• Tidak ada hasil yang ditemukan

12 mdl kur PLK terpencil

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "12 mdl kur PLK terpencil"

Copied!
54
0
0

Teks penuh

(1)

MODEL PENGEMBANGAN KURIKULUM

PENDIDIKAN LAYANAN KHUSUS

BAGI PESERTA DIDIK DI DAERAH

TERPENCIL PENDIDIKAN DASAR

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL

BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN

PUSAT KURIKULUM

(2)

Berikut daftar para tim pengembang inti Model Pengembangan Kurikulum Pendidikan Layanan Khusus Pendidikan Dasar untuk Daerah Terpencil

No. Nama Instansi

1 Suci Paresti Pusat Kurikulum

2 Widyaningtyas Siskaningrum, SE., MM LPMP DKI Jakarta

3 Dra Angie Siti Anggari SD Tara Salvia, Pamulang Tanggerang

4 Sardiman, MPd Universitas Negeri Yogyakarta

5 Dewi Sri Handayani, SPd SDI Al Izhar Pondok Labu, Jakarta Selatan

6 Drs Tarunasena Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung

7 Dra Eko Lestariyanti, MPd SDN Pondok Bambu 14, Jakarta Timur

(3)

ABSTRAK

Ada beberapa kendala utama yang membuat daerah terpencil tetap bergerak lamban dalam mencapai kemajuan pendidikan, seperti akses informasi yang terbatas, keadaan alam yang tidak selalu menunjang, jarak tempuh yang relatif jauh ke sekolah, letak permukiman penduduk yang berjauhan/terpencar, transportasi dan komunikasi yang sulit, lemahnya tingkat ekonomi masyarakat, dan masih melekatnya budaya yang menutup diri terhadap kemajuan peradaban. Oleh karenanya pemerintah mencanangkan program Pendidikan Layanan Khusus (UUSPN pasal 32).

Studi pengembangan ini, bertujuan menghasilkan Model Kurikulum Pendidikan Layanan Khusus (PLK) bagi peserta didik di daerah terpencil untuk pendidikan dasar, yang dilengkapi dengan contoh KTSP PLK sekolah terpencil, yang diharapkan dapat membantu para praktisi pendidikan dalam mengelola pembelajarannya, sehingga dapat mengentaskan kemiskinan dan ketertinggaan pada masyarakat di daerah terpencil.

Ruang lingkup daerah pengembangan Kurikulum PLK adalah masyarakat yang tinggal di daerah terpencil bukan diperbatasan. Maksudnya daerah yang terisolasi secara geografis, baik di pegunungan, pulau-pulau terpencil, daerah pedalaman maupun daerah lepas pantai. Daerah yang digunakan sebagai identifikasi kebutuhan lapangan dan sampel ujicoba adalah sekolah dengan kategori secara geografis terpencil pegunungan di Dusun Brau, Batu-Jawa Timur dan Desa Tapang Sebeluh, Sanggau-Kalimantan Barat dan pantai di Dusun Cipurut, Garut- Jawa Barat.

Pengumpulan data pada studi pengembangan ini menggunakan data primer dan data sekunder. Data ini dikumpulkan melalui wawancara, observasi, kuesioner, diskusi fokus dan kajian dokumentasi. Unsur yang terlibat pada studi pengembangan ini adalah Pusat Kurikulum, LPMP, Mandikdasmen, Puslitjaknov-Balitbang, Perguruan Tinggi, LSM, tokoh masyarakat dan para praktisi pendidikan Kepala Dinas Pendidikan, Kabid/Kasie Kurikulum Dinas Pendidikan, UPTD, Pengawas/Penilik, Kepala Sekolah dan Guru.

Pengolahan data dengan menggunakan teknik analisis kualitatif dengan cara mendata masukan kuesioner dan merangkum hasil diskusi fokus tentang pengembangan model kurikulum PLK bagi peserta didik di daerah terpencil. Kemudian menyusun hasil diskusi identifikasi permasalahan yang mungkin timbul jika mengimplementasikan model kurikulum PLK terpencil ini.

Hasil studi pengembangan ini berupa model kelas rangkap (multigrade) sebagai alternatif pengembangan model kurikulum PLK untuk peserta didik di daerah terpencil, karena memiliki keunggulan berkaitan dengan efisiensi dan efektifitas, nilai pedagogis seperti kemandirian, kerja kelompok, pengembangan sosialisasi dan bersifat situasional, yaitu sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan pendidikan di daerah terpencil yang memiliki berbagai keterbatasan dalam hal jumlah guru, jumlah murid, maupun sarana prasarana.

Temuan studi pengembangan mengatakan bahwa model kurikulum PLK terpencil kelas rangkap (multigrade) ini dapat dipahami secara konsep, bahasa dan memungkinkan untuk diimplementasikan. Namun, semua itu bergantung pada dukungan dinas pendidikan setempat, baik dari segi sarana prasarana pendidikan, kesiapan SDM guru dari segi kreativitas pengembangan pembelajaran, sosialisasi dan pelatihan sebagai pembinaan pada guru terpencil secara berkesinambungan dari dinas setempat untuk program pelaksanaan model kurikulum ini.

(4)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR 3

ABSTRAK 4

DAFTAR ISI 5

BAB I PENDAHULUAN 6

A. LATAR BELAKANG 6

B. LANDASAN HUKUM 7

C. TUJUAN 8

D. RUANG LINGKUP 8

1. Lingkup Daerah 8

2. Lingkup Jenjang Pendidikan 8

E. HASIL AKHIR YANG DICAPAI 8

BAB II PENGEMBANGAN KONSEP 9

A. PENGERTIAN DAN KARAKTERISTIK DAERAH TERPENCIL 9

B. KENDALA PENDIDIKAN DI DAERAH TERPENCIL 10

C. PEMBERDAYAAN PENDIDIKAN DI DAERAH TERPENCIL 11

D. BENTUK PENDIDIKAN LAYANAN KHUSUS DI DAERAH TERPENCIL 12 E. PENGEMBANGAN MODEL KURIKULUM UNTUK DAERAH TERPENCIL 14

F. MODEL PEMBELAJARAN KELAS RANGKAP 16

1. Definisi Kelas Rangkap 16

2. Prinsip Pengembangan Kurikulum Untuk Kelas Rangkap 16

3. Tujuan 17

4. Pengorganisasian Kurikulum Kelas Rangkap 17

5. Strategi Pengajaran Kelas Rangkap 19

6. Pengorganisasian Kelas pada Kelas Rangkap 21

7. Struktur dan Muatan Kurikulum pada Kelas Rangkap 22

G. PENILAIAN 24

H. TAHAPAN PENGORGANISASIAN KURIKULUM MODEL PENGAJARAN KELAS RANGKAP 24 1. Pengorganisasian Kurikulum Kelas Rangkap Dengan 2 Tingkatan Kelas 25 2. Pengorganisasian Kurikulum Kelas Rangkap Dengan 3 Tingkatan Kelas 35

BAB III METODOLOGI 49

A. WAKTU DAN TEMPAT 49

B. CARA PENGUMPULAN DATA 49

C. TEKNIS ANALISIS 49

D. HASIL DAN PEMBAHASAN 50

BAB IV PENUTUP 53

A. KESIMPULAN 53

B. SARAN/REKOMENDASI 53

DAFTAR PUSTAKA 55

LAMPIRAN:

1. KTSP Pendidikan Layanan Khusus untuk Daerah Terpencil:

SDN Gunungsari 4, Dusun Brau, Desa Gunungsari, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu - Jawa Timur

2. KTSP Pendidikan Layanan Khusus untuk Daerah Terpencil:

SDN Cimahi 2, Dusun Cipurut, Desa Cimahi, Kecamatan Caringin, Kabupaten Garut, Jawa Barat.

3. KTSP Pendidikan Layanan Khusus untuk Daerah Terpencil:

(5)

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Salah satu kunci utama keberhasilan pendidikan adalah meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM). Oleh karena itu, maka tujuan pembangunan nasional hendaknya diarahkan pada upaya peningkatan kualitas pendidikan, kesejahteraan dan kualitas hidup masyarakat secara merata, dan tidak menimbulkan sikap diskriminatif/keberpihakan bagi masyarakat di seluruh pelosok tanah air. Sebagaimana diamanatkan dalam UUD 1945, setiap warga negara atau seluruh komponen masyarakat secara hukum telah dijamin memiliki hak yang sama dalam menikmati hasil-hasil pembangunan, termasuk hak untuk memperoleh pendidikan yang layak dan bermutu.

Pemerintah menyadari bahwa kondisi pendidikan negeri kita perlu terus dibenahi, dan tentunya diperlukan strategi yang tepat, terencana dan simultan. Oleh karena itu, dalam rangka meningkatkan angka partisipasi pendidikan dasar, pemerintah mencanangkan program Pendidikan Layanan Khusus (PLK) pada tahun 2006. Sesuai dengan Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional, khususnya pasal 32, PLK ini ditujukan bagi peserta didik yang berada di daerah pelosok, terpencil, Komunitas Adat Terpencil (KAT), daerah konflik, mengalami bencana alam, bencana sosial dan tidak mampu dari segi ekonomi.

Kondisi daerah yang relatif belum maju, tertinggal, terisolir dan terpencil sangat membutuhkan intervensi kebijakan pembangunan dari pemerintah, sehingga diharapkan dapat mempercepat pembangunan di daerah ini. Berkenaan dengan itu, pemerintah telah melakukan berbagai terobosan pengentasan kemiskinan dan ketertinggalan pada masyarakat di daerah terpencil, sehingga kesenjangan sosial dengan masyarakat perkotaan tidak terlalu jauh bahkan jika bisa harus setara dan segera dapat diatasi. Upaya yang dilakukan pemerintah antara lain program Gerakan Percepatan Pemberantasan Buta Aksara dan Program Akselerasi Wajib Belajar Pendidikan Dasar 9 Tahun.

