• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV MISI RAHASIA CIA DI KUBA. Bab ini akan mengkaji mengenai beberapa aspek penting yang berkaitan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV MISI RAHASIA CIA DI KUBA. Bab ini akan mengkaji mengenai beberapa aspek penting yang berkaitan"

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV

MISI RAHASIA CIA DI KUBA

Bab ini akan mengkaji mengenai beberapa aspek penting yang berkaitan dengan skripsi yang berjudul ”Respon Pemerintahan Fidel Castro di Kuba terhadap Misi Rahasia CIA dalam Invasi Teluk Babi 1961”. Adapun sistematika dalam bab ini dibagi ke dalam tiga subbab. Subbab pertama, Intelijen Kuba menyadap informasi rahasia tentang rencana invasi Teluk Babi 1961. Subbab kedua, Intelijen Kuba memanfaatkan dinas rahasia Uni Sovyet tentang rencana invasi Teluk Babi 1961. Subbab ketiga, dampak bagi Kuba dengan adanya invasi Teluk Babi 1961. Analisis pada bab ini mengacu pada masalah penelitian yang terdapat dalam bab I mengenai mengapa CIA mengalami kegagalan dalam Invasi Teluk Babi sebagai misi rahasia melawan pemerintahan Fidel Castro. Analisis dalam kegagalan tersebut akan dikaji menggunakan sudut pandang Kuba.

Untuk memperdalam analisis, pada bab ini penulis menggunakan sebuah teori yakni teori spionase. Menurut buku Menguak Tabu Intelijen: Teror, Motif dan Rezim karya A. C. Manulang (2001) menjelaskan bahwa spionase adalah suatu gerakan intelijen tertutup yang menggunakan berbagai cara guna memperoleh baket yang lebih otentik, spionase bertugas menghancurkan pihak lawan dalam arti sebenarnya. Kegiatan intelijen tertutup untuk memperoleh baket dapat kita tempuh dengan berbagai cara antara lain :

(2)

2. Combat adalah memperoleh baket secara bersama-sama yang dikoordinasikan dalam satu tim menurut kebutuhan.

3. Nets adalah memperoleh baket dengan membangun jaringan dan perangkat di negara akreditasi.

4. Tactical adalah memperoleh baket dengan taktik dan memanfaatkan orang lain.

5. Agency adalah memperoleh baket melalui jaringan operasi intelijen yang betul-betul terkendali.

6. Penyusupan adalah memperoleh baket dengan cara menyusupkan seseorang atau lebih kepada pihak lawan dan memberikan jasa-jasa baik yang sangat berharga bagi pihak lawan agar pihak lain tidak mencurigai kegiatan-kegiatannya.

7. Double espionage adalah melakukan pekerjaan yang sama untuk memperoleh baket bagi pihak-pihak yang bertentangan atau bermusuhan dan bakal musuh.

Dalam sumber lain yang berasal dari internet dengan alamat http://id.wikipedia.org/wiki/spionase menjelaskan bahwa spionase adalah suatu praktek untuk mengumpulkan informasi mengenai sebuah organisasi atau lembaga yang dianggap rahasia tanpa mendapatkan izin dari pemilik yang sah dari informasi tersebut. Yang membedakan spionase dengan bentuk pengumpulan informasi intelijen lainnya adalah bahwa spionase bisa mengumpulkan informasi dengan mengakses tempat di mana informasi tersebut disimpan atau orang yang

(3)

mengetahui mengenai informasi tersebut dan akan membocorkannya melalui berbagai dalih.

Berkaitan dengan peristiwa invasi Teluk Babi 1961, maka di sini penulis beranggapan bahwa kemenangan Fidel Castro dalam menggagalkan serangan Amerika Serikat (memanfaatkan pelarian Kuba yang ada di Amerika Serikat) ke negaranya merupakan hasil kerja keras dari dinas rahasianya dalam mengumpulkan informasi-informasi yang berhubungan dengan rencana invasi ke Kuba. Fidel Castro juga pintar dan cerdik dalam menempatkan mata-matanya. Dia dengan sengaja menyebar mata-matanya di Miami, yang kebetulan di sana banyak orang-orang buangan Kuba yang tinggal dan sedang mendapat pelatihan dari CIA, dengan asumsi bahwa dinas rahasianya itu tidak dapat diketahui dengan jelas. Hal itu pun menjadi kenyataan, sampai-sampai CIA pun tidak mengetahui sudah sejauh mana informasi penyerangan ke Kuba itu disusupi oleh dinas Intelijen Fidel Castro, karena selama di daerah pengasingan agen Kuba itu bisa berkompromi dan kadang-kadang mengatur kerja para pelarian Kuba. Dengan demikian, CIA mengetahui banyak tentang Kuba adalah salah, sedangkan Kuba mengetahui banyak tentang segala aktivitas CIA adalah benar.

Selain itu, bentuk kegiatan intelijen dalam invasi Teluk Babi ini juga merupakan bentuk subversi asing terhadap negara sasaran demi kepentingan politiknya sendiri dengan memanfaatkan orang-orang yang kontra terhadap pemerintahan yang ada di negara bersangkutan secara undercover dengan melakukan kegiatan intelijen, seperti mempertentangkan agama atau ideologi, merebut kekuasaan atau menggulingkan pemerintahan yang sah dan untuk

(4)

memperluas pengaruh. Adapun salah satu caranya dengan merekrut penduduk setempat untuk menciptakan keresahan di tengah masyarakat (Manulang 2001:25).

A. Penyadapan Intelijen Kuba terhadap Rencana Invasi Teluk Babi 1961 Rencana Amerika Serikat untuk menyerang Kuba, sebenarnya sudah dinantikan oleh Fidel Castro. Mengapa demikian? Alasannya adalah, sebelum penyerangan itu terjadi pihak Kuba telah mengetahuinya, tetapi mengenai waktunya kapan dan di mana tempatnya belum diketahui secara jelas. Maka dari itu, untuk menyelidiki tentang informasi itu Fidel Castro mengembangkan jaringan mata-matanya dengan tujuan bisa menggagalkan serangan itu. Pada perkembangannya para agen Fidel Castro melakukan penyusupan dan penyadapan terhadap segala aktivitas yang dilakukan pihak Amerika Serikat bersama orang-orang pelarian Kuba yang berada di Miami. Namun, sebelum jauh lagi membahas mengenai penyadapan-penyadapan yang dilakukan oleh dinas Intelijen Kuba, alangkah baiknya penulis paparkan dulu mengenai latar belakang konflik ini terjadi.

Hubungan diplomatik Kuba dengan Amerika Serikat mulai bersitegang ketika Fidel Castro berkuasa, karena saat Fidel Castro berkunjung ke Amerika Serikat, kedatangannya itu tidak mendapat respon yang baik dari Presiden Eisenhower dan malah mengacuhkannya dengan cara pergi bermain golf. Sementara yang menemui Fidel Castro waktu itu hanya Wakil Presiden Richard Nixon, seperti yang diungkapkannya dalam sebuah memo rahasia yang berjudul

(5)

Draft Ringkasan Percakapan antara Wakil Presiden dan Fidel Castro yang ditujukan kepada Presiden Eisenhower, Menteri Luar Negeri Cristian A. Herter, dan Direktur CIA Allen Dulles (Gonzales, 2007:19) berisi :

Aku menghabiskan sebanyak mungkin waktu untuk menekankan bahwa ia memiliki bakat kepemimpinan, namun sudah menjadi tanggungjawab seorang pemimpin untuk tidak selalu mengikuti suara publik. Ia harus membantu mengarahkannya dalam channel yang layak, tidak selalu memberikan apa yang diinginkan oleh rakyat semata-mata karena tekanan emosional melainkan untuk memberikan apa yang seharusnya mereka dapatkan. Entah benar-benar naïf tentang komunisme atau malah berada dalam prinsip-prinsip komunisme. Satu fakta yang dapat kita yakini adalah ia memiliki kualitas luar biasa yang membuatnya menjadi pemimpin rakyat. Apa pun yang kita pikirkan tentang dirinya, ia akan menjadi faktor penting dalam perkembangan Kuba dan mungkin juga dalam setiap perkembangan yang terjadi di Amerika Latin secara umum.

Respon yang kurang bersahabat terhadap Fidel Castro dalam kunjungannya ke Amerika Serikat telah membuat ia kecewa. Sepulangnya dari kunjungan itu, Fidel Castro mulai mengeluarkan kebijakan-kebijakan yang merugikan Amerika Serikat mulai dari adanya pengesahan Reformasi Agraria sampai seluruh perusahaan Amerika Serikat yang ada di Kuba dinasionalisasi. Sebagai responnya, Amerika Serikat memutuskan hubungan diplomatik dan melakukan embargo ekonomi .

