• Tidak ada hasil yang ditemukan

GAMBARAN KARAKTERISTIK WARNING SIGN WHO 2009 PADA PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE ( DBD ) ANAK DAN DEWASA ipi365144

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "GAMBARAN KARAKTERISTIK WARNING SIGN WHO 2009 PADA PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE ( DBD ) ANAK DAN DEWASA ipi365144"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

MMM, Vol. 4 No. 4 Oktober : 609-617

GAMBARAN KARAKTERISTIK

WARNING SIGN

WHO 2009 PADA

PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE ( DBD ) ANAK DAN

DEWASA

Dila Apriliani Zein1, MM DEAH Hapsari2, Nur Farhanah3

1 Mahasiswa Program Pendidikan S-1 Kedokteran Umum, Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro 2

Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro

3 Staf Pengajar Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro

Jl. Prof. H. Soedarto, SH., Tembalang -Semarang 50275, Telp. 02476928010

ABSTRAK

Latar belakang: Warning sign pada demam berdarah dengue (DBD) merupakan prediktor derajat beratnya penyakit yang mengawali manifestasi syok dan muncul menjelang akhir fase demam, antara hari ke-3 sampai 7 pada penderita DBD. Usia merupakan faktor host dimana dapat mempengaruhi kepekaan terhadap infeksi virus dari penyakit DBD. Penelitian mengenai gambaran perbedaan karakteristik warning sign pada penyakit DBD anak berusia 0-19 tahun dan dewasa berusia >0-19 tahun masih sedikit sehingga penelitian ini perlu dilakukan.

Tujuan: Mengetahui gambaran perbedaan karakteristik warning sign WHO 2009 pada penyakit demam berdarah dengue ( DBD ) anak dan dewasa.

Metode: Penelitian observasional analitik dengan rancangan cross sectional retrospektif pada 50 subjek anak dan 50 subjek dewasa yang telah didiagnosis menderita penyakit DBD derajat I dan II dengan status gizi baik. Pengambilan data dilakukan dengan melihat warning sign

melalui observasi rekam medis dari Januari 2013 sampai Maret 2015.

Hasil: Warning sign pada usia anak didapatkan nyeri abdomen 68%, muntah persisten 32%, perdarahan mukosa 88%, dan pembesaran hepar 24% sedangkan usia dewasa didapatkan nyeri abdomen 60%, muntah persisten 34%, perdarahan mukosa 56%, dan pembesaran hepar 4%. Hasil analisis diperoleh perdarahan mukosa dan pembesaran hepar sebagai gambaran karakteristik warning sign yang paling menunjukan perbedaan pada anak dan dewasa dengan nilai p sebesar <0,001 dan 0,004.

Kesimpulan: Terdapat gambaran perbedaan bermakna karakteristik warning sign perdarahan mukosa dan pembesaran hepar pada penyakit DBD anak dan dewasa.

Kata kunci: demam berdarah dengue, warning sign, anak, dewasa

ABSTRACT

DESCRIPTION OF CHARACTERISTICS WARNING SIGN WHO 2009 ON DENGUE HAEMORRHAGIC FEVER (DBD) CHILDREN AND ADULTS

Background: Warning sign on dengue hemorrhagic fever (DHF) was a predictor of degree of

severity disease that started the manifestations shock and appeared towards the end of febrile phase, between day 3 to 7 in patients with DHF. Age was a factor which affect host susceptibility to viral infections of DHF disease. Research on the description of different characteristics of DHF warning sign in children aged 0-19 years and adults aged >19 years was still a little bit so this research needed to be done.

Objective: To determine differences in the characteristics of description warning sign WHO

2009 on disease DHF children and adults.

Methods: The study was observational analytic cross-sectional retrospective on 50 children

(2)

MMM, Vol. 4 No. 4 Oktober : 609-617

nutritional status. Data retrieval was done by looking at warning sign through observation of medical records from January 2013 until March 2015.

Results: Warning sign on the child obtained 68% abdominal pain, persistent vomiting 32%,

88% mucosal bleeding, and 24% liver enlargement, while adult obtained 60% abdominal pain, persistent vomiting 34%, 56% mucosa hemorrhage, and 4% liver enlargement. Results obtained by analysis of mucosal bleeding and liver enlargement as a description of the most characteristic warning sign indicated difference in children and adults with p value of <0.001 and 0.004.