Namun, apa yang telah diprogramkan pemerintah belum terlaksana secara optimal dan belum dapat mencapai hasil yang diharapkan. Telah disadari bersama, pelaksanaan pendidikan di daerah-daerah terpencil selama ini masih jauh dari harapan. Akses informasi yang terbatas, keadaan alam yang tidak selalu menunjang, jarak tempuh yang relatif jauh ke sekolah, letak permukiman penduduk yang berjauhan/terpencar, transportasi dan komunikasi yang sulit, lemahnya tingkat ekonomi masyarakat, dan masih melekatnya budaya yang menutup diri terhadap kemajuan peradaban, merupakan beberapa kendala utama yang membuat daerah terpencil tetap bergerak lamban dalam mencapai kemajuan. Sampai sekarang, masyarakat di daerah-daerah terpencil belum dapat menikmati pendidikan yang layak, bermutu, dan merata. Kenikmatan hasil-hasil pembangunan, kemajuan ilmu dan teknologi, serta berbagai kemudahan lainnya sebagian besar masih diterima sebagai kabar berita saja.

(6)

khusus bagi peserta didik yang memiliki keterbatasan akses untuk memperoleh layanan pendidikan yang disebabkan karena kondisi daerah yang terpencil.

B. LANDASAN HUKUM

1. Undang-Undang Dasar 1945 pasal 31

• ayat (1), mengamanatkan bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan, dan

• ayat (2), mengharuskan bahwa setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya.

2. Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dalam Pasal 5,

• ayat (1), berbunyi: setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu, dan

• ayat (3), dinyatakan: warga negara di daerah terpencil atau terbelakang serta masyarakat adat yang terpencil berhak memperoleh pendidikan layanan khusus. 3. Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 32,

ayat 2, dijelaskan pendidikan layanan khusus ialah pendidikan bagi peserta didik di daerah terpencil atau terbelakang, masyarakat adat yang terpencil, dan/atau mengalami bencana alam, bencana sosial, dan tidak mampu dari segi ekonomi. 4. Undang-Undang No.23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak pada

• pasal 1, yang menyebutkan “Setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai dengan minat dan bakatnya”

• pasal 48, pemerintah wajib menyelenggarakan pendidikan dasar minimal 9 (sembilan) tahun untuk semua anak.

• pasal 49, Negara, pemerintah, keluarga, dan orang tua wajib memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada anak untuk memperoleh pendidikan.

• pasal 53, ayat 1, Pemerintah bertanggung jawab untuk memberikan biaya pendidikan dan/atau bantuan cuma-cuma atau pelayanan khusus bagi anak dari keluarga kurang mampu, anak terlantar, dan anak yang bertempat tinggal di daerah terpencil.

• pasal 53, ayat 2, Pertanggungjawaban pemerintah sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) termasuk pula mendorong masyarakat untuk berperan aktif.

5. Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan:

• pasal 19, ayat 1, proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik

pasal 42, ayat 1 , setiap satuan pendidikan wajib memiliki sarana yang meliputi perabot, peralatan pendidikan, media pendidikan, buku dan sumber belajar lainnya, bahan habis pakai, serta perlengkapan lain yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan.

(7)

C. TUJUAN

Kegiatan ini bertujuan menghasilkan Model Kurikulum Pendidikan Layanan Khusus (PLK) bagi peserta didik pendidikan dasar untuk daerah terpencil. Model kurikulum ini dilengkapi dengan contoh Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Pendidikan Layanan Khusus untuk Pendidikan Dasar di daerah terpencil.

D. RUANG LINGKUP

Ruang lingkup pengembangan model Kurikulum Pendidikan Layanan Khusus bagi peserta didik di daerah terpencil sebagai berikut:

1. Lingkup Daerah

Lingkup daerah pengembangan Kurikulum Pendidikan Layanan Khusus adalah masyarakat yang tinggal di daerah terpencil bukan diperbatasan. Maksud dari daerah terpencil bukan diperbatasan adalah daerah yang terisolasi secara geografis, baik di pegunungan, pulau-pulau terpencil, daerah pedalaman maupun daerah lepas pantai. Daerah yang digunakan sebagai sampel ujicoba adalah sekolah dengan kategori secara geografis terpencil pegunungan: SDN Gunungsari 4, Dusun Brau, Desa Gunungsari, Kota Batu, Jawa Timur dan SDN 11 Tapang Sebeluh, Dusun Tapang Sebeluh, Desa Malenggang, Kecamatan Sekayam, Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat, dan sekolah dengan kategori secara geografis terpencil pantai SDN Cimahi 2, Dusun Cipurut, Desa Cimahi, Kecamatan Caringin, Kabupaten Garut, Jawa Barat.

2. Lingkup Jenjang Pendidikan

Lingkup jenjang pendidikan adalah pendidikan dasar (SD/MI)

E. HASIL AKHIR YANG DICAPAI

(8)

BAB II

PENGEMBANGAN KONSEP

A. PENGERTIAN DAN KARAKTERISTIK DAERAH TERPENCIL

Indikasi dari istilah daerah terpencil cenderung memberikan konotasi negatif dan gambaran kondisi daerah yang miskin, terisolir, terbelakang, tertinggal dan sebagainya.

Berikut ini merupakan beberapa pengertian daerah terpencil:

1. Prof. HAR Tilaar berpendapat bahwa daerah terpencil adalah daerah kepulauan atau daerah yang sukar dicapai dan memiliki kendala komunikasi, sehingga menjadi daerah yang relatif kurang efisien dalam pengembangan dan jauh tertinggal dibandingkan dengan daerah perkotaan atau pedesaan yang memiliki sarana komunikasi yang lebih memadai.

2. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata ”terpencil” dapat diartikan sebagai

terbelakang dan tertinggal.

3. Berdasarkan Keputusan Menteri Pembangunan Daerah Tertinggal No 001/KWP/M-PDT/II/2005 tanggal 7 Februari 2005 tentang Strategi Nasional Pembangunan Daerah Tertinggal (STRANAS PDT), daerah tertinggal/terpencil didefinisikan sebagai daerah kabupaten yang masyarakat serta wilayahnya relatif kurang berkembang dibandingkan daerah lain dalam skala nasional. Suatu daerah dikategorikan sebagai daerah tertinggal/terpencil, didasarkan pada salah satu atau kombinasi dari hal-hal sebagai berikut:

a. kondisi geografis yang sulit;

b. kurang memiliki potensi sumberdaya alam; c. kualitas sumberdaya manusia relatif rendah; d. prasarana dan sarana yang terbatas;

e. daerah rawan bencana dan konflik sosial; f. efek kebijakan pembangunan yang tidak tepat.

Dengan demikian, dari beberapa pengertian tersebut, dapat disimpulkan pengertian dan karakteristik dari daerah terpencil , sebagai berikut :

ƒDaerah terpencil adalah daerah yang terisolasi secara geografis, yaitu di pulau-pulau terpencil, di pegunungan, di daerah pedalaman, maupun di daerah lepas pantai yang lokasinya bukan di perbatasan.

ƒKarakteristik daerah terpencil, antara lain:

a. daerah yang memiliki kondisi geografis yang sulit dicapai, seperti letak permukiman penduduk yang berjauhan/terpencar

b. memiliki kendala akses komunikasi c. memiliki kendala akses transportasi

d. sarana prasarana (public service) yang terbatas, dan

(9)

B. KENDALA PENDIDIKAN DI DAERAH TERPENCIL

Pendidikan di daerah terpencil memiliki karakteristik tersendiri yang tidak dimiliki atau tidak terjadi di beberapa daerah perkotaan atau daerah yang memiliki akses informasi yang cukup baik. Berdirinya sekolah-sekolah di daerah tersebut pada awalnya bertujuan untuk memenuhi kebutuhan pendidikan warga setempat, namun seiring dengan berjalannya waktu, banyak penduduk yang hijrah ke daerah yang lebih ramai, yaitu daerah perkotaan sehingga menimbulkan permasalahan baru bagi pemerintah.

Kondisi daerah terpencil memang memberikan beberapa kendala bagi para pendidik. Beberapa kendala yang ditimbulkan dari karakteristik daerah terpencil itu sendiri di antaranya adalah:

1. Sulitnya Akses Informasi

Sulitnya akses informasi menjadi masalah bagi guru dalam memberikan layanan pendidikan dengan informasi terkini. Hambatan ini menjadikan beberapa wilayah tertinggal dalam perkembangan kurikulum, strategi pengajaran dan pembelajaran, dan cara penanganan peserta didik. Hal ini berdampak terhadap perkembangan akademik maupun non akademik peserta didik.

2. Kondisi Perekonomian Daerah/Wilayah yang Kurang Menguntungkan.

Tingkat perekonomian daerah terpencil yang relatif rendah, umumnya memberikan dampak negatif bagi kondisi pendidikan di daerah tersebut. Kecenderungan meningkatnya arus urbanisasi untuk mengubah nasib/masa depan penduduknya mengakibatkan berkurangnya kepadatan penduduk, sehingga secara otomatis mengurangi jumlah peserta didik yang ada di sekolah-sekolah. Oleh karena itu, dampaknya ada sekolah yang hanya memiliki beberapa peserta didik untuk kelas-kelas tertentu.

3. Sulitnya Akses Transportasi

Letak pemukiman penduduk yang berjauhan/terpencar dan sulitnya akses jalan serta transportasi menuju sekolah di tempat terpencil membuat sebagian guru enggan untuk ditempatkan di daerah-daerah terpencil. Hal ini merupakan masalah bagi peserta didik, ketersediaan jumlah guru yang berkualitas dan sesuai kebutuhan untukdaerah terpencil.

4. Terbatasnya Sarana dan Prasarana

Kurang menunjangnya sarana sanitasi dan kesehatan membuat sebagian guru beralasan agar tidak ditempatkan di daerah terpencil. Tidak tersedianya sarana prasarana (public service), seperti kantor pos, telepon umum, tempat rekreasi, maupun toko buku di daerah terpencil semakin membuat guru enggan bertugas di daerah terpencil tersebut. Hal ini semakin menambah masalah yang cukup pelik bagi pendidikan, karena peserta didik yang berada di wilayah tersebut, bagaimana pun harus tetap mendapatkan pelayanan pendidikan yang layak.

