• Tidak ada hasil yang ditemukan

Makalah Strategi Belajar Mengajar (Umpan Balik atau Feedback) GuruPintar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Makalah Strategi Belajar Mengajar (Umpan Balik atau Feedback) GuruPintar"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

Makalah Strategi Belajar Mengajar (Antara Pengajar, Pendidik, dan Pembelajaran)

BAB I PENDAHULUAN

Dunia pendidikan adalah dunia guru, rumah rehabiltitasi peserta didik. Dengan sengaja

guru berupaya mengerahkan tenaga agar peserta didik dapat keluar dari tali kebodohan. Dimana guru tidak hanya sebagai pengajar, namun guru juga mendidik, membimbing,

mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik. Dalam menjalankan tugasnya sebagai agen pembelajaran. Guru yang profesional adalah guru yang menguasai materi

pembelajaran, menguasai kelas dan mengendalikan perilaku anak didik, menjadi teladan,

membangun kebersamaan, menghidupkan suasana belajar, selain itu guru harus dapat membuat suasana ruangan yang menyenangkan,serta nyaman dengan demikian proses belajar

mengajar akan berjalan dengan baik. Dalam makalah ini, kami akan menguraikan beberapa

materi mengenai persamaan dan perbedaan istilah mengajar, mendidik, dan pembelajar, makna dan hakikat guru, tugas dan fungsi guru, gaya-gaya mengajar guru, serta

prinsip-prinsip mengajar.

(2)

BAB II PEMBAHASAN

A. Persamaan dan Perbedaan Istilah Mengajar, Mendidik, dan Pembelajar

Jika dilihat dari segi asal katanya, mengajar adalah memberi pelajaran, semisal

pelajaran matematika, memberi pelajaran bahasa, memberi pelajaran geografi, agar siswa

yang diajar itu mengetahui dan paham tentang bahan yang diajarkan tadi. Sedang mendidik adalah memelihara dan memberi latihan mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran. Menurut

umum, mengajar diartikan sebagai usaha guru untuk menyampaikan dan menanamkan pengetahuan kepada siswa/anak didik. Jadi mengajar lebih cenderung kepada transfer of knowledge.

Mendidik dapat diartikan sebagai suatu usaha untuk mengantarkan anak didik ke arah kedewasaan baik secara jasmani maupun rohani. Oleh karena itu mendidik dikatakan sebagai

upaya pembinaan pribadi, sikap mental dan akhlak anak didik. Dibandingkan dengan

pengertian mengajar, maka pengertian mendidik lebih mendasar. Mendidik tidak sekedartransfer of knowledge, tetapi juga transfer of values. Berkait dengan soal pembentukan kepribadian anak didik, maka mendidik juga harus merupakan usaha untuk memberikan motivasi kepada anak didik agar terjadi proses internalisasi nilai-nilai pada

dirinya, sehingga akan lahir suatu sikap yang baik.1

Dalam konteks pendidikan, istilah fasilitator (pembelajar) semula lebih banyak diterapkan untuk kepentingan pendidikan oang dewasa (andragogi), khususnya dalam

lingkungan pendidikan non formal. Sebagai fasilitator, guru berperan memberikan pelayanan

untuk memudahkan siswa dalam kegiatan proses pembelajaran. Peran guru sebagai fasilitator membawa konsekuensi terhadap perubahan pola hubungan guru-siswa, yang semula lebih

bersifat top-down ke hubungan kemitraan. Dalam hubungannya yang bersifat top down, guru seringkali diposisikan sebagai atasan yang cenderung bersifat otoriter, sarat komando,

instruksi bergaya birokrat, bahkan pawang. Sementara siswa lebih diposisikan sebagai

bawahan yang harus selalu patuh mengikuti instruksi dan segala sesuatu yang dikehendaki guru. Berbeda dengan hubungan top-down, hubungan kemitraan antara guru dengan siswa,

(3)

guru bertindak sebagai pendamping belajar para siswanya dengan suasana belajar yang demokratis dan menyenangkan.2

Peran guru sebagai fasilitator, merubah paradigma dalam proses pembelajaran yang

tadinya berpusat pada guru (teacher centered) menjadi berpusat pada siswa (learner centered) diharapkan dapat mendorong siswa untuk terlibat secara aktif dalam membangun

pengetahuan, sikap dan perilaku.