Conclusions: There was significant differences in the characteristics of description warning

sign mucosal bleeding and liver enlargement in children and adults of DHF.

Keywords: dengue hemorraghic fever, warning sign, children, adults

PENDAHULUAN

Demam berdarah dengue (DBD) merupakan penyakit arbovirus dari keluarga

flavivirus yang memiliki empat serotype berbeda (DEN-1, -2, -3, and -4) yang ditularkan

melalui gigitan nyamuk betina Aedes aegypti dan Aedes albopictus. Demam berdarah dengue

(DBD) menjadi perhatian di seluruh dunia terutama di Asia dikarenakan sebagai penyebab

utama kesakitan dan kematian anak.1 Data dari WHO menunjukkan sekitar 1,8 miliar (lebih

dari 70%) dari populasi berisiko dengue di seluruh dunia yang tinggal di negara anggota

WHO wilayah Asia Tenggara dan Pasifik Barat, menderita hampir 75% dari beban penyakit

global saat ini disebabkan oleh demam berdarah dengue (DBD). 2

Berdasarkan data dari Kementrian Kesehatan Indonesia tahun 2012 menyebutkan

jumlah penderita DBD di Indonesia sebanyak 90.245 kasus dengan jumlah kematian 816

orang (IR= 37,27 per 100.000 penduduk dan CFR= 0,90 %).3 Di provinsi DKI Jakarta pada

tahun 2007 untuk persentase kasus penyakit DBD terbanyak adalah kelompok usia 5-14 tahun

(36%) kemudian diikuti kelompok usia kurang dari 5 tahun (31%), kelompok usia 15-44

tahun (22%) dan lebih dari 45 tahun (11%).4

Warning sign (tanda bahaya) pada DBD merupakan prediktor derajat beratnya demam

berdarah dengue yang mengawali manifestasi syok dan muncul menjelang akhir fase demam,

antara hari ke-3 sampai 7 pada penderita DBD. Warning sign pada penyakit DBD meliputi

nyeri abdomen berat, muntah yang persisten, perdarahan mukosa, dan pembesaran hepar >2

cm. Nyeri abdomen berat dan muntah yang persisten merupakan indikasi awal dari kebocoran

plasma dan menjadi semakin buruk ketika pasien berkembang ke keadaan syok. Perdarahan

mukosa spontan merupakan manifestasi penting hemoragik. Kelainan hepar adalah hal yang

(3)

MMM, Vol. 4 No. 4 Oktober : 609-617

sering dijumpai pada semua bentuk infeksi dengue. Ukuran pembesaran hepar tidak selalu

berkorelasi dengan beratnya penyakit.5,6

Usia termasuk dalam faktor host dimana dapat mempengaruhi kepekaan terhadap

infeksi virus dari penyakit DBD. Menurut WHO tahun 2003 batas usia anak adalah 0-14

tahun dan usia dewasa adalah di atas 14 tahun.7 Sedangkan batasan usia anak menurut WHO

tahun 2010 adalah 0-19 tahun dan usia dewasa adalah di atas 19 tahun.8 Pasien demam

berdarah dengue ( DBD ) banyak terdapat di usia lebih muda karena memiliki respon imunitas

yang lebih kuat dibanding orang dewasa.9 Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh

SN. Hammond didapatkan nyeri abdomen, perdarahan mukosa dan pembesaran hepar lebih

banyak terdapat pada usia anak dibandingkan dewasa. Sedangkan penelitian yang dilakukan

oleh LJ. Souza didapatkan muntah, nyeri abdomen, perdarahan mukosa dan pembesaran hepar

lebih banyak terdapat pada usia dewasa dibandingkan anak. Pada penelitian tersebut

dilakukan untuk rentang usia anak 0-14 tahun dan dewasa >14 tahun.10,11

Oleh karena aplikasi usia anak menurut WHO 2010 yaitu usia anak <19 tahun di

RSUP Kariadi telah dilakukan pada tahun 2014, peneliti terdorong untuk meneliti gambaran

perbedaan karakteristik warning sign WHO 2009 pada penyakit demam berdarah dengue (

DBD ) anak dan dewasa dengan batas usia menurut WHO tahun 2010, dimana usia anak

dikelompokan menjadi <5 tahun, 5-14 tahun dan 14-19 tahun sedangkan usia dewasa adalah

>19 tahun dan membandingkan dengan kriteria usia anak sebelum tahun 2014 yaitu <14

tahun.

