• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERAN KH. SYAMSUL ARIFIN ABDULLAH DALAM MENGEMBANGKAN PONDOK PESANTREN BUSTANUL ULUM MLOKOREJO PUGER JEMBER TAHUN 1989 - 2007.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERAN KH. SYAMSUL ARIFIN ABDULLAH DALAM MENGEMBANGKAN PONDOK PESANTREN BUSTANUL ULUM MLOKOREJO PUGER JEMBER TAHUN 1989 - 2007."

Copied!
74
0
0

Teks penuh

(1)

“PERAN KH. SYAMSUL ARIFIN ABDULLAH DALAM MENGEMBANGKAN PONDOK PESANTREN BUSTANUL ULUM

MLOKOREJO PUGER JEMBER TAHUN 1989 - 2007”

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Dalam Program Strata Satu (S-1) Pada Jurusan Sejarah Dan Kebudayaan Islam (SKI)

Oleh:

Ahmad Khoirurrozi NIM: A82212130

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

ABSTRAK

Skripsi ini merupakan hasil penelitian lapangan yang berjudul “Peran KH.

Syamsul Arifin Abdullah Dalam Mengembangkan Pondok Pesantren Bustanul Ulum Mlokorejo Puger Jember Tahun 1989-2007”. Permasalahan yang akan dibahas yaitu, (1) bagaimana Sejarah Singkat KH. Syamsul Arifin Abdullah? (2) bagaimana Perkembangan Pondok Pesantren Bustanul Ulum Mlokorejo Puger Jember? (3) Usaha Apa yang Dilakukan KH. Syamsul Arifin Abdullah Dalam Mengembangkan Pondok Pesantren Bustanul Ulum Mlokorejo Puger Jember?

Untuk menjawab permasalahan di atas penulis menggunakan metode sejarah (historis), yaitu suatu langkah atau cara merekonstruksi masa lampau secara sistematis dan objektif dengan cara mengumpulkan, mengkritik, menafsirkan dan mensintresiskan data dalam rangka menegakkan fakta serta kesimpulan yang kuat. Penelitian ini menggunakan pendekatan historis (sejarah) dan bersifat kualitatif. Sedangkan teori yang digunakan adalah teori Continuity and Change teori yang dikembangkan oleh Zamakhsyari Dhofir.

(7)

ABSTRACT

This thesis is the result of field research, entitled "The Role of KH. Syamsul Arifin Abdullah In Developing Bustanul Ulum Islamic Boarding Mlokorejo Puger Jember on 1989-2007 ". The Issues will be discussed, namely, (1) What are brief history about KH. Syamsul Arifin Abdullah? (2) How does development of Bustanul Ulum Islamic Boarding Mlokorejo Puger Jember? (3) What did KH. Syamsul Arifin Abdullah do in developing Bustanul Ulum Islamic Boarding Mlokorejo Puger Jember?

To answer the problems above, the author uses historical method, which is a step or a way of reconstructing the past systematically and objectively by collecting, criticize, interpret and synthesize data in order to establish the facts and conclusions. This study takes a historical approach (history) and qualitative design. The author also uses Continuity and Change theory who developed by Zamakhsyari Lender.

(8)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... ... i

PERNYATAAN KEASLIAN ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBIMG ... iii

PENGESAHAN TIM PENGUJI ... iv

TABEL TRANSLITERASI ... v

HALAMAN MOTTO ... ... vi

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vii

ABSTRAK ... ... viii

KATA PENGANTAR ... ... x

DAFTAR ISI ... ... xiii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Kegunaan Penelitian ... 4

E. Pendekatan dan Kerangka Teori ... 5

F. Penelitian Terdahulu ... 5

(9)

H. Sistematika Pembahasan ... 12

BAB II SEJARAH SINGKAT KH.SYAMSUL ARIFIN ABDULLAH SEBAGAI PENGASUH PONDOK PESANTREN BUSTANUL ULUM MLOKOREJO PUGER JEMBER A. Latar Belakang Keluarga ... 14

B. Pendidikan ... 16

C. Kehidupan KH. Syamsul Arifin Abdullah ... 18

1. Mendidik Santri ... 19

D. Karier ... 19

BAB III PONDOK PESANTREN BUSTANUL ULUM MLOKOREJO PUGER JEMBER A. Sejarah Singkat Pondok Pesantren Bustanul Ulum Mlokorejo Puger Jember ... 22

1. Lokasi Pondok Pesantren Bustanul Ulum Mlokorejo ... 22

2. Identitas Pondok Pesantren Bustanul Ulum Mlokorejo ... 22

3. Latar Belakang Berdirinya Pondok Pesantren Bustanul Ulum Mlokorejo ... 23

B. Sistem Pendidikan di Pondok Pesantren Bustanul Ulum Mlokorejo ... 27

1. Lembaga Non-Formal ... 28

2. Lembaga formal ... 28

(10)

1. Progam Kegiatan Pondok Pesantren Bustanul Ulum

Mlokorejo ... 31

2. Kurikulum Pelajaran Pondok Pesantren Bustanul Ulum Mlokorejo ... 34

D. Perkembangan Pondok Pesantren Bustanul Ulum Mlokorejo ... 40

1. Bidang Pendidikan ... 41

2. Bidang Pembangunan ... 43

BAB IV USAHA YANG DILAKUKAN KH. SYAMSUL ARIFIN ABDULLAH DALAM MENGEMBANGKAN PONDOK PESANTREN BUSTANUL ULUM MLOKOREJO PUGER JEMBER A. Upaya KH. Syamsul Arifin Abdullah Dalam Mengembangkan Pondok Pesantren Bustanul Ulum Mlokorejo ... 46

B. Pandangan Santri Terhadap Kyai ... 48

C. Respon Masyarakat Terhadap Perkembangan Pondok Pesantren Bustanul Ulum Mlokorejo... 51

D. Pengaruh Pondok Pesantren Bustanul Ulum Mlokorejo Terhadap Masyarakat ... 54

1. Dalam Bidang Pendidikan dan Dakwah ... 55

2. Dalam Bidang Sosial ... 56

(11)

B. Saran ... 61

DAFTAR PUSTAKA ... 62

(12)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pesantren telah dikenal sebagai lembaga pendidikan Islam, yaitu lembaga yang digunakan sebagai untuk menyebarkan agama dan mempelajari agama Islam. Di Indonesia pesantren telah menjadi pusat pembelajaran dan dakwah. Di Indonesia pesantren mempunyai peran yang sangat penting karena merupakan sistem pembelajaran dan pendidikan tertua di Indonesia.1

Didalam sebuah pesantren memiliki sebuah metode pembelajaran tersendiri, metode inilah yang membuat pesantren sangat berbeda dengan lembaga formal yang ada, seperti SD, SMP dan SMA. Tetapi ada juaga pesantren modern yang didalamnya tedapat lembaga formalnya.

Metode yang biasa digunakan dalam pesantren salaf adalah Sorogan dan Weton. Sejak dulu, dua metode ini sudah dipakai dan sampai sekarang tetap dipertahankan. Karena merupakan metode yang khas dari sebuah pesantren. Weton, istilah Weton berasal dari bahasa jawa yang diartika berkala atau berwaktu. Pengajian Weton bukan pengajian yang rutin harian, tetapi dilaksanakan pada saat tertentu misalnya pada setiap hari jum’at dan sebagainya. Sebaliknya, Sorogan diberika kepada siapa saja yang ingin

1

(13)

2

mendapatkan penjelasan yang lebih detail tentang berbagai masalah yang dibahas dalam sebuah kitab.2

Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan yang cukup pesat, para tokoh pemikir Islam membuat kajian tentang pesantren. Dimana sebuah pesantren dapat dikatakan sebagai pesantren harus mempunyai tiga unsur yaitu:

1. Kiyai 2. Asrama 3. Santri

Dengan begitu sebuah pesantren akan terasa lengkap jika tiga unsur itu bisa terpenuhi. Itu semua mengacu pada semakin banyaknya santri yang datang dari berbagai daaerah. Sehingga kebutuhan akan tempat tinggal pun harus disediakan. Atas kebutuhan tersebut mau atau tidak pesantran harus bisa menyediakan tempat tinggal.

Seiring dengan perjalannya, pesantren harus mengikuti perkembangan zaman yang menuntut untuk didirikan sebuah lembaga yang formal seperti MI (Madrasah Ibtidaiyah), MTS (Madrasan Tsanawiyah), dan MA (Madrasan Aliyah). Lembaga formal ini harus ditambahkan dalam sebuah pesantren karena juga untuk menarik simpati masyarakat supaya putra putrinya dipondokkan sekaligus sekolah. Hal ini juga yang mendorong pondok pesantren Bustanul Ulum Mlokorejo ini mendirikan sebuah lembaga formal.

2

(14)

3

Pondok pesantren Bustanul Ulum Mlokorejo ini merupakan pondok pesantren yang berdiri pada tahun 1940 yang didirikan oleh KH. Abdullah Yaqien dan diberi nama pondok pesantren Bustanul Ulum Mlokorejo atas saran dari KH. Ali Wafa pengasuh pondok pesantren Al Wafa Tempurejo Jember, yaitu seorang guru dari KH. Abdullah Yaqien pengasuh pondok pesantren Bustanul Ulum Mlokorejo itu sendiri.

KH. Abdullah Yaqien merupakan pengasuh pertama pondok Pesantren Bustanul Ulum Mlokorejo. Dan saati ini diasuh oleh KH. Syamsul Arifin Abdullah yaitu putra dari KH. Abdullah Yaqien. Dalam kepemimpinan KH. Abdullah Yaqien mulai dari 1940 hingga pada tahun 1989 kemudian digantikan oleh putranya KH. Syamsul Arifin Abdullah dari tahu 1989 hingga sekarang ini.

