• Tidak ada hasil yang ditemukan

STRATEGI MENTAL COMPUTATION SISWA BERGAYA BELAJAR RANDOM DALAM MENYELESAIKAN SOAL ARITMATIKA SOSIAL DI MI MA’ARIF SAMBIROTO.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "STRATEGI MENTAL COMPUTATION SISWA BERGAYA BELAJAR RANDOM DALAM MENYELESAIKAN SOAL ARITMATIKA SOSIAL DI MI MA’ARIF SAMBIROTO."

Copied!
116
0
0

Teks penuh

(1)

STRATEGI MENTAL COMPUTATION SISWA BERGAYA

BELAJAR RANDOM DALAM MENYELESAIKAN SOAL

ARITMATIKA SOSIAL DI MI MA’ARIF SAMBIROTO

SKRIPSI

Oleh:

OLIVIA NINDY ALISA NIM. D04212025

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

JURUSAN PMIPA

(2)

STRATEGI MENTAL COMPUTATION SISWA BERGAYA

BELAJAR RANDOM DALAM MENYELESAIKAN SOAL

ARITMATIKA SOSIAL DI MI MA’ARIF SAMBIROTO

SKRIPSI

Diajukan kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya untuk memenuhi salah satu persyaratan

dalam menyelesaikan Program Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

Oleh:

OLIVIA NINDY ALISA NIM. D04212025

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

JURUSAN PMIPA

(3)
(4)
(5)
(6)
(7)

STRATEGI MENTAL COMPUTATION SISWA BERGAYA BELAJAR RANDOM DALAM MENYELESAIKAN MASALAH

ARITMATIKA SOSIAL DI MI MA’ARIF SAMBIROTO

Oleh:

OLIVIA NINDY ALISA

ABSTRAK

Materi operasi dasar aritmatika merupakan materi pembelajaran matematika yang banyak ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, salah satunya adalah kegiatan transaksi jual beli. Kegiatan tersebut terkait perhitungan matematika dimana dalam perhitungan tersebut diperlukan kecakapan khusus dalam berhitung. Berhitung berkaitan erat dengan bilangan. Penggunaan strategi mental computation merupakan salah satu cara untuk meningkatkan kreatifitas dan kebebasan berpikir siswa mengenai bilangan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengungkap strategi mental computation siswa yang digunakan dalam menyelesaikan soal aritmatika sosial dibedakan dari gaya belajar random konkret dan random abstrak.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif, subjek penelitian adalah 4 siswa kelas V MI Ma’arif Sambiroto yang terdiri dari 2 subjek bergaya belajar random konkret, dan 2 subjek bergaya belajar random abstrak. Pengumpulan data dilakukan dengan pemberian tes dan wawancara. Untuk menguji kredibilitas data, peneliti melakukan triangulasi waktu. Data yang telah diperoleh kemudian dianalisis berdasarkan strategi mental computatioan siswa.

Setelah dilakukan analisis data penelitian, didapatkan hasil sebagai berikut: Siswa bergaya belajar random konkrit (RK) dalam menyelesaikan soal aritmatika sosial pada operasi penjumlahan lebih cenderung menggunakan strategi working from the right dan penjumlahan bersusun, pada operasi pengurangan lebih cenderung menggunakan strategi pengurangan bersusun, pada operasi perkalian menggunakan strategi perkalian bersusun, dan pada operasi pembagian menggunakan strategi make it multiplication. Sedangkan siswa bergaya belajar random abstrak (RA) dalam menyelesaikan soal aritmatika sosial pada operasi penjumlahan lebih cenderung menggunakan strategi working from the right, pada operasi pengurangan cenderung menggunakan strategi pengurangan bersusun, pada operasi perkalian menggunakan strategi perkalian bersusun, dan pada operasi pembagian menggunakan strategi make it multiplication.

(8)

DAFTAR ISI

Halaman Judul ... i

Persetujuan Pembimbing ... ii

Pengesahan Tim Penguji Skripsi ... iii

Penyataan Keaslian Tulisan ... iv

Motto ... v

Halaman Persembahan ... vi

Abstrak ... vii

Kata Pengantar ... viii

Daftar Isi ... x

Daftar Tabel ... xii

Daftar Lampiran ... xiii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian ...7

D. Manfaat Penelitian ...7

E. Definisi Operasional ... 8

F. Batasan Masalah ... 8

G. Sistematika Pembahasan ... 9

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Mental Computation ...10

B. Soal Aritmatika Sosial ... 18

C. Gaya Belajar Preferensi Kognitif ... 19

D. Hubungan Mental Computation dengan Gaya Belajar Random Konkret dan Random Abstrak ... 28

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 30

(9)

C. Subjek Penelitian ... 30

D. Prosedur Penelitian ... 31

E. Instrumen Penelitian ... 32

F. Metode Pengumpulan Data ... 34

G. Metode Analisis Data ... 35

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 38

BAB V PEMBAHASAN ... 94

BAB VI PENUTUP A. Simpulan ...101

(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Strategi Mental Computation Untuk Penjumlahan dan

Pengurangan ... 16

Tabel 3.1 Jadwal Penelitian ... 30

Tabel 3.2 Daftar Subjek Penelitian ... 31

Tabel 3.3 Daftar Validator Instrumen Penelitian ... 33

Tabel 4.1 Strategi Mental Computation yang Digunakan Oleh Subjek S1 Pada Pengambilan Data Pertama ... 46

Tabel 4.2 Strategi Mental Computation yang Digunakan Oleh Subjek S1 Pada Pengambilan Data Kedua ... 53

Tabel 4.3 Strategi Mental Computation yang Digunakan Oleh Subjek S1 Pada Pengambilan Data Pertama dan Kedua .. 53

Tabel 4.4 Strategi Mental Computation yang Digunakan Oleh Subjek S2 Pada Pengambilan Data Pertama ... 60

Tabel 4.5 Strategi Mental Computation yang Digunakan Oleh Subjek S2 Pada Pengambilan Data Kedua ... 66

Tabel 4.6 Strategi Mental Computation yang Digunakan Oleh Subjek S2 Pada Pengambilan Data Pertama dan Kedua .. 66

Tabel 4.7 Strategi Mental Computation yang Digunakan Oleh Subjek Random Konkret ... 67

Tabel 4.8 Strategi Mental Computation yang Digunakan Oleh Subjek S3 Pada Pengambilan Data Pertama ... 73

Tabel 4.9 Strategi Mental Computation yang Digunakan Oleh Subjek S3 Pengambilan Data Kedua ... 79

Tabel 4.10 Strategi Mental Computation yang Digunakan Oleh Subjek S3 Pada Pengambilan Data Pertama dan Kedua .. 80

Tabel 4.11 Strategi Mental Computation yang Digunakan Oleh Subjek S4 Pada Pengambilan Data Pertama ... 86

Tabel 4.12 Strategi Mental Computation yang Digunakan Oleh Subjek S4 Pada Pengambilan Data Kedua ... 92

Tabel 4.13 Strategi Mental Computation yang Digunakan Oleh Subjek S4 Pada Pengambilan Data Pertama dan Kedua .. 92

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A.1 Hasil Angket Gaya Belajar Preferensi Kognitif Subjek Penelitian

Lampiran A.2 Lembar Validasi Angket Gaya Belajar Preferensi Kognitif Lampiran A.3 Lembar Validasi I Soal Aritmatika Sosial

Lampiran A.4 Lembar Validasi II Soal Aritmatika Sosial Lampiran A.5 Lembar Validasi III Soal Aritmatika Sosial Lampiran A.6 Lembar Validasi I Pedoman Wawancara Lampiran A.7 Lembar Validasi II Pedoman Wawancara Lampiran A.8 Lembar Validasi III Pedoman Wawancara Lampiran A.9 Rubrik Angket Gaya belajar Preferensi Kognitif Lampiran A.10 Hasil Analisis Gaya Belajar Siswa

Lampiran A.11 Surat Izin Penelitian

Lampiran A.12 Surat Keterangan telah Melakukan Penelitian Lampiran A.13 Kartu Konsultasi

(12)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Materi pembelajaran matematika merupakan materi yang berkesinambungan pada setiap jenjangnya.1 Materi pembelajaran diberikan mulai dari yang ringan hingga yang kompleks. Materi yang diberikan di tingkat SD meliputi konsep dasar matematika, dan salah satunya adalah operasi dasar matematika. Operasi dasar aritmatika meliputi operasi penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian. Penguasaan operasi dasar aritmatika memegang peranan penting bagi penguasaan materi matematika pada jenjang berikutnya.

Operasi dasar aritmatika merupakan materi pembelajaran matematika yang banyak ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam kehidupan sehari-hari, kita selalu melakukan kegiatan transaksi jual beli misalnya membeli suatu barang, menjual suatu barang, menghitung harga suatu barang, menghitung keuntungan maupun menghitung kerugian. Kegiatan tersebut terkait perhitungan matematika di mana dalam perhitungan tersebut diperlukan kecakapan khusus dalam berhitung. Berhitung berkaitan erat dengan bilangan, bilangan merupakan komponen dasar matematika.2 Pemahaman mengenai bilangan bertujuan untuk menambah dan mengembangkan keterampilan berhitung dengan bilangan sebagai alat dalam kehidupan sehari-hari.3

1Kusaeri, Disertasi Doktor: “PengembanganTes Diagnotik dengan Menggunakan Model DINA untuk Mendapatkan Informasi Salah Konsepsi dalam Aljabar”. (Yogyakarta: Program Pascasarjana Universitas Negeri Yogyakarta, 2012), 1.

