Diskusi
Outlook for
Maternal, Child and Neonatal Health
Policy (MDG 4&5) 2011- 2014
• Hari/Tanggal : Selasa, 11 Januari 2011 Jam : 13.00-15.00 WIB
• Tempat : Gedung Granadi (seberang Kementrian Kesehatan) Lantai 10, Kuningan Jakarta
Isi
• Tujuan Diskusi
• Beberapa data menarik
• Berbagai kegiatan yang saat ini dikerjakan dan akan dikerjakan
• Penafsiran untuk Outlook for MNCH policy • Diskusi
Tujuan Diskusi
Diskusi ini diselenggarakan pada awal tahun 2011.
Secara umum diskusi ini diharapkan dapat
memberi semacam gambaran besar tentang prospek kebijakan kesehatan ibu dan anak di Indonesia pada tahun 2011 - 2014.
Catatan:
0 0.02 0.04 0.06 0.08 0.1 0.12 0.14 D I Yo gy a N Su la w esi Bali D KI J kt C K al im an tan Ba be l S S uma te ra Ri au E J av a W K al im an tan N S uma te ra C Ja va W S uma te ra W Ja va La mpung Ja mbi E K al im an tan Be ng kul u Ba nt en S K al im an tan S S ula w esi E N us a T C S ula w esi SE Su la w esi W N us a T G or on ta lo
Geographic Inequity
Angka Kematian Bayi dan Balita per propinsi, IDHS 2002-03 (Indirect)
IMR U5MR
Sumber: Weber2009
Penafsiran
• Penurunan angka kematian anak tidak seperti yang diharapkan
• Terjadi situasi yang memburuk di daerah kepulauan dan
terpencil. Mencerminkan ketidak adilan secara geografis yang buruk secara politis.
• Gap dapat memburuk dengan adanya Jamkesmas dan persalinan yang dijamin pemerintah tanpa perbaikan permerataan sarana dan SDM
• Perlu perhatian pada perbaikan budget, SDM dan sarana terutama di daerah sulit: Fokus intervensi pada mengurangi kematian anak (refocusing)
Angka Kematian Ibu
• Off-track dari target MDG5
• Laporan SDKI terakhir memperkirakan Angka Kematian Ibu adalah 228 per 100,000 kelahiran hidup pada tahun 2007
• Tetapi WHO, UNICEF, UNFPA dan World Bank
memperkirakan angka kematian ibu yang lebih tinggi yaitu 420 per 100,000 kelahiran hidup
• Menggunakan perhitungan yang mana pun, Angka Kematian Ibu tetap tinggi dan tidak dapat diterima (seharusnya tidak terjadi)
Berbagai kegiatan di KIA saat ini
dan yang akan dilakukan
Berbagai kegiatan saat ini dan mendatang yang perlu diperhatikan dalam Kebijakan KIA:
1. Perubahan struktur di Kementrian Kesehatan; 2. Kegiatan AusAid di NTT
3. Kegiatan Bank Dunia di Jawa Barat 4. Kegiatan Investment Case
5. Kegiatan EMAS UsAid
6. Pengebangan Rencana Aksi Nasional Child Survival
7. Kebijakan mengenai tenaga kesehatan KIA termasuk task Shifting dan dokter plus.
8. Peningkatan Peran RS swasta dalam kegiatan KIA untuk mencapai MDG4 dan MDG5.
1. Perubahan besar di struktur
Kementrian Kesehatan
• Prospek Perubahan besar dalam kebijakan kesehatan Ibu&Anak di Kementrian Kesehatan dalam konteks “natural
history of disease”.
• Puskesmas dan RS akan menjadi satu DitJen.