Pada awal kepemimpinan KH. Syamsul Arifin Abdullah sistem pendidikan menggunakan sistem Salaf dari tahun 1989-2000. Namun pada tahun 2000-2007 sistem pendidikan berkembang dengan didirikannya sebuah lembaga formal atas saran dari para sesepuh, pengus, wali santri, dan masyarakat setempat hingga sekarang ini. Disini penulis akan fokus pasa peran KH. Syamsul Arifin Abdullah dalam mengembangkan pondok pesantren Bustanul Ulum Mlokorejo. Sehingga penulis merumuskan sebuah judul ‘’Peran KH. Syamsul Arifin Abdullah Dalam Mengembangkan Pondok

(15)

4

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Sejarah Singkat KH. Syamsul Arifin Abdullah?

2. Bagaimana Perkembangan Pondok Pesantren Bustanul Ulum Mlokorejo Puger jember?

3. Usaha Apa Yang Dilakukan KH. Syamsul Arifin Abdullah Dalam Mengembangkan Pondok Pesantren Bustanul Ulum Mlokorejo Puger Jember?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui sejarah singkat KH. Syamsul Arifin Abdullah.

2. Untuk mengetahui bagaimana perkembangan Pondok pesantren Bustanul Ulum Mlokorejo Puger Jember.

3. Untuk mengetahui bagaimana KH. Syamsul Arifin Abdullah dalam mengembangkan Pondok Pesantren Bustanul Ulum Mlokoreo Puger Jember.

D. Kegunaan Penelitian

1. Sebagai sumbangan akademisi penulis pada almamater yang telah mendidik dan memberikan ilmu yang tak terhingga manfaatnya. Hal itu didapat oleh penulis sejak duduk dibangku Madrasah Tsanawiyah hingga Madrasan Aliyah.

(16)

5

E. Pendekatan dan Kerangka Teori

Dalam skripsi ini penulis akan menggunakan pendekatan historis. Pendekatan ini bertujuan untuk mendeskripsikan apa saja yang terjadi di masa lampau.

Adapaun dalam teori yang dikembangkan oleh Zamakhsyari Dhofir yaitu teori Continuity and Change adalah kesinambungan dan perubahan.3 Dengan teori tersebut peneliti akan meneliti bagaimana perubahan dalam sebuah pondok pesantren. Selain itu penulis tidak menggunakan kerangka teori karena penulis akan manggunakan sejarah naratif. Yang dimaksud sejarah naratif adalah searah yang mendeskripsikan tentang masa lampau dengan merekonstruksikan apa yang terjadi, serta diuraikan sebagai cerita, dengan perkataan lain kejadian-kejadian penting diseleksi dan diatur menurut jalannya waktu sedemikian hingga tersusun sebagai cerita.4 Sejarah naratif ini dirasa lebih baik digunakan karena masih banyak nara sumber yang langsung berinteraksi dengan KH. Syamsul Arifin Abdullah.

F. Penelitian Terdahulu

Untuk menghindari adanya kesamaan dalam penelitian, maka penulis perlu menampilkan hasil penelitian sebelumnya. Sebelum penulis membahas

tentang ‘’Peran KH. Syamsul Arifin Abdullah Dalam Mengembangkan

Pondok Pesantren Bustanul Ulum Mlokorejo Puger Jember Tahun

3 Syamsul Arifin, ‘’Pesantren Sebagai Saluran Mobilitas Sosial’’ Suatu Pengantar Penelitian (Universitas Muhammadiyah Malang, 2010), 36.

4

(17)

6

2007’’ sebelumnya sudah ada yang membahas tentang pondok pesantren

Bustanul Ulum Mlokorejo atau pondok pesantren sekitar Jember, diantaranya:

1. Ihwan Muhdlor Mujib. ‘’Sejarah Kepemimpinan KH. Abdullah Yaqien

di Pondok Pesantren Bustanul Ulum Mlokorejo pada tahun 1970-1988’’. Skripsi ini fokus pada kepemimpinan KH. Abdullah Yaqien dalam memimpin Pondok Pesantren Bustanul Ulum Mlokorejo dari tahun 1970 sampai 1988.

2. Radliyah. ‘’Perkembangan Pendidikan di Pondok Pesantren Awaja

Umbulsari Jember’’. Dalam skripsi ini fokus pada perkembangan

modernisasi pada sebuah sistem pendidikan di pondok pesantren tersebut.

3. Mochammad Sholehudin. ‘’Perkembangan Pondok Pesantren Al Qodiri

di jember Tahun 1986-2006’’. Skripsi ini fokus pada bagaimana latarbelakang berkembangnya pondok pesantren Al-Qodiri dari tahun 1986 sampai 2006.

Dengan demikian judul yang diambil oleh penulis ini tentang ‘’Peran

(18)

7

G. Metode Penelitian

Metodologi merupakan salah satu faktor yang terpenting dan menentukan keberhasilan dalam sebuah penelitian. Dalam penulisan sejarah, sejarah memiliki metode tersendiri dalam mengungkapkan peristiwa masa lalu supaya dapat menghasilkan karya sejarah yang kritis dan objektif.5

Metode penelitian terdiri dari dua kata yaitu metode dan penelitian. Kata metode berasal dari bahasa yunani yaitu methodos yang berarti cara atau menuju suatu jalan. Sedangka pengertian penelitian adalah suatu proses pengumpulan dan analisis data yang dilakukan secara sistematis untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu. Dari penjelasan diatas kita dapat mengetahui bahwa metodologi adalah suatu cara atau Jalan untuk mencapai suatu tujuan tertentu dengan cara yang ilmiyah atau sistematis.

Secara lebih luas lagi bahwa metologi penelitian adalah cara-cara ilmiyah untuk mendapatkan data yang valid, dengan tujuan agar dapat ditemukan, dikembangkan dan dibuktikan dalam suatu pengetahuan tertentu sehingga pada nantinya dapat digunakan untuk memahami, memecahkan, dan mengantisipasi masalah. Menurut Nugroho Notosusanto metodesejarah mempunyai empat langkah kegiatan,yaitu heuristik, kritik sumber (verifikasi), interpretasi dan historiorafi.

5

(19)

8

1. Heuristik

Heuristik berasal dari bahasa yunani heuriskan yang artinya memperoleh.6 Heuristik merupakan tahapan mengumpulkan sebanyak-banyaknya sumber sejarah yang relevan dengan tulisan yang akan dikaji. Sumber sejarah bahan-bahan yang digunakan untuk mengumpulan data atau informasi yang nantinya digunakan sebagai instrumen dalam pengolahan data dan merekonstruksi sejarah.7

Sedangkan merurut Dra. Lilik Zulaicha, heuristik merupakan suatu proses yang dilakukan oleh peneliti untuk mengumpulkan sumber-sumber, data atau jejak sejarah. Sejarah tanpa sumber maka tidak bisa bicara. Maka sumber dalam penelitian sejarah merupakan hal yang paling utama yang akan menentukan bagaimana aktualitas masa lalu manusia bisa dipahami oleh orang lain.8 Pengumpulan data ini bisa dari sumber primer dan sumber sekunder. Sumber primer adalah kesaksian orang yang melihat dan merasakan langsung kejadian tersebut. Sedangkan sumber sekunder adalah kesaksian seseorang yang tidak melihat kejadian tersebut namun masih bisa merasakan akibat dari dari sebuah kejadian.

Sumber primer dan sumber skunder ini bisa berupa buku-buku, dokumen maupun rekaman. Dimana buku-buku dan dokumen tersebut adalah karya dari saksi mata yang dijadikan dalam sebuah tulisan.

6

G.J. Renier, Metode dan Manfaat Ilmu Sejarah (Jakarta: Pustaka Pelajar, 1997), 113. 7

Ibid., 116. 8

(20)

9

Pada taha pertama penulis akan mengumpulkan beberapa rekaman wawancara dengan beberapa nara sumber yang langsung melihat dengan mata kepala sendiri amal dan perilaku KH. Syamsul Arifin Abdullah. Disini penulis bisa menyebutkan beberapa nara sumber yang bisa diwawancarai yaitu:

a. KH. Syamsul Arifin Abdullah (selaku pengasuh kedua, putra dari KH. Abdullah Yaqien).

b. Abdullah Hanani (putra dari KH. Syamsul Arifin Abdullah).

c. Ust. Hasan Baishuni (sesepuh pondok pesantren Bustanul Ulum Mlokorejo).

d. Ust. Ishaq (ketua pondok pesantren Bustanul Ulum Mlokorejo). e. Santri-santri senior.

f. Dan beberapa masyarakat disekitar pondok pesantren Bustanul Ulum Mlokorejo.

Untuk sumber sekunder, penulis akan mengambil dari buku-buku yang berkaitan dengan judul tersebut dan juga artikel-artikel yang bisa diambil dari internet.

(21)

10

2. Kritik Sumber

Pada tahap kedua dari metode penelitian adalah kritik sumber. Hal ini untuk menggolongkan sumber sesuai dengan kriteria masing-masing. Selanjutnya dilakukan penilaian, pengujian dan menyelesaikan sumber-sumber untuk mendapatkan sumber yang benar-benar autentik (keaslian sumber). Hal ini patut dilakukan agar terhindar dari sumber palsu. Kritik sumber ini pun terdiri dari kritik intern dan eksteren.

a. Kritik Intern

Kritk intern adalah kritik sumber yang digunakan untuk meneliti keaslian isi dokumen, rekaman atau tulisan tersebut. Kritik intern ini lebih menekankan pada isi sebuah dokumen sejarah. Caranya adalah dengan membandingkan dokumen satu dengan dokumen yang lainnya.

(22)

11

b. Kritik ekstern

Kritik ekstern adalah penentuan asli tidaknya suatu sumber atau dokumen. Idealnya seseorang menemukan sumber yang asli, bukab rangkapnya apalagi foto copynya. Apalagi jaman sekarang kadang-kadang sulit untuk membedakan asli atau bukan. Oleh karena itu, peneliti akan meneliti dengan kredibilitas tentang fungsi silsilah para tokoh yang akan diwawancari dan peneliti juga akan mengkaji dengan cermat atas dokumen-dokumen yang didapat. Hal ini dilakukan supaya mendapatkan sumber yang autentik.

