sendiri, kesadaran akan keadaan pikirannya dan mengetahui bahwa ia tahu dan mengingat bahwa ia ingat. Hal ini berkaitan dengan identitas siswa sendiri sebagai seorang pelajar. Kalau siswa ingat bahwa ia adalah seorang murid, ia akan memfokuskan dirinya dan menempatkan dirinya pula sebagai siswa. Dan mengingat berbagai bentuk hak dan kewajiban yang menjadi tanggung jawabnya.

c. Kesadaran diri simbolik adalah kemampuan organisme untuk membentuk sebuah konsep abstrak dari diri melalui Bahasa kemampuan ini membuat organisme mampu untuk berkomunikasi, menjalin hubungan, menentukan tujuan, mengevaluasi hasil, dan membangun sikap yang berhubungan dengan diri dan membelanya terhadap komunikasi yang mengancam. Siswa dalam hal ini lebih ditekankan untuk bisa mengenali dirinya dan harus bisa berfikir jauh tentang dirinya di mata orang lain, siswa dalam hal ini lebih banyak belajar dari sekitarnya, dan lebih penting siswa harus bisa belajar bagaimana bisa menyampaikan sesuatu dengan baik kepada orang lain lewat sebuah komunikasi yang baik

(31)

agar siswa bisa membentuk sebuah hubungan dengan orang lain.

3. Karakteristik Dalam Pembentukan Kesadaran Diri Menurut Charles dalam membentuk kesadaran dalam diri seseorang dibutuhkan sebuah kerangka kerja yang terdiri dari lima elemen primer, diantaranya:

a. Attention (Atensi Perhatian) adalah pemusatan

sumber daya mental ke hal- hal eksternal maupun internal. Kita dapat mengarahkan atensi kita ke peristiwa- peristiwa eksternal maupun internal, dan oleh sebab itu, kesadaran pun dapat kita arahkan ke peristiwa eksternal dan internal.

b. Wakefulness (kesiagaan/ kesadaran) adalah

kontinum dari tidur hingga terjaga. Kesadaran, sebagai suatu kondisi kesiagaan memiliki komponen arousal. Dalam bagian kerangka kerja kesadaran ini, kesadaran adalah suatu kondisi mental yang dialami seseorang sepanjang hidupnya. Kesadaran terdiri berbagai level kesadaran dan esksetasi yang berbeda, dan kita bisa mengubah kondisi kesadaran kita menggunakan berbagai hal.

c. Architecture (Arsitektur) adalah lokasi fisik

struktur fisiologis dan proses- proses yang berhubungan dengan struktur tersebut yang menyokong kesadaran. Sebuah konsep dari

(32)

25

definitive dari kesadaran adalah bahwa

kesadaran memiliki sejumlah struktur fisiologis (suatu struktur arsitektual). Diasumsikan bahwa kesadaran berpusat di otak dan dapat didefinisikan melalui penyelidikan terhadap korelasi natural kesadaran di otak dan dapat didefinisikan terhadap korelasi natural kesadaran.

d. Recall of knowledge (mengingat pengetahuan)

adalah proses pengambilan informasi tentang pribadi yang bersangkutan dengan dunia sekelilingnya.

e. Self knowledge (pengetahuan diri) adalah

pemahaman tentang informasi jati diri pribadi seseorang. Pertama, terdapat pengetahuan fundamental bahwa anda adalah anda.

Teori Kesadaran yang dalam Bahasa Sigmund Freud dikenal dengan Psikoanalisis/Teori Perkembangan, mengemukakan bahwa kehidupan jiwa memiliki tiga tingkat kesadaran yakni sadar conscious, menurut Freud hanya sebagian kecil saja dari kehidupan mental yaitu pikiran, persepsi, persaan dan ingatan yang masuk kekesadaran, isi-isi kesdaran itu hanya akan bertahan dalam waktu yang singkat. Prasadar atau preconscious, tingkat kesadaran yang menjadi jembatan antara sadar dan tidak sadar, pengalaman yang ditinggal oleh perhatian semula disadari tetapi kemudian tidak lagi dicermati, akan ditekan pindah ke daerah prasadar. Disisi lain, isi materi daerah

(33)

tak sadar dapat muncul kedaerah prasadar. Tak sadar atau unconscious, merupakan bagian yang paling dalam dari struktur kesadaran dan menurut freud merupakan bagian yang terpenting dari jiwa manusia, secara khusus freud membuktikan bahwa ketidak sadaran bukanlah abstraksi hipotetik tetapi itu kenyataan empirik.

Teori Psikoanlisis merupakan teori yang berusaha untuk menjelaskan tentang hakikat dan perkembangan kepribadian manusia . unsur-unsur yang diutamakan dalam teori ini adalah motivasi, emosi dan aspek-aspek internal lainnya. Teori ini mengasumsikan bahwa kepribadian berkembang ketika terjadi konflik-konflik dari aspek-aspek psikologi tersebut, yang pada umumnya terjadi pada anak-anak atau usia dini. Tujuan-tujuan Pendidikan yang dinyatakan berdasarkan analisis psikoanalisis adalah memberi tuntunan bagi pendidik dan anak didik tentang apa yang hendak dicapai, kegiatan-kegiatan, yang mereka lakukan, dan kemajuan yang dicapai oleh anak didik.