2 Nur Farida, “Number Sense Siswa SD dalam Menyelesaikan Soal Matematika Ditinjau dari Kemampuan Matematika”, MATHEdunesa, 3:3, (2014), 161.

(13)

2

Beberapa penelitian yang dilakukan di Indonesia menunjukkan bahwa penguasaan siswa terhadap bilangan masih rendah khususnya dalam melakukan komputasi atau perhitungan. Penelitian yang dilakukan Gustimal Witri, Zetra Hainul Putra, dan Nurhanida pada tahun 2015 mengenai penguasaan bilangan menyatakan bahwa penguasaan bilangan siswa kelas V sekolah dasar di Pekanbaru masih rendah.4 Penelitian yang dilakukan oleh Rini Anggraini, Agung Hartoyo, Hamdani pada tahun 2015 juga di SMP Negeri 5 Pontianak mengenai kemampuan penguasaan bilangan menyatakan bahwa kemampuan number sense siswa juga termasuk dalam kategori sangat rendah.5 Begitu pula penelitian yang dilakukan Suryanto pada tahun 2001 melakukan penelitian untuk mendiagnosis kesulitan siswa SLTP dalam aljabar, dengan jalan mengeksplorasi jenis kesalahan yang dilakukan oleh siswa ketika dihadapkan pada soal matematik, dihasilkan beberapa temuan diantaranya yaitu kesulitan konseptual dan kesulitan komputasi bercampur kecerobohan merupakan faktor-faktor yang menyebabkan kesalahan.6

Berdasarkan pengalaman peneliti dalam mengajar mata pelajaran matematika, banyak sekali ditemukan siswa yang mengalami kesulitan dalam melakukan perhitungan bilangan kurang dari seratus dalam waktu singkat. Hal ini dikarenakan kemampuan berhitung siswa yang mayoritas masih menggunakan algoritma tulis (paper and pencil algorithm). Siswa harus melakukan operasi perhitungan dengan menggunakan pensil dan kertas berdasarkan algoritma yang kaku dalam menyelesaikannya, sehingga membutuhkan waktu sedikit lebih lama.

Penggunaan mental computation merupakan salah satu cara untuk meningkatkan kreativitas dan kebebasan berpikir dan juga mendukung siswa untuk menemukan cara-cara pintar

4 Gustimal Witri, Zetra Hainul Putra, dan Nurhanida, “ Analisis Kemampuan Number

Sense Siswa Sekolah Dasar di Pekanbaru”, 7th international seminar on regional education, vol 2, (November 2015), 755.

5 Rini Anggraini dkk, “Kemampuan Number Sense Siswa SMP Negeri 5 Pontianak dalam

menyelesaikan soal pada materi pecahan”, Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran, 4:12, (2015), 1.

6

(14)

3

dalam menyelesaikan permasalahan mengenai bilangan. Heirdsfield, dkk mengemukakan bahwa “mental computation defined as arithmetic calculation without the aid of external devices (eg. Pen and paper, calculator). With number greater than 10” dengan kata lain mental computation adalah proses perhitungan aritmatika tanpa menggunakan alat bantu lain, seperti kalkulator, komputer, pensil, dan kertas.7

Mental computation tidak hanya berguna pada saat alat bantu perhitungan tidak ada, namun juga berguna pada saat perhitungan yang ditekankan pada kecepatan. Ketika sebuah metode digunakan lebih cepat daripada metode konvensional (metode menghitung menggunakan alat bantu yang biasa diajarkan di sekolah), hal ini dapat disebut sebagai strategi mental computation. Strategi mental computation sangat membantu untuk mempercepat perhitungan, dan yang lebih penting yaitu melatihkan siswa untuk membuat cara-cara baru kemampuan kecepatan perhitungannya. Hal ini sejalan dengan pendapat Reys dan Barger yang menyatakan bahwa “mental computation assists in developing number sense because it makes students think”.8

Muslich mengemukakan bahwa kemampuan mental computation siswa juga harus disertai kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalah kontekstual yang ada di kehidupan sehari-hari, misalnya masalah aritmatika sosial.9 Aritmatika sosial adalah salah satu materi dalam matematika yang mempelajari operasi dasar suatu bilangan yang berkaitan dalam kehidupan sehari-hari. Kegiatan sehari-hari yang berkaitan dengan aritmatika sosial adalah kegiatan jual beli, misalnya menghitung harga suatu barang, menghitung untung, menghitung rugi, dan menghitung harga penjualan.

Pentingnya penggunaan mental computation dalam kehidupan sehari-hari khususnya dalam kegiatan jual beli yaitu supaya kita tidak selalu bergantung pada alat perhitungan yang canggih misalnya kalkulator maupun komputer. Mental computation juga diperlukan untuk mengecek kebenaran dari

7Yusuf Ansori, skripsi: “Profil Mental computation Siswa SMP dalam Menyelesaikan

Masalah Kontekstual Ditinjau dari Kemampuan Matematika”(Surabaya: Unesa 2013), 1.

8 Ibid, hal 2. 9

(15)

4

jawaban perhitungan kalkulator. Dengan bisa mengecek suatu kebenaran jawaban kalkulator atau alat hitung lainnya diharapkan kita tidak mudah ditipu oleh orang lain ketika kita melakukan suatu kegiatan jual beli. Penggunaan soal aritmatika sosial pada penelitian ini diharapkan siswa akan lebih kreatif dalam menggunakan strategi mental computation nya dan akan merasakan lebih bermakna dan berguna bagi siswa dalam kehidupan sehari-harinya.

Banyak literatur penelitian yang menggambarkan kemungkinan strategi mental computation penjumlahan dan pengurangan untuk siswa sekolah dasar (Beishuizen, 1993; Cooper, Heirdsfield & Irons, 1996; Beishuizen, Van Putten & Van Mulken, 1997; Thompson, 1999). Strategi tersebut dapat dikategorikan ke dalam strategi membilang, N10, u-N10, N10C, 1010, u-1010, dan A10. Strategi N10 dan u-N10 sering disebut dengan penggabungan atau agregasi (aggregation), selanjutnya strategi N10C disebut dengan strategi kompensasi, selanjutnya strategi 10s, 1010, dan u-1010 disebut juga strategi pemisahan, sedangkan strategi A10 disebut juga strategi pemecahan bilangan.10

Dalam buku Mental Computation: A strategies Approach (Module 4: Two-Digit Whole Number) karangan McIntosh, menyebutkan beberapa strategi mental computation yang biasa digunakan oleh siswa dalam melakukan perhitungan yaitu empat strategi untuk operasi penjumlahan meliputi: 1) bridging multiples of ten, 2) adding parts of the second number, 3) working from the left, 4) working from the right. Sedangkan pada operasi pengurangan terdapat dua strategi yaitu bridging multiples of ten dan subtracting parts of the second number. Selanjutnya terdapat empat strategi pada operasi perkalian yaitu 1) relating to a known fact, 2) use extension of one-digit strategies, 3) skip counting, 4) use the distributive Property. Serta dua strategi pada operasi pembagian yaitu make it multiplication dan use the distributive property.11

10Yoppy Wahyu, Op. Cit., hal 3.

11Mclntosh,“Mental Computation: a Strategies Approach Module 4 Two-Digit Whole

(16)

5

Dari beberapa strategi yang disebutkan di atas, dapat diketahui bahwa setiap individu sangat mungkin memiliki strategi yang berbeda-beda dalam menyelesaikan soal aritmatika sosial khususnya pada perhitungan yang tidak diperbolehkan menggunakan alat bantu lain. Perbedaan tersebut dapat disebabkan oleh beberapa faktor, yang salah satunya ialah proses berpikir seseorang. Ruggiero mengartikan bahwa proses berpikir merupakan suatu aktivitas mental untuk membantu memformulasikan atau memecahkan suatu masalah, membuat suatu keputusan, atau memenuhi hasrat keingintahuan.12 Proses berpikir seseorang juga akan memengaruhi gaya belajar setiap individu, hal ini sesuai dengan pendapat Litzinger dan Osif yang mendiskripsikan bahwa gaya belajar sebagai suatu perbedaan cara yang digunakan oleh anak-anak dan orang dewasa dalam berpikir dan belajar merupakan suatu perilaku yang diminati dan konsisten.13 Dari kedua definisi tersebut dapat diketahui bahwa proses berpikir tidak dapat dilepaskan dari gaya belajar seorang individu.