3. Interpretasi

Interpretasi adalah upaya sejarawan untuk melihat kembali tentang sumber-sumber yang didapatkan apakah sumber-sumber yang didapatkan dan yang telah diuji autentiknya terdapat saling hubungan satu dengan yang lainnya. Dengan demikian sejarawan memberikan tafsiran terhadap sumber yang telah didapatkan.9

Penulis akan mengiterpretasikan atau menafsirkan sumber-sumber yang telah didapat dengan membandingkan sumber-sumber satu dengan sumber yang lain. Baik sumber itu berupa wawancara maupun nerupa dokumen-dokumen dan beberapa buku. Dan langkah ini merupakan tahapan yang ketiga.

9

(23)

12

4. Histooriografi

Historiografi adalah penulisan hasil penelitian. Historiografi adalah rekonstruksi yang imajinatif dari masa lampau bedasarkan data yang diperoleh dengan menempuh proses.10 Sedangkan menurut Dra. Lilik Zulaicha, historiografi adalah menyusun atau merekontruksi fakta-fakta yang tersusun yang didapatkan penafsiran sejarawan terhadap sumber-sumber sejarah dalam bentuk tulisan.11

Dalam tahapan terakhir ini penulis akan memaparkan hasil penelitian yang sudah dilakukan secara sistematis atau berurutan.

H. Sistematika Pembahasan

Pembahasan skripsi ini terbagi atas beberapa bab dan setiap bab terbagi menjadi beberapa sub-bab. Pembagian ini berdasarkan atas pertimbangan adanya masalah-masalah yang perlu diklasifikasikan kedalam bagian-bagian yang berbeda. Untuk lebih jelasnya penulis akan menguraikan secara singkat garis-garis besar dan sistem pembahasan sebagai berikut:

BAB I Dalam pendahuluan ini berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, pendekatan dan kerangka teoritis, penelitian terdahulu, metode penelitian dan sistematika pembahasan.

10

Louis Gottschalk, Mengerti Sejarah (terjemahan: 1986), 32. 11

(24)

13

BAB II Pada bab ini penulis akan membahas tentang sejarah singkat KH. Syamsul Arifin Abdullah sejak dilahirkan dan pendidikannya hingga beliau menjadi pengasuh pondok pesantren Bustanul Ulum Mlokorejo Puger Jember.

BAB III Penulis akan memaparkan tentang sejarah singkat bedirinya pondok pesantren Bustanul Ulum Mlokorejo Puger Jember, perkembangan dan visi misi pondok pesantren Bustanul Ulum Mlokorejo Puger Jember. Hal ini supaya pembaca mengetahui bagaimana sejarah dan perkembangan hingga visi misi pondok pesantren Bustanul Ulum Mlokorejo Puger Jember.

BAB IV Pembatas masalah yang sudah dilakukan oleh penulis akan diteruskan dalam bab ini. Sehingga penulis menyajikan bagaimana usaha KH. Syamsul Arifin Abdullah dalam mengembangkan pondok pesantren Bustanul Ulum Mlokorejo Puger Jember dan respon masyarakat terhadap pondok Pesantren Bustanul Ulum Mlokorejo Puger Jember.

(25)

14

BAB II

SEJARAH SINGKAT KH. SYAMSUL ARIFIN ABDULLAH SEBAGAI

PENGASUH PONDOK PESANTREN BUSTANUL ULUM PUGER

JEMBER

A. Latar Belakang Keluarga

Dengan genealogi seseorang bisa mengetahui silsilah kekerabatan, suatu jaringan hubungan antara seseorang dengan orang lain yang masih memiliki hubungan darah, atau hubungan yang tercipta karena warisan gen melalui aktifitas reproduksinya.1 Maka dari itu untuk mengetahui lebih jauh tentang sosok KH. Syamsul Arifin Abdullah harus diketahui genealoginya.

KH. Syamsul Arifin Abdullah lahir dan dibesarkan dikeluarga yang sederhana yang dikenal fanatik Islam. Dari kecil beliau sudah di didik di lingkungan yang agamis dari kedua orang tuanya. Semangat belajarnya tergolong tinggi terutama ilmu-ilmu agama, sebab sejak beliau masih kanak-kanak termasuk orang yang cinta ilmu pengetahuan, semangat belajarnya tak pernah padam sebagaimana ulama-ulama besar Nusantara.

KH. Syamsul Arifin Abdullah yang kerap dipanggil Ra Syamsul bagi masyarakat (Ra, adalah sebutan dari putra seorang Kyai atau bisa disebut juga dengan Gus) beliau adalah pengasuh kedua Pondok Pesantren Bustanul Ulum Mlokorejo Puger jember, beliau lahir di Mlokorejo pada tanggal 2 Februari

(26)

15

1962, beliau lahir dari pasangan suami istri yaitu KH. Abdullah Yaqien dengan Ny. Hj Hamidah Irsyad Hasyim.2

Yang mana KH. Abdullah Yaqien adalah seorang pejuang dan juga bapak pendidikan yang mempunyai semangat tinggi untuk mendirikan sekaligus memajukan Pondok Pesantren Bustanul Ulum Mlokorejo pada saat itu.3 dan Ny. Hj Hamidah Irsyad Hasyim merupakan sosok Uswatun Hasanah yang patut kita teladani. Yang mana beliau adalah salah satu seorang Nyai yang memiliki banyak keafdhalan diantaranya sifat Muti’ah, Halimah dan Qana’ah yaitu sifat yang sulit untuk kita miliki, sifat yang juga jarang untuk

kita aktualisasikan di kehidupan kita.4

KH. Syamsul Arifin Abdullah, nama awal beliau adalah Abu Sairi karena beliau lahir ketika ayahnya bepergian ke Jakarta menghadiri suatu undangan, maka oleh kakeknya diberi nama Abu Sairi yang artinya Abu adalah bapak dan Sairi adalah bepergian (bapak bepergian). Dan ketika ayah beliau yaitu KH. Abdullah Yaqien datang dari Jakarta ada seorang yang sowan dan matur kepada beliau bawasannya seorang tersebut bermimpi didatangi oleh orang sholeh untuk memberi nama kepada putra KH. Abdullah Yaqien dengan nama Syamsul Arifin Abdullah. Maka dirubahlah nama Abu Sairi menjadi Syamsul Arifin Abdullah.

2

KH. Syamsul Arifin Abdullah, Wawancara, Jember, 06 Mei 2016. 3

Abdullah Hakam Syah, KH. Abdullah Yaqien Dalam Kenangan, (Jember: PP. Bustanul Ulum Mlokorejo, 1997), 4.

4

(27)

16

KH. Syamsul Arifin Abdullah memiliki beberapa saudara yang keseluruhan nama depannya berhuruf Ain ( ع) diantaranya Abdul Aziz, Abdul Muqid, Ny. Azizah, Ny. Asimah, Ny. Aisah, KH. Abdul Hamid Abdullah, KH. Abdul Halim Abdullah.

Dan juga KH. Syamsul Arifin Abdullah mempunyai seorang istri yang bernama Ny. Hj. Karimah Abdullah yaitu putra dari KH. Abdullah Schal Bangkalan Madura dan dikaruniai 6 putra diantaranya adalah:

1. Pertama Abdullah Hanani. 2. Kedua Sultonah.

3. Ketiga Abdul Mughiz. 4. Keempat Muhammad. 5. Kelima Romlah Hamidah 6. Terakhir Atiah Mutmainnah.5

B. Pendidikan

Dalam pendidikan, KH. Syamsul Arifin Abdullah kini tinggal penyesalan, karena beliau hanya menggeluti dalam bidang Tafakkuh Fiddin baik dalam negeri maupun diluar negeri. Beliau mengenyam pendidikan formal tidak sampai selesai, beliau hanya di SD, SMP dan beliau berhenti ketika dikelas 2 Madrasah Aliyah. Begitu juga beliau dalam mengenyam di sebuah pondok pesantren beliau tidak tumakninah menuntut ilmu dikarenakan tekanan pesikologi beliau sering sakit. Beliau pernah mondok di pondok

5

(28)

17

pesantren Darul Ulum Palengaan Banyuanyar Pamekasan Madura, setelah selesai mendalami ilmu di pondok pesantren Darul Ulum Palengaan Banyuanyar Pamekasan Madura selama kurang lebih 10 tahun beliau masih merasa kurang untuk mendalami ilmu agama. Dan akhirnya beliau terus melangkahkan kakinya setelah dari pondok pesantren Darul Ulum Palengaan Banyuanyar Pamekasan Madura. Dan kemudian bersinggah di pondok pesantren Syaikhona Kholil Demangan Bangkalan Madura untuk melanjutkan mendalami ilmu agama.6

Semangat belajar yang tidak pernah padam membuat beliau terus bersemangat untuk memperdalam ilmu agama, sebagaimana ulama-ulama besar Nusantara yang tak pernah puas akan mempelajari ilmu agama tanpa belajar dari tempat-tempat sumber agama Islam yakni Makkah Al Mukarromah.

Dengan semangat yang tinggi kemudian beliau melanjutkan menuntut ilmu diluar negeri dan telah tuntas menyelesaikan jenjang pendidikan di Uum Qura Mekkah dengan bimbingan halaqah mudarris Masjidil Haram dibawah

asuhan Ulama’ terkemuka pada waktu itu diantaranya seperti :

1. Sayyid Muhammad bin Alawi. 2. Syekh Ismail Zain Al-yamani. 3. Syekh Abdullah Dardum.

(29)

18

4. Masyaikh madrasah Shalutiyah.7

C. Kehidupan KH. Syamsul Arifin Abdullah

KH. Syamsul Arifin Abdullah sedari kecil dididik oleh ayahnya yaitu KH. Abdullah Yaqien yangmana ayah beliau KH. Abdullah Yaqien adalah seorang pejuang dan juga bapak pendidikan yang mempunyai semangat tinggi untuk mendirikan sekaligus memajukan Pondok Pesantren, dan kakek beliau yaitu KH. Irsyad Hasyim merupakan salah seorang santri Syaikhona Moch. Kholil Bangkalan.