5. Kondisi Sosial-Ekonomi Masyarakat yang Rendah

(10)

mereka tidak bersekolah atau kurang memiliki waktu untuk belajar di rumah. Dengan kondisi lingkungan masyarakat yang demikian, tentu saja tingkat perhatian dan partisipasi mereka untuk mengembangkan pendidikan sangat sulit diharapkan. Akibatnya, keberadaan dan fungsi orangtua atau Komite Sekolah dalam mendukung proses pembelajaran di sekolah, tidak bisa berjalan dengan baik, serta peserta didik tidak dapat belajar dengan optimal. Demikian pula, berbagai konsep baru mengenai pembaruan manajemen pendidikan tentulah akan sulit dicapai secara maksimal.

Oleh karena itu, prioritas bantuan kepada sekolah-sekolah di daerah terpencil, tidak hanya dalam hal pemberian bantuan pendanaan, tetapi juga pada pembinaan dan pengembangan manajemennya. Semua ini dimaksudkan agar masyarakat di daerah terpencil mampu mengimplementasikan konsep sebagai stake holders pendidikan, karena berkaitan dengan implementasi Manajemen Peningkatan Mutu Pendidikan Berbasis Sekolah (School-Based Education) atau Manajemen Pendidikan Berbasis Masyarakat (Community-Based Education).

C. PEMBERDAYAAN PENDIDIKAN DI DAERAH TERPENCIL

Pelaksanaan pemberdayaan pendidikan di daerah terpencil merupakan wujud implementasi dari pemerataan hak dan kesempatan bagi setiap warga negara. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang No.23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak pada pasal 53, ayat 1, dikatakan: Pemerintah bertanggung jawab untuk memberikan biaya pendidikan dan/atau bantuan cuma-cuma atau pelayanan khusus bagi anak dari keluarga kurang mampu, anak terlantar, dan anak yang bertempat tinggal di daerah terpencil.

Selain itu, dengan mengacu pada pemikiran dari Prof HAR Tilaar, ada tiga aspek penting yang perlu dipertimbangkan sebagai tolok ukur pelaksanaan pemberdayaan (empowerment) pendidikan di daerah terpencil.

Pertama, pemberdayaan pendidikan di daerah terpencil perlu dilakukan berdasarkan atas asas pemerataan pembangunan;

Kedua, pemberdayaan pendidikan di daerah terpencil juga perlu dilakukan berdasarkan atas asas peningkatan kesejahteraan dan kualitas hidup masyarakat, di mana hal tersebut sejalan dengan asas pertama. Jika tujuan ini tercapai, maka harkat dan martabat manusia Indonesia dengan sendirinya akan ikut terangkat. Kemudian pada akhirnya tingkat kesejahteraan masyarakat Indonesia tidak ada lagi yang berada di bawah garis kemiskinan absolut (absolute poverty). Berdasarkan data dari United

Nation Development Program (UNDP), kualitas Sumber Daya Manusia (Human Development Index) negara Indonesia tidak lagi berada pada peringkat ke-77 dari 130

negara ASEAN (UNDP, Human Development Report 1990), tetapi menjadi ke-110 dari seluruh negara yang diteliti. (UNDP, Human Development Report 2005)

(11)

Dengan demikian, secara umum dapat disimpulkan bahwa peningkatan kualitas pemberdayaan pendidikan di daerah terpencil ada dua faktor yang mempengaruhinya, yaitu:

1. Faktor internal meliputi jajaran dunia pendidikan, baik itu Depdiknas, Dinas Pendidikan Daerah, dan juga sekolah.

2. Faktor eksternal adalah lingkungan dan masyarakat pada umumnya.

Mengingat banyaknya permasalahan dalam pendidikan, pemerintah tidak akan sanggup mengatasi masalah pendidikan yang kronis. Sesuatu yang tidak adil, jika masyarakat membiarkan pemerintah berjuang sendiri. Konsep pendidikan untuk semua

(education for all), menuntut adanya pemberdayaan pendidikan yang menekankan,

pada tanggung jawab bersama yaitu: pemerintah, masyarakat, orangtua, dan kalangan bisnis.

Oleh karena itu, prioritas bantuan kepada sekolah-sekolah di daerah terpencil, tidak hanya dalam hal pemberian bantuan pendanaan, tetapi juga pada pembinaan dan pengembangan manajemennya. Semua ini dimaksudkan agar masyarakat di daerah terpencil mampu mengimplementasikan konsep sebagai stake holders pendidikan, karena berkaitan dengan implementasi Manajemen Peningkatan Mutu Pendidikan Berbasis Sekolah (School-Based Education) atau Manajemen Pendidikan Berbasis Masyarakat (Community-Based Education).

D. BENTUK PENDIDIKAN LAYANAN KHUSUS DI DAERAH TERPENCIL Pemerintah melakukan berbagai upaya pengentasan kemiskinan dan ketertinggalan pada masyarakat. Upaya yang dilakukan pemerintah antara lain program Gerakan Percepatan Pemberantasan Buta Aksara dan Program Akselerasi Wajib Belajar Pendidikan Dasar 9 Tahun. Namun, apa yang telah diprogramkan pemerintah tersebut belum terlaksana secara optimal dan belum pula dapat mencapai hasil yang diharapkan, terutama untuk masyarakat yang tinggal di daerah terpencil. Masih ada 5,5% dari 25.857.117 anak usia 7-12 tahun dan 44,30% dari 13.095.083 anak usia 13-15 tahun yang belum mendapatkan pendidikan dasar 9 tahun (paparan Dirjen. PMPTK, 2006).

Sudah lama pemerintah mengembangkan model – model pendidikan layanan khusus terutama bagi daerah-daerah yang tidak dapat dijangkau dengan sistem pendidikan konvensional, yaitu wilayah-wilayah bekas bencana, terpencil dan perbatasan. Pendidikan Layanan Khusus (PLK) merupakan bagian penuntasan wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun. Hal ini sesuai dengan UU No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 32 ayat 2, bahwa Pendidikan Layanan Khusus merupakan pendidikan bagi peserta didik di daerah terpencil atau terbelakang, termasuk yang mengalami bencana alam, bencana sosial, daerah konflik dan tidak mampu dari segi ekonomi.

(12)

Adapun bentuk-bentuk pendidikan layanan khusus yang diperuntukan bagi masyarakat yang tinggal di daerah terpencil yang sudah dilaksanakan pemerintah pusat dan daerah, antara lain:

1. SD Terpencil

Adalah SD yang lokasinya berada di daerah yang berpenduduk sedikit dengan letak permukiman penduduk yang berjauhan dan terpencar antara satu dengan yang lainnya, serta penyediaan komunikasi yang sulit untuk dilakukan.

2. SD Kecil

SD ini dibangun pada lokasi atau daerah yang mengalami kesulitan sarana transportasi dan komunikasi, serta berpenduduk yang relatif sedikit, sehingga jumlah peserta didik juga sedikit. Strategi pembelajarannya dengan pendekatan pembelajaran tradisional dan bertempat di Pusat Kegiatan Belajar.

3. SD Satu Guru

Adalah lembaga pendidikan dasar yang memberikan layanan khusus pada daerah yang berpenduduk sedikit dan terpencar (sangat jauh antara pemukiman rumah satu dengan lainnya), sulit dijangkau, sulit komunikasi, dan sulit transportasi. Strategi pengajarannya dengan pendekatan pembelajaran tradisional dan dibantu oleh partisipasi masyarakat setempat.

4. SD Guru Kunjung

Merupakan sekolah dasar kecil yang tempatnya di daerah terpencil, jumlah penduduknya kecil, dan terpencar-pencar dengan pola pendidikan persekolahan guru berkunjung ke lokasi peserta didik. Selain itu, masyarakat membantu sebagai tutor lokal dengan menggunakan pendekatan pembelajaran modul dan pendekatan pembelajaran tradisional.

5. SD Konvensional

Adalah sekolah dasar reguler yang terletak di daerah terpencil yang secara geografis mengalami hambatan-hambatan perkembangan secara normal. Strategi pengajarannya dengan pendekatan pembelajaran tradisional/konvensional.

6. SD Pamong (Pendidikan Anak oleh Masyarakat Orangtua dan Guru)

Sekolah Dasar ini diadakan di suatu tempat atau wilayah (misalnya pedesaan atau daerah terpencil) yang mempunyai peserta didik putus sekolah usia 7 – 12 tahun yang jumlahnya relatif banyak yang umumnya disebabkan oleh faktor ekonomi yang rendah atau tidak mampu dan tidak dapat datang untuk belajar secara teratur di SD Konvensional. SD Pamong adalah lembaga pendidikan dasar yang menyelenggarakan pendidikan dengan mengikutsertakan masyarakat, orang tua, guru dan peserta didik itu sendiri. Strategi pembelajarannya dengan pendekatan modul/pembelajaran mandiri, pendekatan pembelajaran pengajaran tradisional, dan dibantu oleh partisipasi masyarakat dalam pembelajaran.

(13)

membantu dalam mengawasi dan mengorganisasikan kegiatan pembelajaran, tempat belajar dan bahan/buku pelajaran. Keunikan dari bentuk pendidikan layanan khusus ini, metode pembelajarannya tidak hanya bersifat akademis atau kognitif. Melainkan, dipadukan dengan pembekalan pengembangan diri, kecakapan hidup (life skill) dan muatan lokal yang tentunya disesuaikan potensi daerah, potensi peserta didik dan pendidik sebagai sumber daya pendidikan di daerah terpencil.