4. Pengertian Santri

Kata santri menurut C. C Berg berasal dari Bahasa india , shastri yaitu orang-orang yang tahu buku-buku suci agama hindu atau seorang sarjana ahli kitab suci agama Hindu. Sementara itu A. H John menyebutkan bahwa istilah santri berasal dari Bahasa Tamil yang berarti guru mengaji.18Nurcholish Madjid juga memiliki pendapat yang

18 Babun Suharto, Dari Pesantren untuk umat: Reiventing Eksistensi Pesantren di Era Globalisasi (Surabaya: Imtiyaz, 2011) h. 9

(34)

27

berbeda. Dalam pandangannya asal usul kata santri dapat dilihat dari dua pendapat. Pertama, pendapat yang mengatakan bahwa santri berasal dari kata sastri, sebuah kata dari bahasa sansekerta yang artinya melek huruf. Pendapat ini menurut Nurcholish Madjid di dasarkan atas kaum santri kelas literary bagi orang jawa yang berusaha mandalami melalui kitab-kitab bertulisan dan bahasa arab. Kedua, pendapat yang mengatakan bahwa perkataan santri sesungguhnya berasal dari Bahasa jawa, dari kata cantrik berarti seseorang yang selalu mengikuti seorang guru kemanapun guru ini pergi dan menetap.19

Santri adalah sekelompok orang yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan ulama. Santri dididik dan menjadi pengikut serta pelanjut perjuangan ulama. Pridikat santri atau julukan santri merupakan panggilan kehormatan, karena seseorang bisa mendapat gelar santri bukan semata-mata karena sebagai pelajar/mahasiswa tetapi karena ia memiliki ahlak yang berlainan dengan orang awam yang ada disekitarnya. Buktinya ialah ketika ia keluar dari pesantren, gelar yang ia bawa adalah santri, dan santri itu memiliki akhlak dan kepribadian tersendiri.20

Penggunaan Istilah santri ditujukan kepada orang yang sedang menuntut pengetahuan agama di pondok pesantren.

19

Yasmadi, Moderasi Pesantren: Kritik Nurchlish Madjid Terhadap

Pendidikan Islam Tradisional (Jakarta Ciputat Press, 2005) h. 61

20 Abdul Qadir Jailani, Peran Ulama dan Santri, (Surabaya: Bina

(35)

Sebutan santri senantiasa berkonotasi kepada kiyai.21 Para santri menuntut pengetahuan ilmu agama kepada kiai dan mereka bertempat tinggal di Pesantren, karena posisi santri yang seperti itu, maka kedudukan santri dalam pesantren menempati posisi subordinat. Santri merupakan siswa yang mendalami ilmu-ilmu agama di pesantren, baik yang tinggal di pondok maupun pulang setelah selesai waktu belajar. Zamakhsyari Dhorif membagi menjadi dua kelompok sesuai tradisi pesantren yang diamatinya, yaitu: Pertama, Santri Mukmin, yakni para santri yang menetap di Pesantren biasanya diberikan tanggung jawab mengurusi kepentingan pesantren. Kedua, Santri Kalong, yakni santri yang selalu pulang setelah selesai belajar atau kalau malam ia berada di Pesantren dan kalau siang Pulang kerumah.22

5. Pengertian Kesadaran Santri

kemampuan santri untuk membedakan dirinya dari lingkungan fisik dan sosialnya. Dalam hal ini sering santri disadarkan tentang siapa dirinya dan statusnya yang membedakan dirinya dengan orang lain. Ia harus sadar bahwa siapa dia di mata orang orang sekitarnya. Dan bagaimana ia harus bersikap yang membuat orang bisa menilai santri tersebut bisa berbeda dengan yang lainnya. kapasitas santri untuk menjadi objek perhatiannya sendiri, kesadaran akan keadaan pikirannya dan mengetahui bahwa ia tahu dan mengingat bahwa ia ingat. Hal ini berkaitan dengan

21

Sukanto, Kepemimpinan Kiai dalam Pesantren (Jakarta: Pustaka LP3ES, 1999) h. 97

22 Harun Nasution, Ensklopedia Islam ( Jakarta, Depag RI, 1993 ) h.

(36)

29

identitas santri sendiri sebagai seorang pelajar. Kalau santri ingat bahwa ia adalah seorang murid, ia akan memfokuskan dirinya dan menempatkan dirinya pula sebagai santri. Dan mengingat berbagai bentuk hak dan kewajiban yang menjadi tanggung jawabnya.

kemampuan santri untuk membentuk sebuah konsep abstrak dari diri melalui Bahasa kemampuan ini membuat santri mampu untuk berkomunikasi, menjalin hubungan, menentukan tujuan, mengevaluasi hasil, dan membangun sikap yang berhubungan dengan diri dan membelanya terhadap komunikasi yang mengancam. Santri dalam hal ini lebih ditekankan untuk bisa mengenali dirinya dan harus bisa berfikir jauh tentang dirinya di mata orang lain, santri dalam hal ini lebih banyak belajar dari sekitarnya, dan lebih penting santri harus bisa belajar bagaimana bisa menyampaikan sesuatu dengan baik kepada orang lain lewat sebuah komunikasi yang baik agar santri bisa membentuk sebuah hubungan dengan orang lain.

