• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH IMPREGNASI DENGAN RESIN POLIURETAN PADA PROSES FINISHING PENYAMAKAN KULIT SAPI CRUST DYED UNTUK MENGURANGI LOOSE DEFECT ARTIKEL UPPER SHOES

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH IMPREGNASI DENGAN RESIN POLIURETAN PADA PROSES FINISHING PENYAMAKAN KULIT SAPI CRUST DYED UNTUK MENGURANGI LOOSE DEFECT ARTIKEL UPPER SHOES"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH IMPREGNASI DENGAN RESIN POLIURETAN PADA PROSES FINISHING PENYAMAKAN KULIT SAPI CRUST DYED UNTUK MENGURANGI LOOSE DEFECT ARTIKEL UPPER SHOES

Arinda Kusuma Widuri1, Elis Nurbalia1, Swatika Juhana1 1Jurusan Teknologi Pengolahan Kulit

Politeknik Negeri ATK Yogyakarta, 55188, Yogyakarta

ABSTRACT

Finishing action is a finishing technique for crust dyed leather that has been sanded in the surface and finished to form artificial tattoo. Impregnation is a part of a finishing technique that aims to reduce the skin’s absorption ability to liquids, because in general the surface of the skin has high water absorption ability. The raw material for impregnation trial was 5 pieces of crust dyed cowhide with C and R qualities, thickness of 1.2-1.4 mm black. The impregnation material used in 2952 RE (acrylic polymer), melio resin A-716 (polyurethane resin), 8060 EE (penetrator) and aquades. Physical test results of tensile strength before repairing 17.01 N / mm2 after repairing 23.13 N / mm2, elongation of 70.73% after repairing 62.50%, and tear strength of 10.06N after repairing 25.17N. After improvement, there was an increase in the quality of skin quality according to SNI 06-4264-1996.

Keyword: finishing action, impregnation, crust dyed, upper shoes

INTISARI

Finishing action merupakan teknik finishing untuk kulit crust dyed yang telah diamplas

permukaanya dan difinishing untuk membentuk rajah tiruan. Impregnasi adalah bagian dari teknik

finishing yang bertujuan untuk mengurangi daya serap kulit terhadap cairan, karena pada

umumnya kulit yang diamplas permukaanya mempunyai daya serap air tinggi. Bahan baku untuk

trialimpregnasiadalah kulit sapi crust dyedsebanyak 5 lembar dengan kualitas C dan R, ketebalan

1,2-1,4 mm berwarna hitam. Bahan impregnasi yangdigunakan yaitu 2952 RE (polimer akrilik), Melio Resin A-716 (resin poliuretan), 8060 EE (penetrator) dan air. Hasil pengujian fisis kuat tarik sebelum perbaikan 17,01 N/mm2 sesudah perbaikan 23,13 N/mm2, kemuluran 70,73%

sesudah perbaikan 62,50 %, dan kuat sobek 10,06N sesudah perbaikan 25,17N. Setelah dilakukan perbaikan terjadi peningkatan kualitas mutu kulit sesuai SNI 06-4264-1996.

(2)

PENDAHULUAN

Industri penyamakan kulit adalah industri yang mengolah kulit mentah (hides atau skins) menjadi kulit jadi atau kulit tersamak (leather) dengan menggunakan bahan penyamak. Penyamakan adalah proses pengubahan bahan organik (kulit) yang mudah membusuk menjadi bahan yang stabil dan mampu menahan pengaruh biokimia (Covington T, 2009).

Di Indonesia kebutuhan atasan kulit sepatu (upper leather) lebih banyak bila dibandingkan dengan kebutuhan kulit garment ataupun kulit sarung tangan (glove leather). Finishing atau pengecatan tutup merupakan aplikasi kimia dan mekanik yang terakhir dalam tahapan proses penyamakan. Usaha untuk meningkatkan tampilan agar menambah daya tarik, meningkatkan daya jual dengan memperbaiki cacat yang ada baik yang disebabkan cacat alami, penyimpanan (luka, bekas penyakit, serangga dan lain-lain) atau terjadi selama proses berlangsung seperti warna dasar yang tidak rata, luntur, warna tidak

matching dengan contoh kulit.

