KECAMATAN SENORI, KABUPATEN TUBAN (1929-2005)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana dalam Program Strata Satu (S-1) Pada Jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam (SKI)
Oleh :
Lailatul Latifah NIM: A52212120
FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
SURABAYA
ABSTRAKS
Skripsi ini berjudul “Sejarah Perkembangan Lembaga pendidikan dalam Naungan Yayasan Madrasah Islamiyah Sunnatunnur Senori Tuban Tahun 1929-2005”. Adapun fokus penelitian yang dibahas dalam skripsi adalah (1) Bagaimana Sejarah berdirinya Yayasan Madrasah Islamiyah Sunnatunnur, Tuban? (2) Bagaimana Perkembangan lembaga pendidikan Islam dalam naungan Yayasan Madrasah Islamiyah Sunnatunnur, Senori, Tuban (1929-2005)? (3) Apa Peranan dan sumbangsi para para pendiri Lembaga pendidikan Islam yang berada dalam naungan Yayasan Madrasah Islamiyah Sunnatunnur terhadap masyarakat umum?.
Dalam penelitian ini menggunakan metode sejarah dengan pendekatan historis. Metode sejarah digunakan untuk mendeskripsikan peristiwa yang terjadi pada masa lampau. Pendekatan historis digunakan untuk mencari informasi tentang masa lampau dengan mengunakan cara sistematis mengenai perkembangan lembaga pendidikan dalam naungan Yayasan Madrassah Islamiyah Sunnatunnur Senori (1929-2005). Untuk menganalisa perkembangan lembaga pendidikan Sunnatunnur digunakan teori yang merupakan kontribusi yang relevan dari pandangan Max Weber, yang membedakan manusia menjadi tiga otoritas, yaitu: Pertama, otoritas kharismatik, yang mendasarkan pengaruh dan kewibawaan pribadi. Kedua, otoritas tradisional, yang mendasarkan pengaruh yang dimiliki berdasarkan perwarisan. Ketiga, otoritas legal-rasional yang mendasarkan pengaruh yang dimiliki berdasarkan jabatan dan kemampuan yang dimiliki.
ABSTRACT
The title of tesis is “ the history of development in education of Institute foundation Madrasah Islamiyah Sunnatunnur Senori Tuban's 1929-2005 ”. This reasearch focus in 3 spesific as like (1) The history of forming Foundation Madrasah Islamiyah Sunnatunnur-Tuban, (2) the developings Islamic education in Foundation Madrasah Islamiyah Sunnatunnur's, senori, Tuban (1929 - 2005), (3) The Role and gift of founder Education institute foundation Madrasah Islamiyah Sunnatunnur Senori Tuban's 1929-2005 for social society .
In this research use history method with historical approaching. the History method use to describe happened in the past. The histories approximation method use to search information in the past, to the appoximation method use histories the sistematic method in corcerning development education Madrasah Islamiyah Sunnatunnur Senori Tuban (1929-2005). To the reseach development education Sunnatunnur in use theris the consitute contribution of relevant according Max Weber, the defferent people there are 3 authority such as. First, charismatic authority, the influence and the authority of person. Second, traditional authority, the influence of the metters partaining to inheritance. Third, legal- rational authority, the influenceof the function and ability.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
PERNYATAAN KEASLIAN ... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii
PERSETUJUAN PENGUJI ... iv
MOTTO ... v
PEDOMAN TRANSLITERASI ... vi
KATA PENGANTAR ... vii
ABSTRAKS ... viii
DAFTAR ISI ... xi
BAB I : PENDAHULUAN A.Latar Belakang ... 1
B.Rumusan Masalah... 8
C.Tujuan Penelitian ... 8
D.Kegunaan Penelitian ... 9
E.Pendekatan dan Kerangka Teori ... 10
F. Penelitian Terdahulu ... 12
G.Metode Penelitian ... 13
H.Sistematika Pembahasan ... 16
BAB II : YAYASAN MADRASAH ISLAMIYAH SUNNATUNNUR A.Letak Georafis Yayasan Madrasah Islamiyah Sunnatunnur .. 19
2.Visi-Misi dan tujuan berdirinya Yayasan Madrasah
Islamiyah Sunnatunnur. ... 19
B.Bentuk dan Sistem Pendidikan. ... 22
1.Bentuk dan Sistem Pendidikan.... ... ... 22
2.Kode Etik Guru Madrasah Islamiyah Sunnatunnur. ... 22
C.Sejarah berdirinya Yayasan Madrasah Islamiyah Sunnatunnur ... 23
1. Sejarah berdirinya Yayasan Madrasah Islamiyah Sunnatunnur, Senori, Tuban. ... 23
2. Pendirian Madrasah Formal. ... 28
a. Susunan Kepengurusan Madrasah Islamiyah Tahun 1994/1995. ... 36
b. Susunan Struktur Organisasi Yayasan Madrasah Islamiyah Sunnatunnur. ... 37
c. Susunan Pengurus Yayasan Madrasah Islamiyah Sunnatunnur Senori, Tuban 1997-2001. ... 38
d. Susunan Pengurus Yayasan Madrasah Islamiyah Sunnatunnur Senori, Tuban 2001-2014. ... 39
BAB III : PERKEMBANGAN LEMBAGA PENDIDIKAN DALAM YAYASAN MADRASAH ISLAMIYAH SUNNATUNNUR A.Perkembangan Lembaga Pendidikan dalam Yayasan Madrasah Islamiyah Sunnatunnur... 40
2. Periode II tahun 1958-1997 ... 45
3. Periode III tahun 1997-2005 ... 51
4. Kondisi fisik 1929-2005 ... 58
B.Aktifitas dan Kelembagaan Yayasan Madrasah Islamiyah Sunnatnnur ... 60
BAB IV : PERANAN DAN SUMBANGSI PARA PENDIRI MADRASAH ISLAMIYAH TERHADAP PENDIDIKAN MASYARAKAT SENORI A.Peranan para perintis dalam mendirikan Madrasah Islamiyah Sunnatunnur ... 65
1. KH. Masyhuri (1901-1994) ... 66
2. KH. Munawwar (1887-1972) ... 69
3. KH. Abul Fadlol (1916-1991) ... 72
4. KH. Maskur (1912-1983) ... 78
B.Peranan Yayasan Sunnatunnur terhadap Masyarakat Senori... ... 82
1. Dibidang Sosial ... 83
2. Dibidang Kemanusiaan ... 84
3. Dibidang Keagamaan ... 84
BAB V : PENUTUP A.Kesimpulan ... 85
B.Saran ... 86
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan Agama Islam merupakan suatu tahapan untuk
mengembangkan serta melatih diri manusia untuk menjadi seorang individu yang
mempunyai suatu kepribadian yang sempurna dan sesuai dengan norma serta
nilai kehidupan yang ada dan diatur oleh Islam. Dengan mengenyam pendidikan
sejak dini, manusia dapat mengembangkan kepribadian baik jasmani maupun
rohani ke arah yang lebih baik dalam kehidupannya, sehingga menjadikannya
seseorang yang memiliki nilai dalam masyarakat. Dari situlah pendidikan amat
sangat penting bagi pertumbuhan dan perkembangan pola pikir maupun
kepribadian seorang indovidu. Pendidikan Agama memiliki kedudukan dan
peranan yang penting dalam pembangunan nasional, karena pembangunan
nasional adalah pembangunan manusia Indonesia seutuhnya.1
Pendidikan bertujuan untuk mengembangkan pemikiran manusia. Dengan
pendidikan manusia dapat tumbuh dan berkembang sesuai dengan perkembangan
zaman, A Hasymy merumuskan tujuan dari pendidikan adalah membina manusia
yang memiliki keinginan dan sanggup menjalankan ajaran Islam.2 Dalam
pendidikan tidak akan terlepas dengan proses belajar dan mengajar yang pada
umumnya dilakukan pada suatu lembaga pendidikan. Belajar merupakan suatu
1
Abu Ahmadi, Dasar-Dasar Pendidikan Agama Islam (Jakarta Bumi Aksara, 1991), 1. 2
usaha atau kegiatan yang dilakukan dengan sengaja dan bertujuan untuk
melakukan perubahan lebih baik dalam diri manusia untuk memenuhi kebutuhan
manusia dalam menuntut ilmu.3
Dalam proses belajar dan mengajar, sekolah atau madrasah sangatlah
berperan bagi masyarakat. Kegiatan belajar dan mengajar merupakan kegiatan
yang pokok dalam suatu lembaga pendidikan. Dalam hal ini kita akan membahas
mengenai lembaga pendidikan yang ada didalam naungan Yayasan Madrasah
Islamiyah Sunnatuur, yang merupakan salah satu lembaga pendidikan Islam
tertua di Kabupaten Tuban. Lembaga pendidikan Islam ini berdiri 16 tahun
sebelum Indonesia merdeka, yaitu tahun 1929 mulai berdiri lembaga pendidikan
pertama Madrasah Ibtidaiyah.
Lembaga pendidikan Islam merupakan suatu sistem yang berdasarkan
ajaran Islam dan berfungsi untuk memberikan pedoman pada masyarakat muslim
mengenai tatalaku dan sikap dalam menghadapi permasalahan yang ada dalam
masyarakat, dan memberikan pengarahan dalam melakukan pengendalian sosial.4
Dalam suatu lembaga biasanya dikelola oleh sebuah yayasan, yang mana
didalamnya terdiri dari kepengurusan yayasan yang berfungsi untuk menjalankan
yayasan tersebut. Fungsi dari yayasan sendiri bukan hannya tempat untuk
bermusyawarah. Yayasan dapat digunakan sebagai naungan dari berbagai
lembaga pendidikan didalamnya, untuk memahami sebuah ilmu pengetahuan.