METODE

Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan rancangan cross

sectional retrospektif. Penelitian dilakukan di di RSUP Dr.Kariadi Semarang setelah ethical

clearance disetujui sampai bulan Juni 2015. Subjek penelitian dipilih dengan cara

consecutive sampling.

Data penelitian yang didapat merupakan data sekunder yang diperoleh dari rekam

medis pasien di bagian anak dan dewasa bangsal infeksi RSUP Dr. Kariadi Semarang.

Kemudian subjek dibagi ke dalam 2 kelompok yaitu kelompok usia anak 0-19 tahun dan

dewasa >19 tahun. Setelah itu data yang ada diinput ke dalam komputer menggunakan

program SPSS dan dilakukan analisa dari data yang dikumpulkan tersebut.

(4)

MMM, Vol. 4 No. 4 Oktober : 609-617

Didapatkan 100 orang sebagai subjek penelitian, dengan kriteria inklusi adalah anak

berusia 0-19 tahun dan dewasa berusia >19 tahun yang telah didiagnosis secara klinis dan

laboratorium menderita DBD derajat 1 dan 2 atas dasar kriteria WHO dengan status gizi baik.

Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah rekam medis tidak lengkap, pasien dengan

imunokompromais, penyakit lain/komorbid dan gangguan perkembangan.

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah kelompok usia anak <5 tahun, 5-14 tahun,

14-19 tahun, dan usia dewasa adalah >19 tahun penderita penyakit DBD. Variabel terikat

adalah warning sign penyakit DBD yaitu nyeri abdomen, muntah yang persisten, perdarahan

mukosa dan pembesaran hepar >2 cm. Analisis bivariat dilakukan menggunakan uji

komparatif Chi-Square jika syarat uji terpenuhi. Jika syarat uji Chi-Square tidak terpenuhi,

maka dilakukan uji alternatifnya yaitu uji Fisher. Jika memenuhi syarat untuk analisis

multivariat, dilanjutkan dengan regresi logistik.

HASIL

Dari keseluruhan subjek penelitian, terdapat 164 orang didiagnosis demam berdarah

dengue (DBD), dimana DBD derajat I dan II sebanyak 138 orang dan DBD derajat III dan IV

sebanyak 26 orang. Sebanyak 100 orang yang terdiagnosis DBD derajat I dan II yang

mengalami warning sign, 50 orang usia anak dan 50 orang usia dewasa.

Tabel 1. Karakteristik derajat demam berdarah dengue (DBD) kelompok usia anak dan

dewasa

Tabel 2. Karakteristik warning sign pada demam berdarah dengue (DBD) derajat I dan II kelompok usia anak dan dewasa Catatan: satu subjek dapat memiliki lebih dari satu warning sign

(5)

MMM, Vol. 4 No. 4 Oktober : 609-617

Tabel 3. Perbandingan warning sign pada usia anak dan dewasa

Usia Catatan: satu subjek dapat memiliki lebih dari satu warning sign

Analisis Bivariat

Tabel 4. Perbedaan karakteristik warning sign nyeri abdomen pada anak dan dewasa

Usia Nyeri abdomen Tidak nyeri abdomen P

n % n %

Anak 34 68 16 32

0,405 Dewasa 30 60 20 40

Tabel 5. Perbedaan karakteristik warning sign muntah persisten pada anak dan dewasa

Usia Muntah persisten Tidak muntah persisten P

n % n %

Anak 16 32 34 68

0,832 Dewasa 17 34 33 66

Tabel 6. Perbedaan karakteristik warning sign perdarahan mukosa pada anak dan dewasa

Usia Perdarahan mukosa Tidak perdarahan mukosa P

n % n %

Anak 44 88 6 12

<0,001 Dewasa 28 56 22 44

Tabel 7. Perbedaan karakteristik warning sign pembesaran hepar pada anak dan dewasa

Usia Pembesaran hepar Pembesaran hepar P

n % n %

Anak 12 24 38 76

0,004 Dewasa 2 4 48 96

(6)

MMM, Vol. 4 No. 4 Oktober : 609-617

Analisis Multivariat

Analisis multivariat dilakukan menggunakan uji regresi logistik berganda dengan

metode LR (likehood-ratio) pada variabel bebas maupun perancu yang pada analisis bivariat

memiliki nilai p < 0,25.

