• Tidak ada hasil yang ditemukan

B1J009069 10.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "B1J009069 10."

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

4

II. TELAAH PUSTAKA

Nyamuk Aedes spp. dewasa morfologi ukuran tubuh yang lebih kecil, memiliki kaki panjang dan merupakan serangga yang memiliki sepasang sayap sehingga tergolong pada ordo Diptera dan family Culicidae. Nyamuk jantan berukuran lebih kecil daripada nyamuk betina (Lestari, 2010). Tubuh nyamuk terdiri atas tiga bagian yaitu Caput, Toraks dan Abdomen (Sayono, 2008).

Gambar 2.1 Morfologi nyamuk Aedes spp. (Wikipedia, 2013)

Keterangan gambar 2.1

Gambar A menunjukan morfologi dan bagian-bagian tubuh Aedes spp.

Gambar B menunjukan perbandingan antara nyamuk Aedes spp jantan dan betina.

Caput memiliki sepasang antena berbentuk filiform bentuk panjang dan langsing serta terdiri atas 15 segmen. Antena dapat digunakan sebagai kunci untuk membedakan kelamin pada nyamuk dewasa. Antena nyamuk jantan lebih lebat daripada nyamuk betina. Bulu lebat pada nyamuk jantan disebut plumose sedangkan pada nyamuk betina yang jumlahnya lebih sedikit atau jarang sekilas tidak tampak jika dilihat mata telanjang disebut pilose. (Lestari, 2010).

Alat mulut berupa proboscis merupakan tipe mulut untuk menusuk dan menghisap. Nyamuk betina mempunyai proboscis yang lebih panjang dan tajam, dibandingkan nyamuk jantan, Bagian toraks nyamuk membungkuk serta memiliki bagian tepi sayap yang bersisik. Toraks terdiri atas protoraks, mesotoraks dan metatoraks. Mesotoraks merupakan bagian dada yang terbesar dan pada bagian bawah disebut scutum. Sepasang sayap terletak pada mesotoraks, nyamuk memiliki sayap panjang, transparan terdiri atas percabangan-percabangan (vena). (Lestari, 2010).

A B

(2)

5

Abdomen nyamuk memiliki sepuluh segmen, biasanya yang terlihat segmen pertama hingga segmen ke delapan, segmen-segmen terakhir biasanya termodifikasi menjadi alat reproduksi. Nyamuk betina memiliki 8 segmen yang lengkap (Lestari, 2010). Seluruh segmen abdomen berwarna belang hitam putih, membentuk pola tertentu dan pada betina ujung abdomen membentuk titik (meruncing) (Sayono, 2008). Secara morfologis A. aegypti dan A. albopictus sangat mirip, berukuran tubuh kecil (Nurhayati, 2005). Panjang 3-4 mm dan garis hitam dan putih pada badan, kaki dan mempunyai ring putih di kaki (Depkes RI, 2004). Namun dapat dibedakan dari strip putih yang terdapat pada bagian thoraksnya. Toraks A. aegypti berwarna hitam dengan dua strip putih di bagian dorsal tengah yang diapit oleh dua garis lengkung berwarna putih. Sementara A. albopictus yang juga berwarna hitam hanya terdapat satu garis putih tebal di bagian dorsalnya (Supartha, 2008).

Gambar 2.2. Ciri-ciri khusus nyamuk A. aegypti ( A ) dan A. albopictus

( B ). (Lestari, 2010)

Keterangan Gambar 2.2.

Gambar A. Morfologi A. aegypti, dengan ciri 2 garis putih melengkung di sisi kanan dan kiri mesonotum/ thoraks dorsal ditujukan pada anak panah C.

Gambar B Morfologi dari A. albopictus, dengan ciri satu garis putih di bagian tengah mesonotum/ thoraks dorsal ditunjukan pada anak panah C.