3
Makmun Khairi, Psikologi Belajar (YogjakartaAswaja Presindo, 2014), 3-5. 4
Salah satu lembaga pendidikan Islam tertua di Kabupaten Tuban, khususnya di
kecamatan Senori yang masih tetap berdiri sampai saat ini adalah lembaga
pendidikan Islam yang berada dalam naungan Yayasan Madrasah Islamiyah
Sunnatunnur atau dikenal dengan singkatan MIS, kecamatan Senori, Kabupaten
Tuban. Lembaga Pendidikan Islam ini mulai ada ditengah-tengah masyarakat
sejak tahun 1929, dengan dipelopori oleh beberapa Ulama’ ternama di
Kecamatan tersebut. Salah satu ulama’ yang dikenal dikalangan umum bahkan di
Nusantara adalah KH. Abul Fadhol pendiri PP. Darul Ulum, yang mana beliau
adalah salah satu penyebar agama Islam dan memiliki manuskrip tertua di
Senori. Dalam perkembangannya kiai Syahid merupakan pelopor pertama dalam
perkembangan ilmu pengetahuan di Senori. Kiai Syahid mengkader beberapa
ulama di luar Senori untuk ikut dalam mema jukan pendidikan di daerah tersebut.
Para alim ulama itu adalah KH. Masyhuri, KH. Munawwar, KH. Maskur dan
KH. Shodiq. Karena kegigihan Kiai Syahid dalam memajukan pendidikan di
Senori, berdirilah pondok pesantren yang diasuh oleh setiap alim ulama yang
telah beliau kader.
Pelopor utama pendirian lembaga formal di Senori adalah KH. Masyhuri,
beliau merasa bahawa pendidikan di dalam pondok pesantren masih memiliki
kekurangan dan membutuhkan lembaga formal untuk menyempurnakan
pendidikan masyarakat setempat, dengan dibantu oleh kiai lainnya pada tahun
1929 mulai dirintis dan didirikan Madrasah Ibtidaiyah dan selalu mengalami
Islamiyah Sunnatunnur Senori pada 1997, oleh kader penerus. Yayasan
Madrasah Islamiyah Sunnatunnur terletak di jalan K. Djoned Jatisari Senori
Tuban, Email: mas.sunnatunnur@gmail.com.
Yayasan Madrasah Islamiyah Sunnatunnur (MIS), merupakan salah satu
yayasan Islam terbesar di kecamatan Senori, kabupaten Tuban. Pada awal berdiri,
Yayasan ini hanya berbentuk sebuah tempat pembelajaran agama Islam bagi
semua kalangan masyarakat guna memperdalam ilmu keislaman saja, namun
seiring berkembangnya waktu yayasan ini mulai berkembang dan menjadi
naungan atas beberapa lembaga pendidikan formal yang telah berdiri. Sebelum
resmi menjadi sebuah yayasan, lembaga pendidikan ini bernamakan Madrasah
Islamiyah dan pembelajaran yang disampaikan masih kental akan pembelajaran
Islam. Madrasah Islamiyah dirintis oleh para alim Ulama’ yang diketuai oleh
KH. Masyhuri dan dibantu oleh ulama lainnya.5
Madrasah Islamiyah mulai berkembang dengan bukti sudah memiliki
beberapa lembaga pendidikan diantaranya adalah sebagai berikut: Madrasah
Ibtida’iyah Islamiyah Banin (1929), Madrasah Ibtida’iyah Islamiyah Banat
(1937), Madrasah Tsanawiyah Islamiyah Banin(1958) dan Banat (1965),
Raudlotul Athfal ( 1966), Madrasah Aliyah (1970), SMAI (2002), STAI (2005),
SMK (2012).6
5
Mudjamik, Wawancara, Tuban, 16 Oktober 2015. 6
Pada puncaknya, Madrasah Islamiyah telah diresmikan menjadi sebuah
Yayasan Madrasah Islamiyah Sunnatunnur, pada tahun 1997 oleh pemerintah
pusat, namun Yayasan Madrasah Islamiyah Sunnatunnur mulai dirintis oleh para
Ulama’ dan mendirikan suatu lembaga pendidikan Madrasah Formal pada tahun
1929, 16 tahun sebelum Indonesia Merdeka. Terbentuknya lembaga pendidikan
ini dipelopori oleh sekelompok Ulama’ yang bertempat tinggal di Desa Jatisari
Kecamatan Senori Kabupaten Tuban, yang dipimpin oleh KH. Masyhuri dari
Lasem Rembang, Jawa Tengah dan dikembangkan serta dikoordinasikan oleh
para Ulama’ Senori, diantaranya:
1. KH. Masyhuri
2. KH. Munawwar
3. KH. Maskur
4. KH. Shidiq
5. KH. Djoned
6. KH. NurSyam
7. KH. Nur Salim
8. KH. Abul Fadhol.7
Pada 17 Juli 1929 yayasan madrasah Islamiyah Sunnatunnur, mulai
mendirikan sebuah lembaga pendidikan jenjang Madrasah Ibtidaiyah Banin (MI)
7
atau sekarang setara dengan tingkat sekolah dasar (SD).8 Lembaga pendidikan ini
diberi nama Islamiyah dengan tujuan, supaya anak didik yang telah
menyelesaikan tingkat pedidikannya dapat meneruskan perjuangan dalam
penyebarkan agama Islam khususya di wilayah Senori. Para Ulama pendiri
lembaga pendidikan ini memiliki keinginan untuk menjadikan anak didiknya
sebagai kaum muslim yang beriman dan bertaqwa, yang memiliki akhlakul
kharimah dan berpengetahuan luas.9
Pada tahun 1929 Pelaksanaan pendidikan masih menggunakan sistem ala
pesantren yakni memiliki dua sistem pembelajaran, Bandungan dan Sorogan.10
Dalam belajar mengajar dilakukan dengan cara peserta didik menghadap guru
satu persatu dengan menggunakan kitab kuning. Hal ini dilakukan karena belum
dikeluarkannya SKB 3 Menteri yaitu, Menteri Agama, Menteri P dan K dan
Menteri Dalam Negeri.11 Sistem belajar ini daapat mempermudah para pengajar
untuk membedakan para anak didiknya dan mengklasifikasikan anak didiknya
sesuai dengan kemampuan yang dimiliki, bukan di klasifikasikan sesuai umur
8 Ibid. 9
Ibid. 10
Bandungan: seorang santri yang tidak menetap di pondok pesantren, namun mereka mengikuti mengaji di pondok pesantren dengan cara pulang pergi atau ketika waktu mengaji mereka berada dipondok dan ketika waktu mengaji selesai mereka kembali kerumah membantu orang tua mereka di rumah.
Sorogan: suatu metode pembelajaran yang dilakukan oleh santri dengan cara maju satu persatu dan membaca kitab kuning yang disemak langsung oleh kyainya, dan metode ini sampai sekarang masih digunakan di pondok pesantren yang ada. Dadan Rusmana, “Sorogan dan Bandungan Sistem Klasik Pendidikan di Pesantren”,dalam
http://dadanrusmana.blogspot.co.id/2012/05/sorogan-dan-bandungan-sistem-klasik.html (30 MEI 2012).
11
seperti saat ini.12 Metode ini masih digunakan hingga saat ini, karena metode ini
dianggap metode yang paling efektif dalam pembelajaran di pondok pesantren.
Tahap pendidikan di lembaga pendidikan Islamiyah banyak mengutamakan
pelajaran akhlak atau adab Islamiyah untuk diajarkan kepada anak didiknya.
Banyak kitab-kitab yang membahas tentang akhlak antara lain Akhlakul Banat,
Akhlakul Banin, Wasoya, Adab Islamiyah dan banyak lain sebagainya.
Kitab-kitab tersebut membahas tentang adab atau tata cara dalam menjalankan kegiatan
sehari-hari. Kitab-kitab tersebut menggunakan bahasa arab yang merupakan kitab
gundulan atau kitab yang tidak memiliki kharakat, dan semua pembahasannya
berdasarkan dengan Al-Qur’an dan Al-Hadist.
Dilihat dari tujuan didirikannya Lembaga madrasah Islamiyah, yaitu
mencetak siswa-siswinya menjadi manusia yang berakhlakul karimah, maka
dapat dilihat bahwa mata pelajaran yang diajarkan banyak menyangkut tentang
akhlak dan Adab Islam untuk dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari,
sehingga dapat memajukan pendidikan moral pada masyarakat Indonesia
khususnya masyarakat Senori. Hal ini dikarenakan pada saat itu bangsa Indonesia
berada pada kemerosotan moral. Pengajaran sopan santun diatur sangat
mendetail oleh agama Islam, bahkan pribadi masing-masing individu juga diatur
dalam Islam.13
12
Mudjamik, Wawancara, Tuban, 5 November 2015. 13
Keberadaan para kiai dalam lembaga pendidikan ini juga memudahkan
perkembangan sistem belajar mengajar dalam suatu masyarakat. Peran para
ulama dalam pendirian lembaga pendidikan Yayasan Islamiyah Sunnatunnur
memberikan inspirasi dan motivasi sehingga terbentuklah suatu lembaga
pendidikan Islam. Seorang kiai biasa dipandang sebagai sesepuh, oleh karena itu,
beliau berperan sebagai pemberi nasehat dalam berbagai aspek dan persoalan
kehidupan. Karismatik seorang kiai sangatlah berpengaruh dalam perkembangan
lembaga pendidikan di Yayasan Islamiyah Sunnatunnur.