Tabel 8. Hasil analisis multivariat variabel penelitian

Variabel B Sig Exp(B) CI 95%

Perdarahan mukosa 1,855 0,001 6,391 2,125-19,222

Pembesaran hepar 2,186 0,011 8,900 1,664-47,617

PEMBAHASAN

Hasil analisis bivariat dan multivariat didapatkan variabel-variabel dalam penelitian

secara statistik ada yang bermakna dan tidak bermakna. Variabel penelitian secara statistik

yang memiliki gambaran perbedaan tapi tidak bermakna yaitu nyeri abdomen dan muntah

persisten sedangkan untuk variabel penelitian yang secara statistik memiliki gambaran

perbedaan bermakna (p <0,05) adalah perdarahan mukosa dan pembesaran hepar.

Pada penelitian ini diperoleh subjek usia anak dengan warning sign nyeri abdomen

lebih banyak yaitu 68% dibandingkan usia dewasa yaitu 60%. Hasil ini sesuai dengan

penelitian cross sectional S.N Hammond, dkk didapatkan jumlah anak yang mengalami nyeri

abdomen lebih banyak yaitu 740 penderita (62%) dibandingkan dewasa yaitu 138 penderita

(41%) dikarenakan respon imunitas anak yang lebih tinggi sehingga dapat memberikan respon

nyeri yang lebih hebat.11 Patogenesis nyeri perut di demam berdarah dengue ( DBD ) tidak

secara jelas dipahami. Namun, kebocoran plasma melalui endotelium kapiler yang rusak telah

diajukan. Hal ini menjadi penjelasan untuk terkumpulnya cairan intrabdomen dan oedem

kandung empedu yang berhubungan dengan demam berdarah dengue sehingga apabila

dilakukan pemeriksaan abdomen menimbulkan respon nyeri.12 Fragilitas pembuluh darah

kapiler lebih besar terdapat pada anak dan penurunan jumlah platelet ( trombosit ) pada anak

lebih besar prevalensinya dibandingkan dewasa sehingga kebocoran plasma lebih banyak

terdapat pada anak akibatnya anak menjadi lebih sensitif mengalami nyeri abdomen.11

Pada penelitian ini didapatkan muntah persisten untuk usia anak lebih sedikit yaitu

32% dibandingkan dewasa (34%). Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh L.J Souza,dkk

juga didapatkan muntah pada penyakit DBD jumlah anak lebih sedikit (42,6%) dibandingkan

(7)

MMM, Vol. 4 No. 4 Oktober : 609-617

dewasa (51,2%).10 Kebanyakan orang dewasa jarang muntah. Ketika hal itu terjadi, sama

seperti anak muntah biasanya disebabkan oleh infeksi bakteri atau virus atau jenis keracunan

makanan.13 Pada usia dewasa, 65% penderita mengalami infeksi sekunder virus dengue. Hal

ini menyebabkan kenaikan replikasi virus sebagai faktor non iritasi yang merangsang zona

kemoreseptor pencetus muntah. Sehingga muntah pada usia dewasa menjadi lebih umum

ditemukan.14,15

Pada penelitian ini meneliti perdarahan ringan pada pasien DBD berupa perdarahan

mukosa kulit (ptekie), perdarahan mukosa hidung (epistaksis), dan perdarahan gusi. Subjek

usia anak dengan warning sign perdarahan mukosa didapatkan lebih banyak yaitu 88%

daripada usia dewasa (56%). Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh L. Kittigul, dkk

juga didapatkan jumlah anak lebih banyak yaitu 27,7% dibandingkan dewasa (14,5%).16,17

Manifestasi perdarahan menurun dengan peningkatan usia. Hal ini disebabkan oleh fragilitas

pembuluh darah kapiler dan penurunan jumlah platelet ( trombosit ) pada anak lebih besar

prevalensinya dibandingkan dewasa. Pada usia anak, penurunan jumlah platelet (trombosit)

lebih besar dikarenakan aktivasi komplemen meningkat pada endotel yang terinfeksi virus.