Menurut John G (1997), upper leather adalah semua kulit yang digunakan untuk produksi sepatu terutama untuk bagian atas. Beberapa produksi upper

leather setelah finishing masih mengalami loose grain. Oleh karena itu perlu

dilakukan suatu cara untuk mengurangi loose grain atau meningkatkan kepadatan kulit. Maka dari itu dilakukan penelitian “Pengaruh Impregnasi Dengan Resin Poliuretan Dalam Finishing Action Kulit Sapi Crust Dyed Untuk Mengurangi

Loose Defect Artikel Upper Shoes”.

BAHAN DAN METODE

Bahan

Bahan baku yang digunakan pada proses produksi finishing action adalah kulit sapi crust dyed dengan kualitas C dan R dengan ketebalan shaving 1,2–1,4 mm bewarna black dan luas rata-rata 15 sqft.

(3)

Bahan pembantu: air, metil etil keton, pigmen black, pengeras SC-3075 (CLA), katalisator SC-8015 (ACCEL), resin poliuretan, bahan pengisi/ impregnator melio resin A-716, penetrator 8060 EE.

Cara Kerja

Adapun tabel formulasi dari finishing action pada Tabel 1.

Tabel 1. Formulasi Finishing Action

Proses Generic Product patent Persentase Perlakuan

Coating Resin Polyurethane Bethane 8900 100 Menggunakan mesin coating dengan kecepatan roll 3 rpm dan suhu oven 1200C Solvent Metyl Etyl Keton 40

Pigment Black 7809 20

Lem/binder

Binder D-ACE 700 J 100 Menggunakan mesin coating

dengan

kecepatan roll 3

rpm dan suhu oven 500C

Solvent Metyl Etyl Keton 20

Catalisator SC-8017

(ACCEL) 2

Haerdener SS-3075 (CLA) 17

Perbaikan Kualitas Kulit Finishing Action

Bahan baku yang digunakan untuk trial sebanyak 5 lembar dan mempunyai standar kualitas kulit yang sama yaitu kulit C dan R.

Tabel 2. Formulasi Trial Untuk Proses Impregnasi pada Finishing Action Proses Product patent Generic Persentase

Impregnasi

Air 600

8060 EE Penetrator 100

Melio Resin A-716 Soft Binder 100

(4)

Proses impregnasi dalam finising action

Bahan baku yang digunakan yaitu kulit sapi crust dyed dengan kualitas C dan R sebanyak 5 lembar dengan ketebalan 1,2–1,4 mm bewarna black dan luas rata-rata 15 sqft. Proses impregnasi ini dilakukan dalam sekali tahapan dengan menggunakan formulasi bahan yaitu 2952 RE 200%, Melio Resin A-716 100%, 8060 EE 100% dan Air 600%. Proses impregnasi menggunakan mesin roll

coating dengan kecepatan roll 3 rpm dan menggunakan tekanan 50 kg. Cara kerja

mesin roll coating yaitu melapisi dan mengulas bahan impregnasi yang sudah disiapkan. Kulit yang sudah diimpregnasi akan dilanjutkan ke proses selanjutnya sesuai dengan skema proses.

Quality Control

Hasil kulit finishing action yang dilakukan impregnasi, setelah disupervisi hasilnya sesuai dengan standar SNI. Untuk lebih mendalami kajian ilmu pengetahuan kedua kulit yang tidak dilakukan impregnasi dan yang dilakukan impregnasi hasilnya dilakukan uji kuat tarik, perpanjangan putus, dan kuat sobek di Balai Besar Kulit, Karet, dan Plastik (BBKKP), Yogyakarta.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil pengujian kuat tarik (N/mm2), kuat sobek (N), dan perpanjangan

putus (%) dilakukan di Balai Besar Kulit, Karet, dan Plastik (BBKKP),Yogyakarta.