E. PENGEMBANGAN MODEL KURIKULUM UNTUK DAERAH TERPENCIL Kurikulum merupakan pengorganisasian pembelajaran yang berisikan perencanaan tentang tujuan, metode, kegiatan pembelajaran, media, dan evaluasi untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Pengembangan kurikulum akan berdampak terhadap kesiapan sekolah dan guru dalam mengimplementasikannya. Zais (1976), dalam buku

Curriculum: Principles and Foundations, mengemukakan delapan model

pengembangan kurikulum. Namun, dari delapan model tersebut ada dua model yang sesuai dengan pengembangan kurikulum di Indonesia, yaitu model Administratif (from

the top down) dan model Grass-Roots (from the bottom up). Kini Indonesia menganut

sistem pemerintahan desentralisasi, maka lebih tepat menggunakan model pengembangan kurikulum Grass-Roots (from the bottom up).

Pengembangan kurikulum dalam model grass-roots ini berasal dari inisiatif/gagasan dari bawah, pelaksana kurikulum (guru atau sekelompok guru) pada suatu sekolah atau lembaga pendidikan. Pengembangan dilakukan pada satu bidang studi atau beberapa bidang studi, baik pengembangan tujuan, bahan/materi, strategi/metode, dan evaluasi (komponen kurikulum). Hal ini dilakukan, baik di antara para guru satu bidang mata pelajaran atau berbagai guru mata pelajaran, ditambah masukan dari masyarakat dan bimbingan para administrator pendidikan.

Seorang pendidik atau penyelenggara pendidikan yang akan mengembangkan kurikulum dituntut untuk menguasai manajemen pengembangan kurikulum. Dalam mengembangkan kurikulum hendaknya memperhatikan prinsip-prinsip pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, sebagai berikut:

1. berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan dan kepentingan peserta didik, dan lingkungannya;

2. beragam dan terpadu;

3. tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni; 4. relevan dengan kebutuhan kehidupan;

5. menyeluruh dan berkesinambungan; 6. belajar sepanjang hayat;

7. seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah;

Adapun menurut Surjanto Budiwalujo, manajemen pengembangan kurikulum yang perlu dipahami oleh pendidik adalah:

1. definisi kurikulum secara luas;

2. mendesain dan mengembangkan kurikulum satuan pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik dan stakeholder;

3. tahapan pengembangannya;

4. output dari pengembangan kurikulum tersebut.

(14)

khusus yang sesuai dengan potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik serta tuntutan lingkungan. Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan keragaman karakteristik peserta didik, kondisi daerah, jenjang dan jenis pendidikan, serta menghargai dan tidak diskriminatif terhadap perbedaan agama, suku, budaya, adat istiadat, status sosial ekonomi, dan gender. Di samping itu, dalam pengembangan kurikulum perlu juga memperhatikan pendekatan dan model

rekonstruksi sosial untuk dapat mengatasi masalah-masalah yang dihadapi masyarakat

daerah terpencil.

Hingga kini, pengembangan kurikulum di daerah terpencil belum dapat mengatasi keterbatasan dan mencerminkan karakteristik pendidikan untuk daerah terpencil. Sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, pasal 19 ayat 1 : Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Selama ini, proses pembelajaran dari berbagai bentuk-bentuk pendidikan layanan khusus yang telah ada belum mencerminkan Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan (PAKEM) bagi peserta didik, sehingga kurang merangsang proses berfikir dan memotivasi peserta didik untuk belajar.

Dikaitkan dengan bentuk-bentuk pendidikan layanan khusus yang diperuntukkan bagi masyarakat yang tinggal di daerah terpencil, maka berikut ini adalah berbagai alternatif pengembangan kurikulum untuk daerah terpencil:

1. Subject Matter Curriculum

Kurikulum yang berpusat pada mata pelajaran, seperti sejarah, geografi, dan ekonomi

2. Correlated Curriculum

Model kurikulum yang menggambarkan hubungan antara dua mata pelajaran atau lebih.

3. Fusi Curriculum

Model kurikulum yang menggabungkan dua mata pelajaran atau lebih ke dalam suatu mata pelajaran

4. Core Curriculum

Model kurikulum yang didasarkan pada problem dan kebutuhan peserta didik.

(15)

khusus bagi daerah terpencil dan akan sangat bermanfaat jika diterapkan secara nasional.

F. MODEL PEMBELAJARAN KELAS RANGKAP

Salah satu model pengembangan kurikulum pendidikan layanan khusus untuk daerah terpencil tersebut adalah “Model Pembelajaran Kelas Rangkap”.

1. Definisi Kelas Rangkap

Pembelajaran Kelas Rangkap atau Multigrade Model merupakan strategi pembelajaran dengan menerapkan perangkapan kelas (dua kelas atau lebih) dan perbedaan tingkat kemampuan yang dilakukan oleh seorang guru dalam waktu yang bersamaan.

2. Prinsip Pengembangan Kurikulum Untuk Kelas Rangkap

Anak-anak di daerah terpencil adalah peserta didik Indonesia yang memiliki kesempatan yang sama dalam belajar. Mereka pun berhak untuk belajar dengan maksimal sesuai dengan tuntutan Standar Nasional. Oleh sebab itu, kurikulum yang digunakan adalah kurikulum yang mengacu kepada Standar Isi Nasional. Sekolah memiliki kesempatan untuk mengembangkan kurikulumnya sesuai dengan kebutuhan masing-masing.

Keberadaan peserta didik di daerah terpencil bukan berarti bahwa mereka tidak dapat berprestasi. Kekurangan atau keterbatasan yang ada di sekolah dapat menjadi suatu kelebihan, yaitu dengan secara aktif dan kreatif mencari jalan keluar, sehingga menghasilkan sesuatu yang inovatif. Sekolah dapat memulai kegiatan dengan memanfaatkan fasilitas yang dimiliki baik sudah jadi maupun mendaur ulang benda-benda yang ada di lingkungan sekitar, bukan mencari yang tidak ada, atau menginginkan kondisi seperti yang dimiliki oleh sekolah lain.

Dalam menyusun kurikulum di sekolah masing-masing, sekolah dapat memperhatikan acuan-acuan di bawah berikut:

Berpusat kepada kebutuhan peserta didik.

Setiap peserta didik berbeda. Di dalam kelas kebutuhan peserta didik sangat beragam, baik dari sisi akademik maupun non akademik. Setiap peserta didik adalah unik.

Memperhatikan kondisi sekolah dan lingkungan.

Kondisi setiap sekolah memiliki permasalahan yang berbeda. Apa yang dimiliki oleh setiap sekolah dapat dijadikan sebagai karakteristik dari sekolah tersebut dan menjadi kekuatan yang mungkin tidak dimiliki oleh sekolah lain. Misalnya, sedikit atau banyaknya jumlah peserta didik dalam satu kelas, dan keterbatasan sarana prasarana.

Dinamis dalam memperhatikan perkembangan pendidikan.

Pendidikan selalu berkembang. Setiap sekolah selayaknya selalu mengikuti perkembangan pendidikan yang terus menerus berkembang setiap waktu.

Kesetaraan gender.

(16)

Berkesinambungan.

Setiap materi diperhatikan urutannya sesuai dengan kebutuhan, baik dari aspek isi maupun tingkat kesulitan.

3. Tujuan

a. Mengefektifkan tenaga pendidik yang terbatas.

b. Mengoptimalkan penggunaan sarana prasarana yang terbatas.

c. Mengoptimalkan pengorganisasian kegiatan pembelajaran dengan jumlah peserta didik yang sedikit maupun banyak.

d. Melatih peserta didik untuk kerja kelompok, pengembangan sosialisasi, kebersamaan dan kemandirian.

e. Meningkatkan efektivitas sistem penilaian.

f. Mengembangkan potensi dan ketrampilan peserta didik terutama yang terkait dengan keterampilan vokasional dan kewirausahaan

4. Pengorganisasian Kurikulum Kelas Rangkap

Dalam mengembangkan kurikulumnya, setiap sekolah haruslah mengacu kepada Standar Isi Nasional. Oleh sebab itu, sebelum mengembangkan KTSP (kurikulum sekolah), setiap guru atau pengembang kurikulum disarankan untuk membaca dengan seksama Standar Isi Nasional.

Model Pengorganisasian Kurikulum untuk kelas rangkap banyak variasinya, antara lain:

a. model pembelajaran kelas rangkap dengan dua tingkatan kelas, yaitu mengembangkan satu atau dua mata pelajaran yang sama atau berbeda yang dilaksanakan dalam satu ruang;

b. model pembelajaran kelas rangkap dengan tiga tingkatan kelas atau lebih, yaitu mengembangkan satu atau lebih mata pelajaran yang sama atau berbeda yang dilaksanakan dalam satu ruang.

Pemilihan model pengorganisasian kurikulum dapat disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan sekolah setempat.

Langkah-langkah dalam mengembangkan kurikulum sekolah: a. Pemetaan Kompetensi

Tujuan dari pemetaan adalah untuk mendapatkan gambaran umum tentang kompetensi dari setiap mata pelajaran yang terdapat di dalam Standar Isi. Pengorganisasian kompetensi dilakukan untuk kebutuhan satu semester atau satu tahun pelajaran. Proses pemetaan mencakup pengkajian kompetensi pada setiap mata pelajaran untuk kelas-kelas yang terdapat di kelas rangkap, misalnya kelas 1 dan 2, kelas 3 dan 4, atau kelas 5 dan 6. Apabila kelas rangkap terdiri atas 3 kelas, misalnya kelas 4, 5, dan 6, maka pengkajian dan pemetaan kompetensi dari setiap mata pelajaran untuk ketiga kelas tersebut. Pemetaan dilakukan dengan mencari kompetensi dasar yang secara konsep keilmuan serupa atau berkesinambungan untuk semua mata pelajaran dari kelas yang berbeda. Penggabungan dilakukan setelah membaca kompetensi dasar dari setiap mata pelajaran dan melihat perkiraan tema yang dapat

(17)

b. Penetapan Tema

Dari hasil pengkajian dan pemetaan Kompetensi Dasar dari setiap mata pelajaran, tentukan tema yang sesuai pada kelas rangkap dan alokasi waktunya. Untuk satu semester, biasanya dihasilkan sekitar lima tema dengan masing-masing tema berkisar antara 3-4 minggu.

c. Pengembangan Silabus

Silabus dibuat untuk dua kelas atau tiga kelas sekaligus (sesuai dengan kelas rangkap yang diinginkan). Dalam pengembangan silabus, pengembang kurikulum perlu mempertimbangkan hal-hal berikut:

• Penentuan kebutuhan peserta didik, .