Secara umum ada beberapa pendekatan yang dilakukan oleh ilmuwan pembelajaran untuk menglasifikasikan atau membedakan gaya belajar siswa. Dari berbagai pendekatan tersebut yang paling terkenal dan sering digunakan ada 3 yaitu pendekatan berdasarkan preferensi kognitif, profil kecerdasan, dan preferensi sensori. Gaya belajar preferensi kognitif merupakan gaya belajar yang dikembangkan oleh Gregorc. Gaya belajar preferensi kognitif memerhatikan segi persepsi (bagaimana pikiran menerima informasi) dan pengaturan (mengatur informasi) yang dimiliki oleh masing-masing individu. Gregorc menyebutkan bahwa gaya belajar merupakan suatu proses berpikir yang memadukan antara persepsi dan pengaturan tersebut dalam otak.14

Gregorc membagi persepsi dan pengaturan yang dimiliki oleh setiap individu masing-masing menjadi dua

12 Tatag Yuli, Tesis: “Merancang Tugas Untuk Mendorong Berpikir Kreatif Siswa Dalam

Belajar Matematika”. (Jurusan Matematika FMIPA UNESA, 2009), 1.

13 Wulandari, Skripsi: “Perbedaan kemampuan mengingat ditinjau dari gaya belajar”.

(Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2009), 8.

(17)

6

kategori. Persepsi yang dimiliki oleh individu bisa berupa persepsi konkret (nyata) dan persepsi abstrak (kasat mata). Sedangkan pengaturan yang dimiliki oleh setiap individu bisa berupa pengaturan sekuensial (berurutan) dan pengaturan random (acak). Berdasarkan definisi gaya belajar yang telah dikemukakan, beliau memadukan kategori-kategori tersebut menjadi empat kategori gaya belajar yang lebih dikenal dengan gaya belajar preferensi kognitif yang diantaranya yaitu random konkret, random abstrak, sekuensial konkret, dan sekuensial abstrak.

Setiap tipe gaya belajar preferensi kognitif memiliki karakteristik tersendiri. Karakteristik dari gaya belajar random konkret yaitu memberi sumbangsih berupa gagasan yang kreatif, mencoba sendiri, bukan sekedar percaya dengan pendapat orang lain, lebih banyak belajar melalui panca inderanya dan mengerjakan segala sesuatu dengan cara mereka sendiri. Sedangkan karakteristik dari gaya random abstrak yaitu memiliki banyak pilihan dan solusi, dapat mengingat dengan baik jika informasi dibuat sesuai kesukaannya, serta seringkali menggunakan cara yang berbeda dalam melakukan sesuatu. Karakteristik dari gaya belajar sekuensial konkret yaitu lebih mudah menangkap informasi yang nyata, serta mengolah informasi secara berurutan atau tahap demi tahap. Karakteristik dari gaya belajar sekuensial abstrak yaitu memiliki daya imajinasi yang kuat.

(18)

7

diberikan. Perbedaan cara mereka dalam mengatur informasi yang telah mereka peroleh merupakan fenomena menarik yang perlu dicermati, khususnya pada strategi mental computation.

Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas, maka peneliti ingin mengetahui strategi mental computation siswa bergaya belajar random konkret dan random abstrak dalam menyelesaikan soal aritmatika sosial, untuk itu peneliti mengangkat judul “STRATEGI MENTAL COMPUTATION

SISWA BERGAYA BELAJAR RANDOM DALAM

MENYELESAIKAN SOAL ARITMATIKA SOSIAL DI MI MA’ARIF SAMBIROTO”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis merumuskan rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana strategi mental computation siswa bergaya belajar random konkrit (RK) dalam menyelesaikan soal aritmatika sosial pada operasi dasar aritmatika?

2. Bagaimana strategi mental computation siswa bergaya belajar random abstrak (RA) dalam menyelesaikan soal aritmatika sosial pada operasi dasar aritmatika?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan:

1. Strategi mental computation siswa bergaya belajar random konkret (RK) dalam menyelesaikan soal aritmatika sosial pada operasi dasar aritmatika

2. Strategi mental computation siswa bergaya belajar random abstrak (RA) dalam menyelesaikan soal aritmatika sosial pada operasi dasar aritmatika

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

(19)

8

2. Bagi peneliti lain, sebagai bahan informasi untuk penelitian lebih lanjut mengenai mental computation.

E. Definisi Operasional

Agar tidak salah persepsi dalam penafsiran terhadap istilah-istilah yang digunakan dalam penelitian ini, perlu dikemukakan definisi operasional sebagai berikut:

1. Mental computation adalah proses melakukan perhitungan tanpa menggunakan alat bantu lain, seperti kalkulator, komputer, pensil, dan kertas.

2. Strategi mental computation adalah strategi yang digunakan dalam melakukan perhitungan matematika tanpa menggunakan alat bantu lain.

3. Gaya belajar random konkret adalah gaya belajar yang dimiliki individu dengan karakteristik individu tersebut suka memberi sumbangsih berupa gagasan yang kreatif, mencoba sendiri, bukan sekedar percaya dengan pendapat orang lain, lebih banyak belajar melalui panca inderanya dan mengerjakan segala sesuatu dengan cara mereka sendiri.

4. Gaya belajar random abstrak adalah gaya belajar yang dimiliki individu dengan karakteristik individu tersebut suka memiliki banyak pilihan dan solusi, dapat mengingat dengan baik jika informasi dibuat sesuai kesukaannya, serta seringkali menggunakan cara yang berbeda dalam melakukan sesuatu.

F. Batasan Masalah

Untuk memfokuskan bahasan penelitian, maka batasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Penelitian ini hanya dilakukan pada siswa kelas V MI Ma’arif Sambiroto.

(20)

9

G. Sistematika Pembahasan

Adapun sistematika pembahasan dalam penelitian ini terdiri dari 6 bab dan masing-masing bab dibagi menjadi subbab yang dapat disajikan sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan. Pada bab I berisi tentang hal-hal yang berkaitan dengan landasan berpikir berdasarkan fenomena dan kajian pendahuluan sebagai acuan dalam pelaksanaan penelitian. Bab I terdiri dari tujuh subbab yaitu latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi operasional, batasan masalah, dan sistematika pembahasan. Bab II Kajian Pustaka. Pada bab II berisi tentang dasar teoritis dalam penelitian. Bab II terdiri dari empat subbab yaitu mental computation, soal aritmatika sosial, gaya belajar preferensi kognitif, dan hubungan mental computation dengan gaya belajar random konkret dan random abstrak.

Bab III Metode Penelitian. Pada bab III berisi tentang jenis penelitian, waktu dan tempat penelitian, subjek penelitian, prosedur penelitian, instrumen penelitian, metode pengumpulan data, dan metode analisis data.

Bab IV Hasil Penelitian. Pada bab IV berisi tentang analisis strategi mental computation yang digunakan oleh subjek penelitian.

(21)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Mental Computation

Menurut Wikipedia bahasa Indonesia, komputasi bisa diartikan sebagai cara untuk menemukan pemecahan masalah dari data input dengan menggunakan suatu algoritma. Selama ribuan tahun, perhitungan dan komputasi umumnya dilakukan dengan menggunakan pena dan kertas, atau kapur dan batu tulis, atau dikerjakan secara mental, terkadang dengan bantuan suatu tabel. Namun sekarang, kebanyakan komputasi telah dilakukan dengan menggunakan komputer.1

Secara etimologi kata “mental” berasal dari bahasa Yunani, yang mempunyai pengertian sama dengan psyche, artinya psikis, jiwa atau kejiwaan. James Draver memaknai mental yaitu “revering to the mind” maksudnya adalah sesuatu yang berhubungan dengan pikiran atau pikiran itu sendiri.2 Dengan kata lain, mental dapat didefinisikan sebagai sesuatu yang berhubungan dengan pikiran, akal, ingatan atau proses yang berasosiasi dengan pikiran, akal, dan ingatan.

Heirdsfield, dkk mengungkapkan bahwa “mental computation defined as arithmetic calculation without the aid of external devices (eg. Pen and paper, calculator). With

number greater than 10”. Mental computation adalah

perhitungan aritmatika dengan bilangan lebih besar dari 10 tanpa menggunakan alat bantu seperti pensil, kertas, kalkulator.3 Dengan kata lain, mental computation adalah praktek melakukan perhitungan matematis hanya menggunakan otak tanpa bantuan peralatan lain.

1Wikipedia Ensiklopedia Bebas “Komputasi” diakses dari

https://id.wikipedia.org/wiki/Komputasi , pada tanggal 24 Maret 2016.

2“Pengertian Mental” diakses dari

hakamabbas.blogspot.co.id/2014/01/pengertian-mental.html?m=1, pada tanggal 24 Maret 2016.

3 Yusuf Ansori, Skripsi: “ Profil Mental Computation Siswa SMP dalam Menyelesaikan

(22)

11

Sebelum siswa menggunakan mental computationnya, biasanya siswa tersebut terlebih dahulu mendapatkan pengajaran dari gurunya mengenai perhitungan menggunakan algoritma tulis yang kaku. Algoritma tulis yang kaku akan dapat menghambat daya kreatifitas siswa dalam melakukan perhitungan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Kamii pada tahun 1994 menyebutkan bahwa memaksa siswa untuk mempelajari algoritma tulis sejak kecil dapat menghambat siswa untuk menemukan sendiri pemikiran tentang bilangan dan menghambat perkembangan number sense siswa, serta menambah kebingungan siswa mengenai nilai tempat suatu bilangan.4 Oleh karena itu, penggunaan mental computation memiliki peranan penting dalam perhitungan matematika.