B. Pengertian Pembinaan

Merujuk Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kata Pembinaan berasal dari kata bina, yang mendapat imbuhan pe-an sehingga menajadi kata pembinaan. Pembinaan adalah usaha, tindakan, dan kegiatan yang dilakukan secara efesien dan efektif untuk memperoleh hasil yang lebih baik.23 Pembinaan merupakan proses dan cara membina, menyempurnakan, atau usaha tindakan dan kegiaatan yang dilakukan untuk memperoleh hasil yang lebih

(37)

baik. Pembinaan pada dasarnya merupakan kegiatan yang dilakukan secara sadar, berencana, terarah dan teratur serta bertanggung jawab dalam rangka penumbuhan, peningkatan dan mengembangkan kemampuan serta sumber-sumber yang tersedia untuk mencapai tujuan. 24

Menurut Mangunhardja untuk melakukan pembinaan ada beberapa pendekatan yang harus diperhatikan oleh seorang Pembina antara lain: Pertama, Pendekatan Informatif yaitu cara menjalankan program dengan menyampaikan informasi kepada peserta didik. Peserta didik dalam pendekatan ini dianggap belum tahu dan tidak punya pengalaman. Kedua, Pendekatan Partisipatif, dalam pendekatan ini peserta didik dimanfaatkan sehingga lebih ke situasi belajar Bersama. Ketiga, Pendekatan Eksperiansial, dalam pendekatan ini menempatkan peserta didik langsung terlibat dalam pembinaan. Ini disebut sebagai belajar yang sejati karena pengalaman pribadi dan langsung terlibat dalam situasi tersebut. 25

Dengan demikian dapat disimpulkan bawah pembinaan adalah suatu proses belajar dalam upaya mengembangkan dan meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang bertujuan untuk lebih meningkatkan kemampuan seseorang atau kelompok.

24 Simanjuntak B, I.L pasaribu, Membina dan Mengembangkan

Generasi Muda, ( Bandung, Tarsito, 1990 ) h. 84

25 Mangunhardjana, Pembinaan, Arti dan Metodenya ( Yogyakarta:

(38)

31

C. Pengertian Lingkungan Hidup

Lingkungan hidup dengan segala komponen yang ada didalamnya sangat dibutuhkan dalam pertumbuhan dan perkembangan hidup manusia. Allah SWT telah menciptkan lingkungan dengan berbagai macam komponen yang dapat dipergunakan manusia dalam rangka menjalankan tugas yang telah ditetapkan Allah SWT, baik pelaksanaan tugas itu dalam rangka ibadah, dalam rangka menjalankan amanah sebagai khalifah dimuka bumi, maupun dalam rangka membangun dan memakmurkan bumi. Manusia mempunyai ketergantungan kuat dengan lingkungan hidupnya. Membicarakan manusia harus pula membicarakan lingkungan hidupnya demikian pula sebaliknya membicarakan lingkungan juga membicarakan manusia. Manusia tanpa lingkungan juga abstaraksi belaka.26

Untuk mengetahui hubungan manusia dengan lingkungan hidupnya, maka perlu diketahui maksud dari lingkungan itu sendiri. Lingkungan hidup sendiri terdiri dari dua kata, yakni lingkungan dan hidup. Dalam kamus Besar Bahasa Indonesia lingkungan berarti daerah, golongan, kalangan, dan semua yang mempengaruhi pertumbuhan manusia dan hewan. Sedangkan hidup berarti masih terus ada, bergerak, dan bekerja sebagaimana mestinya. Jika kedau kata tersebut digabungkan, maka lingkungan hidup berarti daerah atau tempat dimana mahluk hidup untuk bertahan dan bergerak sebagaimana mestinya.

26 Otto Soemarwoto, Analisi Mengenal Dampak Lingkungan, (

(39)

“Secara umum lingkungan hidup dapat diatikan sebagai kesatuan ruang dengan semua benda, gaya, keadaan, dan mahluk hidup termasuk didalamnya manusia dan perilakunya yang mempengaruhi kelangsungan Hidup dan kesejahteraan manusia serta mahluk hidup lainnya”.27

Untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas tentang pengertian lingkungan Hidup, penulis memamparkan beberapa pendapat dari para pakar-pakar lingkungan tentang pengertian lingkungan hidup diantaranya: Pertama, S.J Mc Naughton dan Larry L Wolf mengartikannya dengan semua faktor eksternal yang bersifat biologis dan fisika yang langsung mempengaruhi kehidupan, pertumbuhan, perkembangan, dan reproduksi organisme. 28Kedua, Prof. Dr. Ir. Otto Soemarwoto, seorang ahli ilmu lingkungan ( Ekologis ) terkemuka mendefinisikannya sebagai berikut, Lingkungan adalah jumlah semua benda dan kondisi yang ada dalam ruang yang kita tempati mempengaruhi kehidupan kita. Ketiga, Prof. Dr. St. Munandjat, SH, ahli hukum lingkungan terkemuka dan guru besar hukum lingkungan Universitas Padjajaran mengartikan lingkungan hidup sebagai semua benda dan kondisi, termasuk didalamnya manusia dan tingkat perbuatannya yang terdapat dalam ruang tempat manusia berada dan mempengaruhi hidup serta kesejahteraan mausia dan jasad hidup lainnya. Sedangkan yang Ke empat Soedjono