Penentuan kebutuhan peserta didik (Need asessment) merupakan upaya mendasar yang dilakukan seorang pengembang kurikulum dalam upaya mengidentifikasi pengetahuan awal yang dimiliki peserta didik sebelum memasuki proses pembelajaran.

• Pemetaan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar.

Setelah diidentifikasi kebutuhan siswa tersebut, pengembang kurikulum mengidentifikasi dan memetakan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang akan dikembangkan dalam silabus dan RPP

• Pembuatan Indikator.

Penyusunan Indikator dimaksudkan untuk membantu guru agar pembelajarannya tidak keluar arah sehingga kompetensi dapat tercapai. Selain itu, indikator merupakan petunjuk bagi guru untuk mengetahui tingkat pemahaman peserta didik.

• Penentuan kegiatan belajar dan bagaimana pengurutannya.

Sebelum membuat silabus, pengembang kurikulum hendaknya menganalisa jumlah pertemuan untuk setiap mata pelajaran. Apabila mata pelajaran tertentu memiliki 2 jam pelajaran (satu kali pertemuan dalam satu minggu), maka pengembang kurikulum hendaknya mencari satu kegiatan pokok/kegiatan besaran untuk satu kali pertemuan tersebut. Misalnya, pada tema AKU membutuhkan waktu 4 minggu, maka untuk mata pelajaran matematika yang memiliki alokasi waktu 4 jam pelajaran per minggu (2x pertemuan) dibutuhkan 2 kegiatan pokok/kegiatan besar dalam satu minggu, sehingga jika untuk 4 minggu dibutuhkan 8 kegiatan pokok/kegiatan besar (2 pertemuan x 4 minggu = 8 kegiatan pokok/kegiatan besar).

Banyaknya jenis kegiatan belajar tergantung dari lamanya waktu untuk setiap tema.

• Jenis penilaian yang akan dipergunakan.

Usahakan agar penilaian yang digunakan adalah kumpulan dari berbagai jenis penilaian yang beragam sehingga mencerminkan penilaian yang berimbang (antara test dan non tes).

• Alokasi waktu.

Alokasi waktu yang dimaksud adalah bobot waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan satu atau beberapa Kompetensi Dasar.

• Sumber/alat belajar.

(18)

d. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran berisi langkah-langkah pembelajaran secara rinci dan merupakan pengembangan dari silabus yang ada. Inti dari isi RPP adalah penjabaran kegiatan pokok dari silabus menjadi kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan penutup. Strategi pengajaran dan pengorganisasian peserta didik juga harus nampak dalam RPP.

5. Strategi Pembelajaran Kelas Rangkap

Di dalam kelas rangkap, peserta didik yang dihadapi tentunya beragam, baik dari segi usia, kemampuan, keterampilannya , maupun jumlah peserta didik per kelasnya.Banyak strategi yang dapat digunakan di dalam kelas rangkap. Namun sebaiknya strategi yang dipilih adalah strategi yang tidak memisahkan para peserta didik dari dua atau tiga tingkatan kelas yang berbeda. Tujuan dari menggabungkan dua atau tiga tingkatan kelas dalam satu ruangan adalah untuk mengembangkan keterampilan sosialisasi mereka dan menciptakan komunitas belajar menyenangkan di dalam kelas. Oleh sebab itu, keterlibatan seluruh peserta didik di dalam kelas dalam kegiatan pembelajaran adalah sangat penting.

Strategi pembelajaran hendaknya mencerminkan pembelajaran yang dapat menjembatani perbedaan yang ada di dalam kelas dan berdasarkan prinsip PAKEM (Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan). Perbedaan yang dimaksud meliputi perbedaan keterampilan, pengetahuan, dan sikap. Sedangkan pembelajaran dengan prinsip PAKEM dimaksudkan untuk menciptakan lingkungan belajar yang lebih kaya serta mengembangkan keterampilan, pengetahuan, dan sikap yang dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari.

Berikut beberapa strategi pembelajaran di kelas rangkap : a. Lakukan, Bicarakan, Catat

Strategi ini mengajak seluruh siswa dari kelas yang berbeda untuk ikut melebur jadi satu. Gambaran berikut memberikan penjelasan bagaimana strategi ini dilaksanakan di dalam kelas:

Lakukan

Guru merencanakan suatu kegiatan di mana siswa secara aktif ikut terlibat, misalnya, kunjungan ke suatu pabrik, mengobservasi jenis– jenis transportasi yang lewat di depan sekolah, mengamati danau di lingkungan sekitar. Guru memberi informasi kepada peserta didik apa yang harus dilakukan atau dicari sebelum dan selama kegiatan.

Bicarakan

Peserta didik menceritakan apa yang telah dilihat dan dialaminya kepada teman atau guru sebelum atau setelah memiliki pengalaman barunya. Guru menggunakan kegiatan ini untuk menambahkan hal–hal penting yang bermanfaat untuk kegiatan pencatatan. Pemberian pertanyaan terbuka memberi kesempatan kepada peserta didik untuk berfikir kritis dan kreatif. Catat

(19)

ini, pembelajaran berbeda sangatlah bermanfaat karena guru dapat membedakan tugas berdasarkan tingkat kesulitannya. Peserta didik kelas 1 misalnya , tentunya bentuk penugasannya akan berbeda dengan bentuk penugasan untuk peserta didik kelas 2.

Ketiga kegiatan tersebut merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dalam satu kali tatap muka pembelajaran. Gambaran berikut memberikan penjelasan tentang pelaksanaan strategi di atas.

b. Satu Masukan, Banyak Keluaran

Sama halnya dengan strategi sebelumnya, strategi berikut pun memberi kesempatan kepada semua peserta didik untuk ikut terlibat dan strategi mencerminkan PAKEM serta pembelajaran yang berbeda. Strategi ini meminta seluruh peserta didik melakukan hal yang sama, namun jenis pelaporannya dapat berbeda-beda.

Satu Masukan

Peserta didik melakukan kegiatan bersama-sama, misalnya kunjungan ke pasar untuk melakukan wawancara.

Banyak Keluaran

Peserta didik dibagi beberapa kelompok. Pengelompokkan dapat dilihat dari kelas yang berbeda atau pun dari kemampuan yang berbeda. Setiap kelompok harus menghasilkan produk yang berbeda sesuai dengan yang ditugaskan, misalnya:

ƒ Kelompok 1. menuliskan hasil wawancara dengan penjual lewat tulisan

ƒ Kelompok 2. membuat grafik barang yang dijual

ƒ Kelompok 3. membuat denah pasar

Guru menentukan, kegiatan mana yang cocok untuk kelas tertentu.

Strategi pengajaran yang dipilih guru dalam kelas rangkap hendaknya disesuaikan dengan banyaknya jumlah peserta didik di kelas rangkap. Strategi pengajaran kelas rangkap ini dapat dilaksanakan dengan kombinasi berbagai metode pembelajaran. Contohnya untuk kelas rangkap yang jumlah peserta didiknya banyak, dapat menggunakan beberapa alternatif metode pembelajaran yang bersifat partisipatif, seperti metode cooperative learning yang memiliki kekhasan tutor sebaya.

Bicarakan

(20)

6. Pengorganisasian Kelas pada Kelas Rangkap

Pengaturan kelas rangkap sebenarnya tidak jauh berbeda dengan kelas PAKEM lainnya. Ada dua hal yang harus diperhatikan dalam pengaturan kelas rangkap, yaitu pengaturan fisik kelas dan pengaturan peserta didik dalam belajar.

Pengorganisasian kelas rangkap ini bukan hal yang baku, tetapi tetap dapat disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan daerah masing-masing.

Di bawah ini merupakan salah satu bentuk pengorganisasian Kelas Rangkap.

Pengelolaan Kelas Pengelolaan Siswa

ƒMeja ditata untuk duduk berkelompok, misalnya satu kelompok meja dapat memuat 6 peserta didik.

ƒApabila memungkinkan, sisakan tempat yang agak lapang untuk memberi kesempatan peserta didik duduk di bawah untuk kegiatan tertentu

ƒSediakan learning centre atau pusat

belajar, yang dapat ditempatkan di sudut

kelas. Pusat belajar ini dapat beraneka ragam, sesuai dengan kebutuhan dan dapat dibuat berbeda – beda dari waktu ke waktu. Misalnya, guru menyediakan rak/meja di sudut kelas berisi beberapa buku. Sudut baca ini dapat didatangi peserta didik yang telah selesai mengerjakan tugasnya dan memilih sendiri buku yang disukai dan membacanya. ƒDi saat lain, guru dapat mengganti pusat

belajar ini menjadi sudut matematika, di mana peserta didik dapat menemukan berbagai kegiatan atau media yang berhubungan dengan matematika. Di meja ini mereka dapat mengerjakan tugas atau bereksperimen dengan matematika. ƒSumber atau media belajar dapat

diletakkan di rak-rak atau meja, atau kotak-kotak yang diberi tulisan sehingga mudah ditemukan pada saat dibutuhkan ƒSediakan kotak-kotak untuk menyimpan

pekerjaan siswa

ƒKarya anak dipajangkan, dan pajangan ini perlu diganti secara berkala sesuai dengan topik yang sedang diajarkan.

Klasikal

Strategi ini biasanya dipakai pada saat kegiatan awal, di mana peserta didik dan guru bersama-sama berdiskusi atau guru menjelaskan apa yang akan dilakukan sebelum kegiatan inti dimulai. Dapat pula digunakan untuk penutup pelajaran.