Membedakan nyamuk A. aegypti dengan nyamuk A. albopictus lebih mudah dilakukan pada tahapan nyamuk dewasa. Nyamuk Aedes spp. dewasa memiliki tubuh berwarna hitam dengan strip putih. Tubuh dan tungkainya ditutupi sisik dengan garis-garis putih keperakan. Bagian punggung (dorsal) tubuhnya tampak dua garis melengkung vertikel di bagian kiri dan kanan yang menjadi ciri species

A B

C

(3)

6

ini. Sisik pada tubuh nyamuk pada umunya mudah rontok atau terlepas sehingga menyulitkan identifikasi pada nyamuk-nyamuk tua (Borror et al., 1996).

Nyamuk termasuk serangga yang mengalami metamorfosis sempurna (holometabola) mengalami empat tahap dalam masa pertumbuhan dan perkembangan. Tahapan yang dialami oleh nyamuk yaitu telur, larva, pupa dan dewasa. Telur nyamuk akan menetas menjadi larva dalam waktu 1-2 hari pada suhu 20-40° C. Kecepatan pertumbuhan dan perkembangan larva dipengaruhi oleh suhu, tempat, keadaan air dan kandungan zat makanan yang ada di tempat perindukan. Pada kondisi optimum, larva berkembang menjadi pupa dalam waktu 4-9 hari dan pada kondisi ini nyamuk tidak makan tapi tetap membutuhkan oksigen yang diambilnya melalui tabung pernafasan (breathing trumpet), kemudian pupa menjadi nyamuk dewasa dalam waktu 2-3 hari (Lestari, 2010).

Suhu udara merupakan salah satu faktor lingkungan yang mempengaruhi perkembangan nyamuk Aedes spp. Pada umumnya nyamuk akan meletakkan telurnya pada temperatur sekitar 20–30ºC. Toleransi terhadap suhu tergantung pada spesies nyamuk. Rata-rata suhu optimum untuk pertumbuhan nyamuk adalah 25–27ºC dan pertumbuhan nyamuk akan berhenti sama sekali bila suhu kurang dari 10ºC atau lebih dari 40ºC (Yudhastuti, 2005).

Tempat perkembangbiakan nyamuk Aedes sp. terdapat di bak mandi, air minum yang tidak tertutupi, tempayan, vas bunga berisi air, gentong air, ember serta tempat cuci yang masih mengandung air. Selain berada di dalam rumah (in door) nyamuk dapat berkembang biak di luar rumah (out door) seperti pada pot tanaman yang menampung air, genangan air setelah turun hujan, drum, kaleng bekas, botol bekas, pot bekas yang terisi air hujan (Rosa, 2007).

Pengamatan nyamuk vektor DBD merupakan hal yang penting untuk mengetahui kecenderungan populasi musiman, dinamika penularan, resiko penularan dan evaluasi terhadap usaha pemberantasan nyamuk dewasa (Suroso, 2000). Terdapat dua cara untuk melakukan survey terhadap nyamuk dewasa yaitu, landing collection dan resting collection. Landing collection adalah survey nyamuk dengan cara menangkap menggunakan umpan manusia dan resting collection adalah penangkapan nyamuk pada saat istirahat dengan menggunakan alat bantu misalkan aspirator (Wahyuningsih, 2003). Populasi nyamuk pada

(4)

7

stadium dewasa dapat diketahui dengan melihat jumlah larva yang berada di air (Rosa, 2007).

Jumlah atau kepadatan nyamuk Aedes spp. dewasa sangat mepengaruhi penyebaran penyakit DBD, semakin tinggi kepadatan atau jumlah nyamuk disuatu tempat semakin tinggi pula resiko penyebaran DBD. Hal ini di sebabkan siklus nyamuk betina yang membutuhkan asupan protein bagi pembentukan telur sehingga menghisap darah manusia.(WHO 1983 dalam anonimc, 2014)