27 Andi Hamzah, Penegakan Hukum Lingkungan, ( Jakarta, Sinar

Grafika, 2008 ) cet. II h. 1

28 N.H.T. Silahaan, Hukum Lingkungan dan Ekologi Pembangunan, (

(40)

33

mengartikan Lingkungan Hidup sebagai lingkungan Hidup Fisik atau Jasmani yang mencangkup dan meliputi semua unsur dan factor fisik jasmaniah yang terdapat dalam alam. Dalam pengertian ini maka manusia, hewan, dan tumbuhan-tumbuhan tersebut dilihat dan dianggap sebagai perwujudan fisik jasmani belaka. Dalam hal ini lingkungan hidup manusia, hewan, dan tumbuh-tumbuhan ada didalamnya.29

Sedangkan menurut penetian yuridis seperti yang diberikan dalam pasal 1 ayat 1 Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 TentangPerlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Lingkungan hidup diartikan sebagai kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya yang mempengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan hidup dan kesejahteraan manusia serta mahluk hidup lain. 30

Dari beberapa defenisi tentang lingkungan hidup yang telah penulis paparkan dapat disimpulkan bahwa lingkungan hidup ialah suatu rangkaian atau suatu sistem yang saling mempengaruhi satu sama lain terhadap kehidupan dan kesejahteraan, baik terhadap manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan, maupun terhadap benda mati lainnya.

1. Fungsi Lingkungan Hidup

Lingkungan Hidup merupakan bagian yang mutlak dari kehidupan manusia. Dengan kata lain, lingkungan

29

Harun M. Husein, Lingkungan Hidup Masalah, Pengelolaan, Dan

Penegakan Hukumnya ( Jakarta: Bumi Aksara, 1995 ) cet. II h. 7

30Tim Redaksi Pustaka Yustisia, Perundangan Tentang Lingkugan

(41)

hidup tidak terlepas dari kehidupan manusia. Manusia mencari makan dan minum serta memenuhi kebutuhan lainnya dari ketersediaan atau sumber-sumber yang diberikan oleh lingkungan hidup dan kekayaan alam sebagai sumber pertama dan terpenting bagi pemenuhan berbagai kebutuhannya. Dari lingkungan hidupnya manusia memanfaatkan bagian-bagian lingkungan hidup seperti heawan-hewan, tumbuh-tumbuhan, air, udara, sinar matahari, garam, kaya, barang-barang tambang dan lain sebagainya, untuk keperluan hidup manusia.31

Dari lingkungan hidup, manusia, hewan, dan tumbuh-tumbuhan bisa memperoleh daya atau tenaga. Manusia memperoleh kebutuhan pokok atau primer, kebutuhan sekunder atau bahkan memenuhi lebih dari kebutuhannya sendiri berupa hasrat atau keinginan. Atas dasar lingkungan hidupnya pulalah manusia dapat berkreasi dan mengembangkan bangkat atau seni. Dengan demikian dapat dipahami bahwa manusia dan mahluk lainnya tidak bisa hidup dalam kesendirian. Bagian-bagian atau komponen-komponen lain mutlak harus ada untuk mendampingi dan meneruskan kehidupan atau eksistensinya.

2. Pencemaran dan Perusakan Lingkungan Hidup

Bahaya yang senantiasa mengancam kelestarian lingkungan dari waktu ke waktu ialah pencemaran dan pengrusakan lingkungan hidup. Ekosistem dari suatu lingkungan dapat terganggu kelestariannya oleh karena

31 N.H.T. Silahaan, Hukum Lingkungan dan Ekologi Pembangunan,

(42)

35

pencemaran dan perusakan lingkungan. Orang sering mencampur adukan antara pengertian pencemaran dan perusakan lingkungan padahal antara keduanya terdapat perbedaan. Undang- undang Republik Indonesia membedakan keduanya: Pertama, pencemaran lingkungan hidup adalah masuk atau dimasukannya mahluk hidup, zat, energi, atau komponen lain kedalam lingkungan hidup oleh kegiatan manusia sehingga melampaui baku kerusakan lingkungan hidup (Pasal 1 ayat 14). Kedua, pengrusakan lingkungan hidup adalah tindakan orang yang menimbulkan perubahan langsung atau tidak langsung terhadap sifat fisik, kimia, atau hayati lingkungan hidup sehingga melampaui kriteria baku kerusakan lingkungan hidup (Pasal 1 ayat 16). Secaara mendasar dalam pencemaran terkandung pengertian pengotoran (Costamination) dan Perburukan (Deterioration). Pengotoran dan pemburukan terhadap sesuatu semakin lama akan menghancurkan apa yang dikotori atau diburukan sehingga akhirnya dapat memusnahkan setiap sasaran yang dikotorinya. Sebagaimana yang terdapat dalam buku Pengantar Hukum Lingkungan Indonesia karya Abdurahman, para pakar lingkunganpun memberikan defenisi yang berbeda-beda mengenai masalah pencemaran lingkungan.

