• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. orang lain baik menggunakan kata maupun gerakan. Setiap negara pasti memiliki

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. orang lain baik menggunakan kata maupun gerakan. Setiap negara pasti memiliki"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bahasa merupakan alat komunikasi yang berperan penting dalam kehidupan bersosial. Bahasa memudahkan manusia memahami maksud dan tujuan orang lain baik menggunakan kata maupun gerakan. Setiap negara pasti memiliki bahasa resmi yang digunakan untuk berkomunikasi dalam suatu negara tersebut. Indonesia sendiri menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi namun, tidak bisa dipungkiri bahwa banyak warga Negara Indonesia yang menguasai bahasa asing contohnya bahasa Korea. Bahasa Korea merupakan bahasa asing yang sangat diminati oleh masyarakat Indonesia terutama dari kalangan pelajar hingga umum. Pelajar yang memiliki keinginan belajar bahasa Korea tidak lepas dari adanya berbagai macam ketertarikan terhadap 한류 (hallyu).1 Umumnya한류 (hallyu) memicu banyak orang-orang di negara tersebut untuk mempelajari bahasa Korea dan kebudayaannya.

Belajar bahasa Korea maupun bahasa asing lainnya tidak lepas dari proses penerjemahan baik penerjemahan dari suatu kata, kalimat atau paragraf dalam bentuk lisan maupun tulisan. Adanya proses penerjemahan akan mempermudah mempelajari BSu (bahasa sumber). Penerjemahan sendiri dapat diartikan sebagai kegiatan dalam mengalihkan BSu baik verbal maupun non-verbal ke dalam BSa

1

Hallyu atau gelombang Korea adalah istilah yang diberikan untuk tersebarnya budaya pop Korea secara global di berbagai Negara di dunia

(2)

2

(bahasa sasaran). Penerjemahan dari BSu ke BSa perlu memperhatikan unsur budaya, makna serta bentuk ungkapan yang ada di dalam BSu, sehingga dalam proses penerjemahan diperlukan strategi-strategi penerjemahan yang sesuai agar teks BSu yang diterjemahkan bisa berterima pada BSa.

Ada dua macam strategi dalam penerjemahan, yaitu strategi struktural dan strategi semantik. Strategi struktural adalah strategi yang berhubungan dengan struktur kalimat, sehingga terkadang hasil terjemahan dari BSu ke BSa kurang bisa diterima, sedangkan strategi semantik adalah strategi penerjemahan yang dilakukan dengan pertimbangan makna sehingga hasilnya lebih bisa diterima ke dalam BSa. Strategi penerjemahan semantik berusaha mengalihkan makna kontekstual bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran dengan sedekat mungkin.

Contoh:

BSu : 책임감이 강한 편입니다. (2016: 16) Rom : Chekimgam-i ganghan pyeon-imnida. BSa : Saya sangat bertanggung jawab.

Penerjemahan contoh kalimat di atas dalam BSa terdapat strategi penambahan kata „Saya‟ yang penggunaannya dalam BSu dilesapkan. Penambahan dilakukan untuk kejelasan makna seluruh kalimat supaya hasil terjemahannya bisa berterima ke dalam BSa. Strategi penambahan sendiri merupakan jenis dari strategi semantik. Srategi lain yang digunakan adalah penghapusan. Penerjemahan kata „편입니다 (pyeon-imnida)‟ yang memiliki arti „termasuk‟ dihapuskan penerjemahannya dalam BSa. Hal ini dilakukan karena

(3)

3

kata tersebut tidak banyak mengubah makna dalam hasil terjemahan ke dalam BSa. Penerjemahan di atas juga menggunakan strategi modulasi pada kata „강한

(ganghan)‟ asal kata „강하다 (ganghada)‟ yang berari „kuat‟ diterjemahkan menjadi „sangat‟. Arti kata „kuat‟ dalam BSa hanya digunakan untuk menjelaskan kata benda, sedangkan kata „강한 (ganghan)‟ digunakan untuk menjelaskan arti kata „bertanggung jawab‟, jika tetap diterjemahkan „kuat‟ maka arti kalimat secara keseluruhan kurang berterima dalam BSa, sehingga diterjemahkan menjadi „sangat‟.