Kegiatan kelompok

Kegiatan ini sangat baik dipakai pada saat peserta didik perlu berdiskusi dalam menyelesaikan tugasnya .

Dapat pula dipakai pada saat guru memberikan tugas yang berbeda pada peserta didik dalam waktu yang bersamaan, atau mungkin pemberian tugas dengan tingkat kesulitan materi yang berbeda.

Kegiatan ini dapat pula dipakai sesuai dengan tujuan pelajaran, misalnya di kelas rangkap 3 dan 4, guru mengelompokan siswa berdasarkan kelasnya, kemampuannya atau campuran antara ke dua level kelas tersebut.

Kegiatan Individu

Strategi ini dapat dipakai pada saat guru memberikan tugas yang sesuai dengan setiap individu.

(21)

Berikut gambaran pengaturan kelas untuk kelas rangkap:

= papan tulis, = pajangan siswa, = pusat belajar, = siswa kelas 1, = siswa kelas 2

7. Struktur dan Muatan Kurikulum pada Kelas Rangkap

Struktur dan Muatan Kurikulum pada Kelas Rangkap mengacu pada ketentuan yang telah ditetapkan oleh BSNP. Struktur dan Muatan Kurikulum pada kelas rangkap yang meliputi: mata pelajaran, muatan lokal, pengembangan diri, pengaturan beban belajar, ketuntasan belajar, kenaikan kelas dan kelulusan, pendidikan kecakapan hidup, serta pendidikan berbasis keunggulan lokal dan global, pada kelas rangkap sesuai dengan aturan dari BSNP. Namun demikian, ketentuan struktur kurikulum dan muatan kurikulum pada kelas rangkap, seperti pada mata pelajaran, muatan lokal dan pengembangan diri perlu dikembangkan secara khusus dan disesuaikan dengan kondisi, tujuan, visi dan kebutuhan sekolah masing-masing di daerah terpencil tersebut.

Berikut adalah struktur dan muatan kurikulum pada kelas rangkap dengan ketentuan yang telah ditetapkan oleh BSNP.

KOMPONEN KELAS DAN ALOKASI WAKTU

A. Mata Pelajaran I II III IV, V, VI

1. Pendidikan Agama 3

2. Pendidikan Kewarganegaraan 2

3. Bahasa Indonesia 5

4. Matematika 5

5. Ilmu Pengetahuan Alam 4

6. Ilmu Pengetahuan Sosial 3

7. Seni budaya dan keterampilan 4 8. Penjas & Olahraga Kesehatan

TEMATIK Kelas Rangkap

(multigrade)

4

TEMATIK Kelas Rangkap

(multigrade)

B. Muatan Lokal 2 2 2 2

C. Pengembangan Diri 2*) 2*) 2*) 2*)

JUMLAH 26 27 28 32 *) Ekuivalen 2 jam pembelajaran

(22)

Untuk sekolah dengan kelas rangkap hendaknya terlebih dahulu menetapkan kelas-kelas mana yang akan disatukan. Setelah ditentukan temanya dan melakukan langkah-langkah pengembangan pengorganisasian kurikulum, kemudian menetapkan jam belajar/alokasi waktu setiap mata pelajaran pada kelas rendah (kelas 1, kelas 2, dan kelas 3). Namun, untuk kelas 4, kelas 5, dan kelas 6 tetap menggunakan alokasi waktu per minggu yang telah ditetapkan BSNP.

Hendaknya kelas-kelas yang disatukan memiliki jumlah jam belajar yang sama untuk setiap mata pelajarannya pada masing-masing tingkatan kelas tersebut. Misalnya, kelas yang disatukan adalah kelas 1 dan 2, maka jam belajar untuk setiap mata pelajarannya dalam satu minggu hendaknya sama.

a. Muatan Lokal

Muatan lokal merupakan kegiatan kurikuler untuk mengembangkan kompetensi yang disesuaikan dengan ciri khas dan potensi daerah, termasuk keunggulan daerah dan global. Substansi muatan lokal ditetapkan oleh satuan pendidikan, dengan prinsip untuk membekali peserta didik agar memiliki keterampilan yang dibutuhkan, sehingga dapat menghadapi tantangan daya saing lokal dan global. Substansi muatan lokal dapat diperuntukan untuk satu semester atau satu tahun saja sesuai dengan kebutuhan sekolah agar substansi muatan lokal bervariasi. Satuan pendidikan diperkenankan mengembangkan muatan lokal lebih dari satu pelajaran. Jika muatan lokal lebih dari satu, maka dapat ditetapkan seperti berikut:

1. Muatan lokal wajib, yang lebih menekankan pada kebutuhan dan keunggulan daerah setempat.

2. Muatan lokal pilihan, lebih menekankan pada kebutuhan dan keunggulan global dalam rangka menghadapi tantangan kehidupan global.

b. Pengembangan Diri

Pengembangan diri adalah kegiatan yang bertujuan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan diri melalui kegiatan pembiasaan dan mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan, bakat, minat, setiap peserta didik sesuai dengan kondisi sekolah melalui kegiatan ekstrakurikuler. Pengembangan diri untuk satuan pendidikan di daerah terpencil selain untuk mengembangkan potensi diri peserta didik juga menekankan pada peningkatan kecakapan hidup, peningkatan nilai-nilai kepribadian siswa dan penanaman nilai-nilai kebangsaan.

Kegiatan pengembangan diri pada kelas rangkap sama dengan sekolah reguler umumnya, yaitu dapat dilakukan melalui:

1. Kegiatan pelayanan konseling, yang berkenaan dengan masalah diri pribadi, kehidupan sosial, penanaman nilai-nilai kebangsaan, belajar, dan pengembangan karier peserta didik.

(23)

Pengembangan diri bukan merupakan mata pelajaran melainkan satu bentuk pendukung pembelajaran. Penilaian kegiatan pengembangan diri dilakukan secara kualitatif, tidak kuantitatif seperti pada mata pelajaran.

G. PENILAIAN

Penilaian dengan pengajaran kelas rangkap adalah sesuai dengan makna penilaian sesungguhnya yang merupakan suatu rangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis dan menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar peserta didik. Proses analisis dan penafsiran tersebut harus dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan, sehingga dapat menjadi informasi yang bermakna bagi guru dalam melakukan umpan balik demi peningkatan mutu pendidikan di sekolahnya.

Penilaian pencapaian kompetensi dasar peserta didik dilakukan berdasarkan indikator, dengan menggunakan tes dan non tes dalam bentuk tertulis maupun lisan, pengamatan kinerja, pengukuran sikap, penilaian hasil karya berupa tugas, proyek dan/atau produk, penggunaan portofolio, dan penilaian diri.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penilaian adalah sebagai berikut:

1. Penilaian diarahkan untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik.

2. Penilaian bersifat komprehensif, menilai ranah kognitif, afektif maupun psikomotorik peserta didik.

3. Penilaian menggunakan acuan kriteria; yaitu berdasarkan apa yang bisa dilakukan peserta didik setelah mengikuti proses pembelajaran, dan bukan untuk menentukan posisi peserta didik terhadap kelompoknya.

4. Sistem yang direncanakan adalah sistem penilaian yang berkelanjutan. Berkelanjutan dalam arti semua indikator ditagih, kemudian hasilnya dianalisis untuk menentukan kompetensi dasar yang telah dimiliki dan yang belum, serta untuk mengetahui kesulitan yang dialami oleh peserta didik.

5. Hasil penilaian dianalisis untuk menentukan tindak lanjut. Tindak lanjut berupa perbaikan proses pembelajaran berikutnya, program remedi bagi peserta didik yang pencapaian kompetensinya di bawah kriteria ketuntasan, dan program pengayaan bagi peserta didik yang telah memenuhi kriteria ketuntasan.

6. Sistem penilaian harus disesuaikan dengan kegiatan pembelajaran yang ditempuh dalam proses pembelajaran. Misalnya, jika pembelajaran menggunakan pendekatan tugas observasi lapangan maka evaluasi harus diberikan baik pada proses (keterampilan proses) misalnya teknik wawancara, maupun produk/hasil melakukan observasi lapangan yang berupa informasi yang dibutuhkan.

H. TAHAPAN PENGORGANISASIAN KURIKULUM MODEL PENGAJARAN KELAS RANGKAP

Tahapan pengorganisasian kurikulum model pengajaran kelas rangkap tidak jauh berbeda dengan pengajaran tematis.

Berikut adalah rambu-rambu yang menyangkut kelas rangkap :

(24)

2. Kelas rangkap merupakan gabungan dari beberapa tingkatan kelas yang berdekatan, misalnya kelas 1 dan 2, atau kelas 4, 5, dan 6.

3. Di dalam kelas rangkap terjadi penggabungan peserta didik yang memiliki perbedaan usia, keterampilan dan kemampuan belajar sehingga merupakan tantangan bagi guru dalam mengatur strategi pembelajarannya

4. Kelas rangkap bukanlah merupakan penggabungan dua kelas yang memiliki pemisahan program di dalam satu kelas, dan bukan pula dua kelas yang duduknya terpisah satu sama lain.

5. Di dalam kelas rangkap, guru tidak mengajar dua kelas terpisah secara bergantian dengan program yang berbeda.

6. Tidak semua mata pelajaran harus dipadukan

7. Penggabungan Kompetensi Dasar antar kelas dan mata pelajaran diikat melalui tema. Kompetensi Dasar yang tidak tercakup pada tema tertentu harus tetap diajarkan baik melalui tema lain maupun disampaikan atau diberikan secara terpisah.

8. Kompetensi Dasar yang tidak dapat dipadukan, jangan dipaksakan untuk dipadukan, tetapi dapat disampaikan atau diberikan secara terpisah. Dimungkinkan terjadi penggabungan Kompetensi Dasar lintas semester.