R.T.M Sutamihardja, merumuskan pencemaran adalah penambahan bermacam-macam bahan sebagai hasil dari aktivitas manusia ke lingkungan dan biasanya memberikan pengaruh yang terhadap lingkungan. Sedangkan Munadjad Danusaputra merumuskan pencemaran lingkungan sebagai suatu keadaan

(43)

dalam mana suatu materi, energi, atau informasi masuk atau dimasukan di dalam lingkungan oleh kegiatan manusia dan secara alami dalam batas-batas dasar atau kadar tertentu, hingga mengakibatkan terjadinya gangguan kerusakan atau penurunan mutu lingkungan, sampai lingkungan tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya dilihat dari segi kesehatan, kesejahteraan, dan keselamatan hayati.32

Pencemaran erat kaitannya dengan kegiatan manusia, antara lain berupa kegiatan-kegiatan Industri, kegiatan pertambangan, kegiatan transportasi dan kegiatan pertanian akibat dari residu pemakaian zat-zat kimia yang memberantas binatang-binatang pengganggu seperti insektisida, pestisida, herbisida, dan fungsida. Demikian pula pemakaian pupuk dan arorganis dan lain-lain. D. Kajian Lingkungan Hidup dalam Islam

kita perlu mengeksplorasi hubungan antara Islam dan lingkungan untuk menggali nilai-nilai spiritual dan memikirkan kembali tanggung jawab manusia terhadap alam. Umat Islam perlu menggali nilai-nilai etik universal tentang lingkungan hidup agar dapat merekonstruksi sebuah pandangan kosmologis yang lebih bersahabat kepada alam.

Alquran sendiri menggunakan petunjuk tidak langsung yang terkait dengan komponen-komponen penting dari lingkungan; seperti langit, matahari, bumi, dan makhluk hidup. Beberapa ayat yang bisa dirujuk di antaranya adalah QS. al-Jasiyah (45):13, Yasin: 33, dan Al- Baqoroh (2): 61.

32 Abdurahmab, Pengantar Hukum Lingkungan Indonesia, (Bandung:

(44)

37

ُشَّكَفَخٌَ ٖو إَٔقِّن ٖجٌََٰٓ َلۡ َكِن ََٰر ًِف ٌَِّإ ُُّۚأُِّي ا ٗعًٍَِج ِض أسَ ألۡٱ ًِف اَئَ ِث ََٰٕ ًَََّٰغنٱ ًِف اَّي ىُكَن َشَّخَعَٔ ٌَٔ

٣١ Artinya: “Dan Dia telah menundukkan untukmu apa yang di langit dan apa yang di bumi semuanya, (sebagai rahmat) daripada-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berfikir” (Q.S. Al- Jasiyah: 13).33

Dalam ayat tersebut menurut Muhammad bin Shalih Asy- Syawi pada penciptaan, pengaturan dan penundukan-Nya kepada alam semesta terdapat dalil yang menunjukkan berlakunya kehendak Allah dan sempurnanya kekuasaan-Nya. Demikian pula kerapihan, keserasian dan indahnya ciptaan-Nya juga menunjukkan sempurnanya hikmah-Nya dan ilmu-Nya. Apa yang terlihat di alam semesta berupa luas, besar dan banyak juga menunjukkan luasnya kerajaan-Nya. Pengkhususan yang diberikan-Nya serta adanya sesuatu yang berlawanan juga menunjukkan bahwa Dia berbuat apa yang Dia kehendaki. Manfaat dan maslahat baik yang terkait dengan agama maupun dunia menunjukkan luasnya rahmat-Nya, meratanya karunia dan ihsan-Nya, dan pada indahnya kelembutan-Nya dan kebaikan-Nya dan pada semua yang disebutkan tadi juga menunjukkan bahwa Dia yang berhak disembah, dimana tidak pantas ibadah, penghinaan diri dan kecintaan kecuali kepada-Nya, dan bahwa apa yang dibawa para rasul-Nya adalah benar. Ini adalah dalil „aqli (akal) yang begitu jelas, yang tidak menerima lagi keraguan dan kebimbangan.34

(45)

آَأُِي اَُ أجَش أخَأَٔ آَََُٰأٍٍَ أحَأ ُتَخأًٍَأنٱ ُض أسَ ألۡٱ ُىَُّٓن ٞتٌَاَءَٔ

ٌَُٕهُكأأٌَ ُّأًَُِف اّٗبَح

١١

Artinya: “Dan suatu tanda (kekuasaan Allah yang besar) bagi mereka adalah bumi yang mati. Kami hidupkan bumi itu dan Kami keluarkan dari padanya biji-bijian, maka daripadanya mereka makan” (Q.S. Yasin: 33)

Menurut Qurasih Shihab dalam ayat tersebut sebagai bukti untuk manusia bahwa Allah Mahakuasa membangkitkan dan mengumpulkan adalah tanah kering- kerontang yang Allah hidupkan dengan air. Lalu, dari tanah itu, Allah keluarkan biji-bijian yang kemudian dapat mereka makan. Manusia dapat memanfaatkan dan mengolah dari apa yang Allah berikan berupa tanah yang subur untuk kelangsungan hidup manusia. 35

