• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konservasi Energi

Indonesia merupakan Negara besar kaya akan sumberdaya dan energi, akan tetapi pemanfaatannya yang kurang seimbang karena terlalu ketergantungan dengan minyak bumi. Ketergantungan ini tidak dapat dibiarkan secara terus menenerus karena kebutuhan energi akan terus meningkat seiring dengan pertambahan penduduk dan perkembangan industri serta adanya peningkatan kesejahtraan masyarakat.

Untuk menghadapi masalah – masalah tersebut maka pemerintah menyusun langkah-langkah kebijakan ppenggunaan energi, langkah langkah itu adalah :

1. Intensifikasi 2. Diversifikasi 3. Konservasi

Konservasi ini merupakan kebijakan yang paling mudah dan biaya paling murah diantara langkah-langkah lainnya, serta dapat dilaksanakan oleh seluruh lapisan masyarakat. Maksud dari kebijakan ini untuk memanfaatkan sebaik-baiknya sumber energi yang ada, dan dalam rangka mengurangi ketergantungan akan minyak bumi, deng pengertian bahwa konservasi tidak boleh sebagai penghambat kerja perasional maupun pembangunan yang lebih direncanakan.

Oleh karena itu harus secepatnya mengembangkan sumber-sumber energi dari bahan bakar non fosil dan berusaha untuk mengoptimalkan penggunaan energi minyak bumi secara lebik efektif dan efisien dalam melaksanakan program konservasi.

2.2 Audit Energi

Teknik yang dipakai untuk menghitung besarnya konsumsi energi pada bangunan gedung dan mengenali cara-cara untuk penghematannya [11]. Pelaksanaan audit energi dapat dikelompokkan dalam beberapa metode. Klasifikasi audit energi terdiri dari :

(2)

7

1. Audit Energi Singkat (Walk Through Audit)

Audit energi singkat adalah kegiatan audit energi yang meliputi pengumpulan data historis, data dokumentasi bangunan gedung yang tersedia dan observasi, perhitungan intensitas konsumsi energi (lKE) dan kecenderungannya, potensi penghematan energi dan penyusunan laporan audit.

2. Audit Energi Awal (Preliminary Energy Audit)

Audit Energi Awal adalah kegiatan audit energi yang meliputi pengumpulan data historis, data dokumentasi bangunan gedung yang tersedia, observasi dan pengukuran sesaat, perhitungan IKE dan kecenderungannya, potensi peng hematan energi dan penyusunan laporan audit.

3. Audit Energi Rinci (Detailed Energy Audit or Full Audit)

Audit energi rinci adalah kegiatan audit energi yang dilakukan bila nilai IKE lebih besar dari nilai target yang ditentukan. Audit energi rinci meliputi pengumpulan data historis, data dokumentasi bangunan gedung yang tersedia, observasi dan pengukuran lengkap, perhitungan IKE dan kecenderungannya, potensi penghematan energi, analisis teknis dan finansial serta penyusunan laporan audit.

2.3 Macam - Macam Audit Energi

Menurut Albert Thumann, P.E., C.E.M. dan William J. Youger, C.E.M> dalam bukunya yang berjudul handbook of energy audits dimana audit energi dapat dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu walking audit, preliminary audit,

detailed audit, dan energy management plant and implementation action. a. Walking Audit

Walking audit ini sering disebut dengan mini audit. Audit yang

dilakukan secara sederhana,, tanpa perhitungan yang rinci, hanya melakukan analis secara sederhana. Umumnya fokus dari audit ini adalah pada bidang perawatan dan penghematan yang tidak terlalu memerlukan biaya investasi yang besar. Biasanya auditor bukan seorang yang professional dalam bidang audit energi.