9. Strategi pembelajaran yang dipilih guru dalam kelas rangkap disesuaikan dengan banyaknya jumlah peserta didik dan dengan menggunakan kombinasi berbagai metode pembelajaran.

10. Strategi pembelajaran hendaknya mencerminkan pembelajaran yang berbeda dan PAKEM (Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan).

11. Agar perencanaan matang, sebaiknya satu kelas rangkap dipegang oleh guru yang sama untuk dua tahun pelajaran.

Dalam pelaksanaan model pengajaran kelas rangkap, perlu dilakukan beberapa hal yang meliputi tahap perencanaan yang mencakup kegiatan pemetaan standar kompetensi, kompetensi dasar dengan diikat melalui tema, pengembangan silabus dan penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran, serta contoh pengembangan lembar kerja siswa.

1. PENGORGANISASIAN KURIKULUM KELAS RANGKAP DENGAN DUA (2) TINGKATAN KELAS

PEMETAAN STANDAR ISI DAN TEMA

TEMA : KELUARGA

KELAS/SEMESTER : 1 DAN 2 SD/ I (SATU) ALOKASI WAKTU : 4 MINGGU

KELAS I KELAS II

MAPEL

ST. KOMPETENSI KOMPETENSI DASAR ST. KOMPETENSI KOMPETENSI DASAR AGAMA 2. Mengenal Rukun

Iman

2.1 Menunjukkan ciptaan Allah swt melalui ciptaan- Nya

2.2 Menyebutkan enam Rukun Iman

2.3 Menghafal enam Rukun Iman

1. Menghafal Al Qur’an

2. Mengenal Asmaul Husna

1.1 Mengenal huruf Hijaiyah 1.2 Mengenal tanda baca

(harakat)

2.1 Menyebutkan lima dari Asmaul Husna 2.2 Mengartikan lima dari

(25)

KELAS I KELAS II MAPEL

ST. KOMPETENSI KOMPETENSI DASAR ST. KOMPETENSI KOMPETENSI DASAR PKn 2. Membiasakan

tertib di rumah dan di sekolah

2.1 Menjelaskan pentingnya tata tertib di rumah dan di sekolah

2.2 Melaksanakan tata tertib di rumah dan di sekolah

1. Membiasakan hidup bergotong royong

1.1 Mengenal pentingnya hidup rukun, saling berbagi dan tolong menolong

1.2 Melaksanakan hidup rukun, saling berbagi dan tolong menolong di rumah dan di sekolah B. INDO-

NESIA

1. Memahami bunyi bahasa, perintah, dan dongeng yang dilisankan 3. Memahami teks

pendek dengan

1.3 Menyebutkan tokoh-tokoh dalam cerita 3.1 Membaca nyaring suku

kata dan kata dengan lafal yang tepat 4.2 Menebalkan berbagai

bentuk gambar, lingkaran, dan bentuk huruf

1. Memahami teks pendek dan puisi anak yang

1.1 Menyebutkan kembali dengan kata-kata atau kalimat sendiri isi teks pendek

2.2 Menceritakan kegiatan sehari-hari dengan bahasa yang mudah dipahami orang lain 4.1 Melengkapi cerita

sederhana dengan kata yang tepat jam (secara bulat) 2.2 Menentukan lama suatu

2. Menggunakan pengukuran waktu, panjang dan berat dalam pemecahan masalah

1.3 Menentukan nilai tempat ratusan, puluhan, dan satuan

1.4 Melakukan penjumlahan dan pengurangan bilangan sampai 500 2.1 Menggunakan alat ukur

waktu dengan satuan jam

1.1 Mengenal bagian-bagian tubuh dan kegunaannya serta cara perawatannya

1.2. Mengidentifikasi kebutuhan tubuh agar tumbuh sehat dan kuat (makanan, air, pakaian, udara, lingkungan sehat) 1.3 Membiasakan hidup

sehat

2.1 Mengenal cara menjaga lingkungan agar tetap sehat tumbuhan serta berbagai tempat yg dpt dialaminya

1.1 Mengidentifikasi berbagai tempat hidup makhluk hidup (air, tanah dan tempat lainnya)

1.2 Mengidentifikasi makhluk hidup yang

(26)

KELAS I KELAS II MAPEL

ST. KOMPETENSI KOMPETENSI DASAR ST. KOMPETENSI KOMPETENSI DASAR IPS 1. Memahami

identitas diri dan keluarga, serta

1.1 Mengidentifikasi identitas diri, keluarga, dan kerabat

1.3 Menceriterakan kasih sayang antar anggota keluarga

1. Memahami peristiwa penting dalam keluarga secara kronologis

1.2 Memanfaatkan dokumen dan benda penting keluarga sebagai sumber cerita

1.3 Menceritakan peristiwa penting dalam keluarga secara kronologis

PENJAS 2. Mendemonstra-sikan sikap tubuh dalam berbagai posisi

3. Mempraktikkan senam lantai sederhana tanpa alat dan nilai yang terkandung di dalamnya

2.1 Mendemonstrasikan sikap tubuh dalam posisi berdiri

2.2 Mendemonstrasikan sikap tubuh dalam posisi berjalan

3.2 Mempraktikkan gerak keseimbangan dinamis tanpa alat, serta nilai percaya diri dan disiplin

2. Mempraktik-kan latihan dasar 4. Mempraktikkan

keterampilan dasar ritmik diorientasikan dengan arah dan ruang dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya

2.1 Mempraktikkan satu jenis bentuk latihan untuk meningkatkan kekuatan otot lengan dan tungkai dengan mengikuti aturan 2.2 Mempraktikkan

berbagai aktivitas untuk melatih keseimbangan statis dan dinamis, serta nilai disiplin dan estetika

2.3 Membiasakan bergerak dengan benar

4.2 Mempraktikkan gerak ritmik diorientasikan dengan ruang secara beregu tanpa menggunakan musik, serta nilai disiplin dan kerja sama

SBK 1. Mengapresiasi karya seni musik 2. Mengekspresikan

diri melalui karya seni musik

3.1 Mengidentifikasi unsur/elemen musik dari berbagai sumber bunyi yang dihasilkan tubuh manusia

3.2 Mengelompokkan bunyi berdasarkan sumber bunyi yang dihasilkan tubuh manusia 3.3 Menunjukkan sikap

apresiatif terhadap sumber bunyi yang dihasilkan tubuh manusia 4.1 Menampilkan permainan

pola irama sederhana

1.Mengapresiasi karya seni musik 2.Mengekspresikan

diri melalui karya seni musik

3.1 Mengidentifikasi unsur musik dari berbagai sumber bunyi yang dihasilkan oleh benda bukan alat musik 3.2 Membedakan antara

nada dengan irama 4.1 Memeragakan dinamik

sederhana

4.2 Mengekspresikan diri melalui alat

(27)

SILABUS

Mata Pelajaran

: IPA

Kelas/Semester

: 1 dan 2 SD/ I (SATU)

Tema

:

KELUARGA

Standar Kompetensi :

Kelas 1:

1. Mengenal anggota tubuh dan kegunaannya, serta cara perawatannya

Kelas 2:

1. Mengenal bagian-bagian utama tubuh hewan dan tumbuhan, pertumbuhan hewan dan

tumbuhan

,

serta berbagai tempat hidup makhluk hidup

KOMPETENSI

DASAR

MATERI

POKOK

PENGALAMAN BELAJAR INDIKATOR PENILAIAN ALOKASI

WAKTU

SUMBER/ ALAT

KELAS I

1.1 Mengenal bagian-bagian tubuh dan kegunaannya serta cara perawatannya

• Memahami berbagai jenis makhluk hidup yang ada

• Menunjukkan bagian-bagian tubuh manusia

• Menyebutkan bagian-bagian tubuh manusia

• Menceritakan kegunaan bagian-bagian tubuh manusia

KELAS II

1.1 Mengidentifikasi berbagai tempat hidup makhluk hidup (air, tanah, dan tempat lainnya)

ƒ Makhluk hidup : manusia

▪ Mengamati berbagai jenis makhluk hidup yang ada di lingkungan sekitar sekolah dan bagian-bagian tubuh manusia

▪ Mengidentifikasi berbagai tempat hidup manusia melalui gambar yang disediakan guru

▪ Melakukan wawancara dengan orang dewasa untuk melengkapi pengetahuan tentang tempat hidup manusia

▪ Menjelaskan hasil pengamatan dan wawancara secara lisan

▪ Mendiskusikan berbagai tempat hidup manusia

(28)

1 2 3 4 5 6 7

KELAS I

1.2. Mengidentifikasi kebutuhan tubuh agar tumbuh sehat dan kuat (makanan, air,

pakaian, udara, lingkungan sehat)

▪ Meneliti kebutuhan hidup manusia sehari-hari

▪ Mengidentifikasi

kebutuhan hidup manusia sehari-hari

KELAS II

1.2 Mengidentifikasi makhluk hidup yang menguntungkan dan membahayakan

Kebutuhan hidup manusia Akibat perilaku manusia

▪ Mendengarkan cerita tentang perilaku manusia

▪ Mendiskusikan perilaku manusia yang ada dalam cerita dan akibatnya

▪ Mengamati gambar tentang kegiatan manusia sehari-hari

▪ Menceritakan hasil diskusidan pengamatan gambar tentang kehidupan manusia secara lisan

▪ Membedakan perilaku-perilaku manusia yang baik dan yang kurang baik.

