• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENELITIAN OPTIMALISASI POTENSI BAHAN GALIAN DAERAH PERTAMBANGAN RAKYAT KABUPATEN NABIRE, PROVINSI PAPUA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENELITIAN OPTIMALISASI POTENSI BAHAN GALIAN DAERAH PERTAMBANGAN RAKYAT KABUPATEN NABIRE, PROVINSI PAPUA"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

PENELITIAN OPTIMALISASI POTENSI BAHAN GALIAN DAERAH

PERTAMBAN-GAN RAKYAT KABUPATEN NABIRE,

PROVINSI PAPUA

Suhandi, Heri Susanto, Yuman Pertamana

Kelompok Penyelidikan Konservasi dan Unsur Tanah Jarang

S A R I

Lokasi penelitian merupakan wilayah pertambangan emas rakyat, yang tersebar di beberapa lokasi antara lain : Blok Siriwo, Blok Senriko, Blok Wanggar, Blok Musiro dan Blok Sanoba .

Blok Siriwo, potensi emas aluvial di sebesar 0,13 kg dan mineral ikutan lainnya untuk magnetit 3.089,24 kg; ilmenit 42,55 kg; ampibol 8,49 kg, sedangkan mineral lainnya relatif kecil, kurang dari 1%. Blok Senriko, potensi bahan galian emas sebesar 56,54 kg. Blok Wanggar, potensi emas relatif lebih kecil, untuk logam dasar (Cu, Pb dan Zn) tidak ada yang menonjol, kecuali untuk Ni 2284 ppm dan Cr 5389 pmm. Blok Musiro, hasil analisis conto tidak terdektesi adanya emas, kecuali untuk mineral epidot relatif besar (81,70 %), untuk mineral magnetit (7,737 %), amibol (8,77 %) dan mineral lainnya relatif kecil (<1 %). Blok Sanoba, merupakan wilayah tambang batupasir, analisis conto menunjukkan kandungan unsur logam 1616 ppb Au, 4126 ppm Cr dan 1943 ppm Mn, sedangkan untuk unsur logam Cu, Pb dan Zn kecil (<1 %).

(2)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pertambangan rakyat dapat dijumpai di berbagai wilayah di Indonesia, umumnya kegiatan penam-bangan dan pengolahan bahan galian yang dilakukan cenderung memperlihatkan kondisi yang memprihatinkan. Hal ini tercermin dari kondisi pemanfaatan sumber daya mineral yang kurang terencana dalam melakukan produksi bahan galian tanpa adanya tahapan kegiatan eksplorasi yang benar untuk mengetahui sumber daya dan cadangan serta kurang memperhatikan dampak terhadap lingkungan sekitarnya.

Kegiatan pertambangan rakyat berpotensi meny-isakan bahan galian pada saat penambangan dan pengolahannya, oleh karena itu bahan galian yang tertinggal/tersisa pada wilayah pertam-bangan rakyat perlu dilakukan penelitian dalam upaya untuk mengetahui kemungkinan peluang pemanfaatannya. Bahan galian tersebut dapat berupa bahan galian utama, bahan galian lain dan mineral ikutannya. Hal ini sejalan dengan amanah yang terdapat di dalam Pasal 33 ayat 3 UUD 1945, dimana bumi, air dan kekayaan alam terkandung didalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk kemakmuran rakyat, dalam Kepmen ESDM Nomor: 1453.K/29/MEM/2000, bahwa bahan galian harus diambil/ditambang secara terencana, teratur, bertanggung jawab dan berkelanjutan untuk kepentingan dan kes-ejahteraan penduduk Indonesia.

Maksud dan Tujuan

Kegiatan penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh data dan informasi potensi bahan galian termasuk bahan galian lain/mineral ikutan di wilayah tersebut. Tujuannya untuk memberikan rekomendasi yang dapat dipergu-nakan sebagai salah satu dasar pengembangan dan pengelolaan bahan galian yang masih mem-punyai prospek untuk dimanfaatkan.

Lokasi Penelitian

Kabupaten Nabire memiliki luas wilayah ± 15.350 km2 berada diantara 134°35’-136°40’BT dan

2°25’- 4°15’LS, terletak di kawasan Teluk Cend-erawasih bagian tengah Provinsi Papua.

Kabupaten ini memiliki posisi yang sangat strate-gis bagi lalu lintas perdagangan dan transportasi baik lewat laut maupun lewat udara, antar pulau dan antar kabupaten yang ada di wilayah Provinsi Papua (Gambar.1).

GEOLOGI

(3)

men-unjukkan padanan landaian benua dari Pelataran Irian Jaya, dan berhubungan dengan jalur per-alihan. Pada bagian Utara ditempati oleh batuan ultramafik yang berhubungan dengan kerak samudera menempati jalur ofiolit yang seba-gian tertutup oleh batuan endapan laut dangkal hingga daratan lebih muda dan batuan gunun-gapi.

Litologi yang menyusun daerah kegiatan ter-diri dari : Batuan Ultramafik tak bernama (Mu) berupa serpentinit hitam dan hijau tua dan piroksenit terserpentinitkan, peridotit dan sedikit dunit, umumnya menyatu dengan pita amfibolit, dolerit dan sekis klorit dan talkum. Setempat kromit menyebar luas, pirit dan pirhotit terpu-satkan di sepanjang beberapa lajur rabakan dan jarang menyebar. Litologi ini berkaitan dengan amfibolit tak-bernama yang berbukit rendah membulat pejal menempati jalur sesar melengkung antara hulu S.Waumi di barat dan pertengahan aliran Sungai Tobo di tengah utara, di Siriwo pada ujung utara Pegunungan Weyland, antara Sungai Warenai dan ujung timur Lembar di timur laut.