Melihat hal itu pemerintahan Fidel Castro tidak hanya berdiam diri, tetapi mulai membangun hubungan yang sangat dekat dengan Uni Sovyet. Beragam fakta pun ditandatangani Fidel Castro dan Perdana Menteri Uni Sovyet Nikita Khruschchev, yang membolehkan Kuba menerima sejumlah bantuan ekonomi dan militer yang besar dari Uni Sovyet. Adanya kedekatan tersebut semakin membuat Amerika Serikat geram dikarenakan Amerika Serikat takut paham komunisme berkembang di benua Amerika. Selain itu, tindakan yang dilakukan pemerintahan

(6)

Fidel Castro selama ini tidak bisa didiamkan saja, karena hal itu bisa membawa dampak negatif terhadap negara-negara yang ada di Amerika Latin yang benci terhadap Amerika Serikat. Sehingga untuk mencegah hal itu maka pemerintahan Fidel Castro harus digulingkan dan kalau perlu ia dibunuh.

Untuk mewujudkan ambisinya itu, Amerika Serikat yang pada waktu itu masih dipimpin oleh Presiden Eisenhower berusaha untuk menggulingkan Fidel Castro. Pada tanggal 17 Maret 1960, dalam sebuah pertemuan dengan para petinggi keamanan nasional, Presiden Eisenhower menyetujui kebijakan CIA yang termuat dalam sebuah paper berjudul ”Sebuah Program Aksi Tertutup Melawan Rezim Castro” (Ambrose, 1985:557). Rencana CIA melibatkan empat aksi utama:

Pertama, membentuk sebuah kelompok oposisi moderat di pengasingan dengan slogannya berupa perbaikan revolusi yang telah dikhianati Fidel Castro; kedua, menciptakan sebuah stasiun radio medium yang siarannya dapat ditangkap di Kuba, mungkin di Swan Island; ketiga, menciptakan sebuah intelijensi rahasia dan organisasi aksi di dalam Kuba yang responsif terhadap perintah dan arahan oposisi pengasingan; keempat, memulai pelatihan pasukan paramiliter di luar Kuba. Dalam fase kedua melatih para kader paramiliter untuk penyebaran di dalam Kuba agar mereka dapat mengorganisasikan dan memimpin pasukan perlawanan yang direkrut di sana.

Pada perkembangannya Amerika Serikat ingin bermain ”bersih” dalam rencana penyerangan ke Kuba itu. Untuk merealisasikan rencana itu pihak Amerika Serikat memanfaatkan suatu komunitas anti Fidel Castro yang berada di Miami. Selanjutnya komunitas anti Fidel Castro ini diberikan pelatihan dan dipersenjatai oleh CIA yang sebelumnya dipersatukan dulu dalam sebuah wadah perjuangan yang dinamakan the Revolutionary Democratic Front. Selain itu Amerika Serikat mengikat perjanjian dengan Guatemala, setelah negara itu

(7)

memutuskan hubungan diplomatiknya dengan Kuba. Di Guatemala kemudian dibangun sebuah pangkalan militer. Terbentanglah pangkalan pesawat dan dengan segera pilot-pilot Amerika Serikat bermunculan untuk melatih pilot-pilot tentara pembebasan.

Meskipun sesungguhnya rencana invasi Teluk Babi adalah rencana yang sangat dirahasiakan, tetapi Kuba telah mengetahui rencana itu bahkan setahun sebelumnya. Di bulan April 1960, satu tahun sebelum penyerangan, Menteri Luar Negeri Kuba Raul Roa Garcia telah mengatakan bahwa ada pasukan paramiliter yang dilatih CIA di Guatemala untuk menyerang Kuba. Akan tetapi pemerintah Guatemala berkelit soal keterlibatannya.

Maka untuk mengantisipasi kebenaran laporan itu, Komite Kuba meminta kongres untuk menyelidiki laporan adanya pangkalan-pangkalan rahasia untuk invasi ke Kuba (Johnson, 1964:58). Para Intelijen Kuba pun mulai disebarkan dimana-mana, hal ini dilakukan agar revolusi yang terjadi di Kuba tidak terganggu dan kalau memang Amerika Serikat itu benar akan melakukan penyerangan, pihak Kuba di bawah pemerintahan Fidel Castro telah siap menghadapinya.

Guna mendapatkan informasi tentang kebenaran penyerangan itu, para Intelijen Kuba mulai melakukan usaha-usaha penyadapan dengan berbagai cara. Pertama, informasi yang didapatkan berasal dari media massa. Dari sekian banyak surat kabar yang ada kebanyakan para Intelijen Kuba mendapatkannya dari surat kabar harian terkemuka yang ada di Amerika Serikat, yaitu New York Times. Adapun berita-berita yang disampaikan dalam surat kabar itu seperti, pada edisi 10 September 1960 memuat tentang keberadaan Radio Swan sebagai corong

(8)

kaum agresor dan dideskripsikan sebagai sebuah radio yang dimiliki dan dioperasikan oleh Perusahaan Kapal Uap Gibraltar, dengan markas di New York (NYT, 10/9/1960 dalam Gonzales, 2007:42). Empat hari kemudian di Kuba sebuah radio pemerintah berkomentar kalau Amerika Serikat membajak frekuensi gelombang panjang yang merupakan milik Kuba. Siaran tanggal 14 September tersebut menyebut siaran Radio Swan sebagai sebuah agresi imperalistik baru di Amerika Utara (NYT, 15/9/1960 dalam Gonzales, 2007:42).

Pada pemberitaan selanjutnya tepatnya tanggal 19 November 1960 majalah Nation memuat sebuah editorial berjudul Apakah Kita Melatih Gerilya Kuba?. New York Times, menindaklanjuti sebuah permintaan dari para pembaca, memberikan instruksi kepada koresponden Amerika Tengah, Paul P. Kennedy untuk menyelidiki kisah tentang pelatihan CIA terhadap para pengasingan Kuba

di Guatemala (Wyden, 1979:46). Dalam headline-nya pada tanggal 10 Januari 1961 New York Times

memuat sebuah cerita di halaman depan yang berjudul Amerika Serikat Membantu Melatih Pasukan Anti Fidel Castro di Pangkalan Udara Guatemala Rahasia. Ditulis oleh Paul Kennedy, artikel tersebut melaporkan bahwa pasukan seperti komando sedang dilatih taktik perang gerilya oleh personil asing yang kebanyakan dari Amerika Serikat (Wyden, 1979:46). Pada tanggal 17 Maret 1961 New York Times melaporkan bahwa dalam beberapa minggu ke depan invasi simultan akan dilakukan di beberapa tempat yang berbeda di Kuba (NYT,17/3/61 dalam Gonzales, 2007:80).

(9)

Edisi 7 April 1961 New York Times memuat laporan Tad Szulc yang berjudul Unit Anti Castro Dilatih untuk Bertempur di Pangkalan Florida. Artikel ini memberikan overestimasi tentang jumlah Brigade sebanyak lima hingga enam ribu orang. Di dalam laporan Szulc juga diungkapkan kalau pelatihan telah dihentikan karena pasukan telah mencapai tahap persiapan. Di akhir cerita, Szulc mengutip CBS saat melaporkan tanda-tanda yang tidak mungkin salah bahwa invasi telah berada di tahap final. Menindaklanjuti pembicaraan antara Presiden John F. Kennedy dan editor New York Times, Orvil E. Dryfoos editorial telah mengecilkan berita dari artikel empat kolom di halaman pertama menjadi satu kolom berita utama di tengah halaman satu. Meski demikian, ketika John F. Kennedy membaca artikel tersebut ia menyerukan kalau Fidel Castro tidak membutuhkan mata-mata di Amerika Serikat, ia hanya perlu membaca surat kabar tersebut (Wyden, 1979:153-154).

Edisi 14 April 1961 dalam New York Times, James Reston menggugat sejauh mana pemerintah bersiap untuk pergi membantu para pengasingan Kuba. ”Bila mereka mendapatkan masalah ketika telah mendarat, apakah pemerintah akan terus membantu?” (NYT,14/4/1961 dalam Gonzales, 2007:94).

Selain dari pemberitaan-pemberitaan yang diperoleh dari surat kabar New York Times, para Intelijen Kuba juga memperoleh informasi dari surat kabar lain, seperti surat kabar Guatemala, La Hora dalam headline tanggal 30 Oktober 1960 memuat sebuah cerita yang mengungkapkan bahwa CIA telah membangun pangkalan senilai 1 Juta dolar. Pangkalan ini terletak di dekat Retalhuleu dan

(10)

dijaga ketat. Menurut informasi pangkalan telah digunakan untuk melatih kontra revolusioner Kuba yang akan didaratkan di Kuba (Wyden, 1979:46).