(3)

8

b. Preliminary Audit

Audit ini hanya dilakukan pada baian virtual saja, analisis didapat dengan melakukan perhitungan yang cukup jelas. Audit ini meliputi identifikasi gedung, analisis kondisi aktual, menghitung konsumsi energi,menghitug pemborosan energi dan beberapa usulan.

c. Detailed audit

Audit energi yang dilakukan secara menyeluruh terhadap seluruh aspek yang menkonsumsi energi listrik beserta semua kemungkinan penghematan yang dapat dilakukan. Biasanya dilakukan oleh lembaga auditor yang professional dalam jangka waktu tertentu. Pelaksanaan audit energi didahului dengan analis biaya audit energi, identifiksi gedung,analisis kondisi aktual, dan menghitung seua konsumsi energi. Konsumsi energi ini meliputi energi primer dan sekunder. Selain itu melakukan perhitungan pemborosan energi, kesempatan konservasi energi, sampai beberapa usulan untuk melakukan penghematan energi serta dapak dari usulan yang diberikan.

d. Energy Management Plant and Implementation Action

Audit energy dilakukan sebagai suatu tool dalam manajemen energi. Pada dasarnya audit ini sama dengan detailed audit , akan tetapi audit ini dilakuan secara kesinambungan, dalam jangkawaktu yang cukup lama. Audit energi ini dimulai dengan membentuk sebuah organisasi manajemen energi. Hasil dari audit menjadi masukan utama bagi sitem manajemen energi untuk melakukan pengaturan energi.

2.4 Nilai intensitas konsumsi energi listrik

Intensitas Konsumsi Energi (IKE) sangat diperlukan dalam perhitungan untuk mengetahui tingkat efisiensi energi suatu gedung. Area yang dikondisikan adalah area yang diatur temperature ruangannya sedemikian rupa sehingga memenuhi standar kenyamanan dengan udara sejuk disuplai dari sistem tata udara gedung [6]. IKE dihitung dari penggunaan pemakaian energi listrik dibagi dengan luas bangunan yang dipakai, lebih jelasnya seperti formula persamaan (2.1) dibawah ini:

(4)

9

𝐼𝐾𝐸 = 𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑝𝑒𝑚𝑎𝑘𝑎𝑖𝑎𝑛 𝑒𝑛𝑒𝑟𝑔𝑖 𝑙𝑖𝑠𝑡𝑟𝑖𝑘 (𝐾𝑊ℎ)

𝐿𝑢𝑎𝑠 𝐵𝑎𝑛𝑔𝑢𝑛𝑎𝑛 (𝑚2) (2.1) ASEAN - USAID melakukan penelitian pada tahun 1992 dan diperoleh standar

IKE untuk membangun komersial seperti pada :

Tabel 2.1 Standar IKE Berdasarkan Penelitian ASEAN – USAID

No Klarifikasi IKE (KWh/m2/bulan)

1 Perkantoran 20

2 Pusat Perbelanjaan 27,5

3 Hotel 25

4 Rumah Sakit 31,6

Kriteria Penggunaan Energi di bangunan gedung berdasarkan konsumsi energi spesifik (KWh/m2/bulan)

Tabel 2.2 Standar Bangunan Gedung ber-AC

Kriteria Konsumsi Energi Spesifik (KWh/m2/bulan)

Sangat Efisien < 8,5

Efisien 8,5 – 14

Cukup Efisien 14 - 18,5

Boros > 18,5

Tabel 2.3 Standar Bangunan Gedung Tidak ber-AC

Kriteria Konsumsi Energi Spesifik (KWh/m2/bulan)

Sangat Efisien < 3,4

Efisien 3,4 - 5,6

Cukup Efisien 5,6 - 7,4

Boros > 7,4

2.5 Bagian Kelistrikan Yang Diaudit 2.5.1 Sistem Pencahayaan

Sistem pencahayaan mempengaruhi setiap bagian dari sarana fisik hotel. Karakter dan arah penerangan (lighting) mempengaruhi warna dan tekstur bangunan. Itu disebut karakteristik optikal yang mempengaruhi penampilan

(5)

10

dinding serta atap gedung hotel. Kekuatan penerangan agar dirancang agar sesuai denga kebutuhan, tetapi juga pentingnya efisiensi. Sistem penerangan merupakan salah satu faktor penting untuk mendapatkan keadaan lingkungan yang aman dan berkaitan erat dengan produktivitas manusia. Pencahayaan yang baik memungkinkan orang dapat melihat objek – objek yang dikerjakan secara jelas dan cepat. Sistem pencahaan dalam bangunan adalah desain dan mekanisme yang dibuat pada bangunan agar bangunan memperoleh cahaya yang cukup terang sehingga orang-orang yang menggunakan bangunan tersebut dapat melihat dengan jelas.