Dari berbagai penjelasan yang telah dipaparkan diatas, maka penulis tertarik
untuk melakukan penelitian lebih dalam tentang Sejarah Perkembangan
Berdirinya Yayasan Madrasah Islamiyah Sunnatunnur serta lembaga yang ada
didalamnya, dengan hal ini penulis melakukan penelitian serta pencarian data
dengan judul:
“Sejarah Perkembangan Lembaga Pendidikan Islam dalam Naungan
Yayasan Madrasah Islamiyah Sunnatunnur (MIS) Kecamatan Senori
Kabupaten Tuban (1929-2005)”.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana latar belakang berdirinya Yayasan Madrasah Islamiyah
Sunnatunnur Kecamatan Senori Kabupaten Tuban?
2. Bagaimana Perkembangan lembaga pendidikan Islam dalam naungan
3. Apa peranan dan sumbangsi para pendiri Madrasah Islamiyah terhadap
masyarakat umum?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari tentang Sejarah Perkembangan
Lembaga Pendidikan Yayasan Madrasah Islamiyah Sunnatunnur (MIS),
Kecamatan Senori, Kabupaten Tuban tahun 1929-2005, serta pengaruhnya
terhadap masyarakat umum. Spesifikasi tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui dan menganalisis sejarah berdirinya Yayasan
Madrasah
Islamiyah Sunnatunnur (MIS), Kecamatan Senori, Kabupaten Tuban.
2. Memberikan pengetahuan mengenai perkembangan lembaga pendidikan
Islam yang berada dalam naungan Yayasan Madrasah Islamiyah Sunnatunnur
tahun 1929-2005.
3. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh dan sumbangsi para pendiri
lembaga pendidikan terhadap kemajuan pendidikan masyarakat umum.
D. Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan penelitian sendiri adalah dibagi menjadi 2 bagian yaitu:
1. Kegunaan Teoritis
Dalam perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya mengenai kajian
bersejarah, yang mana harus kita jaga dan kita ketahui serta kita lestarikan.
terhadap Sejarah Perkembangan Lembaga Pendidikan Islam dalam Naungan
Yayasan Madrasah Islamiyah Sunnatunnur, Senori, Tuban 1929-2005.
2. Kegunaan Praktis
a. Bagi jurusan Sejarah dan Kebudayaan, penelitian ini diharapkan dapat
dijadikan sebagai informasi dan bahan pembelajaran mengenai sejarah
yang masih ada hingga saat ini, khususnya di daerah Tuban.
b. Bagi mahasiswa peneliti, hasil penelitian ini diharapkan bisa menjadikan
wacana untuk memperluas pengetahuan, serta diharapkan penulis dan
semua pihak yang berkepentingan dapat melihat secara jelas, bahwa
disekitar kita masih terdapat sejarah yang perlu diungkap kebenarannya
yang harus diketahui.
c. Bagi masyarakat dan keluarga, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan
sebagai informasi dan dokumentasi bagi perpustakaan sekolah, serta
sebagai refleksi sejarah Perkembangan Lembaga Pendidikan Islam dalam
Naungan Yayasan Madrasah Islamiyah Sunnatunnur 1929-2005.
Diharapkan juga bagi orang yang membaca penelitian ini dapat
mengetahui sejarah yang ada dalam perkembangan lembaga pendidikan
yang terjadi saat ini, terutama masyarakat Tuban sendiri.
E. Pendekatan dan Kerangka Teoritik
Inti dari penelitan ini adalah Sejarah Perkembangan Lembaga Pendidikan
Islam dalam Naungan Yayasan Madrasah Islamiyah Sunnatunnur. Banyak
pendidikan ini. Namun karena Yayasan Madrasah Islamiyah Sunnatunnur ini
berdiri 16 tahun sebelum Indonesia merdeka, maka sejarah perkembangannya
pernah terhambat oleh konflik konflik yang ada. Penelitian ini mempelajari
tentang perkembangan yang ada pada saat itu.
Para pendiri lembaga pendidikan ini banyak dari kalangan ulama’ besar di
daerah tersebut, yang mana beliau berperan serta memiliki daya tarik terendiri
bagi masyarakat umum. Para alim ulama’ merupakan tokoh yang kharismatik
dan sangat dihormati serta dihargai oleh semua kalangan masyarakat, hal ini
dikarenakan Ilmu keagamaan yang dimilikinya, sikap dalam memajukan
pendidikan di daerah Senori, Tuban, dan budi pekerti dalam bergaul serta
kerendahan hati dalam menyikapi permasalahan yang terjadi saat itu. Perjuangan
para ulama Senori dalam memajukan pendidikan didaerah ini menghasilkan hasil
yang memuaskan, karena lembaga pendidikan dalam naungan Yayasan Islamiyah
ini berkembang pesat sampai saat ini.
Pendekatan yang digunakan dalam melakukan penelitian ini adalah
pendekatan historis. Pendekatan dalam kamus besar memiliki pengertian usaha
dalam melakukan penelitian untuk menghadirkan hubungan dengan orang yang
diteliti.14 Pendekatan historis merupakan pendekatan yang mencari informasi
tentang masa lampau dengan mengunakan cara sistematis.15
14
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: DPKRI, 1998), 192.
15Syamsudin Serero,“Pendekatan Historis dalam Islam“, dalam
Kerangka teori yang digunakan disini merupakan kontribusi yang relevan
dari pandangan Max Weber, yang mana membedakan manusia menjadi tiga
otoritas, yaitu: Pertama, otoritas kharismatik, yang mana mendasarkan pengaruh
dan kewibawaan pribadi. Kedua, otoritas tradisional, yang mana mendasarkan
pengaruh yang dimiliki berdasarkan perwarisan. Ketiga, otoritas legal-rasional
yang mendasarkan pengaruh yang dimiliki berdasarkan jabatan dan kemampuan
yang dimiliki. Dalam hal ini posisi para ulama pendiri Yayasan Islamiyah
Sunnatunnur adalah seorang ulama kharismatik yang sangat dihormati dan
dihargai oleh semua kalangan, hal ini dikarenakan ilmu yang dimiliknya baik
ilmu kebatinan dan ilmu agamanya.
F. Penelitian Terdahulu
1. Naili Fikriyah. Urgensi mata pelajaran Adab Islamiyah dalam membangun
akhlak siswa di MA Islamiyah Senori Tuban.
Penelitian ini memfokuskan bahasanya pada pentingnya mata
pelajaran Adab Islamiyah sebagai mata pelajaran akhlak. Penulis juga
memaparkan sedikit mengenai sejarah berdirinya Madrasah Aliyah Senori
pada tahun 1981, yang berada dalam naungan Yayasan Madrasah Islamiyah
pelajaran yang dibahas dalam proses belajar mengajar terutama mata pelajaran
yang bersangkutan dengan akhlak.
Penulis memaparkan secara jelas mengenai tahun berdirinya Madrasah
Islamiyah sampai madrasah ini memiliki akreditasi A. Penulis juga
menjelaskan bagaimana pengaruh pembelajaran Adab Islam terhadap
perkembangan mental anak didiknya.
2. Siti Anisah. Teknik Speed Reading dalam Meningkatkan Kecepatan Efektif
Membaca (KEM) pada Mata Pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) di
MTs. Islamiyah Banat Jatisari Senori Tuban.
Penelitian ini membahas tentang bagaimana pentingnya suatu lembaga
pendidikan Islam pada perkembangan anak. Penulis juga memaparkan
gambaran umum obyek penelitian yang meliputi sejarah, struktur organisasi,
dan tenaga pengajar, data prestasi siswa, penyajian data dan analisis data yang
ada di lembaga pendidikan Madrasah Tsanawiyah Islamiyah Senori, Tuban.
3. Rochim. Upaya Kepala Madrasah dalam meningkatkan Profesionalitas Guru
di MTs Islamiyah Banin Jatisari, Senori, Tuban.
Penelitian ini membahas tentang profesionalitas dan upaya kepala
sekolah dalam meningkatkan profesionalitas guru, didalamnya juga
menyantumkan tentang profil serta perkembangan pembelajaran yang ada di
MTs Banin, Jatisari, Senori, Tuban.
Dari ketiga penelitian tersebut dapat dilihat perbedaan antara
Skripsi ini. Penelitian yang berjudul “Sejarah Perkembangan Lembaga
Pendidikan Islam dalam Naungan Yayasan Madrasah Islamiyah
Sunnatunnur Kecamatan Senori Kabupaten Tuban (1929-2005)”, lebih
memfokuskan pada sejarah perkembangan yang terjadi dari lembaga
pendidikan Yayasan Islamiyah Sunnatunnur. Perkembangan lembaga
pendidikan ini dibagi menjadi tiga periode yakni, periode I tahun 1929-1958,
Periode II tahun 1958-1997, Periode III tahun 1997-2005. Dalam penelitian
ini juga membahas mengenai peranan para ulama dalam yayasan terhadap
masyarakat umum.
G. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode sejarah, yang
bertujuan untuk mengetahui Sejarah Perkembangan Lembaga Pendidikan Islam
dalam Yayasan Madrasah Islamiyah Sunnatunnur, Kecamatan Senori, Kabupaten
Tuban (1929-2005). Instrumen utama yang digunakan adalah penelitian pribadi.