Ada dua cara untuk menunjukkan mental computation. Pertama yaitu memperhatikan sebagai kemampuan dasar, dalam hal ini dapat dilihat dari langkah-langkah yang dilakukan dalam perhitungan secara mental. Kedua, mental computation dapat dipandang sebagai berpikir tingkat tinggi.5 Menurut Reys, mental computation dapat memberikan pemahaman lebih mengenai bilangan beserta sifat-sifatnya, disamping itu mental computation dapat meningkatkan kreatifitas dan kebebasan berpikir siswa dalam menyelesaikan permasalahan mengenai bilangan.6

Mental computation tidak hanya berguna pada saat alat bantu perhitungan tidak ada, namun juga berguna pada saat perhitungan yang ditekankan pada kecepatan. Ketika sebuah metode digunakan lebih cepat daripada metode konvensional (metode menghitung menggunakan alat bantu yang biasa diajarkan di sekolah), hal ini dapat disebut sebagai strategi mental computation. Untuk melatihkan kemampuan mental computation pada siswa dalam pembelajaran matematika, siswa perlu fokus pada pembelajaran strategi mental computation.

Strategi mental computation sangat membantu untuk mempercepat perhitungan, dan yang lebih penting yaitu

4

Ibid, hal 2.

5 Hanim Faizah, “Strategi Mental Computation Siswa Dalam Melakukan Operasi Hitung

Penjumlahan dan Pengurangan Bilangan Asli”, (Jurnal Buana Pendidikan diterbitkan oleh FKIP Universitas PGRI Adi Buana Surabaya, 2015), 81.

6

(23)

12

melatihkan siswa untuk membuat cara-cara baru untuk meningkatkan kemampuan kecepatan perhitungannya. Hal ini sejalan dengan pendapat Reys dan Barger yang menyatakan bahwa “mental computation assists in developing number sense because it makes students think”. 7

Dalam buku Mental Computation: A strategies Approach (Module 4: Two-Digit Whole Number) karangan McIntosh terdapat empat strategi mental computation pada operasi penjumlahan, dua strategi pada operasi pengurangan, empat strategi pada operasi perkalian, dan dua strategi pada operasi pembagian. Berikut penjelasan dan contoh strategi mental computation pada setiap operasi.

1. Strategi mental computation pada operasi penjumlahan a. Bridging Multiples of Ten adalah strategi

penjumlahan dengan menjadikan salah satu bilangan yang akan dijadikan kelipatan dari 10 dengan menambahnya dengan sebagian dari bilangan yang lain dan kemudian menjumlahkan dengan sisanya. Contoh:

47 + 8 =⋯ 47 + 3 = 50 50 + 5 = 55

b. Adding Parts of The Second Number adalah strategi penjumlahan dengan menjumlahan bilangan pertama dengan bilangan kedua dimana bilangan kedua akan dipisah menjadi dua bilangan yang salah satunya akan memudahkan dalam menjumlahkannya seperti menjadikan salah satu bilangannya menjadi kelipatan dari 10.

Contoh: 29 + 26 =⋯ 29 + (20 + 6) = 29 + 20 + 6 = 49 + 6 = 55

7

(24)

13

c. Working from The Left Dalam strategi ini siswa akan menjumlahkan bilangan pertama dan kedua dimulai dengan menjumlahkan bilangan yang berada di sebelah kiri yaitu puluhan dan kemudian menjumlahkan bilangan yang berada di sebelah kanan yaitu satuan dan kemudian menjumlahkan kedua hasil penjumlahan antar puluhan dan satuan.

Contoh: 29 + 26 =⋯ 20 + 20 = 40 9 + 6 = 15 40 + 15 = 55

d. Working from The Right Dalam strategi ini siswa akan menjumlahkan bilangan pertama dan kedua dimulai dengan menjumlahkan bilangan yang berada di sebelah kanan yaitu satuan dan kemudian menjumlahkan bilangan yang berada di sebelah kiri yaitu puluhan dan kemudian menjumlahkan kedua hasil penjumlahan antar puluhan dan satuan.

Contoh: 29 + 26 =⋯ 9 + 6 = 15 20 + 20 = 40 15 + 40 = 55

2. Strategi mental computation pada operasi pengurangan a. Bridging Multiples of Ten adalah strategi pengurangan

dengan memilih salah satu bilangan yang akan dijadikan kelipatan dari 10 dengan mengurangkan dengan sebagian dari bilangan yang lain dan kemudian mengurangkan dengan sisanya.

Contoh: 35−8 =⋯ 35−5 = 30 30−3 = 27

(25)

14

satunya akan memudahkan dalam mengurangkannya seperti menjadikan salah satu bilangannya menjadi kelipatan dari 10.

Contoh: 48−17 =⋯ 48−(10 + 7) = 48−10−7 = 38−7 = 31

3. Strategi mental computation pada operasi perkalian a. Relating to A Known Fact adalah strategi perkalian

dengan menggunakan pengetahuan terkait hasil perkalian yang telah dimiliki, hasil perkalian dasar, dan nilai tempat untuk membantu dalam menjawab permasalahan perhitungan pada operasi perkalian. Contoh:

3 × 20 =⋯ 3 × 2 ����ℎ��= 6 ����ℎ��= 60

b. Use Extension of One-Digit Strategies adalah strategi perkalian dengan menggunakan pengetahuannya terkait strategi perkalian dengan satu digit untuk menyelesaikan perhitungan terkait perkalian dua digit. Strategi perkalian dengan satu digit telah dijelaskan oleh McIntosh dalam Mental Computation: A strategies Approach (Module 3: Basic Facts Multiplication and Division) yaitu sebagai berikut:

Multiple Strategy Example

2 x Double 2 x 24: Double 24 = 48

3 x Double

and One More

3 x 24: Double 24 + 24 =

48 + 24 = 72

4 x Double

Twice

4 x 24: 2 x 24= 48, 2 x 48 = 96

5 x Half of 10

x

5 x 24: 10 x 24 = 240,

(26)

15

6 x Five Times

and One More

6 x 24: 120 + 24 = 144

7 x Five Times

and Two More

7 x 24: 120 + 48 = 168

8 x Double

Three Times

8 x 24: 48, 96, 192

9 x One Less

than 10 x

9x 24: 240 - 24 = 216

c. Skip Counting adalah strategi perkalian dengan mengalikan suatu bilangan dengan bilangan lain dengan menggunakan kelipatan dari bilangan tersebut. Contoh:

4 × 15 = 15, 30, 45,� 6 × 20 = 20, 40, 60, 80, 100, 5 × 12 = 12, 24, 36, 48,�

d. Use The Distributive Property adalah strategi perkalian dengan mengalikan suatu bilangan dengan bilangan lain menggunakan hukum distributif.

Contoh: 4 × 27 =⋯

4 × 7 + (4 × 20) = 28 + 80 = 108

4. Strategi mental computation pada operasi pembagian a. Make it Multiplication adalah strategi pembagian

dengan menggunakan perkalian untuk meyelesaikan soal terkait pembagian karena sebagian besar siswa lebih nyaman menggunakan perkalian daripada pembagian.

(27)

16

120 ÷ 4 = 30

b. Use The Distributive Property adalah strategi dengan menggunakan hukum distributif untuk menyelesaikan soal terkait pembagian.

Contoh: 78 ÷ 6 =⋯ 78 = 60 + 18

60 ÷ 6 + 18 ÷ 6 = 10 + 3 = 13

Beishuizen, 1993; Cooper, Heirdsfield & Irons, 1996; Beishuizen, Van Putten & Van Mulken, 1997; dan Thompson, 1999; mengategorikan strategi mental computation penjumlahan dan pengurangan ke dalam strategi membilang, N10, u-n10, N10C, 1010, u-1010, dan A10.8 Variasi strategi tersebut dapat diilustrasikan oleh tabel dibawah ini.

Tabel 2.1

Strategi mental computation untuk penjumlahan dan pengurangan

Strategi Contoh pada penjumlahan

Contoh pada pengurangan Membilang 7+5;

8, 9,10,11,12

12 – 5; 11, 10, 9, 8, 7

N10 38 + 25;

38 + 20 = 58 58 + 5 = 63

43 – 14; 43 – 10 = 33 33 – 4 = 29 u-N10 38 + 25;

38 + 5 = 43 43 + 20 = 63

43 – 14; 43 – 4 = 39 39 – 10 = 29 N10C 38 + 25;

40 + 25 = 65 65 – 2 = 63

43 – 14; 43 – 20 = 23 23 + 6 = 29

8

(28)

17

10s 38 + 25;

30 + 20 = 50 50 + 8 = 58 58 + 5 = 63

43 – 14; 30 -10 = 20 20 + 13 = 33 33 – 4 = 29 1010 38 + 25;

30 + 20 = 50 8 + 5 = 13 50 + 13 = 83

43 – 14; 30 – 10 = 20 13 – 4 = 9 20 + 9 = 29 u-1010 38 + 25;

8 + 5 = 13 30 + 20 = 50 13 + 50 = 63

43 – 14; 13 – 4 = 9 30 – 10 = 20 9 + 20 = 29

A10 38 + 25;

38 + 2 = 40 40 + 23 = 63

43 – 14; 43 – 13 = 30 30 – 1 = 29

Strategi N10 dan u-N10 sering disebut dengan penggabungan atau agregasi (aggregation), selanjutnya strategi N10C disebut dengan strategi kompensasi, selanjutnya strategi 10s, 1010, dan u-1010 disebut juga strategi pemisahan, sedangkan strategi A10 disebut juga strategi pemecahan bilangan.