Analisis lain yang bisa dilakukan pada contoh kalimat di atas adalah pergeseran kata. Pergeseran kata yang terjadi dari contoh kalimat di atas adalah pergeseran dari kata ke frasa, yaitu:

책임감 (Chaekimgam): bertanggung jawab

Penjelasannya adalah dalam BSu hanya terdiri dari satu kata 책임감 (Chekimgam) namun, setelah di terjemahkan ke dalam BSa hal tersebut mengalami pergeseran dari kata ke frasa menjadi „bertanggung jawab‟. Walaupun mendapatkan penambahan kata, hal tersebut tidak mempengaruhi hasil terjemahan karena tetap berterima.

Berdasarkan contoh analisis terjemahan di atas, analisis ini sangat menarik untuk diteliti mengingat strategi terjemahan semantik merupakan strategi yang memudahkan penerjemah dalam menerjemahkan dan hasilnya lebih mudah berterima ke dalam Bsa. Atas dasar itulah penelitian ini dibuat dengan judul

(4)

4

Strategi Terjemahan Semantik dalam Buku 비즈니스 인도네시아어-한국어 (Bisnis Bahasa Indonesia-Korea). Pemilihan buku ini didasari dengan banyaknya kalimat yang hasil terjemahannya menggunakan strategi terjemahan semantik.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan masalah dapat diperinci dalam pertanyaan berikut:

1. Bagaimana strategi terjemahan semantik yang digunakan dalam buku비즈니스 인도네시아어-한국어 (Bisnis Bahasa Indonesia-Korea)?

2. Bagaimana pergeseran kata dalam buku비즈니스 인도네시아어-한국어 (Bisnis Bahasa Indonesia-Korea)?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Mengetahui strategi terjemahan semantik yang digunakan dalam buku비즈니스 인도네시아-한국어 (Bisnis Bahasa Indonesia-Korea).

2. Mengetahui pergeseran kata dalam buku비즈니스 인도네시아-한국어 (Bisnis Bahasa Indonesia-Korea).

1.4 Batasan Masalah

Batasan masalah dalam penelitian ini hanya akan membahas mengenai strategi terjemahan semantik dan pergeseran kata yang diteliti hanya pergeseran

(5)

5

kata ke frase dan frase ke kata dalam buku 비즈니스 인도네시아-한국어 (Bisnis Bahasa Indonesia-Korea) bab 1 sampai bab 5 yang diambil dalam percakapan dan tidak akan membahas hal selain yang dituliskan dalam batasan masalah ini.

1.5 Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan bisa menambah wawasan bagi pembaca pada pengetahuan dan wawasan bagi pembaca mengenai strategi terjemahan semantik.

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan bisa menjadi referensi dalam kajian strategi terjemahan semantik pada penelitian selanjutnya.

1.6 Metode Penelitian

Pada penelitian terjemahan semantik dalam buku 비즈니스 인도네시아어-한국어 (Bisnis Bahasa Indonesia-Korea) ini menggunakan penelitian kualitatif.

Laxy Moloeng (2015: 6) mendefinisikan penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena atau menelaah dokumen yang menghasilkan data deskriptif.

Menurut Nazir (1988: 63) metode deskriptif merupakan suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, objek, suatu set kondisi, suatu sistem

(6)

6

pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Adapun tahap-tahap yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Tahap Pengumpulan Data

Pada tahap ini, pengumpulan data dilakukan melalui studi pustaka dari hasil terjemahan bahasa Indonesia dan teks asli bahasa Korea. Untuk mendapatkan data yang menunjang pada penelitian ini, data-data yang menjadi objek penelitian dianalisis hasil terjemahannya kemudian dikelompokkan sesuai dengan terjemhan semantik dan yang dianggap bukan semantik.

2. Pengolahan Data

Setelah proses pengumpulan data selesai, data yang telah tersedia di analisis menggunakan strategi penerjemahan semantik lalu mencari pergeseran apa saja yang terjadi sehingga mendapatkan hipotesis, kemudian diambil kesimpulan dan saran mengenai hasil hipotesis.