Sedari kecil KH. Syamsul Arifin Abdullah dididik dan dibesarkan dalam semangat memelihara derajat penguasaan ilmu-ilmu keagamaan tradisional. Apalagi KH. Abdullah Yaqien yaitu ayah beliau merupakan seorang alim besar pada zamannya, banyak sekali kitab-kitab tafsir Al quran yang ditelaahnya dan demikian pula dalam mengambil suatu hukium tidak lepas dari pandangan dan ahli hukum Islam.8

KH. Syamsul Arifin Abdullah adalah pemimpin pondok pesantren Bustanul Ulum Mlokorejo Puger Jember pada tahun 1988. pondok pesantren Bustanul Ulum Mlokorejo Puger Jember ini didirikan oleh ayahnya yaitu KH. Abdullah Yaqien pada tahun 1940. Dan KH. Syamsul Arifi Abdullah ini mendapatkan amanah untuk melestarikan dan mengembangkan pondok pesantren Bustanul Ulum Mlokorejo Puger Jember oleh ayah beliau yang bermanfaat dan kiprahnya dalam masyarakat cukup bagus ditandai dengan

7 Ibid. 8

(30)

19

bukti dari para alumnus pondok pesantren Bustanul Ulum Mlokorejo Puger Jember yang berkiprah dalam masyarakat terpandang baik oleh masyarakat. 9

1. Mendidik Santri

Meneladani jejak sang guru, KH. Syamsul Arifin Abdullah selalu berupaya berhubungan dekat dengan santri-santrinya. Bahkan dalam mendidik para santri beliau menerapkan pola Shuhbah (berteman dengan para santri). Tak mengherankan para santripun merasa sangat dekat dan disayang oleh beliau.

Dimata santri, sosok KH. Syamsul Arifin Abdullah seperti yang

digambarkan Ibnu Abbas RA, ‘’sikap seorang alim kepada muridnya

adalah laksana ayah yang berbelas kasih kepada anaknya sendiri’’.

Selain akrab dengan para santri, beliau juga sangat akrab dengan penduduk sekitar dan masyarakat pedesaan didaerah Puger Jember. Beliau tak pernah sekalipun membeda-bedakan tamu yang mengunjungi pesantrennya. Beliau juga tak jarang berkunjung atau menghadiri undangan masyarakat desa, meskipun hanya sebuah undangan sederhana misalnya makan bersama ataupun aqiqah kecil-kecilan. 10

D. Karier

Setelah mendalami ilmu di beberapa pesantren di dalam maupun di luar negeri, kebanyakan para kyai memulai aktivitas dakwahnya dengan

9

KH. Syamsul Arifin Abdullah, Wawancara, Jember, 06 Mei 2016. 10

(31)

20

mendirikan sebuah pondok pesantren. Akantetapi berbeda dengan tradisi tersebut, KH. Syamsul Arifin Abdullah diamanahi oleh ayahnya KH. Abdullah Yaqien untuk memimpin pondok pesantren Bustanul Ulum Mlokorejo Puger Jember.

Pada tahun 1988 KH. Syamsul Arifin Abdullah mulai memimpin pondok pesantren Bustanul Ulum Mlokorejo menggantikan ayahnya KH. Abdullah Yaqien. Dan pada awal kepemimpinannya beliau ada perubahan dalam lembaga pembelajarannya, tepatnya apda tahun 1989 lembaga pendidikan formal yang ada di lingkungan pondok pesantren Bustanul Ulum Mlokorejo di non-aktifkan. Hal ini dikarenakan sistem pendidikan lembaga formal pada saat itu kurang maksimal, karena kurangnya tersedianya sumber daya manusia yang memadai. Maka, KH. Syamsul Arifin Abdullah memutuskan untuk mengembanlikan sistem pendidikan pondok pesantren Bustanul Ulum Mlokorejo pada sistem salafiyah, dengan harapan para santri agar menjadi generasi yang Tafaqquh Fiddin yaitu generasi yang menjalani kehidupan sesuai dengan syariat Islam.11

Seiring dengan perkembangan zaman dan pembelajaran non-formal saja tidak cukup. Maka KH. Syamsul Arifin Abdullah banyak menerima masukan dari kalangan masyarakat, sesepuh dan para wali santri mengharapkan agar dilingkunagan pondok pesantren Bustanul Ulum Mlokorejo didirikan kembali lembaga pendidikan formalnya.

11

(32)

21

Setelah melaui proses dengan para sesepuh, wali santri dan juga masyarakat setempat yang sangat panjang dan akhirnya tepatnya pada tahun 2000 SMP Plus Bustanul Ulum didirikan. Melihat perkembangannya minat santri dan masyarakat setempat yang semakin tinggi terhadap pendidikan ilmu formal, maka tiga tahun kemudian didirikanlah SMA Plus Bustanul Ulum tepatnya pada tahun 2004. Dan tiga tahun kemudiannya lagi tepatnya pada awal tahun 2007 pondok pesantren Bustanul Ulum Mlokorejo Puger Jember bekerja sama dengan Univesitas Islam Jember (UIJ) untuk membuka kelas filial di lingkungan pondok pesantren Bustanul Ulum Mlokorejo Puger Jember.

Seperti dawuh dari KH. Syamsul Arifin Abdullah bawasannya pondok pesantren Bustanul Ulum Mlokorejo Puger Jember ini akan terus dikembangkan dari segi pembangunan maupun yang lainnya sampai hari kiamat nannti.12

(33)

22

BAB III

PONDOK PESANTREN BUSTANUL ULUM MLOKOREJO PUGER

JEMBER

A. Sejarah Singkat Pondok Pesantren Bustanul Ulum Mlokorejo

1. Lokasi Pondok Pesantren Bustanul Ulum Mlokorejo

Pondok Pesantren Bustanul Ulum Mlokorejo Puger Jember bertempat di Jl. K.H. Abdullah Yaqien no 1-5 Desa Mlokorejo, Kecamatan Puger, Kabupaten Jember Propinsi Jawa Timur. Secara legal lembaga ini resmi didirikan oleh K.H. Abdullah Yaqien (Alm) pada tahun 1943 yang pada awalnya dirintis oleh K.H. Harun (Alm) dan diteruskan oleh K.H. Irsyad Hasyim (Alm).

2. Identitas Pondok Pesantren Bustanul Ulum Mlokorejo

Nama Pondok Pesantren adalah Pondok Pesantren Bustanul Ulum Mlokorejo, yang mempunyai yayasan yang bernama Yayasan Wakaf Sosial Pendidikan Islam (YWSPI). Pendiri Pondok Pesantren ini adlah K.H. Abdullah Yaqien yang didirikan pada tahun 1943.

(34)

23

www.mlokorejo.blogspot.com. Nomer Statistik Pondok Pesantren 512350903002.

Kategori Pondok Pesantren Bustanul Ulum adalah Salafiyah (Salaf) dan A’miyah (Umum), dan status Pondok Pesantren adalah Pusat.

Status yang ditempati Pondok Pesantren adalah tanah Wakaf yang memiliki luas sekitar 18.719 m2.

3. Latar belakang berdirinya Pondok Pesantren Bustanul Ulum

Pesantren adalah pe-santrian-an yang berarti tempat santri. Santri atau murid yang mendapat pelajaran dari kyai dan para guru/ ustadz/ ustadzah.1 Pelajaran mencakup berbagai bidang tentang pengetahuan Islam. Sedangkan menurut Nurcholis Madjid asal usul kata santri dapat dilihat dari dua pendapat.

Pertama, pendapat yang mengatakan bahwa santri berasal dari perkataan sastri, sebuah kata dari bahasa sanskerta yang artinya melek huruf. Pendapat ini berdasarkan bahwa kaum santri adalah kelas literary yang mendalami agama melalui kitab-kitab kuning bertuliskan dan berbahasa arab.

1

(35)

24

Kedua, pendapat yang mengatakan bahwa santri sesungguhnya berasal dari bahasa jawa, dari kata cantrik, yang berarti seseorang yang selalu mengikuti seorang guru kemanapun guru ini pergi menetap.2

Di Indonesia istilah pesantren lebih populer dengan sebutan pondok pesantren. Istilah pondok berasal dari bahasa arab yaitu funduk, yang berarti hotel, tempat tinggal atau tempat bermalam.3

Bedasarkan kegunaan sejarah yang terdiri dari intrinsik (yaiti sejarah sebagai ilmu, cara mengetahui masa lampau, peryataan pendapat dan profesi) dan ekstrinsik (yaitu sejarah sebagai pendidikan, latar belakang, rujukan dan bukti), secara ekstrinsik sejarah merupakan latar belakang. Sejarah digunakan untuk mengetahui latar belakang yaitu sejarah berdirinya Pondok Pesantren Bustanul Ulum Mlokorejo.

Pondok Pesantre Bustanu Ulum Mlokorejo didirikan oleh KH. Abdullah Yaqien. Pada pertengahan abad ke-18 didesa Mlokorejo berdiri sebuah tempat yang dijadikan sebagai pusat pembelajaran Alquran dan kajian ilmu agama Islam lainnya, tempat tersebut didirikan oleh seorang penyiar agama Islam yang bernama KH. Harun bersama istrinya Ny. H. Khodijah salah seoarang pedagang dari madura, KH. Harun mempunya tiga orang putra dan satu putri, putri KH. Harun bernama Habibah yang dikenal dengan sebutan Ny. Hj. Maimunah dan di kemudian hari

2

Yasmadi, Modernisasi Pesantren: Kritikan Nurcholis Madjid Terhadap Pendidikan Islam Tradisional (Jakarta: Ciputat Press, 2002), 61.