Surat kabar konservatif EL Siglo di Bogota, Colombia, pada tanggal 24 Februari 1961 memuat kesaksian seorang diplomat Amerika Selatan. Menurut pengakuan diplomat itu ia telah menyaksikan sebuah sesi pelatihan parasut sebagai persiapan untuk pendaratan di Kuba, 350 kilometer dari Guatemala City. Artikel ini menyatakan bahwa latihan tersebut dilakukan dengan menggunakan pesawat pengangkut Amerika Serikat. Sebuah kamp juga didirikan di San Carlos, di Pantai Pasifik (Gonzales, 2007:73).

Kedua, mendapatkan informasi dengan cara menginterogasi agen CIA atau orang-orang yang anti Fidel Castro. Pada kesempatan ini para Intelijen Kuba berusaha mencari informasi yang lebih akurat lagi, dikarenakan sebelum terjadinya invasi Teluk Babi, Kuba sebelumnya banyak diteror oleh bom dan banyak sekali sabotase-sabotase. Sehingga dalam perkembangannya segala sesuatu yang mencurigakan dan dapat membahayakan revolusi harus ditumpas habis, seperti yang diungkapkan oleh Dewan Menteri Kuba yang menyetujui vonis hukuman mati bagi mereka yang melakukan tindakan terorisme seperti sabotase, peledakan, dan pembunuhan.

Dalam hal ini para Intelijen Kuba pada tanggal 28 September 1960 berhasil menggagalkan upaya CIA dalam menyuplai senjata bagi orang-orang yang anti terhadap Fidel Castro. Kru pesawat berusaha menjatuhkan paket persenjataan untuk 100 orang kepada seorang agen yang menunggu di bawah. Namun hal itu, meleset dari sasaran dan persenjataan jatuh tujuh mil dari sasaran,

(11)

di atas sebuah bendungan. Akhirnya senjata-senjata tersebut diambil oleh pasukan Fidel Castro. Agennya tertangkap dan ditembak. Sedang pesawat pengirim tersesat dalam perjalanan menuju ke Guatemala dan akhirnya mendarat di Meksiko ( Thomas, 1995:241).

Keesokannya datang lagi sebuah pesawat dari Amerika Serikat menjatuhkan persenjataan dengan parasut di Escambray. Pada tanggal 5-6 Oktober bukan lagi senjata yang dijatuhkan, tetapi para pengasingan bersenjata yang mendarat di Bahia de Navas dan Baracoa. Di situ mereka bertempur dengan tentara Kuba serta pasukan milisi petani (Informe Espcial:1960 dalam Gonzales, 2007:44).

Melihat adanya kejadian itu, Menteri Luar Negeri Kuba Raul Roa di PBB mengutuk Amerika Serikat karena mengirimkan persenjataan dan perlengkapan kepada kelompok-kelompok pemberontak di Escambray, mengirimkan pesawat-pesawat pembajak yang berpangkalan di Florida dengan peledak tingkat tinggi hingga bom ekonomis ke Kuba, dan melatih prajurit di Amerika Serikat, Guatemala, dan Nikaragua untuk menyerang Kuba (Molina, 1983:9-10).

Pada tanggal 31 Desember 1960, Fidel Castro mencoba kembali mencari simpati dunia. Dalam sebuah pidatonya, Fidel Castro mengutuk ”rencana imperialis” untuk menginvasi Kuba. Ia berusaha untuk memfokuskan perhatian dunia pada ”bahaya yang mengancam negeri kami” dan mengumumkan bahwa Kuba akan ”memobilisasi orang-orang dan mengadopsi berbagai cara untuk meyakinkan imperialis bahwa rencana mereka tidak akan mudah dilaksanakan”. Fidel Castro memperingatkan Amerika Serikat ”bila mereka ingin menginvasi

(12)

kami dan menghancurkan perlawanan kami, mereka tidak akan berhasil karena selama masih ada seorang pria atau wanita yang berdiri, perlawanan tetap akan dilakukan”. Fidel Castro memperkirakan bahwa beberapa ribu pasukan dengan perahu tidak akan mampu merebut ibukota atau kota-kota utama yang lain. Mereka akan membutuhkan lebih banyak lagi pasukan dan harus membayar harga yang lebih mahal dibandingkan dengan pendaratan di Normandy atau Okinawa (Tomo, 1961:8-11).

Walaupun upaya tindakan sabotase itu telah diketahui, tetapi pihak-pihak anti Fidel Castro yang diboncengi CIA tidak pernah jera. Hal ini terlihat pada tanggal 12 Januari 1961 pemerintah Kuba kembali menangkap sebuah kelompok pasukan perlawanan internal. Termasuk komandan mereka, Ramon Carvajal. Tuduhannya berkonspirasi melawan negara (Informe Especial:1960 dalam Gonzales, 2007:58).

Mungkin sedang sial, tanggal 19-20 Januari 1961 enam anggota militer Amerika Serikat tertangkap lagi di Kuba, di atas kapal Aries yang ditambatkan di Havana. Mereka mengklaim bahwa tujuan kedatangannya adalah untuk mempertahankan revolusi Fidel Castro. Tetapi, dalam interogasi akhirnya mereka mengaku telah datang untuk melawan pemerintah namun karena cuaca buruk dan kehabisan bahan bakar terpaksa masuk ke Havana. Keenam orang ini dibawa ke Pengadilan Revolusioner (Molina, 1983:22-23).

Pasukan Kuba kembali menangkap seorang agen CIA, Carlos Antonio Rodriguz Cabo alias El Gallego. Ia mendapat perintah untuk mempersatukan

(13)

kelompok-kelompok perlawanan internal. Ia juga dituduh melakukan berbagai macam tindakan terorisme (Informe Especial:1961 dalam Gonzales, 2007:83).

Aksi kekerasan pun terus berlanjut. Pasukan perlawanan internal membakar sebuah kebun tebu di Macagua tengah di Las Villas (Informe Especial: 1961 dalam Gonzales, 2007:91). Agen-agen Kuba ganti membalas dengan keberhasilannya menangkap sekelompok kaum kontra revolusioner. Kelompok yang berjumlah dua puluh dua orang ini memiliki hubungan dengan seorang Kuba yang tinggal di Miami, Manuel Antonio de Verona, wakil ketua Dewan Revolusioner (Wyden, 1979:165).

Pada perkembangan selanjutnya agen-agen keamanan negara kembali menangkap sebuah kelompok perlawanan internal yang terdiri dari 15 orang yang dipimpin oleh seorang warga Amerika Utara, Howard Frederick Anderson. Agen-agen tersebut menemukan delapan ton persenjataan tersembunyi yang terdiri dari 40 koper senapan, 12 koper senjata otomatis, 18 koper senapan mesin Thompson, juga mortir dan bahan peledak (Molina, 1983:127).

Ketiga, hasil dari pengintaian Intelijen Kuba yang disebarkan dimana-mana. CIA juga tak mendapatkan suatu petunjuk mengenai sampai sejauh mana program rahasia mereka tersebut telah tersusupi oleh dinas Intelijen Fidel Castro. Sekurang-kurangnya satu dari tiga puluh lima anggota tim abu-abu (kelompok penyusup) yang masuk ke Kuba ternyata agen ganda pemerintahan Fidel Castro, dan diduga masih ada lagi yang lainnya. Di Miami garis besar rencana-rencana CIA tersebut telah diketahui secara luas oleh komunitas orang-orang Kuba di pengasingan. Fidel Castro juga telah mengembangkan jaringan mata-matanya di

(14)

sana. Dengan kata lain, informasi yang pada awalnya sangat dirahasikan menjadi tersebar karena para Intelijen Kuba itu bisa menyesuaikan diri dengan komunitas pelarian Kuba sehingga pada perkembangannya para Intelijen Kuba tersebut dapat mengkompromikan dan kadang-kadang mengatur kerja orang-orang pelarian Kuba itu.