(29)

18

B. Soal Aritmatika Sosial

Menurut kamus besar Bahasa Indonesia soal didefinisikan sebagai hal yang menuntut sebuah jawaban, penyelesaian, dan sebagainya.9 Syamsudin mengemukakan bahwa soal dalam bidang studi matematika dapat berbentuk soal cerita dan bukan soal cerita (soal hitungan).10 Soal cerita merupakan modifikasi soal hitungan yang dibentuk menjadi bahasa verbal, sehingga untuk menyelesaikan soal cerita tersebut terlebih dahulu harus dimodelkan menjadi kalimat matematika. Dalam pemilihan soal perlu dibedakan atas soal rutin dan soal non rutin. Soal rutin bersifat melatih agar terampil dalam menggunakan pengetahuan yang baru diperolehnya. Soal non rutin digunakan untuk mencapai suatu prosedur yang benar sehingga diperlukan pemikiran dan penalaran yang tinggi.11

Aritmatika sosial adalah salah satu materi dalam matematika yang mempelajari operasi dasar suatu bilangan yang berkaitan dalam kehidupan hari. Kegiatan sehari-hari yang berkaitan dengan aritmatika sosial adalah kegiatan jual beli, misalnya menghitung harga suatu barang, menghitung untung, menghitung rugi, dan menghitung harga penjualan.

Jadi dapat disimpulkan bahwa soal aritmatika sosial merupakan soal atau pertanyaan yang terkait dengan salah satu materi dalam matematika yang membahas tentang perhitungan dalam kehidupan sehari-hari seperti kegiatan jual beli dan untuk menyelesaikannya menggunakan prosedur yang rutin. Soal aritmatika sosial yang digunakan dalam penelitian ini juga merupakan soal aritmatika yang sering diberikan kepada siswa.

9

Vita Kurnia, Skripsi: “Profil Representasi Siswa dalam Menyelesaikan Soal Matematika Ditinjau dari Gaya Belajar Preferensi Kognitif”, (Surabaya: Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya, 2015), 12.

10 Ibid, hal 12. 11

(30)

19

C. Gaya Belajar Preferensi Kognitif 1. Pengertian Gaya Belajar

Belajar merupakan sebuah proses perubahan di dalam kepribadian manusia dan perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku. Peningkatan tersebut dapat berupa peningkatan pengetahuan, sikap, kebiasaan, kecakapan, daya pikir, ketrampilan, dan kemampuan-kemampuan yang lain. Untuk meningkatkan kemampuan-kemampuan tersebut, setiap individu memiliki cara yang berbeda dalam menyerap dan mengolah sebuah informasi yang akan membawa individu tersebut mencapai keberhasilan belajar. Perbedaan cara belajar tersebutlah yang kemudian dapat disebut sebagai gaya belajar.

Perbedaan gaya dapat menyebabkan terjadinya perbedaan dalam pembentukan dan pemahaman terhadap suatu informasi.12 Berikut adalah definisi gaya belajar menurut para ahli:

a. Adi W. Gunawan menyebutkan bahwa gaya belajar adalah cara yang lebih kita sukai dalam melakukan kegiatan berpikir, memproses, dan mengerti suatu informasi.13

b. S. Nasution menyimpulkan bahwa gaya belajar adalah cara yang konsisten yang dilakukan oleh seorang murid dalam menangkap stimulus atau informasi, cara mengingat, berpikir, dan memecahkan masalah.14 c. Litzinger dan Osif mendeskripsikan gaya belajar

sebagai suatu perbedaan cara yang digunakan oleh anak-anak dan orang dewasa dalam berpikir dan belajar yang merupakan suatu perilaku yang diminati dan konsisten.

d. DePorter dan Hemacki dalam Quantum Learning menyebutkan bahwa gaya belajar secara umum dapat

12Rudini “profil pemahaman siswa SMP dalam memecahkan masalah geometri ditinjau

dari gaya belajar” unesa(2015), 25.

13 Adi .W Gunawan, Genius Learning Strategi Petunjuk Praktis untuk Menerapkan

Accelarated Learning, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2006), 139.

14 Nasution, Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: PT. Bumi

(31)

20

dilihat dari modalitas dan dominasi otak. Modalitas adalah cara yang ditempuh oleh seseorang agar dapat menyerap informasi dengan mudah. Sedangkan dominasi otak adalah cara seseorang dalam mengatur dan mengolah informasi. Jadi, gaya belajar adalah kombinasi dari cara yang ditempuh seseorang dalam menyerap, mengatur, serta mengolah informasi dengan mudah.15

Dari pendapat beberapa ahli tersebut maka dapat disimpulkan bahwa gaya belajar adalah cara yang yang lebih disukai oleh seseorang dalam menyerap, mengatur, dan mengolah informasi serta dilakukan secara konsisten.

2. Klasifikasi Gaya Belajar

Secara garis besar terdapat tujuh cara pendekatan umum yang dikenal dengan kerangka referensi yang berbeda dan dikembangkan juga oleh ahli yang berbeda dengan variansinya masing-masing. Ketujuh cara belajar tersebut, yaitu:16

a. Pendekatan berdasarkan pada pemprosesan informasi; menentukan cara yang berbeda dalam memandang dan memroses informasi yang baru. Pendekatan ini dikembangkan oleh Kagan, Kolb, Honey dan Umford Gregorc, Butler, dan McCharty.

b. Pendekatan berdasarkan kepribadian; menentukan tipe karakter yang berbeda-beda. Pendekatan ini dikembangkan oleh Myer-Briggs, Lawrence, Keirsey & Bartes, Simon & Byram, Singer-Loomis, Grey-Whellright, Holland,dan Geering.

c. Pendekatan berdasarkan pada modalitas sensori; menentukan tingkat ketergantungan terhadap indera tertentu. Pendekatan ini dikembangkan oleh Bandler & Grinder, dan Messick.

15 Ulfi Azmiyah, Skripsi : “Perbedaan Hasil Belajar IPA Menggunakan Metode PQ4R

Berdasarkan Gaya Belajar Siswa”, (Jakarta: Universitas Islam Syarif Hidayatullah, 2011), 22.

(32)

21

d. Pendekatan berdasarkan pada lingkungan; menentukan respon yang berbeda terhadap kondisi fisik, psikologis, sosial, dan instruksional. Pendekatan ini dikembangkan oleh Witkin dan Eison Canfield. e. Pendekatan berdasarkan pada interaksi sosial;

menentukan cara yang berbeda dalam berhubungan dengan orang lain. Pendekatan ini dikembangkan oleh Grasha-Reichman, Perry, Mann, Furmann-Jacobs, dan Merill.

f. Pendekatan berdasarkan pada kecerdasan; menentukan bakat yang berbeda. Pendekatan ini dikembangkan oleh Gardner dan Handy.

g. Pendekatan berdasarkan wilayah otak; menentukan dominasi relatif dari berbagai bagian otak, misalnya otak kiri dan otak kanan. Pendekatan ini dikembangkan oleh Sperry, Bogen, Edwards, dan Herman.

Dari berbagai pendekatan yang ada, terdapat tiga pendekatan yang saat ini populer dan sering digunakan yaitu pendekatan berdasarkan preferensi sensori, profil kecerdasan, dan preferensi kognitif.

3. Gaya Belajar Preferensi Kognitif

Gaya belajar preferensi kognitif merupakan gaya belajar yang dikembangkan oleh Dr. Anthony F. Gregorc. Beliau merupakan profesor di bidang kurikulum dan pengajaran di Universitas Connecticut Amerika. Menurut Gregorc, terdapat dua hal penting yang perlu diketahui terkait bagaimana anak menangkap pelajaran. Kedua hal tersebut ialah persepsi atau cara seseorang menerima informasi dan pengaturan atau cara seseorang menggunakan informasi yang telah dipersepsikan.

(33)

22

dimiliki setiap pribadi ada dua macam, yaitu persepsi konkret dan persepsi abstrak.