Tabel 3. Hasil Pengujian Fisis Kulit

No. Parameter Uji

SNI 06-4264-1996 Hasil Uji Kulit Return Hasil Uji Setelah Impregnasi Keterangan 1 Kekuatan tarik, N/mm2 Min 20 17,01 23,13 Sesuai 2 Perpanjangan putus, % Maks 70 70,73 62,50 Sesuai

(5)

Menurut Hermawan (2011), impregnasi permukaan umumnya dilakukan untuk kulit jelek, untuk Corrected Grain (CGB), dengan tujuan mengatur dan mengendapkan polimer secara terkontrol pada lapisan grain, sebagai lapisan

corium. Penguatan corium function tersebut diharapkan dapat mengurangi

endapan polimer dari komponen cat tutup agar tidak masuk terlalu dalam kearah

corium sehingga dapat meningkatkan homogenitas permukaan yang menyebabkan

ketahanan pecah permukaan naik. Demikian pula kemampuan serapan kulit terhadap cairan base dan medium coat lebih uniform.

Menurut Sharpouse (1989), peningkatan kepadatan pada kulit loose dapat diperoleh dengan penggunaan resin impregnasi. Poliuretan merupakan resin anionik. Loose grain merupakan kondisi kulit memiliki ketahanan retak yang rendah dan munculnya garis-garis tekukan yang sangat jelas setelah kulit terlipat. Impregnasi dilakukan setelah kulit masuk proses finishing. Kulit yang loose akan dilakukan impregnasi terlebih dahulu dengan menggunakan bahan kimia campuran binder, penetrator dan air. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses impregnasi antara lain :

1. Bahan baku/raw materials

Bahan baku yang digunakan dalam proses impregnasi yaitu kulit crust

dyed kualitas kalitas C dengan kerusakan kulit 20-40 % dari luas kulit, cacat

ringan boleh dibagian penting, urat darah/nadi sedikit dan tidak dalam, struktur kulit sedikit gembos, ketebalan kulit 1,2-1,4 mm dan kualitas R dengan kerusakan kulit > 60% dari luas kulit cacat merata pada bagian penting dan kurang penting, kerusakan berat sampai menembus flesh, struktur kulit kosong dan tipis. Warna kulit tidak rata/belang, kulit tidak flat dan ketebalan kulit 1,2-1,4mm. Dalam proses finishing action raw material yang digunakan mempunyai kualitas yang jelek karena akan di buffing pada bagian

grain/permukaannya. Akan tetapi untuk mendapatkan hasil dengan kualitas

kulit finishing action yang maksimal menggunakan raw material yang mempunyai kualitas bagus akan berpengaruh karena kulit dengan kualitas

(6)

bagus memiliki struktur yang padat sehingga akan meminimalisir timbulnya

loose pada hasil akhir proses.

2. Bahan pembantu/chemical

Bahan pembantu yang digunakan dalam proses impregnasi yaitu 2952 RE yang merupakan golongan polimer akrilik dalam emulsi, mengoptimalkan kembali buffing serta pada base coat. memiliki fungsi untuk melapisi, membentuk, dan mengisi lapisan film pada permukaan kulit dan meratakan daya serap air/zat cair. 8060 EE merupakan penetrator, membantu mempermudah penetrasi dan distribusi bahan dari resin impregnasi kedalam kulit. Melio Resin A-716 merupakan resin poliuretan yang merupakan dispersi poliakrilat anionik, yang digunakan sebagai pengisian dan memiliki fungsi untuk melapisi pada permukaan kulit.

Proses impregnasi chemical yang digunakan merupakan chemical yang mengandung binder, penetrator dan air. Ketiga bahan tersebut memiliki fungsi masing-masing yang saling mendukung dalam tujuan anti loose dan perataan daya serap air/ zat cair.

Impregnasi binder akan mengisi dan menutup bagian ruang kosong dalam kulit. Fungsi binder dalam impregnasi sangat penting yaitu sebagai bahan utama yang akan meratakan daya serap air/ zat cair. Penetrator merupakan bahan yang berfungsi untuk membantu mempercepat penetrasi dari binder.

Penetrator yang baik adalah penetrator yang dapat membantu penetrasi secara

rata dan meresap kedalam penampang kulit sehingga kulit dapat ditembus oleh

binder dan binder dapat mengisi ruang kosong dalam kulit secara rata. Air

berfungsi untuk mengencerkan bahan kimia, dalam impregnasi air berfungsi untuk mengencerkan binder dan penetrator agar dapat larut menjadi larutan yang homogen. Sehingga perlu diperhatikan formulasi bahan impregnasi yang akan memperbaiki loose pada kulit.