Amfibolit tak bernama (Ktpa) berupa amfibolit, sedikit sekis serisit kuarsa karbonan, sekis klorit dan sekis biotit karbonan di timur (kemungkinan malihan retrograd dampak dari penerobosan Diorit Utawa), setempat gabro teruraikan.

Satuan Batugamping Nanamajiro (Ton) terdiri dari batugamping (kalsirudit, koral, ganggang, kalkarenit dan kalsilutit), berselang seling den-gan lapisan atau lensa tak teratur konglomerat kerikilan lempungan. Satuan Batuan ini selaras di bawah Batuan Gunungapi Tobo yang berumur Oligosen Awal.

Satuan Gunungapi Tobo (Tlt), terdiri dari aglom-erat basa hingga menengah sangat terubah, tufa, lava dan batuan gunungapi tela berlapis (batu-pasir tufaan, grewake dan batulanau) diterobos oleh retas gabro mikro terubah, umur satuan ini diperkirakan Paleogen.

Satuan Gunungapi Nabire (Tmpn) terdiri dari aglomerat dan berselingan dengan tufa basal alkali hingga andesit, konglomerat gunungapi dan sedikit tufa, batupasir tufaan, batupasir gampingan berforaminifera, basal spilit teru-bah (lava) dan andesit hornblende porfir atau atuan terobosan diorit mikro di bagian selatan, umurnya antara Miosen Akhir – Pliosen Awal.

Konglomerat Karado berupa konglomerat aneka bahan, sedikit batupasir kerikilan, batulumpur dan lapisan dan lensa tufa yang berumur Plio-sen.

Anggota Batugamping Legare terdiri dari batugamping berwarna krem hingga putih, coklat dan merah bila lapuk, biokalkarenit, kalsirudit dan setempat mikrit, umumnya berongga atau bergerohong. Satuan ini berumur Pliosen Akhir – Pliosen.

Batulumpur Bumi tersusun dari batulumpur pasiran dan lanauan dengan selipan batunapal, batupasir dan batulanau; setempat lensa tebal dari konglomerat dan lapisan tipis kokuina. Sat-uan ini berumur Pliosen Akhir – Plistosen Awal.

(4)

tek-stur trakit) augit dan oksida besi, satuan batuan ini berumur Plistosen Awal.

Aluvium berupa bongkah, kerakal dan lensa dari batupasir kasar bersilang siur. Sebaran endapan aluvium di daerah kegiatan terdapat di sekitar Topo, Distrik Uwapa, sepanjang dataran sungai disekitar Kilo 62 hingga ke bagian hilir, di Cen-trico, Sungai Siriwini dan Daerah Aliran Sungai Musairo.

PEMBAHASAN

Potensi Sumber Daya Daerah Penelitian

Kegiatan lapangan dipusatkan terhadap lokasi-lokasi yang memberikan arti penting bagi penambangan sekala kecil terutama pada daerah-daerah pertambangan rakyat (PETI) yang menghidupkan perekonomian bagi masyarakat sekitarnya. Untuk menunjang hasil kegiatan tersebut dilakukan penelitian terhadap kegiatan tambang rakyat dan lokasi-lokasi contoh batuan diantaranya adalah litologi, ciri-ciri ubahan, dan mineralisasi sehingga dapat diperoleh hasil yang dapat dianggap prospek untuk penamban-gan sekala kecil. Sejumlah contoh batuan yang diambil dari lubang tambang tradisional, aluvial, aluvial tua dan singkapan-singkapan batuan terubah/termineralisasi yang bisa digunakan sebagai dasar penentuan pada lokasi mana yang dapat diusahakan oleh para penambang dan diharapkan hasilnya dapat dimanfaatkan secara optimal.

Beberapa lokasi yang mempunyai prospek bahan galian dan mineral ikutan untuk

dievalu-asi sebagai berikut :

Blok Siriwo

Di daerah ini terdapat dua lokasi pengama-tan yang letaknya berdekapengama-tanantara conto satu dengan lainnya, pengambilan conto (NB/S.03) dilakukan pada aliran sungai aktif pada Sun-gai Kali Bambu dengan lebar 30 meter, terdiri dari fragmen batuan sedimen dan batuan beku (ultramafik 20 %), berukuran pasir, sampai bong-kah, sedangkan satu lokasi terletak pada teras sungai (NB/C.04).

Contoh tersebut tersusun oleh batupasir lem-pungan, berwarna abu kekuningan, agak lapuk, ukuran butir pasir halus sampai sedang dengan arah perlapisan batuan N2200E/520.

Hasil analisis mineral butir pada conto NB/C.04 mengandung/kadar emas 1VFC, dari volume 10 liter sebanding dengan 0,026 miligram atau 2,60 mg/m³. Luas singkapan tersebut, berukuran 50 m x 500 m dengan ketebalan 2 m, maka sumber daya hipotetik emas aluvial sebesar 0,13 Kg.

Untuk mineral ikutan di daerah tersebut antara lain magnetit 77.231%, ilmenit 17.020%, kuarsa 0.318%, zirkon 1.119%, amfibol 3.394% dan epi-dot 0.905%.

Blok Senriko

(5)

piroksen dan sedikit mineral opak yang tersebar. Tampak plagioklas terubah lemah ke aktinolit-lempung, piroksen terubah kuat ke aktinolit dan sedikit ke epidot-opak.