Persepsi konkret membuat anak lebih cepat menangkap informasi yang nyata dan jelas, secara langsung melalui kelima inderanya, yaitu penglihatan, penciuman, peraba, perasa, dan pendengaran. Anak tidak mencari arti yang tersembunyi atau mencoba menghubungkan gagasan atau konsep. Kunci ungkapannya: “sesuatu adalah seperti apa adanya”. Sedangkan persepsi abstrak memungkinkan anak lebih cepat dalam menangkap sesuatu yang abstrak/kasat mata, dan mengerti apa yang tidak bisa dilihat sesungguhnya. Sewaktu anak menggunakan persepsi abstrak ini, mereka menggunakan kemampuan intuisi, intelektual dan imajinasinya. Kunci ungkapannya: “sesuatu tidaklah selalu seperti apa yang terlihat”.17

Setelah anak menerima informasi yang masuk, maka anak akan mengatur dan menggunakan informasi yang dipersepsikan tersebut. Menurut Gregorc, kedua kemampuan anak untuk mengatur persepsi adalah sekuensial (teratur, menurut suatu aturan bertahap) dan random (acak, yang mana saja). Metode pengaturan sekuensial membiarkan pikiran anak mengatur informasi secara berurutan, linear atau setapak demi setapak. Anak yang bertipe berurutan biasanya menyukai metode belajar satu demi satu secara berurutan. Orang-orang yang memiliki kemampuan pengaturan sekuensial yang kuat mungkin lebih suka mempunyai suatu rencana. Kunci ungkapannya: “ikutilah langkah-langkah tersebut”.18

Pengaturan random membuat pikiran kita mengatur informasi dalam potongan-potongan dan tanpa rangkaian tertentu, seperti memulai di tengah-tengah atau memulai di akhir bagian dan kembali kepermulaan. Anak yang bertipe random biasanya lebih menyukai cara belajar yang spontan, tidak harus berurutan, seolah-olah mereka tidak mempunyai

17 Yayasan lembaga SABDA, “Gaya Belajar” diakses dari

http://www.sabda.org/publikasi/e-binaanak/047, pada tanggal 7 April 2016.

18

(34)

23

suatu rencana tertentu. Kunci ungkapannya: “lakukan saja”.19

Berdasarkan kategori-kategori tersebut maka Gregorc memadukan persepsi dan kemampuan pengaturan informasi menjadi empat kombinasi kelompok gaya belajar yaitu sekuensial konkret, sekuensial abstrak, random konkret, dan random abstrak. Dalam penelitian ini, peneliti hanya mendeskripsikan strategi mental computation siswa ditinjau dari gaya belajar random konkret dan gaya belajar random abstrak.

Adapun penjelasan teori tentang gaya belajar preferensi kognitif yang dikembangkan oleh Gregorc adalah:

a. Random Konkret (RK)

Individu dengan tipe RK mempunyai sikap eksperimental dan diiringi dengan perilaku yang kurang terstruktur. Individu RK dipenuhi dengan energi dan dorongan kuat untuk menemukan alternatif dan mengerjakan sesuatu dengan caranya sendiri. Individu RK juga mendasarkan dirinya pada realitas tetapi lebih cenderung melakukan pendekatan dengan coba-coba dan mampu menerima pelajaran secara acak sehingga menjadikannya individu yang penuh dengan ide-ide yang baru.20 Individu RK kurang menyukai melakukan hal-hal yang sama karena baginya hal tersebut sangatlah membosankan. Sikap-sikap tersebutlah yang menyebabkan individu RK mengalami masalah dalam sistem pengajaran di sekolah. Istiah kunci individu dengan tipe RK adalah spontan dan nyata.

Pemikir random konkret (RK) mempunyai sikap eksperimental yang diiringi dengan perilaku yang kurang terstruktur. Pemikir tipe ini berdasarkan pada kenyataan, tetapi ingin melakukan pendekatan trial and error. Oleh sebab itu dalam berpikir sering

19 Ibid, hal 1.
(35)

24

melakukan lompatan intuitif. Mempunyai dorongan kuat untuk menemukan alternatif dan mengerjakan segala sesuatu dengan cara sendiri. Dalam mengerjakan sesuatu berorientasi pada proses daripada hasil, akibatnya sesuatu yang dikerjakan kerap tidak sesuai dengan apa yang diharapkan.21

Beberapa karakteristik individu dengan tipe RK, yaitu: memberi sumbangsih berupa gagasan yang tak lazim dan kreatif, berpikir cepat tanpa bantuan orang lain, berani mengambil resiko, menggunakan pengalaman hidup yang nyata untuk belajar, sulit menghadapi hal-hal yang rutin, dan sulit mengulang sesuatu yang sudah dikerjakan.22

Beberapa hal yang sulit dilakukan oleh individu dengan tipe RK adalah semangat berpartisipasi dalam pekerjaan yang mereka yakini, memiliki moralitas yang tinggi, keputusan-keputusan dibuat berdasarkan perasaan, dan mampu menjaga hubungan dengan baik kepada semua orang.23

b. Random Abstrak (RA)

Individu dengan tipe RA menyerap ide-ide, informasi, dan kesan serta mengaturnya dengan refleksi (terkadang hal ini memerlukan waktu yang lama sehingga orang lain tidak menyangka bahwa individu RA mempunyai reaksi atau pendapat).24 Individu RA akan dapat mengingat dengan baik jika informasi dibuat sesuai kesukaannya, berkembang pesat dalam lingkungan yang tidak terstruktur, dan berorientasi kepada manusia. Bagi individu RA, semua pengalaman hidup merupakan pelajaran yang berharga sehingga pengajaran di kelas merupakan sesuatu yang sangat tidak menarik baginya. Individu

21“Gaya Berpikir dan gaya Mengolah Informasi” diakses dari

http://www.doublehelixprivat.com/2009/05/gaya-berpikir-dan-gaya-mengolah.html, pada tanggal 24 Maret 2016.

22 Thobias dan Chintya Ulrich, Cara Mereka Belajar, (Jakarta: Pionir Jaya, 2009), 35. 23Suasana Depary dkk, “Model Pembelajran dan Gaya Berpikir terhadap hasil belajar

Fisika”. (Jurnal teknologi pendidikan Universitas Negeri Malang). 04:02, (2013), 15.

24

(36)

25

dengan tipe ini akan terbantu apabila mereka mengetahui bagaimana segala sesuatu terhubung dan keseluruhannya sebelum informasi tersebut diproses.25

Dunia “nyata” bagi siswa yang berpikir random abstrak (RA) adalah dunia perasaan dan emosi. Dalam menyerap ide, informasi, dan kesan memerlukan waktu yang agak lama dan memprosesnya secara refleksi, dan dapat mengingat lebih baik apabila informasi dipersonifikasikan.26 Perasaan dan emosi sangat mempengaruhi dan meningkatkan belajar, dan akan merasa tertekan jika berada pada lingkungan yang serba teratur. Pemikir random abstrak (RA) mengalami peristiwa secara holistik, dan perlu melihat gambar secara keseluruhan sekaligus, bukan bagian-bagian atau bertahap. Mengelola informasi secara umum kemudian menemukannya secara detail.27

Beberapa karakteristik individu dengan tipe RA, yaitu mendengarkan orang lain dengan sungguh-sugguh, melakukan sesuatu dengan caranya sendiri, menjaga hubungan persahabatan dengan siapa saja, mengambil keputusan dengan menggunakan perasaan, sulit memberikan rincian dengan tepat, dan sulit menerima kritikan meskipun positif.28

Beberapa hal yang sulit dilakukan oleh individu random abstrak adalah adanya larangan dan batasan dalam melakukan sesuatu, mengulangi pekerjaan yang sama, menunjukkan bagaimana memperoleh suatu jawaban, dan menyimpan dokumen-dokumen yang terperinci.29

25 Dedy Setyawan dkk, “Eksplorasi Proses Konstruksi Pengetahuan Matematika

Berdasarkan Gaya Berpikir”, (Jurnal Sainsmat Universitas Negeri Makasar), II:002.(09, 2013), 150.

26 Bobbi De Porter & Mike Hernack. Op.Cit., 132. 27 Dedy Setyawan dkk, Op. Cit., hal 150. 28 Suasana Depary dkk, Op. Cit., hal 23. 29

(37)

26

c. Sekuensial Konkret (SK)

Individu dengan tipe SK mendasarkan dirinya pada realitas dan mengolah informasi secara teratur, berurutan dan linear.30 Individu SK akan lebih mudah menangkap informasi yang nyata, jelas dan secara lansung melalui kelima inderanya sehingga cenderung dapat menangkap pelajaran yang dipresentasikan secara verbal dan yang dapat ia lihat dan mengolahnya secara berurutan atau tahap demi tahap atau dengan kata lain individu SK membutuhkan banyak contoh atau peragaan dan semua hal tersebut disajikan dalam bentuk yang sistematis dan berurutan. Selain sistematis, individu SK juga senang bekerja dengan batasan waktu dan melakukan hal-hal dengan cara yang sama. Istilah kunci bagi individu SK adalah satu demi satu dan nyata.