Metode penelitian sejarah adalah suatu prosedur dari sejarah untuk
mengambarkan suatu kejadian masa lampau yang pernah terjadi,
langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini adalah mencari data, meneliti data,
dan menulis secara sistematis.16
Data yang dikumpulkan adalah berupa arsip tentang berdirinya Yayasan
dan terbentuknya suatu lembaga pendidikan Islam (1929-2005), lisan atau
16
wawancara. Seluruh data tersebut kemudian dianalisis secara induktif sehingga
menghasilkan data yang aktual dan dapat dipertanggung jawabakan. Untuk
memperoleh data tersebut dilakukan, teknik pengumpulan data.
Dalam sebuah penelitian sejarah dibutuhkan langkah-langkah dalam
proses penelitian, diantaranya:
1. Heuristik atau pengumpulan data yaitu, suatu tahap baik dalam bentuk tertulis
dan lisan yang diperlukan untuk kelengkapan penelitian. Terkait dengan judul
proposal diatas, maka dibutuhkan studi pustaka untuk mendapatkan literatur
dan sumber-sumber. Dalam melakukan kegiatan heuristik, peneliti lebih
memperioritaskan pengalian data dengan mengunjungi kantor pusat yayasan
dan kantor-kantor pada setiap tingkatan lembaga pendidikan, yang mana
didalamnya menyimpan surat-surat penting, sertifikat dan buku yang
berkaitan dengan judul yang diangkat. Adapun data yang dapat menunjang
akan kebenaran judul yang diangkat sebagai berikut, Buku Panduan Yayasan
Madrasah Islamiyah Sunnatunnur, Akte Notaris: Nurul Yakin, SH. No:
52/1997, Dokumen Pendirian MI. Islamiyah Banin, Jatisari Senori Tuban, 10
Juni 1994, History Of Madrasah Aliyah Islamiyah (Tampak Lautan Senori),
Identitas Madrasah Islamiyah Jatisai Senori Tuban. 2003, Wawancara pribadi.
mendapatkan informasi secara langsung maupun tidak langsung, dengan
memberikan pertanyaan pada responden.17
2. Kritik Sumber, adalah meneliti sumber yang digunakan peneliti untuk
memperoleh kejelasan mengenai kebenaran sumber tersebut.18 Data atau
sumber yang telah terkumpul pada tahap heurustik, diuji kembali
kebenarannya mengunakan kritik sumber guna memperoleh keontentikan
suatu sumber. Untuk menguji suatu keabsahan atau keontentikan suatu
sember, dilakukan kritik intern dan eksteren dalam melakukan penelitian.19
Kritik intern dilakukan dengan berusaha membuktikan bahwa kesaksian yang
diberikan oleh sumber dapat dipercaya. Kritik intern dilakukan dengan
serangkaian langkah oleh para sejarawan dalam melihat keabsahan suatu
sumber. Kritik Ekstern juga dilakukan dalam penulisan penelitian ini. Kritik
Ekstern membahas tentang autentik atau tidaknya suatu sumber yang
berhubungan dengan isi, gaya, bahasa, dan tulisan tangan.20
3. Interprestasi, dilakukan pada sumber yang didapatkan oleh peneliti, yang
kemudian dibentuk menjadi sebuah laporan dan dilakukan analisis data.
Analisis data merupakan usaha dalam mencari dan menyusun secara
sistematis dari hasil observasi dan pencarian data yang dilakukan, dengan
17
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta: Rineka Cipta, 1998), 143-145.
18 Lilik Zulaicha, “Metodologi Sejarah I”,
(Laporan Penelitian , IAIN Sunan Ampel Surabaya, 2005), 16.
19
Hasan Ustman, Metodologi Penelitian Sejarah, Terj. Mu’in Umar (Jakarta: Proyek Pembinaan
Prasaranadan sarana Perguruan Tinggi Agama/IAIN, 1986) 77-79. 20Lilik Zulaicha, “Metodologi Sejarah I”, 27
tujuan untuk meningkatkan pemahaman penulis terhadap masalah yang
diteliti.
4. Historiografi, merupakan langkah penyusunan deskripsi secara kronologis,
sehingga menghasilkan karya sejarah yang utuh. Historiografi merupakan
tahap terakhir dalam penelitian, yang mana penulis memaparkan hasil
penelitian yang telah dilakukan. Historiografi merupakan kegiatan menyusun
suatu fakta sejarah yang didapatkan dari penafsiran sejarawan terhadap
sumber sejarah yang berbentuk tertulis.21
H. Sistematika Pembahasan
Bab pertama penulis memaparkan tentang latar belakang penulisan,
rumusan masalah, Tujuan, Kegunaan, Kerangka Teori, Penelitian terdahulu,
Metode penelitian dan Sistematika pembahasan. Pembahasan dalam bab ini
merupakan uraian pokok dari pembahasan selanjutnya.
Bab dua penulis membahas tentang lokasi, visi-misi dan tujuan Yayasan
Islamiyah Sunnatuur, dalam bab ini juga membahas tentang bagaimana sejarah
berdirinya Yayasan Madrasah Islamiyah Sunnatunnur, dari pengurus madrasah
sampai terbentuknya suatu yayasan. Awal mula perintisan lembaga pendidikan
Islam ini pada tahun 1929 oleh para alim Ulama’ penyebar Islam di Senori yang
dipelopori oleh KH. Masyhuri dan dibantu oleh Ulama’-ulama’ lainnya dari desa
Jatisari, Senori, Tuban. Pada 17 Juli 1929 sebelum Indonesia merdeka, lembaga
pendidikan ibtidaiyah Islamiyah senori telah dibuka, pendirian lembaga
pendidikan ini dimaksutkan guna melengkapi pendidikan pesantren yang sudah
ada disekitar lembaga pendidikan Islamiyah.. Pada tahun 1937 juga didirikan
Madrasah Islamiyah khusus wanita, dilanjut pembangunan MTS Banin dan
Banat, Aliyah dan Perguruan Tinggi agama Islam serta pendirian RA. Semua
lembaga tersebut berada dalam naungan Yayasan Madrasah Islamiyah
Sunnatunnur.
Dalam bab tiga, penulis membahas tentang perkembangan lembaga
pendidikan dalam naungan Yayasan Madrasah Islamiyah Sunnatunnur, Senori,
Tuban dari tahun 1929-2005, dalam hal ini penulis membagi perkembangan
Yayasan Islamiyah Sunnatunnur menjadi tiga periode yakni: Periode I tahun
1929-1958, Periode II tahun 1958-1997, Periode III tahun 1997-2005. Bab ini
juga membahas tentang Struktur kepengurusan Yayasan Madrasah Islamiyah
Sunnatunnur.
Bab keempat, merupakan pembahasan yang membahas tentang peranan
para pendiri madrasah Islamiyah Sunnatunnur terhadap pendidikan masyarakat.
Adapun para peendiri yang ikut berperan serta dalam perkembangan Yayasan
Madrasah Islamiyah Sunnatunnur adalah KH. Masyhuri, KH. Munawar
Pengasuh PP Mansyaul Huda Senori, Tuban, KH. Abul Fadhol Pengasuh PP.
Darul Ulum Senori, Tuban, KH. Maskur Pengasuh PP. AL-Hidayah Senori,
Bab kelima, penulis menjelaskan tentang kesimpulan akhir dalam menulis
penelitian. Dalam bab ini diharapkan dapat menjawab
BAB II
LATAR BELAKANG BERDIRINYA YAYASAN MADRASAH
ISLAMIYAH SUNNATUNNUR, SENORI, TUBAN.
A. Letak Geografis Yayasan Islamiyah Sunnatunnur (MIS)
1. Lokasi Yayasan Madrasah Islamiyah Sunnatunnur (MIS).
Yayasan Madrasah Islamiyah Sunnatunnur (MIS) terletak sekitar 60 km,
dari arah selatan kabupaten Tuban, dan 35 km dari kabupaten Bojonegoro atau
perbatasan Tuban-Bojonegoro, tepatnya di desa Jatisari, kecamatan Senori.
Yayasan Madrasah Islamiyah Sunnatunnur terletak 5 kilometer dari kaki
gunung Gong Banyuurip, kecamatan Senori, atau 50 kilometer dari arah barat
daya kota kabupaten Tuban Jawa Timur, tepatnya dijalan K. Djoened, Jatisari
Senori Tuban.
Letak Yayasan Islamiyah Sunnatunnr sangatlah strategis, karena
bertepatan di tengah tengah kecamatan, oleh karena itu banyak para siswa
siswi yang berasal dari dalam maupun luar daerah melakukan proses belajar
mengajar dalam lembaga pendidikan yang ada dalam naungan Yayasan
Islamiyah Sunnatunnur Senori. Adapun letak dan batasannya : Batas Lokasi
Yayasan Madrasah Islamiyah Sunnatunnur
a. Sebelah Utara : Desa Lajukidul kecamatan Singgahan, Tuban dan
Desa Weden kecamatan Bangilan, Tuban.
c. Sebelah Selatan : Desa Wanglu Kulon kecamatan Senori, Tuban
dan Wanglu Wetan kecamatan Senori, Tuban.
d. Sebelah Barat : Desa Jatisari kecamatan Senori, Tuban dan
Medalem kecamatan Senori, Tuban.
Adapun perbatasan lokasi Yayasan Madrasah Islamiyah Sunnatunnur
dengan kecamatan sekitar adalah:
a. Batas Sebelah Timur : Kecamatan Parengan
b. Batas Sebelah Barat : Kecamatan Bangilan
c. Batas Sebelah Utara : Kecamatan Singgahan
d. Batas Sebelah Selatan : Kecamatan Malo dan Kasiman
Bojonegoro
Dilihat dari letak geografisnya, lembaga Madrasah dalam naungan
Yayasan Madrasah Islamiyah Sunnatunnur sangat tepat sebagai tempat untuk
pelaksanaan kegiatan belajar mengajar. Lokasi lembaga madrasah ini sangat
mudah dijangkau oleh para masyarakat luas, karena terletak di dekat
perempatan jalan Senori.