Trombosit adalah komponen penting dari plug pembuluh darah yang terbentuk selama

hemostasis untuk membatasi kehilangan darah sekunder terhadap kerusakan pembuluh darah.

Apabila ada gangguan disertai insufisien jumlah platelet (disfungsi platelet) menyebabkan

fragilitas pembuluh darah kapiler yang dapat berkontribusi untuk terjadinya patologis

perdarahan. Petanda kerusakan sel endotel adalah peningkatan permeabilitas vaskuler dan

dilepaskannya trombosit. 11,14,18

Penelitian ini didapatkan subjek usia anak dengan warning sign pembesaran

hepar lebih banyak yaitu 24% daripada usia dewasa (4%). Pembesaran hepar pada penyakit

DBD untuk anak dan dewasa dari penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh S. Hanafusa,

dkk didapatkan pembesaran hepar lebih banyak terdapat pada usia anak yaitu 82,1%

dibandingkan dewasa (75%) dan O. Wichmann, dkk juga didapatkan lebih banyak terdapat

pada usia anak yaitu 43% dibandingkan dewasa (28%).19,20 Virus dengue mampu bereplikasi

dalam sel hepar menyebabkan jejas hepatoselular. Proses kematian sel hepatosit dan kupffer

akibat DBD selain melalui apoptosis juga melalui nekrosis. Nekrosis tidak terlepas dari

keterlibatan sistem retikuloendotelial, kompleks imun, aktivasi komplemen, komplek antigen

antibodi, agregasi trombosit dan perubahan endotel. Nekrosis ditandai oleh kerusakan

membran plasma, disfungsi mitokondria dan lisis sel, disertai proses inflamasi dan akumulasi

(8)

MMM, Vol. 4 No. 4 Oktober : 609-617

sel fagosit. Kelainan berupa hepatitis tersebut yang menyebabkan penderita sering mengeluh

nyeri pada hipokhondrium kanan, hepatomegali, dan peningkatan kadar transaminase.

Apabila anak terinfeksi oleh virus dengue, respon immunopatologi yang terjadi akan lebih

hebat sehingga warning sign yang muncul pada anak lebih hebat dibandingkan dengan usia

dewasa. Pada anak penurunan trombosit lebih hebat karena aktivasi komplemen sehingga

nekrosis sel hepar yang terjadi lebih banyak menyebabkan sel hepar hiperplastik dan

pembesaran hepar.9,21

DAFTAR PUSTAKA

1. Kaushik A, Pineda C, Kest H. Diagnosis and management of dengue fever in children. Pediatrics in Review 2010;31(2):30.

2. WHO. Guidelines for diagnosis, treatment, prevention and control. WHO Library Cataloguing in Publication Data; 2009. p. 4.

3. Kementrian Kesehatan. Profil pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan tahun 2012. Direktorat Jenderal Pengendalian dan Penyehatan Lingkungan 2013: 114-5. 4. Karyanti MR, Hadinegoro SR. Perubahan epidemiologi demam berdarah dengue di

Indonesia. Sari Pediatri 2009:424-32.

9. Djati AP, Rahayujati B, Raharto S. Faktor risiko demam berdarah dengue di kecamatan wonosari kabupaten gunungkidul provinsi DIY tahun 2010. Prosiding Seminar Nasional Kesehatan FKIK Unsoed 2012:1-16.

10. Souza LJ, Pessanha LB, Mansur LC, Souza LA, Ribeiro MBT, Silveira MV et al. Comparison of clinical and laboratory characteristics between children and adults with dengue. Braz J Infect Dis 2013; 17(1):27-31.