(7)

3. Pengaplikasian menggunakan mesin roll coating

Pengaplikasian menggunakan mesin roll coating merupakan teknik pegecatan menggunakan screen rollers atau irollers. Mesin yang digunakan pada proses impregnasi yang baik adalah mesin roll coating yang dapat melapisi dan mengulas (mengusap) bahan kimia yang diguanakan secara rata dengan sekali jalan tanpa membuat kulit terselip karena kulit yang terselip lapisan impregnasinya tidak rata dan jika lapisan impregnasi pada kulit tidak rata maka daya serap air/zat cair akan tidak rata, hal ini dapat menyebabkan terjadinya loose yang menyebabkan warna mudah pecah/cracking.

Keuntungan dari impregnasi adalah: 1) break improvement, yaitu meningkatkan ketahanan pecah grain/permukaan kulit terutama akibat tekanan mekanik baik pada saat digunakan maupun pada saat pembuatan barang jadi, 2)

scuff resistance, yaitu meningkatkan ketahanan gores/luka akibat gesekan

dengan benda keras atau tajam, 3) firming of raggy stock, yaitu mengisi daerah atau bagian kulit yang kosong atau tidak berisi yang dapat menyebabkan serat kulit tidak merata.

Kulit yang telah difinishing, harus melewati proses pengendalian mutu (Quality Control Finish) untuk menentukan kualitas kulit. Standar organoleptik untuk kulit atasan sepatu pada quality control finishing yaitu :

1. Adanya noda atau defek yang dapat menganggu penampilan kulit atau tidak baik di bagian grain maupun flesh kulit finishing pu coated.

2. Kenampakan kulit yang rapi atau tidak. 3. Kulit tidak loose, dan padat.

Hasil uji organoleptik menunjukkan kulit hasil impregnasi proses

finishing action telah memenuhi standar mutu SNI 06-4363-1996 dimana kulit

(8)

KESIMPULAN

1. Finishing action merupakan teknik finishing untuk kulit crust dyed yang telah diamplas grain/permukaanya dan difinishing dengan lacquer poliuretan dan polimer akrilik untuk membentuk rajah tiruan.

2. Pengaruh proses impregnasi pada finishing action yaitu membuat kulit yang

loose menjadi kulit yang lebih padat dan berisi.

3. Hasil pengujian kulit finishing action yang return yaitu kuat tarik 17,01 N/mm2, perpanjangan putus 70,73 %, dan kuat sobek 10,06 N belum sesuai dengan standar mutu SNI 06-4264-1996.

4. Hasil pengujian trial kulit finishing action perbaikan dengan proses impregnasi menggunakan resin poliuretan yaitu kuat tarik 23,13 N/mm2, perpanjangan

putus 62,50 %, dan kuat sobek 25,17 N sudah sesuai dengan standar mutu SNI. 06-4264-1996

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis berterima kasih atas kebaikan, dukungan, dan kerjasama dari Politeknik ATK Yogyakarta, Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA

BASF. 2011. Pocket Book for Leather Technologist. Fourth Edition. Aktiengesellschaft 67056. Ludwigshafen. Germany.

Covington, A. D. 2009. Tanning Chemistry of Leather. Cambridge UK: The Royal Society of Chemistry. Hal. 370-388

Hermawan, P. 2011. Teknologi Finishing. Akademi Teknologi Kulit. Yogyakarta. John, G. 1997. Possible Defects in Leather Prodection Hemcbach. Lampertheim:

Hemsbach.

Sharphouse, J. 1971. Leather Technician’s Hand Book. Leather Procedur’s Association. London.

_______, J.H. 1989. Leather Technician’s Handbook. Leather Producer’s Association: London.

Gambar

Tabel 2. Formulasi Trial Untuk Proses Impregnasi pada Finishing Action  Proses  Product patent  Generic  Persentase
Tabel 3. Hasil Pengujian Fisis Kulit

Referensi

Dokumen terkait