Perbedaan pembelajaran yang berpusat pada siswa dan guru adalah sebagai berikut :

Pembelajaran berpusat pada guru Pembelajaran berpusat pada siswa

 Guru sebagai pengajar

 Penyampaian materi pelajaran

dominan melalui ceramah

 Guru menentukan apa yang akan

diajarkan dan bagaimana siswa mendapatkan informasi yang

mereka pelajari

 Guru sebagai fasilitator dan bukan

penceramah

 Fokus pembelajaran pada siswa bukan Guru

 Siswa aktif belajar

 Pembelajaran bersifat interaktif

Perbedaan kegiatan siswa dan Guru pada strategi mengajar berpusat pata siswa :

(4)

1. Makna Guru

Makna guru (pendidik) sebagaimana dalam UUSPN No. 20 Tahun 2003, Bab I, Pasal 1,

ayat 6 adalah tenaga kependidikanyang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong

belajar, widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya, serta berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan.

Dalam pengertian yang sederhana, guru adalah orang yang memberikan ilmu

pengetahuan kepada peserta didik. Guru dalam pandangan masyarakat adalah orang yang melaksanakan pendidikan di tempat-tempat tertentu, tidak mesti di lembaga pendidikan

formal, tetapi juga bisa di masjid, di surau / mushola, di rumah, dan sebagainya.

Makna guru atau pendidik pada prinsipnya tidak hanya mereka yang mempunyai

kualifikasi keguruan secara formal diperoleh dari bangku sekolah/perguruan tinggi,

melainkan yang terpenting adalah mereka yang mempunyai kompetensi keilmuan dan dapat menjadikan orang lain pandai dalam matra kognitif, afektif dan psikomotorik. Matra kognitif

menjadikan peserta didik cerdas intelektualnya, matra afektif menjadikan siswa mempunyai

sikap dan perilaku yang sopan, dan matra psikomotorik menjadikan siswa terampil dalam melaksanakan aktivitas secara afektif dan efisien, serta tepat guna.3

Menjadi guru menurut Prof. Dr. Zakiah Daradjat dan kawan-kawan dalam buku Zaenal Mustakim, M.Ag. tidak sembarangan, tetapi harus memenuhi beberapa persyaratan seperti di

bawah ini:

kedinasan. Tugas di luar kedinasan dapat dikatakan sebagai tugas pengabdian yang tidak terbatasi oleh ruang lingkup waktu dan tempat, tugas ini meliputi profesi, kemanusiaan dan

kemasyarakatan.

2. Hakikat Guru

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi kedua 1991, guru diartikan sebagai orang

yang pekerjaannya (mata pencahariannya) mengajar. Dalam Undang-undang Guru dan Dosen

(5)

No 14 Tahun 2005 Pasal 2, guru dikatakan sebagai tenaga profesional yang mengandung arti bahwa pekerjaan guru hanya dapat dilakukan oleh seseorang yang mempunyai kualifikasi

akademik, kompetensi, dam sertifikasi pendidik sesuai dengan persyaratan untuk setiap jenis

dan jenjang pendidikan tertentu.4

Hakikat guru tidak hanya menjadi seorang diri, akan tetapi menyatu dalam semua

keragaman. Artinya, guru harus pandai menyatukan keragaman peserta didiknya dari tingkat

kemampuan tingkat intelektual, keragaman dalam bercakap, keragaman kepribadian hingga keragaman kecenderungan yang di dasari oleh bakat mereka.

Hakikat guru tersebut menuntut adanya kepribadian secara personal dan sosial. Kepribadiannya yang dimaksud adalah guru mempunyai karakter khusus yang menojol dan

berbeda dengan apa yang dimiliki orang lain dalam hal kebaikan . Hakikat personal mengarah

pada model perilaku yang dapat dijadikan teladan dan hakikat sosial menuju pada mendahulukan kepentingan umum daripada kepentingan pribadi. Dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa hakikat guru adalah:

a. Orang yang memiliki minat, tidak pernah lelah dan bosan mencari atau menambah ilmu dan menyampaikannya pada orang lain (siswa) kapan saja.

b. Orang yang berrbakat, mempunyai kelebihan dan hasilnya sesuai dengan harapan.

c. Orang yang bertanggung jawab, mampu merubah pengetahuan, sikap, kepribadian, dan

ketrampilan peserta didiknya lebih baik.