Selain di Miami, Fidel Castro juga menempatkan intelijennya di Guatemala, selama melakukan pengintaian di sana didapatkan informasi-informasi yang begitu penting yang tujuannya penyerangan terhadap Kuba. Adapun beberapa informasi yang berhasil didapatkan, yaitu pada tanggal 7 Oktober 1960 dalam sebuah informasi intelijen disebutkan, di Finca Helvetia yang terletak di kotamadya El Palmer, di perbatasan Retahuleu dan Quetzaltenango ditampung oleh Roberto Alejos saudara dari duta besar Guatemala di Amerika Serikat. Sejumlah pengasingan dan para petualang yang menerima pelatihan di bawah komando pasukan militer Amerika Utara. Pada bulan Agustus dan September 1960, lebih dari seratus penerbang dan personil militer teknis Amerika Serikat memasuki Guatemala. Di bandara La Aurora pesawat pembom telah dilihat. Kabar burung di masyarakat menyebutkan bahwa mereka melakukan misi ganda menyerang Kuba atau melakukan simulasi penyerangan Kuba terhadap Guatemala. Informasi yang diperoleh oleh keamanan Kuba tersebut membuat Menteri Luar Negeri Kuba Raul Roa mengutuk habis-habisan Amerika Serikat (Molina, 1983:1-2).

Pada tanggal 17 Oktober 1960, seorang utusan dari Honduras melaporkan sebuah fakta bahwa 30 pesawat transportasi datang dari Amerika Serikat dan

(15)

membawa peralatan ke pangkalan revolusi tandingan Kuba di berbagai pangakalan Guatemala untuk digunakan dalam serangan melawan Kuba (Informe Especial:1960 dalam Gonzales, 2007:45).

Aktivitas pasukan pengasingan memang sudah tercium banyak pihak. Hal ini membuat pemerintah Guatemala tak punya pilihan lain. Pada tanggal 26 Oktober petugas pers untuk presiden Guatemala akhirnya mengakui bahwa ada personil militer lebih dari dua puluh finca di negaranya. Namun ia membantah kalau mereka terlibat dalam invasi terhadap Kuba. Tujuan mereka adalah untuk merespon serangan yang dilakukan oleh gerilya Fidelista (Informe Especial:1960 dalam Gonzales, 2007:48).

Pada perkembangannya para Intelijen Kuba dibantu oleh ”teman-teman” Guatemala yang pro revolusi Kuba. Dalam kerjasamanya itu, diperoleh informasi tentang aktivitas para pengasingan Kuba di negaranya dan melaporkan penambahan pasukan pengasingan selama musim panas dan musim gugur sebelumnya, jenis-jenis pesawat yang digunakan, dan lokasi-lokasi pangkalan pelatihan (Informacion sobre la contrarevolucion Cubana en Guatemala, 24/2/1960 dalam Gonzales, 2007:49).

Pada tanggal 8 Maret 1961 Partai Buruh Guatemala (PGT) mengeluarkan kutukan atas rencana berkelanjutan invasi terhadap Kuba. Partai tersebut melaporkan bahwa pangkalan Retalhuleu adalah sebuah tempat yang digunakan untuk pangkalan pesawat, ”termasuk penerbangan sehari-hari antara Guatemala dan pangkalan angkatan laut Guantanamo”. Dokumen tersebut juga menambahkan bahwa pelabuhan Champirico telah menerima 200 ton bom,

(16)

peledak, dan persenjataan dari kapal Amerika Serikat yang dengan segera dibawa ke pangkalan pelatihan di Retalhuleu da finca Helvetia (Molina, 1983:72-73).

Pada tanggal 29 Maret 1961 pemerintah Guatemala mengklaim bahwa mereka telah menemukan sebuah plot yang sistematis dari sebuah gerakan. Plot untuk menumbangkan orang-orang yang diorganisasikan oleh kelompok-kelompok politik dan bekerja sama dengan agen-agen Kuba, menyediakan uang serta propaganda subversif dari Kuba (Informe Especial:1961 dalam Gonzales, 2007:83).

Intelijen Kuba memperoleh informasi dari Kosta Rika dengan adanya gelombang protes yang terjadi pada tanggal 7 Maret 1961. Mereka mengutuk penggunaan negaranya sebagai tempat pelatihan para pengasingan Kuba untuk menginvasi Kuba. Dua deputi menyatakan bahwa tiga finca digunakan untuk pelatihan. Bahkan para pengasingan itu juga memiliki sebuah perahu, sementara itu Don Fabio disiapkan untuk pergi menuju Teluk Babi, di Pantai selatan provinsi Las Villas, di Kuba (Molina, 1983:70-72).

Namun, hal menarik yang didapatkan Intelijen Kuba adalah mengenai laporan dari kolonel Jack Hawkins, Komandan Paramiliter CIA saat persiapan invasi Teluk Babi yang kemudian diberikan kepada Fidel Castro yang selanjutnya laporan itu dipelajari untuk memastikan apakah itu benar atau salah? Isi dari laporan itu adalah bahwa pasukan pelarian Kuba itu (Brigade 2506) akan mendarat di Kuba setelah perlawanan efektif, termasuk perang gerilya. Setelah angkatan khusus mendarat akan tercipta kekacauan yang mendorong pada pemberontakan, sehingga akhirnya Fidel Castro digulingkan.

(17)

Konsep penyerangan itu dibicarakan Kelompok Khusus pada bulan November dan Desember 1960. Presiden Eisenhower membicarakan konsep itu pada akhir November tahun tersebut dengan wakil CIA. Apa yang dilaporkan Hawkins tentang program operasi terhadap Kuba sejak September 1960 sampai April 1961 lebih kurang sebagai berikut:

1. Pengenalan Agen Paramiliter. 70 agen paramiliter terlatih, termasuk 19 operator radio, dikenalkan kepada negara sasaran. 17 operator berhasil melakukan kontak dengan CIA, sisanya tertangkap.

2. Air Supply Operation. Operasi ini gagal, dari percobaan sebanyak 27 kali hanya 4 yang berhasil.

3. Sea Supply Operations. Operasi ini cukup berhasil. Kapal-kapal mengapung di antara Miami dan Kuba mengirim lebih dari 40 ton peralatan dan perlengkapan perang. Sebagian besar sabotase yang terjadi di Havana menggunakan material dari sini.

4. Development of Guerrille Activity. Tidak ada gerilya yang efektif di mana pun di Kuba selain di pegunungan Escambray. Seorang koordinator aksi terlatih CIA berhasil memasuki area gerilya, tetapi dia tertangkap dan dibunuh. Agen melaporkan bahwa banyak sekali masyarakat sipil yang bersedia bergabung dengan gerilya jika dipersenjatai.

5. Sabotase. Berlangsung dari Oktober 1960 sampai 15 April 1961.

Banyaknya serangakaian fakta-fakta yang menunjukkan bahwa Amerika Serikat (melalui para pelarian Kuba yang sebelumnya sudah dilatih oleh CIA) akan menyerang Kuba seperti, pernyataan-pernyataan, pembentukan badan orang

(18)

buangan di tempat pengungsian, Buku Putih yang terkenal dari John F. Kennedy. Serangkaian penuh fakta-fakta dan pernyataan politik ditambah indikasi di media massa Amerika Serikat, termasuk ketidakcocokan tentang taktik-taktik yang mungkin akan digunakan. Adanya fakta-fakta itu yang ditemukan oleh intelijennya, membuat Fidel Castro untuk segera menyiapkan seluruh pasukannya di dekat wilayah yang paling mungkin dijadikan tempat-tempat pendaratan di seluruh negeri, terutama di dekat wilayah yang memiliki akses ke pegunungan di dekat Trinidad di mana para gerilya Escambray berhasil dilenyapkan pada bulan Maret 1961. Ia juga telah memperkirakan usaha untuk menghancurkan angkatan udara Kuba. Fidel Castro membagi pesawat-pesawat menjadi tiga kelompok dan membangun kamuflase serta melindungi pesawat-pesawat itu dengan meriam-meriam anti pesawat.

Memang bisa dikatakan selain adanya kepintaran intelijennya, informasi-informasi tentang adanya invasi Amerika Serikat juga dipengaruhi oleh faktor media massa, karena dengan media massa untuk memperoleh informasi itu tidak perlu dengan melakukan penyusupan tetapi bisa dilakukan dengan cara membeli saja dan mudah didapatkannya, karena itu sifatnya informasi maka semua orang pasti membaca berita, termasuk juga Fidel Castro. Sehingga tidak salah kalau Kuba mengetahui dengan baik tentang sebuah divisi dalam pemerintahan Kennedy yang mengurusi rencana invasi dan rencana Amerika Serikat untuk menginvasi Kuba telah diketahui dengan pasti sebulan sebelumnya.