Secara umum endapan aluvial tua yang terdapat di blok Sentriko, pada kedalaman 0 – 1,5 m terdiri dari batulempung, coklat kekuningan dan abu kehitaman, menyerpih, setempat terdapat mika, pada kedalaman 1,5 – 2 m terdapat konglomerat alas, bersifat lepas, terdiri dari fragmen kuarsa (10% - 50%), batuan sedimen dan batuan beku (50%), ukuran butir pasir kerikil sampai kerakal, bad rock pada endapan aluvial tua, batulempung, berwarna abu-abu, kenyal dan terdapat mika (1%) tersebar merata.

Tambang Lakonius, Sungai Adai (Kilo 86)

Tambang Lakonius berlokasi disekitar Sungai Adai termasuk ke dalam Blok Senriko di sebe-lah timur dari Desa Siriwo, penduduk setempat maupun pendatang umumnya melakukan penambangan pada sedimen sungai aktif dan endapan aluvial tua (teras sungai) dengan cara pembuatan lubang sumuran. Pada lokasi tam-bang Lakonus dilakukan pengambilan conto pada endapan aluvial tua dan tailing sebanyak dua conto (NB/C.05 dan NB/C.06).

Hasil analisis mineral butir dengan conto NB/C.05, diperoleh kandungan/kadar emas sebanyak 1FC, 1MC dan 1CC dari volume 10 liter sebanding dengan 2,7325 miligram atau 273,25 mg/m³ (asumsi 1VFC 0,026 mgr, 1MC 0,3125 mgr dan 1CC 2,36 mgr). Luas endapan aluvial tua = 100 m (lebar) x 200 m (panjang) dengan keteba-lan 2 m, sehingga didapat sumber daya hipotetik

emas aluvial tua pada tambang tersebut sebesar 10,9 Kg.

Hasil analisis ICP pada conto NB/C.06 yang merupakan conto konsentrat dulang dari tailing, hasil analisis unsur tanah jarang terdapat kadar Ce 23 ppm, Y 27 ppm dan La 16 ppm.

Tambang Pensen, Kilo 80

Conto konsentrat dulang pada lubang sumuran tambang pada endapan aluvial tua berupa bat-ulempung, berwarna abu kekuningan dan sedikit kerikil, hasil uji coba pendulangan di lapangan terlihat adanya emas berwarna kuning metalik dan pada lokasi tersebut terdapat singkapan batuan beku.

Hasil analisis mineral butir pada conto kon-sentrat dulang NB/C.07 pada lubang sumuran lapisan bagian atas dengan kandungan/ kadar emas 1VCC dari volume 10 liter, sebanding den-gan 3,52 miligram atau 352,00 mg/m³. Luas endapan aluvial tua di daerah tambang Pensen dengan luas panjang 200 m, lebar 50 m dan ket-ebalan 2 m, maka didapat sumber daya hipotetik emas aluvial tua sebesar 0,50 Kg.

Untuk mineral ikutan pada conto tersebut men-gandung komposisi mineral (%) antara lain magnetit 4,984, ilminit 70,984 dan epidot 23,674, untuk mineral kuarsa, oksida besi, serisit dan rutil relatif kecil < 1 %.

(6)

maka sumber daya hipotetik sebesar 7,59 Kg

Untuk mineral ikutan pada conto NB/C.08 men-gandung komposisi mineral (%) antara lain magnetit 4,667 dan ilmenit 94,264, sedangkan untuk mineral kuarsa, oksida besi, serisit, epidot dan rutil relatif kecil < 1 %

Analisis petrografi batuan beku pada contoh NB/R.09 adalah batuan diabas yang teridenti-fikasi adanya pirit yang tersebar tidak merata dalam fragmen batuan, sebagian telah men-galami oksidasi menjadi hydrous iron oxides, batuan tersebut mengalami ubahan yang cukup kuat terlihat pada mineral piroksen ke aktinolit dan sedikit ke epidot-opak, sedangkan plagiok-las terubah lemah ke aktinolit-lempung.

Tambang Martin, Sungai Buaya (Kilo 67)

Sungai Buaya merupakan wilayah tambang emas aluvial, penduduk setempat umumnya melakukan penambangan pada tanah lapukan dan sungai aktif dengan cara pendulangan. Dari hasil pendulangan tanah lapukan pada dind-ing/teras sungai menghasilkan butiran-butiran emas halus, berwarna kuning metalik khas warna emas, bentuk pipih (NB/C.17).

Hasil analisis mineral butir dari conto NB/C.17 menghasilkan kandungan/kadar emas seban-yak 29VFC, 2FC, 1MC, 3CC, 1VCC dari volume 10 liter sebanding dengan 11,7965 miligram atau 1179,65 mg/m³. Luas sebaran endapan bat-ulempung di lokasi tersebut mempunyai luas 5.000 m², ketebalan rata-rata 2,5 m, maka dida-pat sumber daya hipotetik emas pada tambang Martin sebesar 8,85 Kg.

Conto tailing terdiri dari batupasir dan batulem-pung, bersifat lepas, ukuran butir pasir sampai kerikil (NB/C19). Hasil analisis mempunyai kand-ungan/kadar emas sebesar 4VFC dari volume 10 liter sebanding dengan 0,104 miligram atau 10,40 mg/m³. Luas daerah tailing 20.000 m², tebal 1 m, maka sumber daya hipotetik sebesar 0,21 Kg.