اًَِّي اََُن أجِش أخٌُ َكَّبَس اََُن ُع أدٱَف ٖذِح ََٰٔ ٖواَعَط َٰىَهَع َشِب أصََّ ٍَن َٰىَعًٌََُٰٕ أىُخأهُق أرِإَٔ

ُض أسَ ألۡٱ ُجِبُُۢح

ٌَُٕنِذأبَخ أغَحَأ َلاَق ۖآَِهَصَبَٔ آَِعَذَعَٔ آَِيُٕفَٔ آَِئٓاَّثِقَٔ آَِهأقَب ٍِۢي

أجَبِشُضَٔ ۡۗأىُخأنَأَع اَّي ىُكَن ٌَِّإَف ا ٗش أصِي ْإُطِبأْٱ ُۚ شأٍَخ َُْٕ يِزَّنٱِب َٰىََ أدَأ َُْٕ يِزَّنٱ

ِّي ٖبَضَغِب ُٔءٓاَبَٔ ُتََُك أغًَأنٱَٔ ُتَّنِّزنٱ ُىِٓأٍَهَع

ِب ٌَُٔشُف أكٌَ ْإَُاَك أىَََُّٓأِب َكِن ََٰر ِۡۗ َّللّٱ ٍَ

َ

ِجٌََٰا

ٍِِّبَُّنٱ ٌَُٕهُخأقٌََٔ ِ َّللّٱ

ۧ

ٌَُٔذَخ أعٌَ ْإَُاَكَّٔ ْإَصَع اًَِب َكِن ََٰر ِِّّۡۗۗ ََأنٱ ِشأٍَغِب ٍَ

١٣

Artinya: “Dan (ingatlah), ketika kamu berkata: "Hai Musa, kami tidak bisa sabar (tahan) dengan satu macam makanan saja. Sebab itu mohonkanlah untuk kami kepada Tuhanmu, agar Dia mengeluarkan bagi kami dari apa yang ditumbuhkan bumi, yaitu sayur-mayurnya, ketimunnya, bawang putihnya, kacang adasnya, dan bawang merahnya". Musa berkata: "Maukah kamu mengambil yang rendah sebagai pengganti yang lebih baik? Pergilah kamu ke suatu kota, pasti kamu memperoleh apa yang kamu minta". Lalu ditimpahkanlah kepada mereka nista dan

35 Wisnu Manupraba, diunggah pada tanggal 5 januari 2015, diakses

pada tanggal 19 Juli 2019 pukul 16.45 WIB pada halaman web

(46)

39

kehinaan, serta mereka mendapat kemurkaan dari Allah. Hal itu (terjadi) karena mereka selalu mengingkari ayat-ayat Allah dan membunuh para Nabi yang memang tidak dibenarkan. Demikian itu (terjadi) karena mereka selalu berbuat durhaka dan

melampaui batas” (Q.S. Al- Baqoroh: 61) 36

َىَّهَعَٔ ٍَِّْهَع ُ َّاللَّ ىَّهَص ِ َّاللَّ ُلُٕعَس َلاَق َلاَق َُُّْع ُ َّاللَّ ًَِضَس ٍكِناَي ٍِْب ِظَََأ ٍَْع

َْٔأ ٌاَغَِْإ َْٔأ شٍَْط ُُِّْي ُمُكْأٍََف اًع ْسَص ُعَسْضٌَ َْٔأ اًعْشَغ ُطِشْغٌَ ٍىِهْغُي ٍِْي اَي

َك َّلَِّإ تًٍََِٓب

تَقَذَص ِِّب َُّن ٌَا

Artinya: Dari Anas bin Malik ra. Dia berkata: Rasulullah Saw bersabda: “Tidaklah seorang Muslim pun yang menanam atau bercocok tanam, lalu tanamannya itu dimakan oleh burung, atau orang, atau binatang, melainkan hal itu menjadi shadaqah baginya”. (HR. Bukhari)

Melalui hadis ini, Rasulullah Saw menganjurkan umatnya untuk menanam atau bercocok tanam. Berdasarkan hadis ini dapat dikatakan pula bahwa dengan bercocok tanam atau menanam pohon akan diperoleh dua manfaat, yaitu manfaat keduniaan dan manfaat keagamaan.

Bahkan manfaat yang mereka berikan tidak terbatas pada penyediaan bahan makanan bagi orang lain saja akan tetapi dengan bercocok tanam, mereka telah menjadikan lingkungan lebih sehat untuk manusia, udara juga menjadi lebih sehat karena tanamanmenghasikan oksigen yang juga sangat dibutuhkan manusia dalam proses pernafasan. Tanaman berupa pepohonan besar juga memberikan kerindangan dan keteduhan bagi orang-orang yang

36

(47)

bernaung di bawahnya serta kesejukan bagi orang-orang di sekitarnya. Tanaman dan pepohonan juga menjadikan pemandangan alam yang indah dipandang mata, sehingga perasaan pun ikut menjadi damai berada di dekatnya.