Dengan demikian, Fidel Castro selalu mengingatkan agar selalu waspada terlebih-lebih beberapa hari sebelum agresi, banyak media Amerika Serikat

(19)

melaporkan bahwa pasukan pelarian kuba yang dilatih CIA memutuskan untuk membagi-bagi pasukan mereka dan membuka gerakan lain di Kuba. Hal itu mungkin benar. Bisa juga benar bahwa rumor itu sengaja dihembuskan dengan tujuan untuk mengalihkan perhatian. Peristiwa yang terjadi kemudian menunjukkan bahwa mereka memutuskan untuk mengirim seluruh pasukan secara berasama-sama dan merampas sepotong daerah kekuasaan negara Kuba. Diantara rumor yang ada di media massa Amerika Serikat, ada yang menyebutkan bahwa terlalu beresiko untuk mengirim seluruh pasukan melawan satu titik dan mengekspos mereka kepada kekalahan yang menghancurkan dan memperkuat revolusi. walaupun begitu, Fidel Castro bersama-sama rakyatnya sudah siap tentang taktik apa yang akan dgunakan oleh Amerika Serikat yang memanfaatkan para pelarian Kuba yang anti terhadap Fidel Castro.

Kami waspada akan serangan mendadak, tetapi tidak tahu kapan dan di mana serangan itu akan muncul. Semua titik penting kami jaga. Para pemimpin memiliki markas sendiri, Raul di Oriente, Almeida di tengah, dan ”Che” Guevara di Pinar del Rio. Fidel Castro bermarkas di ibu kota, di sebuah rumah borjuis yang telah diubah fungsi tepat di sisi kanan sungai Almendares.

B. Kerjasama Intelijen Kuba dengan Dinas Rahasia Uni Sovyet

Pada saat Amerika Serikat memutuskan hubungan diplomatik dengan Kuba, maka sebagai responnya pihak Kuba mulai menjalin kerjasama dengan Uni Sovyet. Berbagai fakta perjanjian pun ditandatangani baik itu dalam bidang ekonomi maupun militer. Namun, terlepas dari pernyataan di atas sebenarnya kedekatan antara Kuba dan Uni Sovyet itu sudah terjalin pada awal Juli 1959.

(20)

Kepala Intelijen Kuba, Ramiro Valdez menghubungi agen KGB di Mexico City. Uni Sovyet melihat peluang baik ini dan menanggapinya dengan segera mengirimkan lebih dari seratus penasihat politik dari Moskow ke Kuba. Mereka yang dikirimkan adalah yang fasih berbicara bahasa Spanyol, yang memiliki tugas mendirikan dan mengelola komite pertahanan revolusi (The Committee for the Defence of Revolution) sehingga kerjasama antara Kuba dan Uni Sovyet pun dimulai.

Adanya kedekatan ini juga, sangat dimanfaatkan benar oleh pemerintah Kuba di bawah rezim Fidel Castro terutama dalam bidang militer, seperti adanya bantuan persenjataan, pelatihan bagi-bagi pilot Kuba dan adanya kerjasama dalam hal intelijen.

Berkaitan dengan masalah intelijen, di sini Kuba mendapatkan keuntungan dan bisa dibilang harus berterima kasih kepada para Intelijen Uni Sovyet karena sebelum terjadinya invasi Teluk Babi, Intelijen Uni Sovyet telah mengetahuinya. Hal ini dibuktikan dengan adanya sebuah laporan dari Anatoly Dobrynin kepada Komite Sentral Departemen Internasional. Disebutkan kalau ada sebuah laporan intelijen yang disusun oleh orang-orang Kuba mengenai ”aktivitas kontra revolusi Kuba di Guatemala” (Informacion sobre la contrarevolucion Cubana en Guatemala, 24/2/1961, dalam Gonzales, 2007:73).

Pada perkembangannya juga agen-agen senior KGB, seperti Osvaldo Sanchez Cabrera dan ”Aragon”, tiada hentinya untuk memperingatkan pemerintahan Fidel Castro tentang adanya rencana rahasia untuk menyerang negerinya yang dilakukan oleh orang-orang yang kontra terhadapnya dengan

(21)

dibantu pihak asing yang bertujuan untuk membuat pemerintahan yang baru yang sifatnya pro terhadap barat.

Jadi, dalam memanfaatkan informasi yang diperoleh dari para agen KGB itu para Intelijen Kuba mulai melakukan persiapan-persiapan untuk menindaklanjuti kebenarannya dengan cara mengirim para agennya ke tempat-tempat yang dicurigai sebagai basis orang-orang yang kontra terhadap revolusi. Namun, di dalam melakukan penyusupannya para Intelijen Kuba tidak bekerja sendiri, tetapi mendapat bantuan dari para agen KGB. Walaupun begitu, para Intelijen Kuba juga sebelumnya diberikan pemahaman maupun pemetaan tentang kondisi di luar sana sehingga dalam melakukan penyusupan itu dapat berhasil dan bisa membaur dengan masyarakat yang kontra revolusi yang pada akhirnya bisa mengorek tentang kebenaran adanya informasi bahwa Kuba akan diserang.

Hal ini dapat terlihat, saat Intelijen Kuba melakukan penyusupan ke Miami. Di sana agen-agen Kuba bekerja dengan sangat hati-hati dan efektif. Adanya sikap yang seolah-olah memihak CIA dan orang-orang yang kontra terhadap Fidel Castro membuat mereka diterima dengan baik di tempat pembuangan tersebut. Namun, keberpihakan yang selama ini sering digembor-gemborkan ternyata hanya sebuah taktik belaka. Di belakang itu para agen Kuba dengan sembunyi-sembunyi melaporkan segala informasi yang telah didapatkan kepada Fidel Castro sehingga dalam perkembangannya para Intelijen Kuba itu dapat mengkompromikan dan kadang-kadang mengatur kerja para pelarian Kuba.

Memang keterampilan yang dimiliki oleh para agen Kuba itu telah diakui oleh pihak musuh seperti yang diungkapkan oleh Juan Armando Montes, seorang

(22)

pensiunan kolonel pasukan khusus Tentara Amerika Serikat, yang menyebutkan bahwa Kuba adalah sebuah pulau yang miskin dan secara politik terisolasi dimana rakyatnya bergesekan hanya karena persoalan beras, buncis, dan slogan-slogan. Tetapi dinas mata-mata mereka adalah salah satu dinas mata-mata yang paling pintar, cerdas, dan efektif di dunia. Para agen ini seperti duri dalam daging di tubuh CIA, yang telah mengganggu dan menyebabkan operasi Teluk Babi 1961 menjadi gagal. Selama kurun waktu tahun 1960 para agen-agen Kuba selain didanai oleh pemerintah Kuba itu sendiri mereka juga didanai oleh Uni Sovyet (NYT, 01/03/1996).

Banyaknya sabotase-sabotase yang terjadi sebelum invasi Teluk Babi di Kuba, membuat rasa kepedulian yang tinggi datang dari Uni Sovyet dengan cara menanyakan keadaan atau situasi di Kuba menjelang invasi itu seperti apa. Hal ini terlihat dengan adanya sebuah percakapan antara Duta Besar Uni Sovyet untuk Kuba, S. M. Kudryavtsev dengan Menteri Industri Republik Kuba, Ernesto ”Che” Guevara yang terjadi pada tanggal 14 April 1961(Arsip Kebijakan Luar Negeri Federasi Rusia, yang dapat diakses dalam situs: www.nsarchive.org) yang isinya :

Dalam percakapan dengan ”Che” Guevara, saya menanyakan pendapat dia tentang situasi yang sedang berkembang di Kuba saat itu, juga penilaiannya mengenai pernyataan terbaru John F. Kennedy tentang kebijakan Amerika Serikat menghadapi pemerintahan revolusioner Kuba. Ia menjawab bahwa situasi di Kuba masih cukup tegang, walaupun secara pribadi dia percaya bahwa bahaya yang disebabkan oleh invasi itu sangat mungkin sekali telah surut. Revolusi tandingan mengerti bahwa dengan keberadaan pasukan militer yang dipersenjatai dengan baik dan dalam jumlah yang banyak serta tentara revolusioner, sebuah operasi penyebaran pasukan udara, bahkan dengan beberapa ribu pasukan pun akan mengalami kegagalan. Untuk itu, revolusi tandingan dari pihak luar tidak akan mau mengambil resiko seperti itu karena mengetahui bahwa hal itu akan sia-sia untuk menghadapi pemberontakan internal yang ekstensif di Kuba. Selanjutnya dia berkata bahwa tidak ada satu cara pandang tunggal

(23)

akan isu ini dalam formasi kepemimpinan revolusioner tandingan, yang akan harus mengepalai operasi serupa. Beberapa petugas dari revolusioner tandingan percaya bahwa tertalu beresiko dan sia-sia saja untuk tetap maju tanpa dukungan militer langsung dari Amerika Serikat. Keretakan ini akan semakin dalam sekarang karena John F. Kennedy telah menyatakan bahwa pasukan bersenjata Amerika Serikat tidak akan ambil bagian dalam intervensi militer langsung melawan Kuba. Menurut ”Che” Guevara, dalam hal ini pernyataan John F. Kennedy memiliki sebuah arti yang positif. Selain itu, pernyataan itu akan mendesak terjadinya pengaruh yang akan membuat kacau di kalangan revolusioner tandingan internal. Bagaimanapun, pengaruh ini hanya akan bergerak terbatas, karena kepala-kepala regu revolusioner tandingan sangat tahu dengan baik bahwa kebijakan Amerika Serikat terhadap Kuba belum berubah dan pernyataan John F. Kennedy hanyalah sebuah kamuflase . . .