2.5.2 Sumber penerangan

a) Pencahayaan Alami (Natural Lighting)

Sistem pencahayaan alami adalah sumber pencahayaan yang berasal dari sinar matahari. Untuk mendapatkan pencahayaan alami pada suatu ruang diperlukan jendela-jendela yang besar ataupun dinding kaca. Sistem pencahayaan alami hanya bisa diambil dari cahaya matahari saat siang, sementara cahaya bulan di malam hari tidak masuk dalam kategori sumber cahaya alami yang efektif. Sistem pencahayaan alami merupakan salah satu sumber cahaya terbaik untuk bangunan.

Sumber pencahayaan alami seperti sinar matahari ternyata masih kurang efektif untuk menaungi semua semua kegiatan didalam ruangan, apalagi untuk ruagan yang letaknya jauh dari jendela. Selain Karena intensitas cahaya matahari yang diperoleh bangunan tidak stabil, sumbercahaya alami dapat menghasilkan panas berlebih terutama saat terik disiang hari. Adapun faktor yang perlu diperhatikan untuk memberikan manfaat optimal dalam ruangan, yaitu :

1. Variasi intensitas penyinaran cahaya matahari.

2. Efek dari lokasi jendela dan arah datangnya cahaya matahari. 3. Efek pemantulan dan pembiasan cahaya (refleksi dan fraksi) 4. Letak geografis dan fungsi bangunan.

(6)

11 b) Pencahayaan buatan (artificial lighting)

Sistem pencahayaan buatan adalah mekanisme cahaya yang dihasilkan oleh sumber cahaya selain sumber cahaya alami atau cahaya matahari, namun cahaya tersebut berasal dari karya tangan manusia yang berupa lampu dan berfungsi menerangi ruangan sebagai ganti jika sinar matahari tidak ada.

2.5.3 Standar Penerangan

Stadar ini dibuat untuk pedoman pencahayaan pada bangunan gedung untuk memperoleh sistem pencahayaan dengan pengoperasian yang optimal tanpa mengurangi fungsi bangunan, kenyamanan dan produktivitas kerja penghuni. Faktor estetika dibangunan hotel cenderung menyebabkan penggunaan lampu-lampu baik untuk penerangan dan desain interior yang berlebihan dalam arti melebihi standar minimum pencahayaan sebagaimana diatur dalam SNI 03-6197-2011.

Tabel Konservasi Energi Pada Sistem Pencahayaan dibawah ini menunjukkan rekomendasi standar penerangan berdasarkan berdasarkan SNI 03-6197-2011 konservasi energi pada sistem pencahayaan .

Tabel 2.4 Konservasi Energi Pada Sistem Pencahayaan. Fungsi Ruang Tinkat Pencahayaan

(LUX)

Kelompok Renderasi Warna

Rumah Tinggal

Teras 60 1 atau 2

Ruang Tamu 150 1 atau 2

Ruang Makan 250 1 atau 2

Ruang Kerja 300 1

Kamar Tidur 250 1 atau 2

Kamar Mandi 250 1 atau 2

Dapur 250 1 atau 2

(7)

12 Perkantoran

Ruang Resepsionis 300 1 atau 2

Ruang Direktur 350 1 atau 2

Ruang kerja 350 1 atau 2

Ruang Komputer 350 1 atau 2

Ruang Rapat 300 1

Ruang Gambar 750 1 atau 2

Gudang Arsip 150 1 atau 2

Ruang Arsip Aktif 300 1 atau 2

Ruang Tangga Darurat

150 1 atau 2

Ruang Parkir 100 3 atau 4

Lembaga Pendidikan

Ruang Kelas 350 1 atau 2

Perpustakaan 300 1 atau 2 Laboratorium 500 1 Ruang Praktek Komputer 500 1 atau 2 Ruang Laboratorium Bahasa 300 1 atau 2