3

(36)

25

dinikahkan dengan pemuda yang bernama Hasyim atau K.H. Irsyad Hasyimsalah satu dari santri Syaikhona Moch. Kholil Bangkalan. Dengan bekal ilmu pengetahuan, kepandaian dan keistiqomahannya K.H. Irsyad Hasyim terus berupaya mengembangkan tempat pengajian tersebut hingga menjadi sebuah pesantren. Pasangan K.H. Irsyad Hasyim dan Ny. Hj. Maimunah ini mempunyai tujuh orang putra diantaranya yaitu Ny. Hj. Hamidah Hasyim, Moch. Kholil beliau wafat muda, K.H. Hasan Basri Hasyim, K.H. Khotib Hasyim, Ny. Hj Khoiriyah Hasyim, K.H. Abdul Karim Hasyim, dan Ny. Hj. Juwariyah Hasyim. Dan salah satu putri dari K.H. Irsyad Hasyim yang bernama Ny. Hj. Hamidah Hasyim menikah dengan K.H. Abdullah Yaqien, beliau alumni Pondok Pesantren Darul Ulum Banyuanyar Madura dan Pondok Pesantren Al-Wafa Tempurejo Jember. Setah Ny. Hj. Hamidah Hasyim menikah, maka kepemimpinan pesantren diserahkan kepadan K.H. Abdullah Yaqien.4

Seiring berjalannya waktu dan berkembangnya jumlah santri dan juga banyak para santri yang menetap tersebut, maka pada tahun 1940 pesantren tersebu diberi nama Pondok Pesantren Bustanul Ulum atas saran dari guru K.H. Abdullah Yaqien yaitu K.H. Ali Wafa pengasuh Pondok Pesantren Al-Wafa Temputejo Jember. Diberi nama Pondok Pesantren Bustanul Ulum yang bertujuan dalam rangka turut

4

(37)

26

berpartisipasi mencerdaskan anak bangsa dan adanya anggapan bahwa seorang santri juga harus memahami berbagai ilmu.5

a. Fungsi Pondok Pesantren

Fungsi pondok pesantren dibagi menjadi 3 bagian yaitu, sebagai lembaga pendidikan, sebagai lembaga sosial dan sebagai penyiar agama Islam.6

b. Tujuan Pondok Pesantren

Tujuan terbentuknya pondok pesantren dibagi menjadi 2 bagian yaitu, tujuan pertama, membimbing anak didik untuk menjadi manusia yang berkepribadian Islam yang dengan ilmu agamanya ia sanggup menjadi mubalig Islam dalam masyarakat sekitar melaui ilmu dan amalnya. Tujuan kedua, mempersiapkan para santri untuk menjadi orang alim dalam ilmu agama yang diajarkan oleh kyai yang bersangkutan serta mengamalkannya dalam masyarakat.7

c. Visi Dan Misi Pondok Pesantren Bustanul Ulum Mlokorejo

Adapun yang menadi Visi Pondok Pesantren Bustanul Ulum adalah ‘’Menjadi Pondok Pesantren yang berfungsi sebagai pusat

keilmuwan dalam mempersiapkan dan mengembangkan sumberdaya manusia yang Khaira Ummah’’.

5 Ibid. 6

Mastuhu, Dinamika Sistem Pendidikan Pesantren (Jakarta: INIS, 1994), 59. 7

(38)

27

Dan yang menjadi Misi dari Pondok Pesantren Bustanu Ulum adalah ‘’Menyelenggarakan pendidikan yang berorientasi pada mutu,

baik secara keilmuwan maupun secara moral sehingga dapat mencetak sumber daya manusia yang Tafaqquh Fiddin dan berlandaskan Iman dan Taqwa’’.

Pondok Pesantren Bustanul Ulum Mlokorejo saat ini merupakan Pondok Pesantren yang berkembang pesat, dan sekarang juga bisa disebut sebagai Pondok Pesantren Modern atau Pondok Pesantren pembangunan seperti Pondok-Pondok Pesantren pada umumnya yang didalamnya selain terdapat pendidikan non formal juga terdapat pendidikan formal.8

B. Sistem Pendidikan di Pondok Pesantren Bustanul Ulum Mlokorejo

Pada awal sistem pendidikan yang diterapkan di pondok pesantren Bustanul Ulum Mlokorejo menggunakan paradigma lama yaitu Sorogan yang berupa halaqah di musholla yang sesuai dengan tren mode education saat itu. Seiring berputarnya perkembangan zaman yang menuntut agar setiap insan memiliki dua aspek ilmu yaitu ilmu duniawi yang memberikan gambaran kesuksesan hidup dan ilmu ukhrawi yang memberikan lapanagan operasi yang efeknya mencakup pada kehidupan setelah kematian. Maka, pondok pesantren Bustanul Ulum Mlokorejo menggelar pendidikan formal dan non-formal yang terdiri sebagai berikut:

8

(39)

28

1. Lembaga Non-Formal

 TPQ Bustanu Ulum (khusus anak dari luar pesantren).

 Madrasatul Qur’an Al-Lailiyah.

 Madrasah Ibtidaiyah (Ula).  Madrasah Tsanawiyah (Wustho).  Madrasah Aliyah (Ulya).

 Tahassus Pesantren.  Halaqah Kitab Kuning.

2. Lembaga Formal  R.A Al-Musthafa.

 MI Bustanul Ulum (Terakreditasi B).

 SMP Plus Bustanul Ulum (Terakreditasi A).  SMA Plus Bustanul Ulum (Terakreditasi A).

 Universitas Islam Jember fiflial Mlokorejo dengan dua jurusan yaitu

bahasa ingris dan matematika.

C. Tradisi Pondok Pesantren Bustanul Ulum Mlokorejo

(40)

29

tatatertib pondok pesantren,menghormati guru atau ustadz dan ustazah, dan mengikuti pembelajaran-pembelajaran mengenai kitab-kitab Islam klasik, dan lain sebagainya.9

Sebelum tahun 60-an, pusat-pusat pendidikan pesantren di Jawa dan Madura lebih dikenal dengan nama pondok. Istilah pondok berasal dari pengertian asrama, asrama santri yang disebut juga dengan pondok atau suatu tempat tinggal bermalam. Dari kata lain pondok berasal dari bahasa arab yaitu Funduk yang mempunyai arti hotel atau asrama. Perkataan pesantren berasal dari kata santri, yang dengan kata awalan pe didepan dan akhiran dengan kata an berarti tempat tinggal para santri. Santri berasal dari kata tamil, yang

berarti guru ngaji, istilah tersebut berasal dari istilah shastri yang dalam bahasa India berarti orang tahu buku-buku suci agama.10

Sebelum kita memahami hakikat dari pesantren, terlebih dahulu kita memahami tradisi pendidikan Islam tradisional di Jawa dan Madura. Seorang Islam biyasanya diajarkan mengucapkan dua kalimat syahadat, artinya mempunyai dasar keyakinan Islam bawasannya tiada tuhan selain Allah dan Nabi Muhammad Utusan Allah. Islam menghendaki loyalitas para pemeluknya lebih dari mengucapkan dua kalimat syahadat, sebab selain itu mereka diharuskan melakukan sholat lima waktu, berpuasa di bulan ramadhan, dan membayar zakat dan berhaji bagi mereka yang mampu. Didalam praktek loyalitas kepada Islam itu dinyatakan dalam bentuk tingkah

9

Zamakhsyari Dhofier,Tradisi Pesantren Studi Tentang Pandangan Hidup Kyai (Jakarta: Matahari Bhakti, 1982), 16.

10

(41)

30

laku yang benar dan penerimaan norma-norma dan pola hidup secara Islam, dan loyalitas kepada masyarakat Islam. Di Jawa dan Madura secara umum, tingkah laku yang benar secara Islam tersebut dinyatakan dalam contoh-contoh seperti yang dilakukan para Kyai yang melalui lembaga pesantren dan amalan-amalan beragama yang lain, seperti khutbah jum’at, mengajarkan kepada anggota-anggota masyarakat tingkah laku yang ideal, pola pikir dan perasaan yang ideal, simbol-simbol dan amalan-amalan Islam. Terutama di pedesaan, ketaatan kepada norma-norma tingkah laku Islam merupakan refleksi daripada kecenderungan mereka untuk patuh kepada tradisi keislaman dari pada kyai.11

Tradisi pendidikan pesantren adalah latian untuk dapat berdiri sendiri dan membina diri supaya tidak menggantungkan sesuatu kepada orang lain kecuali kepada tuhan. Para Kyai selalu menaruh perhatian dan mengambangkan watak pendidikan individual santri sesuai dengan kemampuan dan keterbatasan dirinya. Murid-murid juga diperhatikan tingkah laku moralnya secara teliti, mereka dicetak untuk menjadi makhluk terhormat dan berguna kelak dimasyarakat.

Dalam tradisi pesantren dikenal pula dengan sistem pemberian ijazah, tetapi bentuknya bukan seperti yang kita kenal dalam sistem modern, ijazah model pesantren berbentuk pencantuman nama dalam suatu daftar rantai transmisi pengetahuan yang dikeluarkan oleh gurunya kepada muridnya yang telah menyelesaikan pembelajarannya dengan baik tentang suatu buku

11

(42)

31

tertentu sehingga murit tersebut dianggap menguasai dan mengajarkannya kepada orang lain.

1. Progam Kegiatan Pondok Pesantren Bustanul Ulum Mlokorejo

Kegiatan pondok pesantren Bustanul Ulum Mlokorejo mempunyai kesamaan dan juga perbedaan dengan pesantren-pesantren lainnya, kesamaannya seperti dalam sistem kegiatan pendidikannya masih menggunakan metode pembelajaran klasik, yaitu metode pembelajaran Weton dan Sorogan.