Adanya percakapan itu, secara tersirat sebenarnya Uni Sovyet sudah mengetahui bahwa akan ada penyerangan ke Kuba tapi untuk masalah waktu dan tempatnya tidak diketahui secara jelas. Hal ini juga terlansir dalam Washington Post edisi 29 April 2000 memuat artikel yang bertajuk, "Sovyets Knew Date of Cuba Attack" mengatakan bahwa CIA memiliki informasi yang menunjukkan bahwa Uni Sovyet mengetahui invasi yang akan dilakukan dan tidak memberitahukannya kepada John F. Kennedy. Radio Moskow malah menyiarkan siaran berbahasa Inggris pada 13 April 1961 yang meramalkan invasi "dalam sebuah rencana yang ditelurkan oleh CIA" dengan menggunakan "kriminal-kriminal" bayaran dalam tempo seminggu. Invasi itu terjadi empat hari kemudian. Sebaliknya juga, ”Che” Guevara pun sudah mengetahui bahwa akan ada serangan ke negaranya, di mana pihak Amerika Serikat ikut terlibat walaupun itu tidak secara langsung. Dalam percakapan itu, ”Che” Guevara beranggapan bahwa sikap postif yang ditujukkan John F. Kennedy terhadap Kuba tidak sepenuhnya benar, hanya sebuah taktik saja dalam menutupi keterlibatan Amerika Serikat

(24)

terhadap sabotase-sabotase yang terjadi selama ini. Selain itu, hanya ingin menunjukkan bahwa Amerika Serikat memberi secercah cahaya terang dalam diskusi tentang Kuba di PBB dan John F. Kennedy ingin memperbaiki reaksi-reaksi yang tidak menyenangkan yang terjadi di beberapa negara Amerika Latin mengenai karakter kebijakan Amerika Serikat yang sangat agresif terhadap Kuba. Presiden John F. Kennedy bisa dikatakan arah kebijakannya terhadap Kuba sama saja seperti pendahulunya, meskipun taktik yang digunakan mengalami perubahan. ”Che” Guevara tahu bahwa Amerika Serikat meningkatkan bantuannya terhadap pasukan revolusi tandingan eksternal dan internal. Penekanannya adalah meruntuhkan ekonomi Kuba melalui sabotase, subversi, dan semacamnya. Hal ini menjadi tambahan akan blokade ekonomi yang dilakukan untuk melawan Kuba dari Amerika Serikat. Saat ini, kelompok subversif yang terlatih baik dan dilengkapi teknologi terbaru untuk menciptakan ledakan-ledakan dan pembakaran disebar di Kuba. Amerika Serikat juga mengirimkam bahan peledak dan senajata dalam jumlah yang sangat banyak ke Kuba.

Hari-hari terakhir ini, lanjut ”Che” Guevara, kelompok revolusioner tandingan internal telah meningkatkan aktifitasnya dan telah melakukan sebuah serangan. Cukup untuk dikatakan bahwa beberapa hari terakhir terjadi ledakan di sistem air Havana; pemancar daya; beberapa gudang dibakar, tanaman tebu dibakar, dan akhirnya gudang penyimpanan terbesar ”El Encanton”. Semua peristiwa ini terjadi dalam tiga sampai empat hari, dan sangatlah sulit untuk pemerintah mencari cara apapun yang efektif dalam mencegah peristiwa seperti ini. Gudang El Encanton dibakar menggunakan bom dengan kekuatan panas yang

(25)

istimewa yang menghasilkan panas yang sangat tinggi dan membakar gudang ini dalam waktu 20 menit. Tetapi bomnya sendiri sebenarnya berukuran kecil. Bom sejenis itu pernah ditemukan tidak meledak pada sebuah gudang dengan cap “Tentara Amerika Serikat” diatasnya. Kerusakan karena sabotase dan tindakan subversif itu diperkirakan mencapai puluhan juta dolar. Seseorang bahkan berkata bahwa kejadian ini telah menimbulkan bahaya ekonomi yang serius pada kehidupan negara saat ini (http//www.nsarchive.org/bays of pigs).

Memang bisa dikatakan situasi politik yang terjadi di Kuba secara umum dalam keaadaan baik namun menurut ”Che” Guevara, dalam hal ini pihak Kuba harus mengambil suatu kebijakan dalam menghadapi sabotase-sabotase yang merupakan bagian dari rencana Amerika Serikat sebelum melakukan invasi langsung, maka untk itu perlu diambil langkah-langkah, seperti penindasan-penindasan akan lebih diperkuat. Beberapa orang teroris dan unsur subversif yang telah ditangkap akan dieksekusi, dan masyarakat akan diminta untuk jauh lebih waspada dan berjuang dengan keras melawan musuh revolusi.

Kesulitan ekonomi yang menurut perhitungan John F. Kennedy dan pihak revolusi tandingan akan menyebabkan kekecewaan masyarakat Kuba dan menciptakan kondisi dalam negeri yang tidak stabil, maka menurut ”Che” Guevara, hal ini justru akan memberi efek yang bertentangan. Kesulitan-kesulitan ekonomi ini justru akan mempersatukan rakyat Kuba, karena mayoritas rakyat Kuba mengerti bahwa ini bukanlah kesalahan pemerintah melainkan sebagai sebuah konsekuensi atas perang imperialisme Amerika Serikat terhadap revolusi Kuba.

(26)

Akhirnya invasi langsung pun dilaksanakan juga, setelah sehari sebelumnya melakukan percakapan dengan Duta Besar Uni Sovyet untuk Kuba, S. M. Kudryavtsev. Pada dini hari tanggal 15 April 1961 Di Pinar del Rio terjadi sebuah serangan yang berasal dari pesawat-pesawat udara dan ledakan-ledakan bom. ”Che” Guevara yang saat itu masih dalam keadaan terjaga, langsung terbangun dan lekas keluar untuk melihat keadaan sambil berkata ”Bajingan-bajingan itu akhirnya menyerang kita”. Kemudian ia dan orang-orang bawahannya pergi ke stasiun perang rahasia yang telah dipersiapkan bila invasi benar-benar terjadi.

Namun, dikarenakan pada awalnya pihak Kuba itu sudah diperingatkan oleh para agen KGB. Maka sebelum invasi itu terjadi pihak Kuba sudah mempersiapkan segala sesuatunya dan menantikan datangnya invasi itu. Memang kedekatan Kuba dengan Uni Sovyet itu benar-benar dimanfaatkan dengan baik oleh Kuba bersama agen-agen, karena selama invasi itu terjadi, pihak Kuba dalam melakukan perlawanannya banyak menggunakan peralatan militer dari Uni Sovyet. Hal yang sama pun diungkapkan oleh seorang Agen KGB, Alexander Alexiev bahwa banyak senjata-senjata dari Uni Sovyet yang dilibatkan dalam invasi Teluk Babi 1961 (Gonzales, 2007:57).

C. Dampak Invasi Teluk Babi 1961 bagi Kuba

Setelah pelantikan John F. Kennedy menjadi Presiden Amerika Serikat pada bulan Februari 1961, John F. Kennedy langsung mengesahkan rencana invasi Amerika Serikat terhadap Kuba dengan satu syarat, bahwa keterlibatan

(27)

Amerika Serikat dalam invasi ini harus sebisa mungkin untuk disamarkan atau dirahasiakan. Agar rencana ini berjalan dengan lancar dan keterlibatan Amerika Serikat tidak diketahui, daerah yang menjadi titik pendaratan pasukan tersebut dipindah ke daerah Bahía de Cochinos (Bay of Pigs) sebuah daerah terpencil yang berada di pantai selatan Kuba.

Gambar 4.1

Lokasi pendaratan pasukan pelarian Kuba yang didanai dan dilatih CIA dalam usahanya mengulingkan rezim Fidel Castro.

(http://www.jfklibrary.org/Historical+Resources/JFK+in+History/JFK+and+the+ Bay+of+Pigs.htm” , diakses pada tanggal 10 Maret 2008 jam 23.10).