Aktivitas nyamuk Aedes spp. berlangsung pada pagi dan sore hari serta jarak terbang mencapai 100 m sehingga menyebabkan penyebaran virus DBD berlangsung dengan cepat mayoritas pada daerah yang memiliki kepadatan penduduk tinggi karena dengan mudah nyamuk Aedes berpindah-pindah dan berkembang biak (Soedarmo, 1988). Penyebaran penyakit, kepadatan dan populasi nyamuk dapat diketahui dengan melihat tingkat parousitas. Parousitas merupakan suatu parameter untuk mengetahui penyebaran nyamuk melalui pembedahan ovarium pada nyamuk betina yang merupakan tempat produksi telur. Apabila nyamuk tersebut parous (sudah pernah bertelur) menunjukkan bahwa nyamuk telah menghisap darah manusia dan berpotensi menjadi vektor penyakit. Semakin banyak nyamuk Parous semakin berpotensi pula dalam menyebarkan penyakit DBD. Nyamuk yang belum pernah bertelur (nulliparous) menunjukkan bahwa nyamuk belum menghisap darah manusia akan berpotensi menyebarkan penyakit ketika nyamuk tersebut akan bertelur atau parous. (Marjuki, 2005).

(5)

8

Gambar 2.3. Ciri-ciri Ovarium nyamuk Nulliparous (Hoc, 1990) dan (Marjuki, 2005).

Keterangan gambar 2.3.

Tracheolus masih Nulliparous dilihat dari gambar yang ditunjukan oleh anak panah dengan huruf (A) dan (B) masih rapatnya lingkaran tracheole ditampilkan di dalam lingkaran belum terjadi dilatasi. Ovarium nulliparous sangat jelas terlihat bila dibandingkan ovarium nyamuk Parous yang ujung pipa-pipa udaranya terurai.

Gambar 2.4. Ciri-ciri Ovarium nyamuk Parous ( Hoc, 1990 ) dan (Marjuki, 2005).

Keterangan Gambar 2.4.

Kedua jenis tracheolus terlihat dalam foto yang ditunjukan oleh anak panah di atas huruf (A) dan (B). Lingkaran di sisi kiri menunjukkan melepasnya eratan gulungan diperjelas dengan gambar di sebelah kanan. Nyamuk Aedes spp. betina akan dianggap parous karena telah mengalami dilatasi. (Hoc, 1990) dan (Marjuki, 2005).

A

B

A

B

Gambar

Gambar 2.1 Morfologi nyamuk Aedes spp. (Wikipedia, 2013)
Gambar 2.2.  Ciri-ciri khusus nyamuk A. aegypti ( A )  dan  A. albopictus
Gambar 2.3. Ciri-ciri Ovarium nyamuk Nulliparous (Hoc, 1990) dan (Marjuki, 2005).

Referensi

Dokumen terkait

Komunikasi massa adalah jenis komunikasi yang ditujukan kepada sejumlah khalayak yang tersebar, heterogen dan anonim melalui media cetak atau elektronik sehingga

Ruang Lingkup Enterprise Organisasi Ruang lingkup yang terdapat pada penyelenggaraan desa sesuai UU No.6 Tahun 2014 memiliki core business berdasarkan isu-isu

Dengan menggunakan elemen audio visual dan metode pembuatan yang unik dari media eksperimental shadow storytelling , maka konten video akan menarik perhatian para calon

Namun tidak dapat dikaitakn dengan kerapatan mangrove, dikarenakan nilai kerapatan mangrove terendah pada habitat tambak di Desa Pagirikan memiliki hasil produktivitas sekunder

PK Pancatengah ini masih belum mengacu pada ketentuan Keputusan Bersama Menteri Keuangan, Menteri Dalam Negeri, Menteri Negara Koperasi UKM dan Gubernur Bank

Bahwa atas putusan Pengadilan Negeri Medan tersebut, Kuasa Hukum Penggugat telah menyatakan banding pada tanggal 26 Agustus 2011, permohonan banding tersebut

Fully automatic coffee machine with plastic housing Grind coffee bean instantly and completely automatically Brew aromatic coffee just by pushing a small button Easy