d. Orang yang mempunyai panggilan jiwa, mau berkorban demi kemajuan peserta didiknya. e. Orang yang mempunyai idealisme, mau mendengarkan keluh kesah peserta didiknya dan

mampu memberikan solusinya.5

C. Tugas dan Fungsi Guru

1. Tugas Guru

4 http://sambasalim.com/pendidikan/hakikat-seorang-guru.html

(6)

Menurut Roestiyah N. K. dalam buku Zaenal Mustakim, M.Ag., guru dalam mendidik peserta didik bertugas untuk:

a. Menyerahkan kebudayaan peserta didik bberupa kepandain, kecakapan dan

pengalaman-pengalaman.

b. Membentuk kepribadian anak yang harmonis, sesuai cita-cita dan dasar negara kita

Pancasila.

c. Menyiapkan anak menjadi warga negara yang baik sesuai Undang-undang Pendidikan yang merupakan keputusan MPR No. II Tahun 1983

d. Sebagai perantara dalam belajar

e. Sebagai pembimbing, untuk membawa peserta didik ke arah kedewasaan, pendidik tidak

maha kuasa, tidak dapat membentuk anak menurut sekehendaknya.

f. Guru adalah sebagai penghubung antara sekolah dan masyarakat. g. Sebagai penegak disiplin.

h. Guru adalah sebagai administrator dan manajer.

i. Pekerjaan guru sebagai suatu profesi. j. Guru sebagai perencana kurikulum.

k. Guru sebagai pemimpin (guidance worker). l. Guru sebagai sponsor dalam kegiatan anak-anak.

2. Fungsi guru

Guru berfungsi sebagai pembuat keputusan yang berhubungan dengan perencanaan, implementasi, dan penilaian. Sebagai perencana, guru hendaknya dapat mendiagnosa

kebutuhan para siswa sebagai subjek belajar, merumuskan tujuan kegiatan proses

pembelajaran, dan menetapkan strategi pengajaran yang ditempuh untuk merealisasikan tujuan yang telah dirumuskan. Sebagai pengimplementasi rencana pengajaran yang telah

disusun, guru hendaknya mempertimbangkan situasi dan kondisi yang ada dan berusaha “memoles” setiap situasi yang muncul menjadi situasi yang memungkinkan berlangsungnya

kegiatan belajar mengajar. Pada saat melaksanakan kegiatan evaluasi, guru harus dapat

menetapkan prosedur dan teknik evaluasi yang tepat. Jika tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan pada kegiatan perencanaan belum tercapai, maka ia harus meninjau kembali serta

rencana implementasinya dengan maksud untuk melakukan perbaikan.6

(7)

Selain fungsi di atas, guru juga berfungsi sebagai berikut: a. Guru sebagai pendidik.

b. Guru sebagai pengajar.

c. Guru sebagai pembimbing. d. Guru sebagai pelatih.

e. Guru sebagai penasehat.

f. Guru sebagai pembaharu (Innovator). g. Guru sebagai model dan teladan.

h. Guru sebagai pribadi. i. Guru sebagai peneliti.

j. Guru sebagai pendorong kreativitas.

k. Guru sebagai pembangkit pandangan. l. Guru sebagai pekerjaan rutin.

m. Guru sebagai pemindah kemah.

n. Guru sebagai emansipator. o. Guru sebagai evaluator.

p. Guru sebagai pengawet. q. Guru sebagai pembawa cerita.

r. Guru sebagai aktor.

s. Guru sebagai kulminator.7

D. Gaya-gaya Mengajar Guru

1. Makna Gaya Mengajar

a. Menurut Abu Ahmadi gaya mengajar adalah gaya tingkah laku, sikap dan perbuatan guru

dalam melaksanakan proses pengajaran.

b. Menurut Abdul Qadir Munsyi, gaya mengajar adalah gaya mengajar adalah gaya yang

dilakukan guru pada saat mengajar di muka kelas.

c. Menurut Zahminan Zaini, gaya mengajar adalah gaya atau tindak tanduk guru sebagai pernyataan kepribadiannya dalam menyampaikan bahan pelajarannya kepada siswa.