Namun, invasi ini mengalami kegagalan dikarenakan Fidel Castro sudah mengetahuinya sehingga pada waktu penyerangan terjadi, segenap rakyat Kuba telah siap dan disiagakan. Akibatnya pasukan pelarian Kuba yang dibantu CIA menjadi kaget dan kalang kabut, mereka tidak menyangka bahwa rakyat Kuba akan membantu Fidel Castro karena sebelum melakukan penyerangan ini mereka beranggapan bahwa rakyat Kuba akan ikut bersama-sama memberotak terhadap Fidel Castro. Tapi, apa yang terjadi semuanya berubah dari apa yang mereka pikirkan dan kini mereka menjadi bulan-bulanan pasukan Fidel Castro,

(28)

terlebih-lebih bantuan udara yang awalnya akan dilibatkan tidak kunjung datang sehingga pada perkembanganya pasukan pelarian Kuba itu kini berjuang sendirian tanpa adanya bantuan dari pihak Amerika Serikat lagi. Hal ini terlihat dari pesan terakhir dari Komandan Brigade Perez San Ramon yang disampaikannya lewat radio, berikut adalah petikan ucapannya ”kami tak memiliki apa-apa lagi. Bagaimana bisa kalian orang Amerika Serikat berlaku seperti ini kepada kami, kepada rakyat dan negara kami?” (Usman, 2007:74).

Pasukan penyerang itu mengalami kekalahan dan sesegera mungkin Fidel Castro mengumumkannya lewat radio dengan berkata ”revolusi telah menang… menghancurkan dalam waktu tak lebih dari 72 jam pasukan yang telah dilatih oleh pemerintah imperialis Amerika Serikat!”. Dalam pidatonya pada tanggal 20 April 1961, Fidel Castro mengobarkan semangat rakyat Kuba (Usman, 2007: 75) dengan mengatakan:

Amerika Serikat tak memiliki hak apa pun untuk mencampuri urusan dalam negeri kita. Kita tak berbicara dalam bahasa Inggris dan kita tidak mengunyah permen karet. Kita memiliki tradisi yang berbeda, kultur yang berbeda, cara pikir kita sendiri. Kita tidak memiliki perbatasan apa pun. Batasan kita adalah laut, itu telah tergambar dengan jelas! Bagaimana mungkin para politisi busuk dan penindas lebih memiliki hak ketimbang rakyat? Apakah hak sebuah negeri kaya untuk memaksa dan menindas rakyat kita? Hanya karena mereka memiliki kekuatan, mereka lantas tidak punya kegelisahan, mereka sama sekali tidak menghormati peraturan internasional. Mereka harusnya malu…

Sejumlah 1189 pasukan pelarian Kuba dengan cepat diadili dan dijatuhi hukuman 30 tahun penjara karena pengkhianatan. Bagi John F. Kennedy tawanan perang yang ditangkap di Teluk Babi secara moral adalah tanggungjawabnya. Fidel Castro menawarkan pembebasan mereka dengan tebusan sebanyak lima

(29)

ratus buah buldoser, tetapi John F. Kennedy hanya mau memberikan traktor. Proses pembebasan ini pun berjalan lama karena keduanya tetap bersikeras terhadap keinginannya tetapi setelah 20 bulan menjalani perundingan, Fidel Castro akhirnya melepaskan para tawanan itu dengan imbalan bantuan makanan dan obat-obatan senilai $ 53 juta.

Setiap kejadian pasti akan membawa dampak bagi mereka yang terlibat. Hal ini pun terjadi dalam kasus invasi Teluk Babi 1961. Dikarenakan dalam kejadian ini sifatnya agresi, sudah barang tentu banyak korban yang berjatuhan. Namun, yang ditekankan penulis dalam melihat kejadian ini lebih menyoroti dampak bagi Kuba. Memang dengan adanya kejadian ini banyak korban yang berjatuhan dari pihak kuba dan menurut Victor Triay (2001:110) menyebutkan ada 4000 orang yang terbunuh. Sementara Lynch L. Grayston (2000:148) menyebutkan lebih banyak lagi korban dari pihak Kuba yang berjatuhan, yaitu sekitar 5000 orang yang tewas.

Selain dari korban-korban yang berjatuhan, bagi pihak Kuba juga dengan adanya invasi Teluk Babi 1961 telah membawa dampak yang signifikan terhadap perkembangan Kuba selanjutnya terutama dalam bidang politik maupun ekonomi. Di bidang Politik, setelah adanya invasi Teluk Babi 1961 hubungan Kuba dengan Uni Sovyet semakin terjalin dengan baik dan pengaruh komunisme semakin kental terlebih-lebih setelah Fidel Castro menyatakan ”saya seorang Marxis-Leninis dan akan terus begitu sampai mati!” serta dengan tegas mendeklarasikan Kuba adalah negara sosialis.

(30)

Keberadaan Fidel Castro semakin populer baik itu di negaranya maupun di dunia internasional, karena sebelum adanya invasi itu keadaan revolusi yang terjadi di Kuba untuk tahun-tahun pertama Fidel Castro menjabat sebagai pemimpin Kuba sangat goyah tetapi setelah kejadian itu revolusi semakin kuat. Seperti apa yang diungkapkan oleh ”Che” Guevara pada bulan Agustus 1961 di Punta de Este Uruguay, yang isinya ingin menyampaikan sebuah pesan ucapan terima kasih untuk Presiden John F. Kennedy melalui Richard Goodwin, seorang pembantunya yang masih muda belia di Gedung Putih yang berisi ”terima kasih untuk Playa Giron”. Katanya kepada Goodwin. ”Sebelum adanya invasi, keberadaan revolusi sangat goyah tapi sekarang revolusi menjadi kuat” (Gonzales,2007:126).

Walaupun ada keuntungan-keuntungan yang didapatkan dari invasi Teluk Babi 1961 bagi Kuba tetapi pada perkembangannya, Amerika Serikat yang telah mengalami kegagalan dalam invasi Teluk Babi 1961 itu tidak pernah berhenti untuk menggulingkan pemerintahan Fidel Castro di Kuba. Selang beberapa bulan kemudian, tepatnya bulan November 1961. John F. Kennedy memberikan anggaran belanja tahunan kepada Langley (markas besar CIA) sebesar 50 juta dollar untuk membiayai sebuah operasi rahasia baru melawan Kuba yang diberi nama sandi ”Operasi Mongoose”. Dengan dikoordinasikan di luar Washington dan di luar station CIA di Miami, program ambisius ini bertujuan untuk menimbulkan ketidakstabilan pada pemerintahan Kuba melalui kegiatan mata-mata, sabotase, serangan-serangan militer, dan pembunuhan-pembunuhan terhadap orang-orang tertentu.

(31)

Maka, untuk mengantisipasi hal-hal yang membahayakan revolusi, setiap tahunnya di Kuba diadakan latihan bahaya penyerangan tahunan yang dinamakan Dia de la Defensa (hari pertahanan) dengan tujuan untuk mempersiapkan penduduk terhadap invasi yang bisa datang secara tiba-tiba.

Daripada itu, invasi Teluk Babi telah memaksa Fidel Castro untuk mengambil sikap. Ia berpikir bahwa Amerika Serikat tidak akan pernah tinggal diam untuk tidak mengusiknya. Suatu saat nanti Amerika Serikat akan berusaha lebih keras untuk menggulingkannya. Ia pun sengaja membuka kran kerjasama dengan Uni Sovyet, musuh utama Amerika Serikat. Beruntung, ia tak bertepuk sebelah tangan. Dengan sigap Kremlin mengulurkan bantuan. Bahkan terang-terangan Uni Sovyet berteriak di hadapan PBB, ”Rakyat Kuba tidak akan sendirian hari ini. Uni Sovyet adalah kawannya yang tulus!”. Pemimpin Uni Sovyet, Nikita Khrushchev tak mau kalah dengan mengirimkan surat kepada Presiden John F. Kennedy, ”sejauh ini tak ada kesalahan dalam posisi kami. Kami akan membantu rakyat Kuba dan pemerintahannya untuk menghadapi serangan yang terjadi di Kuba!”(Gonzales, 2007:127).

Menindaklanjuti pernyataan di atas, Nikita Khruschev dalam sebuah pertemuan mengajukan pertanyaan dan menandai sebuah ”tragedi” baru di Kuba. Adapun bentuk pertanyaannya itu (Gonzales, 2007:127), seperti yang diungkapkan dibawah ini :

”Untuk membantu Kuba, demi menyelamatkan revolusi Kuba, kami telah mencapai kesepakatan untuk menempatkan roket-roket (nuklir) di Kuba. Bagaimana menurut pendapat anda? Bagaimana kira-kira reaksi Fidel? Apakah ia akan menerima atau tidak?”