2. Visi-Misi dan tujuan berdirinya Yayasan Madrasah Islamiyah
Sunnatunnur (MIS).
a. Visi
Mewujudkan sumber daya yang berkwalitas tinggi dalam
pengetahuan dan teknologi serta mampu mengaplikasikannya dalam
masyarakat.
b. Misi
1) Menyiapkan calon pemimpin masa depan yang mempunyai landasan
imam dan taqwa yang kuat, dan menguasai ilmu pengetahuan dan
teknologi, mempunyai daya juang yang tinggi, kreatif, dan inovatif.
2) Meningkatkan pengetahuan dan kemampuan proposional tenaga
kependidikan diberbagai lembaga pendidikan yang sesuai dengan
perkembangan dunia pendidikan.
3) Memiliki ilmu amaliah, amal ilmiyah dan taqwa ilahiah.
c. Tujuan
1) Menghasilkan lulusan yang cerdas, terampil dan berakhlakul karimah.
2) Menghasilkan lulusan yang pandai berfikir, berdzikir, dan berikhtiar.
3) Menghasilkan lulusan yang bermanfaat bagi masyarakat.
4) Menghasilkan lulusan yang memiliki kemampuan untuk mewujudkan
jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
5) Membekali siswa dengan ketrampilan hidup yang berorientasi
kecakapan hidup.1
1
B. Bentuk dan Sistem Pendidikan, Kode etik Guru Madrasah Islamiyah
Sunnatunnur.
1. Bentuk dan Sistem
Pendidikan
Bentuk dan Sistem Pendidikan yang ada pada lembaga pendidikan, yang
berada dalam naungan Yayasan Islamiyah Sunnatunnur ini disesuaikan
dengan harapan masyarakat setempat terhadap kemajuan pembelajaran
didaerah tersebut. Ketentuan yang terdapat pada undang-undang pendidikan
nasional, yang mana ijazah yang dikeluarkan oleh lembaga pendidikan ini dari
tingkat Ibtida’iyah, Tsanawiyah, Aliyah dan SMAI, berstatus Ijazah Negeri,
maka pengurus Yayasan Madrasah Islamiyah Sunnatunnur menetapkan
kebijakan sebagai berikut:
a. Mata pelajaran yang diajarkan mengikuti kurikulum pemerintah dan
ditambah dengan kurikulum muatan local (local contain).
b. Bagi siswa-siswi yang ingin mendalami ilmu pengetahuan agama, Yayasan
menyediakan progam tahassus diniyah.
2. Kode Etik Guru Madrasah Islamiyah Sunnatunnur
a. Guru atau tenaga pengajar berpegang teguh pada ajaran Islam Ahlussunnah
b. Guru berkewajiban melaksanakan ketentuan-ketentuan yang ditetapkan
oleh pengurus Yayasan Madrasah Islamiyah Sunnatunnur, dalam
mengelola pendidikan dan pengajaran.
c. Guru berkewajiban mendidik dan membimbing murid untuk membentuk
manusia yang berakhlaqul karimah.
d. Disiplin ilmu prilaku guru sehari-hari, adalah untuk memasyarakatkan
“Uswatun Hasanah” sebagai keteladanan dilingkungan murid maupun di
tengah-tengah masyarakat.
e. Pengabdian guru pada Madrasah Islamiyah Sunnatunnr, perlu dilandasi
semangat dan cita-cita dalam mewujudkan “Izzul Islam Walmuslimin” oleh
karenanya perlu dijiwai ikhlas, jujur dan sabar dalam menjalankan tugas
pengabdian sebagai tenaga pengajar.2
B. Sejarah berdirinya Yayasan Madrasah Islamiyah Sunnatunnur (MIS)
1. Sejarah berdirinya Yayasan Madrasah Islamiyah Sunnatunnur, Senori, Tuban.
Yayasan Madrasah Islamiyah Sunnatunnur terletak di desa Jatisari,
kecamatan Senori, kabupaten Tuban. Senori merupakan sebuah kecamatan
yang memiliki dua desa yakni Jatisari untuk sebutan kampung timur dan
Jatileres untuk sebutan kampung barat. Kedua desa tersebut memiliki sebuah
aliran sungai yang disebut dengan sungai Kaligede, yang memisahkan
kampung Jatileres dan Jatisari. Penduduk kedua desa tersebut kebanyakan
2 Mudjamik, “Buku Panduan Yayasan Madrasah Islamiyah Sunnatunnur,” (Akte Notaris:Nurul Yakin,
memiliki mata pencaharian sebagai petani dan peternak. Di desa ini terdapat
seorang pendatang dari Bojonegoro yang bernama carik Kontho dan istrinya,
mereka datang dengan tujuan berdakwah dan berdagang di Senori. Carik
Kotho dikenal dengan nama Kiai Abdul Mukti, dan beliau dikenal sebagai
sosok yang memiliki semangat tinggi dalam bekerja hingga berhasil dalam
mengelola pertanian didaerah tersebut.3
Sebelum pendidikan Islam berkembang di daerah Senori, daerah ini
merupakan daerah yang dikenal suka dengan perkelahian antar warga. Senori
juga dijadikan tempat untuk mengadu kesaktian dan desa Jatisari dikenal
dengan sebutan kampung jawara. Pendidikan moral didaerah Senori sangatlah
memprihatinkan pada waktu itu. Banyak para pendatang yang sudah beragama
Islam namun ilmu keagamaannya belum maksimal dan datang ke Senori, serta
suka mengadu kesaktian mereka, hal ini membuat warga asli merasa resah.
Kiai Abdul Mukti, sebagai pendatang yang alim berfikiran untuk
mendatangkan seorang alim dan memiliki sebuah kesaktian yang berasal dari
Sedan, Rembang, Jawa Tengah, beliau adalah Kiai Gusno.4
Kiai Gusno memiliki ilmu yang tinggi, baik dalam ilmu agama,
kebatinan, maupun fisik. Kiai Gusno membuktikan kesaktiannya kepada para
pendekar yang suka beradu kesaktian di daerah tersebut, dengan alasan untuk
menaklukkan mereka. Karena ilmunya yang tinggi Kiai Gusno mendapat
3
Imam Tobroni , Wawancara, Tuban, 14 Oktober 2015.
4 A. Musta’in, “History of MAIS Senori Tampak Lautan di Senori”,
pengakuan dari para pendekar didaerah tersebut. Kiai Gusno mendapatkan
gelar Kiai macan putih di Senori. Ilmu kenuragaan, ilmu keagamaan dan ilmu
ketabiban yang dimilikinya digunakan sebagai media untuk mendekatkan
dirinya dengan masyarakat dan lingkungan disekitarnya.5
Sepeninggal Kiai Gusno, perjuangannya dalam menyebarkan
pendidikan keislaman diteruskan oleh putranya yaitu Kiai Djoned. Kiai
Djoned dikenal sebagai kiai yang memiliki riyadhoh dan kenarugaan yang
diperoleh dari abahnya yang digunakan untuk membantu masyarakat dalam
mengatasi masalah yang ada. Kepandaian dan kehebatan Kiai Djoned
sangatlah digunakan dengan baik dalam membantu masyarakat Senori,
sehingga nama beliau digunakan oleh pemerintah setempat sebagai nama jalan
di daerah Senori, yang mana jalan tersebut terletak di kantor Yayasan
Madrasah Islamiyah Sunnatunnur, yang berdiri sekarang.6
Kyai Syahid, adalah salah satu menantu dari Kyai Abdul Mukti atau
disebut dengan nama Kyai Kontho, bliau juga merasa prihatin terhadap
keadaan yang terjadi di Senori. Senori, selain digunakan sebagi tempat untuk
mengadu kesaktian, Senori juga merupakan salah satu daerah wilayah
Indonesia yang masyarakatnya pernah merasakan pahitnya penindasan dari
kolonial Belanda, yang mengakibatkan masyarakat Senori zaman dulu
5 Ibid. 6
merupakan masyarakat yang buta huruf. Banyak masyarakat pada zaman
kolonial Belanda tidak diberikan kesempatan untuk mengenyam pendidikan.
Kiai Syahid yang merupakan seorang yang pernah nyantri
(mengenyam pendidikan di pondok pesantren) dan pernah mengenyam
pendidikan umum, berinisiatif mendirikan sebuah pesantren. Keinginan Kiai
Syahid dalam mendirikan sebuah pesantren sangatlah kuat, dan kemudian
beliau mengkader putra-putranya sendiri, dan mencari beberapa santri alim
dari wilayah lain guna dijadikannya sebagai menantunya, yang kelak dapat
membantu Kiai Syahid dalam mewujutkan keinginannya untuk mendirikan
sebuah pesantren diwilayah Senori.7
Dari usahanya tersebut beliau berhasil mendapatkan santri alim yakni
KH. Shodiq dari Banjarworo, Bangilan, KH. Munawwar dari desa Lajo Kidul,
kecamatan Singgahan, dan KH. Masyhuri yang berasal dari Lasem, Jawa
tengah. Dari sinilah terlahir beberapa pesantren salaf didaerah Senori,
kabupaten Tuban, diantaranya pesantren Al-Hidayah yang diasuh oleh KH.