Pada contoh konsentrat dulang dari endapan sungai aktif (NB/C.20) yang merupakan cam-puran dari hasil pengolahan tambang emas aluvial dan endapan sungai mengandug/kadar emas sebesar 17VFC dari volume 10 liter.

Hasil analisis dengan metoda AAS pada conto tanah lapukan (NB/C.18) untuk logam Au relatif kecil (4 ppb), sedangkan pada mineral ikutan tidak ada yang menonjol (< 1 %).

Tambang Demire, Kilo 64

Pada lokasi tambang Demire, terdiri dari bat-ulempug, berwarna coklat kemerahan, kenyal, pengambilan conto dilakukan secara vertikal pada batulempung sebanyak dua buah dan satu conto pada tailing.

Analisis mineral butir pada batulempung NB/C.10 mengandung kadar emas 110VFC, 13FC, 3MC, 1VC dari volume 10 liter sebanding dengan 4,9375 miligram atau 493,75 mg/m³. Luas bat-ulempung di daerah tersebut 1 Ha (10.000 m²) dan ketebalan rata-rata 3 m, sehingga dida-pat sumber daya hipotetik emas pada tambang Damire sebesar 14,81 Kg

(7)

den-gan 10,9220 mgr atau 1.092,9 gram/m³ denden-gan volume 1000 m³, sumber daya hipotetik sebesar 1,10 Kg

Jalan Pemerintah, Kilo 63

Pada lokasi tersebut dilakukan pencontohan ter-hadap batuan fresh (NB/R.16) dan batulempung secara vertikal dengan interval 2 meter seban-yak tiga conto (NB/S.13, NB/S.14 dan NB/S.15)

Analisis petrografi pada conto NB/.16 adalah batuan serpentinit terdiri dari serpentin (75%), olivin (10%), mikrokristalin karbonat (8%) dan mineral opak (7%). Dalam sayatan tipis batuan ini telah mengalami ubahan kuat, menunjukkan struktur bastite.

Hasil analisis kimia AAS terhadap ke tiga conto tersebut di atas menunjukkan kadar logam dasar dengan komposisi mineral berkisar untuk Cu (134 ppm – 143 ppm), Pb (29 ppm – 31 ppm) dan Zn (59 ppm – 83 ppm) dan emas dengan kadar antara 40 ppb – 105 ppb, sedangkan untuk mineral lain relatif kecil.

Lokasi kilo 62

Pada lokasi kilo 62 dilakukan pemerconto-han konsentrat dulang terhadap sungai aktif (NB/C.23) dan aluvial tua sebanyak tiga conto (NB/S.24, NB/S.24, NB/C.24 ).

Analisis mineral butir pada conto konsentrat dulang (NB/C.23A), tidak terdeteksi adanya kandungan/kadar emas, untuk mineral ilminit (70,03%) dan magnetit (20,42%) cukup besar, epidot (1,60%) dan garnet (7,96%), untuk mineral ikutan lainnya tidak menonjol.

Hasil analisis mineral butir pada konsentrat dulang (NB/C.26) diambil pada konglomerat dasar (aluvial tua) menunjukkan kandungan/ kadar emas sebanyak 4VFC, 1FC, 1MC dan 1CC dari volume 10 liter sebanding dengan 2,8365 miligram atau 283,65 mg/m³. Luas sebaran enda-pan konglomerat di lokasi tersebut diperkirakan 5.000 m², ketebalan rata-rata 0,5 m, sehingga didapat sumber daya hipotetik emas pada tam-bang Damire sebesar 0,71 Kg.

Analisis AAS (Atomic Absorption Spectrometry) terhadap conto batulempung (NB/S.24 dan NB/S.25) untuk kadar emas relatip kecil antara 5 ppb sampai 9 ppb, sedangkan untuk logam berat (Cu, Pb, Zn) berdasarkan klasifikasi Levinson, 1974 (Tabel 4.3.) terhadap conto batulempung (NB/S.24 dan NB/S.25) tidak ada kelimpahan kandungan/kadar, begitu juga untuk kadar Ni sebesar antara 404 ppm – 441 ppm, Co 64 ppm – 77 ppm, Cr 456 ppm – 537 ppm dan Mn 502 ppm – 539 ppm.

Analisis ICP terhadap conto konsentrat (NB/C.23) menunjukkan unsur tanah jarang untuk Ce 19 ppm, Y 30 ppm dan La 18 ppm.

Lokasi Kilo 61

Batuan ultramafik, berwarna abu-abu kehitaman dan hijau tua, banyak rekahan, terdapat mineral pirit dan sebagian batuan beku ultramafik diseli-muti oleh oksida besi. (NB/R22).

(8)

560 ppm dan Fe 6,25 %. Pada lokasi yang sama terhadap batulempung (NB/S.21) menunjukkan hasil analisis perbedaan yang sangat menyolok terhadap batuan ultramafik terutama pada min-eral logam berat dengan kadar Cu 60 ppm, Pb 36 ppm dan Zn 171 ppm, begitu juga untuk min-eral Ni 2734 ppm, Co 399 ppm, Cr 5725 ppm dan Mn 2066 ppm dan Fe 22,46 %, sedangkan untuk kadar emas relatif sama < 2 ppb.

Pada conto tanah NB/S.21 relatif lebih besar jika dibandingkan dengan conto batuan NB/R.22. Kondisi ini dimungkinkan disebabkan oleh adanya proses mineral karena pengaruh gravitasi yang mengakibatkan adanya proses remobilitasi mineral di dalam tanah.