3. Penyajian Hasil Pengolahan Data

Penyajian data dalam penelitian ini berbentuk deskriptif dari hasil hipotesis guna menjawab sesuai dengan rumusan masalah di atas, kemudian ditarik kesimpulan secara kualitatif dan disajikan dalam bentuk tugas akhir dengan bahasa formal.

1.7 Tinjauan Pustaka

Penulisan Tugas Akhir ini mendapat referensi dari Tugas Akhir milik Qomaria Dara (2016), Universitas Gadjah Mada yang berjudul: “Strategi

(7)

7

Penerjemahan Dongeng The Moon and The Star dalam Blog Haerajjang.” Perbedaan dari penelitian Qomaria Dara lebih berfokus pada dongeng The Moon

and Star dalam Blog Haerajjang sebagai objeknya kemudian dianalisis menggunakan

teori penerjemahan Nida dan Taber, sedangkan persamaannya terletak pada teori terjemahan semantik yang digunakan dalam menganalisis data.

Selain mendapat referensi dari Tugas Akhir yang ditulis oleh Qomaria Dara, penelitian ini juga menggunakan sumber pustaka kedua dari skripsi yang ditulis oleh Suhud Eko Yuwono, Universitas Widya Dharma Klaten tahun 2002 mengenai “Aplikasi Pemahaman Lintas Budaya dalam Penerjemahan Folklore (Sebuah kajian tentang penerjemahan budaya dalam folklore cerita anak „Timun Mas‟ dan „Si Bungsu Katak‟ dari Maluku)”. Penelitian Suhud Eko Yuwono ini berfokus pada masalah makna dan kerumitan dalam menerjemahkan. Perbedaan Skripsi yang ditulis oleh Suhud adalah lebih berfokus pada makna dan kerumitan dalam menerjemahkan, sedangkan persamaannya terdapat pada penggunaan teori terjemahan yang digunakan yaitu teori semantik.

1.8 Sistematika Penulisan

Penulisan Tugas Akhir ini terdiri dari empat bab. Bab I adalah Pendahuluan. Pada bab ini memberikan gambaran mengenai penulisan Tugas Akhir yang berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan analisis, batasan masalah, manfaat penelitian, metode penelitian, tinjauan pustaka, dan sistematika penulisan.

Bab II adalah landasan teori yang berisi penjelasan teori terjemahan semantik dan macam-macam teori yang digunakan dalam proses menerjemahkan.

(8)

8

Bab III adalah analisis yang berisi tentang analisis penerjemahan semantik juga proses penerjemahan dalam buku비즈니스 인도네시아어-한국어 (Bisnis Bahasa Indonesia-Korea). Bab IV adalah penutup yang berisi kesimpulan yang merupakan jawaban dari rumusan masalah dan saran mengenai hasil Tugas Akhir ini.

Referensi

Dokumen terkait

Salah satu model hari tenang yang menjadi referensi dalam kegiatan penentuan pola hari tenang adalah model yang diperkenalkan oleh McPherron (2005).. • Download tabel

Pada mesin pembuat tali tampar ini memiliki 4 pengait yang berfungsi untuk memuntir tali yang mempunyai diameter sama yaitu 30 mm, dengan perencanaan kecepatan 5m/detik maka

Salah satu media yang memiliki kekuatan dalam menanamkan pesan adalah film, sedangkan salah satu film layar lebar Indonesia yang banyak menampilkan unsur

Adanya perbedaan antara panggung depan dan panggung belakang membuat Pasangan Desain membutuhkan upaya ekstra untuk melakukan personal branding yang diklasifikasikan

Penqqabunqan dari susunan lokasi berbaqai fasilitas Pada beberapa negara sedang berkembang, mereka lebih memilih membangun suatu pusat pelayanan umum yang ba- ru bagi daerah

Dalam praktiknya, penambak-pendatang “Selatan” ini lebih banyak mengunakan “jasa penghubung” lokal, yakni melalui orang setempat yang tingkat pengaruhnya terbilang

Benda uji balok dilakukan pengujian hanya sampai pada retak rambut dengan beban minimum 2000 Kg, hasil perhitungan perencanaan beban tahap I dapat dilihat pada

h. Risiko yang timbul dari pengurangan kegiatan dan pengurangan pegawai Perangkat Daerah sudah dipertimbangkan. Risiko yang timbul dari rekayasa ulang proses operasional