Weton adalah metode kuliah, dimana para santri mengikuti

pelajaran dengan duduk didepan kyai yang menerangkan pelajaran dan santri menyimak dan mencatat apa yang diterangkan oleh kyai. Istilah Weton ini berasal dari kata wektu yang berarti waktu, sebab pangajian

tersebut dilaksanakan pada waktu-waktu tertentu, yaitu ba’da sholat subuh berjamaah atau ba’da sholat magrib berjamaah. Tidak semua

pondok pesantren menamai pengajian tersebut dengan Wetonan, ada yang menamai dengan istilah halaqah, dan ada juga yang menamainya dengan balaghah.

(43)

32

kepada kyai. Dalam dunia modern seperti saat ini metode sorogan dapat disamakan denga istilah tutorship atau mentorship.12

Dalam pondok pesantren Bustanul Ulum Mlokorejo pengajian kitab kuning sangat diwajibkan, sebab kitab kuning yang diajarkan oleh kyai adalah kitab yang nantinya akan menjadi bekal pada santrinya ketika sudah hidup bermasyarakat. KH. Syamsul Arifin Abdullah ketika mengajar sangat disenangi oleh para santrinya sebab apa yang dijelaskan oleh kyai sangat mudah untuk difahami. Pengajian kitab kuning menjadi kegiatan rutin setiap harinya di pondok pesantren Bustanul Ulum Mlokorejo mulai sehabis sholat subuh sampai malam hari, dan apabila kyai mendapatkan undangan pada waktu mengajar maka kyai menghadiri undangan tersebut, akan tetapi kyai tidak pernah sedikitpun meninggalkan kewajibannya sebagai pengajar dalam pondok pesantren, yaitu dengan meng-qodho’ (menggantinya) pengajaran yang ditinggalkannya usai menghadiri sebuah undangan di lain waktu. Begitu istiqomahnya beliau dalam mengajarkan ilmu agama terhadap para santrinya, terbukti dari keistiqomahan beliau itulah santri-santri yang didiknya tersebut sudah banyak yang menjadi seseorang yang berguna bagi masyarakat ketika sudah berkeluarga atau bermasyarakat, dan bahkan ada pula yang sampai mengikutu jejak beliau, yaitu mendirikan sebuah pondok pesantren.13

12

Marwan Saridjo, Sejarah Pondok Pesantren di Indonesia (Jakarta: Dharma Bhakti, 1979), 27. 13

(44)

33

Sedangkan perbedannya adalah seperti halnya Exam dan Musabaqoh. Exam sendiri diambil dari bahasa Ingris yaitu Examination yang berarti ujian, sedangkan di pondok pesantren Bustanul Ulum Mlokorejo Exam itu adalah ujian lisan yang mana para usdadz dan ustadzah menanyakan pertanyaan kepada muridnya satu persatu sesuai pelajarannya yang di Examkan. Biasanya Exam dilaksanakan pada akhir tahun setelah ujian semester genap, mata pelajaran yang di Exam adalah mata pelajaran pokok saja seperti fiqh, tauhid, nahwu dan sorrof yang telah santri pelajari dihari-hari sebelumnya, yaitu dalam satu minggu selain hari jum’at yakni pada waktu selesai sekolah umum, santri kembali

masuk sekolah diniyah pada jam 02:00-05:00 dan pada malam harinya santri mengikuti pengajian kitab kuning yaitu sorrof (Al-kailani) dan nahwu (Al-jurumiyah).14

Sedangkan musabaqoh adalah menghafalkan nadham-nadham tertentu, tiap tingkatan kelas nadham yang dihafalkan berbeda-beda, dan penghafalan nadham ini sangat menentukan santri untuk tidak atau naiknya kelas. Karena apabila tidak menghafalkan nadham, maka santri tidak akan naik kelas karena menghafalkan nadham tersebut merupakan syarat untuk naik kelas.

Adapun kegiatan lain di pondok pesantren Bustanul Ulum Mlokorejo selain kegiatan tang sudah dijelaskan diatas seperti sekolah diniyyah dan juga pengajian kitab kuning. Adapula kegiatan rutin yang

14

(45)

34

dilakukan oleh para santri pondok pesantren Bustanul Ulum Mlokorejo, seperti:

Pembacaan Al-quran surat Al-kahfi setiap hari jum’at setelah berjamaah sholat subuh yang dipimpin langsung oleh KH. Syamsul Arifin Abdullah. Dan juga pembacaan Al-quran surat As-sajda yang

dibaca setelah berjamaah sholat subuh kecuali hari jum’at, surat

Al-waqia setelah sholat asar berjamaah, surat Yasiin setelah berjamaah sholat magrib dan surat Al-mulk dibaca setelah berjamaah sholat isya’. Kegiatan ini merupaka warisan dari KH. Abdullah Yaqien selaku pengasuh pertama pondok pesantren Bustanul Ulum Mlokorejo dan masih dilakukan sampai saat ini.15

Kemudian tahlil bersama yang dilakukan setiap selesai sholat magrib dimalam selasa dan malam jum’at yang biasanya dipimpin oleh Kyai, dan jika Kyai berhalangan maka digantikan para asatidz asatidzah yang memimpin. Kegiatan ini diadakan setiap malam selasa dan jum’at

karena para santri pada malam tersebut tidak ada kegiatan/libur, dan selain malam tersebut para santri ada kegiatan seperti pengajian Al-quran dan pengajian kitab kuning.16

2. Kurikulum Pelajaran Pondok Pesantren Bustanul Ulum Mlokorejo

15 Ibid. 16

(46)

35

Adapun kurikulum pelajaran pondok pesantren Bustanul Ulum Mlokorejo dalam tingkatan pendidikannya yaitu, Ula, Wustho dan Ulya dapat diklarifikasikan sebagai berikut:

Tabel

Kurikulum Tingkat Ula

Sesuai dengan tabel diatas, pembelajarannya dimulai dari hari sabtu sampai hari kamis. Untuk mata pelajaran nomer 1-6 berlaku pada kelas 1 sampai kelas 3 Ula. Sedangkan untuk mata pelajaran nomer 6-11 belaku untuk kelas 4 Ula, yang mana jumlah keseluruhan kelas ada 4 kelas.

‘Aqidatul ‘Awam adalah ilmu yang menjelaskan tentang

ketauhidan Allah Swt, manfaatnya adalah supaya santi mengetahui siapa

NO MATA PELAJARAN

ALOKASI WAKTU PELAJARAN PERMINGGU

I II III IV V VI

1 ‘Aqidatul ‘Awam/Tauhid 4 4 4 4 4 4

2 Akhlakul Lil Banin/Lil Banat 4 4 4 4 4 4 3 Tarikhul Islamiyah/Sejatah Islam 4 4 4 4 4 4

4 Tajwid 4 4 4 4 4 4

5 ‘Aqo’idul Khosim 4 4 4 4 4 4

6 Khot/Kaligrafi 4 4 4 4 4 4

7 Fathul Qorib/Fiqih 4 4 4 4 4 4

8 Tashrif 4 4 4 4 4 4

9 Al Jurumiyah/Nahwu 4 4 4 4 4 4

10 ‘Imriti 4 4 4 4 4 4

[image:46.595.113.513.227.547.2]
(47)

36

Allah, sifat-sifat Allah dan lain sebagainya. Akhlakul Lil Bain dan Lil Banat jiajarkan kepada santri untuk membentuk akhlak yang lebih baik.

Tarikhul Islam diajarkan kepada santri supaya mengetahui bagaimana sejarah dan perkembangan Islam. Tajwid diajarkan supaya santri bisa membaca Al-qur’an dengan baik dan fashih. ‘Aqoidul Khomsin yaitu pelajaran yang menjelaskan tentang 20 sifat Allah yang wajib dan mustahil bagi Allah dan 1 sifat jaiz bagi Allah. Khot/Kaligrafi diajarkan kepada santri agar santri bisa menulis bahasa arab dengan baik dan indah. Fathul Qarib/Fiqih diajarkan supaya santri mengerti tentang

[image:47.595.115.514.229.706.2]

hukum-hukum Islam. Tashrif, ‘Imriti, Al-Jurumiyah, dan Al-Kailani merupakan suatu mata pelajaran dan juga rumus agar santri dapat membaca kitab gungulan atau kitab kuning.17

Tabel

Kurikulum Tingkat Wustho

17

Profil Pondok Pesantren Bustanul Ulum Mlokorejo.

NO MATA PELAJARAN

ALOKASI WAKTU PELAJARAN PERMINGGU

I II III IV V VI

1 ‘Imriti 4 4 4 4 4 4

2 Fathul Qorib/Fiqih 4 4 4 4 4 4

3 Ta’limul Muta’alim 4 4 4 4 4 4

4 Musttolahul Hadits 4 4 4 4 4 4

5 Taisirul Kholaq 4 4 4 4 4 4

6 Kifayatul Akhyar/Fiqih 4 4 4 4 4 4

(48)

37

Jumlah kelas ditingkat wustho berjumlah dua kelas, dan kedua kelas tersebut mata pelajarannya sama hanya beda dalam pembagioan babnya dalam suatu kitab yang dipelajari.