Lokasi Sungai Cemara dan Kali Bumi

Lokasi Sungai Cemara merupakan endapan sungai aktif dari conto pendulangan (NB/C.27) terdapat beberapa butiran emas, analisis butir menunjukkan kandungan/kadar emas sebanyak 4VCC, 4FC, 3MC dan 1VCC dari volume 10 liter sebanding dengan 4,8035 miligram atau 480,35 mg/m³. Panjang 200 m, lebar 75 m dan ketebalan rata-rata 0,5 m, sehingga didapat sumber daya hipotetik emas sebesar 3,60 Kg.

Lokasi Kali Bumi adalah wilayah baru penam-bangan emas aluvial dan aluvial tua, terdiri dari batulempung, kerikilan sampai kerakalan dan pengambilan conto sebanyak 3 buah (NB/C.28, NB/C.29 dan NB/C.30).

Conto konsentrat dulang dari aluvial tua berupa batulempung kerikilan (NB/C.28) mengandung butiran emas sebanyak 9VFC, 6FC, 2MC, 3CC dan 1VCC dari volume 10 liter sebanding

den-gan 11,8190 miligram atau 1181,90 mg/m³. Luas endapan batulempung 0,5 Ha, tebal 2 m, maka sumber daya hipotetik sebesar 11,82 Kg.

Pada conto konsentrat dulang dari aluvial sun-gai (NB/C.29) yang merupakan campuran sisa pengolahan emas atau berupa tailing dengan endapan sungai mengandung butiran emas sebanyak 22VFC, 9FC, 4MC, 5CC dan dari volume 10 liter sebanding dengan 13,5370 miligram atau 1353,70 mg/m³. Panjang 200 m, lebar 40 m dan ketebalan rata-rata 0,5 m.

Untuk conto batulempung kerikilan – keraka-lan, menyudut tanggung-membulat tanggung (NB/S.30). Hasil analisis AAS (Atomic Absorption Spectrometry) dengan kandungan/kadar emas sebesar 40066 ppb, kondisi ini menunjukkan kandungan emas relatif besar, kemungkinan adanya proses pengkayaan karena adanya pen-garuh gravitasi yang menyebabkan terjadinya proses remobilitasi di dalam batulempung terse-but.

Desa Urumusu, Kilo 30

Lokasi Desa Urumusu menempati morfologi perbukitan bergelombang, pada lokasi tersebut pemercontoan sebanyak dua buah (NB/R.01 dan NB/R.02), terdiri dari batupasir kuarsa dan bat-uan beku, abu kehijabat-uan, sedikit lapuk.

Analisis AAS pada conto NB/R.02 menunjukkan komposisi mineral dengan kandungan/kadar untuk Cu 77 ppm, Pb 58 ppm, Zn 68, Co 129, Ni 2525, Mn 814, Ag 1, Cr 261 dan Fe 7.40 %, sedan-gkan kadar emas relatif kecil <2 ppb.

(9)

setiap unsur pada batuan beku (ultramafik) Lev-inson, 1974, (Tabel 4.2.) terhadap conto batuan NB/R.02 di daerah tersebut adanya kelimpahan kandungan untuk unsur logam dasar tetapi tidak signifikan

Hasil analisis XRD terhadap conto batupasir kuarsa terdiri dari mineral quartz, albite, kao-line, illite dan sepiolite. Luas sebaran batupasir kuarsa, panjang 500 m, lebar 50 m dam tebal 5 m, maka sumber daya hipotetik sebesar 125.000 m³ atau sebanding dengan 331.250 ton.(asumsi berat jenis pasir kuarsa 2,65).

Blok Wanggar

Pemercontoan di lokasi Sungai Wanggar dilaku-kan pada sungai aktif dan endapan batulempung sebanyak 3 conto, dua conto pada sungai aktif (NB/C.31 dan NB/C.32) dan satu conto pada endapan aluvial NB/S.33 berupa batulempung (untuk conto NB/C.31A dari conto NB/C.31 di bagi menjadi dua).

Hasil analisis mineral butir pada cono konsen-trat dulang (NB/C.31A) mempunyai kandungan/ kadar emas 1VFC dari volume 10 liter, sebanding dengan 0,026 mg atau 2,60 mg/m³. dengan pan-jang sungai diperkirakan 1 km dan lebar sungai 25 m

Conto konsentrat dulang pada sungai aktif NB/C.32, terdiri dari batupasir sungai, ukuran pasir sampai kerakal. Hasil analisis mineral butir menunjukkan kandungan/kadar sebesar 2VFC dan 2FC. Adanya kandungan/kadar emas dari conto sungai aktif dimungkinkan karena pada lokasi di bagian hulu adanya kegiatan penmban-gan emas aluvial.

Pada cono NB/S.33 berupa batupasir lempungan terdiri dari fragmen batuan beku dan sedimen, ukuran butir yang tertinggi berdiameter 10 cm. Hasil analisis conto dengan metoda AAS untuk unsur emas relatif kecil, sedangkan untuk unsur logam dasar (Cu, Pb, Zn) tidak ada yang menon-jol, kecuali untuk unsur Ni 2284 ppm dan Cr 5389 ppm.