• Fragmentasi PONED dan PONEK akan
Pendekatan program
berdasarkan Perjalanan Alamiah Penyakit
Awal Faktor Risiko (FR) Awal Kontak dengan Faktor Risiko (FR) Awal Kontak dengan agen Penyakit (AP) Awal terlihat ciri dan gejala Pencegahan I Pencegahan II Pencegahan III Awal kecacatan atau kematian Sembuh/ Perbaikan Aktivitas:
Pencegahan I : Diagnosa dan Penanganan Faktor Risiko Pencegahan II : Diagnosa dan Penanganan Dini Pencegahan III : Diagnosa dan Penanganan Klinis
DitJen Binkesmas PONED Awal Faktor Risiko (FR) Awal Kontak dengan Faktor Risiko (FR) Awal Kontak dengan agen Penyakit (AP) Awal terlihat ciri dan gejala Pencegahan I Pencegahan II Pencegahan III Awal kecacatan atau kematian Sembuh/ Perbaikan Aktivitas:
Pencegahan I : Diagnosa dan Penanganan Faktor Risiko Pencegahan II : Diagnosa dan Penanganan Dini Pencegahan III : Diagnosa dan Penanganan Klinis
DitJen YanMed PONEK
Berusaha diintegrasikan Awal Faktor Risiko (FR) Awal Kontak dengan Faktor Risiko (FR) Awal Kontak dengan agen Penyakit (AP) Awal terlihat ciri dan gejala Pencegahan I Pencegahan II Pencegahan III Awal kecacatan atau kematian Sembuh/ Perbaikan Aktivitas:
Pencegahan I : Diagnosa dan Penanganan Faktor Risiko Pencegahan II : Diagnosa dan Penanganan Dini Pencegahan III : Diagnosa dan Penanganan Klinis
2. Kegiatan AusAid
Program Australian Indonesia Partnership for Maternal and Neontal Health
IMR – Provinsi Kepulauan/di timur
Inovasi apa yang dapat
dilakukan untuk mencegah pembesaran gap?
Secara teknis:
Wewenang apa dan kegiatan apa yang dapat dilakukan oleh anda dan lembaga anda untuk mencegah kematian anak dan ibu?
Faktor Risiko 1 Kontak dengan Faktor Risiko Kontak dengan Agen Penyakit Kelihatan gejala
Pencegahan 1 Pencegahan II Pencegahan III
Proses Penanganan untuk mengurangi kecacatan dan kematian Sembuh/ Selamat Kegiatan:
Pencegahan I : Menemukan faktor Risiko
Pencegahan II : Mendiagnosis masalah dan manajemen awal Pencegahan III: Mendiagnosis dan mengelola secara klinik
Salahsatu cara luar biasa untuk
melakukan pencegahan level III di
NTT:
Pengembangan SDM Klinik
melalui pendekatan
Kontrak tenaga klinik
dan Pendidikan Spesialis
Ketersediaan Tenaga Dokter Ahli di RS se-NTT (kondisi terkini, 18 Januari 2010)
No Kab No RS Dokter Spesialis
RS Obg Anak PD Bdh PK Anest Rö Lain2 Jl Ket.
1 Kota Kupang 1 Johannes Kpg 9 7 4 2 1 0 2 12 37 Resdn (1)
2 Bhayangkara 0 0 1 0 0 0 0 0 1 Dokter Polri
3 Wirasakti 0 0 0 1 0 0 0 0 1 Dokter TNI
2 Kab Kupang 4 Naibonat 2 0 0 0 0 0 0 0 2 Tidak aktif
3 TTS 5 So'e 0 0 1 0 0 0 0 2 3 Ahli mata
4 TTU 6 Kefamenanu 0 0 0 0 0 0 0 0 0
5 Belu 7 Atambua 2 0 1 0 0 0 0 0 3
6 Alor 8 Kalabahi 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Resdn (4) Dsr
7 Lembata 9 Lewoleba 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Resdn (1) Bdh
8 Flores Timur 10 Larantuka 1 0 0 0 0 0 0 0 1 Selsai Feb '10
9 Sikka 11 TC Hillers Mau 1 1 2 0 0 0 0 2 6 Resdn (1) Bdh
12 Elisabeth Lela 0 0 0 1 0 0 0 0 1
10 Ende 13 Ende 0 1 1 0 0 0 0 1 3 Resdn (1) Bdh
11 Ngada 14 Bajawa 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Resdn (4) Dsr
12 Manggarai 15 Ruteng 1 1 1 0 1 0 0 1 5 Resdn (1) Bdh
13 Sumba Timur 16 Umbu Rara Meha 1 1 0 1 0 0 0 0 3
14 Sumba Barat 17 Waikabubak 0 0 0 1 0 0 0 0 1 Resdn (3)
15 Sumba Barat Daya 18 Karitas 0 0 0 1 0 0 0 0 1
16 Rote Ndao 19 Ba'a 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Jumlah 17 11 11 7 2 0 2 18 68 Resdn (16)
Kegiatan
(1) Kegiatan Kontrak Pelayanan Klinik (Clinical
Contracting) dengan RS mitra dalam konsep Hospital Partnership; dan
(2) kegiatan pengiriman pendidikan spesialis.