‘Imriti di kelas wustho mata pelajaran ‘Imriti ini meneruskan

materi yang sudah diajarkan di tingkat Ula. Ta’limul Muta’alim diajarkan kepada santri supaya santri mengetahui bagaimana adzab seseorang yang menuntut ilmu dan mengajarkannya. Mustolahul Hadits diajarkan supaya santri mengetahui macam-macam hadits dan mengetahui mana hadits

yang shohih dan hadits yang dho’if. Taisirul Kholaq diajarkan untuk

membentuk akhlak santri menjadi lebih baik seperti halnya kitab Akhlakul Lil Banin dan Lil Banat. Kifayatul Akhyar yaitu kitab tentang

fiqih sama halnya kitab Fathul Qorib yang mana supaya santri mengerti tentang hukum-hukum Islam. Alfiyah Ibnu Malik yaitu tata cara atau rumus untuk membaca kitab gundulan atau kitab kuning sama halnya seperti ‘Imriti, akan tetapi dalam Alfiyah Ibnu Malik ini dijelaskan lebih rinci atau detail.18

(49)

38

Tabel

Kurikulum Tingkat ‘Ulya

[image:49.595.113.515.179.530.2]

Dalam tingkatan kelas ‘Ulya terdiri dari dua kelas, dan mata pelajaran yang diajarkan sama mencakup enam mata pelajaran seperti tabel diatas, namun perbedaannya hanya pada bagian babnya dalam suatu kitab. Seperti halnya mata pelajaran nomor 1, 2 dan 3 ini melanjutkan materi apa yang sudah dipelajari di tingkat wustho.19

Tafsir Al-quran diajarkan supaya santri dapat mengetahui isi atau kandungan makna yang ada dalam Al-quran. Mantiq adalah ilmu tata berbicara, diajarkan supaya santri dapat menyusun kata dengan baik ketika berbicara dengan orang-orang disekitarnya. Rubu’ adalah ilmu yang mempelajari tentang bagaimana melihat dan menentukan bulan-bulan Hijriyah dan juga menentukan waknu atau jam.

Sistem dan metode pembelajaran yang digunakan paling dominan adalah sistem ceramah, hafalan dan praktek, dan kemudian

19 Ibid.

NO MATA PELAJARAN

ALOKASI WAKTU PELAJARAN PERMINGGU

I II III IV V VI

1 Musttolahul Hadits 4 4 4 4 4 4

2 Kifayatul Akhyar/Fiqih 4 4 4 4 4 4

3 Alfiyah Ibnu Malik 4 4 4 4 4 4

4 Tafsir Al-Quran 4 4 4 4 4 4

5 Manthiq 4 4 4 4 4 4

(50)

39

santri dituntut untuk setiap minggunya untuk menyetorkan hafalan seperti mata pelajaran yang ada nadzomnya seperti:

 Tajwid untuk kelas 1 Ula.

 ‘Aqidatul Awam untuk kelas 2 Ula.

 Tashrif untuk kelas 3 Ula.

 ‘Imriti untuk kelas 4 Ula.

 Alfiyah Ibnu Malik untuk kelas 1 dan 2 wustho, dan juga tingkat ‘Ulya.

Adapun target hafalan nadzom yang harus dicapai santri adalah minimalnya 100 bait dari setiyap pelajarannya.

Setiap tahun pondok pesantren Bustanul Ulum Mlokorejo selalu diselenggarakan evaluasi belajar yaitu dengan diadakannya exam dan musabaqoh. Exam bertujuan untuk mengetahui seberapa jauh mana penguasaan materi yang sudah dipelajari oleh para santri. Dan musabaqoh bertujuan untuk mengetahui seberapa banyaknya bait hafalan nadzom setiap mata pelajaran yang sudah dihafal oleh para santri perkelasnya.

(51)

40

yang sudah dipelajarinya. KH. Syamsul Arifin Abdullah dibantu dengan para asatidz dan asatidzah, baik output dari pondok pesantren sendiri (alumni) dan juga asatidz asatidzah dari madura (guru tugas).

D. Prekembangan Pondok Pesantren Bustanul Ulum Mlokorejo

Membicarakan pesantren atau pondok pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam sangat penting dan menarik. Pondok pesantren memerankan hal yang sangat berarti di masyarakat. Dalam hal ini peranan seorang kyai memang sangat berarti dan sangat dibutuhkan karena maju dan mundurnya atau berkembangnya suatu pondok pesantren itu tergantung dari sosok kyai, karena biasanya visi dan misi pesantren diserahkan pada proses improvisasi yang dipilih sendiri oleh seorang kyai dan bersama para pembantunya.20

Keberadaan pondok pesantren ditengah-tengah masyarakat tidak hanya sebagai lembaga penyiar Islam tetapi juga sebagai lembaga pendidikan. Pembinaan yang dilakukan pesantren biasanya tidak hanya fokus pada santri di lingkungan pesantren, tetapi juga masyarakat sekitar melalui dakwah atau pengajian yang dilakukan oleh para kyai.

Pesantren merupakan suatu lembaga pendidikan yang tumbuh dan berkembang di tengah-tengah masyarakat sekaligus memperpadukan tiga unsur pendidikan yang amat penting, yaitu ibadah untuk menambah iman,

20

(52)

41

tablig untuk menyebarkan ilmu, dan amal untuk mewujudkan kegiatan kemasyarakatan dalam kehidupan sehari-hari.21

Untuk menjadi suatu pondok pesantren yang besar dan maju, tidak bisa begitu saja menjadi pondok pesantren yang besar dan terkanal,melainkan tumbuh sedikit demi sedikit melalui kurun waktu yang lama. Berkembangnya suatu pondok pesantren tidak selamanya berjalan dengan lancar dan maju dengan pesat melainkan mengalami pasang surut. Dalam hal ini sosok kyai sangat berperan atas pasang surutnya perkembangan dan kemajuan yang ada pada pondok pesantren.

1. Bidang Pendidikan

Pendidikan merupakan pembangunan watak (character building) manusia. Untuk menghasilkan watak manusia yang baik, mental yang kuat dan jiwa yang kokoh, diperlukan dasar dan pondasi yang kuat dalam pembangunan watak tersebut. Al-quran sebagai sumber utama ajaran Islam dan falsafah hidup umat Islam, didalamnya memuat totalitas prinsip yang berkaitan dengan kehidupan manusia termasuk masalah pendidikan.

Lembaga pendidikan pesantren di Indonesia memiliki sejarah yang panjang sama halnya dengan pendidikan nasional. Keduanya memiliki ciri khas sistem pendidikan dan metode pengajaran sendiri-sendiri. Pendidikan pesantren memulainya dengan metode sorogan,

21

(53)

42

namun dalam perkembangan selanjutnya tampaklah pendidikan pesantren mulai mengikuti perkembangan zaman, yaitu dengan melakukan perubahan dalam sistem dan metode di pendidikan pesantren, sehingga berdirilah pendidikan madrasah di lingkungan pondok pesantren yang menyatukan ilmu-ilmu agama dan ilmu-ilmu umum.

Pondok pesantren Bustanul Ulum Mlokorejo sebagai sebuah lembaga pendidikan Islam, dalam kiprahnya tidak hanya menyelenggarakan pendidikan agama saja tetapi juga menyelenggarakan pendidikan dalam bidang umum dan agama dalam menghadapi masa depan. Dengan pendirian pondok pesantren itu sendiri, secara tidak langsung pondok pesantren Bustanul Ulum Mlokorejo telah memainkan peran dalam upayanya dalam bidang pendidikan dan lambat laun telah berkembang menjadi pesantren yang terorganisasi dengan didirikannya sekolah formal dilingkungan pesantren. Namun, yang namanya perjuangan tidak lepas dari tantangan dan cobaan.

(54)

43

Pondok pesantren Bustanul Ulum Mlokorejo yang dirintis oleh KH. Abdullah Yaqien ini sudah banyak mencetak para generasi penerus yang dapat mengembangkan dan menyebarluaskan ilmu yang didapat dari pesantren, terbukti para alumninya menjadi orang-orang yang berguna di masyarakat. Sistem pendidikan di pondok pesantren Bustanul Ulum Mlokorejo menganut sistem pendidikan salaf, dimana yang menjadi kajian utama adalah mendalami kitab kuningnya.

2. Bidang Pembangunan

Pondok pesantren Bustanul Ulum Mlokorejo dalam pembanguna infrasruktur mengalami peningkatan yang sangat pesat. Hal ini bisa dilihat dari meningkatnya bangunan dari tahun ke tahun. Artinya peran pondok pesantren memberikan pengaruh yang cukup besar bila ditinjau dari jumlah infrastruktur lembaga pendidikan di kota Jember. Dan bila ditinjau dari output (alumni) pondok pesantren Bustanul Ulum Mlokorejo tiap tahunya meningkat sangat pesat baik secara kuantitas yaitu dengan banyaknya alumni yang keluar tiap tahunnya, maupun secara kualitas yaitu banyak berdiri lembaga pendidikan baik formal maupun non-formal yang didirikan oleh para alumni yang berkiprah di masyarakat dengan cara telibat dalam organisasi keagamaan maupun instansi pemerintahan.22

22

(55)

[image:55.595.139.488.186.711.2]

44

Tabel

Data Sarana dan Prasarana Pondok Pesantren Bustanul Ulum Mlokorejo

NO JENIS SARANA DAN

PRASARANA

KONDISI

1 Kediaman Pengasuh Baik

2 Asrama Santri Baik

3 Kantor Pondok Pesantren Perlu Renovasi

4 Kantor Yayasan Baik

5 Kantor RA Baik

6 Kantor MI Baik

7 Kantor SMP Baik

8 Kantor SMA Baik

9 Kantor Madin Baik

10 Laboratorium Bahasa Baik 11 Laboratorium Komputer Baik 12 Laboratorium IPA Baik 13 Ruang Kursus Bahasa Asing Baik

14 Auditorium Baik

15 Masjid Baik & masih

Pembangunan

16 Kmamar Mandi/WC Baik

17 Tempat Wudlu Baik

18 Sumur Artesis Baik

19 Koperasi Baik

20 Kantin Perlu Renovasi

21 Lapangan Olah Raga Baik

22 Tempat Parkir Baik

23 Tempat Jemuran Baik

24 Dapur Baik

25 Gudang Baik

(56)

45

Bedasarkan tabel diatas, menjelaskan bahwa jumlah sarana dan prasarana yang ada di pondok pesanren Bustanul Ulum Mlokorejo ada 26.23

Pada tahun 1940, sejak berdirinya pondok pesantren ini jumlah santri yang diasuh oleh KH. Abdullah Yaqien sekitar 213 santri, dan itu hanya putra putri masyarakat sekitar pondok pesantren.