Blok Musairo

-

Legare

Sungai Musairo dan Kali Jernih

Sepanjang Sungai Musairo dan Kali Jernih merupakan lokasi bekas penambangan emas aluvial, penambangan emas tersebut dilakukan oleh penduduk setempat dengan mendulangan pada endapan sungai dan aluvial dan Kali Jernih merupakan cabang kanan hilir Sungai Musairo terdiri dari tufa, granit dan batu kuarsa

Hasil petrografi pada conto batuan NB/R.40 dan NB/R.41 di lokasi Kali Jernih terdiri dari tufa litik disusun oleh fragmen batuan andesit dan frag-men mineral plagioklas, piroksen dan mineral opak dan batuan granit (NB/R.41) yang disusun oleh plagioklas, ortoklas, kuarsa, muskopit/ser-isit dan mineral opak.

(10)

Conto konsentrat dulang sungai aktif (NB/C.38). Hasil analisis mineral butir tidak terdeteksinya adanya kandungan/kadar emas, sedangkan untuk kandungan/kadar magnetit cukup tinggi sebesar 85 %.

Hasil analisis AAS pada conto tailing (NB/C.37), mempunyai kandungan/kadar sebesar 4580 ppb, mineral yang cukup tinggi adalah Cr 10651 ppm dan Mn 1833 ppm, sedangkan untuk logam dasar Cu, Pb, Zn tidak ada yang menonjol. Kandungan/ kadar emas cukup tinggi dari tailing disebabkan daerah tersebut bekas adanya kegiatan pertam-bangan emas aluvial.

PT Kristalin merupakan wilayah pertambangan emas sekala kecil, pemercontohan dilakukan sebanyak 4 conto, terdiri dari batulempung dan batulumpur (NB/S.43, NB/S.44, NB/S.45 dan NB/C.45A)

Conto konsentrat dulang (NB/C.45A) dilakukan analisis mineral butir mengandung butiran emas sebanyak 5VFC, 4FC, 3MC, 1CC dan 2VCC dari volume 10 liter sebanding dengan 9,3875 mili-gram atau 938,75 mg/m³. Luas batulempung 5 Ha dan tebal 2 m, maka sumber daya hipotetik sebesar 93,88 Kg.

Hasil analisis AAS pada conto batulumpur NB/S.45 mengandung kadar emas 18 ppb, untuk logam dasar Cu 73 ppm, Pb 31 ppm, Zn 69 ppm dan Co 68 ppm, Ni 308 ppm, Mn 609 ppm tidak ada yang menonjol.

Blok Sanoba

Sungai Sanoba merupakan lokasi penambangan pasir sungai, dilakukan oleh penduduk setempat

dengan alat berat, dalam 1 hari penambangan pasir rata-rata 30 truk (1 truk = 2,5 m³), dengan harga 1 truk pasir = Rp. 100.000,-(harga setem-pat), lebar sungai 15 meter, tebal 4 meter dan panjang 3 km.

Sungai Sanoba disusun oleh fragment batugamp-ing terumbu, berongga berwarna coklat muda, batupasir berwana abu-abu, ukuran butir pasir kasar sampai kerikil, lebar sungai 15 meter, tebal antara ± 3-5 meter dan panjang ±3 km.

Aspek Geologi dan Pertambangan

Secara umum geologi daerah penyelidikan ditempati oleh batuan ultramafik, diabas, granit, tufa, aluvial dan aluvial tua. Batuan ultramafik tersebut sebagian besar telah mengalami uba-han dan mineralisasi.

Ditemukannya emas pada beberapa lokasi penambangan seperti yang ditafsirkan dis-ebabkan oleh adanya aktivitas hidrotermal pada kurun waktu geologi yang lampau, hal tersebut dibuktikan antara lain :

1. Adanya Singkapan batuan beku dan bongkah-bongkah batuan yang mengalami ubahan propilitisasi dan pengersikan di beberapa tempat.

2. Kerikil-kerakal kuarsa pada endapan aluvial tua, endapan sungai.

(11)

lempung pada batuan diabas terubah.

4. Hasil analisis ICP dari 7 conto, nilai kelimpa-han tertinggi untuk unsur tanah jarang sebesar Ce 381 ppm, Y 64 ppm dan La 251 ppm terdapat pada conto NB/31 B, sedang-kan untuk conto lainnya berkisar antara Ce 6 – 48 ppm, Y 5 – 30 ppm dan La 8 – 43 ppm.

Mineral-mineral ikutan lainnya yang ada dalam konsentrat dulang antara lain : magnetit, ilmenit, piroksen, epidot, garnet, kuarsa/felspar, sepen-tinit dan rutil yang mengindikasikan batuan asal pembawa endapan emas aluvial tersebut.

Sistem Penambangan

Metode penambangan emas aluvial di lokasi kegiatan dilakukan dengan cara mendulang endapan-endapan sungai aktif (aluvial muda), pada tanah residual dan aluvial tua dan menggu-nakan sistem tambang semprot pada aluvial tua dan tanah yang selanjutnya dilewatkan ke dalam sluice box kemudian didulang untuk memper-oleh bijih emasnya. Butiran emas yang dipermemper-oleh umumnya dijual secara langsung tanpa melalui pengolahan terlebih dahulu, sedangkan min-eral-mineral berat lainnya tidak dimanfaatkan. Kandungan mineral-mineral berat di daerah ini perlu penelitian lebih detail karena diharapkan masih memiliki potensi untuk dimanfaatkan sehingga kegiatan penambangan ini efisien dalam memanfaatkan bahan galian yang ada.

Metode tambang semprot pada beberapa lokasi dilakukan untuk meningkatkan produksi karena material yang terbongkar relatif lebih banyak. Hal tersebut dimaksudkan untuk meningkatkan produksi emas namun menyebabkan beberapa

masalah lingkungan, antara lain : terjadinya perubahan fisik dan kimia pada tanah, terjadinya erosi, terbentuknya sedimentasi, peruba-han debit sungai dan rusaknya struktur dan keanekaragaman vegetasi.