Kegiatan dilakukan secara paket. RS Daerah yang dibantu dengan pengiriman tenaga dan
pembangunan sistem PONEK harus mengirimkan dokter sebagai residen.
Kegiatan Clinical
Contracting Out
• Tujuan: Meningkatkan kemampuan rumah sakit
dalam hal pelayanan kesehatan ibu dan anak PONEK melalui:
1. Pengiriman dokter spesialis obstetri-ginekologi, dokter spesialis kesehatan anak, dan tenaga paramedis pendukung untuk
melakukan pelayanan kesehatan ibu dan anak;
2. Peningkatan ketrampilan teknis staf di rumah sakit melalui
pelatihan dan pembudayaan teknis kerja dalam kegiatan sehari-hari
3. Pelatihan tim tenaga di Puskesmas dalam rangka penguatan sistem rujukan kesehatan ibu dan anak (mengembangkan hubungan PONED dan PONEK)
Kegiatan Pengiriman Residensi
Tujuan:
• menyediakan tenaga spesialis dalam waktu 4 tahun ke depan.
• Pendidikan dokter umum menjadi dokter spesialis dikembangkan melalui kerjasama dengan 4 perguruan tinggi: Universitas
Hasannudin, Universitas Airlangga, Universitas Brawijaya, dan Universitas Udayana.
Pendekatan yang bersejarah:
pendekatan kuratif (pencegahan 3) dan pencegahan 1 dan 2 dilakukan secara sistematis bersama-sama
Rumahsakit Daerah Puskesmas Puskesmas Puskesmas Puskesmas Puskesmas Masyarakat
3. Kegiatan Bank Dunia di Jawa Barat
Mengembangkan sistem rujukan dan mutu pelayanan kesehatan ibu dan anak
Dikembangkan di berbagai Kabupaten di Propinsi Jawa Barat.
4. Kegiatan tentang Investment Case (dilakukan tahun 2009 – 2010 oleh UNICEF, Bappenas, University of
Queensland, UGM dan Litbangkes).
Major findings:
• Indonesia will achieve MDG 4 as a nation provided the effort is more concentrated in newborn period, but inequity remains in the country
• MDG 5 is very unlikely to be achieved, except all possible resources are put to address the bottleneck and ensure that maternal health is the first priority in the country
UNICEF dan University of Queensland tentang Investment Case (2)
The bottleneck of the health system to which hamper the scaling up the effective interventions are:
• the quality of the MNCH service,
• the supply and demand to ensure the appropriate respond for emergency maternal and neonatal care, • community participation,
• coordination within health sector and across sectors, and
UNICEF dan University of Queensland tentang Investment Case (3)
• The importance of the data needs to be highlighted and the improvement of data collection and analysis process in the future is absolutely required
• The recommendation of next year of is to carry the process to the province level, support with technical assistance team and replicate the process in cluster of districts/cities (new version of DTPS) in the same province based on similarity of typology
5. Kegiatan USAID : Mutu Pelayanan Ibu
dan Anak dalam proyek EMAS;
• “Expanding Maternal and Neonatal Survival” (Project EMAS)
• A new Project from USAID: cost around 55 million US$
Dua komponen
(1) Improved public and private sector hospital quality of care for maternal and neonatal
health service delivery, ensuring the right treatment at the right time;
(2) Increased efficiency and effectiveness of referral systems at the community health center and catchment areas, such that the right referrals are provided to the right place.
Proyek EMAS berfokus pada:
• departments of private and public hospitals at the district level and selected teaching
hospitals at the provincial level.
• These departments include: Emergency, Operating Room, Maternity Ward,
Project EMAS will shift away
• from normal delivery, managing all births and delivering within a community setting with a skilled birth attendant. • Instead, it will focus on women who receive services within
facilities, either community health centers or hospitals and will focus on women experiencing complications and
emergencies.