َّهَعَٔ ٍَِّْهَع ُ َّاللَّ ىَّهَص ِ َّاللَّ ُلُٕعَس َلاَق َلاَق َُُّْع ُ َّاللَّ ًَِضَس َةَشٌَْشُْ ًِبَأ ٍَْع

ٍَْي َى

َُّض ْسَأ ْكِغًٍُْْهَف ىَبَأ ٌِْإَف ُِاَخَأ آًٍََََُِْْن َْٔأ آَْعَسْضٍَْهَف ضْسَأ َُّن ْجََاَك

Artinya:“Dari Abu Hurarah ra. Dia berkata: “Rasulullah saw bersabda „siapa yang memiliki tanah hendaklah dia menanaminya, atau hendaklah dia serahkan kepada saudaranya untuk ditanami, jika tidak mau, maka hendaklah dia tahan (kepemilikan) tanah itu (disewakan kepada orang lain untuk ditanami)" (HR. Bukhary).

Hadis di atas menunjukkan bahwa Rasulullah sangat menghargai tanah yang merupakan karunia Allah Swt. Karena itu orang yang memiliki tanah cukup luas tetapi tidak sanggaup untuk mengelola dan memanfaatkan tanahnya dengan menanaminya, diperintahkan untuk menghibahkannya kepada saudaranya agar dikelola, atau disewakan kepada orang lain untukdigarap. Dengan cara demikian maka dia tidak dianggap menelantarkan lahan.

Selain itu dia telah menolong orang lain dengan memberiya pekerjaan. Begitulah Islam sejak zaman Nabi telah memperhatikan lingkungan sebagai upaya pelestarian lingkungan itu sendiri sehingga tidak terbengkalai bahkan memberikan manfaat dan maslahat kepada umat manusia.

(48)

41

E. Tipologi Pesantren

Menurut Yacub yang dikutip oleh Khozin mengatakan bahwasanya ada beberapa pembagian pondok pesantren dan tipologinya yaitu :

1. Pesantren Salafi, yaitu pesantren yang tetap mempertahankan pelajarannya dengan kitab-kitab klasik dan tanpa diberikan pengetahuan umum. Model pengajarannyapun sebagaimana yang lazim diterapkan dalam pesantren salaf, yaitu dengan metode sorogan dan weton.

2. Pesantren Khalafi, yaitu pesantren yang menerapkan sistem pengajaran klasikal (madrasi), memberikan ilmu umum dan ilmu agama, serta juga memberikan pendidikan keterampilan.

3. Pesantren Kilat, yaitu pesantren yang berbentuk semacam training dalam waktu relatif singkat, dan biasanya dilaksanakan pada waktu libur sekolah. Pesantren ini menitik beratkan pada keterampilan ibdah dan kepemimpinan. Sedangkan santrinya terdiri dari siswa sekolah yang dipandang perlu mengikuti kegiatan keagamaan di pesantren kilat.

4. Pesantren terintegrasi, yaitu pesantren yang lebih menekankan pada pendidikan vocasional atau kejuruan, sebagaimana balai latihan kerja di Departemen Tenaga Kerja, dengan program yang terintegrasi. Sedangkan santrinya mayoritas berasal

(49)

dari kalangan anak putus sekolah atau para pencari kerja.37

Dilihat dari metode dan substansi pengajaran, pesantren ekologi masuk dalam kategori pesantren Khalafi/ modern. Pesantren Ekologi mengelaborasi antira pengajaran madrasi (klasikal), ilmu agama, dan juga ilmu umum, terlebih pesantren ekologi memberikan pendidikan keterampilan berupa pengetahuan dan implementasi dalam memberdayakan lingkungan hidup.

37 KSI Al-Khoirot, diunggah pada tanggal 6 September 2012, diakses

pada tanggal 19 Juli 2019 pukul 16.59 WIB pada halaman web

(50)

46

BAB III

GAMBARAN UMUM LATAR PENELITIAN A. Sejarah Pesantren Ath-Thariq

Sekolah Ekologi Pesantren Ath-Thariq Garut ialah sebuah lembaga Pendidikan yang bergerak pada pembelajaran siswa bagaimana bisa survive, baik itu dalam masa belajar maupun setelah selesai belajar, difokuskan pada pembelajaran melayani diri sendiri serta alam, adalah bagian yang tidak terpisahkan dalam kurikulum belajar pesantren. Lebih dari itu belajar bagaimana mengolah pertanian/perkebunan dengan menggunakan Open Pollinated Organic Sedd. Seluruh sistem pengelolaan Open Pollinated Organic Seed berbasiskan pengetahuan Ekologi, yang sangat mempertimbangkan keterjagaan Ekosistem sebagai bentuk kepedulian dan penghormatan kita kepada alam semesta. 1

Lebih luas mengandung arti sebuah Pendidikan yang berbasis Agro Ekologi yaitu Pendidikan yang mengenalkan kepada lingkungan sekitar pada pentingnya menanam tanpa merusak ekosistem, merawat, memanen, dan memasarkan dengan harga yang adil, bahkan melakukan penelitian dan menjadi investor, sehingga kelak siswa akan tumbuh pribadi-pribadi yang berpandangan pada penyelamatan dan kepedulian pada manusia, bumi, dan masa deepan. Mengenai kehidupan bukan hanya bicara tentang kebutuhan manusia, tetapi juga mahluk lain yang ada di bumi.