Siswa yang berpikir dengan gaya Sekuensial Konkret (SK) cenderung memiliki dominasi otak sebelah kiri dan dalam memproses informasi cara-cara yang ditampilkan adalah: teratur, linear, dan sekuensial. Dalam menyerap informasi, siswa yang memiliki gaya Sekuensial Konkret (SK) lebih menonjolkan indra fisik, yaiu indra penglihatan, peraba, pendengaran, perasa, dan penciuman. Mereka memperhatikan dan mengingat realitas dengan mudah dan mengiangat fakta, informasi, rumus-rumus, dan aturan-aturan khusus dengan mudah. Catatan atau makalah adalah cara yang baik baginya untuk menyerap informasi (belajar).31

Beberapa karakteristik individu dengan tipe SK, yaitu: menerapkan gagasan dengan cara yang praktis, menghasilkan sesuatu yang konkret dari gagasan yang abstrak, mencermati sesuatu sampai hal yang sekecil-kecilnya, menginterpretasi sesuatu secara harfiah atau logika, sulit berhadapan dengan ide-ide

30 Suradi, Op. Cit., hal 538.

31“Gaya Berpikir dan gaya Mengolah Informasi” diakses dari

(38)

27

abstrak, sulit bekerja dalam kelompok, sulit bekerja dengan orang yang tidak memiliki pendirian, dan sulit mengikuti pengarahan yang petunjuknya tidak lengkap. 32

d. Sekuensial Abstrak (SA)

Individu dengan tipe SA mempunyai kemampuan penalaran yang tinggi, kritis, dan analitis karena memiliki daya imajinasi yang kuat. Berbeda dengan individu SK, individu SA mudah menangkap pelajaran atau informasi yang bersifat abstrak sehingga tidak memerlukan peragaan yang konkret. Individu SA lebih menyukai pelajaran atau informasi yang disajikan secara sistematis dan membutuhkan informasi sebanyak mungkin sebelum mereka membuat suatu keputusan dan waktu yang cukup agar dapat menyelesaikan pekerjaannya karena individu SA biasanya bersifat pendiam dan menyendiri karena ia sibuk berpikir dan menganalisa. Individu SA merupakan pemikir yang cerdas, mempunyai ide-ide yang brilian, dan berpikir yang tidak dipikirkan oleh orang lain.33 Istilah kunci bagi individu SA adalah satu demi satu dan imajinatif.

Realitas bagi pemikir Sekuensial Abstrak (SA) adalah dunia teori metafisis dan pemikiran abstrak . Mereka suka berpikir dalam konsep dan menganalisis informasi. Mereka sangat menghargai orang-orang dan peristiwa-peristiwa yang teratur rapi. Proses berpikirnya logis, rasional, dan intelektual. Aktivitas favorit pemikir SA adalah membaca, dan jika suatu proyek perlu diteliti, akan dilakukannya dengan mendalam. Biasanya suka bekerja secara mandiri daripada bekerja secara kelompok. Orang-orang Sekuensial Abstrak adalah sebagai filosof, peneliti, dan ilmuwan.34

32 Thobias dan Chintya Ulrich, Op. Cit., hal 20. 33 Vita Kurnia, Op. Cit., hal 22.
(39)

28

Beberapa karakteristik yang dimiliki oleh individu dengan tipe SA, yaitu: mengumpulkan data sebelum menganalisa, menganalisis dan meneliti gagasan, mudah memahami sesuatu apabila mempelajarinya dengan mengamati, sulit bekerja dengan batasan waktu, dan sulit mengerjakan sesuatu yang memliki peraturan yang spesifik. 35

D. Hubungan Strategi Mental Computation dengan Gaya Belajar Random Konkret dan Random Abstrak

Mental computation merupakan praktek melakukan perhitungan matematis hanya menggunakan otak tanpa bantuan peralatan lain. Dalam melakukan perhitungan tersebut, setiap siswa akan mempunyai cara yang berbeda-beda. Cara yang berbeda-beda ini dapat dikatakan sebagai strategi mental computation.

Proses berpikir seseorang akan mempengaruhi strategi mental computation yang digunakan, karena menurut Ruggiero proses berpikir merupakan suatu aktivitas mental untuk membantu memformulasikan atau memecahkan suatu masalah, membuat suatu keputusan, atau memenuhi hasrat keingintahuan.36

Proses berpikir seseorang juga akan mempengaruhi gaya belajar setiap individu, hal ini sesuai dengan pendapat Litzinger dan Osif yang mendiskripsikan bahwa gaya belajar sebagai suatu perbedaan cara yang digunakan oleh anak-anak dan orang dewasa dalam berfikir dan belajar merupakan suatu perilaku yang diminati dan konsisten .37 Dari definisi tersebut dapat diketahui bahwa proses berpikir tidak dapat dilepaskan dari gaya belajar seorang individu.

Salah satu tipe gaya belajar adalah gaya belajar preferensi kognitif. Gaya belajar preferensi kognitif memerhatikan dari segi persepsi dan pengaturan yang dimiliki

35 Thobias dan Chintya Ulrich, Op. Cit., hal 20.

36 Tatag Yuli, Tesis: “Merancang Tugas Untuk Mendorong Berpikir Kreatif Siswa Dalam

Belajar Matematika”. (Jurusan Matematika FMIPA UNESA, 2009), 1.

37 Wulandari, Skripsi: “Perbedaan kemampuan mengingat ditinjau dari gaya belajar”.

(40)

29

oleh masing-masing individu. Persepsi yaitu bagaimana pikiran siswa dalam menerima informasi sedangkan pengaturan yaitu bagaimana cara siswa mengatur informasi tersebut dalam otak. Berdasarkan definisi gaya belajar di atas, dikategorikanlah empat kategori belajar preferensi kognitif yaitu gaya belajar random konkret, random abstrak, sekuensial konkret dan sekuensial abstrak. Setiap tipe gaya belajar memiliki karakteristik tersendiri. Karakteristik yang paling menonjol dari gaya belajar random yaitu mereka lebih suka menggunakan cara mereka sendiri dalam mengolah informasi yang telah mereka dapat.

Karakteristik gaya belajar random konkret adalah gaya belajar yang dimiliki individu dengan karakteristik individu tersebut suka memberi sumbangsih berupa gagasan yang kreatif, mencoba sendiri, bukan sekedar percaya dengan pendapat orang lain, lebih banyak belajar melalui panca inderanya dan mengerjakan segala sesuatu dengan cara mereka sendiri. Sedangkan karakteristik gaya belajar random abstrak adalah gaya belajar yang dimiliki individu dengan karakteristik individu tersebut suka memiliki banyak pilihan dan solusi, dapat mengingat dengan baik jika informasi dibuat sesuai kesukaannya, serta seringkali menggunakan cara yang berbeda dalam melakukan sesuatu.

Bagi siswa bergaya belajar random, informasi yang telah diberikan oleh guru akan dijadikan modal awal informasi yang mereka terima. Mereka akan mengatur dan mengolah informasi yang telah mereka terima dengan cara mereka sendiri. Dengan menggunakan sikap eksperimental dan kreatifitasnya, siswa bergaya belajar random akan memiliki banyak cara atau strategi dalam melakukan perhitungan matematis khususnya tanpa menggunakan alat bantu hitung lainnya. Dari penjelasan di atas dapat diketahui bahwa strategi mental computation yang digunakan oleh siswa sangat berhubungan erat dengan cara siswa tersebut mengolah informasi yang telah didapat.

(41)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian, jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Dalam penelitian ini, peneliti akan memaparkan atau mendeskripsikan tentang strategi mental computation siswa dalam menyelesaikan soal aritmatika sosial ditinjau dari gaya belajar random konkret dan random abstrak.

B. Waktu dan Tempat Penelitian

[image:41.420.73.354.147.490.2]

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai Juni 2016 semester genap tahun ajaran 2016/2017 dan bertempat di MI Ma’arif Sambiroto. Adapun jadwal penelitiannya sebagai berikut:

Tabel 3.1 Jadwal Penelitian

No Tanggal Kegiatan

1. 21 Mei 2016 Permohonan izin penelitian kepada Kepala Sekolah

2. 28 Mei 2016 Penyebaran angket gaya belajar preferensi kognitif

3. 3 Juni 2016 Pemilihan subjek berdasarkan hasil angket gaya belajar bersama guru matematika

4. 11 Juni 2016 Pelaksanaan tes mental computation (pengambilan data pertama) 5. 25 Juni 2016 Pelaksanaan tes mental computation

(pengambilan data kedua)

C. Subjek Penelitian

(42)

31

diberikan angket gaya belajar preferensi kognitif untuk mengetahui gaya belajar preferensi kognitif masing-masing siswa. Dari seluruh siswa kelas V MI Ma’arif Sambiroto yang telah diberikan angket gaya belajar, dipilihlah empat siswa berdasarkan hasil angket gaya belajar preferensi kognitif dan kemampuan komunikasinya. Pemilihan empat subjek penelitian ini dibantu oleh guru matematika di kelas tersebut. Empat siswa yang dijadikan dalam subjek penelitian ini yaitu dua siswa mewakili gaya belajar random konkret, dan dua siswa mewakili gaya belajar random abstrak. Berikut nama-nama subjek penelitian tertera pada tabel dibawah ini:

[image:42.420.70.366.71.547.2]

Tabel 3.2 Daftar Subjek Penelitian

No Subjek Penelitian Kode

1 Siswa Bergaya Belajar Random Konkret 1 S1 2 Siswa Bergaya Belajar Random Konkret 2 S2 3 Siswa Bergaya Belajar Random Abstrak 1 S3 4 Siswa Bergaya Belajar Random Abstrak 2 S4 Adapun hasil angket gaya belajar preferensi kognitif subjek penelitian dapat dilihat di bagian lampiran A.1.

D. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian yang dilaksanakan meliputi tiga tahap yaitu: tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap analisis data. Masing-masing tahap akan diuraikan sebagai berikut:

(43)

32

2. Tahap pelaksanaan. Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini meliputi: (1) memberikan angket gaya belajar preferensi kognitif kepada subjek penelitian. (2) menganalisis hasil angket gaya belajar preferensi kognitif dan menentukan gaya belajar masing-masing siswa. (3) memilih subjek penelitian. (4) memberikan soal aritmatika sosial kepada subjek penelitian sekaligus mewawancarainya.