Masykur, pesantren Mansyaul Huda oleh KH. Munawwar, dan pesantren
Roudlotul Tholibin yang diasuh oleh KH. Masyhuri.8
Setelah Kiai Syahid wafat, keinginannya dalam memajukan
pendidikan di Senori, dilanjutkan oleh menantunya yakni KH Maasyhuri dan
dibantu oleh menantunya yang lain. KH. Masyhuri merupakan inisiator dalam
7
Imam Tobroni, Wawancara, Tuban, 14 Oktober 2015. 8
pembentukan madrasah formal di Senori, selain sebagai inisiator KH.
Masyhuri juga seorang kiai yang telah mendirikan pondok pesantren
Roudlotul Tholibin pada tahun 1927.9 Pondok Pesantren Roudlitul Tholibin
diresmikan pemerintah sebagai lembaga pendidikan Islam pada tanggal 13
Maret 1987.10 Pada saat ini hanya memiliki santri kurang lebih 105.11
KH. Masyhuri dan para perintis pendidikan Islam di Senori saling
bahu membahu dalam pembentukan pendidikan di Senori dan mendirikan
sebuah lembaga formal, dengan tujuan melengkapi ilmu pengetahuan yang
tidak diajarkan didalam pondok pesantren. Pada tahun 1929, KH. Masyhuri
membuka lembaga pendidikan formal yang setara dengan tingkat SD, yang
diberi nama Madrasah Ibtidaiyah Islamiyah. Inisiatif mendirikan sebuah
lembaga formal ini didapatkan dari kiainya sewaktu beliau masih nyantri di
Termas, Jawa Tengah. Perintisan lembaga pendidikan formal ini mendapat
dukungan penuh dari masyarakat dan para Kiai pemilik pondok pesantren
yang ada di Senori.12
Setelah mengalami perkembangan pesat dalam bidang pendidikan,
pada tahun 1997, Yayasan Islamiyah Sunnatunnur diresmikan oleh
pemerintahan pusat, yang awalnya hanya pengurus madrasah menjadi
pengurus yayasan yang menaungi lembaga pendidikan yang ada didalamnya,
9
Minanurrohman, Wawancara, Tuban, 5 November 2015 10
Akta pengesahan Pondok Pesantren Roudlotul Tholibin, Notaris dan Penjabat Pembuat Akta Tanah, Bazron Human, 13 Maret 1987.
11
Minanurrohman, Wawancara, Tuban, 5 November 2015 12A. Musta’in, “Merintis Madrasah Formal”,
hal ini dilakukan agar kedepannya pengurus yayasan dapat lebih mudah untuk
mengembangkan kualitas pendidikan dan kualitas sarana-prasarana yang
dibutuhkan.
Kecamatan Senori, sekarang dikenal dengan sebuah kecamatan yang
merupakan salah satu kawasann kota santri yang berada dikabupaten Tuban.
Dikawasan Senori, setelah berkembangnya ilmu keagamaan dapat dilihat
sekarang kawasan ini memiliki kurang lebih 16 pondok pesantren yang
terletak di kecamatan Senori, yang mayoritas santrinya masuk dalam lembaga
pendidikan Yayasan Madrasah Islamiyah Sunnatunnur, baik dari jenjang
Madrasah Ibtidaiyah, Madrasah Tsanawiyah maupun Madrasah Aliyah.
Yayasan Madrasah Islamiyah Sunnatunnur telah melakukan berbagai
usaha dalam mengatasi masalah yang dihadapi oleh masyarakat setempat,
terutama masalah keterbelakangan pendidikan dan moral yang pernah terjadi
sebelumnya. Upaya memajukan pendidikan hampir mencakup semua
komponen pendidikan, misalnya, pembaharuan dalam kurikulum dan proses
belajar mengajar yang dilakukan didalamnya, peningkatan kualitas guru,
penggandaan buku mata pelajaran dan sarana prasarana belajar yang ada
didalamnya.13 Yayasan Madrasah Islamiyah Sunnatunnur telah memberikan
perhatian yang amat besar terhadap pembentukan lembaga pendidikan yang
ada dilingkungan yayasan, yang ditujukan untuk kemajuan pemikiran
13
masyarakat setempat, sebab mereka menyadari bahwa pendidikan merupakan
tiang dalam kehidupan.
2. Pendirian Madrasah Formal
Jatisari merupakan sebuah desa yang terletak di kecamatan Senori
kabupaten Tuban. Di daerah ini ada beberapa tokoh ulama yang di pelopori
oleh KH. Masyhuri yang telah bersepakat untuk membentuk sebuah lembaga
pendidikan formal bagi masyarakat sekitar. Dengan mengadakan musyawarah
dengan para alim ulama lainnya, seperti KH. Abul Fadlol, KH. Munawwar,
KH. Nur Salim, KH. Shodiq, KH. Thohir, KH. Masykur, berdirilah
pendidikan formal Islam pertama di kecamatan Senori tersebut, tepatnya pada
17 Juli 1929, yang diberi nama Madrasah Islamiyah Senori (MIS).14
Pada 1927, KH. Masyhuri menantu dari Kiai Syahid, mengadakan
sebuah perkumpulan dengan para kiai di daerah Senori. Dalam perkumpulan
tersebut para alim ulama’ membahas mengenai koordinasi akan adanya
pendidikan anak-anak, khususnya diwilayah Senori tersebut. Adapun
koordinasi ini diketuai oleh KH. Masyhuri dan dianggotai oleh K. Nursyam,
KH. Nur Salim, KH. Djuned, KH.Abul Fadlol, KH. Munawwar dan lain
sebagainya. Dalam perencanaan ini banyak masyarakat Senori yang merespon
positif terhadap perencanaan pembentukan lembaga pendidikan. Dengan
melihat respon yang positif terhadap perencanaan yang telah
14 Departemen Agama Republik Indonesia, Piagam terdaftar Madrasah Ibtida’iyah
dimusyawarahkan oleh para alim ulama di wilayah tersebut, maka
dibangunlah madrasah formal tingkah dasar atau ibtidaiyah.15
Pada 17 Juli 1929 Madrasah formal tingkat ibtidaiyah ini didirikan di
atas tanah milik kiai Syahid dengan bentuk los (tanpa ada pembatas ruangan),
dan berdinding kayu.16 Pendirian madrasah ini digunakan untuk melengkapi
pendidikan pesantren yang ada disekitar wilayah Senori. Pengajaran dalam
pesantren yang telah ada sebelumnya tidak mengajarkan CALISTUNG (Baca,
Tulis, Hitung) kepada santrinya, dalam hal ini dirasa lembaga pendidikan
formal dapat melengkapi para santri agar bisa belajar CALISTUNG.17
Dalam pembagian ruangannya para pendiri lembaga pendidikan formal
ini mengunakan penyekat yang terbuat dari papan yang dapat digeser, yang
dinilai lebih efektif untuk menyesuaikan jumlah siswa yang belajar dari kelas
1-6. Dalam pembagian kelas, para ustadz membagi siswa-siswinya
berdasarkan dengan kemampuan yang dimiliki oleh siswa-siswi yang ada,
bukan berdasarkan umur mereka.18
Pada awal berdirinya, di Senori hanya ada satu lembaga pendidikan
yakni pendidikan Madrasah Ibtida’iyah dan masih berstatus pengurus
madrasah belum pengurus yayasan. Kebutuhan akan perkembangan
15 Wakhid, “Perjalanan Panjang Sunnatunnur Mengelola Lembaga Pendidikan Berkembang di Tangan Kader NU dan Pesantren”, Tabloid Nusa LP. Ma’arif NU Tuban ( Juni 2014), 8.
16
Arsip, Lembaga Pendidikan Maarif Wilayah Jawa Timur, Akte Notaris Joenoes E. Maogimon No. 103/1986, Piagam, 1986.
17
Mudjamik, Wawancara, Tuban, 17 Oktober 2015. 18
pendidikan dan kebutuhan akan jenjang pendidikan yang lebih tinggi
dikalangan masyarakat setempat serta semakin berkembangnya zaman. Para
pengurus Madrasah Islamiyah menyepakati akan berdirinya lembaga
pendidikan yang lebih tinggi sebagai fasilitas bagi para siswa-siswi dalam
memperdalam intelektual mereka.19 Tahun 1958 para pengurus Madrasah
Islamiyah sepakat mendirikan lembaga pendidikan jenjang Madrasah
Tsanawiyah atau setara dengan SMP.20 Pada 1978 lembaga pendidikan ini
baru mendapatkan SK dari kantor wilayah departemen agama Jawa Timur.21
Pada awal berdirinya, Madrasah Tsanawiyah ini terdiri dari siswa
putra-putri, namun dari tahun ketahun minat masyarakat untuk melanjutkan
tingkat pendidikan putra-putrinya semakin meningkat, hal ini mengharuskan
pengurus yayasan untuk menambah kelas pada tingkat lembaga pendidikan
MTs. Sarana dan prasana pada lembaga madrasah ini sangatlah terbatas,
maka pengurus yayasan memutuskan untuk memisahkan antara siswa putra
dan siswi putri di tingkat MTs. Penambahan anak didik bukan hanya dari
daerah sendiri, melainkan banyak tambahan anak didik dari daerah luar. Pada
1963 MTs Islamiyah diresmikan dipecah secara administratif dari satu kepala
madrasah yang saat itu dikepalai oleh KH. Muwahib Suyuti, dan MTs banin
dikepalai oleh KH. Mudjammik. Adapun sistem pembelajarannya, putra
19
Dokumen Pendidikan MI. Islamiyah Banin Jatisari Senori Tuban, 1994, 1-2. 20
Piagam Madrasah Tsanawiyah Islamiyah Sunnatunnur, Departemen Agama Republik Indonesia Nomor: L.m./3/183/B/1978, 1978.