Ruang Guru 300 1 atau 2

Ruang Olahraga 300 2 atau 3

Ruang Gambar 750 1

Kantin 200 1

Hotel dan Restauran : Ruang Resepsionis

dan Kasir

300 1 atau 2

Lobi 350 1

Ruang Serba Guna 200 1

Ruang Rapat 300 1

(8)

13

Kafetaria 200 1

Kamar Tidur 150 1 atau 2

Koridor 100 1

Dapur 300 1

Rumah Sakit / Balai pengobatan

Ruang Tunggu 200 1 atau 2

Ruang Rawat Inap 250 1 atau 2

Ruang Operasi, Ruang Bersalin

300 1

Laboratorium 500 1 atau 2

Ruang Rekreasi dan Rehabilitasi

250 1

Ruang Koridor Siang Hari

200 1 atau 2

Ruang Koridor Malam Hari

50 1 atau 2

Ruang Kantor Staff 350 1 atau 2

Kamar Mandi & Toilet Pasien

200 2

Pertokoan /Ruang Pamer Ruang Pamer Dengan

Obyek Besar (Mobil )

500 1

Area Penjualan Kecil 300 1 atau 2

Area Penjualan Besar 500 1 atau 2

Area Kasir 500 1 atau 2

Toko Kue dan Makanan

250 1

Toko Bunga 250 1

Toko Buku dan Alat Tulis

300 1

(9)

14 Arloji

Toko Barang kulit dan Sepatu

500 1

Toko Pakaian 500 1

Pasar Swalayan 500 1 atau 2

Toko Mainan 500 1

Toko Alat Listrik 250 1 atau 2

Toko Alat Musik dan Olahraga

250 1

Industri (Umum)

Gudang 100 3

Pekerjaan Kasar 200 2 atau 3

Pekerjaan Menengah 500 1 atau 2

Pekerjaan Halus 1000 1

Pekerjaan Amat Halus 2000 1

Pemeriksaan Warna 750 1

Rumah Ibadah

Masjid 200 1 atau 2

Gereja 200 1 atau 2

Vihara 200 1 atau 2

2.6 Sistem Menejemen Energi

Manajemen energi dalah program terpadu yang direncanakan dan dilaksanakan secara sistematis. Model system manajemen energi juga mengharuskan untuk membuat audit internal ENMs untuk memanfaatkan sumberdaya energi secara efektif dan efisien dengan melakukan perencanaan, pencatatan, pengawasan dan evaluasi secara kontinu tanpa mengurangi kualitas produksi/pelayanan dan membuat perbaikan yang diperlukan tepat waktu [12].

2.7 Sistem Pendingin Ruangan (Air Conditioner)

Indonesia merupakan Negara tropis dengan tingkat suhu dan kelembapan yang tinggi.dengan teknologi modern ,suhu dan kelembapan tinngi ini dapat

(10)

15

dimanipulasi melalui perbaikan perlengkapan ventilasi untuk mengontrol sirkulasi udara alami, pemakaian kipas angin atau dengan menggunakan air conditioner (AC).

Bagi apartemen /hotel yang mengutamakan kenyamanan, sistem pengaturan suhu ruangan sangat penting. Untuk mencapai titik kenyamanan ini, ada istilah yang disebut Thermal comfort (kenyamanan terhadap udara sekitar). Pada titik ini, suhu udara, sirkulasi dan kebersihan udara tidak akan menghambat kinerja manusia.