3. Tahap analisis data. Setelah tahap pelaksanaan selesai dilaksanakan, maka langkah selanjutnya adalah tahap analisis data. Data yang diperoleh dari tahap pelaksanaan, selanjutnya dianalisis menggunakan analisis deskriptif kualitatif. Dalam hal ini, data yang dianalisis adalah data hasil wawancara pada saat subjek diberikan soal aritmatika sosial.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah angket gaya belajar preferensi kognitif, lembar soal matematika dan lembar pedoman wawancara.

1. Angket gaya belajar preferensi kognitif

Dalam menentukan gaya belajar preferensi kognitif siswa, peneliti menggunakan angket yang berisi 15 pertanyaan. Angket ini diadaptasi dari skripsi mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya yang berjudul “Profil Representasi Siswa Dalam Menyelesaikan Soal Matematika Ditinjau dari Gaya Belajar Preferensi Kognitif” yang ditulis oleh Vita Kurnia Jayanti. Angket ini sudah melalui uji validasi dari ahli psikologi. Adapun hasil validasi angket gaya belajar preferensi kognitif beserta kisi-kisinya dapat di lihat di bagian lampiran A.2.

2. Lembar soal aritmatika sosial

(44)

33

Untuk menghasilkan soal aritmatika sosial yang valid dan sesuai dengan tujuan penelitian, maka peneliti akan melakukan hal-hal sebagai berikut: (1) membuat draf soal aritmatika sosial beserta jawabannya. (2) mengkonsultasikan draf soal aritmatika sosial dan jawaban kepada dosen pembimbing, jika disetujui maka lanjut untuk divalidasi oleh validator. (3) meminta validasi kepada dosen pendidikan matematika dan guru matematika agar didapatkan instrumen penelitian yang relevan dan valid.

[image:44.420.71.373.139.523.2]

Instrumen ini divalidasi oleh tiga validator, berikut nama-nama validator instrumen penelitian ini.

Tabel 3.3

Daftar Validator Instrumen Penelitian

NO Nama Validator Jabatan

1. Imam Rofiki, M.Pd Dosen Pendidikan Matematika UINSA 2. Agus Prasetyo Kurniawan,

M.Pd

Dosen Pendidikan Matematika UINSA

3. Suminah, SPd Guru Matematika MI

Ma’arif Sambiroto Adapun kisi-kisi soal, lembar soal, alternatif jawaban dan lembar validasinya dapat dilihat pada lampiran A.3, A.4, dan A.5.

3. Lembar pedoman wawancara

(45)

34

pedoman wawancara dan lembar validasi dapat dilihat pada lampiran A.6, A.7 dan A.8.

F. Metode Pengumpulan Data

Adapun metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian sebagai berikut:

1. Metode angket

Angket ini digunakan untuk menentukan gaya belajar preferensi kognitif subjek penelitian. Angket diberikan kepada siswa, setelah itu hasilnya dianalisis, kemudian ditentukan gaya belajar masing-masing siswa. Adapun petunjuk pengisian angket gaya belajar preferensi kognitif adalah seluruh siswa diminta untuk memilih dua kondisi yang sesuai dengan dirinya dari masing-masing pernyataan yang ada di angket.

2. Metode tes

Metode tes ini dilakukan untuk mengetahui jawaban singkat siswa setelah diberikan soal aritmatika sosial yang cara penyelesaian jawabannya tidak boleh menggunakan alat bantu hitung lain seperti pensil, kertas, komputer, kalkulator, dan lain-lain. Dalam pelaksanaan tes ini, peneliti meneliti subyek satu persatu dalam artian tidak dalam waktu bersamaan. Setelah subjek diberikan soal aritmatika sosial, subjek langsung diwawancarai mengenai strategi apa yang digunakan dalam penyelesaian soal aritmatika sosial tersebut.

3. Metode wawancara

Metode wawancara dilakukan untuk mengetahui strategi mental computation yang digunakan oleh subjek. Metode wawancara yang digunakan adalah metode wawancara baku terbuka. Pengertian baku menunjukkan bahwa urutan materi yang ditanyakan dan cara penyajian sama untuk setiap responden, sedangkan pengertian terbuka adalah adanya keluwesan pertanyaan tergantung pada situasi dan kecakapan pewawancara.1 Wawancara ini dilakukan secara mendalam sampai didapat data atau

(46)

35

informasi yang diinginkan. Dalam hal ini, peneliti melakukan langkah-langkah sebagai berikut: (1) menyiapkan alat perekam yaitu handphone dan alat tulis. (2) meminta siswa menyelesaikan soal aritmatika sosial yang telah diberikan. (3) melakukan wawancara mengenai strategi mental computation yang telah digunakannya dan membuat catatan-catatan yang tidak bisa dideteksi oleh alat perekam.

G. Metode Analisis Data

Pada penelitian ini, data yang sudah terkumpul selanjutnya dianalisis seperti paparan berikut ini:

1. Analisis angket gaya belajar preferensi kognitif

Analisis angket gaya belajar preferensi kognitif dilakukan dengan cara mencocokkan hasil angket gaya belajar dengan rubrik angket gaya belajar. Selanjutnya dihitung total seluruh pernyataan yang mewakili gaya belajar sekuensial konkret, sekuensial abstrak, random konkret, dan random abstrak. Dari total masing-masing pernyataan tersebut, total yang paling banyak yang menentukan gaya belajar preferensi kognitif siswa. Adapun hasil analisis angket belajar dan rubrik angket gaya belajar preferensi kognitif dapat dilihat pada lampiran A.9. 2. Analisis hasil wawancara

Sebelum dianalisis, data hasil wawancara diperiksa keabsahannya melalui triangulasi. Triangulasi yang dipakai dalam penelitian ini adalah triangulasi waktu, yaitu membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu yang berbeda (pengambilan data pertama dan kedua).

Adapun langkah-langkah analisis hasil wawancara sebagai berikut:

1) Mereduksi data

(47)

36

yang telah diberi kode berbeda setiap subjeknya dengan memperhatikan beberapa catatan pada saat wawancara. Adapun cara pengkodean dalam wawancara disusun sebagai berikut:

Keterangan: P : Pewawancara S : Subjek penelitian P/Sa.b.c : a : Subjek ke-a

b : soal tes ke-b

c : pertanyaan/jawaban wawancara ke-c

(3) memeriksa kembali hasil transkrip wawancara tersebut dengan memutar ulang hasil rekaman dan mendengarkan jawaban-jawaban subjek saat wawancara berlangsung, agar mengurangi kesalahan pada penulisan transkrip.

2) Memaparkan data

(48)

37

3) Menarik kesimpulan

Adapun proses penarikan kesimpulan adalah sebagai berikut:

Strategi mental computation siswa dalam menyelesaikan soal aritmatika sosial dilihat dari hasil transkrip wawancara. Kemudian dari hasil transkrip wawancara itu dianalisis untuk melihat jenis strategi apa yang digunakan oleh siswa sesuai dengan gaya belajar random konkret dan random abstrak yang dimiliki oleh siswa.

(49)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

Pada Bab IV ini, peneliti akan mendeskripsikan dan menganalisis data tentang strategi mental computation siswa yang digunakan dalam menyelesaikan soal aritmatika sosial. Data dari penelitian ini adalah hasil wawancara subjek pada saat dilakukan tes mental computation. Subjek penelitian ini terdiri atas dua siswa bertipe gaya belajar random konkret dan dua siswa bertipe gaya belajar random abstrak.

Untuk memperoleh data dalam penelitian ini, subjek diberikan soal aritmatika sebagai berikut:

1. Soal untuk mengungkap mental computation pada operasi penjumlahan

2. Soal untuk mengungkap mental computation pada

Gambar

Tabel 2.1  Strategi mental computation untuk penjumlahan dan
Tabel 3.1 Jadwal Penelitian
Tabel 3.2 Daftar Subjek Penelitian
Tabel 3.3 Daftar Validator Instrumen Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

keuangan, investasi diartikan sebagai penanaman uang atau modal dalam suatu perusahan atau proyek untuk tujuan memperoleh keuntungan, meskipun terkadang buntung atau

Menjalankan tugas sebagai «sebagai» dalam kegiatan Pemetaan dan Pemutakhiran Muatan Wilayah Kerja Statistik Sensus Penduduk 2020 sesuai Standart

Pengaruh copper slag sebagai cementitious pada beton, antara lain : (ACI Commiteee 233) Meningkatkan workabilitas, beton yang mengandung copper slag menghasilkan sifat yang

Aliran darah pulmonal yang berlebihan ada pada mereka dengan gagal jantung akibat shunt besar dari kiri ke kanan, dan kekaburan difus karena kongesti vena

Penentuan nilai optimum untuk ketiga variabel yang memberikan nilai positif terhadap % perolehan rendemen dalam produksi Gd-DTPA-Folat dilakukan menggunakan desain

Bagaimana model Altman, Springate, Grover, Zmijewski, dan Ohlson dapat digunakan untuk memprediksi financial distress dalam menilai kinerja keuangan perusahaan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) apakah kemampuan pemecahan masalah matematik siswa yang memperoleh pendekatan investigasi dengan strategi pembelajaran