Pesantren Ath-Thariq memiliki konsep pesantren Ekologi. Selain belajar mengaji, para santri juga diajarkan Bertani dengan

(51)

model pertanian ekologi, yakni memelihara berbagai habitat di dalamnya untuk menjaga ekosistem yang saling terkait satu sama lainnya. Pesantren At-Thariq didiran pada akhir bulan di tahun 2009 dengan konsep kekeluargaan. Melalui pesantren ini secara nyata menjaga ekologi dengan kajian ilmu agama sebagai pijakannya. Bertani menggunakan cara kuno dan tradisional, tetapi kami yakini bahwa model pertanian itu adalah model pertanian yang alternatif, model yang menjaga soal lingkungan, soal ekologi, soal hubungan manusia dengan alam.

Setiap hari para santri diajak untuk bertani, berbagai jenis pangan untuk kebutuhan pangan seluruh anggota keluarga pesantren. Lahan seluas 7500 m2 dimanfaatkan menjadi beberapa zona, yaitu area persawahan, kebun tanaman pangan, peternakan, dan juga pembenihan. Keluarga pesantren mengkonsumsi tanaman pangan sesuai dengan hasil panen yang tersedia, sehingga tidak bergantung pada satu jenis pangan. Para santri di Ath-Thariq kini terbiasa mengkonsumsi umbi-umbian, pisang, dan pangan selain nasi untuk memenuhi kebutuhan karbohidrat. Selain itu, mereka mengkonsumsi sayuran-sayuran yang mereka tanam dikebun sendiri. Seluruh hasil pertanian di lahan pesantren At-Thariq dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan pangan keluarga pesantren.

Jika hasil panen berlimpah, baru kemudian dijual untuk menumbuhkan kehidupan perekonomian pesantren. Kami menilai bahwa konsep pertanian seharusnya mengutamakan kebutuhan pangan sendiri terlebih dahulu sebelum kemudian berpikir untuk menjual hasil pertanian tersebut. Pesantren ini akan memenuhi

(52)

48

dulu kebutuhan keluarga akan nutrisi, vitaminnya, karbohidratnya, sayurannya. Hampir semua santri Ath-Thariq berhasil mendapat peringkat kelas yang baik disekolahnya masing-masing, bahkan ada pula yang mendapat nilai cum laude. Selain itu, menanam bebagai jenis tanaman juga memberikan manfaat bagi kualitas lingkungan, tanah menjadi sehat, air menjadi bersih, dan tanamanpun tidak mudah terserang penyakit tanpa perlu menggunakan bahan-bahan kimia. Jika lingkungan sehat, mahluk hidup didalamnya pun akan hidup dengan baik dan menjalankan perannya masing-masing dalam kehidupan. Itu mengapa kita menyebut pesantren ini sebagai pesantren ekologi, karena mementingkan hidup semua mahluk. Karena kalau salah satu hilang, akan kacau semua.

Saat ini pesantren Ath-Thariq Bersama para santri mengembangkan produk olahan dari hasil panen yakni cabai dan tomat. Pengembangan produk ini sebagai unit bisnis pesantren yang dikelola secara terbuka Bersama para santri. Kami juga menjual bebagai tanaman obat yang dikeringkan dan berbagai jenis benih tanaman lokal. Selain itu, pesantren juga membuat perpustakaan benih untuk kebutuhan ilmu pengetahuan.2

B. Visi dan Misi Pesantren Ath- Thariq

Menyebarkan pengetauan dan mencetak kader agro ekologi yang berpandangan pada penyelamatan dan kepedulian terhadap bumi, manusia dan masa depan.

Menjadikan sekolah ekologi kebon sawah Pesantren Ath-Thariq sebagai pusat tersebarnya sistem pengetahuan pertanian

Gambar

Tabel 1 Jadwal Kegiatan Santri
Tabel 2 Faktor Pendukung dan Penghamat
Gambar I masjid pesantren
Gambar III proses wawancara dengan Pembina pesantren
+4

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Dalam pembuatan sistem yang dapat memudahkan pelanggan untuk melakukan pencarian indekos dibutuhkan sebuah aplikasi yang memiliki fitur pencarian berdasarkan lokasi real

Kota Malang memiliki PERDA Nomor 5 Tahun 2006 tentang pengawasan, pengendalian dan pelanggaran penjualan minuman beralkohol tetapi PERDA tersebut dirasa tidak

Tujuan penelitian adalah mengetahui seberapa besar biaya, pendapatan usaha penggilingan padi yang ada di Desa Rambah Baru Kecamatan Rambah Samo Kabupaten Rokan Hulu

Pelaksanaan praktik dilaksanakan dengan jadwal mengajar jam pelajaran bervariasi dalam seminggu untuk masing-masing kelas dengan membuat RPP (Rencana Pelaksanaan

No URAIAN PT X PT. Jika dilihat pada masing-masing komponen, terlihat bahwa skor tertinggi pada kedua perusahaan tersebut terletak pada komponen penilaian risiko dan

Artinya bahwa jaringan aktor terbentuk ketika ada pemahaman antar aktor melalui proses meyakinkan aktor-aktor lain (ulama, kyai, pondok pesantren, parpol) bahwa mereka

Untuk mengevaluasi hasil aplikasi yang telah dibangun, penulis melakukan survey dengan metode kuesioner yang melibatkan 20 orang responden untuk melihat apakah aplikasi Mobile