• Tidak ada hasil yang ditemukan

100428 AKJ 2009 03 16 Uri Uri Keris

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "100428 AKJ 2009 03 16 Uri Uri Keris"

Copied!
2
0
0

Teks penuh

(1)

Judul : uri uri keris Tempat :

Rep : Tanggal :

Sebagai karya seni dalam wujud senjata tajam dengan bentuk khas satu-satunya di dunia, keris terdapat di hampir seluruh kawasan Nusantara. // Tetapi banyak temuan arkeologi dan sejarah yang sangat menguatkan kesimpulan bahwa keris-keris generasi awal dibuat di Jawa Tengah dan Jawa Timur. // Oleh karena itu buku ini berusaha membahas khusus keris Jawa secara komprehensif, mulai dari segi mistik, dongeng, legenda, kepercayaan, filsafat, sejarah, sampai teknik pembuatan hingga tradisi yang berkaitan dengan keris dalam tata kehidupan suku Jawa. //

keris yang dikenal sekarang adalah tinggalan budaya masa lalu, dengan kegunaannya yang berkembang dari masa ke masa. Fungsi keris dapat dibedakan secara fisik, simbolik, spiritual, dan menurut peran

sampingannya. Berbagai perkembangan itu bukan semata-mata menyangkut bilah kerisnya saja, melainkan juga pelengkap bilahnya seperti jejeran, mendhak, selut, warangka, dan pendhok. Apresiasi terhadap keris tidak terlepas dari pengaruh perkembangan pola pikir masyarakat dari zaman ke zaman.

Secara garis besar perkembangan masyarakat dapat digolongkan ke dalam empat tingkat, mulai dari masyarakat yang terasing dan primitif, ke masyarakat tradisional, kemudian ke masyarakat peralihan, dan akhirnya ke masyarakat modern. Pada umumnya orang Jawa pada awal abad ke-21 ini sedang berubah statusnya dari masyarakat peralihan menjadi masyarakat modern. Oleh karena itu, sikap dan cara hidupnya pun dalam beberapa aspek sudah mengacu ke cara berpikir modern.

Dalam perkerisan sikap peralihan tersebut, antara lain, tampak bahwa sebagian orang Jawa masih tetap membudayakan keris itu sebagai kelengkapan busana adat atau pusaka, tetapi sebagian lain sudah mulai menempatkannya sebaga benda seni, cender mata, atau bahkan menjadi incestasi komersial. Demikian pula satu kalangan masih percaya pada tuah dalam sebilah keris, tetapi kalangan lain sudah melakukan penelititan keris dengan cara mengorbankan bilah keris, misalnya dibelah atau dipotong, dan dietsa. Sebagian sikap orang Jawa dalam perkerisan dapat diikuti dalam uraian berikut ini.

Ditinjau dari mutu garapan fisiknya, terdapat dua golongan keris, yakni keris gramen dan keris yasan. Keris gramen adalah keris dagangan atau keris yang dibuat tidak berdasarkan pesanan. Harganya murah dengan mutu biasa atau kurang baik karena hanya dibuat sekadar untuk pelengkap busana dan peristiwa adat lain. Keris macam itu dibuat oleh para empu rakyat atau pandai besi biasa, sedangkan keris yasan dibuat oleh seorang empu yang ahli dan ternama atas pesanan raja, para bangsawan, pejabat istana, dan orang berada lainnya. Keris yasan dapat pula dibedakan menurut siapa pemesannya. //

Pengertian baik di sini sebenarnya sangat kompleks artinya, antara lain secara teknis material, estetis, etis, simbolis, psikologis, dan spiritual. Walau pada akhirnya soal baik atau tidak baik itu banyak dipengaruhi oleh subjektivitas individual, tetapi dalam budaya perkerisan tetap dikenal kriteria untuk menilai keris.

Berikut adalah kriteria yang dipertimbangkan:

(1) Teknis-material: Mutu pengerjaan teknis kelogaman sebagai senjata tajam, termasuk bahan bakunya memenuhi syarat.

(2) Estetis: Keindahannya memenuhi syarat.

(3) Serasi: Kesesuaian antara keris dan pemiliknya, baik secara eksternal maupun internal; eksternal adalah kesan menurut penilaian orang lain, sedangkan internal menurut apa yang dirasakan si pemilik.

(2)

(6) Psikologis: Pengaruh kejiwaan yang ditimbulkan oleh keris itu. Hal ini hanya berlaku bagi mereka yang percaya dan atau dapat merasakannya.

(7) Spiritual: Jenis tuah yang dibawa oleh keris itu bagi mereka yang percaya dan/atau dapat merasakannya.

Hingga saat ini apa yang disebut ilmu perkerisan sebenarnya belum dapat disusun. Ilmu yang dimaksudkan adalah pengetahuan perkerisan yang sistematis, yang dibekali dengan berbagai penalaran terhadap obyek pengamatan, antara lain: prasasti, relief candi, keris tinggalan kuno, ajaran, kepustakaan masa lalu, roman sejarah, cerita rakyat dan penelitian ilmiah. Ilmu ini diharapkan menjadi panduan bagi para

peminat keris masa kini dan yang akan datang. Dalam ilmu tersebut kelak semua aspek, sikap, dan pandangan tentang perkerisan akan ditampung secara selektif. Misalnya mana yang pantas diyakini, mana yang didukung oleh bukti-bukti, mana yang sekedar tutur tinular, dan mana pula yang cukup sekedar menjadi catatan

"Masyarakat Indonesia tidak mengenal sejarah dalam pengertian apa yang dikenal sebagai history. Dalam hidup sehari-hari, masyarakat memahami sejarah sebagai babad atau kronik. Sejarah model babad, menurut beberapa ahli sesungguhnya ahistory (bukan sejarah)." Jelasnya babad, kakawin, serat, dan buku kuno tentang perkerisan, belum dapat dipakai sebagai sumber utama sejarah. Penyebutan angka

tahun tertentu dalam buku perkerisan kuno sepintas lalu memang seperti mengilmiahkan data perkerisan. Padahal sebenarnya hanya suatu pseudo-ilmiah yang justru semakin menimbulkan kerancuan. Bagi orang awam - mitos, legenda, dan dongeng di satu pihak - memang sulit dibedakan dengan fakta sejarah ilmiah di lain pihak. Bagi orang masa kini, cara yang paling mudah untuk mendapat pengetahuan perkerisan adalah dengan menghayati keris-keris yang masih ada sekarang. Sudah tentu bahwa untuk mempelajarinya masih tetap harus mempertimbangkan kaidah-kaidah tradisional, namun menggunakan cara analisis modern. Oleh karena itu diperlukan sikap mental, yang berani merumuskan penalaran-penalaran baru, dan sedapat mungkin menghindari perbenturannya dengan tata nilai lama yang masih berlaku. Cara mempelajari pengetahuan perkerisan dapat juga dilakukan pada kelompok-kelompok kecil yang beranggotakan sesama penggemar keris, atau dengan mengadakan ceramah, seminar, sarasehan, pameran, diskusi dan lokakarya. Bisa juga dengan pertemuan berkala. Yang paling efektif adalah dialog antara tiga atau empat orang

Referensi

Dokumen terkait