Upaya untuk meminimalisasi resiko tersebut dapat dilakukan dengan menerapkan penam-bangan yang berwawasan lingkungan antara lain melakukan penambangan dengan cara back filling yaitu mengembalikan kembali material sisa atau tailing yang ada ke lokasi lubang tam-bang yang disemprot, hal tersebut menghindari terjadinya lahan terbuka yang luas, mengaman-kan atau memelihara tanah yang mengandung humus untuk nantinya digunakan sebagai media tumbuh pada kegiatan revegetasi pasca penam-bangan.

Tailing hasil penambangan dan pencucian umumnya dibiarkan mengalir ke lokasi yang lebih rendah yang selanjutnya mengendap dan sebagian masuk ke dalam badan air. Hal ini dapat menyebabkan sedimentasi dan menurunkan kualitas sungai seperti terjadinya pendangkalan dan kekeruhan pada air sungai.

(12)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Kegiatan penelitian Optimalisasi bahan galian daerah pertambangan Kabupaten Nabire, dilaku-kan dengan tujuan untuk mengetahui sejauh mana potensi bahan galian lain/mineral lain dan mineral ikutan yang ada di pertambangan dapat dimanfaatkan secara optimal dan berkes-inambungan dengan tidak mengabaikan sumber daya/cadangan bahan galian lain/mineral ikutan oleh para pelaku usaha pertambangan. Dari keg-iatan tersebut dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Blok Siriwo

Sumber daya hipotetik emas aluvial di Blok Siriwo sebesar 0,13 Kg dan mineral ikutan lain-nya untuk magnetit 3.089,24 Kg; ilmenit 42,55 Kg; ampibol 8,49 Kg, sedangkan mineral lainnya relatif kecil < 1 %.

2. Blok Senriko

Tambang Lakonius sumber daya hipotetik aluvial tua sebesar 10,90 Kg. Tambang Pensen sumber daya hipotetik emas pada lapisan endapan alu-vial tua bagian atas sebesar 0,50 Kg, sedangkan lapisan aluvial bawahnya sumber daya hipotetik emas 8,85 Kg, maka sumber daya hipotetik Tam-bang Pensen sebesar 9,40 Kg. TamTam-bang Martin pada aluvial tua sumber daya hipotetik emas 7,59 Kg, pada tailing sumber daya hipotetik emas

sebesar 0,21 Kg. sumber daya hipotetik mineral ikutan untuk magnetit 45,91 Kg; ilmenit 1.184,34 Kg. Tambang Lakonius untuk magnetit 3.089,24 Kg; ilmenit 2398,44 Kg;Sumber daya hipotetik mineral ikutan untuk mineral ampibol 14,6 Kg; epidot 80,37 Kg; garnet 2,35 Kg. Tambang Demire dari aluvial (tanah lapukan) mempunyai sumber daya hipotetik emas 14,81 Kg. Tailing mempun-yai sumber daya hipotetik 1,10 Kg. sumber daya hipotetik mineral ikutan untuk magnetit 230,10 Kg dan ilmenit 2.670,54 Kg, sedangkan mineral lainnya < 1 %. Lokasi Kilo 62 mempunyai sum-ber daya hipotetik sebesar 0,71 Kg. sumsum-ber daya hipotetik mineral ikutan untuk magnetit 11,97 Kg dan ilmenit 220,92 Kg, untuk mineral lainnya < 1 %. Lokasi Sungai Cemara dan Kali Bumi pada konsentrat dulang (aluvial tua) mempunyai sum-ber daya hipotetik emas sebesar 11,82 Kg.

3. Blok Wanggar

Sungai Wanggar terdapat kandungan/kadar emas sebesar 2VFC dan 2FC, sedangkan untuk aluvial (NB/C.31) relatif lebih kecil, ini dimung-kinka karena pada bagian hulu daerah tersebut adanya kegiatan penambangan emas. Analisis AAS untuk kadar emas relatif kecil, untuk logam dasar (Cu, Pb dan Zn) tidak ada yang menonjol, kecuali untuk Ni 2284 ppm dan Cr 5389 pmm.

4. Blok Musiro

Analisis mineral butir pada konsentrat dulang NB/C.36 tidak terdektesi adanya kadar emas, kecuali untuk mineral epidot relatif besar (81,70 %), untuk mineral magnetit (7,737 %), amfibol (8,77 %) dan mineral lainnya relatif kecil (<1 %).

(13)

Blok Sanoba merupakan wilayah tambang batu-pasir, dari analisis AAS pada conto NB/S.46 mengandung unsur logam relatif besar adalah Au 1616 ppb, Cr 4126 ppm dan Mn 1943 ppm, sedangkan untuk unsur logam Cu, Pb dan Zn kecil (<1 %).

Saran

Perlu adanya pembinaan, pengawasan, pengelo-laan bahan galian lain/mineral lain dan mineral ikutan terutama untuk mineral-mineral yang mempunyai kandungan/kadar tinggi seperti magnesit, ilminit, nikel, garnet, epidot, amfibol dan besi (Fe) sehingga dapat dimanfaatkan karena bernilai ekonomis.

DAFTAR PUSTAKA

Denni Widhiyatna, Sabtanto J.S, 2006.,

Inventa-risasi Potensi Bahan Galian pada Wilayah PETI di Kabupaten Nabire, Provinsi Papua.