21
masuk sekolah pada pagi hari dan putri disiang hari, hal ini dilakukan sampai
sekarang.22
Pendirian pendidikan agama di luar pesantren juga mendapat
dukungan positif dari para kiai pemilik pesantren di Senori seperti KH.
Munawwar (PP. Mansyaul Huda), KH. Shodiq, KH. Masykur (PP. Al
Hidayah), KH. Abul Fadlol (PP. Darul Ulum).
Pada 1965 terjadilah letusan Gerakan 30/S PKI, yang mana hal ini
menoreh keprihatinan para pendiri madrasah islamiyah untuk lebih
membentengi para masyarakat setempat dari komunisme yang terjadi. Pada
tahun ini terjadi kemrosotan moral pada masyarakat setempat, karena
pengaruh dari kominisme. Para pendiri madrasah Islamiyah memiliki tindakan
dalam hal ini, yakni, membentengi para penerus bangsa dengan pendidikan
sejak dini. Pada 1 September 1966 didirikanlah lembaga pendidikan Raoudltul
Athfal yang setara dengan TK (Taman Kanak-kanak). Gedung lembaga
pendidikan ini terletak di bangunan milik K. Masykur di desa Sendang 100
meter dari gedung MI dan MTs Islamiyah sunnatunnur.23
Pada 1970 para pendiri Yayasan Madrasah Islamiyah Sunnatunnur
mulai merintis sebuah lembaga pendidikan Madrasah Aliyah yang mana
masdrasah ini setara dengan tingkat SMA/SMK, namun sayang Madrasah
22
Mudjamik, Wawancara, Tuban, 17 Oktober 2015.
Aliyah periode 1 ini mengalami mati suri setelah beberapa tahun berdiri, hal
ini dikarenakan adanya persoalan politik organisasi Islam Nahdlotul Ulama.24
Nahdlotul Ulama’ (NU) merupakan salah satu organisasi politik yang
mengikuti pemilu pertama tahun 1971, dan pada saat ini organisasi NU
membutuhkan dukungan yang kongret dari para warga Nahdliyin. Organisasi
NU dikalangan masyarakat pada saat itu belum mendapatkan respon yang
positif dan masyarakat masih menanggapi hal ini dengan sikap yang dingin.
Hal ini menarik perhatian para tenaga pengajar pada lembaga pendidikan
tingkat Aliyah, yang mana para pengajarnya sebagian besar merupakan kader
NU, dan mereka berambisi untuk memperjuangkan partai NU, agar dapat
berhasil dalam melakukan pemilu pertama. Para tenaga pengajar Aliyah, pada
saat ini ingin lebih memfokuskan diri untuk memperjuangkan partai NU agar
bisa menang baik ditingkat ranting, anak cabang, cabang, hingga meraih
kemenangan pada wilayah pusat di Jakarta.25
Kehadiran PKI ditengah-tengah masyarakat membuat khawatir para
kader NU, karena kehadiran PKI mendapatkan simpati yang besar oleh
masyarakat awam, hal ini akan menjadikan PKI sebagai salah satu penguasa
parlemen yang ada, dan jika ini terjadi akan menjadi suatu ancaman bagi
bangsa Indonesia yang mana mayoritas penduduknya beragama Islam. PKI
memiliki sikap tidak simpati terhadap para tokoh agama dan santri, hal ini
24
Muhajar Salim, Wawancara, Tuban 24 September 2015. 25
mendorong para kader NU yang mana sebagai guru Aliyah Senori, lebih
memfokuskan pemikiran mereka pada dunia politik dari pada pendidikan.
Madrasah Aliyah periode I hanya bertahan selama 2 tahun, yang kemudian
mengalami mati suri selama kurang lebih 10 tahun.26
Pada 1 Juni 1981 Madrasah Aliyah Islamiyah Sunnatunnur periode II
mulai melakukan pembaharuan pembelajaran. Madrasah Aliyah Islamiyah
Sunnatunnur mulai berdiri kembali dan pengurus yayasan telah membuka
pendaftaran bagi siswa-siswi lanjutan dari tingkat MTs.27 Madrasah Aliyah ini
diketuai oleh KH. In’am Husnan. Pada tahun 1998 didirikanlah madrasah
diniyah, yang mana bertujuan untuk memperdalam pengetahuan bagi
siswa-siswi yang mengenyam pendidikan dalam Yayasan Islamiyah sunnatunnur,
yang tidak bertempat tinggal dipesantren, pengurus yayasan mulai membuka
jenjang diniyah pada 1 Juni 1998, dengan memiliki dua kelas yakni kelas Ula
dan Wustho.
Pada 21 Juni 1997, pengurus madrasah Islamiyah yang diketuai oleh
KH. Mas’udi, putra dari KH. Shodiq mendatangi notaris Nurul Yakin, SH
Tuban untuk mendaftarkan lembaga Madrasah Islamiyah Sunnatunnur
menjadi sebuah yayasan, dan berkas diregistrasi dengan nomor 52, dan
kemudian berkas tersebut didaftarkan ke panitera pengadilan Negri Tuban
pada 24 Juni 1997, untuk mendapatkan legalitas oleh panitera pengadilan
26
Muhajar Salim, Wawancara, Tuban, 24 September 2015. 27
Negeri Tuban Syaiful Bachri, SH dan berkas tersebut didaftar dengan nomor
11/1997.28 Pada tahun 1997 Yayasan Madrassah Islamiyah Sunnatunnur mulai
diresmikan yang dikepalai oleh KH. Muhammad Muhyiddin Munawwar,
putra dari KH. Munawwar perintis Madrasah Islamiyah pertama.29
Melihat adanya prospektif pendidikan yang maju di daerah Senori,
para pengurus Madrasah periode ke II ini berusaha keras untuk mengupayakan
lembaga yang memiliki badan hukum, hal ini ditujukan untuk melegalkan
dengan formal dan memiliki kekuatan hukum pada madrasah dalam Yayasan
Islamiyah Sunnatunnur, dengan memiliki kekuatan hukum dan memiliki surat
perizinan dapat menambah kepercayaan masyarakat dan pemerintah setempat
dalam mengelola dana sumbangan yang akan digunakan untuk memajukan
sarana-prasarana mengajar didalamnya. Perubahan status pengurus menjadi
Yayasan mendapatkan tanggapan positif dari masyarakat serta badan
pemerintahan setempat, dan dengan hal ini pengurus yayasan dapat dengan
mudah mencari dana untuk pembangunan dan pengembangan madrasah.30
Adapun struktur organisasi pada Yayasan Madrasah Islamiyah
Sunnatunnur sebagai berikut:
28
Akta pendirian Yayasan Madrasah Islamiyah Sunnatunnur No:52 tahun 1997. Notaris Nurul Yakin, SH. 1997.
29
Muhammad Muhyiddin Munawwar, Wawancara, Tuban, 4 November 2015. 30
1) Susunan Pengurus Madrasah Islamiyah Tahun 1994/1995
Penasehat 1. KH. Abd. Ghofur 2. H. Nur Hadi
Ketua 1. Mas’udi Shodiq, BA
2. H. Abd. Sjakur Sujitno, BA
Sekertaris 1. Hilaluddin Qomar 2. KH. Mudjamik
Bendahara
1. KH. M. Muhyiddin Munawwar
2. H. Masykuri
Anggota 1. Habib Nur Salim 2. H. Shulton 3. H. Fathoni
2) Susunan Struktur Organisasi Yayasan Madrasah Islamiyah Sunnatunnur 1997.
Pengasuh Yayasan Madrasah
Islamiyah Sunnatunnur
KETUA UMUM
Bendahara Umum
Sekertaris Umum Anggota
Bidang Pendidikan
Bidang Keuangan
Bidang Pembangunan Bidang Sosial
Masyarakat
Lembaga Pendidikan
Roudlotul Atfal (RA)
Madrasah Ibtidaiyah Banat
MTs Banat Madrasah Diniyah
SMAI
MTs Banin
Madrassah Ibtidaiyah Banin Madrassah Aliyah
STAI
3. Susunan Pengurus Yayasan Madrasah Islamiyah Sunnatunnur Senori, Tuban
1997-2001
Penasehat/Pelindung Yayasan Madrasah Islamiyah Sunnatunnur
Kyai Haji Abdul Ghofur
Haji Nur Hadi
Ketua I : KH. Mashudi Shodiq
Ketua II : KH. Muhammad Muchyiddin Munawwar
Ketua III : KH. Ahmad Fathoni Thohir
Sekertaris I : Taufiqurrahman
Sekertaris II : KH. Sukur Suyitno
Bendahara I : Nurhasym Mashuri
Bendahara II : H. Masykuri
Anggota : 1. H. Abdurrahim Masykur
2. Sirajuddin Suhaimi
4. M. Rosydi Nursalim
5. Abdul Hamid Masyhudi
Madrasah Ibtidaiyah : Hilaluddin Qomar (Kepala MI Banin)
Jouharuddin Khudlori (Kepala MI Banat)
Madrasah MTs : KH. Muwahib Suyuti (Kepala MTs Banat)
KH. Mudjammik (Kepala MTs Banin)
Madrasah MA : M. In’am Husnan, BA
(Data kepengurusan dalam akta pengesahan Yayasan Sunnatunnur
1997-2001)
4) Pengurus Yayasan Madrasah Islamiyah Sunnatunnur Senori, Tuban
2001-2014
Ketua Pembina
Kholid Ubed
Drs. H. Fajrudl Dhuha, SH.