2.7.1 Prinsip Kerja Sistem Pendingin Ruangan (Air Conditioner)

Dalam AC terjadi proses penguapan,pengebunan dan pertukaran panas dalam sebuah siklus tertutup menggunakan media freon. Cairan yang mudah menguap dialirkan kedalam evaporator, karena menyerap panas pada permukaan evaporator,maka cairan freon berubah menjadi uap dan bergerak menuju ke kompresor. Di kompresor gas akan kembali mampatkan sehingga temperatur gas menjadi panas dan berubah wujud kembali menjadi cairan. Cairan tersebut perlu kembali di dinginkan di permukaan heat excenge agar siap digunakan kembali oleh evaporator untuk menyerap panas. Terdapat beberapa komponen membantu yang mengatur aliran gas tersebut antara lain strainer, pipa kapiler,serta kipas yang terus serta mempercepat proses pembangunan panas dari exchanger.

(11)

16

2.7.2 Bagian – Bagian Utama pada Sistem pendingin Ruangan (AC)

a) Compressor, berfungsi untuk memberikan tekanan dan hisapan padacairan pendingin secara terus menenerus.

b) Evaporator, berfungsi untuk mengambil panas dari udara yang dilaluinya.

Evaporator ini merupakan pipa yang berkelok-kelok yang dilewati cairan

pendingin.

c) Condensor, berfungsi membuang panas yang dibawanya ke udara luar agar menjadi dingin kembali.

d) Katup pengembang (exspansion valve), yang berupa titik peralihan zat pendingin dari bentuk cair ke bentuk gas.

2.8 Peluang Hemat Energi

Dalam melakukan penghematan energi daapat diketahui dari hasil perhitungan Intensitas Konsumsi Energi (IKE) dibandingkan dengan IKE standar yang telah ditetapkan. Apabila nilai IKE haasil dihitug lebih rendah dari nilai IKE standar maka dapat dikatakan konsumsi energi dalam batas normal. Penghematan energi pada banguan gedung harus tetap memperhatikan kenyamanan pengguna gedung. Peluang penghematan energi dapat dilakukan dengan beberapa cara antara lain [10]:

1. Mengurangi pemakaian energi seminim mungkin (memangkas daya yang terpasang /terpakai dan jam operasi)

2. Memperbaharui sistem kerja peralatan dengan peralatan yang lebih hemat energi

Gambar

Tabel 2.1 Standar IKE Berdasarkan Penelitian ASEAN – USAID
Tabel  Konservasi  Energi  Pada  Sistem  Pencahayaan  dibawah  ini  menunjukkan  rekomendasi  standar  penerangan  berdasarkan  berdasarkan  SNI   03-6197-2011 konservasi energi pada sistem pencahayaan
Gambar 2.1 Prinsip Kerja Sistem Pendingin

Referensi

Dokumen terkait

Oleh karena itu, peneliti ingin melakukan penelitian apakah kinerja keuangan yang diukur menjadi return on assets, leverage, dan dividend payout ratio serta corporate

Dalam penelitian ini bahwa besarnya koefisien regresi untuk mengetahui apakah variabel store stmosphere, kualitas pelayanan, dan harga mempunyai pengaruh yang

Setelah mendapat kontrol dari beberapa variabel kovariat dalam analisis multivariabel [Tabel.2] tingkat partisipasi dalam masyarakat tetap tidak berpengaruh secara

Berdasarkan hasil analisis yang disajikan pada tabel 4 tersebut, dapat diketahui bahwa penyimpangan rerata terbesar diberikan oleh pola distribusi hujan menurut Mononobe dan

Dari keseluruhan peraturan perundang-undangan mengenai tindak pidana di bidang perikanan yang telah ada hingga saat ini, tidak terdapat satu aturan pun yang menyebutkan

Partisipasi masyarakat dalam hal ini adalah keterlibatan masyarakat baik secara individu maupun kelompok dalam proses pengidentifikasian masalah, pembuatan keputusan,

Lebih lanjut, jika ditinjau berdasarkan keteraturan mengkonsumsi tablet kalsium yang teratur lebih signifikan dibandingkan dengan yang tidak baik pada kelompok

Metode Pengumpulan data yang digunakan adalah metode simak, yaitu dengan membaca/menyimak penggunaan topik dan gaya bahasa yang terdapat pada lagu anak karya A.T.Mahmud dan sumber