11. Hammond SN, Balmaseda A, Pérez L, Tellez Y, Saborío SI, Mercado JC et al. Differences in dengue severity in infants, children, and adults in a 3-year hospital-based study in Nicaragua. Am J Trop Med Hyg 2005;73(6):1063-70.

12. Weerakoona KGAD, Chandrasekaramb S, Jayabahub JPSNK, Gunasenac S Kularatnea SAM. Acute abdominal pain in dengue haemorrhagic fever: A study in Sri Lanka, 2009. Dengue Buletin 2009;33:70-74.

13. Krucik G. Nausea and Vomiting. [Online]. 2012 [cited : 2015 Februari 6]. Available from: URL:http://www.healthline.com/health/nausea-and-vomiting#Overview1

14. Setiati TE, Soemantri AG. Demam Berdarah Dengue pada Anak Patofisiologi, Resusitasi Mikrovaskuler dan Terapi Komponen Darah. Semarang: Pelita Insani;2009.p.30.

(9)

MMM, Vol. 4 No. 4 Oktober : 609-617

15. Guilarde AO, Turchi MD, Siqueira JB, Feres VCR, Rocha B, Levi JE et al. Dengue and Dengue Hemorrhagic Fever Among Adult: Clinical Outcome Related to Viremia, Serotype and Antibody Response. J Infect Dis 2008;197(6):817-824.

16. Tantawichien T. Dengue fever and dengue hemoraghic fever in adolescents and adult. Paediatr Int Child Health 2012;32:22-27.

17. Kittigul L, Pitakarnjanakul P, Sujirarat D, Siripanichgon K. The differences of clinical manifestations and laboratory findings in children and adults with dengue virus infection. J Clin Vir 2007;39(2):76-81.

18. Byatnal A, Mahajan N, Koppal S, Ravikiran A, Thriveni R, Parvathi DMK. Unusual yet isolated oral manifestastions of persistent thrombocytopenia – a rare case report. Braz J Oral Sci 2013;12(3).

19. Hanafusa S, Chanyasanha C, Sujirarat D, Khuankhunsathid I, Yaguchi A, Suzuki T. Clinical feature and differences between child and adult dengue infections in Rayong Province, Southeast Thailand. SE Asian J Trop Med 2008;39(2):252-9.

20. Wichmann O, Hongsiriwon S, Bowonwatanuwong C, Chotivanich K, Sukthana Y and Pukrittayakamee S. Risk factors and clinical features associated with severe dengue infection in adults and children during the 2001 epidemic in Chonburi, Thailand. Trop Med Int Health 2004;9(9):1022-29.

21. Sudaryono. Perbedaan Manifestasi Klinis dan Laboratorium berdasarkan Jenis Imunoglobulin pada Penderita Demam Berdarah Dengue. Universitas Sebelas Maret Surakarta 2011.

Gambar

Tabel 3. Perbandingan warning sign pada usia anak dan dewasa

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini ingin mengetahui terjadinya manajemen laba yang meningkatkan laba pada saat sebelum pergantian direksi secara rutin, pergantian non rutin yang dilakukan karena

a) Emosi yang tinggi. Intensitas emosi bergantung pada tingkat perubahan fisik dan psikologis yang terjadi, sebab pada masa remaja perubahyan emosi terjadi lebih cepat. b)

Penugasan proyek adalah suatu teknik penilaian yang menuntut peserta didik melakukan kegiatan tertentu di luar kegiatan pembelajaran di kelas. Penugasan dapat

Wawancara mendalam penulis lakukan dengan Direktur Operasional Heartline Radio untuk lebih memahami kegiatan-kegiatan manajemen media seperti apa yang dilakukan, dan apa yang

Pembelajaran dengan menggunakan modul menerapkan strategi belajar mahasiswa aktif, karena dalam proses pembelajarannya mahasiswa tidak lagi berperan sebagai pendengar

tabaci yang tumbuh di area pertanaman cabai merah menunjukkan bahwa terdapat 27 spesies tanaman inang yang terdiri dari 22 genus dari 13 famili yang meliputi tanaman budidaya

Kata membiasakan memberi arti melakukan bersama-sama bukan hanya menyuruh. Seperti membiasakan ibadah shalat misalnya. Shalat adalah hubungan paling kuat antara hamba dengan