▪ Menjelaskan akibat dari perilaku manusia yang baik dan yang kurang baik

Buku cerita anak tentang perilaku manusia

(29)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

1.1 Mengenal bagian-bagian tubuh dan kegunaannya serta cara perawatannya

Kelas II

1.1 Mengidentifikasi berbagai tempat hidup makhluk hidup (air, tanah dan tempat lainnya)

Indikator: Kelas I:

Memahami berbagai jenis makhluk hidup yang ada

Menunjukkan bagian-bagian tubuh manusia

Menyebutkan bagian-bagian tubuh manusia

Menceritakan kegunaan bagian-bagian tubuh manusia

Kelas II:

Mendiskusikan berbagai tempat hidup manusia

Menjelaskan berbagai tempat hidup manusia secara lisan

Sumber Belajar :

ƒ Makhluk hidup di sekitar sekolah ƒ Gambar tempat hidup manusia

Strategi :

ƒ Lakukan, Bicarakan, Catat ƒ Satu masukkan, banyak keluaran

Penilaian:

ƒ Unjuk kerja: pengamatan, diskusi, wawancara, presentasi

ƒ Tertulis

Kegiatan Awal (15 menit)

Klasikal:

ƒTanya Jawab antara guru – siswa tentang jumlah anggota keluarga yang dimiliki di rumah.

ƒMenyanyikan lagu ”sayang ayah-ibu” ciptaan pak Kasur

ƒTanya jawab antara guru – siswa tentang makhluk hidup

ƒGuru mengajak anak mengamati lingkungan sekitar dan menugaskan untuk

mengidentifikasi makhluk hidup apa saja yang ada di sekitar sekolah.

Kegiatan Inti (45 menit)

Kelompok (Lakukan, Bicarakan dan Catat)

▪ Mendiskusikan hasil pengamatan lingkungan sekitar tentang makhluk hidup yang ditemuinya.

▪ Mencatat hasil temuan pengamatan dengan cara menggambar makhluk hidup yang ditemuinya atau menulisnya secara singkat sesuai kemampuannya.

Klasikal:

▪ Menyanyi lagu tentang bagian-bagian tubuh (dua mata saya dan kepala pundak lutut kaki)

▪ Tanya jawab tentang tempat hidup manusia

Kelompok-berpasangan :

▪ Mengamati bagian-bagian tubuh teman dan mendiskusikan kegunaannya (kls. 1)

▪ Diskusi untuk mengidentifikasi berbagai tempat hidup manusia (gambar) (kls. 2)

▪ Melakukan wawancara dengan orang dewasa untuk melengkapi pengetahuan tentang tempat hidup manusia

▪ Menjelaskan hasil pengamatan dan wawancara secara lisan

Kegiatan Penutup (10 menit)

Klasikal:

ƒ Kesimpulan pembelajaran dengan percakapan antara guru dan siswa dan bernyanyi bersama.

(30)

LEMBAR KERJA SISWA

Amatilah makhluk hidup di sekitar daerahmu! Gambarlah makhluk hidup

yang kamu temui!

Bacalah syair lagu di bawah ini dan nyanyikanlah sambil diperagakan!

Dua mata saya

Kepala,

pundak

Hidung saya satu

Lutut kaki, lutut kaki 2X

Dua kaki saya

Daun telinga, mata hidung dan pipi

Pakai sepatu baru

Kepala pundak lutut kaki, lutut kaki

Nama : ...

Kelas/Semester : 1 (SATU) SD/ 1 (SATU)

Mata Pelajaran

: IPA

Hari, Tanggal

: Selasa, 19 November 2007

Nilai Paraf

Guru OT

(31)

LEMBAR KERJA SISWA

Amatilah teman sebangkumu, gambarlah bagian-bagian tubuh temanmu,

kemudian diskusikan kegunaanya!

NO. BAGIAN

TUBUH

KEGUNAANNYA

Nama : ...

Kelas/Semester : 1 (SATU) SD/ 1 (SATU)

Mata Pelajaran

: IPA

Hari, Tanggal

: Selasa, 19 November 2007

Nilai Paraf

Guru OT

(32)

LEMBAR KERJA SISWA

Amatilah gambar tentang tempat tinggal manusia di bawah ini! Diskusikan

dengan kelompokmu, ciri-ciri setiap tempat tinggal manusia tersebut!

Rumah di daratan

Lanting merupakan rumah terapung di tepi

sungai yang ditambatkan di ke daratan.

Rumah pohon

Rumah pohon

Nama : ...

Kelas/Semester : 2 (DUA) SD/ 1 (SATU)

Mata Pelajaran

: IPA

Hari, Tanggal

: Selasa, 19 November 2007

(33)

Rumah mobil

caravan

Bagian dalam mobil caravan, seperti di dalam rumah

Lakukanlah wawancara dengan orang dewasa tentang tempat tinggal

manusia tersebut di atas! Buatlah laporannya dan bacakanlah di muka

kelas!

1. Nama responden

: ...

2. Pekerjaan

: ...

Rumah di darat

Rumah terapung Rumah

pohon Rumah

mobil

Bentuknya:

Bentuknya:

Bentuknya:

Bentuknya:

Terbuat dari

Terbuat dari

Terbuat dari

Terbuat dari

Ciri khasnya:

Ciri khasnya:

Ciri khasnya:

Ciri khasnya:

(34)

2. PENGORGANISASIAN KURIKULUM KELAS RANGKAP DENGAN 3 (TIGA)

TINGKATAN KELAS

PEMETAAN STANDAR ISI DAN TEMA

TEMA :

PERISTIWA

AGAMA 3. Menceritakan kisah Nabi

3.2 Menceritakan kisah kelahiran Nabi

3. Menceritakan kisah nabi

3.2 Menceritakan kisah Nabi Musa as 3.3 Menceritakan kisah

Nabi Isa as

3. Menceritakan kisah Abu perilaku Abu Lahab dan Abu Jahal

1.1 Mendeskripsikan nilai-nilai juang dalam proses perumusan Pancasila sebagai dasar negara 1.3 Meneladani nilai-nilai

(35)

KELAS 4 KELAS 5 KELAS 6 rakyat secara lisan

berwawancara 3. Memahami

narasumber (petani, pedagang, nelayan,

unsur cerita tentang cerita rakyat yang didengarnya pilihan kata dan factor-faktorٛ 2.3 Berwawancara

sederhana dengan narasumber (petani, pedagang, nelayan, karyawan, dll.) dengan memperhatikan pilihan kata dan factor-faktorٛ

5. Memahami cerita tentang suatu perasaan secara lisan dalam diskusi dan bermain drama 7. Memahami teks

dengan membaca

5.1 Menanggapi cerita tentang peristiwa yang terjadi di sekitar yang disampaikan secara lisan

5.2 Mengidentifikasi unsur cerita (tokoh, tema, latar, amanat) 6.1 Mengomentari

persoalan faktual disertai alasan yang mendukung dengan memperhatikan pilihan kata dan santun berbahasa 7.1 Membandingkan isi

dua teks yang dibaca dengan membaca sekilas 7.3 Menyimpulkan isi

cerita anak dalam beberapa kalimat 8.1 Meringkas isi buku

yang dipilih sendiri dengan

memperhatikan penggunaan ejaan

5. Memahami wacana lisan tentang berita dan drama dan informasi secara tertulis dalam bentuk ٛacto pidato dan surat resmi

5.1 Menyimpulkan isi berita yang didengar dari televisi atau radio 6.1 Berpidato atau

presentasi untuk berbagai keperluan (acara perpisahan, perayaan ulang tahun, dll.) dengan lafal, intonasi, dan sikap yang tepat 6.2 Melaporkan isi buku

yang dibaca (judul, pengarang, jumlah halaman, dan isi) dengan kalimat yang runtut

7.1 Menemukan makna tersirat suatu teks melalui membaca intensif

(36)

KELAS 4 KELAS 5 KELAS 6 suatu teks yang dibaca dengan kecepatan 75 kata per menit 3.3 Membaca puisi

dengan lafal dan intonasi yang tepat 4.1 Menulis karangan

berdasarkan pengalaman dengan memperhatikan pilihan kata dan penggunaan ejaan penggunaan ejaan

8.1 Menyusun naskah 8.2 Menulis surat resmi

dengan memperhatikan pilihan kata sesuai dengan orang yang dituju

1.1 Melakukan operasi hitung campuran

1.2 Melakukan operasi hitung bilangan

ٛfaktor prima untuk menentukan KPK dan FPB

1.3 Melakukan operasi hitung campuran bilangan bulat

7. Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan data

7.1 Menyajikan data ke bentuk tabel dan diagram gambar, batang dan lingkaran 7.2 Menentukan

rata-rata hitung dan modus sekumpulan data

Gambar

 yang disediakan guru •    presentasi  ▪ Gambar   Mengidentifikasi berbagai tempat  hidup manusia melalui gambar Menyebutkan bagian- bagian tubuh manusia Menceritakan kegunaan tempat
perilaku ▪gambar manusia   kegiatan manusia sehari-hari  Menceritakan hasil diskusidan  kegiatan

Referensi

Dokumen terkait

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 merupakan sistem pendidikan yang hanya memberikan layanan kepada peserta didik penyandangl. disabilitas dengan kurikulum khusus dan

penyediaan satuan pendidikan berasrama khusus untuk wilayah kepulauan atau terpencil; dan (c) penyediaan berbagai alternatif pelayanan pendidikan dasar untuk memberikan

(1) Bidang Pembinaan Pendidikan Khusus/Layanan Khusus, mempunyai tugas melaksanakan urusan di bidang kurikulum, kelembagaan dan sarana prasarana sekolah dan kesiswaan

Dari hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa peserta didik yang mebutuhkan layanan pendidikan khusus tingkat sekolah dasar di Kecamatan Kepulauan Seribu Utara dan

12 Tahun maka Standar Kompetensi Lulusan yang menjadi dasar pengembangan kurikulum adalah kemampuan yang harus dimiliki peserta didik setelah mengikuti proses

Dari penelitian yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa hubungan program pemberdayaan komunitas adat terpencil dengan pemenuhan hak pendidikan dasar anak adalah hubungan

Penelitian pengembangan ini bertujuan untuk menghasilkan produk lembar kegiatan peserta didik (LKPD) berbasis saintifik mata pelajaran layanan lembaga keuangan syariah kelas

PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN SIKAP PERCAYA DIRI PESERTA DIDIK BERBASIS PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH DASAR Oleh Mela Handayani Abstrak : penilaian dalam kurikulum saat ini