(8)

Gaya mengajar adalah bentuk penampilan guru saat mengajar, baik yang bersifat kurikuler maupun psikologis. Gaya mengajar yang bersifat kurikuler adalah guru mengajar

yang disesuaikan dengan tujuan dan sifat mata pelajaran tertentu. Sedangkan gaya mengajar

yang bersifat psikologis adalah guru mengajar yang disesuaikan dengan motivasi siswa, pengelolaan kelas dan evaluasi hasil belajar.8

2. Macam-macam Gaya Mengajar

Dari karakteristik masing-masing guru, terdapat macam-macam gaya mengajar, yaitu: a. Gaya Mengajar Klasik.

b. Gaya mengajar teknologis. c. Gaya mengajar personalisasi.

d. Gaya mengajar interaksional.9

3. Pendekatan Gaya Mengajar

Dalam gaya mengajar pendekatan mempunyai peran penting untukmencapai

tujuan. Artinya gaya mengajar tidak akan efektif dan efisien apabila tidak melakukan

pendekatan pada saat menyampaikan bahan ajar kepada peserta didik. Secara umum terdapat bermacam-macam pendekatan:

a. Pendekatan Filosofis

Pada pendekatan ini, gaya mengajar guru hendaknya didasarkan pada nilai-nilai kebenaranya

itu memandang siswa sebagai makhluk rasional yang mampu berpikir dan perlu

dikembangkan. b. Pendekatan Induksi

Pendekatan gaya mengajar dalam penganalisaan secara ilmiah, yaitu berasal dari hal-hal atau

peristiwa khusus untuk menentukan hukum atau kaidah yang bersifat umum. c. Pendekatan Deduksi

Pendekatan gaya mengajar dalam bentuk analisa ilmiah yang bergerak dari hal-hal yang bersifat umum kepada hal-hal yang bersifat khusus.

d. Pendekatan Sosio Kultural

8 Zaenal Mustakim. Strategi & Metode Pembelajaran, (Pekalongan: STAIN Pekalongan Press, 2009), hlm 30-31

(9)

Pendekatan gaya mengajar yang berpandangan bahwa siswa adalah makhluk bermasyarakat dan berkebudayaan sehingga dipandang sebagaihomo socium dan homo sapiens dalam kehidupan bermasyarakat dan berkebudayaan.

e. Pendekatan Fungsional

Pendekatan gaya mengajar guru dengan penekanan pada pemanfaatan materi ajar bagi siswa

dalam kehidupan sehari-hari.

f. Pendekatan Emosional

Pendekatan gaya mengajar untuk menyentuh perasaan yang mengharukan dengan tujuan

menggugah perasaan dan emosi siswa agar mampu mengetahui memahami, dan menerapkan materi pelajaran yang diperolehnya.10

Secara teknis, pendekatan gaya mengajar dapat dilakukan sebagai berikut:  Pendekatan kelompok

 Entry behavior

 Student activity learning  Pendekatan individual

 Mastery learning (belajar tuntas)

 Personalizer system of instruction (PSI)

E. Prinsip-prinsip Mengajar

1. Prinsip aktivitas

Prinsip aktivitas-aktivitas didasarkan pada pandangan psikologis bahwa segala sesuatu

(pengetahuan) harus diperoleh melalui pengamatan dan pengalaman sendiri.

2. Prinsip motivasi

Walker (1967) dalam buku Zaenal Mustakim, M.Ag.11 mengatakan

“perubahan-perubahan yang di pelajari memberi hasil yang baik bilamana orang mempunyai motivasi untuk melakukannya.”

3. Prinsip individualitas

Individu sebagai manusia merupakan orang-orang yang memiliki pribadi/ jiwa sendiri. Kekhususan jiwa itu menyebabkan individu yang satu berbeda dengan individu yang lainya.

10 Zaenal Mustakim. Strategi & Metode Pembelajaran, (Pekalongan: STAIN Pekalongan Press, 2009), hlm 35-38

(10)

4. Prinsip lingkungan

Pembawaan yang potensial dari individu itu tidak spesifik melainkan bersifat umum

dapat berkembang menjadi bermacam-macam kenyataan hasil interaksi dengan

lingkungannya. Pembawaan menentukan batas-batas kemungkinan yang dapat dicapai oleh individu tetapi lingkungan menentukan menjadi individu dalam kenyataan.