• Within that institutional context, EMAS will focus on the prevention of complications and early recognition and management of complications.
• It also includes good governance and information
communication technology, which is an expansion of the strategic focus.
6.Pengembangan
Rencana Aksi Nasional untuk
Keberlangsungan Hidup Anak
(Child Survival)
Disusun oleh Kementrian Kesehatan dan WHO (2010-2011)
• Semua usaha untuk mengurangi kematian
anak (All efforts for reducing child mortality). • Tagline: Stop kematian anak ( stop child
Misi
Mengurangi angka kematian neonatal, bayi, dan balita
Indikator:
• Mencapai target MDG4 yang berusaha mengurangi kematian sebesar dua pertiga dalam kurun waktu 1990 ke 2015.
• Angka Kematian Anak di Bawah Lima Tahun diharapkan turun dari 81 menjadi 32/1.000 live births,
• Angka Kematian Bayi turun dari 57 ke 19/1.000 live births, dan
• Angka Kematian Neonatal turun dari 32 ke 12/1.000 live births.
Visi
• Keberlangsungan Hidup Anak (Child Survival) menjadi gerakan nasional yang dilaksanakan oleh semua pihak
Isu-isu strategis dalam Keberlangsungan
Hidup Anak
(1) program pencegahan kematian dari perspektif sosial (social determinant);
(2) intervensi kesehatan yang efektif;
(3) pemerataan pelayanan kesehatan untuk anak; (4) mutu pelayanan medik untuk anak;
(5) kebijakan desentralisasi; dan
(6) kepemimpinan di program Keberlangsungan Hidup Anak.
Strategi
• Berdasarkan isu-isu strategis tersebut, strategi untuk program Keberlangsungan hidup anak adalah Pertumbuhan/Ekspansi kegiatan yang efektif.
• Strategi ini didukung berbagai fungsi dalam sistem kesehatan.
Strategi Pertumbuhan Keberlangsungan
Hidup Anak mencakup:
1. Berbagai intervensi efektif ditingkatkan
dalam bentuk Daftar Kegiatan Efektif untuk Keberlangsungan Hidup Anak (Child Survival
Intervention List).
2. Perluasan cakupan khususnya untuk daerah sulit, untuk mengatasi masalah ketidak
merataan.
3. Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan anak.
Kegiatan lain
• 7. Kebijakan mengenai tenaga kesehatan KIA
termasuk task Shifting dan dokter plus.
• 8. Peningkatan Peran RS swasta dalam
kegiatan KIA untuk mencapai MDG4 dan MDG5.
• 9.Peranan Jaminan Persalinan Nasional dan
Penafsiran berbagai kegiatan dalam konteks harapan di masa mendatang (outlook) Kebijakan KIA 2011-2014
1. Diharapkan ada integrasi Preventif dan Kuratif yang lebih baik. Preventif tidak bisa berjalan tanpa kuratif yang baik, dan sebaliknya.
2. Diharapkan semakin banyak kebijakan yang mengurangi fragmentasi pelayanan primer dan sekunder-tertier,
termasuk integrasi PONED dan PONEK
3. Kerjasama antar profesi diharap lebih baik lagi (spesialis, dokter umum, bidan, perawat dll), termasuk memerinci task-shifting.
4. Diharapkan ada kebijakan yang memperkuat jaringan kesehatan ibu dan anak yang mencakup pemerintah
5. Memperhatikan bahwa Indonesia bervariasi dan ada aspek desentralisasi dalam perencanaan, pembiayaan dan
pelaksanaan program.
6. Mengembangkan inovasi baru seperti sistem kontrak untuk daerah sulit
7. Perlu ada kebijakan untuk mutu pelayanan KIA dengan didukung oleh sistem kesehatan yang baik.
8.Ada kebijakan untuk menghubungkan pembiayaan kegiatan dengan mutu pelayanan, misal dalam Jampersal yang
Diskusi:
Apakah benar penafsiran ini untuk
kebijakan KIA mendatang?
Bagi akademisi, peneliti, dan konsultan:
• Riset apa yang dibutuhkan, termasuk riset kebijakan?
• Training dan Konsultasi apa yang dapat dilakukan untuk kebijakan kIA?
• Apakah ada mahasiswa S3 yang akan meneliti di area ini?