(32)

Selang beberapa waktu kemudian tepatnya bulan Mei 1961, Sharif Rashidov seorang delegasi Uni Sovyet mengunjungi Kuba dalam rangka misi 10 hari untuk membantu persoalan irigasi di Kuba. Namun, hal itu tidak menjadi titik fokus pembicaraan, tetapi yang lebih dibicarakan lagi tentang kemungkinan pemasangan instalasi nuklir di wilayah Kuba. Fidel Castro dan Raul Castro yang menemui Rashidov tak langsung memberi tanggapan. Mereka memberi alasan untuk berunding dulu dengan seluruh jajaran pemerintahan. Keesokan harinya, setelah ia bertemu dan membicarakannya dengan Raul Castro, ”Che” Guevara, Asvaldo Doticos dan Blas Roca. Fidel Castro mengungkapkan persetujuannya agar Uni Sovyet secepat mungkin membangun instalasi nuklir sebagai bagian dari antisipasi serangan Amerika Serikat ke tanah Kuba.

Dari sinilah mulai berawalnya Krisis Misil Kuba (Cuban Missile Crisis). Sebuah krisis yang melibatkan dua negara adidaya, yakni Amerika Serikat dan Uni Sovyet. Sebuah keputusan blunder dari Gedung Putih untuk menekan Fidel Castro melalui invasi Teluk Babi telah berubah menjadi sebuah konflik yang memicu pada kehancuran sepertiga wajah dunia.

Dalam bidang ekonomi, yang sebelumnya terjadi invasi Teluk Babi Kuba telah diembargo oleh Amerika serikat. Pada perkembangannya perekonomian Kuba setelah invasi itu tetap diembargo sehingga perekonomian di kuba begitu labil dan melemah dikarenakan Kuba itu sebagai penghasil komoditi gula yang terbesar dan biasanya Amerika Serikat itu mengimpornya, tetapi sebelum dan setelah invasi itu Amerika Serikat membatalkan segala bentuk aktivitas perdagangan dengan Kuba. Selain masalah impor Amerika Serikat juga melarang

(33)

ekspor bahan mentah bagi Kuba, dan menghalangi ekspor sirup gula padahal banyak perusahaan Amerika Serikat telah bersedia untuk membeli sirup gula itu, tetapi dengan berbagai macam tekanan dan alasan tentang kebijkan yang dikeluarkan oleh pemerintah Amerika Serikat membuat negara Kuba kehilangan jutaan dolar yang akan diterima dari hasil penjualan itu. apalagi tidaklah mudah untuk menjual sirup gula di tempat lain.

Daripada itu, dalam hal pariwisata kuba banyak kehilangan keuntungan yang menyebabkan devisa negara menurun yang disebabkan adanya pelarangan bagi warga Amerika Serikat untuk pergi berlibur ke Kuba.

Kembali pada pembicaraan masalah ekonomi tadi, maka setelah berhasil menggagalkan invasi Teluk Babi 1961. Para revolusioner dapat berkonsentrasi pada tugas-tugas ekonomi dalam menghadapi Kuba yang baru. Kenyataan yang penting adalah bahwa ekonomi Kuba hanya berkisar pada ekspor gula, terutama ke Amerika Serikat. Para revolusioner memutuskan untuk mengubah ketergantungan yang memalukan itu. Arsitek utamanya adalah Ernesto ”Che” Guevara, seorang gerilyawan Argentina yang merupakan teoretikus yang paling kreatif diantara kalangan revolusioner.

”Che” Guevara merencanakan sebuah Rencana Empat Tahun yang menyangkut diversifikasi pertanian (yang tidak terlalu menekankan pada ekspor gula) dan industrialisasi (pabrik untuk barang-barang ringan konsumen). Kuba meluncurkan rencana yang ambisius ini ditengah-tengah gembar gembor yang hebat. Revolusi ini akan mematahkan penghambat ekonomi ekspor monokultural.

(34)

Pada tahun 1962, terlihat bahwa revolusi ini memberikan hasil yang mengecewakan. Sebagian karena ”Che” Guevara dan para pembuat rencana yang masih muda-muda mendapatkan angin akan kebijakan-kebijakan yang kurang memperhatikan masa depan pada tahun 1950-1960. Persediaan barang-barang konsumer habis, cadangan bursa luar negeri hilang, dan ketekoran dan kekurangan-kekurangan terjadi dimana-mana. Lebih parah lagi, produksi gula mengalami penurunan yang tajam. Pada tahun 1961 rakyat Kuba telah memproduksi 6,8 juta ton gula, panen kedua tertinggi sepanjang sejarah Kuba. Produksi ini hanya menyembunyikan kelalaian pemerintah yang dilakukan dengan sengaja. Mereka sepertinya memandang hal ini sebagai hal yang benar. Kebun tebu dikeruk, penanaman baru ditunda, pemupukan dilupakan. Pada tahun 1962 panen turun menjadi 4,8 juta ton dan di tahun 1963 panen hanya menghasilkan 3,8 juta ton, angka terendah sejak tahun 1945. Penurunan hasil panen ini mendatangkan malapetaka bagi pendapatan ekspor (Skidmore and Smith, 1997:283).

Gerakan industrialisasi juga berjalan dengan buruk. Kuba kekurangan bahan mentah dan keahlian yang bisa mendorong industrilalisasi, bahkan untuk industri barang-barang ringan. Sejak tahun 1960 Amerika Serikat telah melancarkan embargo ekonomi yang ketat terhadap Kuba dengan memaksa semua perusahaan Amerika Serikat dan perusahaan cabangnya di Amerika Latin serta Eropa untuk menghentikan perdagangan dengan Kuba. Embargo ini, yang sah menurut undang-undang Amerika Serikat, memaksa Kuba untuk sangat bergantung pada Sovyet dan Blok Timur untuk ketersediaan peralatan. Petunjuk

(35)

pelaksaanaan datang dari birokrasi perencanaan yang sangat terpusat, mengikuti pola Uni Sovyet dan Ceko. Usaha ini tidak efektif dan juga mahal. Bahkan rakyat Rusia nampak gelisah menanggung sebuah negara sosialis impian di Karibia.

Pertengahan tahun 1963, Uni Sovyet mulai menekan Kuba. Rakyat Kuba harus memperlambat gerakan industrialisasi dan memperbaiki perencanaannya. Mereka harus mengenali kelebihan Kuba, yaitu gula. Pembuat kebijakan di Kuba bergerak pada jalur ini, bukan hanya karena tekanan Uni Sovyet tapi juga karena mereka memandang perlunya terjadi perubahan. ”Che” Guevara mengundurkan diri, mengakui semua kesalahannya. Fidel Castro, dengan inisiatifnya, sekarang merangkul produksi gula, yang selama ini ia tolak dengan tegas. Tahun 1963 dia mengumumkan bahwa pada tahun 1970 (yang kemudian diberi nama “Tahun Kerja Keras Yang Menentukan”) Kuba akan mematahkan semua rekor produksi gula: Kuba akan memproduksi 10 juta ton (Skidmore and Smith, 1997:284).

Perdebatan terus terjadi mengenai strategi untuk perkembangan ekonomi dan konsolidasi politik. Masih tetap aktif dalam rezim ini, ”Che” Guevara menganjurkan sebuah strategi yang ”idealis”, sebuah pendekatan Maois yang akan menghapuskan semua insentif pasar dan bahan baku. Kehidupan ekonomi akan disatukan dan dipimpin oleh sebuah kekuasaan perencanaan yang terpusat. Perubahan radikal dari masa lalu yang kapitalis akan menuntut seorang ”tokoh baru”, seorang rakyat Kuba yang akan bekerja untuk penghargaan moral (bintang kehormatan, pujian dari masyarakat) dan hal ini merefleksikan sebuah tingkat yang lebih tinggi dan baru akan kesadaran politik. Melalui dedikasi dan pengorbanan, ”tokoh baru” Kuba tersebut dapat berkontribusi dalam

(36)

pembangunan yang cepat akan sosialisme. Disinilah di mana para pemimpin Kuba mengalami dilema yang biasa terjadi dalam sebuah rezim komunis, yaitu bagaimana untuk mensinergikan idealisme Marxist dengan sebuah kebijakan ekonomi yang pragmatik.

Walaupun embargo Amerika Serikat tetap dilaksanakan, tidak membuat Kuba untuk tunduk kepada Amerika Serikat dan meminta agar embargo dicabut. melainkan mereka tetap berjuang untuk mengatasi segala krisis yang terjadi. sehingga di dalam mempertahankan revolusi yang terjadi itu agar tetap stabil negara Kuba dalam hal pendidikan dan kesehatan mengalami kemajuan yang begitu signifikan.

(37)

Referensi

Dokumen terkait