5. Prinsip konsentrasi

Secara psikologis, jika memusatkan perhatian pada sesuatu maka segala stimulus lainnya yang tidak diperlukan tidak masuk dalam alam sadarnya. Akibatnya dalam keadaan

ini adalah pengamatan menjadi perhatiannya kemudian menjadi sangat cermat dan berjalan dengan baik.

6. Prinsip kebebasan

Pengertian kebebasan menurut Rosella Linskie dalam buku Zaenal Mustakim, M.Ag.12 mengandung tiga dimensi, yaitu: self directedness, self dicipline, dan self control.

7. Prinsip peragaan

Peragaan meliputi semua pekerjaan pancaindra bertujuan untuk mencapai pemberian pemahaman sesuatu hal secara lebih tepat dengan menggunakan alat-alat indra.

8. Prinsip kerja sama dan persaingan

Jean D. Grambs dalam buku Zaenal Mustakim, M.Ag.13 berpendapat bahwa pengajaran

di sekolah yang demokratis, kerja sama maupun persaingan sama pentingnya, hanya

mengasimilasi sesuatu pengamatan dan pengalaman yang telah dimiliki. 10. Prinsip korelasi

Korelasi (salingberkaitan) pengajaran dengan masalah-masalah keseharian individu

atau dengan bidang lain akan menjadikan sesuatu yang baru dan berguna bagi peserta

12 Zaenal Mustakim. Strategi & Metode Pembelajaran, (Pekalongan: STAIN Pekalongan Press, 2009), hlm 42

(11)

didik serta melatih upaya pemecahannya dengan berdasar pada skill atau pengetahuan dari mata pelajaran yang lain.

11. Prinsip efisiensi dan efektivitas

Pengajaran yang baik adalah proses pengajaran dengan waktu yang cukup serta dapat membuahkan hasil (pencapaian tujuan instruksional) secara tepat, cermat, dan optimal.

12. Prinsip globalitas

Menurut prinsip globalitas (integralitas) bahwa keseluruhan adalah menjadi titik awal pengajaran. Peserta didik selalu mengamati keseluruhan terlebih dahulu baru kemudian

bagian-bagiannya. 13. Permainan dan hiburan

Kelas pengajaran yang penuh konsentrasi menjadikan peserta didik kelelahan, bosan,

butuh refreshing dan rekreasi. Sehingga peserta didik diijinkan bermain, bersukaria, berbicara bebas, brgerak-gerak untuk mengendorkan syaraf- syaraf yang kencang dan menghindarkan

kebosanan asalkan memiliki kelancaran aktivitas pengajaran.14

(12)

PENUTUP

KESIMPULAN

Mengajar diartikan sebagai usaha guru untuk menyampaikan dan menanamkan pengetahuan kepada siswa/anak didik. Jadi mengajar lebih cenderung kepada transfer of knowledge. Mendidik dapat diartikan sebagai suatu usaha untuk mengantarkan anak didik ke arah kedewasaan baik secara jasmani maupun rohani. Mendidik tidak sekedar transfer of knowledge, tetapi juga transfer of values.

Peran guru sebagai fasilitator membawa konsekuensi terhadap perubahan pola hubungan guru-siswa, yang semula lebih bersifat top-down ke hubungan kemitraan. Peran guru sebagai fasilitator, merubah paradigma dalam proses pembelajaran yang tadinya

berpusat pada guru (teacher centered) menjadi berpusat pada siswa (learner centered).

Guru adalah orang yang memberikan ilmu pengetahuan kepada peserta didik. Hakikat

guru tidak hanya menjadi seorang diri, akan tetapi menyatu dalam semua keragaman.

Artinya, guru harus pandai menyatukan keragaman peserta didiknya dari tingkat kemampuan tingkat intelektual, keragaman dalam bercakap, keragaman kepribadian hingga keragaman

(13)

DAFTAR PUSTAKA

Mustakim, Zaenal. 2009. Strategi & Metode Pembelajaran. Pekalongan: STAIN Pekalongan Press.

http://ghozaliq.wordpress.com/2010/08/06/antara%E2%80%9Cmengajar%E2%80%9D-dan-%E2%80%9Cmendidik%E2%80%9D/ 22 September 2011 pukul 11.40 WIB

http://www.psb-psma.org/content/blog/peran-guru-sebagai-fasilitator/ 30 September 2011 pukul 12.10 WIB

Referensi

Dokumen terkait