Dow,D.B, Harahap.B.H, Hakim.S.A, 1990, Geologi Lembar Enarotali, Irian Jaya, Pusat Penelitian Pengembangan Geologi, Bandung.

Macdonald Eoin H, 1983, Alluvial Mining, The Geology, technology and economics of placers, Chapman and Hall, London.

Pusat Sumber Daya Geologi, 2004, Konsep Pedoman Teknis Penentuan Bahan Galian Lain dan Mineral Ikutan Pada Pertambangan Emas Aluvial, Bandung.

(14)

Tabel 1. Klasifikasi Unsur Tanah Jarang, Arthur W. Rose Herbert E. Hawkes (1979)

Jenis Hasil Analisis Mineral Jarang

Ignous rocks (av)

Umaf : ∑RE, 32; Y,5; La 4; Ce 9; Umaf : ∑RE182; Y 25; La 27; Ce 66 Gran : ∑RE 226; Y, 41; La 55; Ce 57 (2)

Sedimentary

rocks (av)

Ls : ∑RE 24; Y 4; La 4; Ce 8; Ss: ∑RE 52; Y, 10; La 7; Ce 15 Sh : : ∑RE228; Y,35; La, 39; Ce 76 (2).(RE includes y, La, Ce, Pr, Nd, Pm, Sm, Eu, Gd, Tb, Dy, ho, Er, Tm, Yb and Lu.

Soil (med)

Y 27, La 33 (3)

Plannt ash (med)

Y, 5, La 38; Ce, 0,06 ppb (3)

Lannt water (av)

Y 0,07 ppm, La 0,2 ppb (2)

Sumber : Geochemistry in mineral Explotation Arthur W. Rose Herbert E. Hawkes (1979).

Mengacu Klasifikasi Unsur Tanah Jarang, Arthur W. Rose Herbert E. Hawkes (1979) dengan hasil anali-sis tailing pada conto NB/C.06 unsur tanah jarang pada batuan sedimen walaupun adanya kelimpahan tetapi tidak menonjol.

Tabel 2. Kandungan Rata-Rata Setiap Unsur Pada Kerak Bumi Untuk Penyelidikan Geokimia Regional (Levinson, 1974)

Unsur Kerak

Bumi

Ultra

Mafik Basal

Grano-diorit Granit Batugamping

Ag 0,07 0,06 0,1 0,07 0,04 1

Co 25 150 50 10 1 4

Cr 100 2000 200 20 4 10

Cu 55 10 100 30 10 15

Pb 12.5 0.1 5 15 20 8

Zn 70 50 100 60 40 25

Fe 56300 - 86000 - 27000

-Ni 75 2000 150 20 0,5 12

*) Satuan dalam ppm, kecuali air dalam ppb

(15)

Tabel 3. Kelimpahan Beberapa Unsur Logam Berat (Levinson, 1974)

Unsur Kelimpahan (dalam pbb)

Tanah Air Sedimen Sungai

Au < 10 - 50 0.002

-Ag < 0.1 - 1 0.01 – 0.7

-Hg < 10 - 30 0.01 – 0.05 < 10 - 100

As 1000 - 50000 1 – 30 1000 – 50000

Cu 5000 – 100000 8 5000 – 80000

Pb 5000 – 50000 3 5000 – 80000

Zn 10000 – 300000 1 – 20 10000 - 200000

Cd < 1000 - 1000 0.2

-*) Satuan dalam ppb

Berdasarkan klasifikasi Levinson, 1974 (Tabel 4.3.) terhadap hasil analisis pada conto batulem-pung (tanah) di atas untuk logam dasar dan emas adanya kelimpahan kandungan/kadar tetapi tidak

(16)

Gambar 1. Peta Lokasi Kegiatan Daerah Nabire, Provinsi Papua

Gambar 2. Peta Geologi Daerah Nabire dan Sekitarnya (Sumber : Peta Geologi Lembar Enarotali, D.B.Dow dkk)

Lokasi

(17)

Gambar 3. Peta Lokasi Pengambilan Conto di Daerah Kabupaten Nabire dan sekitarnya

Gambar

Tabel 1. Klasifikasi Unsur Tanah Jarang, Arthur W. Rose Herbert E. Hawkes (1979)
Tabel 3.  Kelimpahan Beberapa Unsur Logam Berat (Levinson, 1974)
Gambar 2. Peta Geologi Daerah Nabire dan Sekitarnya
Gambar 3. Peta Lokasi Pengambilan Conto di Daerah Kabupaten Nabire dan sekitarnya

Referensi

Dokumen terkait

Adanya lobang tambang di daerah Teluk Bilik oleh beberapa masyarakat setempat dengan melakukan penggalian walaupun sifatnya masih dalam pencarian untuk memperoleh batuan

Seperti yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, bahan galian dan mineral ikutan yang terdapat di daerah penelitian yaitu : bitumen padat, batulempung, andesit,

Salah satu upaya untuk mengoptimalkan potensi batubara tertinggal yaitu dengan melakukan pendataan secara rinci di bekas tambang dan apabila masih memiliki potensi dapat

mengoptimalkan potensi batubara tertinggal yaitu dengan melakukan pendataan secara rinci di bekas tambang dan apabila masih memiliki potensi dapat dilakukan pemberian IUP

Adanya lobang tambang di daerah Teluk Bilik oleh beberapa masyarakat setempat dengan melakukan penggalian walaupun sifatnya masih dalam pencarian untuk memperoleh batuan