Siring berjalannya waktu,pondok pesantren ini semakin berkembang, semakin banyak orang mengenal pondok pesantren ini sehingga semakin banyak bertambah jumlah santri saat ini yang mulanya hanya putra putri masyarakat sekitar pondok pesantren, kemudian semakin luas ke kawasan provinsi Jatim, dan antar provinsi seperti sulawesi dan sumatra, yang sampai saat ini jumlah santeri berjumlah kurang lebih 2000 santri.24

23 Ibid. 24

(57)

46

BAB IV

USAHA YANG DILAKUKAN KH. SYAMSUL ARIFIN ABDULLAH

DALAM MENGEMBANGKAN PONDOK PESANTREN BUSTANUL

ULUM MLOKOREJO PUGER JEMBER

A. Upaya KH. Syamsul Arifin Abdullah Dalam Mengembangkan Pondok

Pesantren Bustanul Ulum Mlokorejo

Upaya KH. Syamsul Arifin Abdullah dalam mengembangkan pondok pesantren Bustanul Ulum Mlokorejo dimulai ketika beliau memimpin pondok pesantren yaitu tepatnya pada tahun 1988.

KH. Syamsul Arifin Abdullah Setelah mendalami ilmu di beberapa pesantren di dalam maupun di luar negeri, yang mana kebanyakan para kyai memulai aktivitas dakwahnya dengan mendirikan sebuah pondok pesantren. Akantetapi berbeda dengan tradisi tersebut, KH. Syamsul Arifin Abdullah diamanahi oleh ayahnya KH. Abdullah Yaqien untuk memimpin pondok pesantren Bustanul Ulum Mlokorejo Puger Jember.

(58)

47

daya manusia yang memadai. Maka, KH. Syamsul Arifin Abdullah memutuskan untuk mengembanlikan sistem pendidikan pondok pesantren Bustanul Ulum Mlokorejo pada sistem salafiyah, dengan harapan para santri agar menjadi generasi yang Tafaqquh Fiddin yaitu generasi yang menjalani kehidupan sesuai dengan syariat Islam.1

Seiring dengan perkembangan zaman dan pembelajaran non-formal saja tidak cukup. Maka KH. Syamsul Arifin Abdullah banyak menerima masukan dari kalangan masyarakat, sesepuh dan para wali santri mengharapkan agar dilingkunagan pondok pesantren Bustanul Ulum Mlokorejo didirikan kembali lembaga pendidikan formalnya.

Setelah melaui proses dengan para sesepuh, wali santri dan juga masyarakat setempat yang sangat panjang dan akhirnya tepatnya pada tahun 2000 SMP Plus Bustanul Ulum didirikan. Melihat perkembangannya minat santri dan masyarakat setempat yang semakin tinggi terhadap pendidikan ilmu formal, maka tiga tahun kemudian didirikanlah SMA Plus Bustanul Ulum tepatnya pada tahun 2004. Dan tiga tahun kemudiannya lagi tepatnya pada awal tahun 2007 pondok pesantren Bustanul Ulum Mlokorejo Puger Jember bekerja sama dengan Univesitas Islam Jember (UIJ) untuk membuka kelas filial di lingkungan pondok pesantren Bustanul Ulum Mlokorejo Puger Jember.

1

(59)

48

Dan juga sampai sekarang ini pondok pesantren Bustanul Ulum Mlokorejo terus berkembang baik dalam bidang pendidikan maupun pembangunan. Seperti dawuh dari KH. Syamsul Arifin Abdullah bawasannya pondok pesantren Bustanul Ulum Mlokorejo Puger Jember ini akan terus dikembangkan dari segi pembangunan maupun yang lainnya sampai hari kiamat nannti.2

B. Pandangan Santri Terhadap Kyai

Menurut Zamarkahsi Dlofier, kyai merupakan salah satu elemen penting dalam suatu lembaga kepesantrenan, ia sering kali sebagai pemimpin sekaligus pendirinya. Sudah sewajarnya bahwa pertumbuhan suatu pesantren semata-semata tergantung kepada kemampuan pribadi kyainya.3

Para kyai dengan kelebihan pengetahuannya dalam memahami Islam, sehingga sering kali dilihat sebagai orang yang senantiasa dapat memahami keagungan Allah dan rahasia alam, hingga demikian mereka dianggap mempunyai kedudukan yang tidak terjangkau, terutama oleh kebanyakan orang awam.4

Melihat realita yang dimiliki kyai, baik kualitas maupun loyalitas terhadap Islam yang demikian komplek, sehingga diketahui lebih jelas bahwa kyai pondok pesantren Bustanul Ulum Mlokorejo wibawa dan karisma di mata santrinya apalagi jika kualitas keilmuannya sangat tinggi yang akhirnya

2 Ibid. 3

Zmarkahsi Dlofier, Tradisi Pesantren, LP3ES, 55. 4

(60)

49

menimbulkan rasa hormat dan segan para santri dihadapan kyainya hingga seringkali seorang santri tidak mampu berbuat apa-apa dihadapan kyainya.

Bahkan bukan kyainya saja yang sangat dihormati dan disegani menurut dihadapan para santri, namun juga keluarganya dan kerabat dekatnya, seperti istri, anak, cucu kyai dan demikian juga menantunya memperoleh prestise sosial khusus. Istri dan putra-putrinya yang sudah menikah memperoleh gelar “Bu Nyai”. Sedangkan yang belum menikah

dipanggil “Ning”. Untuk menantu putra dan putra-putranya diberi julukan

“Gus” yang mana adalah julukan putra seorang kyai. Bahkan saking

hormatnya pada sang kyai dan keluarganya sering orang mengatakan bila seorang santri tidak menhormati para kyai dan keluarganya maka laknat Allah akan datang kepadanya (tidak mendapatkan barokah). Sering kali juga terjadi terhadap santri yang tidak patuh terhadap kyai dan juga sering melanggar peraturan didalam pondok pesantren maka setelah ia pulang kemasyarakat nanti ia akan menjadi lebih buruk.5

Disamping kualitas keilmuan yang dimiliki, kesholehan yang sangat berperan didalam pribadi kyai, apalagi bila sang kyai tidak pernah kenal lelah untuk selalu memberikan pengajian dan peringatan agama kepada umat manusia, khususnya para santri. Sebab kyai adalah seumpama lampu yang terang menerangi jalan yang gelap gulita, membimbing dan menunjukkan jalan yang benar, menjadi wakil Allah di bumi. Dari sinilah santri pondok pesantren Bustanul Ulum Mlokorejo menganggap kyai seolah-olah orang

5

(61)

50

tuanya sendiri, sebab setiap saat tidak pernah terlewatkan, beliau selalu memberikan nasehat, petuah dan juga peringatan.

Disamping rasa hormat santri terhadap kyai, juga timbul rasa keakraban dan kebutuhan untuk saling berdekatan terus menerus sehingga menimbulkan sikap tanggung jawab yang tidak hanya pada diri santri, namun juga timbul pada diri kyai untuk dapat menyediakan tempat tinggal bagi santrinya sehingga timbul perasaan pengabdian didalam diri santri kepada kyai yang sangat mendalam.

Dalam tata kehidupan di pondok pesantren Bustanul Ulum Mlokorejo terlihat corak kesederhanaannya. Pada umumnya para santri mempunyai kehidupan pas-pasan, karena itu sudah merupakan tradisi pesantren untuk sebuah tirakat supaya bisa mendalami ilmu agama Islam lebih dalam. Para santri berani untuk belajar kepada kyai untuk mengaji dan sekalian untuk membantu di dalam pesantren untuk membantu kyai.6

Agar tercapai keberhasilan dalam menimba ilmu kepada kyai, seorang santri sangat berhati-hati dan patuh terhadap petuah-petuah yang disampaikan oleh kyai. Sebab petuah-petuah itu merupakan perintah yang harus dilaksanakan, hal seperti itu sudah sudah lama terpatri dalam diri para santri. Dengan didorong oleh kemauan yang keras para santri mempelajari ilmu yang diberikan oleh kyainya, dan mereka tidak pernah membantah dan durhaka kepada kyai, begitu pula dengan kyai yang bersikap beribawa dan

(62)

51

punya ketinggian hati yang membuat para santrinya patuh, tunduk dan segan terhadap beliau.

Itulah merupakan pandangan para santri terhadap kyai, yang terjadi di pondok pesantren Bustanul Ulum Mlokorejo. Mereka para santri sangat menjunjung tinggi martabat kyai, segan dan selalu menghormati kyai sebagai gurunya. Namun, demikian bukan berarti para santri tersebut mengkultuskan seorang kyai secara pribadi, tetapi semata-mata karena kualitas, loyalitas, dan integritas kyai terhadap keilmuan agama Islam.

C. Respon Masyarakat Terhadap Perkembangan Pondok Pesantren

Bustanul Ulum Mlokorejo

Dalam kehidupan pesantren, tidak akan lepas dari komentar para masyarakat sekitar, termasuk pondok pesantren Bustanul Ulum Mlokorejo ini. Pondok pesantren Bustanul Ulum Mlokorejo adalah lembaga pendidikan dan pengajaran agama Islam yang pada umumnya. Pengajaran dan pendidikan tersebut diberikan dengan cara non klasikal (sistem sorogan dan weton), dimana seorang kyai mengajar santri-santrinya bedasarkan kitab-kitab yang ditulis dalam bahasa arab oleh para ulama-ulama besar sejak abad pertengahan, sedangkan para santri biasanya tinggal didalam pondok/asrama pesantren tersebut.

(63)

52

Hal ini terbukti setelah dilakukan penelitian atau kajian empirik ternyata masyarakat menyambut dan

Gambar

TABEL TRANSLITERASI ...................................................................................
  Tabel  Kurikulum Tingkat Ula
  Tabel
tabel diatas, namun perbedaannya hanya pada bagian babnya dalam suatu
+2

Referensi

Dokumen terkait