Ketua I : KH. Muhammad Muhyiddin Munawwar
Ketua II : Dr. H. Zainur Rofiq
Sekertaris I : H. Mohammad Muhajar
Sekertaris II : Taufiqurrahman
Bendahara I : H. Nur Hasyim
Bendahara II : H. Abdul Hakam
Pengawas : Mohammad Sirodjuddin
Anggota : 1. Narjus Suud
2. Abdul Muiz
Kepala Madrasah MI :
Madrasah MTs : Kholilurrohman, S.Pd.I (Kepala MTs Banin)
Siti Masripah, S.Pd.I (Kepala MTs Banat)
Madrasah MA : KH. Muwahib Suyuti
Diniyah :
BAB III
LEMBAGA PENDIDIKAN YAYASAN MADRASAH ISLAMIYAH
SUNNATUNNUR (MIS)
A. Perkembangan Lembaga Pendidikan dalam Yayasan Madrasah Islamiyah
Sunnatunnur , Senori, Tuban.
Perkembangan suatu lembaga pendidikan merupakan suatu alur perubahan
yang ada pada lembaga pendidikan tersebut, hal ini biasa disebut dengan
periodisasi sejarah. Periodisasi sejarah merupakan salah satu ciri khas bagi ilmu
sejarah. Periodesasi sejarah mengkaji tentang suatu peristiwa dalam konteks
waktu maupun tempat, dengan memfokuskan pembahasan dalam satu titik
fokus.1
Pada pembahasan ini penulis memfokuskan pembahasanya tentang
perkembangan lembaga pendidikan dalam Yayasan Madrasah Islamiyah
Sunnatunnur, dan periodesasi waktunya. Suatu peristiwa sejarah pasti memiliki
masa-masa dalam perkembangannya, dalam hal ini dijelaskan mengenai masa
permulaan, yang diawali oleh masa awal berdirinya lembaga pendidikan dalam
naungan Yayasan Islamiyah Sunnatunnur tahun 1929-1958, dan masa kedua
1958-1997, merupakan masa terjadinya banyak konflik didalamnya, dan pada
masa ketiga 1997-2005 merupakan masa kejayaan lembaga pendidikan dalam
naungan Yayasan Madrasah Islamiyah Sunnatunnur.
1
1. Periode I tahun 1929-1958
Tahun 1929 merupakan masa awal perintisan sebuah lembaga
pendidikan formal yang ada di kecamatan Senori, Kabupaten Tuban.
Lembaga pendidikan formal ini merupakan salah satu lembaga pendidikan
Islam pertama di kabupaten Tuban. Lembaga pendidikan ini mulai dirintis
sejak 1927 oleh kiai Syahid, dan terealisasikan tahun 1929 oleh KH.
Masyhuri, beliau merupakan menantu dari Kyai Syahid.2
Pada 1929, berdiri sebuah lembaga pendidikan formal tingkat
Madrasah Ibtidaiyah, yang diberi nama Islamiyah. Proses pembelajaran pada
waktu itu dilaksanakan di langgar atau sebuah mushala dengan memiliki
satu ruangan sederhana yang terbuat dari kayu dan mengunakan pembatas
untuk memisahkan para siswa yang menjalankan proses belajar mengajar.
Pada saat itu siswa dominan anak laki-laki. Proses belajar mengajar
dilakukan seperti halnya belajar dipondok pesantren, yakni mengajarkan
tentang baca-tulis Al-Qur’an dan akhlak, namun dalam lembaga pendidikan
formal ini ada tambahan pelajaran berhitung dan membaca huruf yang tidak
diajarkan di sebuah pondok pesantren. Hal ini dikarenakan pada waktu itu
daerah Senori sedang mengalami kemerosotan moral, selain itu lembaga
2
pendidikan di Senori belum diberikan ketetapan oleh menteri pendidikan
dalam proses belajar mengajar.3
Madrasah Ibtidaiyah ini mengalami sedikit perkembangan yang berupa
mulai bertingkatnya minat masyarakat untuk mengembangkan pendidikan
pada putra-putrinya. Hal ini terlihat dengan bertambahnya siswa-siswi yang
mengikuti pembelajaran, pada tahun 1929 Madrasah ini hanya memiliki
kurang lebih 48 siswa, dan setelah 8 tahun berjalan yakni pada tahun 1937
memiliki 105 siswa.4
Pada tahun 1937, para pengurus madrasah mendiskusikan untuk
menambah ruang kelas yang ada, dan pada 10 Oktober 1937 disepati untuk
mendirikan Madrasah Ibtidaiyah khusus wanita.5 Minat masyarakat untuk
menyekolahkan putra-putrinya mulai muncul dan mulai terlihat pentingnya
kiprah muslimat NU dalam masyarakat umum, dengan alasan ini
didirikankan madrasah khusus wanita yang diberi nama Madrasah Ibtidaiyah
Islamiyah Banat.6
Permasalahan yang selalu ada pada saat ini adalah keterbatasan dana
untuk melakukan proses belajar mengajar di lembaga pendidikan Islam
Madrasah Islamiyah Senori. Para perintis berusaha keras dalam kemajuan
lembaga pendidikan Islamiyah, mereka menanggulangi dana pendidikan
3
Mudjamik, Wawancara, Tuban, 15 Oktober 2015. 4
Minanurrahman, Wawancara, Tuban, 6 November 2015. 5
Departemen Agama Republik Indonesia, Piagam Madrasah, Nomor: L.m./3/3425/A/1978.
dengan cara patungan. Para perintis hanya bermodal ikhlas dalam
mengembangkan dan memajukan pendidikan di wilayah Senori, Kab.
Tuban.7 Masyarakat awam pada tahun 1929-1937 masih enggan untuk
menyekolahkan para putra-putrinya jika diminta untuk membayar, oleh
karena itu para perintis berusaha keras untuk mencari dana sendiri dan
mengajar serta mengembangkan kemajuan pendidikan yang ada. Masyarakat
setempat hanya memberikan sumbangsi berupa tenaga dalam pembangunan
serta melibatkan dirinya dalam proses belajar mengajar.8
Pada tahun 1939-1942 terjadi perang dunia II.9 Perang dunia II ini juga
sangat berpengaruh terhadap proses belajar mengajar pada lembaga
pendidikan yang baru berdiri. Pada masa ini para siswa-siswi merasa takut
akan serangan-serangan pada perang dunia II. KH. Muhyiddin Munawwar
menyatakan:
“Pada waktu saya baru lahir, saya memiliki kakak KH. Abdul Ghofur almarhum, pada zaman perang dunia II almarhum mengatakan bahwasannya banyak para tentara jerman yang melakukan serangan di Indonesia termasuk di Senori. Kegiatan belajar mengajar dilakukan secara sembunyi-sembunyi, kadang kala dilakukan pada malam hari dan kadang kala dilakukan
pada siang hari, sesuai dengan situasi yang dianggap aman. Kadang kala ketika di tengah proses belajar mengajar ada beberapa anggota tentara Jerman terlihat disekeliling madrasah, para siswa siswi langsung ketakutan dan bersembunyi ditempat yang aman”.10
7
Mudjamik, Wawancara, Tuban, 15 Oktober 2015. 8
A. Musta’in, “ Merintis Madrasah Formal”, 14. 9
Ahmad Masur Suryanegara, Api Sejarah 2 ( Bandung: PT Grafindo Media Pratama, 2002), 170. 10
Pada tahun 1942-1945 Madrasah Ibtidaiyah mengalami kefakuman
dalam proses belajar mengajar, hal ini terjadi karena pada pemerintahan
Jepang masyarakat mengalami tekanan dari jepang dan proses belajar
mengajar mulai tersendat-sendat, hal ini mengakibatkan selalu
berpidah-pindahnya tempat dalam melakukan belajar-mengajar.11
Pada saat ini sistem belajar mengajar juga mengalami kesulitan,
karena keterbatasan tenaga pendidik, yang berjumlah 6 tenaga pendidik
dengan siswa-siswi berjumlah 48, pada tahun pertama dan 15 tenaga
pendidika pada tahun 1945-an, namun jumlah tenaga pengajar tersebut tidak
memiliki waktu tetap dalam mengajar.12 Tugas mengajar dilakukan secara
bergantian, dikarenakan setiap tenaga pengajar memiliki aktifitas yang
berbeda. Tenaga pendidik Madrasah Ibtidaiyah juga banyak yang masih
menjadi murid di salah satu lembaga pendidikan dan pondok pesantren yang
ada.13
Sarana prasarana pada tahun 1929-1958, sangatlah sederhana, ruangan
untuk proses belajar mengajar belum berupa klasikal, hannya berupa satu
ruang dan diberi pembatas untuk membedakan tingkatan kelas. Proses
belajar mengajar dilaksanakan denagan bentuk lesehan dalam sebuah
ruangan milik KH. Masyhuri (sebagai inisiator pembentukan lembaga
pendidikan formal), pada tahun 1933 atas bantuan para alim ulama’ lainnya
11
Mudjamik, Wawancara, Tuban, 14 Oktober 2015. 12
Minanurrahman, Wawancara, Tuban, 6 November 2015. 13
beserta para pemerintahan desa yakni bapak Suchaimi selaku kepala desa,
melakukan kegiatan gotong royong untuk mendirikan bangunan yang
berlokasi di sebelah masjid Senori yang berbentuk los dan diberikan satir
sebagai pemisah antar kelas.14 Mata pelajaran yang diajarkan